BAB 2 POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT MASA OBAMA. sebagai sistem ekonomi dan hak asasi manusia. Memiliki ekonomi industri yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT MASA OBAMA. sebagai sistem ekonomi dan hak asasi manusia. Memiliki ekonomi industri yang"

Transkripsi

1 BAB 2 POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT MASA OBAMA Amerika Serikat dikenal sebagai bangsa yang menganut paham Liberalisme yang mencakup prinsip demokrasi dalam sistem politik, kapitalisme sebagai sistem ekonomi dan hak asasi manusia. Memiliki ekonomi industri yang maju, jumlah kelas menengah yang cukup besar dan tingkat pendidikan yang tinggi merupakan bentuk kesuksesan demokrasi yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Liberalisme memberikan tempat terhormat pada hak asasi manusia sebab Liberalisme mengedepankan kebebasan individu untuk mengekspresikan dirinya. Negara yang tidak hanya merupakan tempat bagi pemerintahan berdasarkan hukum, tapi juga tempat perlindungan kebebasan individual. Berdasarkan pemahaman ini Liberalisme membentuk masyarakat yang individualistis (Pareanom, 2005). Proses pembentukan ideologi Amerika Serikat ini melalui proses yang tidak mudah, pembentukan ideologi tersebut dipengaruhi oleh faktor historis Amerika Serikat yang sangat panjang. Pemikiran liberalisme ini bersumber pada motivasi kedatangan bangsa Eropa khususnya Inggris ke Benua Eropa. Sebelumnya telah bermukim bangsa yang lain seperti bangsa India dan bangsa Eropa yaitu Portugis dan Spanyol. Kedatangan bangsa Eropa ini dilandasi oleh kebebasan demi kesejahteraan dan kebahagiaan serta melepaskan diri dari belanggu dan tekanan di bidang politik, ekonomi, dan agama (Minderop, 2006). 19

2 Sebelum memahami tentang Politik Luar Negeri Amerika Serikat pada Masa Obama, penulis akan terlebih dahulu menyampaikan dasar Politik Luar Negeri Amerika Serikat sebagai pengantar agar lebih memahami mendalam tentang Politik Luar Negeri Amerika Serikat masa Presiden Barack Obama. 2.1 Dasar Politik Luar Negeri Amerika Serikat Dalam sistem internasional, pola interaksi yang terjadi antara negaranegara pada umumnya dilandasi oleh adanya kepentingan-kepentingan tertentu yang ingin dicapai oleh setiap negara. Masing-masing negara dalam dunia internasional wajib memberikan tanggapan atas setiap situasi internasional yang sedang terjadi. Dalam hal ini Amerika Serikat mempunyai pandangan, cara, dan konsep tersendiri terhadap politik internasionalnya. Pada dasarnya politik luar negeri Amerika Serikat membentuk pola siklus antara intervensionis dan isolasionis (Klingberg, 1983). Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu apa itu Isolasionis dan Intervensionis. Isolasionis merupakan suatu bentuk kecenderungan dalam arah politik luar negeri (khususnya arah politik luar negeri Amerika Serikat) yang cenderung menutup diri dari kerjasama dengan negara lain. Ini kemudian dikenal pula dengan sebutan Unilateralisme. Contohnya Amerika Serikat pada waktu sebelum Perang Dunia II. Isolasionis mengajarkan bahwa Amerika Serikat harus lebih mementingkan perkembangan dan tenaga konsepsinya sendiri mengenai kemerdekaan dan kemajuan, pembangunan sosial dan ekonomi yang lebih bermanfaat (Perkins, 1956). 20

3 Perkembangan politik luar negeri Amerika Serikat pada akhir tahun 1941 berubah drastis dari isolasionisme berganti kepada sifat Intervensionisme. Intervensionisme merupakan kecenderungan untuk membuka diri dengan negara lain dalam hal kerjasama dan hubungan luar negerinya. Dengan intervensionis yang mereka yakini dapat menjadi penggerak perdamaian dan keamanan global, memasyarakatkan demokrasi ke luar negeri, harus menghasilkan kesejahteraan bagi umat manusia. Tapi tentunya tetap mengacu kepada kepentingan yang ingin dicapai oleh Amerika Serikat (Perkins, 1956). Prinsip ini juga dilandasi oleh idealisme Amerika Serikat yang sudah tercetus sejak tahun 1620, ketika para pendatang ke Amerika Serikat mengusung konsep City Upon A Hill yang senantiasa bercita-cita untuk menjadi model dan pemimpin dunia. Demokratisasi dan perdamaian merupakan idealisme bangsa Amerika. Mereka yakin kebahagiaan dan perdamaian akan terwujud jika demokrasi diterapkan di seluruh penjuru dunia (Minderop, 2006). Kedua kecenderungan ini jelas memiliki perbedaan dalam menentukan arah politik luar negeri masing-masing. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari instrumen kebijakan yang digunakan, tools/power yang dipakai, sifat yang dominan dari masing-masing kecenderungan tersebut, isu-isu yang ada di dalamnya, serta adanya unsur dari partai yang sedang berkuasa. Dewan Keamanan Nasinoal Amerika Serikat, Samuel Bergr mengatakan bahwa setelah Perang Dingin usai Amerika Serikat menununjukkan tekad ingin menguasai dunia, hal-hal yang mendorong sikap Amerika Serikat tersebut adalah: 21

4 1. Rubuhnya Uni Soviet dan berakhirnya Perang Dingin menyebabkan Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara adidaya yang tersisa. Tidak ada lagi negara yang mampu mengimbangi kekuasaan Amerika Serikat sehingga tidak ada penghalang bagi Amerika Serikat untuk menguasai dunia. 2. Kekuatan Ekonomi Amerika Serikat melebihi Uni Eropa dan Jepang. Ada asumsi yang mengatakan bahwa globalisasi ekonomi semakin meningkat ketergantungan antara negara-negara di dunia. Namun pada kenyataanya asumsi tersebut tidak selamanya benar karena negara-negara berkembang lebih bergantung pada negara maju. 3. Kemampuan militer yang dimiliki Amerika Serikat merupakan kekuatan militer terbesar di dunia dan cenderung mengalami perkembangan yang signifikan. Selama perang dingin politik internasional lebih condong ke arah militerisme dimana kemampuan militer menjadi penentu utama hubungan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Setelah perang berakhir, sebagian besar negara yang terlibat konflik sudah mengurangi anggaran militer. Namun Amerika Serikat tetap mempertahankan anggaran militer nya seperti anggaran pada Perang Dunia (Suryohadiprojo, 2009). Ciri utama politik luar negeri Amerika Serikat sejak tahun 1940-an hingga kini dibentuk oleh dua tradisi besar dalam hubungan internasional yaitu asumsi dasar pemikiran realis politik dan idealisme politik. Realisme politik berkembang pada masa Perang Dingin, dimana tujuan utama politik luar negeri Amerika Serikat adalah untuk melakukan pembendungan politik terhadap Uni Soviet yang 22

