Analisis dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab IV Analisis dan Pembahasan IV. Pendahuluan Analisis terhadap perambatan gelombang gempa dari batuan dasar hingga ke permukaan tanah, sejauh ini dilakukan dengan mengasumsikan kondisi tanah sebagai sebuah lapisan tanah murni tanpa memperhitungkan keberadaan konstruksi-konstruksi bangunan di dalam dan di atasnya. S. L. Kramer, dalam bukunya Geotechnical Earthquake Engineering (996), dan John P. Wolf, dalam Dynamic Soil-Structure Interaction (985) menyebutkan bahwa keberadaan struktur bangunan di dalam maupun di atas permukaan tanah memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perambatan gelombang gempa menuju permukaan tanah bila dibandingkan dengan keadaan dimana bila pada tanah, konstruksi-konstruksi bangunan tersebut dianggap tidak ada (keadaan freefield). Dinyatakan dalam publikasi tersebut bahwa hal-hal yang menyebabkan timbulnya perbedaan-perbedaan itu berhubungan dengan adanya respon dari tanah yang memberikan pengaruh terhadap pergerakan struktur dan respon dari struktur yang memberikan pengaruh terhadap pergerakan tanah. Hal ini dikenal sebagai interaksi tanah struktur. Variabel-variabel yang akan ditinjau dalam analisis ini adalah kondisi tanah yang didasarkan pada kecepatan gelombang geser rata-rata, kandungan frekwensi dari input motion, percepatan gempa di batuan dasar (PBA), dan struktur bangunan yang berinteraksi dengan tanah. Secara garis besar, permodelan sistem interaksi tanah struktur dalam analisis ini, diperlihatkan dalam gambar IV.. Sehubungan dengan maksud dari penelitian ini yaitu membandingkan respon spektra di permukaan tanah akibat adanya struktur bangunan terhadap keadaan 39

2 sistem yang free-field maka diambil beberapa titik tinjauan di permukaan tanah seperti pada gambar IV.2. Gambar IV- Permodelan sistem interaksi tanah struktur dalam program PLAXIS Dynamics versi 8.2. Analisis dilakukan dengan menggunakan piranti lunak Plaxis Dynamics versi 8.2. yang berdasarkan pada konsep 2-D (dua dimensi) dengan menggunakan solusi dari time domain. Parameter damping Rayleigh α dan β untuk program Plaxis diperoleh sebagai hasil dari program komputer Deepsoil versi 6.2. yang berdasarkan pada konsep -D (satu dimensi) dengan menggunakan solusi dari time domain. 2 A B C D Tanah Basemen Tanah Gambar IV-2 Titik tinjauan dalam analisis 4

3 IV.2 Parameter dan Properties Dinamik Tanah Analisis dilakukan pada suatu lapisan tanah lempung homogen dimana kondisi tanah ditinjau pada 3 (tiga) kelas ( S C, S D, S E ) berdasarkan pada kecepatan gelombang geser rata-rata tanah yang mengacu pada Uniform Building Code 997. IV.2. Program Deepsoil versi 6.2. Pada analisis dengan program Deepsoil versi 6.2., tanah dimodelkan sebagai material nonlinear berlapis dengan kedalaman masing-masing lapisan adalah 2 (dua) meter dimana karakteristik dinamik tanah yaitu kecepatan rambat gelombang geser ( V S ) dimodelkan semakin besar menurut kedalaman dengan distribusi mengikuti persamaan garis lurus (linier). Parameter dinamik modulus geser tanah (G max ) dihitung langsung oleh program berdasarkan pada peningkatan tekanan vertikal efektif tanah yang bersesuaian dengan kedalaman. Melalui parameter tanah ini dapat diketahui modulus elastisitas (E) dari setiap lapisan tanah, dimana nilai modulus elastisitas (E) yang akan diambil dan dipergunakan sebagai input motion dalam program Plaxis Dynamics versi 8.2. adalah nilai E sec ant di 5% σ max pada setiap lapisan tanah. Adapun stratifikasi detail dan parameter tanah yang digunakan pada program Deepsoil dapat dilihat pada tabel IV.. Dengan menggunakan konsep penyelesaian secara analisis time domain, program Deepsoil akan memberikan salah satu hasil keluaran berupa nilai koefisien damping α dan β Rayleigh. Model tanah untuk masing-masing klasifikasi site berdasarkan NEHRP menggunakan Extended Hyperbolic Model yang dikembangkan oleh Hashash dan Park (2). Model ini sendiri merupakan pengembangan dari Modified 4

4 Hyperbolic Model oleh Matasovic (993). Persamaan umum backbone curve dari Extended Hyperbolic Model adalah sebagai berikut Gmoγ τ = Gmoγ + β τ mo G mo τ mo γ s Gmoγ = γ + β γ r = modulus geser inisial (maksimum) = kuat geser tanah = regangan geser β, s, γ r = parameter model s (IV.) Sub Lapisan Tebal Lapisan Lempung Lunak Lempung Sedang Lempung Kaku γ unsaturated Vs γ unsaturated Vs γ unsaturated Vs m kn/m 3 m/dtk 2 kn/m 3 m/dtk 2 (kn/m 3 ) (m/dtk 2 ) Tabel IV- Stratifikasi lapisan tanah untuk kedalaman batuan dasar di 5 m untuk tanah lempung lunak, tanah lempung sedang dan tanah lempung kaku 42

5 Hashash dan Park (2) mengembangkan model ini dengan nilai γ r yang bergantung pada confining pressure sebagai berikut: b σ ' v γ r = ref. strain (IV.2) ref stress. σ v : tegangan vertikal efektif ref. stress : tegangan vertikal efektif pada saat γ r = ref. Strain Pada model ini, perilaku tegangan-regangan hampir linier pada kondisi regangan yang sangat kecil sehingga menghasilkan redaman yang bernilai (nol). Oleh karena itu redaman pada regangan yang sangat kecil perlu dimodelkan secara tersendiri seperti di bawah ini. d ξ = Small strain damping (IV.3) σ ' v dimana d : parameter yang mempengaruhi ketergantungan rasio redaman terhadap tegangan Untuk masing-masing klasifikasi site menurut NEHRP, parameter-parameter tersebut di atas ditentukan sedemikian rupa sehingga model tanah hiperbolik yang digunakan mendekati dengan model tanah Vucetic dan Dobry (99). Untuk tanah lempung, dipakai harga PI (Plasticity Index) sebesar (nol) untuk klasifikasi tanah C (lempung kaku), PI sebesar 5 (lima belas) untuk klasifikasi tanah D (lempung sedang) dan PI sebesar 3 (tiga puluh) untuk klasifikasi tanah E (lempung lunak). IV.2.2 Program Plaxis Dynamics versi 8.2. Pada analisis dengan piranti lunak Plaxis Dynamics versi 8.2., tanah dimodelkan sebagai material linear elastik yang non-porous dan hubungan shear strain tanah mengikuti pola Mohr Coulomb yang elasto-plastik. 43

6 Perilaku model tanah dengan Mohr Coulomb cukup berbeda dengan model hiperbolik seperti yang dipergunakan dalam program Deepsoil ataupun NERA. Model hiperbolik lebih mendekati hasil yang diperoleh dari tes triaxial terdrainase (drained triaxial test). Perbandingan dari kedua model tersebut dapat dilihat pada gambar IV.3. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa model hiperbolik memperlihatkan perilaku perubahan kondisi elastik-plastik yang perlahan-lahan (gradual), tetapi tidak demikian halnya pada model Mohr- Coulomb. Oleh karena adanya perbedaan tersebut, maka Modulus Young yang dipergunakan pada program Plaxis Dynamics versi 8.2. adalah modulus secant pada σ max 5% untuk lebih mendekati reduksi modulus seiring dengan pertambahan regangan seperti pada model hiperbolik. Dengan menggunakan konsep penyelesaian secara analisis time domain, Plaxis Dynamics versi 8.2. memerlukan parameter koefisien damping tanah α dan β Rayleigh. Parameter ini diperoleh sebagai hasil keluaran program Deepsoil versi 6.2 setelah melalui tahap spectral matching (penyamaan respon spektra). Penyamaan ini dilakukan dengan menyamakan respon spektra yang diperoleh melalui piranti lunak Deepsoil versi 6.2 dengan yang dihasilkan oleh piranti lunak Plaxis Dynamics versi 8.2. Plaxis Dynamics versi 8.2 membutuhkan beberapa parameter input untuk dapat menghasilkan respon spketra. Parameter α dan β Rayleigh adalah parameter yang diperoleh melalui Deepsoil versi 6.2. Sementara itu, parameter modulus elastisitas material, E, diperoleh melalui piranti lunak Deepsoil versi 6.2 dari kurva hubungan antara G/G max Strain, yang diambil pada nilai E sec ant 5% (dilakukan adjustment). Parameter kuat geser tanah pada model Mohr-Coulomb ditentukan dengan menggunakan korelasi undrained shear strength terhadap indeks plastisitas lempung dan overconsolidated ratio. Korelasi yang digunakan pada kondisi tanah normally consolidated adalah persamaan yang diberikan oleh Skempton (984). u ' (..37 PI ) p S = + (IV.4) o PI : indeks plastisitas p o : tegangan vertikal efektif tanah 44

