BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat. Gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal. Namun sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi. Masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Anemia Gizi Besi (Depkes RI, 2008). Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan dan adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan (Almatsier, 2009). Berdasarkan data terakhir WHO di Indonesia kini tercatat 4,1 juta anak balita menderita gizi buruk, dan tersebar di 18 propinsi. Kondisi 1

2 2 balita yang mengalami gizi buruk dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi rumah tangga orang tua dan lemahnya akses. Departemen Kesehatan menyebutkan pada tahun 2007 sebanyak 5 juta anak balita 27,5% kurang gizi, dimana 3,5 juta atau 19,2% gizi kurang dan 1,5 juta atau 8,3% gizi buruk, pada tahun 2008 sebanyak 77,3% terjadi di kabupaten dan 56% terjadi di kota (Santoso, 2008). Pada tahun 2002 sampai 2008 ditemukan kasus gizi buruk sebanyak anak. Kasus tersebut dapat disembuhkan sebanyak anak, meninggal 182 anak sehingga jumlah kasus balita buruk masih harus ditangani pada akhir 2002 adalah anak. Dari tahun 2008 itu sendiri ada status gizi lebih sebesar 1,75%, status gizi baik sebesar 83,95%, status gizi kurang sebesar 12,98%, dan status gizi buruk sebesar 1,32%. Data lain yang dikumpulkan dari kegiatan pelacakan, perawatan dan rujukan gizi buruk menunjukan bahwa perbaikan status gizi pada kelompok balita gizi buruk belum dapat terwujud secara optimal (Depkes, 2008). Masalah gizi kurang dapat mengenai segala usia, mulai usia bayi sampai remaja. Masalah gizi kurang pada anak usia sekolah akan berkelanjutan pada masa remaja, khususnya anak perempuan yang tumbuh menjadi remaja putri karena mengalami menstruasi setiap bulannya sehingga berisiko anemia gizi besi. Hal ini jika berlangsung sampai usia subur, maka akan melahirkan anak dengan risiko BBLR, disertai dengan masalah anemia dan gizi mikro lainnya, seperti kurang yodium, selenium, kalsium, dan seng. Untuk itu kegiatan UKS yang semula hanya sebagai tempat pertolongan

3 3 pertama pada kecelakaan di sekolah, perlu diberdayakan agar mampu berfungsi sebagai pemantau pertumbuhan (Growth Monitoring and Promotion = GMP) anak usia sekolah (Hanim, 2004). Masa anak sekolah adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadahi. Salah satu penyebab timbulnya kurang gizi pada anak adalah peran serta orang tua dalam pemenuhan gizi anak. Keadaan gizi anak dipengaruhi oleh kemampuan ibu menyediakan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup bagi anak. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak dan dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Santoso, 2005). Hasil penelitian Christon (2010), yang melakukan penelitian pengaruh orang tua terhadap pemberian gizi pada anak menunjukkan bahwa faktor ekonomi rumah tangga di desa Girsang masih rendah dimana mereka bekerja sebagai petani yang memiliki lahan yang kurang disamping pengetahuan tentang teknologi yang canggih dalam segi pertanian masih minim sehingga pendapatan ataupun hasil yang mereka dapat sangatlah rendah atau bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Gizi pada anak balita di desa Girsang ini juga termasuk dalam kategori kurang gizi. Peningkatan gizi

4 4 balita di desa Girsang ini dipengaruhi sosial ekonomi, dan karena kesibukan orang tua dalam mencari nafkah sudah merupakan faktor utama penyebab kurang gizi yang dialami anak balita tersebut. Suatu daerah kondisi balita dengan gizi buruknya lebih dari 0,5% disebut daerah yang rawan pangan, dapat disimpulkan bahwa untuk Kabupaten Demak merupakan daerah rawan pangan karena balita dengan kondisi gizi buruknya pada tahun 2008 sebesar 1,71%, dan tahun 2009 sebesar 1,50 %. Di Demak terdapat 9 kecamatan yang rawan gizi yaitu Mranggen, Demak, Kebonagung, Karangawen, Guntur, Wonosalam, Wedung, Karanganyar, dan Karangtengah. Data monografi desa Pilang Wetan Kebon Agung Demak terdapat anak usia sekolah (6-12 tahun) sebanyak 404 jiwa. Berdasarkan data dari posyandu di desa Pilang Wetan terdapat balita dengan gizi buruk sebanyak 7 (1,73%). Sebagian besar mata pencaharian penduduk sebagai petani, penjual atau pedagang. Orang tua tidak mampu untuk memberikan lauk ikan dan mengganti menu makan yang bergizi setiap hari. Anak dalam kesehariannya diasuh oleh neneknya, karena kesibukan kedua orang tuanya untuk bekerja. Di desa tersebut terdapat posyandu, tetapi tidak pernah dimanfaatkan. Anak tidak pernah dibawa ke posyandu yang ada di daerahnya, sehingga pertumbuhan anak tidak terpantau. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai studi deskriptif upaya keluarga dalam meningkatkan status gizi anak usia sekolah 6-12 tahun di Desa Pilang Wetan Kebon Agung Demak.

5 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalahnya yaitu bagaimanakah upaya keluarga dalam meningkatkan status gizi anak usia sekolah 6-12 tahun di Desa Pilang Wetan Kebon Agung Demak?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui upaya keluarga dalam meningkatkan status gizi anak usia sekolah 6-12 tahun di Desa Pilang Wetan Kebon Agung Demak. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan status gizi anak usia sekolah 6-12 tahun di Desa Pilang Wetan Kebon Agung Demak. b. Mendeskripsikan upaya keluarga dalam meningkatkan status gizi anak usia sekolah 6-12 tahun di Desa Pilang Wetan Kebon Agung Demak. D. Manfaat Penelitian 1. Masyarakat Menambah pengetahuan kepada masyarakat khususnya orang tua mengenai arti pentingnya status gizi kepada anak serta lebih memperhatikan pola pemberian makan pada anaknya. 2. Ilmu Pengetahuan Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam meningkatkan taraf kesehatan dan gizi masyarakat pada umumnya dan anak sekolah 6-12 tahun pada khususnya.

6 6 3. Bagi Perawat Memberikan informasi kepada perawat sebagai dasar perencanaan, pelaksanaan penyuluhan tentang gizi di sekolah-sekolah. E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang Ilmu Keperawatan Anak dan Keperawatan Komunitas. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Penelitian 1. Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Pendapatan Orang Tua, pada Murid TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama Kota Semarang. Nama Dhian Tri Ratna. Tahun dan tempat penelitian 2005, TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama Kota Semarang. Rancangan Penelitian Desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan orang tua, pengeluaran pangan murid, konsumsi energi dan protein dan status gizi 2 Pengaruh Orang Tua Terhadap Pemberian Gizi Pada Anak Balita 2010, Christon.R. E. Sihombing Di Desa Girsang. Kec. Girsang Sipangan Bolon Parapat) Desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional Faktor ekonomi rumah tangga di desa Girsang masih rendah dan anak termasuk dalam kategori kurang gizi