5 dinilai mengancam supremasi kekuasaan Amerika Serikat dalam kancah internasional. Sedangkan idealisme politik muncul dan berkembang seiring dengan runtuhnya Uni Soviet yaitu pasca perang dingin, dan yang menjadi tujuan utama politiknya saat itu ialah untuk melakukan ekspansi kebebasan atau menyebarkan idelologi demokrasi ke seluruh dunia (White, 1984). Amerika Serikat mempunyai empat kerangka kerja utama dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Kerangka kerja politik luar negeri tersebut meliputi power, peace, prosperity, dan principle: 1. Power, merupakan sebuah keharusan yang dimiliki oleh Amerika Serikat dalam merumuskan dan mempertimbangkan setiap kebijakan yang dikeluarkannya. Tanpa Power kepentingan Amerika Serikat di seluruh dunia tidak akan pernah terwujud adanya. Dengan Power seriap aktor negara dapat mengontrol segala hal agar sesuai dengan kepentingan yang dimiliki oleh negaranya. 2. Peace, secara makna perdamaian diartikan sebagai sebuah kondisi dimana tidak ada perang. Dalam konteks politik luar negeri Amerika Serikat, sebagai sebuah negara superpower Amerika Serikat memposisikan dirinya sebagai polisi dunia yang berhak melakukan apa saja demi terwudunya perdamaian dunia dan yang paling utama seluruh kepentingan nya di dunia berada dalam kondisi yang aman. Apabila Amerika Serikat merasa terancam maka ia akan mengeluarkan seluruh power-nyademi menyelamatkan kepentingannya tersebut. 23

6 3. Prosperity, setiap negara dalam kepentingan nasionalnya pasti mempunyai salah satu tujuan terpenting bagi bangsanya, yaitu kemakmuran. Dalam konteks Amerika Serikat, politik luar negerinya ditujukan untuk mencapai keuntungan dalam hal ekonomi. 4. Priciples, dalam poin keempat ini, tujuan dari Politik Luar Negeri Amerika Serikat adalah menyebarkan dan menanamkan prinsipprinsipnya ke seluruh penjuru dunia. Konteks prinsip dalam hal ini adalah nilai-nilai yang dianut oleh Amerika Serikat sendiri. Nilai-nilai itu tidak lain adalah demokrasi yang selalu dikumandangkan oleh Amerika Serikat ke seluruh dunia. Hal ini dilakukan agar kepentinganya di wilayah-wilayah yang ditargetkan dapat tercapai semaksimal mungkin dengan adanya penyebaran nilai-nilai demokrasi (John, 2007) Keempat prinsip ini menjadi pedoman sekaligus koridor bagi pemimpin Amerika Serikat dalam menjalankan politik luar negeri. Walaupun kebijakan setiap pemimpin berbeda-beda namun tetap tidak akan lepas dari keempat prinsip diatas. Secara umum berbagai arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat adalah harus menjaga posisi primacy Amerika Serikat yang tak terganggu untuk memastikan global order dan balance of power di berbagai dunia. Amerika Serikat juga ingin memantapkan diri dalam hal keamanan dunia, dominasi sumber daya alam, orientasi ekonomi, penyebaran ideology liberalisme dan demokrasi, keamanan nasional dan pemberantasan terorisme, dan mewujudkan tatanan dunia 24

7 baru. Dalam format politik internasional Amerika Serikat terdapat dua pilar yang paling mengemuka yang dijadikan pokok negara adidaya tersebut adalah politik dan liberalisme ekonomi dunia. Dalam bidang politik bersumber dari ideologi kapitalisme yang sudah dibuat dan diinternasionalisasikan (White, 1984). Dalam bidang ekonomi, internasionalisasi kepentingan Amerika Serikat tertuang dalam seperangkat organisasinya seperti IMF, World Bank, dan WTO. Organisasi ini menawarkan bantuan pinjaman kepada negara-negara dunia ketiga dengan syarat-syarat tertentu. Langkah paling penting yang dilakukan Amerika Serikat ialah mengubah sistem mata uang dunia dengan mengubah dollar menjadi standar mata uang dunia. Perdagangan bebas juga menjadi program utama WTO, tujuannya untuk membuka pasar seluruh negara-negara di dunia bagi produk unggul dan investasi negara-negara kapitalis. Dengan demikian negara berkembang akan selalu berada di bawah hegemoni Amerika Serikat (White, 1984). World Bank, International Monetary Fund, dan World Trade Organization merupakan alat bagi AS untuk mencapai kepentingan nasionalnya, tidak hanya dalam segi ekonomi, bahkan juga dalam segi politik dan ideologinya. Sehingga, jika dilihat dari kacamata ini, dapat dikatakan bahwa peran pemerintah tidak lagi menjadi central state actor dalam pengatur dan pengontrol interaksi dalam perdagangan antar negara. Kemunculan non-state actor justru dilihat sebagai pemain baru yang memainkan peran central-actor, dengan demikian hanya negara-negara yang memiliki kapasitas dan kapabilitas serta power yang kuatlah 25

8 yang memiliki peran dan mampu bersaing dalam perekonomian dan perdagangan internasional (Perwira, 2005). Politik luar negeri suatu negara selalu mengarah kepada promosi kepentingan nasional negara tersebut, termasuk Amerika Serikat. Tindakantindakan Amerika Serikat ini tercermin dari serangkaian kebijakan luar negeri Amerika Serikat terkait kompetisi ekonomi, memperkuat pertahanan, mewujudkan perdamaian dan kebebasan, serta upaya perluasan ideologi demokrasi. Namun pada dasarnya politik luar negeri tidak pernah bersifat tetap, politik luar negeri harus merespon dan merumuskan kebijakan sesuai dengan kepentingan nasional dan peluang dalam hubungan internasional (Perwira, 2005). 2.2 Politik Luar Negeri Amerika Serikat dibawah Pemerintahan Barack Obama Dalam masa seratus hari pertamanya, dunia melihat penampilan seorang presiden Amerika yang jauh berbeda dari presiden sebelumnya, George Walker Bush, yang mengkhayalkan dirinya sebagai pemimpin Perang Salib modern saat menggaungkan perang melawan terorisme. Bush mengesankan dirinya sebagai orang yang hanya mau tahu apa yang ada dalam benaknya sendiri, apa yang ia inginkan, dan bagaimana itu diwujudkan apa pun alasannya, bahkan ketika alasan itu pun terbukti ketidak benarannya. Dan Bush bukan satu-satunya presiden Amerika yang seperti itu. Kita mengenal nama Lyndon B. Johnson yang membuat alasan palsu untuk menggempur Vietnam dan Laos, Nixon untuk Cile dan Kamboja, Reagan untuk Nikaragua dan El Salvador, dan sebagainya. Ada puluhan 26