7 Sedangkan untuk tanah overconsolidated, nilai S u diperoleh sebagai hasil dari korelasi yang diberikan oleh Poulos (988), ' ( su po ) ' ( s p ) u o OC NC = ( OCR) m dimana, OCR : overconsolidation ratio M : kira-kira sama dengan.8 (IV.5) Gambar IV-3 Perbandingan model hiperbolik dan Mohr-Coulomb (Brinkgreve, et al 22) Parameter lain yang sangat berpengaruh pada piranti lunak Plaxis Dynamics versi 8.2 adalah koefisien tekanan lateral tanah statis (K o ), dimana nilai parameter ini diperoleh dari korelasi terhadap indeks plastisitas tanah (Holtz & Kovacs, 98) untuk tanah normally consolidated. K o = PI (IV.5) Sedangkan untuk tanah overconsolidated digunakan korelasi yang diberikan oleh Alpan (967). K n ( ) ( ) ( PI OCR dengan n =.54 28) o( OC) K o( NC ) = (IV.6) 45

8 Secara lebih detail, permodelan tanah dalam Plaxis Dynamics versi 8.2. adalah sebagai berikut, Kedalaman kolom tanah : 5 m Lebar tanah tinjauan : 5 m Batas Absorbent : di sisi kiri dan kanan model tanah Standard Fixities : di sisi kiri, bawah dan kanan model tanah Prescribed Displacement : di bagian bawah model tanah Jumlah lapisan tanah : 5 (lima) lapis Model tanah : material non-porous Model perilaku tanah : Mohr Coulomb IV.3 Beban Gempa Beban gempa adalah jenis subduksi dan kerak dangkal yang di-skala-kan pada pecepatan. g,.2 g dan.3 g dan dirambatkan dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk lokasi kota Jakarta yang diperoleh melalui penelitian menggunakan Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). Beban gempa yang dikembangkan melalui PSHA adalah pada percepatan.2 g lalu dilakukan penskala-an untuk mendapatkan percepatan beban gempa di. g dan.3 g. Dalam penelitian ini, tidak dilakukan perhitungan PSHA untuk memperoleh beban gempa. Beban gempa yang dipakai dalam penelitian adalah hasil penelitian dari laboratorium Geoteknik PRI ITB (Pusat Rekayasa Industri Institut Teknologi Bandung, Sengara et., al.). Beban gempa yang dipakai sebagai input motion untuk Deepsoil versi 6.2. adalah berbentuk time history acceleration, sementara itu untuk Plaxis Dynamics versi 8.2. yang digunakan adalah bentuk time history displacement mengingat bahwa Plaxis Dynamics versi 8.2. melakukan perhitungan berdasarkan pada konsep load displacement. 46

9 Waktu (s) Waktu (s) Gambar IV-4 Beban Gempa. g Lokasi Jakarta untuk subduksi, kerak dangkal Waktu (s) Waktu (s) Gambar IV-5 Beban Gempa.2 g Lokasi Jakarta untuk subduksi, kerak dangkal Waktu (s) Waktu (s) Gambar IV-6 Beban Gempa.3 g Lokasi Jakarta untuk subduksi, kerak dangkal 47

10 IV.4 Parameter dan Properties untuk Konstruksi Bangunan Struktur yang diperhitungkan dalam analisis adalah konstruksi pondasi, basement dan bangunan atas. Secara umum konstruksi bangunan dimodelkan sebagai material elastik dengan karakteristik sebagai berikut, 25 m m 2 m 5 m Gambar IV-7 Potongan melintang konstruksi bangunan Diameter (m) b (m) h (m) A (m 2 ) Mutu Beton Spacing (m) Jumlah v ρ (kn/m 3 ) K K K Tabel IV-2 Pondasi untuk diameter ukuran.8m,.m dan.2m, panjang 2 m Struktur b (m) h (m) A (m 2 ) Mutu Beton v ρ (kn/m 3 ) Balok.5.5 K Kolom.6.6 K Tabel IV-3 Basement ukuran 4m x 4m x m, Struktur b (m) h (m) A (m 2 ) Mutu Beton v ρ (kn/m 3 ) Balok.3.3 K Kolom.4.4 K Tabel IV-4 Struktur atas, 5 (lima) lantai, 48

11 Plaxis Dynamics versi 8.2 melakukan analisis berdasar pada keadaan Plane Strain dimana berarti bahwa peninjauan terhadap sistem dilakukan setiap (satu) meter menerus kearah dalam bidang gambar (geometri). Permasalahan dari penggunaan Plane Strain adalah pada saat memodelkan pondasi grup bangunan. Grup pondasi bangunan secara nyata adalah sebuah tiang dengan panjang dan dimensi diameter yang tertentu dan jarak antara sebesar 4 (empat) meter. Permodelan grup pondasi secara ideal mengikuti bentuk nyata sebagai tersebut diatas, tidak dapat dilakukan dalam Plaxis Dynamics versi 8.2 mengingat keadaan Plane Strain ini sehingga dilakukan konversi dari bentuk tiang berdiameter tertentu kedalam bentuk plate dengan ketebalan tertentu. IV.5 Hasil Keluaran Plaxis Dynamics versi 8.2 Seluruh perhitungan menggunakan program Plaxis Dynamics versi 8.2 menghasilkan keluaran berupa time history. Jenis time history yang dipakai dalam analisis adalah time history acceleration dimana kemudian dapat dibangun sebuah respon spektra dari time history tersebut dengan menggunakan piranti lunak SeismoSignal. Dari hasil respon spektra ini kemudian ditinjau aspek-aspek yang mempengaruhi faktor amplifikasi akibat adanya struktur tertanam (pondasi dan basement) dan struktur atas jika dibandingkan dengan kondisi free-field, sehingga dapat direkomendasikan suatu faktor amplifikasi yang lebih realistis untuk keperluan desain struktur atas. IV.5. Hasil dari Program NERA, Deepsoil versi 6.2 dan Plaxis versi 8.2 pada Penyelesaian secara Analisis Time Domain Sebelum dilakukan perhitungan respon spektra permukaan untuk berbagai keadaan kasus, dilakukan terlebih dahulu perhitungan untuk mendapatkan parameter damping Rayleigh α dan β melalui spectral matching dari 3 (tiga) program yang berbeda, yaitu Deepsoil versi 6.2 (-D, Time Domain Analysis), 49

12 NERA (-D, Frequency Domain Analysis) dan Plaxis Dynamics versi 8.2 (2-D, Time Domain Analysis). Penelitian ini dilakukan pada jenis tanah yang berbeda yaitu lempung kaku, lempung sedang dan lempung lunak untuk beban gempa subduksi sebesar. g dan keadaan tanah yang free-field. Kedalaman kolom tanah adalah 5 m dengan lebar tanah tinjauan sebesar 5 m. Titik tinjauan berada di tengah-tengah bentang permukaan tanah. Diperoleh hasil,.6 DEEPSOIL PLAXIS NERA DEEPSOIL PLA XIS NERA Gambar IV-8 Spectral matching untuk tanah lempung kaku, Skala Cartesius Skala Logaritma.6 DEEPSOIL PLA XIS NERA DEEPSOIL PLAXIS NERA Gambar IV-9 Spectral matching untuk tanah lempung sedang, Skala Cartesius Skala Logaritma 5

13 .8 DEEPSOIL PLA XIS NERA DEEPSOIL PLAXIS NERA Gambar IV- Spectral matching untuk tanah lempung lunak Skala Cartesius Skala Logaritma Hasil analisis ditampilkan dalam gambar IV-8, IV-9 dan IV- di atas ini. Dapat dilihat bahwa hasil perhitungan respon spektra ketiga program memiliki kecenderungan pola yang sama. Kecenderungan pola yang sama ini menunjukkan bahwa telah tercapainya kemiripan dalam permodelan tanah untuk masingmasing program yang berbeda. Dengan demikian maka, parameter damping Rayleigh α dan β yang diperoleh melalui program Deepsoil versi 6.2 sebagai data masukan pada program Plaxis Dynamics versi 8.2 sudah dapat dipergunakan dalam analisis-analisis kasus selanjutnya. IV.5.2 Pengaruh Konstruksi Tertanam Basemen dan Pondasi terhadap Faktor Amplifikasi Respon Spektra Permukaan Dilakukan analisis respon spektra permukaan di: a. Titik B (level. permukaan tanah dan di tepi luar struktur basement). b. Pada tanah lempung lunak, sedang dan kaku. c. Beban gempa adalah subduksi dan kerak dangkal dengan besar yang bervariasi antara. g,.2 g dan.3 g. d. Penelitian dilakukan dengan membandingkan antara keadaan free-field dan keadaan SSI (yaitu adanya struktur tertanam basement dan pondasi) 5

14 yang ditampilkan dalam bentuk respon spektra dan selubung respon spektra. e. Hasil penelitian dibandingkan juga dengan aturan standar yang dikeluarkan oleh UBC tahun 997 dan SK SNI yang berbentuk selubung respon spektra. Diperoleh hasil sebagai berikut: IV.5.2. Tanah lempung lunak dengan beban gempa sebesar. g Free Field UBC SNI SSI g M SSI g SCF SSI Rata-2 Percptn SSI Rata-2 Pcptn Deviasi SSI g M FF g SCF FF Rata-2 Percptn FF Rata-2 Pcptn Deviasi FF Free Field UBC SNI SSI Gambar IV- Selubung Respon Spektra pada tanah lempung lunak pada keadaan freefield maupun keadaan SSI untuk beban gempa.g. Pada selubung respon spektra dapat dilihat bahwa,. Nilai Peak Ground Acceleration (PGA, diambil pada periode (nol) detik), Data PGA (g) Ts (dtk) F. Ampli. Kurva UBC ' /T SNI /T Free Field /T % PGA Free Field - SSI SSI /T 52