9 manuver dan intervensi Amerika dan itu sering melibatkan alasan palsu oleh pemerintahan yang sedang berkuasa (Laksana, 2009). Sampai berakhirnya abad kedua puluh, Amerika tercatat telah mengirimkan lebih dari 250 juta serdadunya untuk berperang di negara-negara lain; dan dalam rentang waktu setelah PD II hingga saat ini, AS adalah negara yang paling banyak mengobarkan peperangan di negara lain. Jumlah itu tentunya telah bertambah lagi dengan perang yang dikobarkan George Walker Bush di Afghanistan dan Irak di awal abad ke-21 (Laksana, 2009). Semenjak terpilih menjadi presiden, Barack Obama mengubah arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat berbeda dengan pemerintahan sebelumnya. Obama terlihat mulai menggeser arah kebijakan politik luar negerinya dari unsurunsur militeristik ke arah isu-isu multilateralisme dalam menjalin hubungan luar negeri AS dengan negara-negara lainnya di dunia. Obama menekankan pada kerjasama bilateral maupun multilateral serta mengedepankan diplomasi untuk menjaga dan mengamankan kepentingan Amerika Serikat di wilayah-wilayah tertentu. Obama lebih mengedepankan untuk kembali membangun aliansi, persekutuan, dan institusi yang dibutuhkan untuk mengatasi ancaman serta memperketat keamanan. Terkait masalah aliansi Amerika Serikat membutuhkan kerjasama yang tetap atau konstan dan diperlukan revisi jika persekutuan tersebut ingin tetap efektif dan relevan. Sebagai contoh yaitu NATO yang telah membuat langkah hebat dengan melakukan transformasi dirinya sendiri dari awal yaitu sebagai struktur keamanan pada masa Perang Dingin menjadi sebuah persekutuan 27

10 yang memperjuangkan perdamaian. Amerika Serikat juga memperkuat hubungan nya dengan negara-negara lain seperti negara di Asia (Rogak, 2008). Cenderung menggeser arah kebijakan dari militer ke isu multilateralisme bukan berarti Obama mengabaikan kekuatan militer. Obama tetap menghidupkan militer Amerika Serikat karena militer yang kuat diperlukan untuk mempertahankan perdamaian dunia. Sementara itu, Angkatan Darat Amerika Serikat dan Kesatuan Angkatan Laut menurut pemimpin militer Amerika Serikat sedang mengalami krisis. Dengan pergantian kepemimpinan, nantinya momentum ini akan digunakan untuk memperbaiki kemiliteran dan mempersiapkannya untuk misi di masa depan. Obama memiliki rencana akan menambah kekuatan darat sebanyak tentara bagian angkatan darat dan pelaut ke bagian angkatan laut. Namun penambahan anggota kemiliteran saja tidak cukup. Sebagai pemimpin Obama berjanji akan menggunakan kekuatan bersenjata dengan bijaksan (Edrian, 2016). Presiden Obama memiliki visi untuk menyeimbangkan kembali situasi Amerika Serikat terhadap kebijkan War On Teror dengan cara menggeser atau merubah ideologi, ia lebih mengedepankan soft power daripada menggunakan hard power. Obama banyak melakukan berbagai upaya, diantaranya ia membuat tindakan pendekatan secara personal kepada dunia muslim, berjanji akan menarik pasukan Amerika Serikat dari Irak, memperbarui pakta perdagangan bebas dengan lebih menekankan pada perlindungan kaum buruh dan keselamatan lingkungan, selain itu yang terpenting adalah Amerika Serikat mulai berdialog tidak hanya 28

11 dengan negara-negara sekutunya namun juga dengan negara-negara yang dianggap sebagai musuh Amerika Serikat (Sidik, 2008). Obama memiliki kemampuan luar biasa untuk membangun kedekatan dengan siapa pun ia berbicara; ia memiliki kecakapan sebagai seorang komunikator ulung yang mampu mengubah perilaku orang lain. Jika kita melihat bagaimana Presiden Venezuela, Hugo Chavez, menyodorkan jabat tangan kepadanya, maka di sana kita melihat bagaimana Presiden Obama telah membuat dirinya bisa diterima oleh pihak yang semula menegaskan sikap kerasnya kepada Amerika. Obama mencoba menyebarkan nilai-nilai dan kepentingan Amerika Serikat di berbagai negara sehingga diharapkan Amerika Serikat memiliki jiwa pemimpin diantara negara-negara lain, terlebih antara negara-negara yang menjadi aliansi Amerika Serikat. Pada masa pemerintahan ini Obama lebih mengedepankan soft power dimana negosiasi lebih dikedepankan dalam menyelesaikan permasalahan apapun, ia sendiri mengakui bahwa sebelumnya Amerika Serikat menggunakan negosiasi yang sangat terbatas dalam penyelesaian permasalahan (Rudolf, 2016). Amerika Serikat menyatakan lebih terbuka pada masa pemerintahan Obama, ia mengizinkan kepada negara-negara lain untuk berkontribusi kepada Amerika Serikat dalam perwujudan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Disini juga sudah dikatakan bahwa multilateral lebih dikedepankan, berarti penggunaan institusi-institusi internasional dimaksimalkan untuk mengatur hubungan antara negara satu dengan yang lain dalam penyelesaian berbagai persoalan. Obama sendiri banyak mendirikan organisasi regional yang bertujuan untuk merekatkan 29

12 hubungan antar kawasan dengan negara lain, maupun organisasi-organisasi yang memiliki kepentingan yang sama dengan Amerika Serikat (Rudolf, 2016). Setelah terpilih menjadi presiden, Obama perlahan-lahan mulai melakukan pencitraan AS terhadap dunia internasional dengan menjalinan hubungan baik dengan negara-negara di dunia, misalnya: Pada bulan Februari dan Maret, Wakil Presiden Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton melakukan serangkaian perjalanan terpisah ke luar negeri untuk mengumumkan era baru dalam hubungan luar negeri AS dengan Rusia dan Eropa. Mereka memakai kata break dan reset untuk menyebut perubahan besar dari kebijakan era pemerintahan sebelumnya. (Ghattas, 2009) Obama berusaha berkomunikasi dengan para pemimpin Arab dengan mengadakan wawancara pertamanya dengan jaringan televisi Arab, Al Arabiya. Usaha Obama dalam memperbaiki hubungan AS terhadap negara-negara timur tengah tidak hanya sampai disitu, Obama mengawali kepemimpinannya dengan menutup penjara Guantanamo, simbol pengabaian hak asasi manusia dalam perang anti terorisme yang digerakkan Bush. Langkah ini menjadi awal yang positif untuk mengembalikan kepercayaan dunia Islam kepada AS. Saat berkunjung ke Turki pada bulan April, Obama menyampaikan pesan kepada dunia Islam bahwa AS tidak akan dan tidak pernah akan berperang dengan umat Islam, Obama berpidato di Ankara, Turki, dan disambut hangat oleh sejumlah pemerintah di kawasan Arab, pada tanggal 4 Juni 2009 Obama menyampaikan pidato di Universitas Kairo, Mesir, yang berisi tentang dimulainya awal baru 30