15 2. Sementara itu, puncak dari selubung respon spektra memberikan hasil, Sumber Data Nilai (g) UBC '97.55 SNI Free Field.54 SSI.5 IV Tanah lempung lunak dengan beban gempa sebesar.2 g Free Field UBC SNI SSI 2g M FF 2g SCF FF Rata-2 Prcptn FF Rata-2 Prcptn Deviasi FF 2g M SSI 2g SCF SSI Rata-2 Prcptn SSI Rata-2 Prcptn Deviasi SSI Free Field SNI UBC SSI Gambar IV-2 Selubung Respon Spektra pada tanah lempung lunak pada keadaan freefield maupun keadaan SSI untuk beban gempa.2g. 53

16 Pada selubung respon spektra dapat dilihat bahwa,. Nilai Peak Ground Acceleration (PGA, diambil pada periode (nol) detik), Data PGA (g) Ts (dtk) F. Ampli. Kurva UBC ' /T SNI /T Free Field /T % PGA Free Field - SSI SSI /T 2. Sementara itu, puncak dari selubung respon spektra memberikan hasil, Sumber Data Nilai (g) UBC '97.85 SNI Free Field.85 SSI.85 IV Tanah lempung lunak dengan beban gempa sebesar.3 g Free Field UBC SNI SSI 3g M FF 3g SCF FF Rata-2 Prcptn FF Rata-2 Prcptn Deviasi FF 3g M SSI 3g SCF SSI Rata-2 Prcptn SSI Rata-2 Prcptn Deviasi SSI Free Field UBC SNI SSI Gambar IV-3 Selubung Respon Spektra pada tanah lempung lunak pada keadaan freefield maupun keadaan SSI untuk beban gempa.3g. 54

17 Pada selubung respon spektra dapat dilihat bahwa,. Nilai Peak Ground Acceleration (PGA, diambil pada periode (nol) detik), Data PGA (g) Ts (dtk) F. Ampli. Kurva UBC ' /T SNI /T Free Field /T % PGA Free Field - SSI SSI /T Sementara itu, puncak dari selubung respon spektra memberikan hasil, Sumber Data Nilai (g) UBC '97.9 SNI Free Field.25 SSI.92 IV Tanah lempung sedang dengan beban gempa sebesar. g Free Field UBC SNI SSI g M FF g SCF FF Rata-2 Prcptn FF Rata-2 Prcptn Deviasi FF g M SSI g SCF SSI Rata-2 Prcptn SSI Rata-2 Prcptn Deviasi SSI Free Field UB C SNI SSI Gambar IV-4 Selubung Respon Spektra pada tanah lempung sedang pada keadaan freefield maupun keadaan SSI untuk beban gempa.g. 55

18 Pada selubung respon spektra dapat dilihat bahwa,. Nilai Peak Ground Acceleration (PGA, diambil pada periode (nol) detik), Data PGA (g) Ts (dtk) F. Ampli. Kurva UBC ' /T SNI /T Free Field /T % PGA Free Field - SSI SSI /T Sementara itu, puncak dari selubung respon spektra memberikan hasil, Sumber Data Nilai (g) UBC ' SNI Free Field.5 SSI.5 IV Tanah lempung sedang dengan beban gempa sebesar.2 g Free Field UBC SNI SSI 2g M FF 2g SCF FF Rata-2 Prcptn FF Rata-2 Prcptn Deviasi FF 2g M SSI 2g SCF SSI Rata-2 Prcptn SSI Rata-2 Prcptn Deviasi SSI Free Field UB C SNI SSI Gambar IV-5 Selubung Respon Spektra pada tanah lempung sedang pada keadaan freefield maupun keadaan SSI untuk beban gempa.2g. 56

19 Pada selubung respon spektra dapat dilihat bahwa,. Nilai Peak Ground Acceleration (PGA, diambil pada periode (nol) detik), Data PGA (g) Ts (dtk) F. Ampli. Kurva UBC ' /T SNI /T Free Field /T % PGA Free Field - SSI SSI /T Sementara itu, puncak dari selubung respon spektra memberikan hasil, Sumber Data Nilai (g) UBC '97.7 SNI Free Field.79 SSI.75 IV Tanah lempung sedang dengan beban gempa sebesar.3 g Free Field UBC SNI SSI 3g M FF 3g SCF FF Rata-2 Prcptn FF Rata-2 Prcptn Deviasi FF 3g M SSI 3g SCF SSI Rata-2 Prcptn SSI Rata-2 Prcptn Deviasi SSI Free Field UB C SNI SSI Gambar IV-6 Selubung Respon Spektra pada tanah lempung sedang pada keadaan freefield maupun keadaan SSI untuk beban gempa.3g. 57

20 Pada selubung respon spektra dapat dilihat bahwa,. Nilai Peak Ground Acceleration (PGA, diambil pada periode (nol) detik), Data PGA (g) Ts (dtk) F. Ampli. Kurva UBC ' /T SNI /T Free Field /T % PGA Free Field - SSI SSI /T Sementara itu, puncak dari selubung respon spektra memberikan hasil, Sumber Data Nilai (g) UBC '97.9 SNI Free Field.2 SSI.92 IV Tanah lempung kaku dengan beban gempa sebesar. g Free Field UBC SNI SSI g M FF g SCF FF Rata-2 Prcptn FF Rata-2 Prcptn Deviasi FF g M SSI g SCF SSI Rata-2 Prcptn SSI Rata-2 Prcptn Deviasi SSI.8.6 Free Field UBC SNI SSI Gambar IV-7 Selubung Respon Spektra pada tanah lempung kaku pada keadaan freefield maupun keadaan SSI untuk beban gempa.g. 58

21 Pada selubung respon spektra dapat dilihat bahwa,. Nilai Peak Ground Acceleration (PGA, diambil pada periode (nol) detik), Data PGA (g) Ts (dtk) F. Ampli. Kurva UBC ' /T SNI /T Free Field /T % PGA Free Field - SSI SSI /T Sementara itu, puncak dari selubung respon spektra memberikan hasil, Sumber Data Nilai (g) UBC ' SNI Free Field.4 SSI.37 IV Tanah lempung kaku dengan beban gempa sebesar.2 g Free Field UBC SNI SSI 2g M FF 2g SCF FF Rata-2 Prcptn FF Rata-2 Prcptn Deviasi FF 2g M SSI 2g SCF SSI Rata-2 Prcptn SSI Rata-2 Prcptn Deviasi SSI Free Field UBC SNI SSI Gambar IV-8 Selubung Respon Spektra pada tanah lempung kaku pada keadaan freefield maupun keadaan SSI untuk beban gempa.2g. 59

22 Pada selubung respon spektra dapat dilihat bahwa,. Nilai Peak Ground Acceleration (PGA, diambil pada periode (nol) detik), Data PGA (g) Ts (dtk) F. Ampli. Kurva UBC ' /T SNI /T Free Field /T % PGA Free Field - SSI SSI /T Sementara itu, puncak dari selubung respon spektra memberikan hasil, Sumber Data Nilai (g) UBC '97.6 SNI Free Field.78 SSI.725 IV Tanah lempung kaku dengan beban gempa sebesar.3 g Free Field UBC SSI SNI 3g M FF 3g SCF FF Rata-2 Prcptn FF Rata-2 Prcptn Deviasi FF 3g M SSI 3g SCF SSI Rata-2 Prcptn SSI Rata-2 Prcptn Deviasi SSI Free Field UBC SSI SNI Gambar IV-9 Selubung Respon Spektra pada tanah lempung kaku pada keadaan freefield maupun keadaan SSI untuk beban gempa.3g. 6

23 Pada selubung respon spektra dapat dilihat bahwa,. Nilai Peak Ground Acceleration (PGA, diambil pada periode (nol) detik), Data PGA (g) Ts (dtk) F. Ampli. Kurva UBC ' /T SNI /T Free Field /T % PGA Free Field - SSI SSI /T Sementara itu, puncak dari selubung respon spektra memberikan hasil, Sumber Data Nilai (g) UBC '97.75 SNI Free Field SSI.9 Dari beberapa kasus dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa tidak ditemukan (satu) pola yang sama untuk nilai-nilai selubung respon spektra antara hasil penelitian dengan standar-standar yang umum digunakan. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik gelombang gempa (input motion) dan karakteristik tanah yang berbeda antara lokasi penelitian dengan karakteristik yang termuat didalam aturan standar UBC 997 maupun SK SNI Nilai PGA (Peak Ground Acceleration) pada keadaan free-field maupun keadaan SSI secara umum menghasilkan besar yang sama atau mendekati sama. 6

24 IV.5.3 Pengaruh Beban Gempa pada Jenis Tanah dan Konstruksi Bangunan yang Sama Dilakukan analisis respon spektra permukaan di: a. Titik A (level. permukaan tanah dan di tengah-tengah lebar basement), titik B (level. permukaan tanah dan di tepi luar struktur basemen), titik C (level. permukaan tanah dan m dari sisi bangunan terluar), titik D (level. permukaan tanah dan 2 m dari sisi bangunan terluar). b. Pada tanah lempung sedang (medium). c. Beban gempa adalah subduksi dengan besar bervariasi.g,.2g dan.3g. d. Penelitian dilakukan dengan melibatkan struktur atas dan struktur tertanam (yaitu basement dan pondasi). Diperoleh hasil sebagai berikut, g 2g 3g.6.4 g 2g 3g Gambar IV-2 Respon Spektra Permukaan di titik A pada Tanah Lempung Sedang untuk Beban Gempa Subduksi di Batuan Dasar dengan Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basement dan Pondasi: dgn sb Cartesius, dg sb x dlm skala logaritma g - B 2g - B 3g - B g - C 2g - C 3g - C (c) (d) Gambar IV-2 Respon Spektra Permukaan pada Tanah Lempung Sedang untuk Beban Gempa Subduksi di Batuan Dasar dg Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen dan Pondasi di: (c) titik B, (d) titik C. 62

25 g 2g 3g.6.4 g 2g 3g (e) (f) Gambar IV-22 Respon Spektra Permukaan di titik D pada Tanah Lempung Sedang untuk Beban Gempa Subduksi di Batuan Dasar dengan Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen dan Pondasi: (e) dg sb Cartesius, (f) dg sb x dalam skala logaritma g - C g - B 2g - B 3g - B.4.2 2g - C 3g - C Gambar IV-23 Respon Spektra Permukaan pada Tanah Lempung Sedang untuk Beban Gempa Kerak Dangkal di Batuan Dasar dengan Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen dan Pondasi di: titik B, titik C g - A 2g - A 3g - A.6.4 g - A 2g - A 3g - A Gambar IV-24 Respon Spektra Permukaan di titik A pada Tanah Lempung Sedang untuk Beban Gempa Kerak Dangkal di Batuan Dasar dengan Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen & Pondasi, dg sb Cartesius, dg sb x dlm skala log. 63

26 g - D 2g - D 3g - D.4.2 g - D 2g - D 3g - D Gambar IV-25 Respon Spektra Permukaan di titik D pada Tanah Lempung Sedang untuk Beban Gempa Kerak Dangkal di Batuan Dasar dengan Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen & Pondasi, dg sb Cartesius, dg sb x dlm skala log. Bila di-tabel-kan maka nilai PGA (Peak Ground Acceleration, yaitu percepatan gempa pada periode (nol) detik) untuk bermacam kondisi pembebanan gempa di beberapa titik tinjauan seperti diatas adalah sebagai berikut, Titik A Titik B Titik C Titik D (g) (g) (g) (g) Beban Gempa g M Beban Gempa 2g M Beban Gempa 3g M Beban Gempa g SCF Beban Gempa 2g SCF Beban Gempa 3g SCF Maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut, untuk jenis tanah dan konstruksi bangunan yang sama, a. Nilai PGA paling besar dihasilkan oleh beban gempa sebesar.3 g baik untuk mekanisme subduksi maupun kerak dangkal. b. Nilai PGA paling kecil dihasilkan oleh beban gempa sebesar. g untuk mekanisme gempa subduksi maupun kerak dangkal. c. Perlu mendapat perhatian bahwa nilai PGA tidak memiliki keseragaman pola di setiap titik tinjauan PGA untuk setiap mekanisme gempa dengan variasi nilai beban gempa. Sebagai contoh adalah pada beban gempa. g 64

27 Megathrust, PGA mengalami peningkatan dari titik A terhadap titik B. Sementara itu, terjadi kenyataan yang berbeda pada nilai PGA di titik A dan B untuk beban gempa.2 g Megathrust. Hasil ini dapat dimengerti mengingat adanya efek perkuatan (resonansi) antara frekuensi tanah, frekuensi struktur bangunan dan frekuensi gelombang gempa. Titik A berada pada bangunan basement sementara titik B pada pertemuan basement dengan tanah sedangkan titik C dan D berada pada lokasi yang tidak berhubungan dengan bangunan secara langsung. Perbedaan letak titik-titik ini menyebabkan perbedaan pada hasil respon spektra permukaan dalam perkuatan maupun perlemahan frekuensi dari hubungan antara beban gempa dan sistem struktur yang merambat hingga tiba di permukaan tanah. IV.5.4 Pengaruh Jenis Tanah pada Beban Gempa dan Konstruksi Bangunan yang Sama Dilakukan analisis respon spektra permukaan di: a. Titik A (level. permukaan tanah dan di tengah-tengah lebar basement), titik B (level. permukaan tanah dan di tepi luar struktur basemen), titik C (level. permukaan tanah dan m dari sisi bangunan terluar), titik D (level. permukaan tanah dan 2 m dari sisi bangunan terluar). b. Pada tanah lempung kaku (stiff), sedang (medium) dan lunak (soft). c. Beban gempa adalah subduksi dengan besar. g. d. Penelitian dilakukan dengan melibatkan struktur atas dan struktur tertanam (yaitu basement dan pondasi). Jenis tanah yang berbeda berarti memiliki perbedaan dalam kecepatan merambatkan gelombang gempa dari batuan dasar ke permukaan tanah. Cepat rambat gelombang gempa (V s ) ini, pada kondisi tanah free-field, sangat berhubungan dengan frekuensi natural (f n ) dari tanah tersebut. Hal ini seperti 65

28 yang dinyatakan dalam persamaan di bawah oleh Steven L. Kramer, [Kramer, 996]: Vs f n = (2n ) (IV.6) 4H dimana, f : frekuensi natural n V : cepat rambat gelombang gempa s n H : nomor mode : ketebalan lapisan tanah Lapisan tanah adalah lempung homogen yang dinyatakan menurut parameter kecepatan gelombang geser rata-rata tanah yang mengacu pada UBC (Uniform Building Code) 997 yang mengelompokkan tanah lempung kedalam 3 (tiga) kelas ( S C, S D, S E ). Maka diperoleh hasil sebagai berikut,.5.4 Lempung Kaku - A Lempung Sedang - A Lempung Lunak - A Lempung Kaku - A Lempung Sedang - A Lempung Lunak - A Gambar IV-26 Respon Spektra Permukaan di A dg Var. Tanah u Gempa Subduksi. g dg Memperhitungkan S. Atas, Basement & Pondasi, Cartesius, sb x dlm skala Log..6 Lempung Kaku - B Lempung Sedang - B Lempung Lunak - B.6 Lempung Kaku - C Lempung Sedang - C Lempung Lunak - C Gambar IV-27 Respon Spektra Permukaan dg Var. Jenis Tanah u Gempa Subduksi. g di Bat. Dasar dg Memperhitungkan S. Atas, Basement dan Pondasi di titik B, titik C. 66

29 Lempung Kaku - D.5 Lempung Kaku - D Lempung Sedang - D.5 Lempung Sedang - D Lempung Lunak - D.4 Lempung Lunak - D Gambar IV-28 Respon Spektra Permukaan di titik D dengan Variasi pada Jenis Tanah untuk Beban Gempa Subduksi. g di Batuan Dasar dengan Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen dan Pondasi, dalam skala Cartesius, sb x dalam skala Logaritma Lempung Kaku - A Lempung Sedang - A Lempung Lunak - A.6 Lempung Kaku - A Lempung Sedang - A Lempung Lunak - A Gambar IV-29 Respon Spektra Permukaan di Ttitk A dg Variasi pada Jenis Tanah utk Beban Gempa Kerak Dangkal. g di Bat. Dasar dg Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen & Pondasi, dlm skala Cartesius, sb x dlm skala Log..6 Lempung Kaku - B Lempung Sedang - B Lempung Lunak - B.5.4 Lempung Kaku - C Lempung Sedang - C Lempung Lunak - C Gambar IV-3 Respon Spektra Permukaan dengan Variasi pada Jenis Tanah untuk Beban Gempa Kerak Dangkal. g di Batuan Dasar dengan Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen dan Pondasi, titik B, titik C. 67

30 .5.4 Lempung Kaku - D Lempung Sedang - D Lempung Lunak - D Lempung.5 Kaku - D Lempung Sedang - D Lempung.4 Lunak - D Gambar IV-3 Respon Spektra Permukaan di Ttitk D dengan Variasi pada Jenis Tanah utk Beban Gempa Kerak Dangkal. g di Bat. Dasar dg Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen & Pondasi, dlm skala Cartesius, sb x dlm skala Log. Bila di-tabel-kan maka nilai PGA (Peak Ground Acceleration, yaitu percepatan gempa pada periode (nol) detik) untuk bermacam jenis tanah dan variasi pada jenis beban gempa di beberapa titik tinjauan adalah sebagai berikut, Titik A Titik B Titik C Titik D (g) (g) (g) (g) Lempung Kaku g M Lempung Sedang g M Lempung Lunak g M Lempung Kaku g SCF Lempung Sedang g SCF Lempung Lunak g SCF Maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut, untuk besar beban gempa subduksi. g dan konstruksi bangunan yang sama, a. Di semua titik tinjauan, amplifikasi terbesar terjadi pada jenis tanah kaku untuk mekanisme gempa subduksi maupun kerak dangkal. b. Sementara itu, nilai PGA terkecil terjadi pada tanah lunak di titik A dan B yang berhubungan dengan bangunan sementara itu, di titik-titik yang tidak berhubungan dengan bangunan, PGA terkecil terjadi pada tanah sedang dan ini merupakan kejadian de-amplifikasi, yaitu proses perlemahan beban gempa. 68