13 dalam hubungan antara dunia Islam dan Amerika Serikat dan mempromosikan perdamaian di Timur Tengah (Rogak, 2008). Seluruh prinsip dasar kebijakan yang dikeluarkan oleh Obama tidak terlepas dari orang-orang penting yang selalu berada di sekelilingnya untuk meminta nasehat terkait dengan apa yang harus dilakukannya dalam menghadapi fenomena politik internasional pada saat itu. Penasehat-penasehat yang berada di lingkaran utama Obama tersebut disebut-sebut orang yang lebih mengedepankan diplomasi dan tidak menyukai atau menolak terjadinya perang. Hal ini tentu berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana politik luar negeri lebih mengedepankan siasat militer. Kampanye global Amerika Serikat dalam memerangi terorisme melahirkan banyak pro dan kontra, terutama dengan melancarkan invasi ke negara timur tengah dan berujung kepada penangkapan begitu banyak orang-orang yang dianggap pelaku teror, hingga akhirnya menuai banyak kritik didalam negeri Amerika Serikat sendiri, walaupun Bush menuai banyak pendukung namun tidak sedikit yang menolak kebijakan luar negeri Amerika Serikat tersebut. Di dunia internasional dukungan datang dari sekutu-sekutu Amerika Serikat yang loyal, namun banyak pihak kemudian melihat betapa buruknya dampak yang dihasilkan dari kebijakan tersebut. seperti perang memberantas terorisme hingga melancarkan invasi di Timur Tengah. Hal ini tentu saja banyak merugikan warga sipil, banyak warga sipil menjadi korban. Melihat kenyataan ini dunia menilai bahwa ide hak asasi manusia yang selama ini dikumandangkan Amerika Serikat seakan-akan hanya sebuah alat politik untuk mencapai 31

14 kepentingannya di negara lain. Amerika Serikat pun mendapat citra buruk dimata dunia akibat ketidak-konsistenannnya dalam menjaga nilai-nilai HAM dan kemanusiaan (Sofyan, 2015). Pada tahun 2004 Human Rights Committee telah mencatat dengan keprihatinan kekuarangan-kekurangan menyangkut kemerdekaan, ketidakberpihakan, dan efektivitas investigasi menjadi tuduhan penyiksaan dan kekejian, perlakukan atau hukuman yang tidak manusiawi atau merendahkan yang ditimpakan oleh militer dan personel non militer Amerika Serikat atau pekerja kontrak, di fasilitas penahanan di Guantanmo, Afghanistan, Irak, dan lokasi di luar negeri lainnya, dan pada kasus-kasus kematian yang dicurigai di tempat tahanan di salah satu lokasi-lokasi ini. The Committee menyesal Amerika Serikat tidak memberikan informasi cukup menyangkut penuntutan yang dilontarkan, hukuman-hukuman dan reparasi yang dijamin buat korban (Muhaimin, 2016). The Committee Against Torture (CAT) menyuarakan keprihatinannya atas laporan-laporan yang bisa dipercaya mengenai tindakan penyiksaan atau kekejian, tidak manusiawi dan perlakukan yang menghina atau hukuman yang dilakukan oleh anggota militer dan sipil tertentu di dan Irak. Juga menjadi keprihatinan bahwa investigasi dan penuntutan banyak kasus-kasus ini, termasuk suatu hasil dalam kematian tahanan, telah membawa pada hukuman yang lembut, termasuk sifat administratif atau kurang dari satu tahun penjara. Dalam hal ini, Amerika Serikat harus mengambil tindakan cepat untuk menghapus semua bentuk penyiksaan dan perlakukan buruk terhadap tahanan oleh personel militer dan sipil, di teritori mana saja dibawah juridiksinya, dan 32

15 harus segera serta melakukan tidakan investigasi secara mendalam, menuntut semua yang bertanggung jawab bagi tindakan semacam itu, dan menjamin mereka dihukum secara wajar, menurut keseriusan kejahatan. Jelas, Amerika Serikat telah secara eksplisit dan sistematik melanggar standar internastional menyangkut perlakukan manusiawi terhadap tahanan yang membawa pada keberatan yang dimunculkan oleh organisasi internasional inter alia Human Rights Commission and Committee Against Torture (Muhaimin, 2016). Berdasarkan atas pengalaman-pengalaman sebelumnya dan citra buruk yang telah diterima oleh Amerika Serikat. Pada pemerintahan Obama, Amerika Serikat mulai mengembangkan upaya kerjasama di segala bidang dalam menjalin hubungan luar negerinya dengan negara-negara lain untuk memperbaiki citra buruk Amerika Serikat di mata dunia. Obama juga ingin mengembalikan citra Amerika Serikat sebagai penjunjung tinggi HAM dan Demokrasi yang sebelumnya hancur. 2.3 Kebijakan HAM Amerika Serikat di Berbagai Negara Perlindungan hak asasi manusia (HAM) adalah batu fondasi dalam pembentukan negara bersatu lebih dari 200 tahun yang lalu. sejak saat itu, tujuan utama dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat adalah promosi untuk menghormati hak asasi manusia, sebagaimana yang termaktub dalam deklarasi universal hak asasi manusia. Amerika Serikat memahami bahwa keberadaan hak asasi manusia membantu mengamankan perdamaian, menghalangi agresi, mempromosikan aturan hukum, memerangi kejahatan dan korupsi, memperkuat 33

16 demokrasi, dan mencegah krisis kemanusiaan. Amerika Serikat memprioritaskan isu yang berpengaruh pada populasi yang rentan, terutama yang cenderung memiliki kesulitan untuk mendapatkan hak mereka melalui proses politik atau di pengadilan, seperti orang miskin, ras, etnis dan agama minoritas, tahanan, imigran, dan anak-anak (Sinder, 2006). Selain itu Amerika Serikat pada masa pemerintahan Obama juga menjunjung tinggi nilai kebebasan. Khususnya kebebasan individu, dimana kebebasan individu merupakan hak-hak yang terpatri dalam diri sejak lahir dan tidak dapat diambil oleh siapapun, penerapannya bersifat universal yang tidak memandang ras, gender, atau status apapun. Tugas Amerika Serikat sebagai negara Liberal adalah mempromosikan dan mengembangkan standar moral universal yang mengacu pada kebebasan individu. Untuk memperbaharui kepemimpinan Amerika Serikat di dunia, Obama akan memperkuat keamanan umum dengan menginvestasikan dana pada bidang kemanusiaan. Demi menciptakan dunia yang lebih baik Obama berpikir harus berperilaku yang mencerminkan kelakuan baik dan menjadi aspirasi masyarakat Amerika. Masyarakat dimanapun harus bisa dan diberi kesempatan untuk dapat memilih pemimpin mereka sendiri dalam suasana bebas rasa takut. Amerika Serikat juga berkomitmen untuk memperkuat pilar dari masyarakat dunia yang adil (Cohen, 2008). Dikarenakan promosi hak asasi manusia adalah kepentingan nasional yang terbilang menjadi prioritas, maka Amerika Serikat berusaha melakukan berbagai upaya yaitu: 34