31 Adanya kecendrungan bahwa hasil PGA tidak memiliki keseragaman pola di setiap titik tinjauan untuk satu mekanisme gempa dan jenis tanah yang sama. Sebagai contoh adalah untuk tanah lempung kaku. g mekanisme subduksi (Megathrust), PGA mengalami peningkatan dari titik A ke titik B, sementara itu, terjadi hal yang berlawanan untuk tanah lempung sedang. g mekanisme subduksi (Megathrust). Hal-hal ini dapat dimengerti mengingat jenis tanah yang berbeda memiliki kandungan frekuensi natural yang juga tidak sama. Dan frekuensi natural tanah ini akan memberi respon dengan mengalami perkuatan maupun perlemahan terhadap rambatan gelombang gempa dari batuan dasar. Mekanisme beban gempa memberi sumbangan yang cukup berarti terhadap proses perkuatan dan perlemahan beban gempa mengingat kandungan frekuensi yang berbeda-beda dari masing-masing mekanisme gempa. Hal lain yang menarik untuk dicermati adalah mengenai hasil perbandingan respon spektra pada tanah lunak, sedang dan kaku antara keadaan free-field dengan keadaan adanya struktur (SSI atau interaksi tanah struktur) seperti terlihat di bawah ini, yaitu bahwa pada tanah lunak, memberikan perbedaan nilai PGA yang paling besar dibandingkan bila bangunan yang sama di bangun di tanah sedang maupun tanah kaku. Hasil tersebut ditampilkan di bawah ini,.6 Free Field - A SSI - A Free Field - A SSI - A Gambar IV-32 Respon Spektra Permukaan pada Tanah Lempung Kondisi Free Field dan Kondisi SSI dengan Beban Gempa Subduksi.g di Bat. Dasar utk lempung kaku. Gbr di sebelah kanan menampilkan sb x dlm skala log. 69

32 .8 Free Field - A SSI - A.8 Free Field - A SSI - A (c) (d) Gambar IV-33 Respon Spektra Permukaan pada Tanah Lempung Kondisi Free Field dan Kondisi SSI dengan Beban Gempa Subduksi.g di Batuan Dasar untuk lempung sedang. Gambar di sebelah kanan menampilkan sb x dalam skala logaritma. Free Field - A SSI - A Free Field - A SSI - A (e) (f) Gambar IV-34 Respon Spektra Permukaan pada Tanah Lempung Kondisi Free Field dan Kondisi SSI dengan Beban Gempa Subduksi.g di Batuan Dasar untuk lempung lunak. Gambar di sebelah kanan menampilkan sb x dalam skala logaritma..6.6 Free-Field - A SSI - A Free-Field - A SSI - A Gambar IV-35 Respon Spektra Permukaan pada Tanah Lempung Kondisi Free Field dan Kondisi SSI dengan Beban Gempa Kerak Dangkal.g di Batuan Dasar untuk lempung kaku. Gambar di sebelah kanan menampilkan sb x dalam skala logaritma. 7

33 Free-Field - A SSI - A Free-Field - A.6 SSI - A (c) (d) Gambar IV-36 Respon Spektra Permukaan pada Tanah Lempung Kondisi Free Field dan Kondisi SSI dengan Beban Gempa Kerak Dangkal.g di Bat. Dasar utk lempung sedang. Gambar di sebelah kanan menampilkan sb x dalam skala logaritma..6 Free-Field - A SSI - A.6 Free-Field - A SSI - A (e) (f) Gambar IV-37 Respon Spektra Permukaan pada Tanah Lempung Kondisi Free Field dan Kondisi SSI dengan Beban Gempa Kerak Dangkal.g di Batuan Dasar untuk lempung lunak. Gambar di sebelah kanan menampilkan sb x dalam skala logaritma. Bila di-tabel-kan maka nilai PGA (Peak Ground Acceleration, yaitu percepatan gempa pada periode (nol) detik) untuk perbandingan keadaan free-field dan keadaan interaksi tanah struktur di titik A adalah sebagai berikut, Free-Field Interaksi tanahstruktur Selisih PGA (g) (g) (g) Lempung Kaku.g M Lempung Sedang.g M Lempung Lunak.g M Lempung Kaku.g SCF Lempung Sedang.g SCF Lempung Lunak.g SCF

34 Terlihat bahwa pada tanah lunak, perbedaan respon spektra permukaan (selisih PGA) mencapai. g di beban dengan mekanisme subduksi dan mencapi.7 g pada beban mekanisme kerak dangkal. IV.5.5 Pengaruh Dimensi Pondasi pada Beban Gempa dan Jenis Tanah yang Sama. Dilakukan analisis respon spektra permukaan di: a. Titik A (level. permukaan tanah dan di tengah-tengah lebar basement), titik B (level. permukaan tanah dan di tepi luar struktur basemen), titik C (level. permukaan tanah dan m dari sisi bangunan terluar), titik D (level. permukaan tanah dan 2 m dari sisi bangunan terluar). b. Pada tanah lempung sedang (medium). c. Beban gempa adalah subduksi dengan besar.2 g dan di tinjau pada titik A dan D (titik di keadaan SSI dan titik di keadaan free-field) sementara itu, di pakai juga beban gempa kerak dangkal.2 g untuk tinjauan di titik-titik A, B, C dan D. Penelitian dilakukan dengan melibatkan struktur atas dan struktur tertanam (yaitu basemen dan pondasi) dengan diameter pondasi yang berbeda-beda sebesar.8 m,. m dan.2 m. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh kekakuan pondasi terhadap respon spektra yang tiba di permukaan tanah..8.6 Dia. m - A Dia..8m - A Dia..2m - A Dia. m - A Dia..8m - A Dia..2m - A Gambar IV-38 Respon Spektra Permukaan di Ttitk A dengan Variasi pada Kekakuan Struktur Pondasi untuk Beban Gempa Subduksi.2g di Batuan Dasar pada Tanah Lempung Sedang dengan Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen dan Pondasi, dalam skala Cartesius, sb x dalam skala Logaritma. 72

35 .8.6 Dia. m - B Dia..8m - B Dia..2m - B.8.6 Dia. m - C Dia..8m - C Dia..2m - C Gambar IV-39 Respon Spektra Permukaan dengan Variasi pada Kekakuan Struktur Pondasi utk Beban Gempa Subduksi.2g di Bat. Dasar pd Tanah Lempung Sedang dg Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen & Pondasi, di B, di C..8.6 Dia. m - D Dia..8m - D Dia..2m - D Dia. m - D Dia..8m - D Dia..2m - D Gambar IV-4 Respon Spektra Permukaan di D dgn Variasi pd Kekakuan Pondasi utk Gempa Subduksi.2g di Bat. Dasar pd Lempung Sedang dg Memperhitungkan Struktur Atas, Struktur Basement & Pondasi, dlm skala Cartesius, sb x dlm skala Log..8 Dia. m - A Dia.8m - A Dia..2m - A Dia. m - A Dia.8m - A Dia..2m - A Gambar IV-4 Respon Spektra Permukaan di A dg Variasi pd Kekakuan Pondasi utk Gempa Kerak Dangkal.2g di Bat. Dasar pd Lempung Sedang dg Memperhitungkan Struktur Atas, Struktur Basement & Pondasi, skala Cartesius, sb x dlm skala Log. 73

36 .8.6 Dia. m - B Dia..8m - B Dia..2m - B.6 Dia. m - C Dia..8m - C Dia..2m - C Gambar IV-42 Respon Spektra Permukaan dengan Variasi pada Kekakuan Struktur Pondasi untuk Beban Gempa Kerak Dangkal.2g di Batuan Dasar pada Tanah Lempung Sedang dengan Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen dan Pondasi, di titik B, di titik C..6 Dia. m - D Dia..8m - D Dia..2m - D Dia. m - D Dia..8m - D Dia..2m - D Gambar IV-43 Respon Spektra Permukaan di Ttitk D dengan Variasi pada Kekakuan Struktur Pondasi untuk Beban Gempa Kerak Dangkal.2g di Batuan Dasar pada Tanah Lempung Sedang dengan Memperhitungkan Adanya Struktur Atas, Struktur Basemen dan Pondasi, dalam skala Cartesius, sb x dalam skala Logaritma. Bila di-tabel-kan maka nilai PGA (Peak Ground Acceleration, yaitu percepatan gempa pada periode (nol) detik) untuk bermacam ukuran diameter pondasi dan variasi pada jenis beban gempa di beberapa titik tinjauan adalah sebagai berikut, 74

37 Titik A Titik B Titik C Titik D (g) (g) (g) (g) Diameter pondasi.8m 2g M Diameter pondasi m 2g M Diameter pondasi.2m 2g M Diameter pondasi.8m 2g SCF Diameter pondasi m 2g SCF Diameter pondasi.2m 2g SCF Maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut, Untuk beban gempa sebesar.2 g mekanisme subduksi dan kerak dangkal pada jenis tanah yang sama, diperoleh hasil bahwa disemua titik tinjauan, perbedaan dimensi pondasi tidak memiliki pengaruh yang berarti. Percepatan gempa di permukaan tanah (PGA) berada pada nilai yang hampir sama untuk variasi kekakuan pondasi. Dapat dilihat bahwa titik-titik tinjauan yang berada di luar sistem interaksi tanah struktur, yaitu titik C dan D, memberikan nilai PGA yang cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan titik-titik yang berada di dalam sistem interaksi tanah struktur, yaitu titik A dan B. Hal ini dapat dimengerti mengingat adanya efek resonansi pada frekuensi tanah, struktur bangunan dan gelombang gempa itu sendiri. Perbedaan ini dapat menyebabkan pengaruh dalam perkuatan maupun perlemahan beban gempa yang merambat hingga tiba di permukaan tanah. IV.5.6 Pengaruh Kondisi Interaksi Tanah - Struktur dan Kondisi Free-Field pada Beban Gempa dan Jenis Tanah yang Sama Dilakukan analisis respon spektra permukaan di: a. Titik A (level. permukaan tanah dan di tengah-tengah lebar basement). b. Pada tanah lempung sedang (medium). c. Beban gempa adalah subduksi dengan besar.2g. d. Penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) keadaan sebagai berikut: 75