17 mempromosikan penghormatan yang lebih besar terhadap hak asasi manusia, termasuk kebebasan berekspresi, kebebasan pers, hak-hak perempuan, dan perlindungan minoritas. mempromosikan aturan hukum, mencari akuntabilitas, dan mengubah budaya impunitas (memberikan pembebasan atau pengecualian dari tuntutan atau hukuman atau kerugian kepada seseorang yang telah melakukan pelanggaran HAM). membantu upaya reformasi dan memperkuat kapasitas kelembagaan kantor komisi tinggi PBB tentang hak asasi manusia. mengkoordinasikan kegiatan hak asasi manusia dengan sekutu penting, termasuk Uni Eropa, dan organisasi regional (US Department of State, 2016). Promosi HAM dan demokrasi tidak hanya di dalam negeri, namun juga dipromosikan di berbagai negara oleh karena nya HAM selalu memainkan peran dalam kebijakan luar negeri sepanjang sejarah Amerika Serikat. Pada abad ke-20 Amerika Serikat memegang peran utama dalam pendirian Perserikatan bangsabangsa dan penyusunan pernyataan Umum Tentang Hak-Hak Asasi Manusia. Sebagian besar pernyataan umum tentang HAM mengambil model sebagian dari U.S Bill of Right. Pada era Clinton Amerika Serikat berusaha memajukan HAM dengan cara yang cukup efektif, yaitu dengan cara menawarkan langkah-langkah kepada Uni Eropa agar menetapkan standar Hak Asasi Manusia sebagai persyaratan keanggotaan untuk negara-negara yang ingin bergabung dengan NATO dan Uni Eropa (Sinder, 2006). 35

18 Hak Asasi Manusia menjadi salah satu kunci politik luar negari Amerika Serikat, selain itu tujuan Politik Luar Negeri Amerika Serikat dan juga menjadi tantangan bagi Amerika Serikat adalah bagaimana menangani Hak Asasi Manusia dan demokrasi tanpa membuat hubungan terlalu tegang antara pemerintah Amerika Serikat dengan pemerintah negara lain. Tantangan kedua bagi Amerika Serikat adalah menerapkan kebijakan hak asasi manusia di tengah-tengah kebijakan prioritas yang lain seperti kepentingan politik, militer, dan ekonomi yang bertentangan dengan tindakan pada hak asasi manusia (Cohen, 2008). Serangan terorisme 11 September 2001 membuat promosi demokrasi menjadi elemen penting dalam pembuatan kebijakan luar negeri AS di Timur tengah. Tak lama setelah serangan tersebut muncul berbagai pandangan bahwa terorisme Islamis adalah ancaman utama AS. Hal tersebut disebabkan oleh defisit demokrasi yang terjadi di Timur Tengah dan AS merasa bertanggung jawab atas hal tersebut. AS merasa harus melakukan demokratisasi di Timur Tengah. Represi dan autoritarianisme membuat para Islamis frustasi dan akhirnya bertindak nekat. AS dan sekutunya menganggap demokrasi adalah satu-satunya solusi bagi masalah terorisme (Dale, 2011). Amerika Serikat banyak memainkan peran didalam perbaikan hak asasi manusia di berbagai negara. Seperti contohnya di Afrika Selatan di bawah rezim apartheid, ketika di Afrika Selatan kebijakan ekonomi dan bisnis lebih diutamakan sedangkan kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan rasial bagi kaum atau kelompok minoritas diabaikan maka Amerika Serikat mencoba menyelesaikan permasalahan ini, bukan dengan cara memberikan sangsi ekonomi 36

19 langsung namun Amerika Serikat mencoba menyelesaikan dengan cara membatasi perdagangan dan investasi swasta dengan Afrika Selatan (Cohen, 2008). Pemerintahan Bush juga cukup terus terang dalam permasalahan HAM di Darfur. Amerika Serikat menaruh tekanan pada kebijakan pemerintah Sudan dalam penanganan kasus tindak pidana di Sudan. Secara historis, Darfur yang merupakan bagian dari Negara Sudan, merupakan wilayah jajahan yang terbentuk berdasarkan pembagian paksa Kolonial kepada wilayah-wilayah di Afrika termasuk Sudan yang dipecah menjadi Sudan Utara dan Selatan. Akibat dekoloniasasi dengan system Westphalia, batasan ideology wilayah jajahan menjadi tidak jelas sehingga wilayahnya tidak stabil dan sarat akan konflik etnis, kepentingan, agama sehingga terjadi konflik Darfur yakni, kelompok minoritas Kristen di Darfur selatan melakukan perlawanan untuk memperjuangkan hak mereka di bawah pemerintahan Islam pimpinan Al-Bashir (Buzan, 2005). Sejak tahun 1990-an, Amerika Serikat memberikan bantuan kepada Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SLPA) sebuah milisi Kristen yang dipimpin John Garang. John Garang sempat dilatih dalam sekolah Pasukan Khusus AS di Fort Benning, Georgia. Darfur juga pernah bekerjasama dengan Kaum Yahudi selama beberapa waktu, melalui suplai senjata dan pelatihan militer. Hingga kemudian konflik Darfur pada tahun 2003 terjadi lagi dan lebih menjadi sorotan internasional. Pada peristiwa yang sama pada tahun 2005 Amerika Serikat juga terlibat dalam perjanjian damai antara Sudan utara dan Sudan Selatan setelah perang sipil yang lama terjadi. Setelah peristiwa 9/11 hubungan kedua negara ini 37

20 mulai berkembang, dan Amerika Serikat mengidentifikasi dirinya sebagai pemilik tanggung jawab komando atas kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Darfur (Cohen, 2008). Peran yang dimainkan Amerika Serikat dalam konflik Darfur merupakan bagian dari gabungan kedua visi polugri Amerika Serikat Visi pertama Primacy yaitu bagaimana mewujudkan kepentingan nasional Amerika Serikat melalui unjuk kekuatan ekonimi politik dan militer serta menyebarkan nilai-nilai ideology Amerika Serikat kepada seluruh dunia agar Amerika Serikat bisa tetap eksis dalam politik internasional dan visi kedua yaitu kemanan kooperatif (Schmidt, 1999). Hal ini tercermin dalam peran Amerika Serikat dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di mana secara ekonomi Amerika Serikat termsuk penyumbang dan terbesar bagi dana operasional PBB dan badan-badannya, termasuk badan UNHCR, WHO, serta badan-badan lain yang menangani konflik Sudan seperti UNAMID, dan UNMIS.. Secara politis Amerika Serikat bermain dengan hak veto sebagai tamengya menjalankan keputusan, jika nantinya ada keputusan yang memberatkan Amerika Serikat dalam PBB terkait konflik Darfur (Schmidt, 1999). Obama juga mengambil peran terkait konflik yang sedang terjadi di Suriah, pemerintah Amerika Serikat menyatakan bahwa 10 ribu warga Suriah yang baru tiba di AS merupakan bagian dari 85 ribu pengungsi yang ingin ditampung tahun ini. Obama telah berkomitmen untuk menyambut sampai 100 ribu pengungsi hingga Namun kelompok-kelompok hak asasi manusia ingin 38