38 Keadaan Keadaan 2 Keadaan 3 : Respon spektra permukaan pada keadaan free field. : Respon spektra permukaan pada keadaan adanya struktur basement dan pondasi. : Respon spektra permukaan pada keadaan adanya struktur atas, struktur basement dan pondasi Free Field - A Base-Pond - A Base-Pond-Upper - A Free Field - A Base-Pond - A Base-Pond-Upper - A Gambar IV-44 Respon Spektra Permukaan pada Variasi Kondisi Struktur dengan Beban Gempa Subduksi.2g di Batuan Dasar pada Tanah Lempung Sedang, sb Cartesius, sb x adalah skala logaritma Free Field - A Base-Pond - A Base-Pond-Upper - A Free Field - A Base-Pond - A Base-Pond-Upper - A Gambar IV-45 Respon Spektra Permukaan pada Variasi Kondisi Struktur dengan Beban Gempa Kerak Dangkal.2g di Batuan Dasar pada Tanah Lempung Sedang, sb Cartesius, sb x adalah skala logaritma. Bila di-tabel-kan maka nilai PGA (Peak Ground Acceleration, yaitu percepatan gempa pada periode (nol) detik) untuk bermacam kondisi struktur pada jenis 76

39 beban gempa subduksi dan kerak dangkal di titik tinjauan A adalah sebagai berikut, Free- Field Basemen dan Pondasi Basemen Pondasi dan Sturktur Atas (g) (g) (g) Beban Gempa Subduksi.2 g Beban Gempa Kerak Dangkal.2 g Maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut, untuk besar beban gempa subduksi yang sama,.2g dan jenis tanah yang sama, di titik A sebagai berikut: a. Respon spektra permukaan untuk keadaan dan 2, tidak jauh berbeda dan pada kedua keadaan ini, yang terjadi adalah peristiwa amplifikasi. b. Respon spektra permukaan untuk keadaan 3, yang terjadi adalah deamplifikasi dan memiliki perbedaan yang cukup besar. c. Respon spektra pada keadaan free-field menunjukkan bahwa mekanisme subduksi memberikan PGA yang lebih besar bila dibandingkan dengan mekanisme kerak dangkal. d. Sementara itu, respon spektra pada keadaan interaksi tanah struktur menunjukkan hasil yang sebaliknya. Keberadaan struktur tertanam, seperti basement dan pondasi ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perambatan gelombang gempa ke permukaan tanah. Namun, berdirinya bangunan lima lantai di atas permukaan tanah, ternyata memberikan efek de-amplifikasi yang cukup besar. Perhitungan dengan mempertimbangkan keberadaan struktur tertanam (basement dan pondasi) maupun struktur atas ternyata memberikan perkuatan (resonansi) pada beban gempa kerak dangkal dibandingkan pada beban subduksi. Hal ini berhubungan dengan karakteristik dari beban gempa kerak dangkal yang memiliki frekuensi lebih tinggi bila dibandingkan dengan subduksi karena pada umumnya hiposenter dari gempa dengan mekanisme kerak dangkal berada lebih dekat dengan permukaan bumi. 77

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Pendahuluan Analisis pengaruh interaksi tanah-struktur terhadap faktor amplifikasi respons permukaan dilakukan dengan memperhitungkan parameter-parameter yang berkaitan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Pendahuluan Beban gempa dari batuan dasar (Peak Base Acceleration, PBA) akan dirambatkan ke permukaan tanah melalui media lapisan tanah, pondasi bangunan dan konstruksi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang berada pada wilayah gempa tektonik dengan rangkaian gunung berapi yang membentang sepanjang wilayah negara. Peristiwa gempa yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INTERAKSI TANAH STRUKTUR PONDASI DAN BASEMENT TERHADAP FAKTOR AMPLIFIKASI RESPON SPEKTRA PERMUKAAN TESIS

ANALISIS PENGARUH INTERAKSI TANAH STRUKTUR PONDASI DAN BASEMENT TERHADAP FAKTOR AMPLIFIKASI RESPON SPEKTRA PERMUKAAN TESIS ANALISIS PENGARUH INTERAKSI TANAH STRUKTUR PONDASI DAN BASEMENT TERHADAP FAKTOR AMPLIFIKASI RESPON SPEKTRA PERMUKAAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

NURRACHMAD WIJAYANTO NIM

NURRACHMAD WIJAYANTO NIM ANALISIS PENGARUH INTERAKSI TANAH-STRUKTUR BASEMENT TERHADAP DISTRIBUSI TEKANAN TANAH LATERAL DINAMIS PADA DINDING BASEMENT DAN AMPLIFIKASI MOTION GEMPA DI PERMUKAAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS

ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN... (MICHEL S. PANSAWIRA, DKK) ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS Michel S. Pansawira 1, Paulus P. Rahardjo 2 Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Deskripsi tanah. Vs (m/s) BH-2 BH-1

Deskripsi tanah. Vs (m/s) BH-2 BH-1 Deskripsi tanah BH-1 Kedalaman (m) Ketebalan (m) Vs (m/s) Deskripsi tanah BH-2 Kedalaman (m) Ketebalan (m) clayey silt 37.6-41. 3.4 38 clayey silt 48. - 54. 6. 35 clayey sand 41. - 44. 3. 31 clayey silt

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR NOTASI

DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR NOTASI DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR NOTASI BAB I PENDAHULUAN.. 1.1 Latar Belakang.. 1.2 Perumusan Masalah. 1.3 Tujuan Penelitian.. 1.4 Pembatasan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUMPULAN DATA Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan, pada penelitian ini parameter tanah dasar, tanah timbunan, dan geotekstil yang digunakan adalah

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN RESPON SPEKTRA PADA PERMUKAAN TANAH MENGGUNAKAN EDUSHAKE DAN PLAXIS DENGAN SNI 2012 UNTUK DAERAH JAKARTA SELATAN

STUDI PERBANDINGAN RESPON SPEKTRA PADA PERMUKAAN TANAH MENGGUNAKAN EDUSHAKE DAN PLAXIS DENGAN SNI 2012 UNTUK DAERAH JAKARTA SELATAN STUDI PERBANDINGAN RESPON SPEKTRA PADA PERMUKAAN TANAH MENGGUNAKAN EDUSHAKE DAN PLAXIS DENGAN SNI 2012 UNTUK DAERAH JAKARTA SELATAN Liyansen Universitas Bina Nusantara, Liyansen_ce2014@yahoo.co.id Ir.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI a BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Pada pelaksanaan Tugas Akhir ini, kami menggunakan software PLAXIS 3D Tunnel 1.2 dan Group 5.0 sebagai alat bantu perhitungan. Kedua hasil perhitungan software ini akan dibandingkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1 93 LAMPIRAN 2 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK EC7 DA1 C1 (UNDRAINED) 94 LAMPIRAN 3 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv

DAFTAR ISI. i ii iii iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI Abstract Intisari i ii iii iv vi ix x xii xiii xiv BAB I. PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk tiap tahunnya, maka secara langsung kebutuhan akan lahan sebagai penunjang kehidupan pun semakin besar. Pada kota-kota

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS STABILITAS LERENG PADA TIMBUNAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA. Garup Lambang Goro Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang

STUDI ANALISIS STABILITAS LERENG PADA TIMBUNAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA. Garup Lambang Goro Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang STUDI ANALISIS STABILITAS LERENG PADA TIMBUNAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Garup Lambang Goro Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang Abstract One of many causes of slope failure on fill is earthquake.

Lebih terperinci

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH O. B. A. Sompie Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Dam dari timbunan tanah (earthfill dam) membutuhkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH Yeremias Oktavianus Ramandey NRP : 0021136 Pembimbing : Ibrahim Surya, Ir., M.Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendahuluan Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Gambut... 45

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendahuluan Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Gambut... 45 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i HALAMAN PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xvii DAFTAR NOTASI... xviii INTISARI... xix ABSTRACT...

Lebih terperinci

Pengaruh Faktor Gempa terhadap Stabilitas Timbunan dengan Analisis Numerik

Pengaruh Faktor Gempa terhadap Stabilitas Timbunan dengan Analisis Numerik Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 4 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2017 Pengaruh Faktor Gempa terhadap Stabilitas Timbunan dengan Analisis Numerik MUHAMAD FADHLAN ALFAFA,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bowles (1991) berpendapat bahwa tanah dengan nilai kohesi tanah c di bawah 10 kn/m 2, tingkat kepadatan rendah dengan nilai CBR di bawah 3 %, dan tekanan ujung konus

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Langkah Program PLAXIS V.8.2

LAMPIRAN 1. Langkah Program PLAXIS V.8.2 L1-1 LAMPIRAN 1 Langkah Program PLAXIS V.8.2 Analisa Beban Gempa Pada Dinding Basement Dengan Metode Pseudo-statik dan Dinamik L1-2 LANGKAH PEMODELAN ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN PROGRAM

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS MENGGUNAKAN METODE "MEYERHOF DAN HANNA" DAN METODE ELEMENT HINGGA (PLAXIS)

DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS MENGGUNAKAN METODE MEYERHOF DAN HANNA DAN METODE ELEMENT HINGGA (PLAXIS) DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS MENGGUNAKAN METODE "MEYERHOF DAN HANNA" DAN METODE ELEMENT HINGGA (PLAXIS) Siska Rustiani Irawan Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Untuk dapat melakukan proses perhitungan antara korelasi beban vertikal dengan penurunan yang terjadi pada pondasi tiang sehingga akan mendapatkan prameter yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIABILITAS TANAH PADA VARIABILITAS SPEKTRUM RESPON GEMPABUMI

ANALISIS PENGARUH VARIABILITAS TANAH PADA VARIABILITAS SPEKTRUM RESPON GEMPABUMI ANALISIS PENGARUH VARIABILITAS TANAH PADA VARIABILITAS I Nyoman Sukanta 1, Widjojo A. Prakoso 2 1 Kepala Bidang Seismologi Teknik, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika 2 Kepala Laboratorium Geoteknik,

Lebih terperinci

4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS

4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab 4 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 PENENTUAN PARAMETER TANAH 4.1.1 Parameter Kekuatan Tanah c dan Langkah awal dari perencanaan pembangunan terowongan adalah dengan melakukan kegiatan penyelidikan tanah.

Lebih terperinci

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh 786 / FT.01 / SKRIP / 04 / 2008 PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI Oleh MIRZA RIO ENDRAYANA 04 03 01 047 X DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 84 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Hazard Gempa Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software Ez-Frisk dan menghasilkan peta hazard yang dibedakan berdasarkan sumber-sumber gempa yaitu

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM Penimbunan pada tanah dengan metode drainase vertikal dilakukan secara bertahap dari ketinggian tertentu hingga mencapai elevasi yang diinginkan. Analisis penurunan atau deformasi

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi, 1 III. TEORI DASAR A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Gempa bumi umumnya menggambarkan proses dinamis yang melibatkan akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS

ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS Serkandi i Gouw Tjie Liong ii i Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL 3.1 PENDAHULUAN Proyek jembatan Ir. Soekarno berada di sebelah utara kota Manado. Keterangan mengenai project plan jembatan Soekarno ini dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI...

BAB II DASAR TEORI... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR ISTILAH... xii DAFTAR NOTASI... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1.

Lebih terperinci

3.4.5 Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) Beban Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung (F i )

3.4.5 Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) Beban Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung (F i ) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xii

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Penentuan lapisan tanah di lokasi penelitian menggunakan data uji bor tangan dan data pengujian CPT yang diambil dari pengujian yang pernah dilakukan di sekitar

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR ANALISIS

BAB III PROSEDUR ANALISIS BAB III PROSEDUR ANALISIS Dalam melakukan perencanaan desain, secara umum perhitungan dapat dibagi menjadi 2 yaitu: perencanaan secara manual dan perencanaan dengan bantuan program. Dalam perhitungan secara

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Sekayan Kalimantan Timur bagian utara merupakan daerah yang memiliki tanah dasar lunak lempung kelanauan. Ketebalan tanah lunaknya dapat mencapai 15

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI UMUM Dalam bagian bab 4 (empat) ini akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap permasalahan yang telah dibahas pada bab 3 (tiga) di atas. Analisis akan

Lebih terperinci

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS BAB III STUDI KASUS Pada bagian ini dilakukan 2 pemodelan yakni : pemodelan struktur dan juga pemodelan beban lateral sebagai beban gempa yang bekerja. Pada dasarnya struktur yang ditinjau adalah struktur

Lebih terperinci

Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik

Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-129 Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik Samsul Aprillianto 1, Bagus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Revie dan Jorry, 2016) Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA 050404004 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Penggunaan program PLAXIS untuk simulasi Low Strain Integrity Testing pada dinding penahan tanah akan dijelaskan pada bab ini, tentunya dengan acuan tahap

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER BAB I EALUASI KINERJA DINDING GESER 4.1 Analisis Elemen Dinding Geser Berdasarkan konsep gaya dalam yang dianut dalam SNI Beton 2847-2002, elemen struktur dinding geser tidak dicek terhadap kegagalan gesernya.

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN Edita S. Hastuti NRP : 0521052 Pembimbing Utama : Olga Pattipawaej, Ph.D Pembimbing Pendamping : Yosafat Aji Pranata,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi literatur. Pemodelan numerik Plaxis 2D. Input data 1. Geometri model 2. Parameter material

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi literatur. Pemodelan numerik Plaxis 2D. Input data 1. Geometri model 2. Parameter material BAB III METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis dengan program PLAXIS untuk mengetahu deformasi yang terjadi pada struktur jalan rel. Tahap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Surat Pernyataan iv Kata Pengantar v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI xviii DAFTAR LAMPIRAN xxiii ABSTRAK xxiv ABSTRACT

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN METODA PSEUDO-STATIK DAN DINAMIK

ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN METODA PSEUDO-STATIK DAN DINAMIK ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN METODA PSEUDO-STATIK DAN DINAMIK Ferry Aryanto 1 dan Gouw Tjie Liong 2 1 Universitas Bina Nusantara, Jl. K H. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat 11480,

Lebih terperinci

KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU DICKY ERISTA

KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU DICKY ERISTA KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU TUGAS AKHIR DICKY ERISTA 06 0404 106 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Umum Dalam mendesain suatu pondasi bored pile, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Langkah pertama adalah menentukan jenis pondasi yang akan digunakan. Dalam mengambil

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERKUATAN PONDASI JEMBATAN CABLE STAYED MENADO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GROUP 5.0 DAN PLAXIS 3 DIMENSI

PERENCANAAN PERKUATAN PONDASI JEMBATAN CABLE STAYED MENADO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GROUP 5.0 DAN PLAXIS 3 DIMENSI PERENCANAAN PERKUATAN PONDASI JEMBATAN CABLE STAYED MENADO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GROUP 5.0 DAN PLAXIS 3 DIMENSI TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Peningkatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian... viii DAFTAR ISI LEMBAR HAK CIPTA LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1 1.2. Rumusan masalah penelitian...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2 DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii KATA PENGANTAR iv ABSTRAK vi ABSTRACT vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xiii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xiv BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dianalisis periode struktur, displacement, interstory drift, momen kurvatur, parameter aktual non linear, gaya geser lantai, dan distribusi sendi plastis

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar III. TEORI DASAR 3.1. Jenis-jenis Gelombang Seismik 3.1.1. Gelombang Badan (Body Waves) Gelombang badan (body wave) yang merupakan gelombang yang menjalar melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pondasi, merupakan bagian dari struktur bawah (sub structure), mempunyai peranan penting dalam memikul beban struktur atas sebagai akibat dari adanya gaya-gaya yang

Lebih terperinci

ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN

ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN Sesty E.J Imbar Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi O. B. A. Sompie Dosen Pasca Sarjana Program Studi S2

Lebih terperinci

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2 KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari Maret 2012 hingga Mei 2012, bertempat di PT Krakatau Tirta Industri dengan objek observasi Bendungan Krenceng, Cilegon,

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER Metode analisa riwayat waktu atau Time History analysis merupakan metode analisa yang paling lengkap dan representatif, akan tetapi metode tersebut terlalu rumit

Lebih terperinci

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural. 5 II. KAJIAN LITERATUR A. Konsep Bangunan Tahan Gempa Secara umum, menurut UBC 1997 bangunan dikatakan sebagai bangunan tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: 1. Struktur yang direncanakan harus

Lebih terperinci

PENGARUH INTERAKSI KINEMATIK MASSA BANGUNAN TERHADAP RESPONS NON LINIER INELASTIK LAPISAN TANAH

PENGARUH INTERAKSI KINEMATIK MASSA BANGUNAN TERHADAP RESPONS NON LINIER INELASTIK LAPISAN TANAH ISSN 853-8557 PENGARUH INTERAKSI KINEMATIK MASSA BANGUNAN TERHADAP RESPONS NON LINIER INELASTIK LAPISAN TANAH Muhammad Irfan Marasabessy, Widodo 2 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL I HALAMAN PERSETUJUAN II HALAMAN PENGESAHAN III LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN IV KATA PENGANTAR V DAFTAR ISI VII DAFTAR TABEL IX DAFTAR GAMBAR XI DAFTAR LAMPIRAN XV DAFTAR

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( ) TUGAS AKHIR PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH BASEMENT DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS v8.2 (Proyek Apartemen, Jl. Intan Ujung - Jakarta Selatan) Diajukan sebagai syarat untuk meraih

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU TEGANGAN-DEFORMASI DAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH DENGAN METODE ELEMEN HINGGA STUDI KASUS PENIMBUNAN PADA TANAH LEMPUNG LUNAK ABSTRAK

STUDI PERILAKU TEGANGAN-DEFORMASI DAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH DENGAN METODE ELEMEN HINGGA STUDI KASUS PENIMBUNAN PADA TANAH LEMPUNG LUNAK ABSTRAK STUDI PERILAKU TEGANGAN-DEFORMASI DAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH DENGAN METODE ELEMEN HINGGA STUDI KASUS PENIMBUNAN PADA TANAH LEMPUNG LUNAK Arfinandi Ferialdy NIM : 15009032 Program Studi Teknik Sipil,

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH SOIL SETTLEMENT/ PENURUNAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH SOIL SETTLEMENT/ PENURUNAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH SOIL SETTLEMENT/ PENURUNAN TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENYEBAB PENURUNAN /SETTLEMENT Tanah tidak mampu mendukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Abutmen merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Adapun fungsi abutmen ini antara lain : Sebagai perletakan

Lebih terperinci

ANALISA RESPON SPEKTRA GEMPA DI PERMUKAAN BERDASARKAN PENDEKATAN SITE SPECIFIC ANALYSIS

ANALISA RESPON SPEKTRA GEMPA DI PERMUKAAN BERDASARKAN PENDEKATAN SITE SPECIFIC ANALYSIS ANALISA RESPON SPEKTRA GEMPA DI PERMUKAAN BERDASARKAN PENDEKATAN SITE SPECIFIC ANALYSIS Renata A Wijaya dan Bianca Febriani Dosen Pembimbing : Ir. Windu Partono, MSc dan Ir. Rudi Yunarto Adi, MT Jurusan