21 AS menampung lebih banyak lagi, bukan hanya pengungsi dari Suriah tetapi juga negara yang tengah dilanda perang lainnya (Pitarakis, 2016). Amerika Serikat juga membuat daftar negara atau pemerintahan yang tergolong pelanggar berat hak asasi manusia. Suriah dikritik tajam akibat menggunakan aksi pembantaian, pemboman warga sipil dan pemerkosaan massal sebagai alat perang. "Suriah bukan hanya mengerahkan tentara reguler tapi juga kelompok milisi yang berafiliasi dengan rezim untuk melancarkan aksi kekerasan", tulis laporan tahunan yang disusun berdasar mandat Kongres AS itu (Pitarakis, 2016). Selain itu laporan mengkategorikan Korea Utara, Rusia, Arab Saudi dan Iran sebagai negara dengan pemerintahan otoriter yang menggunakan hukum yang represif atau kekerasan untuk mengintimidasi warganya. Rusia terutama dikritik terkait invasi ke Ukraina. Arab Saudi dikecam karena tidak melakukan represi kebebasan beragama dan tidak menghormati hak perempuan. Sementara Iran dikecam karena melakukan eksekusi mati sewenang-wenang. Sejumlah negara juga dikecam karena melanggar hak mengeluarkan pendapat dan berekspresi dengan membolokir akses ke situs internet atau media sosial. Laporan itu menempatkan Cina, Turki, Arab Saudi, Kuwait, Vietnam, Belarusia, Tajikistan, dan Ekuador sebagai pelaku utama represi media dan akses ke internet (Alvin, 2016). Tidak hanya mengecam negara lain sebagai pelanggar HAM, laporan itu juga mengkritik beragam pelanggaran hak asasi manusia berat yang masih terus berlangsung di Amerika Serikat sendiri. Yang paling menonjol adalah aksi 39

22 pembunuhan berlatar kebencian ras terhadap warga kulit hitam di negara itu. Kasus pembunuhan warga sipil kulit hitam oleh polisi kulit putih, memicu aksi protes dan kerusuhan sepanjang tahun 2014 silam. Kasus teranyar pada 2015 adalah penembakan membabi buta oleh seorang remaja kulit putih yang menewaskan 9 warga kulit hitam di sebuah gereja di Charleston, South Carolina. Menlu Kerry menegaskan, dengan laporan ini, hendak ditegaskan tidak ada arogansi AS dalam mencatat kasus pelanggaran HAM di seluruh dunia (Edrian, 2016). Komitmen Obama untuk mengembalikan citra baik Amerika Serikat di mata dunia perlu diberikan apresiasi sebesar-besarnya. Karena butuh usaha yang besar dalam mengembalikan kepercayaan dunia terhadap Amerika Serikat. 2.4 Kebijakan HAM Amerika Serikat di Kuba Adalah hal yang menarik dalam mengkaji bagaimana pasang-surut hubungan Amerika Serikat dengan Kuba. Pasca kemenangan atas Spanyol, Amerika Serikat mengendalikan politik Kuba baik politik dalam negeri maupun politik luar negeri. Selain itu, Amerika Serikat juga mendominasi perekonomian negara tersebut. Tahun 1934 sampai 1958 Kuba menjadi tempat strategis bagi para investor dan turis Amerika Serikat. Hubungan baik yang terkesan spesial tersebut membawa keuntungan besar bagi pemerintahan Amerika Serikat. Pada tahun 1958 tercatat bahwa Kuba merupakan lahan investasi terbesar kedua bagi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat khusus kawasan Amerika Latin. 40

23 Hubungan baik dan saling menguntungkan ini ini hancur pasca revolusi penggulingan rezim Fulgencio Batista yang kebijakan politiknya terlalu memihak Amerika Serikat. Keretakan hubungan yang terjadi antar kedua negara tidak terjadi begitu saja tanpa adanya satu penyebab. Pada awalnya, pemerintahan revolusi Kuba yang dipimpin oleh sosok kharismatik Fidel Castro ingin menunjukkan kepada dunia internasional bahwa dia bukanlah seorang pemimpin yang anti kapitalisme, tetapi respon negatif yang didapatnya saat melakukan kunjungan luar negeri pertamanya sebagai presiden Kuba ke Amerika Serikat membuat dirinya bersikap tegas dan berpaling ke Uni Soviet yang pada saat itu juga merupakan salah satu kekuatan dunia selain Amerika Serikat. Kebijakan Kuba untuk menjalin hubungan dengan Uni Soviet inilah yang kemudian memicu keretakan hubungan kedua negara. Sepanjang tahun 1959 sampai dengan 2009, Amerika Serikat telah mengalami pergantian Presiden sebanyak 10 kali dan sepanjang itulah situasi tidak banyak merubah kebijakan terhadap negara salah satu penghasil gula terbesar di benua Amerika Selatan. Kebanyakan dari pemimpin Amerika Serikat tetap meneruskan apa yang telah dilakukan oleh pendahulunya. Kemudian mengalami perubahan yang signifikan ketika terpilihnya Barack Husein Obama sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-44 (dilantik 20 Januari 2009) (Burhan, 1984). Banyak yang menanti perubahan-perubahan yang akan di bawa Obama melalui kebijakan-kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang selalu dia suarakan selama periode kampanyenya,terutama kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Kuba. 41

24 Pada kasus hubungan Amerika Serikat Kuba, presiden terpilih Barack Obama menyatakan keinginannya untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan negara tetangga yang menganut sistem pemerintahan Komunis tersebut. Di bawah kepemimpinannya, pemerintah Amerika Serikat mencabut pembatasan larangan kunjungan dan pengiriman uang ke Kuba bagi warga Kuba- Amerika.Rakyat Kuba menyambut baik kebijakan tersebut. Timbul harapan bahwa kebijakan tersebut merupakan langkah awal untuk bisa menjembatani keretakan hubungan diplomatik kedua Negara (Burhan, 1984). Politik luar negeri tidak bisa dilepaskan dari kepentingan nasional. Karena hal itulah yang mendorong terciptanya sebuah kebijakan luar negeri. kebijakan luar negeri merupakan sebuahkeputusan yang didahuli oleh sebuah proses dimana ada tuntutan dari domestic politics, serta dengan melihat kemampuan dari kekuatan ekonomi dan militer. Faktor-faktor tersebut kemudian mempengaruhi para pembuat kebijakan, yang kemudian meramunya sehingga menjadi sebuah kebijakan luar negeri. Pada kasus hubungan Amerika Serikat Kuba salah satu kebijakan yang timbul akibat dari tekanan dalam negeri Amerika Serikat adalah mengenai pembatasan kunjungan dan larangan pengiriman uang yang merupakan rangkaian dari sanksi embargo Amerika Serikat terhadap Kuba. Kebijakan baru Amerika Serikat mengenai penghapusan larangan berkunjung serta pembatasan pengiriman uang ke Kuba tersebut merupakan efek dari tekanan rakyat Amerika Serikat pada khususnya yang menganggap bahwa larangan tersebut merupakan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Tekanan yang diberikan oleh mayoritas 42