Lebih terperinci

RESPON SPEKTRA GEMPA DESAIN BERDASARKAN SNI UNTUK WILAYAH KOTA PALEMBANG

RESPON SPEKTRA GEMPA DESAIN BERDASARKAN SNI UNTUK WILAYAH KOTA PALEMBANG RESPON SPEKTRA GEMPA DESAIN BERDASARKAN SNI 03-1726-2012 UNTUK WILAYAH KOTA PALEMBANG Sari Farlianti Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas IBA, Palembang. Email : sarifarlianti@yahoo.co.id

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 KEKUATAN GESER TANAH PENGERTIAN Kekuatan tanah untuk memikul beban-beban atau gaya yang dapat menyebabkan kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah pendukung merupakan salah satu aspek utama dalam bidang geoteknik terutama pada lapisan tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini perencanaan beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun juga

Lebih terperinci

ANALISA PONDASI PILE RAFT PADA TANAH LUNAK DENGAN PLAXIS 2D

ANALISA PONDASI PILE RAFT PADA TANAH LUNAK DENGAN PLAXIS 2D ANALISA PONDASI PILE RAFT PADA TANAH LUNAK DENGAN PLAXIS 2D Andelina B. Kananlua 1, Jansen Kadang 2, Paravita S. Wulandari 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Permasalahan penurunan menjadi salah satu masalah

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKA KEAMANAN DIAFRAGMA WALL MENGGUNAKAN PERMODELAN MOHR COLOUMB DENGAN PARAMETER TOTAL DAN EFEKTIF

ANALISIS ANGKA KEAMANAN DIAFRAGMA WALL MENGGUNAKAN PERMODELAN MOHR COLOUMB DENGAN PARAMETER TOTAL DAN EFEKTIF Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014 ANALISIS ANGKA KEAMANAN DIAFRAGMA WALL MENGGUNAKAN PERMODELAN MOHR COLOUMB DENGAN PARAMETER TOTAL DAN EFEKTIF Ferra Fahriani Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

STUDI DIFERENTIAL SETTLEMENT AKIBAT ADANYA PENAMBAHAN SIRTU PADA KELOMPOK TIANG DI BAWAH PONDASI TANGKI

STUDI DIFERENTIAL SETTLEMENT AKIBAT ADANYA PENAMBAHAN SIRTU PADA KELOMPOK TIANG DI BAWAH PONDASI TANGKI STUDI DIFERENTIAL SETTLEMENT AKIBAT ADANYA PENAMBAHAN SIRTU PADA KELOMPOK TIANG DI BAWAH PONDASI TANGKI Oleh: Komarudin Fakultas Teknik Universitas Wiralodra, Jawa Barat ABSTRAK Kondisi tanah berlapis

Lebih terperinci

Analisis Perilaku Geogrid Terhadap Beban Dinamik (Gempa) dengan Metode Finite Element. Studi Kasus: Lereng Cipularang KM

Analisis Perilaku Geogrid Terhadap Beban Dinamik (Gempa) dengan Metode Finite Element. Studi Kasus: Lereng Cipularang KM Analisis Perilaku Geogrid Terhadap Beban Dinamik (Gempa) dengan Metode Finite Element. Studi Kasus: Lereng Cipularang KM 96+900 Ayu Putri Nuradi, Tommy Ilyas Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... BERITA ACARA TUGAS AKHIR... MOTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... BERITA ACARA TUGAS AKHIR... MOTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... BERITA ACARA TUGAS AKHIR... MOTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR TABEL... ABSTRAK...

Lebih terperinci

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) :

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) : TEKANAN TANAH LATERAL Tekanan tanah lateral ada 3 (tiga) macam, yaitu : 1. Tekanan tanah dalam keadaan diam atau keadaan statis ( at-rest earth pressure). Tekanan tanah yang terjadi akibat massa tanah

Lebih terperinci

Adapun langkah-langkah metodologi dalam menyelesaikan tugas akhir ini dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut. Mulai.

Adapun langkah-langkah metodologi dalam menyelesaikan tugas akhir ini dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut. Mulai. Bab 3 3 METODOLOGI Adapun langkah-langkah metodologi dalam menyelesaikan tugas akhir ini dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut. Mulai Pemilihan tema Pengumpulan data Studi literatur Menentukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL RESPON SPEKTRA DESAIN SNI , RSNI 2010 DAN METODE PSHA. Suyadi 1)

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL RESPON SPEKTRA DESAIN SNI , RSNI 2010 DAN METODE PSHA. Suyadi 1) ANALISIS PERBANDINGAN MODEL RESPON SPEKTRA DESAIN SNI 03-1726-2002, RSNI 2010 DAN METODE PSHA Suyadi 1) Abstract Seismic load rules for the building as outlined in the SNI 03-1726-2002 which divided Indonesian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana di Program Studi Teknik Sipil. Disusun Oleh NIM NIM

TUGAS AKHIR. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana di Program Studi Teknik Sipil. Disusun Oleh NIM NIM Analisis Stabilitas dan Penurunan Timbunan pada Tanah Lunak dengan Vertical Drain, Perkuatan Bambu dan Perkuatan Geotextile Studi Kasus pada Discharge Channel Proyek PLTGU Tambak Lorok, Semarang TUGAS

Lebih terperinci

Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Lunak di Gedebage

Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Lunak di Gedebage Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2016 Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Lunak di Gedebage HELDYS NURUL SISKA, YUKI ACHMAD

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 121 Vol. 3, No. 2 : 121-132, September 2016 PERUBAHAN TEKANAN AIR PORI TANAH AKIBAT BEBAN KEJUT KENDARAAN PADA JEMBATAN BANYUMULEK The Alteration of the Soil s Pore Water

Lebih terperinci

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT In civil construction frequently encountered problems in soft soils, such as low bearing capacity and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh muatan (beban) dari bangunan, termasuk beban-beban yang bekerja pada

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh muatan (beban) dari bangunan, termasuk beban-beban yang bekerja pada BAB I PENDAHULUAN I.1. Umum Secara garis besar, struktur bangunan dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu struktur bangunan di dalam tanah dan struktur bangunan di atas tanah. Struktur bangunan di dalam tanah

Lebih terperinci

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA ABSTRAK STUDI ANALISIS KINERJA BANGUNAN 2 LANTAI DAN 4 LANTAI DARI KAYU GLULAM BANGKIRAI TERHADAP BEBAN SEISMIC DENGAN ANALISIS STATIC NON LINEAR (STATIC PUSHOVER ANALYSIS) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

ANALISIS SITE SPECIFIC RESPONSE SPECTRA GEMPA BERDASARKAN PARAMETER DINAMIS TANAH UNTUK WILAYAH CILEGON

ANALISIS SITE SPECIFIC RESPONSE SPECTRA GEMPA BERDASARKAN PARAMETER DINAMIS TANAH UNTUK WILAYAH CILEGON ANALISIS SITE SPECIFIC RESPONSE SPECTRA GEMPA BERDASARKAN PARAMETER DINAMIS TANAH UNTUK WILAYAH CILEGON Enden Mina 1), Rama Indera Kusuma 2) 1,2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

Analisa Beban Gempa pada Dinding Besmen dengan Plaxis 2D

Analisa Beban Gempa pada Dinding Besmen dengan Plaxis 2D Analisa Beban Gempa pada Dinding Besmen dengan Plaxis D GOUW Tjie-Liong Universitas Bina Nusantara, email: gtloffice@gmail.com, gouw3183@binus.ac.id Ferry Aryanto Universitas Bina Nusantara, email: ferry_aryanto@ymail.com

Lebih terperinci

ANALISA TAHANAN LATERAL DAN DEFLEKSI FONDASI GRUP TIANG PADA SISTEM TANAH BERLAPIS DENGAN VARIASI JUMLAH TIANG DALAM SATU GRUP

ANALISA TAHANAN LATERAL DAN DEFLEKSI FONDASI GRUP TIANG PADA SISTEM TANAH BERLAPIS DENGAN VARIASI JUMLAH TIANG DALAM SATU GRUP ANALISA TAHANAN LATERAL DAN DEFLEKSI FONDASI GRUP TIANG PADA SISTEM TANAH BERLAPIS DENGAN VARIASI JUMLAH TIANG DALAM SATU GRUP Studi Kasus: Rekonstruksi Gedung Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat Jl.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil dan data yang diperoleh diolah dan dianalisis sedemikian rupa untuk didapatkan kesimpulan sesuai tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK.1 Teori Perambatan Gelombang Seismik Metode seismik adalah sebuah metode yang memanfaatkan perambatan gelombang elastik dengan bumi sebagai medium rambatnya. Perambatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR BAB IV PEMODELAN STRUKTUR Pada bagian ini akan dilakukan proses pemodelan struktur bangunan balok kolom dan flat slab dengan menggunakan acuan Peraturan SNI 03-2847-2002 dan dengan menggunakan bantuan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Spektrum respons percepatan RSNI X untuk Kota Yogyakarta

Gambar 2.1 Spektrum respons percepatan RSNI X untuk Kota Yogyakarta BAB II TINJAUAN PUSTAKA Arfiadi (2013), menyebutkan bahwa untuk Kota Yogyakarta tampak bahwa gaya geser untuk tanah lunak berdasarkan RSNI 03-1726-201X mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Depok terletak disebelah Selatan Jakarta yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota. Bila dilihat dari peta Geologi Jakarta Bogor (Direktorat Jendral Pertambangan,

Lebih terperinci

BAB III DATA PERENCANAAN

BAB III DATA PERENCANAAN BAB III DATA PERENCANAAN 3.1 Umum Perencanaan pondasi tiang mencakup beberapa tahapan pekerjaan. Sebagai tahap awal adalah interpretasi data tanah dan data pembebanan gedung hasil dari analisa struktur

Lebih terperinci