25 rakyat Amerika Serikat megenai penghapusan larangan berkunjung serta pembatasan pengiriman uang ke Kuba masuk sebagai input politik dalam negeri Amerika Serikat. Input ini kemudian diproses oleh pemerintahan Barack Obama yang semasa Kampanyenya selalu menyuarakan perubahan hubungan Amerika Serikat Kuba menuju kearah yang lebih baik. Bersamaan dengan kebijakan penghapusan larangan bepergian dan pembatasan pengiriman uang ke Kuba tersebut, pemerintah Amerika Serikat juga mencoba untuk membuka kembali hubungan kerjasama pada bidang telekomunikasi. Kedua kebijakan digabungkan dalam satu rangkaian kebijakan Reaching Out Cuban People (August, 1990). Dengan penggabungan kedua kebijakan ini, selain dapat memenuhi tuntutan dalam negeri dari rakyat Amerika Serikat megenai penghapusan larangan bepergian dan pembatasan pengiriman uang ke Kuba, pemerintah Amerika Serikat memandang bahwa dengan terjalinnya kerjasama telekomunikasi tersebut maka mereka dapat lebih mudah untuk memantau perkembangan pemerintahan Kuba yang sampai saat ini belum juga bersedia untuk menegakkan demokrasi di negara tersebut. Kepentingan penegakan demokrasi di Kuba merupakan upaya yang sudah sejak lama diusahakan oleh pemerintahan Amerika Serikat dan selalu mendapat penolakan dari rezim revolusi Kuba. Selain itu, dengan penggabungan kedua kebijakan tersebut, dari segi ekonomi Amerika Serikat berkepentingan untuk menambah pemasukan devisa negara mereka dengan beroperasinya jaringan telekomunikasi yang mereka bangun (Black, 1991). Mengenai kepentingan penegakan demokrasi di Kuba, sejak awal abad ke- 19 sasaran utama dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Amerika 43

26 Latin bertumpu pada upaya untuk tetap memelihara belahan bumi bagian barat tersebut agar tetap menjadi wilayah dominasi Amerika Serikat dan mewujudkan demokratisasi di kawasan tersebut. Upaya dominasi terhadap Amerika Latin tidak hanya karena motivasi imperialisme atau eksploitasi ekonomi, akan tetapi lebih jauh karena keyakinan yang kuat, ketentuan dari para pendiri bangsa, mitos kritis yang masih tersisa dari politik Amerika Serikat bahwa keamanan dan kemakmuran Amerika Serikat sangat tergantung pada kebijakan ideologi politik luar negeri dan pergerakan dari belahan bumi bagian barat tersebut (Slater & Knippers, 1991). Langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintahan Barack Obama tersebut diatas merupakan langkah awal bagi perbaikan hubungan kedua negara. Perubahan orientasi kebijakanan politik luar negeri Pemerintah Obama dalam HAM, juga berpengaruh terhadap sikap Amerika Serikat dibawah kekuasaan Obama terhadap Kuba. Tidak sebatas perubahan sikap, tetapi juga ditindak-lanjuti dengan kebijakan normalisasi diplomatik Amerika dengan Kuba dalam bentuk kunjungan Presiden Obama ke Kuba, 20 Maret Presiden AS yang mengunjungi Kuba paling terakhir adalah Calvin Coolidge. Itu terjadi di tahun Saat itu Calvin mengunjungi negara berhaluan komunis itu dengan menumpang kala perang. Kunjungan Obama ini terjadi setelah Amerika Serikat secara resmi menormalisasi hubungan diplomatik dengan Kuba. Terkait dengan ini intelektual progressif Amerika Noam Chomsky (2016) mengatakan, alasan utama Washington mengubah kebijakan lamanya mengisolasi komunis Kuba terjadi setelah opini publik dan sektor bisnis di 44

27 Amerika Serikat mendukung diakhirinya kebijakan tersebut. Namun, kata Chomsky, opini publik AS itu diabaikan. Yang menarik, sektor yang berpengaruh di AS, yakni kaum pemodal, mendukung ide normalisasi itu. Terutama sektor farmasi, energi, agro-industri, dan sektor lainnya. Pengamat Amerika Latin dari Sorbonne Paris Jeanette Habel dan ilmuwan politik dari McGill University Kanada Arnold August (Habel & August, 2016) menjelaskan 5 faktor yang menyebabkan Obama mengubah secara radikal kebijakannya terhadap Kuba. Pertama, pudarnya pengaruh AS di Amerika Latin. Baik Habel maupun Arnold sepakat, bahwa faktor utama yang memaksa Obama mengubah kebijakannya terhadap Kuba adalah menurunnya pengaruh AS terhadap Amerika latin. Sebelumnya, Amerika latin selalu dianggap halaman belakang AS oleh doktrin Monroe. Habel mengingat, keputusan Obama memulai normalisasi pada Desember 2014 hanya berselang empat bulan menjelang penyelenggaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke VII negara-negara Amerika. Saat itu mayoritas pemimpin Amerika Latin mengancam akan memboikot KTT itu jika Kuba tidak diperbolehkan ikut serta. Takut dengan kegagalan diplomasi yang lebih besar, tim Obama akhirnya mengajak Kuba untuk negosiasi dan memastikan hadir di KTT itu. Inilah langkah awal normalisasi diplomatik. Professor William M. LeoGrande dari American University dan analis senior dokumen luar negeri Peter Kornbluh (LeoGrande & Kornbluh, 2015) juga menekankan sejak awal revolusi Kuba, ada banyak Presiden AS yang berusaha menormalisasi hubungan diplomatik dengan Kuba, seperti John F Kennedy ( ) dan Henry Kissinger, Menteri Luar Negeri pada masa Richard Nixon 45

28 ( ). Sekarang, dengan merosotnya hegemoni AS di kawasan Amerika latin, isu Kuba seperti hamil tua. Dan seperti dikatakan Arnold, bahwa Obama sendiri akhirnya mengakui di bulan Desember 2014 bahwa kebijakan blokade terhadap Kuba terbukti gagal dan kegagalan itu butuh perubahan taktik (August, 1990). Namun, dia mengingatkan, strategi jangka panjang AS masih tetap menghendaki perubahan rezim di Kuba. Kedua, mengincar pasar Kuba. Tak bisa dipungkiri, pasar Kuba yang mewakili 11 juta orang menggiurkan bagi sektor bisnis AS. Apalagi, Eropa, Tiongkok, Brazil dan Venezuela sudah lebih dulu berinvestasi di Kuba melalui sektor infrastruktur, kilang, dan lainnya. Karena itu, sektor bisnis Kuba rajin melobi pemerintah untuk mengubah kebijakan tradisional mereka. Washington juga menyadari, kebijakan dua jalur mereka, yakni tongkat dan wortel (stick and carrot), tidak efektif. Akhirnya, pendekatan tongkat dihentikan, tetapi wortel diteruskan kebijakan lunak dengan mengalirkan dollar, investasi, barang-barang konsumsi, pariwisata dan budaya (Habel & August, 2016). Ketiga, AS lebih terbuka dengan Raul Castro. Kedua negara, AS dan Kuba, mengalami siklus politik yang relatif beriringan. Raul Castro mulai berkuasa di tahun 2008, sedangkan Obama mulai menjabat di tahun Meskipun Fidel Castro, pemimpin paling bersejarah di Kuba, selalu mengatakan siap melakukan negosiasi asalkan AS menghormati kedaulatan Kuba, tetapi AS merasa lebih fleksibel dengan Raul Castro. Pergeseran politik luar negeri ini juga terjadi ketika investasi asing mulai mewarnai ekonomi Kuba, seperti inisiatif negeri ini memulai babak baru privatisasi ekonomi. 46

29 Keempat, peranan Paus Fransiskus. Menurut Habel, gereja juga memainkan peran besar dalam mendorong normalisasi diplomatik AS-Kuba. Terutama gereja Katolik Kuba. Kardinal Kuba Ortega menganjurkan rekonsiliasi nasional sejak lama dan mempersiapkan kunjungan Paus Fransiskus ke Amerika Latin di tahun Paus Fransiskus, paus pertama dari benua Amerika Latin, langsung bertindak sebagai mediator. Pembicaraan awal soal normalisasi diplomatik berlangsung pertamakali di Vatikan (Habel & August, 2016). Kelima, berubahnya cara pandang orang Kuba dan AS. Faktor penting yang juga mempengaruhi bagi normalisasi diplomatik AS dan Kuba adalah evolusi kaum diaspora Kuba yang tinggal di AS, khususnya di negara bagian Florida. Gelombang pertama emigran Kuba adalah kaum intelijensia dan orangorang dekat diktator Batista. Setelah jatuhnya Soviet, imigran Kuba didorong oleh faktor ekonomi ketimbang politik. Mereka ingin mencari hidup yang lebih baik. Mereka lebih terbuka dengan normalisasi dengan Kuba sekalipun masih diperintah rezim komunis. Generasi muda Kuba yang tinggal di AS, yang lahir di AS, mereka punya keluarga di Kuba. Mereka mendukung pergeseran kebijakan Obama karena mereka ingin mengunjungi keluarga mereka di Kuba dan mengirim uang ke sana. Terkait dengan pelanggaran HAM yang terjadi di Kuba, Amerika Serikat juga memainkan perannya untuk menyelesaikan permasalahan HAM di Kuba. Amerika Serikat mengecam pelanggaran hak asasi manusia yang ada di Kuba. Amerika Serikat menjadikan persoalan ini sebagai prioritas Politik Luar Negeri Amerika Serikat, oleh karenanya pemerintah Obama belum juga bersedia 47

30 mencabut embargo ekonomi terhadap Kuba meskipun normalisasi sudah terjalin diantara kedua negara. Hal tersebut merupakan bagian dari sangsi Kuba jika pemerintahannya belum menyelesaikan permasalahan HAM di negaranya. Berdasarkan atas keterangan-keterangan ini dapat dilihat bahwa sikap Amerika Serikat yang sangat mendukung hak asasi manusia di dunia internasional tidak luput diwarnai dengan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran yang dilakukan oleh Amerika Serikat sendiri. Namun, dengan kesalahan yang dibuat pemerintah Obama tidak tinggal diam, ia berusaha keras untuk memperbaiki citra nya di mata dunia dan menerapkan HAM dalam Politik Luar Negeri Amerika Serikat. Oleh sebab itu ia akan terus berusaha berkontribusi dalam penyelesaian permasalahan HAM di berbagai negara dan mengecam negara-negara yang tak kunjung menyelesaikan permasalahan HAM nya. 48

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high BAB V KESIMPULAN Dari keseluruhan uraian skripsi maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh dari hasil pembahasan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Hubungan luar negeri antara

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam

Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam Presiden Barack Obama kembali menjejakkan kakinya di Indonesia. Tidak ke Jakarta sebagaimana November 2010

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard BAB V KESIMPULAN Riset ini membahas salah satu isu yang berkaitan dengan fenomena Islamophobia yang berkembang di Amerika Serikat pasca 9/11 dikarenakan kebijakan hard diplomacy George W.Bush dan motivasi

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas wilayah negara, namun akan berbeda halnya jika membahas mengenai

BAB I PENDAHULUAN. luas wilayah negara, namun akan berbeda halnya jika membahas mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membahas mengenai prinsip politik luar negeri, sejarah ideologi dan kepentingan nasional menjadi elemen-elemen penting yang harus dipertimbangkan. Setiap

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008. BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Lebih dari dua abad lamanya Negara Rusia tidak pernah jauh dari pusat perpolitikan Iran, baik itu sebagai musuh politik dan terkadang menjadi

Lebih terperinci

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 PERADABAN MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Revolusi Amerika 1776 Perang Sipil di Amerika 1861-1845 Perkembangan Amerika Serikat dan Amerika Latin Amerika Serikat Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka, dapat disimpulkan bahwa, Rusia merupakan negara yang memiliki latar belakang sejarah Islam. Islam masuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap perumusan masalah penelitian yang diajukan. Kesimpulan yang didapatkan, adalah: Pertama,

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari

BAB V KESIMPULAN. Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari BAB V KESIMPULAN Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari AS dan Israel. Kedua negara secara nyata mengajak negara anggota Non Blok untuk tidak hadir dalam agenda tersebut,

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

Isi. Pro dan Kontra Palestina masuk PBB

Isi. Pro dan Kontra Palestina masuk PBB Isi Pro dan Kontra Palestina masuk PBB Dari 193 negara anggota Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 138 negara anggota menyetujui Palestina tidak lagi hanya berstatus sebagai entitas pengamat

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah.

Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah. Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah. Ideologi tak pernah mati. Begitu juga Islam. Meski telah kehilangan institusinya sejak 3 Maret 1924, ideologi Islam tetap tertanam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pertanyaan penelitian pada Bab I penelitian ini dan dihubungkan dengan kerangka pemikiran yang ada, maka kesimpulan yang diambil dari penelitian ini

Lebih terperinci

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 19 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN PBB terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mencapai salah

Lebih terperinci

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Leif STENBERG Direktur, AKU- Dalam makalah berikut ini, saya akan mengambil perspektif yang sebagiannya dibangun

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan: Atika Puspita Marzaman Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa HEPTAcentrum Press Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa Oleh: Atika Puspita Marzaman Copyright 2011 by Atika Puspita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT MENINGKATKAN HUBUNGAN DENGAN NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN BARRACK OBAMA

KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT MENINGKATKAN HUBUNGAN DENGAN NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN BARRACK OBAMA KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT MENINGKATKAN HUBUNGAN DENGAN NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN BARRACK OBAMA (STUDI TERHADAP KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TENTANG ISLAM DAN TERORISME) Dewasa

Lebih terperinci

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan

Lebih terperinci

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini.

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini. Pengantar: Kerajaan Arab Saudi mengelompokkan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris, sama dengan Al Qaeda, dan lainnya. Ada apa di balik semua ini? Adakah negara lain punya peran? Simak pembahasannya

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyak konflik dan perang saudara yang terjadi di dunia ini tidak pernah terlepas dari unsur campur tangan dari negara negara barat yang besar dan kuat yang

Lebih terperinci

Globalisasi. 1. Pengertian Globalisasi

Globalisasi. 1. Pengertian Globalisasi A. Globalisasi 1. Pengertian Globalisasi Globalisasi adalah proses mendunia atau menjadi satu dunia. Globalisasi berasal dari kata global yang artinya umum. Globalisasi berarti sesuatu hak yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

Dalam dua dekade terakhir, tren jumlah negara yang melakukan eksekusi hukuman mati menurun

Dalam dua dekade terakhir, tren jumlah negara yang melakukan eksekusi hukuman mati menurun Konferensi Pers SETARA Institute Temuan Pokok Riset tentang Pemetaan Implikasi Politik Eksekusi Mati pada Hubungan Internasional Indonesia Jakarta, April 2015-04- Dalam dua dekade terakhir, tren jumlah

Lebih terperinci

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci