BAB I PENGANTAR. 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi"

Transkripsi

1 Pelaksana Lapangan Perkerasan BAB I PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi? Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten Arti menjadi kompeten di tempat kerja? Jika anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui. 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan Desain materi pelatihan Materi Pelatihan didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/Mandiri : 1. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih di kelas. 2. Pelatihan Individual/Mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan bela jar sendiri menggunakan modul-modul yang diperlukan dengan bantuan pelatih (siswa aktif) Isi materi pelatihan 1. Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. Materi pelatihan yang ditulis dalam ini telah disusun sesuai dengan cakupan 4 Elemen Kompetensi dan 13 Kriteria Unjuk Kerja untuk unit kompetensi dengan kode unit SPL.KS Elemen-elemen Kompetensi dan Kriteria-kriteria Unjuk Kerja tersebut diuraikan dalam 4 Sub Bab yaitu 1) Penetapan Bahan Perkerasan, 2) Penetapan Rancangan Campuran Beton, 3) Penetapan Ketentuan Sambungan-Sambungan (Joints), 4) Penerapan Ketentuan Pengecoran dan Penghamparan. Selain itu, sebelum penulisan Bab IV, ini dilengkapi dengan 3 Bab yang mendahuluinya yaitu berturut-turut Kata Pengantar, Standar Kompetensi, dan Strategi dan Metode Pelatihan. Kemudian setelah penulisan Bab IV selesai, diselesaikan dengan Bab V Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Mencapai Kompetensi, yang menguraikan Sumber Daya Manusia, Sumber-sumber Perpustakaan, dan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan. Dengan substansi-substansi yang dicakup dalam tersebut diharapkan pelatih maupun peserta pelatihan mendapatkan informasi yang cukup untuk mencapai maksud dan tujuan pelatihan.. 2. Buku kerja Halaman: 1 dari 1

2 Pelaksana Lapangan Perkerasan Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual /mandiri. Buku diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: 1) Kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. 2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memantau pencapaian keterampilan peserta pelatihan. 3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. 3. Buku penilaian Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi: 1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. 2) Metode-metode yang disarankan adalah proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. 3) Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. 4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. 5) Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek. 6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Pelaksanaan materi pelatihan 1. Pada pelatihan klasikal pelatih akan: 1) Menyediakan yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. 2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. 3) Menggunakan sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. 4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. 2. Pada pelatihan individual/mandiri peserta pelatihan akan: 1) Menggunakan sebagai sumber utama pelatihan. 2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. 3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja. 4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. 5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini / Recognition of Current Competency (RCC) Apakah yang dimaksud dengan Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency)? Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk seluruh elemen kompetensi dari suatu unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali agar dapat diakui telah memiliki kompetensi pada unit kompetensi dimaksud. Halaman: 2 dari 2

3 Pelaksana Lapangan Perkerasan Anda mungkin telah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah: Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama, Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4 Pengertian-Pengertian Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta ketrampilan / keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. Standardisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian / Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan. Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuik mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus pada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. Sertifikat Lulus Pelatihan Sertifikat Lulus Pelatihan adalah pengakuan tertulis kepada Peserta Pelatihan yang telah mengikuti Pelatihan Berbasis Kompetensi, yang dinilai memperoleh nilai hasil pelatihan sama atau melebihi standar batas lulus yang disyaratkan dalam pelatihan dimaksud. Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan. Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilahhasil serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang lingkup serta pedoman bukti. Sertifikat Kompetensi Sertifikat Kompetensi adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. Sertifikasi Kompetensi Sertifikasi Kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi. Halaman: 3 dari 3

4 Pelaksana Lapangan Perkerasan BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta Paket Pelatihan Untuk mempelajari materi latihan ini perlu membaca dan memahami ketentuan-ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang antara lain berkaitan dengan: 1. Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan. 2. Keselamatan dan Keselamatan Kerja. 2.2 Pengertian Unit Standar Standar Kompetensi? Standar Kompetensi menentukan: Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. Standar yang diperlukan untuik mendemonstrasikan kompetensi. Kondisi dimana kompetensi dicapai. Yang akan anda pelajari dari Unit Kompetensi ini Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk menerapkan prosedur-prosedur mutu. Lama unit kompetensi ini dapat diselesaikan Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu. Banyak kesempatan yang anda miliki untuk mencapai kompetensi Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 kali. 2.3 Unit Kompetensi Yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan untuk dapat: 1. Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan oleh peserta pelatihan. 2. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan oleh peserta pelatihan. 3. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan. 4. Meyakinkan bahwa semua elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Judul unit Menerapkan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Kode unit SPL.KS Halaman: 4 dari 4

5 Pelaksana Lapangan Perkerasan Deskripsi unit Unit Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk mampu menerapkan Spesifikasi Teknik untuk pelaksanaan perkerasan jalan beton Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja ELEMEN KOMPETENSI 1. Menetapkan bahan / material yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton. 2. Menerapkan rancangan campuran beton untuk membuat perkerasan jalan beton. 3. Menerapkan ketentuan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang. 4. Menerapkan ketentuan tentang pengecoran beton dan percobaan penghamparan. KRITERIA UNJUK KERJA 1.1. Bahan pokok (air, semen, agregat, aditiv) yang memenuhi Spesifikasi Teknik ditetapkan Baja tulangan yang sesuai dengan Spesifikasi Teknik ditetapkan Joint Sealant, membran kedap air dan bahan untuk perawatan beton yang sesuai dengan Spesifikasi Teknik ditetapkan Rancangan campuran awal berdasarkan data mix design laboratorium sesuai dengan compressive strength dan flexural strength ditetapkan Rancangan percobaan (trial mix) dengan melakukan pencampuran beton di lapangan sesuai dengan hasil mix design laboratorium dibuat Job mix berdasarkan trial mix yang dinilai memenuhi rencana compressive strength dan flexural strength ditetapkan Ketentuan tentang sambungan memanjang (longitudinal joint) diterapkan Ketentuan tentang sambungan ekspansi melintang (transversal expansion joint) diterapkan Ketentuan tentang sambungan kontraksi melintang (transversal contraction joint) diterapkan Pelaksanaan pengecoran sesuai dengan Spesifikasi Teknik diterapkan Pelaksanaan percobaan penghamparan sesuai dengan Spesifikasi Teknik diterapkan Toleransi sesuai Spesifikasi Teknik diterapkan Dokumentasi penerapan Spesifikasi Teknik untuk pelaksanaan perkerasan jalan beton sesuai dengan format dan SOP diterapkan Batasan variabel 1. Konteks variabel: 1) Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja secara mandiri. 2) Unit kompetensi ini berlaku untuk pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton. Halaman: 5 dari 5

6 Pelaksana Lapangan Perkerasan 2. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan unit ini perlu tersedianya peralatan dan sarana antara lain: 1) Peralatan pengambilan benda uji. 2) Peralatan pengujian. 3) Peralatan pengukuran 3. Tugas-tugas yang harus dilakukan: 1) Kemampuan mengidentifikasi pasal-pasal dan batasan-batasan tolerans 2) Kemampuan menerapkan pengendalian mutu pekerjaan. 3) Kemampuan dalam memantau dan mengevaluasi penerapan standar rujukan yang ditetapkan. 4. Peraturan-peraturan yang diperlukan: 1) UUJK No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 2) UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan Tol. 3) PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol. 4) PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan. 5) PP No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. 6) PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 7) Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 8) Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 9) SNI yang terkait dengan pekerjaan perkerasan beton. 5. Pihak lain yang terkait antara lain: 1) LPJKN / LPJKD; 2) Dinas Teknis terkait; 3) Pemasok material Panduan Penilaian 1. Konteks Penilaian Kondisi pengujian: Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Penilaian harus mencakup kemampuan memantau dan mengevaluasi secara profesional. Penilaian harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan dan keahlian yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK). Metode uji antara lain: 1) Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja. 2) Penilaian harus mencakup peragaan praktek di tempat kerja. 3) Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang ditetapkan dalam materi uji kompetensi (MUK). 2. Kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya atau kaitan dengan kompetensi lain: 1) SPL.KS Menyediakan Data Untuk Pembuatan Gambar Kerja Pelaksanaan Perkerasan. Halaman: 6 dari 6

7 Pelaksana Lapangan Perkerasan 3. Pengetahuan pendukung yang dibutuhkan: Untuk mendemonstrasikan kompetensi diperlukan pengetahuan di bidang: 1) Kemampuan menetapkan bahan / material yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton. 2) Kemampuan menerapkan rancangan campuran untuk membuat perkerasan jalan beton. Menerapkan ketentuan tentang pengecoran beton dan percobaan penghamparan. 3) Kemampuan menerapkan ketentuan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang. 4) Kemampuan menerapkan ketentuan tentang pengecoran beton dan percobaan penghamparan. 5) Kemampuan teknis dalam pelaksanaan pengujian dan pengukuran jalan beton. 4. Keterampilan yang dibutuhkan: 1) Keterampilan berinteraksi di tempat kerja. 2) Keterampilan menerapkan UUJK di tempat kerja. 3) Keterampilan menerapkan etika profesi dalam pelaksanaan pekerjaan. 5. Aspek penting penilaian Aspek yang harus diperhatikan: 1) Kemampuan mengidentifikasi pasal-pasal dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton khususnya terhadap kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan. 2) Kemampuan menerapkan kode etik profesi. 3) Kemampuan dalam memantau dan mengevaluasi penerapan UUJK dan Kode Etik Profesi. 6. Aspek kritis 1) Kemampuan dalam menerapkan peraturan dan perundang-undangan terkait dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton. 2) Mengidentifikasi pasal-pasal terkait dengan kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan. 3) Menerapkan UUJK dan etika profesi secara konsisten Kompetensi kunci No. Kompetensi kunci Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan 3 informasi. 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan Bekerja sama dengan orang lain dan kelompok Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis Memecahkan masalah Menggunakan teknologi. 3 Halaman: 7 dari 7

8 Pelaksana Lapangan Perkerasan BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem Berdasarkan Kompetensi berbeda dengan yang sedang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini anda akan bertanggung jawab terhadap belajar anda sendiri, artinya bahwa anda perlu merencanakan belajar anda dengan pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan / perencanaan 1. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. 2. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. 3. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki. 4. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan anda Permulaan dari proses pembelajaran 1. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. 2. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda Pengamatan terhadap tugas praktek 1. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. 2. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan Implementasi 1. Menerapkan pelatihan kerja yang aman. 2. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek. 3. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah anda peroleh Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untk penyelesaian belajar anda Metode pelatihan Terdapat 3 (tiga) prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar Belajar berkelompok Halaman: 8 dari 8

9 Pelaksana Lapangan Perkerasan Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. Halaman: 9 dari 9

10 Pelaksana Lapangan Perkerasan BAB IV PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON 4.1. Pengertian Umum Pendahuluan Materi Pelatihan ini memberikan gambaran mengenai penerapan Spesifikasi Teknik untuk pelaksanaan perkerasan jalan beton, yang mencakup 4 (empat) elemen kompetensi yang telah ditentukan dalam SKKNI Pelaksana Lapangan Perkerasan, yaitu: 1. Menetapkan bahan/material yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton. 2. Menerapkan rancangan campuran beton untuk membuat perkerasan jalan beton. 3. Menerapkan ketentuan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang. 4. Menerapkan ketentuan tentang pengecoran beton dan percobaan penghamparan. Dalam Sub-sub Bab berikut ini akan diuraikan ringkasan masing-masing elemen kompetensi tersebut di atas yang secara keseluruhan akan merupakan intisari dari Bab IV Pengertian umum Yang dimaksud dengan Spesifikasi Teknik di sini adalah bagian dari Dokumen Pelelangan yang berisi ketentuan-ketentuan mengenai persyaratan teknis pekerjaan yang dilelangkan. Persyaratan Teknis tersebut mencakup persyaratan teknis bahan baku, persyaratan teknik bahan olahan, persyaratan teknis cara pelaksanaan pekerjaan termasuk persyaratan teknis peralatan yang dipergunakan, dan persyaratan teknis produk akhir yang harus dicapai. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa Spesifikasi Teknik merupakan standar mutu yang ingin dicapai dari hasil Pekerjaan yang dilelangkan. Dalam tahap pelaksanaan Kontrak, Spesifikasi Teknik menjadi lampiran Kontrak yang wajib dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana Ruang lingkup Lingkup Materi Unit Kompetensi ini meliputi Penerapan Spesifikasi Teknik Pekerjaan Perkerasan, yaitu pembuatan lapisan perkerasan beton semen-portland, sebagaimana disyaratkan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang tertera pada Gambar Rencana. Menurut banyak literatur yang ada, perkerasan beton semen didefinisikan sebagai struktur perkerasan jalan yang terdiri dari plat beton semen (slab) yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan lapisan aspal beton (AC) sebagai lapis permukaan. Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka plat beton tersebut dianggap sebagai lapis pondasi (base course), karena di atasnya dapat dilapisi dengan aspal beton (hot mix asphalt) sebagai lapis permukaan (surface course), dan di bawahnya terdapat lapis pondasi bawah (subbase course) yang terdiri dari lapisan lean concrete atau agregat. Namun lapis pondasi bawah dalam struktur perkerasan jalan beton tidak selalu Halaman: 10 dari 10

11 Pelaksana Lapangan Perkerasan dipasang, tergantung dari kondisi tanah dasarnya, dan pada umumnya didesain untuk tidak ikut menahan beban (non struktural). Dalam pelaksanaan perkerasan jalan beton, toleransi-toleransi dimensi untuk perkerasan jalan beton harus dimonitor oleh Kontraktor di bawah pengawasan Konsultan Pengawas. Pada umumnya hal ini harus dilakukan dengan pengukuran ketinggian (levelling) dan penggunaan Crown Template dan Straight Edge berukuran panjang 3 meter. Sedangkan pemeriksaan ketinggian untuk menetapkan ketebalan plat beton harus diadakan dengan jarak antara maksimum 10 meter dari poros ke poros. Dalam Sub-sub bab berikutnya akan diuraikan persyaratan teknik mengenai bahan perkerasan beton, pembuatan campuran beton, dan pembuatan sambungan-sambungan serta pelaksanaan pengecoran, penghamparan beton. Sebagai tambahan, pada bagian akhir dari sub bab terakhir akan diuraikan persyaratan teknik mengenai Lean Concrete (beton kurus), yaitu bahan campuran beton semen yang sering digunakan sebagai lapis pondasi bawah. Gambar 4.1.(1) memperlihatkan secara skematis struktur perkerasan jalan beton dan bagian-bagiannya. Plat beton Sambungan memanjang Sambungan melintang Tekstur permukaan Desain tebal perkerasan Tie Bar Dowel Lapis Pondasi Bawah atau Lapis Pondasi Tanah Dasar Gambar 4.1.(1) Struktur perkerasan jalan beton dan bagian-bagiannya Jenis-jenis perkerasan eton Perkerasan kaku dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Perkerasan beton semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus; dan Halaman: 11 dari 11

12 Pelaksana Lapangan Perkerasan 2. Perkerasan komposit, yaitu perkerasan kaku dengan lapisan beton aspal di atasnya sebagai lapis permukaan, dimana kedua bahan tersebut (beton semen dan beton aspal) bekerjasama sebagai konstruksi komposit dalam memikul beban. 1. Perkerasan beton semen Dari kebanyakan literatur yang ada, dikenal 4 (empat) jenis perkerasan beton semen yang banyak digunakan, yaitu: 1) Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed Unreinforced/Plain Concrete Pavement / JPCP); 2) Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed Reinforced Concrete Pavement / JRCP); 3) Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan (Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP); 4) Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement / PCP). Gambar 4.1.(2). Jenis-jenis perkerasan beton semen 2. Perkerasan komposit Konstruksi beton semen dengan lapis permukaan aspal beton, yang memperhitungkan lapis aspal beton sebagai bagian yang ikut memikul beban, disebut Perkerasan Komposit. Halaman: 12 dari 12

13 Pelaksana Lapangan Perkerasan Dalam beberapa literatur yang ada, tebal konstruksi perkerasan komposit dihitung sebagai berikut: Ditentukan terlebih dahulu tebal plat beton yang dibutuhkan dengan menganggap perkerasan seluruhnya terdiri atas beton semen. Kemudian tebal plat beton hasil perhitungan di atas dikurangi sebesar 10 mm untuk setiap 25 mm tebal aspal beton. Tebal minimum plat beton ditetapkan 150 mm, dan untuk mencegah retak refleksi (retak di permukaan aspal yang terjadi akibat celah sambungan dan retak pada plat beton) disarankan tebal minimum aspal beton adalah 100 mm (4 inches) Penetapan Bahan Perkerasan Penetapan bahan pokok beton 1. Air Air yang dipergunakan untuk beton harus disetujui oleh Konsultan Pengawas, dan harus diuji sesuai dengan SNI (AASHTO T26). Air yang dipergunakan dalam pencampuran, pengawetan, atau pekerjaan lainnya harus bersih dan bebas dari minyak, garam, asam, alkali, gula, tumbuhan atau zat lainnya yang merusak hasil pekerjaan. Bila sumber air dangkal pengambilannya harus sedemikian rupa agar lumpur, rumput, atau bahan asing lainnya tidak ikut terbawa. Jika air yang akan digunakan diketahui dapat diminum, maka air tersebut dapat dipakai untuk pembuatan perkerasan jalan beton tanpa harus melalui pengujian di laboratorium. Bila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan diminta oleh Konsultan Pengawas, air harus diuji dengan diperbandingkan terhadap air suling. Perbandingan harus memakai cara uji semen standar untuk kekerasan, waktu pengikatan (setting time) dan kekuatan adukan. Petunjuk dari kekerasan, perubahan waktu pengikat ± 30 menit atau lebih, dan pada umur 7 hari dan 28 hari jika penyusutan kuat tekan adukan lebih dari 10% dibandingkan dengan air suling, cukup menjadi alasan ditolaknya air yang tengah diuji itu. 2. Semen 1). Sebagaimana dipersyaratkan dalam Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus merupakan semen portland jenis I, II atau III yang memenuhi SNI (AASHTO M85). Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan Pengawas, bahan tambahan (aditiv) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan. Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan Pengawas, hanya satu merk semen portland yang dapat digunakan di dalam proyek. Bilamana digunakan lebih satu merk semen, maka Kontraktor harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk yang digunakan. Halaman: 13 dari 13

14 Pelaksana Lapangan Perkerasan 2). Admixture (Bahan Tambah / Aditiv) tidak boleh digunakan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus menyerahkan contoh admixture kepada Konsultan Pengawas paling lambat 28 hari sebelum tanggal dimulainya pekerjaan struktur tertentu atau bagian dari struktur yang harus memakai material admixture itu. Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton tidak lebih dari 5 % berat semen selama proses pengadukan. Bahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Sesuai dengan Spesifikasi Umum Direktorat jenderal Bina Marga, ketentuan mengenai bahan tambah ini harus mengacu pada SNI tentang Spesifikasi Bahan Tambah untuk Beton. Pada umumnya bahan tambah kimia yang dapat digunakan untuk pembuatan beton adalah bahan tambah yang tidak mengandung Calcium Chloride. Penggunaan bahan tambah kimia harus didasarkan pada hasil uji dalam masa 24 jam pertama setelah pengecoran beton. Hal ini dikarenakan bahan tambah tertentu dapat memperlambat setting dan perkembangan kekuatan campuran beton semen, sehingga menunda waktu pemotongan sambungan dan menambah resiko terjadinya retakan acak. Bila akan digunakan bahan tambah berupa butiran yang sangat halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara berbentuk abu terbang (fly Ash), maka bahan tersebut harus sesuai dengan standar SNI tentang Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambah untuk Campuran Beton yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan Gambar Rencana dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Dalam hal penggunaan bahan tambah dalam campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete). 3. Agregat 1) Sesuai dengan Spesifikasi Direktorat Jenderal Bina Marga, gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel (1). : Tabel (1) Ketentuan Gradasi Agregat Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat Ukuran Agregat Kasar ASTM (mm) Halus < 37.5 mm < 25 mm < 19 mm < 12.5 mm 2 50, /2 38, , ¾ ½ 12, /8 9, No.4 4, No.8 2, Halaman: 14 dari 14

15 Pelaksana Lapangan Perkerasan No.16 1, No.50 0, No.100 0, Tabel (2) Sifat-sifat Agregat 2) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor. 3) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai. 4) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI tentang Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel (2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur SNI / AASHTO yang berhubungan. Sifat-sifat Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles pada 500 putaran Kekekalan Bentuk Batu terhadap Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat setelah 5 siklus Gumpalan Lempung dan Partikel yang Mudah Pecah Bahan yang Lolos Ayakan No.200 Metode Pengujian Batas Maksimum yang diijinkan untuk Agregat Halus Kasar SNI % : untuk K 400 % : untuk < K 400 SNI Natrium Sulfat : 10 % Magnesium Sulfat : 15 % SNI % 2 % SNI % 1 % Natrium Sulfat : 12% Magnesium Sulfat : 18 % Penetapan baja tulangan Baja tulangan (reinforcing steel) harus sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, dan detailnya tertera pada Gambar Rencana. Baja tulangan sesuai dengan Gambar Rencana, harus dari baja polos atau berulir dengan mutu yang memenuhi persyaratan dalam Tabel (3) berikut ini: Tabel (1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan Mutu U24 U32 Sebutan Baja Lunak Baja Sedang Tegangan Leleh Karekteristik atau Tegangan Karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2 (kg/cm 2 ) Halaman: 15 dari 15

16 Pelaksana Lapangan Perkerasan U39 U48 Baja Keras Baja Keras Tulangan untuk jalur jalan kendaraan harus berupa anyaman baja berprofil/berulir sebagaimana tertera pada Gambar Rencana. Tulangan anyaman baja harus sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 55. Tulangan ini harus berupa lembaran-lambaran datar dan merupakan suatu jenis yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Batang Dowel harus berupa batang bulat polos, dan Tie Bar (Batang Pengikat) harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan AASHTO M Penetapan bahan pengisi sambungan, membran kedap air dan bahan perawatan beton 1. Bahan penutup sambungan (joint sealer) dan bahan pengisi sambungan (joint filler) 1) Bahan penutup yang dituang untuk sambungan harus memenuhi ketentuan SNI ) Bahan pengisi yang dibentuk sebelumnya untuk sambungan harus memenuhi ketentuan-ketentuan AASHTO M33, SNI , SNI , atau AASHTO M220, sebagaimana yang disebutkan dalam Gambar Rencana atau oleh Direksi Pekerjaan dan harus dilubangi untuk memberikan tempat untuk ruji jika disyaratkan dalam Gambar. Bahan pengisi untuk setiap sambungan harus dikerjakan dalam selembar tunggal untuk lebar dan kedalaman yang diperlukan untuk sambungan kecuali jika disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana penggunaan lebih dari selembar disetujui untuk suatu sambungan, tepi-tepi lembaran harus diikat dengan rapat, dan dipasang dengan akurat terhadap bentuk, dengan cara distapler atau cara pengikat handal lainnya yang dapat diterima Direksi Pekerjaan. 2. Membran kedap air Membran atau sekat untuk lapisan tahan air di bawah perkerasan harus berupa lembaran Polyethylene dengan tebal 125 mikron. Membran kedap air diletakkan di bawah plat beton perkerasan di atas lapis pondasi bawah (lean concrete atau agregat). Bila diperlukan sambungan, maka harus dibuat overlaping sekurang-kurangnya harus 300 mm. 3. Bahan perawatan beton Bahan Perawatan Beton (Curing Compound) harus cairan berwarna putih (Liquid Membrane-Forming Compounds for Curing Concrete type 2 White Pigmented), yang memenuhi ketentuan AASHTO M 148 berikut, atau material lain yang disetujui Konsultan Pengawas. Halaman: 16 dari 16

17 Pelaksana Lapangan Perkerasan 4.3. Penetapan Rancangan Campuran Beton Penetapan rancangan campuran awal 1. Persyaratan mutu beton 1). Proporsi Bahan Campuran Beton Persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran akan didasarkan pada hasil percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh Kontraktor sesuai ketentuan dalam Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Selambat-lambatnya 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai, Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan sesuai dengan SNI , dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan. Campuran percobaan tersebut dapat diterima apabila memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran yang disyaratkan. Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton padat tidak boleh kurang dari jumlah dalam percobaan campuran yang disetujui. Pemakaian semen yang terlalu tinggi tidak dikehendaki dan Kontraktor harus mendasarkan disain campurannya (mix design) pada campuran yang paling hemat yang memenuhi semua persyaratan. Berdasarkan ketentuan Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, berat semen yang disertakan dalam setiap meter kubik beton yang terpadatkan untuk perkerasan beton semen tidak boleh kurang dari 320 kg jika tanpa abu terbang, dan 310 kg jika dengan abu terbang sebanyak dari 30 sampai 49 kg/m3, dan 300 kg jika dengan abu terbang sebanyak dari 50 sampai 70 kg/m3. Tetapi dalam segala apapun tidak lebih dari 420 kg. Agregat kasar dan agregat halus harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Struktur Beton. Untuk menentukan perbandingan agregat kasar dan agregat halus, proporsi agregat halus harus dibuat minimum. Akan tetapi, sekurang-kurangnya 40% agregat dalam campuran beton terhadap berat haruslah agregat halus yang didefinisikan sebagai agregat yang lolos ayakan 4,75 mm. Bila perbandingan yang tepat telah ditentukan dan disetujui, maka setiap perubahan terhadap perbandingan itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor boleh memilih agregat kasar sampai ukuran maksimum 40 mm, asal tetap sesuai dengan alat yang digunakan dan kerataan permukaan tetap dapat dijamin. Bila menurut pendapatnya perlu, Konsultan Pengawas dapat meminta Kontraktor untuk mengubah ukuran agregat kasar. Perbandingan air dan semen untuk agregat kering didasarkan pada persyaratan kekuatan beton, tetapi tidak boleh lebih dari 0,40 berat total semen. Plasticiser atau bahan aditiv pengurang air tidak boleh digunakan, kecuali ada ijin tertulis. Bahan aditiv campuran untuk mempercepat proses pengerasan dan yang mengandung Kalsium Klorida tidak boleh digunakan. 2) Kekuatan Beton Berdasarkan Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, ketentuan minimum untuk kuat tekan dan kuat lentur pada umur 28 hari untuk Perkerasan Beton Semen diberikan dalam tabel berikut ini : Halaman: 17 dari 17

18 Pelaksana Lapangan Perkerasan Tabel 4.3.1(1) Kekuatan Beton Minimum untuk Perkerasan Beton Semen Uraian Syarat Kuat Tekan Syarat Kuat Lentur Beton Percobaan Campuran K400(1) (fc 28 hari K47 (fc 28 hari Perkerasan Beton Semen K350(1) (fc 28 hari K45 (fc 28 hari (pengendalian produksi) Metoda Pengujian SNI SNI Ukuran Benda Uji silinder dia. 150 mm balok 500x150x150 mm Untuk kekuatan yang terjadi pada 7 hari, sementara disyaratkan 80% dari kuat lentur lapangan yang terjadi. Direksi Pekerjaan dapat, menurut pendapatnya, pada setiap saat sebelum atau selama operasi beton perkerasan, menaikkan atau menurunkan kekuatan minimum yang terjadi pada umur 7 hari. Kuat tekan rata-rata Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus (Wet Lean Concrete) pada umur 28 hari dari produksi harian tidak boleh kurang dari K50 (fc 5 MPa). Percobaan campuran (trial mix) di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor, harus sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan margin dengan probabilitas nilai flexural strength hasil pengujian yang lebih rendah dari flexural strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu perseratus). a) Silinder b) Kubus Halaman: 18 dari 18

19 Pelaksana Lapangan Perkerasan c) Alat Penekan Gambar 4.3.(1). Peralatan untuk Pengujian Kuat Tekan Beton Halaman: 19 dari 19

20 Pelaksana Lapangan Perkerasan Gambar 4.3.(2). Penentuan Kuat Lentur Beton 3). Kemudahan Pengerjaan (Nilai Slump) Beton untuk perkerasan jalan beton harus merupakan jenis yang memiiki sifat kemudahan pengerjaan (workability) yang sesuai untuk mencapai pemadatan penuh dengan peralatan yang digunakan, dengan tanpa mengalir sehingga bentuknya setelah pembentukan stabil. Slump sebagaimana diukur dengan cara pengujian SNI untuk acuan tetap (fixed form) harus antara 40 mm sampai 60 mm dan untuk acuan gelincir (slip form) harus antara 20 mm sampai 40 mm. Gambar 4.3.(3) Peralatan untuk Pengujian Slump Beton Halaman: 20 dari 20

21 Pelaksana Lapangan Perkerasan 2. Penetapan rancangan campuran awal Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi Struktur Beton, dan Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran (mix design) untuk masing-masing mutu beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, lengkap dengan hasil pengujian bahan dan hasil pengujian percobaan campuran beton di laboratorium berdasarkan kuat tekan beton untuk umur 7 dan 28 hari, kecuali ditentukan untuk umur-umur yang lain oleh Direksi Pekerjaan. Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan harus memenuhi kriteria teknis utama, yaitu kelecakan (workability), kekuatan (strength), dan keawetan (durability) Percobaan Campuran (Trial Mix) Sebelum dilakukan pengecoran, Kontraktor dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas harus membuat campuran percobaan menggunakan proporsi campuran hasil rancangan campuran awal serta bahan yang diusulkan, dan menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan (serta sudah memperhitungkan waktu pengangkutan dsb). Dalam kondisi beton segar, adukan beton harus memenuhi syarat kelecakan (nilai Slump) yang telah ditentukan. Pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dari hasil campuran percobaan harus mencapai kekuatan minimum 80 % dari nilai kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan dalam rancangan campuran beton (mix design) umur 28 hari. Bilamana hasil pengujian beton berumur 7 hari dari campuran percobaan tidak menghasilkan kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Kontraktor harus melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidaksesuaian tersebut, dengan meminta saran tenaga ahli yang kompeten di bidang beton untuk kemudian melakukan percobaan campuran kembali sampai dihasilkan kuat tekan beton di lapangan yang sesuai dengan persyaratan. Bilamana percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor boleh melakukan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan Formula Campuran Kerja (Job Mix Formula / JMF) hasil percobaan campuran Penetapan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix) Bilamana percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor boleh melakukan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix Formula / JMF) hasil percobaan campuran. 4.4 Penerapan Ketentuan Sambungan-Sambungan (Joints) Penerapan Ketentuan Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints) Berdasarkan studi AASHTO, sambungan memanjang perlu dibuat apabila lebar plat sama atau lebih besar dari 4,50 m, dan dimaksudkan untuk mengakomodasi gerakan lenting dari plat beton akibat panas-dingin siang-malam hari. Batang baja ulir (deformed bar) dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan harus diletakkan tegak lurus pada sambungan memanjang memakai alat mekanis (tie bar inserter), atau jika alat ini tidak dimungkinkan untuk digunakan, yaitu jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan mesin slipform beroperasi, maka dapat dipasang dengan besi penahan / dudukan (chair) atau penahan lainnya yang disetujui. Halaman: 21 dari 21

22 Pelaksana Lapangan Perkerasan Untuk mencegah perubahan tempat/posisi besi penahan / dudukan (chair) harus diperkuat dengan dipantek besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi kokoh terhadap fondasi bawah atau tanah dasar yang sudah dipersiapkan. Batang pengikat (tie bar) tersebut tidak boleh dicat atau dilapisi aspal atau material lain atau dimasukkan tabung kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya. Bila tertera dalam Gambar Rencana dan bila lajur perkerasan yang berdekatan dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk membentuk "keyway" (takikan) sepanjang sambungan konstruksi. Tie bars, kecuali yang terbuat dari baja rel, dapat dibengkokkan dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang dilaksanakan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton lajur yang berdekatan dihamparkan, atau sebagai pengganti tie bars yang dibengkokkan dapat digunakan 2 batang tie bar yang disambung (two-piece connectors). Sambungan acuan memanjang (longitudinal form joint) terdiri dari takikan/alur ke bawah memanjang pada permukaan jalan. Sambungan tersebut harus dibentuk dengan alat mekanis atau dibuat secara manual, dengan ukuran dan garis sesuai Gambar Rencana, sewaktu beton masih mudah dibentuk. Alur ini harus diisi dengan kepingan (filler) material yang telah tercetak (premolded) atau dicor (poured) dengan material penutup sesuai yang dipersyaratkan. (Lihat Gambar 4.4.(1).a.). Sambungan memanjang tengah (longitudinal centre joint) harus dibuat sedemikian rupa sehingga ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang (transversal joint), bila ada. Sambungan memanjang gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan pemotongan beton dengan gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan garis sesuai Gambar Rencana. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada Gambar Rencana, harus digunakan alat bantu atau garis bantu yang memadai. Sambungan memanjang ini harus digergaji sebelum berakhirnya masa perawatan beton, atau segera sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan diperbolehkan memasuki perkerasan beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus dibersihkan dan sambungan harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan yang dipersyaratkan. Pada sambungan memanjang gergajian, sebelum pengecoran harus dipasang crack inducer tepat di bawah rencana sambungan memanjang gergajian. Crack inducer ini dibuat dari kayu berpenampang segitiga sama sisi, dan kedudukannya harus dijamin tidak bergerak selama pengecoran beton, dan digunakan bila pengecoran perkerasan dilaksanakan sekaligus untuk semua lajur (dua atau tiga lajur sekaligus). (Lihat Gambar 4.4.(1).b.). a) Dicor per lajur Halaman: 22 dari 22

23 Pelaksana Lapangan Perkerasan. b) Dicor 2 lajur sekaligus. Gambar 4. 4.(1) Detail Sambungan Memanjang Sambungan memanjang tipe sisip permanen (longitudinal permanent insert type joints) harus dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan bereaksi secara kimiawi dengan bahan kimia beton. Lebar lembaran ini harus cukup untuk membentuk bidang yang diperlemah dengan kedalaman sesuai Gambar Rencana. Sambungan dengan bentuk bidang lemah (weakened plane type joint) tidak perlu dipotong (digergaji). Ketebalan sisipan tidak boleh kurang dari 0,5 mm dan harus disisipkan memakai alat mekanis sehingga dijamin tetap berada pada posisi yang tepat. Ujung atas lembaran ini harus berada di bawah permukaan akhir (finished surface) perkerasan sesuai yang tertera pada Gambar Rencana. Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena pekerjaan finishing pada beton. Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu (centre line) jalan dan jangan terlalu besar perbedaan kerataannya. Alat pemasangan mekanis harus menggetarkan beton selama kepingan itu disisipkan sedemikian rupa agar beton yang terganggu kembali rata sepanjang pinggiran kepingan tanpa menimbulkan segregasi Penerapan Ketentuan Sambungan Ekspansi Melintang (Transversal Expansion Joints) Sambungan ekspansi dimaksudkan untuk mengakomodasi gerakan muai susut plat perkerasan beton semen. Biasanya dibuat pada jarak m panjang perkerasan beton semen. Bahan pengisi (Filler) untuk sambungan ekspansi (Expansion Joint Filler) harus menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sampai tanah dasar (subgrade) dan sampai bertemu sambungan memanjang. Bahan pengisi sambungan pracetak (Preformed Joint Filler) harus disediakan dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur. Bahan pengisi yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan, kecuali bila disetujui Konsultan Pengawas. Bahan pengisi sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar bahan pengisi tetap pada garis dan alinemen yang semestinya, selama penghamparan dan finishing beton. Halaman: 23 dari 23

24 Pelaksana Lapangan Perkerasan Perubahan posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5 mm pada alinyemen horisontalnya menurut garis lurus. Bila bahan pengisi di pasang berupa bagian-bagian, maka di antara unit-unit yang berdekatan tidak boleh ada celah. Pada sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton. Gambar 4.4.(2). Detail Sambungan Ekspansi Melintang Penerapan Ketentuan Sambungan Kontraksi Melintang (Transversal Contraction Joints) Sambungan kontraksi melintang dibuat pada jarak sekitar 5,0 m untuk perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan, dan jarak m untuk perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan, yang dimaksudkan untuk mengakomodasi gerakan susut dari plat beton semen pada waktu proses pengerasan beton berlangsung akibat dari terjadinya reaksi kimia antara semen dengan air. Sambungan ini terdiri dari bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat takikan/alur dengan pemotongan permukaan perkerasan. Disamping itu bila tertera pada Gambar Rencana, juga harus mencakup pasangan alat transfer beban (load transfer assemblies). 1. Sambungan kontraksi kepingan melintang (Transverse strip contraction joints) Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang kepingan sebagaimana tertera pada Gambar Rencana. 2. Takikan/Alur (Formed grooves) Takikan ini harus dibuat dengan menekankan alat ke dalam beton yang masih plastis. Alat tersebut harus tetap di tempat sekurang-kurangnya sampai beton mencapai pengerasan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak beton di dekatnya, kecuali bila alat itu memang dirancang untuk tetap terpasang pada sambungan. 3. Sambungan gergajian (Sawn contraction joints) Sambungan ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai yang tercantum pada Gambar Rencana, dengan gergaji beton yang disetujui. Setelah sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton yang berdekatan harus dibersihkan. Halaman: 24 dari 24

25 Pelaksana Lapangan Perkerasan Penggergajian harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras agar penggergajian tidak menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari 18 jam setelah pemadatan akhir beton. Sambungan harus dibuat/ dipotong sebelum terjadi retakan karena susut. Bila perlu, penggergajian dapat dilakukan pada waktu siang dan malam dalam cuaca apa pun. Gambar 4.4.(3). Sambungan Kontraksi Melintang Penggergajian harus ditangguhkan bila di dekat tempat sambungan ada retakan. Penggergajian harus dihentikan bila retakan terjadi di depan gergajian. Bila retakan sulit dicegah ketika dimulai penggergajian, maka pembuatan sambungan kontraksi harus dibuat dengan takikan/alur (formed grooves) sewaktu beton masih plastis sebagaimana dijelaskan dalam Secara umum, penggergajian harus dilakukan berurutan. 4. Sambungan acuan kontraksi melintang (Tranversal Formed Contraction Joints) Sambungan ini harus sesuai dengan ketentuan Pasal untuk sambungan acuan memanjang (longitudinal formed joints). 5. Sambungan konstruksi / sambungan pelaksanaan melintang (Transversal Construction Joints) Sambungan ini harus dibuat bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit. Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya. Bila dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat perkerasan sepanjang minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan sebelumnya harus dipotong dan dibuang sesuai instruksi Konsultan Pengawas. Halaman: 25 dari 25

26 Pelaksana Lapangan Perkerasan Gambar 4.4.(4). Detail Sambungan Pelaksanaan 6. Alat transfer beban (Load Transfer Devices), batang pengikat (Tie Bar) dan penutup sambungan (Joint Sealant) 1) Alat transfer beban (Load Transfer Devices) Bila digunakan dowel (batang baja polos), maka harus dipasang sejajar dengan permukaan dan garis sumbu perkerasan beton atau tepat di tengah ketebalan pelat dengan alat mekanis dowel bar inserter, atau jika tidak memungkinkan atau alat ini tidak dapat digunakan, dapat memakai besi pengikat/penahan/dudukan (chair) yang dibiarkan terpendam dalam perkerasan. Gambar 4.4.(5). Konstruksi Dudukan/Kursi Dowel yang banyak dipakai di Indonesia Untuk mencegah perubahan tempat/posisi besi penahan (chair) harus diperkuat dengan dipantek besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat kokoh terhadap lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah dipersiapkan. Ujung dowel harus dipotong agar permukaannya rata. Ukuran bagian dowel yang harus dilapisi aspal atau gemuk (grease) harus sesuai yang tertera pada Gambar Rencana, agar bagian tersebut tidak lekat dengan beton. Penutup (selubung) dowel dari logam, yang disetujui Konsultan Pengawas, harus dipasang pada setiap batang dowel pada sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan dowel dan bagian ujung yang tertutup harus kedap air, dan cukup rongga untuk pemuaian sebagaimana tertera dalam Gambar Rencana. 2) Batang pengikat (tie bar) Batang pengikat (tie bar) harus terdiri dari baja ulir (deformed) dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan, dan harus diletakkan tegak lurus pada sambungan memanjang (longitudinal joints) memakai alat mekanis tie bar inserter, atau jika alat ini tidak dimungkinkan untuk digunakan sebagaimana dalam Pasal dapat dipasang dengan besi penahan/dudukan (chair) atau penahan lainnya yang disetujui. Untuk mencegah perubahan tempat/posisi besi penahan (chair), harus diperkuat dengan cara dipantek dengan besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga kokoh terhadap lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah dipersiapkan. Halaman: 26 dari 26

27 Pelaksana Lapangan Perkerasan Batang-batang pengikat (tie bars) tersebut tidak boleh dicat atau dilapisi aspal atau material lainnya atau dimasukkan tabung kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya. Bila tertera dalam Gambar Rencana dan bila lajur perkerasan yang berdekatan dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk membentuk "keyway" (takikan) sepanjang sambungan konstruksi. Tie bar, kecuali yang terbuat dari baja rel, dapat dibengkokkan dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang dilaksanakan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton lajur yang berdekatan dihampar, atau sebagai pengganti tie bar yang dibengkokkan dapat digunakan 2 (dua) batang tie bar yang disambung (two-piece connector). Batang pengikat (Tie Bars) dapat juga menggunakan baut yang dibengkokkan (joint hook bolts) dengan persyaratan baut tersebut harus mempunyai diameter minimum 13 mm dan harus dilengkapi dengan mur penyambung (coupling) yang memadai. 3) Bahan penutup sambungan (Joint Sealant) Sambungan harus ditutup segera sesudah selesai proses perawatan (curing) beton dan sebelum jalan dibuka untuk lalu lintas, termasuk kendaraan Kontraktor, untuk mencegah air masuk melalui celah hasil penggergajian (saw cut) dan berkumpul di bawah pelat beton, yang akan berakibat terjadinya pumping, terutama untuk konstruksi perkerasan yang tidak menggunakan lapis pondasi bawah. Sebelum ditutup, setiap sambungan harus dibersihkan dari material yang tidak dikehendaki, termasuk bahan perawatan (membrane curing compound). Permukaan sambungan harus bersih dan kering ketika diisi dengan material penutup sehingga terjamin kelekatan yang baik. Material pengisi (joint sealer) yang digunakan pada setiap sambungan terdiri dari rubber asphalt, asphalt impregnated polyurethane, expandite plastics, dsb. harus sesuai dengan persyaratan yang tertera pada Material penutup harus diaduk selama pemanasan untuk mencegah pemanasan yang berlebihan secara tidak merata. Waktu dituangkan, jangan sampai material ini tumpah pada permukaan beton yang terbuka. Kelebihan material pada permukaan beton harus segera dibersihkan. Penggunaan pasir atau material lain sebagai pelindung material penutup tidak diperbolehkan. 4.5 Penerapan Ketentuan Pengecoran dan Penghamparan Beton Penerapan Ketentuan Pengangkutan dan Pengecoran Beton Peralatan Pencampur beton (Batching Plant) dan alat pengangkut beton (Truck Mixer atau Agitator Truck Mixer) harus sesuai dengan ketentuan mengenai peralatan dalam Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Kapasitas Batching Plant harus dapat memasok kebutuhan alat Slipform Concrete Paver agar dapat terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atau keterlambatan pemasokan beton. Untuk campuran beton dengan slump rendah dapat digunakan Dump Truck sebagai alat pengangkut campuran Penerapan Ketentuan Penghamparan, Pemadatan dan Finishing Permukaan Beton 1. Penghamparan dengan mesin penghampar jenis acuan bergerak (Slipform Paver). Halaman: 27 dari 27

28 Pelaksana Lapangan Perkerasan Mesin penghampar jenis acuan bergerak (Slipform Paver) harus merupakan satu unit mesin yang mempunyai fungsi menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju. (Lihat Gambar 4.5.(1).). Mesin penghampar jenis acuan bergerak (Slipform Paver) harus mempunyai lebar minimum 4.0 m yang bertumpu pada 4 (empat ) roda kelabang (crawler track), dilengkapi sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi (level control sensors) masing-masing di depan dan di belakang pada kedua sisi, dan sensor kelandaian kemiringan (slope sensor), dimana seluruh sensor ini dikendalikan secara komputer (computerized control). Gambar 4.5.(1) Prinsip kerja Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Paver), dan komponen-komponen tipikalnya. Secara umum alat ini harus dilengkapi dengan : 1) auger yang dapat menyebarkan adukan beton secara merata ke seluruh bagian lebar perkerasan; 2) screed yang mengatur masukan beton ke dalam mold (cetakan); 3) vibrator dengan jumlah cukup untuk menjamin keseragaman dan konsolidasi seluruh campuran beton dan ditempatkan pada selebar mold dengan frekwensi Hertz yang kedudukannya harus lentur agar tetap berfungsi walaupun harus menyentuh tulangan; 4) mold (slipform pan / finishing pan) pembentuk perkerasan harus terbuat dari baja berkualitas sangat tinggi dan bentuknya harus menjamin agar beton yang dibentuk tidak terseret dan menghasilkan beton yang padat; 5) super smoother / float pan finisher penempa akhir yang menghaluskan meratakan permukaan akhir perkerasan dan bergerak secara oskilasi; 6) tie bar inserter (penyisip tie bar) secara otomatis pada jarak tertentu menyisipkan tie bar pada sambungan memanjang; 7) dowel inserter (penyisip dowel) untuk menyisipkan dowel secara otomatis ke dalam perkerasan beton yang sedang dalam proses penyebaran pemadatan pada interval jarak yang diinginkan dan sejajar dengan arah pergerakan mesin. Stringline yang berfungsi sebagai panduan utama untuk arah dan elevasi harus sudah terpasang sepanjang rencana produksi perkerasan. Stringline harus dipasang (setting) Halaman: 28 dari 28

29 Pelaksana Lapangan Perkerasan pada kedudukan (elevasi dan posisi) yang sesuai untuk memberikan hasil akhir ketebalan, elevasi dan arah perkerasan, dan pemasangannya harus menggunakan alat ukur. Track jalur kerja untuk roda kelabang alat (crawler track) harus sudah disiapkan sepanjang rencana produksi dan dengan permukaan yang rata, kokoh dan stabil untuk menopang alat. Jalur untuk roda ini tidak boleh ambles sehingga dijamin bahwa alat bergerak maju dengan stabil. Alat ini harus beroperasi tanpa boleh berhenti sebelum rencana produksi pada hari yang bersangkutan. Alat ini baru boleh mulai beroperasi bila campuran beton yang dipasok ke lapangan sudah cukup untuk menjamin alat ini tidak berhenti karena kekurangan atau keterlambatan pasokan. Kesinambungan penghamparan-pemadatan harus benar-benar dijaga secara terus menerus tanpa terhenti. Penghentian penghamparan-pemadatan hanya dibenarkan bila alat mendadak mogok atau karena sudah selesai produksi sesuai rencana produksi pada hari tersebut. 2. Penghamparan dengan mesin penghampar jenis acuan tetap (Fixform Finisher). Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka dapat digunakan alat berikut ini dengan persetujuan Konsultan Pengawas: 1) Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines) Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa (finishing machines) harus dilengkapi dengan tranverse screeds yang dapat bergerak bolak-balik (oscillating type) atau alat lain yang serupa dengan ketentuan Pasal ) Vibrator (Penggetar) Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat berupa surface pan type atau internal type dengan tabung celup (immersed tube) atau multiple spuds. Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa. Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, load transfer devices, subgrade dan acuan (form) samping. Frekuensi vibrator surface pan tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz), dan Frekuensi internal vibrator tidak boleh kurang dari 5000 impuls per menit (83 Hz) untuk vibrator tabung dan tidak kurang dari 7000 impuls per menit (117 Hz) untuk spud vibrator. Spud vibrator, dapat dipasang pada mesin penghampar (spreader) atau alat penempa (finishing), dengan frekuensi tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz). Sedangkan di lokasi dekat acuan dapat dioperasikan dengan tangan. 3) Acuan Acuan ini digunakan bilamana pekerjaan dengan mesin slipform tidak dimungkinkan, dan harus mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari Konsultan Pengawas. Acuan lurus harus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan harus disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m. Acuan ini sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan perkerasan jalan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari kedalamannya. Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai harus digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang. Acuan yang mudah disesuaikan (fleksibel) atau lengkung harus dibuat sedemikian dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Halaman: 29 dari 29

30 Pelaksana Lapangan Perkerasan Acuan harus dilengkapi dengan sarana yang memadai untuk keperluan pemasangan sehingga bila telah terpasang acuan tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau penurunan, segala benturan dan getaran dari alat penghampar dan penempa. Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Acuan yang permukaan atasnya miring, bengkok, terpuntir atau patah harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Acuan bekas yang diperbaiki tidak boleh digunakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm. Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung bagian yang bersambungan. (1) Pemasangan acuan Acuan harus dipasang di muka bagian perkerasan yang sedang dilaksanakan, agar mempermudah pelaksanaan dan persetujuan pekerjaan yang harus memperhatikan bentuk permukaan yang berdekatan. Acuan harus dipasang pada tempatnya dengan menggunakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) paku untuk setiap 3 m bagian panjang acuan. Patok (pin) ini harus diletakkan pada masingmasing sisi setiap sambungan. Acuan harus kokoh dan tidak goyah. Toleransi acuan dari garis yang sebenarnya tidak boleh lebih dari 5 mm. Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga kokoh, tanpa terlihat adanya lentingan atau penurunan, terhadap benturan dan getaran dari peralatan pemadat dan penempa. Acuan harus bersih dan dilapisi pelumas sebelum beton dihamparkan. Alinemen dan elevasi kelandaian acuan harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki oleh Kontraktor segera sebelum beton dihamparkan. Bila acuan berubah posisinya atau kelandaiannya tidak stabil, maka harus dibetulkan dan diperiksa ulang. (2) Penghamparan beton Beton harus dihampar dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga dihindari terjadinya pemindahan atau pengerjaan ulang. Truk mixer, truk pengaduk, atau alat angkut lainnya harus dilengkapi dengan alat penumpah beton agar tidak menimbulkan segregasi material. Beton harus diturunkan ke alat penghampar dan dihamparkan secara mekanis sedemikian rupa untuk mencegah segregasi. Penghamparan harus dilakukan secara kontinyu di antara sambungan melintang tanpa sekatan sementara. Bila penghamparan perlu dilakukan dengan tangan, harus memakai sekop. Pekerja tidak boleh menginjak hamparan beton memakai sepatu yang kotor. Bila lajur yang dikerjakan bersambungan dengan lajur perkerasan yang telah selesai lebih dahulu, dan peralatan mekanis harus bekerja di atas lajur tersebut, kekuatan beton lajur itu harus sudah mencapai sekurang-kurangnya 90 % dari kekuatan lentur beton 28 hari. Jika hanya peralatan finishing yang melewati lajur existing, pekerjaan ini bisa dilakukan setelah umur betonnya mencapai 3 hari. Beton harus dipadatkan secara merata, pada tepi dan sepanjang acuan, dan pada kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dibenamkan ke dalam beton. Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih Halaman: 30 dari 30

31 Pelaksana Lapangan Perkerasan dari 5 detik pada setiap titik penggetaran, dan masing-masing titik berjarak cm. (3) Penempatan baja tulangan Beton harus dituangkan sedekat mungkin dengan sambungan kontraksi dan sambungan ekspansi tanpa merusaknya, tetapi tidak dituangkan langsung dari corong curah ke arah perlengkapan sambungan kecuali corong curah tersebut telah ditempatkan sedemikian rupa sehingga penumpahan beton tidak menggeser posisi sambungan. Setelah beton dituangkan, baja tulangan harus ditempatkan sesuai dengan bentuk penampang melintang yang tercantum pada Gambar Rencana. Bila beton dihamparkan dalam dua lapisan, lapisan bawah harus dihampar sehingga anyaman kawat baja atau bar mat dapat diletakkan di atas beton dengan tepat. Baja tulangan harus langsung diletakkan di atas hamparan beton tersebut sebelum lapisan atasnya dituangkan. Lapisan bawah beton yang sudah dituangkan lebih dari 30 menit tanpa diikuti penghamparan lapisan atas harus dibongkar dan diganti dengan beton baru atas biaya Kontraktor. Bila perkerasan beton dibuat langsung dalam satu lapisan, baja tulangan harus diletakkan sebelum beton dihamparkan, atau ditempatkan pada kedalaman sesuai ketentuan Gambar Rencana pada beton yang masih lembek. Pada sambungan antara anyaman kawat baja, kawat pertama dari anyaman itu harus terletak diatas anyaman yang sebelumnya, dengan bagian yang tumpangtindih (overlap) tidak kurang dari 450 mm. Baja tulangan harus bersih dari kotoran, minyak, cat, lemak, dan karat yang akan mengganggu kelekatan baja dengan beton. (4) Finishing a. Finishing dengan Mesin Begitu dituangkan, beton harus segera disebarkan, dipadatkan dan diratakan dengan mesin finishing. Mesin harus melintasi setiap bagian permukaan jalan beberapa kali dengan interval yang semestinya untuk menciptakan kepadatan yang memadai dan permukaan yang rata. Bagian atas acuan harus tetap bersih dan gerakan mesin di atas acuan jangan sampai bergetar atau goyah sehingga mengganggu kecermatan pekerjaan finishing. Pada lintasan pertama mesin finishing, beton di depan screed harus dibuat rata pada keseluruhan jalur yang dikerjakan. b. Finishing dengan Tangan Bila luas perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau bila tempat kerja sangat terbatas untuk dilaksanakan dengan metode seperti yang ditentukan dalam butir 1) di atas, beton harus dihampar dan diratakan dengan tangan tanpa segregasi atau pemadatan awal. Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrator, harus ditekan sampai level tertentu sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui pemadatan, permukaannya akan lebih tinggi dari pada acuan samping. Beton harus dipadatkan dengan balok pemadat dari baja atau dari kayu keras beralas baja dengan lebar tidak kurang dari 75 mm, tinggi tidak kurang dari 225 mm, dan daya penggerakannya tidak kurang dari 250 watt per meter lebar perkerasan Halaman: 31 dari 31

32 Pelaksana Lapangan Perkerasan beton. Balok diangkat dan digerakkan maju sedikit demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Juga bisa dipakai pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama. Bila ketebalan beton melebihi 200 mm, atau bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, untuk menyempurnakan pemadatan dapat dilakukan vibrasi internal tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5 m panjang perkerasan beton dipadatkan, balok vibrasi harus mengulang lagi dengan perlahan-lahan pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk menghaluskan permukaan. Permukaan jalan harus diukur kerataannya dengan paling sedikit 2 kali lintasan mal datar yang digeserkan, dengan panjang tidak kurang dari 1,8 m. Bila permukaan lapisan rusak karena mal-datar (straight-edge), karena permukaan tidak rata, balok vibrasi harus digunakan lagi, lalu diikuti dengan mal-datar lagi. Bila penghamparan perkerasan beton harus dilakukan dengan dua lapisan, lapisan pertama harus dihamparkan, dan dipadatkan sampai level tertentu sehingga baja tulangan setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera setelah itu lapisan atas beton dituangkan dan difinishing. (5). Pelepaan (Floating) Setelah ditempa dan dipadatkan (dikonsolidasi), beton harus diperhalus lagi dengan bantuan alat-alat lepa, dengan salah satu metoda berikut : a. Pelepa manual Untuk ini dapat digunakan pelepa longitudinal dengan panjang tidak kurang dari 350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar tidak melentur atau melengkung. Pelepa longitudinal dioperasikan dari atas jembatan yang dipasang merentangi kedua sisi acuan tapi tanpa menyentuh beton, digerakkan seperti gerakan mengergaji, sementara pelepa selalu sejajar dengan garis sumbu jalan (centre line), dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi perkerasan ke sisi lain. Gerakan maju sepanjang garis sumbu jalan harus berangsur-angsur dengan pergeseran tidak lebih dari setengah panjang pelepa. Kelebihan air atau cairan harus dibuang. b. Pelepa dengan mesin Pelepa mekanik harus dari jenis yang disetujui Konsultan Pengawas dan dalam keadaan dapat dioperasikan dengan baik. Pelepa harus disesuaikan dengan bentuk permukaan jalan yang dikehendaki dan dengan mesin finishing melintang (transverse finishing machine). Juga dapat digunakan mesin yang mempunyai pelepa pemotong dan pelepa penghalus yang dipasang pada dan dikendalikan melalui rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan dengan alat beroda 4 (empat) atau lebih, yang bertumpu pada acuan samping. Bila perlu, setelah pelepaan dengan salah satu metode di atas, untuk menutup dan menghaluskan lubang-lubang pada permukaan beton dapat digunakan pelepa dengan batang pegangan yang panjang (bertangkai), dengan papan panjang tidak kurang dari 1,5 m dan lebar 150 mm. Pelepa ini tidak boleh digunakan pada seluruh permukaan beton sebagai pengganti atau pelengkap salah satu metode pelepaan di atas. Bila penempaan dan pemadatan dikerjakan tangan dan bentuk permukaan jalan tidak Halaman: 32 dari 32

33 Pelaksana Lapangan Perkerasan memungkinkan digunakannya pelepa longitudinal, pelepaan permukaan dilakukan secara melintang dengan pelepa bertangkai. Setelah pelepaan air dan sisa beton yang ada di permukaan harus dibuang dari permukaan jalan dengan mal datar sepanjang 3,0 m atau lebih. Setiap geseran harus dilintasi lagi dengan ukuran setengah panjang mal datar. (6) Memperbaiki Permukaan Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek, bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, diratakan, dipadatkan dan di-finishing lagi. Daerah yang menonjol/berlebih harus dipotong dan di-finishing lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus terus diperiksa dan diperbaiki sampai tak ada lagi perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan penampang melintang yang ditentukan. (7) Membongkar Acuan Kecuali bila ditentukan lain, acuan tidak boleh dibongkar dari beton yang baru dihamparkan sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar dengan hati-hati agar beton tidak rusak. Setelah dibongkar, bagian sisi plat beton harus dirawat (curing) sesuai dengan Pasal Daerah rongga (honey comb) yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan ditambal dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2 agregat halus. Rongga (honey comb) yang besar dianggap sebagai kerusakan, harus dibongkar dan diganti. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 2,5 meter panjangnya atau kurang dari lebar seluruh lajur yang terkena pembongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran yang berdekatan dengan sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan diganti. 3. Membentuk Tepi Pada saat beton mulai mengeras, tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada sambungan harus dirapihkan dengan alat khusus manual untuk membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu, yaitu bila tak ditentukan lain pada Gambar Rencana, adalah 12 mm. 4. Menguji Permukaan Segera setelah beton mengeras, permukaan jalan harus diuji memakai mal-datar (straight-edges) 3,0 m. Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih dari 12,5 mm sepanjang 3,0, itu harus ditandai dan segera diturunkan dengan alat gerinda yang telah disetujui sampai bila diuji lagi, ketidakrataannya tidak lebih dari 3 mm. Bila penyimpangan dari penampang melintang yang sebenarnya lebih dari 12,5 mm, lapisan jalan harus dibongkar dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m ataupun kurang dari lebar lajur yang kena bongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m, harus ikut dibongkar dan diganti. 5. Membongkar Acuan Kecuali bila ditentukan lain, acuan tidak boleh dibongkar dari beton yang baru dihamparkan sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar Halaman: 33 dari 33

34 Pelaksana Lapangan Perkerasan dengan hati-hati agar beton tidak rusak. Setelah dibongkar, bagian sisi plat beton harus dirawat (curing) sesuai dengan sub-pasal Daerah rongga (honey comb) yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan ditambal dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2 agregat halus. Rongga (honey comb) yang besar dianggap sebagai kerusakan, harus dibongkar dan diganti. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 2,5 meter panjangnya atau kurang dari lebar seluruh lajur yang terkena pembongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran yang berdekatan dengan sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan diganti. 6. Penyelesaian Permukaan Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan perawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis sumbu (centre line) jalan. Pengkasaran ini dapat dilakukan dengan cara brushing atau grooving. Cara brushing dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 100 mm dengan masingmasing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-masing pusat untaian maksimum 10 mm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 90 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1 / 16 in (1,5 mm). Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau mekanis, yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing berjarak antara 15 sampai 20 mm, yang disetujui Konsultan Pengawas. 7. Gergaji Beton Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), Kontraktor harus menyediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai untuk membentuk sambungan, dengan mata gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan. Kontraktor harus menyediakan paling sedikit 1 gergaji yang selalu siap dioperasikan (standby). Kontraktor harus menyediakan cadangan pisau gergaji secukupnya, fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam. Peralatan ini harus selalu siap kerja, baik sebelum maupun selama pekerjaan perkerasan beton. 8. Perawatan (Curing) Beton Permukaan beton yang terbuka harus segera dilapisi perawat (curing compound) setelah di-finishing dengan sikat, dengan menyemprotkan bahan perawat berupa cairan bahan kimia pada permukaan menggunakan penyemprot atau alat lain yang disetujui dengan banyaknya pemakaian 0,22-0,27 lt/m2 untuk penyemprotan mekanis, atau lt/m2 untuk penyemprotan manual. Bahan ini tak boleh masuk ke alur pada alur-alur sambungan. Cara perawatan lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan menutup seluruh permukaan beton dengan burlap atau karung goni yang selalu dibasahi dengan air yang berlangsung selama paling sedikit 7 hari. Bila gagal menyediakan bahan penutup dan air yang cukup untuk perawatan yang memadai dan memenuhi persyaratan lainnya dengan semestinya, maka pekerjaan beton harus dihentikan. Halaman: 34 dari 34

35 Pelaksana Lapangan Perkerasan 9. Perbaikan Retakan Semua retakan yang terjadi harus dibongkar sepanjang 2,5 meter selebar lajur. Bagian tersisa yang kurang dari 2.5 meter harus ikut dibongkar dan diganti, kecuali retakan progresif yang menurut pendapat Konsultan Pengawas disebabkan oleh turunnya timbunan badan jalan. 10. Percobaan Penghamparan Kontraktor harus menyediakan peralatan dan menunjukkan metode pelaksanaan pekerjaan dengan cara menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak kurang dari 30 m di lokasi yang disediakan oleh Kontraktor di luar daerah kerja permanen. Percobaan tambahan mungkin akan diinstruksikan oleh Konsultan Pengawas, bila percobaan pertama dinilai tidak memuaskan. Setelah percobaan pertama disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka percobaan sepanjang minimum 150 m tapi tidak lebih dari 300 m harus dilakukan di daerah kerja permanen. Percobaan ini harus menunjukkan seluruh aspek pekerjaan dan harus mencakup setiap tipe sambungan yang digunakan dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyampaikan kepada Konsultan Pengawas, paling lambat satu bulan sebelum tanggal pelaksanaan percobaan pertama, uraian terinci mengenai instalasi, peralatan dan metode pelaksanaan pekerjaan. Pembangunan instalasi tidak boleh dilakukan selama percobaan. Kontraktor tidak boleh melanjutkan menghamparkan perkerasan beton sebagai pekerjaan permanen sebelum ada persetujuan terhadap hasil percobaan. Agar pekerjaan "percobaan lanjutan" disetujui, hasil pekerjaan tersebut harus sesuai dengan Spesifikasi tanpa ada pekerjaan perbaikan. Bila hasil "percobaan lanjutan" tidak sesuai dengan Spesifikasi, Kontraktor harus menyiapkan lokasi percobaan lanjutan yang lain. Panjang jalan "percobaan lanjutan" yang tidak sesuai dengan Spesifikasi harus dibongkar. 11. Perlindungan Perkerasan Baru dan Pembukaan Terhadap Lalu Lintas Kontraktor harus melindungi perkerasan dan perlengkapannya dari lalu lintas umum dan lalu lintas proyek. Hal ini meliputi penyediaan tenaga pengatur lalu lintas, dan pemasangan dan pemeliharaan rambu-rambu dan lampu, jembatan, atau jalan sementara / jalan pengalih, dan lain-lain. Kerusakan pada perkerasan, yang terjadi sebelum ada persetujuan akhir, harus diperbaiki atau harus diganti, sebagaimana petunjuk Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas akan menentukan kapan perkerasan bisa dibuka untuk lalu lintas. Berdasarkan ketentuan Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, jalan tidak boleh dibuka untuk lalu lintas sebelum hasil test terhadap sampel yang dicetak dan dilapisi bahan perawatan menurut AASHTO T 23 mencapai kekuatan lentur minimum tidak kurang dari 90% kekuatan lentur minimum 45 kg/cm 2 umur 28 hari, bila diuji dengan third point methode. Bila tidak ada pengujian, perkerasan tak boleh dibuka untuk lalu lintas sebelum 14 hari dari saat beton dihamparkan. Sebelum lalu lintas dibuka, perkerasan harus dibersihkan dan penutup (sealing) sambungan sudah sempurna. 12. Pengukuran dan Pembayaran Hasil Kerja 1). Metode Pengukuran Halaman: 35 dari 35

36 Pelaksana Lapangan Perkerasan Jumlah yang akan dibayar dengan mata pembayaran tersebut di bawah ini adalah jumlah meter persegi perkerasan beton yang telah selesai dan disetujui pada pekerjaan permanen. Lebar yang diukur adalah lebar perkerasan yang tertera pada penampang melintang rencana, daerah-daerah tambahan seperti jalur ramp dan toll plaza, atau sebagaimana petunjuk tertulis Konsultan Pengawas. Panjang akan diukur oleh Konsultan Pengawas, yaitu sepanjang garis sumbu setiap badan jalan. Sambungan dan baja tulangan yang diperlukan dalam pekerjaan dari Pasal ini tidak akan diukur untuk pembayaran tersendiri. Perkerasan hasil percobaan penghamparan yang dilaksanakan di luar daerah pekerjaan permanen tak akan diukur untuk pembayaran tersendiri. 2) Dasar Pembayaran Jumlah perkerasan beton hasil pengukuran tersebut di atas akan dibayar menurut Harga Satuan Kontrak per meter persegi. Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan material, termasuk beton, baja tulangan, acuan, chair, dowel, tie bar, dan material sambungan, penghamparan percobaan, pengambilan core untuk penentuan harga; dan seluruh material, tenaga kerja, peralatan dan kebutuhan insidental yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan menurut Gambar Rencana. Untuk perkerasan yang ketebalannya kurang dengan kekurangan-ketebalan lebih dari 5 mm, tapi tidak lebih dari 25 mm, akan dibayar menurut Harga Satuan yang disesuaikan, seperti ditentukan di bawah ini. Tidak ada pembayaran tambahan untuk jalan yang ketebalan rata-ratanya melebihi ketebalan yang tertera dalam Gambar Rencana. Bila ketebalan rata-rata perkerasan kurang dengan kekurangan-ketebalan lebih dari 5 mm, tidak lebih dari 25 mm, pembayaran didasarkan pada harga yang telah disesuaikan sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.5.2(1). Tabel (1) Penyesuaian Harga Satuan Kontrak akibat kekurangan ketebalan Kekurangan-ketebalan berdasarkan hasil core 0-5 mm 6-8 mm 9-10 mm mm mm mm Prosentase Harga Satuan Kontrak yang dibayarkan 100 % 80 % 72 % 68 % 57 % 50 % Bila kekurangan-ketebalan perkerasan lebih dari 25 mm dan Konsultan Pengawas menentukan daerah itu tidak perlu dibongkar dan diganti, maka untuk daerah tersebut tidak akan dibayar. Bila kekuatan perkerasan beton tidak sesuai dengan ketentuan, tetapi persyaratan lain sudah sesuai, Konsultan Pengawas mungkin akan menyetujui perkerasan beton itu, bila nilai rata-rata dari empat hasil test yang berurutan tidak kurang dari 80% kekuatan minimum yang ditentukan, dan akan diatur dengan penyesuaian harga sebagai berikut: Untuk setiap 1% atau kurang dari kekurangan-kekuatan beton (concrete strength deficiency), yang dihitung dengan rumus di bawah ini: Halaman: 36 dari 36

37 Pelaksana Lapangan Perkerasan 100% - Kekuatan sebenarnya (aktual) x 100% 45 maka perkerasan beton yang demikian itu akan dibayar dengan pengurangan sebesar 2% dari Harga Satuan Kontrak. Bila nilai rata-rata dari empat hasil test kurang dari 80 %, harus dibongkar dan diganti. Nomor dan Nama Mata Pembayaran *) Satuan Pengukuran 9.08 (1) Perkerasan Beton (t =... cm) meter persegi 9.08 (2) Perkerasan Beton (t =... cm), Double Wire Mesh meter persegi 9.08 (3) Perkerasan Beton (t =... cm), Single Wire Mesh meter persegi *) sebagai contoh Penerapan ketentuan toleransi dimensi 1. Toleransi Dimensi (Elevasi dan Kerataan Permukaan). Toleransi-toleransi untuk perkerasan jalan beton harus dimonitor oleh Kontraktor di bawah pengawasan Konsultan Pengawas. Pada umumnya hal ini harus dilakukan dengan pengukuran ketinggian (levelling) dan penggunaan Crown template dan straight edge berukuran panjang 3 meter. Pemeriksaan ketinggian untuk menetapkan ketebalan plat (slab) harus diadakan dengan jarak antara maksimum 10 meter dari poros ke poros. Tabel 4.5.3(1) Variasi yang diperkenankan dari Plat Perkerasan jalan Beton Pemeriksaan Ketebalan Dari Ketinggian rencana Diukur dengan straightedge panjang 3 m Plat beton perkerasan sebagai Surface Course (lapis permukaan) + 6 mm - 0 mm + 10 mm - 5 mm ± 4 mm ± 6 mm Camber ± 6 mm ± 10 mm % Kelandaian dalam 30 m 0,1 0,1 Plat beton perkerasan sebagai Base Course (lapis pondasi atas) + 10 mm - 0 mm ± 15 mm - 5 mm 2. Toleransi ketebalan perkerasan. Ketebalan perkerasan akan ditentukan dengan metoda "average caliper measurement of cores" diuji menurut AASHTO T 148. Untuk menentukan penyesuaian harga satuan perkerasan, bagian perkerasan yang dianggap sebagai satu kesatuan yang terpisah adalah perkerasan sepanjang 300 m pada setiap lajur lalu lintas, diukur dari ujung perkerasan dimulai dari station kecil (sesuai Halaman: 37 dari 37

38 Pelaksana Lapangan Perkerasan stationing jalannya). Bagian yang terakhir dalam setiap lajur adalah sepanjang 300 m ditambah sisanya yang kurang dari 300 m. Dari setiap bagian ini, akan diambil contoh berupa core drill secara random oleh Konsultan Pengawas. Bila pengukuran core dari suatu bagian ternyata kekurangan-ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka pembayarannya dilakukan secara penuh. Jika kekurangan-ketebalannya lebih dari 5 mm tapi tidak lebih dari 25 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka akan diambil dua core lagi pada interval tidak kurang dari 90 m, dan dipakai untuk menentukan tebal rata-rata bagian tersebut. Penyesuaian harga satuan ditentukan dalam butir b). Daerah-daerah lain seperti persimpangan, jalan masuk, penyeberangan, jalur ramp, toll plaza, dan lain-lain digolongkan sebagai satu bagian, dan ketebalan setiap unit akan diukur tersendiri. Daerah yang tidak beraturan dari suatu bagian dapat dianggap termasuk ke dalam bagian lain. Dalam hal ini Konsultan Pengawas dapat memilih satu core untuk setiap 1000 m2 jalan, atau bagian dari itu, dalam setiap bagian. Bila kekurangan-ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari yang ditentukan, maka akan dibayar secara penuh. Bila kekurangan-ketebalannya lebih dari 5 mm tapi tidak lebih dari 25 mm, akan diambil lagi dua core dari bagian tersebut, dan ditentukanlah ketebalan ratarata dari ketiga core itu. Bila tebal rata-rata itu kekurangan-ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka akan dibayar penuh. Bila kekuranganketebalannya lebih dari 5 mm tetapi tidak lebih dari 25 mm, harga satuan yang disesuaikan sebagaimana ditentukan dalam sub-pasal b) akan dibayarkan untuk bagian perkerasan tersebut. Dalam menghitung ketebalan rata-rata perkerasan, tebal perkerasan yang melebihi ketebalan yang disyaratkan lebih dari 5 mm digolongkan sebagai ketebalan yang ditentukan plus 5 mm, sedangkan yang kurang dari ketebalan yang ditentukan lebih dari 25 mm tidak akan dipakai dalam menentukan tebal rata-rata. Bila kekurangan-ketebalan core lebih dari 25 mm dari ketebalan yang ditentukan, ketebalan sesungguhnya pada daerah ini akan ditentukan dengan mengambil lagi beberapa core dengan interval tidak kurang dari 3,0 m sejajar dengan garis sumbu jalan pada setiap arah, sampai ditemukan core yang penyimpangannya tidak lebih dari 25 mm. Daerah yang kekurangan ketebalannya lebih dari 25 mm akan dievaluasi oleh Konsultan Pengawas, dan bila menurutnya perlu dibongkar, daerah tersebut harus dibongkar dan diganti dengan beton dengan tebal seperti yang tertera dalam Gambar Rencana. Core yang diambil dengan maksud untuk penelitian di atas tidak akan digunakan dalam menghitung tebal rata-rata untuk menentukan penyesuaian Harga Satuan. Halaman: 38 dari 38

39 Pelaksana Lapangan Perkerasan Gambar 4.5.(1) Core Drill sebagai Salah Satu Metode Pengujian Quality Control Penerapan Ketentuan Dokumentasi Pelaksanaan Sebelum memulai suatu pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan permohonan ijin untuk memulai pekerjaan kepada Direksi Teknik dengan mengajukan informasi rinci mengenai jenis pekerjaan yang akan dikerjakannya, meliputi: 1. Jenis Pekerjaan 2. Nomor Mata Pembayaran 3. Nama Mata Pembayaran 4. Volume / Kuantitas Pekerjaan dan Lokasi Pekerjaan 5. Gambar Rencana / Gambar kerja yang terkait 6. Jenis dan Jumlah personil yang akan ditugaskan 7. Jenis dan kuantitas peralatan yang akan digunakan 8. Jenis dan kuantitas material yang akan dipakai. Pembuatan catatan pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan mengikuti formulirformulir standar yang disetujui dan ditetapkan Pemberi Tugas, yang biasanya berisi informasi mengenai: 1. Jenis Pekerjaan 2. Nomor Mata Pembayaran 3. Nama Mata Pembayaran 4. Tanggal pelaksanaan pekerjaan 5. Lokasi pekerjaan 6. Jenis Bagian / Komponen Pekerjaan 7. Tanggal dan jam kedatangan material 8. Tanggal dan jam penggunaan 9. Rincian hasil pengukuran (panjang, lebar, tinggi dan volume) 10. Keterangan lainnya (besi tulangan, dsb.). 11. Masalah yang timbul dan pemecahannya Wet Lean Concrete Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, material; dan pelaksanaan semua pekerjaan yang berkaitan dengan pembuatan lapisan perata (leveling course) dan pekerjaan pelebaran perkerasan dengan wet lean concrete, termasuk persiapan lapisan alas, pengangkutan dan penyiapan agregat, pencampuran, pengadukan, pengangkutan, Halaman: 39 dari 39

40 Pelaksana Lapangan Perkerasan penuangan, pemadatan, finishing, pengawetan, pemeliharaan dan pekerjaan insidental lainnya yang berkaitan. 1. Lapisan Perata (Leveling) Bila wet lean concrete ini ditentukan untuk lapis perata (leveling course), maka sebelum dilaksanakan, permukaan dasar harus bersih dari kotoran, lumpur, batu lepas, atau bahan asing lainnya. Wet ean concrete diperiksa kepadatannya, kerataan finishing dan permukaannya oleh Konsultan Pengawas. Daerah yang tidak memenuhi ketentuan Spesifikasi harus dibongkar, diperbaiki atau direkonstruksi sebagaimana perintah Konsultan Pengawas. Tidak ada pembayaran langsung untuk pekerjaan pembongkaran, perbaikan, atau rekonstruksi ini, karena merupakan tanggung jawab Kontraktor. 2. Lapis Pondasi Bawah (Subbase) dan Lapisan Alas Pasir (Sand Bedding) Pelebaran Bila wet lean concrete ditentukan untuk pekerjaan pelebaran jalan, maka lean concrete itu harus diletakkan di atas dasar yang sudah rata terdiri pasir alam setebal 4 cm. Pasir alam yang tertahan (tidak lolos) saringan No. 200 dan yang fraksi halusnya non-plastis, dapat digunakan, dengan tetap mengacu kepada persyaratan material filter, D 15 /D 85 < 5. Pasir dengan kadar air yang memadai dihamparkan di atas subgrade dan diratakan. Alas yang sudah rata ini harus dapat dipadatkan dengan roller yang paling besar yang dapat dipakai. Sebelum pengerjaan wet lean concrete, alas pasir harus dibasahi dengan air. 3. Material Agregat, semen dan air harus memenuhi ketentuan minimal beton kelas E (fc 10 Mpa pada Spesifikasi Struktur Beton. Ukuran maksimum agregat harus dipilih oleh Kontraktor dan disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian wet lean concrete, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. 4. Perbandingan Campuran Perbandingan jumlah semen dan agregat dalam kondisi permukaan kering jenuh (saturated surface dry condition) harus memadai untuk memenuhi ketentuan kuat tekan beton menurut Pasal ini, dan untuk menjaga konsistensi campuran. Perbandingan itu tidak boleh kurang dari 1 : 2 : Cetakan (acuan) Wet lean concrete untuk levelling course harus dituang dalam cetakan baja atau kayu secara cut-off screeding, dengan landai dan elevasi tertentu. 6. Sambungan Sambungan memanjang harus berjarak sekurang-kurangnya 20 cm dari sambungan memanjang perkerasan beton yang akan dihampar di atasnya. Sambungan konstruksi (pelaksanaan) melintang harus dibuat pada akhir setiap pekerjaan pada hari itu, dan harus membentuk permukaan vertikal melintang yang benar. 7. Pencampuran, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan Wet lean concrete harus dicampur, diangkut, dituang, disebar dan dipadatkan menurut ketentuan dalam Spesifikasi Struktur Beton. 8. Finishing Halaman: 40 dari 40

41 Pelaksana Lapangan Perkerasan Setelah pemadatan dan diratakan sampai bidang dan elevasi yang benar, lean concrete harus dilepa (floating) sampai permukaan rata dan tak ada permukaan yang lebih rendah atau pun tekstur yang terbuka. Uji kerataan permukaan dilakukan paling sedikit dua kali geseran mal datar (straight-edge). 9. Perawatan beton (Curing) Wet lean concrete harus segera dirawat, setelah finishing selesai, untuk jangka waktu tidak kurang dari 7 hari. Perawatan untuk permukaan harus dilakukan dengan salah satu metoda berikut : 1) Dilapisi penutup sampai lapisan perkerasan berikutnya dihamparkan dengan lembaran plastik kedap air, dijaga agar tidak lepas dari permukaan, dan dengan sambungan yang saling menindih (overlap) sekurang-kurangnya 300 mm dan dijaga sedemikian rupa untuk mencegah penguapan. 2) Seluruh permukaan disemprot merata dengan bahan white pigmented curing compound. 3) Seluruh permukaan disemprot air secara kontinyu, dan kondisi kelembaban dijaga agar tetap selama masa perawatan. 10. Pengujian Kekuatan Untuk ini harus disediakan silinder test kuat tekan beton (compressive strength), dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, yang dibuat dari beton material wet lean concrete yang diambil di lapangan. Satu silinder mewakili 50 m wet lean concrete yang dihamparkan, dan tidak kurang dari tiga silinder harus dibuat setiap hari. 11. Ketentuan kuat pecah beton (crushing strength) Kuat pecah beton rata-rata pada umur 7 hari dari setiap kelompok (group) contoh (spesimen) yang diambil pada setiap pelaksanaan pekerjaan tidak boleh kurang dari 30 kg/cm². Bila rata-rata kuat pecah beton pada lebih dari satu kelompok di antara lima kelompok yang berurutan ternyata kurang 30 kg/cm², maka kadar semen harus ditambah sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas, sampai hasilnya menunjukkan bahwa campuran tersebut memenuhi persyaratan. 12. Penolakan Pekerjaan Sepanjang persyaratan-persyaratan campuran beton diikuti, nilai kuat tekan beton yang rendah belum tentu menyebabkan hasil pekerjaan ditolak, dengan ketentuan : 1) Kekuatan tekan beton 90 % 2) Konsultan Pengawas akan menentukan daerah yang keropos, segregasi, cacat atau rusak, serta daerah yang tidak memenuhi ketentuan kerataan permukaan. Material tersebut harus dibongkar sampai seluruh ketebalan lapisan, dan diganti dengan material campuran yang baru sesuai dengan Spesifikasi. Pembongkaran harus dilakukan dalam bentuk segi empat dengan sisi-sisi sejajar dan tegak lurus sumbu jalan, dan potongan ke bawah harus tegak dengan tepi bongkaran minimum berjarak 30 cm dari tepi kerusakan. 3) Perbaikan dengan cara penambalan permukaan tidak boleh dilakukan. Halaman: 41 dari 41

42 Pelaksana Lapangan Perkerasan 13. Kerataan Permukaan Wet lean concrete harus dibentuk dan diselesaikan sesuai dengan garis, landai dan penampang permukaan seperti tertera pada Gambar Rencana. Penyimpangan pada permukaan yang sudah selesai tidak boleh lebih dari 3 cm dari elevasi yang direncanakan. Penyimpangan permukaan ini juga, tidak boleh lebih dari 1 cm pada mal datar (straight edge) 3 m ketika diterapkan sejajar dengan dan tegak lurus dari garis sumbu (centre line) badan jalan. Mal datar harus dipergunakan dengan cara overlap ½ dari panjangnya. Total toleransi kerataan untuk lapisan perata (levelling course) antara dua titik dalam jarak 20 m, tidak boleh lebih dari 1,5 cm. 14. Pemeliharaan Peralatan atau pun kendaraan lalu lintas, termasuk kendaraan untuk keperluan pelaksanaan, tidak boleh memasuki permukaan yang sudah selesai, selama 7 hari pertama masa perawatan. Setelah masa perawatan, peralatan dan kendaraan yang diperlukan untuk meneruskan pekerjaan diperbolehkan memasuki daerah wet lean concrete. Wet lean concrete harus dijaga agar tidak retak pada waktu penghamparan lapisan berikutnya. Kerusakan lean concrete akibat apa pun harus diperbaiki dengan mengganti lapisan pada daerah itu. 15. Metode Pengukuran Jumlah wet lean concrete untuk lapis pondasi bawah, pelebaran dan lapis perata (levelling course) akan dibayar berdasarkan jumlah luas masing-masing dalam satuan meter persegi, yang telah diselesaikan dan disetujui sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi dan petunjuk Konsultan Pengawas. Penyimpangan terhadap ketebalan yang direncanakan untuk pekerjaan lapis pondasi bawah dan pelebaran dilakukan pembayaran sebagai berikut : Lebih besar dari tebal rencana dan 0 5 mm kurang dari tebal rencana, dibayar 100%, 1) 5 10 mm kurang dari tebal rencana, dibayar 90 %, 2) mm kurang dari tebal rencana, dibayar 50 %, 3) 20 mm kurang dari tebal rencana, dibayar 0 %. Alas pasir akan dibayar berdasarkan jumlah meter persegi lapisan alas yang sudah selesai dan disetujui. Untuk penambahan kandungan semen atau untuk kelebihan ketebalan lapisan dari ketebalan minimum tidak ada tambahan pembayaran. 16. Dasar Pembayaran Jumlah wet lean concrete untuk lapis pondasi bawah dan pelebaran jalan, yang telah ditentukan di atas, akan dibayar menurut Harga Kontrak untuk masingmasing butir pembayaran di bawah ini, sesudah dikurangi pengurangan pembayaran sehubungan dengan kekurangan terhadap kekuatan dan ketebalan. Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, peralatan dan material yang diperlukan, termasuk pembuatan lapisan alas, alas pasir, pencampuran, persiapan, pengangkutan, penghamparan, pemadatan, finishing, pengawetan, pemeliharaan dan pekerjaan lain yang diperlukan, sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi dan petunjuk Konsultan Pengawas. Halaman: 42 dari 42

43 Pelaksana Lapangan Perkerasan 9.09 (2) Nomor dan Nama Mata Pembayaran *) 9.09 (1) *) sebagai contoh Wet Lean Concrete (t =. cm) Sand Bedding (t = 6 cm) meter persegi Satuan Pengukuran meter persegi Halaman: 43 dari 43

44 Pelaksana Lapangan Perkerasan BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI 5.1 Sumber Daya Manusia Yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia di dalam pelatihan ini adalah Pelatih (Instruktur), Penilai, dan Teman Kerja / Sesama Peserta Pelatihan. Interaksi dari Pelatih, Penilai, Teman Kerja / Sesama Peserta Pelatihan dimaksud diharapkan dapat menjadi pendorong suksesnya penyelenggaraan pelatihan, dalam arti hasil akhir dari pelatihan adalah peserta pelatihan dapat menyerap secara maksimal seluruh materi yang disampaikan oleh Pelatih, yang dibuktikan dengan hasil penilaian (ujian) yang dapat dicapai oleh masing-masing peserta menunjukkan predikat baik atau bahkan amat baik. Bagi peserta pelatihan yang nilai ujiannya mencapai passing grade kelulusan, ia akan mendapatkan Sertifikat Lulus Pelatihan, dan selanjutnya ia mempunyai hak untuk mengikuti ujian kompetensi yang penyelenggaraannya di luar pelatihan ini. Sedangkan bagi peserta pelatihan yang nilai ujiannya di bawah passing grade, ia tidak akan mendapatkan Sertifikat Lulus Pelatihan, akan tetapi ia akan mendapatkan Sertifikat Keikutsertaan Dalam Pelatihan. Konsekwensi dari tidak lulus adalah bahwa ia harus ikut ujian lagi yang waktunya akan ditentukan oleh Penyelenggara Pelatihan, dan sebelum memiliki Sertifikat Lulus Pelatihan ia belum boleh mengikuti Ujian Kompetensi. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang Sumber Daya Manusia : Pelatih (Instruktur) 1. Kualifikasi Pelatih 1) Pelatih (Instruktur) minimal berijazah S1 Teknik Sipil dengan pengalaman kerja di bidang Pelaksanaan Jalan minimum 5 tahun, atau S2 Bidang Jalan Raya dengan pengalaman kerja di bidang Pelaksanaan Jalan minimum 3 tahun. 2) Harus mampu mengajar, dibuktikan dengan sertifikat TOT (Training of Trainer) atau pengalaman mengajar di pelatihan-pelatihan bidang jalan. 3) Menguasai substansi teknis yang diajarkan secara mendalam. 4) Konsisten mengacu pada SKKNI Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan. 5) Pembelajaran materi pelatihan untuk pencapaian unit kompetensi disertai dengan inovasi dan improvisasi yang relevan dengan metodologi yang tepat. 2. Peran Pelatih Pelatih (instruktur) dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran pelatih adalah untuk : 1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar. 2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar. 3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar. 4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar. 5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. 6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan. Halaman: 44 dari 44

45 Pelaksana Lapangan Perkerasan 3. Kurikulum Pelatihan Kode Unit : SPL.KS Judul Unit : Menerapkan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk mampu menerapkan Spesifikasi Teknik untuk pelaksanaan perkerasan jalan beton. Unit / Elemen No. Kompetensi 1. Menerapkan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan 1.1 Menetapkan bahan/material yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton. 1.2 Menerapkan rancangan campuran beton untuk membuat perkerasan jalan beton. 1.3 Menerapkan ketentuan sambungan memanjang, ekspansi melintang atau kontraksi melintang. Kurikulum / Silabus Judul Materi Pelatihan: Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jam Pelajaran (JPL) Teori Praktek Jumlah 4, Pengertian Umum 0,22-0,22 Penetapan Bahan Perkerasan Beton Penetapan Rancangan Campuran Beton Penerapan Ketentuan Sambungan-sambungan (Joints) 1, Menerapkan ketentuan tentang pengecoran beton dan percobaan penghamparan 4. Proses Pembelajaran Penerapan Ketentuan Pengecoran dan Penghamparan 1,00-1,00 Jumlah Jam Pelajaran 4, Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung 1. Ceramah Pembukaan : Menjelaskan Tujuan Pelatihan sesuai dengan KPBK. Merangsang motivasi peserta dengan memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan selama proses pembelajaran. Mengikuti penjelasan Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas. HO 1 atau OHT -1 Halaman: 45 dari 45

46 Pelaksana Lapangan Perkerasan Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung Waktu : 5 menit. 2. Penjelasan : Bab 1 Kata Pengantar, Bab 2 Standar Kompetensi dan Bab 3 Strategi dan Metode Pelatihan Materi Pelatihan ini merepresentasikan unit kompetensi. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetnsi Penjelasan Materi Pelatihan (Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian) Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertia-pengertian istilah Pengertian Unit Standar Unit Kompetensi yang dipelajari Panduan Penilaian Kompetensi Kunci Strategi pelatihan Metode pelatihan Waktu : 5 menit. 3. Penjelasan Sub Bab 4.1. Pengertian Umum mengenai: Pendahuluan. Pengertian Umum. Ruang Lingkup Jenis-jenis perkerasan beton. Waktu : 10 menit. 4. Penjelasan Sub Bab 4.2 Penetapan Bahan Perkerasan Beton. Penetapan Bahan Pokok Beton Penetapan Baja Tulangan. Penetapan Bahan Pengisi Sambungan, Membran Kedap Air dan Bahan Perawatan Beton. Waktu : 30 menit. 5. Penjelasan Sub Bab 4.3 Penetapan Rancangan Campuran Beton. Penetapan Rancangan Campuran Awal. Percobaan Campuran (Trial Mix). Penetapan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix). Waktu : 35 menit. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. HO 2 atau OHT - 2 HO 3 atau OHT - 3 HO 4 atau OHT - 4 HO 5 atau OHT - 5 Halaman: 46 dari 46

47 Pelaksana Lapangan Perkerasan Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung 6. Penjelasan Sub Bab 4.4 Penerapan Ketentuan Sambungan-sambungan (Joints). Penerapan Ketentuan Sambungan Memanjang (Longitudinal Joint). Penerapan ketentuan Sambungan Ekspansi Melintang (Transversal Expansion Joint). Penerapan Ketentuan Sambungan Kontraksi Melintang (Transversal Contraction Joint). Waktu : 60 menit. 7. Penjelasan Sub Bab 4.5 Penerapan Ketentuan Pengecoran dan Penghamparan. Penerapan ketentuan Pengangkutan dan Pengecoran Beton. Penerapan Ketentuan Penghamparan, Pemadatan dan Finishing Permukaan Beton. Penerapan ketentuan Toleransi Dimensi. Penerapan Ketentuan Dokumentasi Pelaksanaan. Penerapan Ketentuan Beton kurus (Wet Lean Concrete) Waktu : 45 menit 8. Penjelasan Bab 5 Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Pencapaian Kompetensi Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Perpustakaan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan Waktu : 5 menit. Jumlah Waktu Pelatihan : 1). Teori = 195 menit (= 4,33 JPL) 2). Praktek = --- Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. HO 6 atau OHT - 6 HO 7 atau OHT - 7 HO 8 atau OHT Penilai Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan : 1. Melaksanakan penilaian apabila Peserta telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan Peserta. 2. Menjelaskan kepada Peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan Peserta. Halaman: 47 dari 47

48 Pelaksana Lapangan Perkerasan 3. Mencatat pencapaian / perolehan Peserta dalam memahami substansi Buku Informasi Peserta Pelatihan Persyaratan untuk dapat diterima sebagai Peserta Pelatihan adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Minimal : D3 Teknik Sipil 2. Pengalaman Kerja : D-3 Teknik Sipil, minimal 3 (tiga) tahun berpengalaman di bidang pelaksanaan pekerjaan jalan. 3. Persyaratan Lain Memiliki sertifikat kompetensi kerja di bidang keahlian pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan Teman Kerja/Sesama Peserta Pelatihan Teman kerja/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar Peserta. 5.2 Sumber-sumber Perpustakaan Sumber-sumber bacaan yang dapat dipergunakan adalah Peraturan Perundang-undangan terkait dengan substansi-substansi Unit Kompetensi dan beberapa judul buku yang diharapkan dapat menambah wawasan baik Pelatih maupun Peserta Pelatihan, sebagai berikut : 1. Yoder and Witczak, Principles of Pavement Design, John Wley & Sons, Inc AASHTO, Guide for Design of Pavement Structures, UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi 4. PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana diubah dengan PP No. 4/ Shetty, Concrete Technology, Theory and Practice, S. Chand & Company Ltd. New Delhi, U.S. Department of Transportation, Integrated Materials and Construction Practices for Concrete Pavement : A State-of-the-Practice Manual, FHWA Publication No. HIF , December Departemen PU, Ditjen Bina Marga, Konsep Perencanaan Perkerasan Jalan, Desember Badan Pengatur Jalan Tol, Spesifikasi Standar Jalan Tol, Ir. Sukawan M., MSc., Universitas Tarumanagara Program Magister Teknik Sipil, Perkerasan Berbasis Semen, Oktober Ir. Sukawan M., MSc., Universitas Tarumanagara Program Magister Teknik Sipil, Teknologi Beton, Oktober Direktorat Jenderal Bina Marga, Spesifikasi Umum, Edisi November Standar Nasional Indonesia (SNI), AASHTO dan ASTM yang bersangkutan. 5.3 Daftar Peralatan / Mesin dan Bahan 1. Untuk menayangkan hand out materi pelatihan agar bisa diikuti oleh Peserta Pelatihan, Pelatih (Instruktur) memerlukan OHP (Overhead Proyektor) dan layar, jika hand out tersebut berupa OHT (overhead transparency). Namun apabila Pelatih menyiapkan bahannya dalam bentuk file komputer yang disimpan di flash disk atau CD/DVD, maka yang diperlukan adalah laptop (yang telah diisi dengan sistem operasi misalnya Windows dan sejumlah software Halaman: 48 dari 48

49 Pelaksana Lapangan Perkerasan yang dapat digunakan untuk membuka dan menayangkan bahan hand out), proyektor LCD dan layar. Mungkin Pelatih menganggap perlu menayangkan film-film dokumentasi yang berkaitan dengan materi pelatihan, maka laptop tersebut perlu dilengkapi dengan peralatan audio berupa speaker yang bisa dihubungkan ke laptop agar suara tayangan film dokumentasi tersebut dapat didengar oleh peserta pelatihan. Selain itu, ada kemungkinan penayangan hand out perlu dibantu dengan menambahkan white board untuk memudahkan pelatih menggambarkan/menuliskan rincian penjelasan materi pelatihan. Fungsi white board dapat juga digantikan dengan papan tulis atau blackboard sesuai dengan pertimbangan, bahan yang mana yang mudah didapatkan di lokasi pelatihan. 2. Untuk menyelenggarakan pengujian yang akan dilakukan oleh Asesor, peralatan/bahan yang diperlukan tergantung jenis uji kompetensi yang akan dilakukan. Jika uji kompetensi dilakukan secara tertulis, bahan yang diperlukan adalah materi uji kompetensi yang digandakan sebanyak peserta uji kompetensi dan format penilaian beberapa rangkap sesuai kebutuhan untuk pertanggungjawaban administrasi penyelenggaraan uji kompetensi. Untuk materi pelatihan yang tidak diperlukan ujian praktek, tidak diperlukan peralatan/bahan yang diperlukan untuk keperluan ujian praktek. 3. Untuk Peserta Pelatihan, yang diperlukan adalah ruang kelas, meja dan kursi yang layak untuk keperluan pelatihan dilengkapi dengan OHP atau LCD jika Pelatih akan menayangkan materi pelatihan, dan Buku Kerja, bahan-bahan hand out dan lain-lain sesuai dengan kondisi di tempat pelatihan. 4. Kesimpulan Untuk dapat menyelenggarakan pelatihan ini, peralatan dan bahan yang diperlukan adalah : 1) Ruang kelas, pendingin ruangan (AC), saklar listrik, rol kabel listrik, microphone, meja tulis dan kursi sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pelatihan. 2) OHP (Overhead Proyektor) dan layar, jika hand out tersebut berupa OHT (overhead transparency), atau laptop, LCD dan layar sesuai dengan yang dikehendaki oleh Pelatih. 3) White board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di white board atau, 4) Black board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di black board. 5) Hand out,, Buku Kerja dan Materi Uji Kompetensi. Jumlah dan jadwal penggunaan peralatan dan bahan tersebut di atas disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pelatihan dan uji kompetensi. Halaman: 49 dari 49

50 Pelaksana Lapangan Perkerasan LAMPIRAN Halaman: 50 dari 50

51 Pelaksana Lapangan Perkerasan Halaman: 51 dari 51

52 Pelaksana Lapangan Perkerasan Halaman: 52 dari 52

53 Pelaksana Lapangan Perkerasan Halaman: 53 dari 53

54 Pelaksana Lapangan Perkerasan Halaman: 54 dari 54

55 Pelaksana Lapangan Perkerasan Halaman: 55 dari 55

56 Pelaksana Lapangan Perkerasan Halaman: 56 dari 56

57 Pelaksana Lapangan Perkerasan Halaman: 57 dari 57

58 Pelaksana Lapangan Perkerasan Halaman: 58 dari 58

59 Pelaksana Lapangan Perkerasan Halaman: 59 dari 59

60 Pelaksana Lapangan Perkerasan Halaman: 60 dari 60

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Empat elemen kompetensi

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur RIGID PAVEMENT Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasn tersebut, merupakan salah satu jenis perkerasan jalan yang digunakn

Lebih terperinci

PENYIAPAN TANAH DASAR DAN LAPIS PONDASI BAWAH. Pembentukan Permukaan

PENYIAPAN TANAH DASAR DAN LAPIS PONDASI BAWAH. Pembentukan Permukaan Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku, terdiri dari plat beton semen, dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan 2.1.1 Istilah Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : 1. Jalan adalah prasarana

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1

Lebih terperinci

METODOLOGI PENGAWASAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON (RIGID PAVEMENT)

METODOLOGI PENGAWASAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON (RIGID PAVEMENT) METODOLOGI PENGAWASAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON (RIGID PAVEMENT) A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sarana dan prasarana perhubungan baik darat, laut maupun udara merupakan upaya mewujudkan

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN BETON

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN BETON MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN BETON MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON KODE UNIT KOMPETENSI SPL.KS21.224.00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkerasan Jalan Raya Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas. Untuk

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Dasar Teori Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air yang membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah campuran

Lebih terperinci

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus. Seorang Pelaksana Pekerjaan Gedung memiliki : keahlian dan ketrampilan sebagaimana diterapkan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON Jeffry 1), Andry Alim Lingga 2), Cek Putra Handalan 2) Abstrak Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang

Lebih terperinci

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA AHLI PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON MELAKSANAKAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN HASIL PEKERJAAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Struktur beton merupakan struktur yang paling sering digunakan untuk proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih dibandingkan

Lebih terperinci

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG Denny 1,Jonathan 2 dan Handoko 3 ABSTRAK : Dalam dunia konstruksi, balok beton bertulang adalah barang

Lebih terperinci

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar (subgrade) yang telah dipadatkan dan berfungsi untuk memikul beban dan meneruskannya

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Beton Beton dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran tambahan lainnya. Campuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya beton digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi yang sering dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material penyusunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Beton merupakan campuran antara semen, agregat, air, dan kadangkadang memakai bahan tambah yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat sampai bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...

Lebih terperinci

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT 5.1.1 UMUM 1) Uraian Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi perkerasan lentur terdiri

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Tiga elemen kompetensi dalam SKKNI Pelaksana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan konstruksi yang berfungsi untuk melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan lainnya supaya tidak mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini merupakan suatu studi kasus pekerjaan perbaikan struktur kantilever balok beton bertulang yang diakibatkan overloading/ beban yang berlebihan. Tujuan dari

Lebih terperinci

Cape Buton Seal (CBS)

Cape Buton Seal (CBS) Cape Buton Seal (CBS) 1 Umum Cape Buton Seal (CBS) ini pertama kali dikenalkan di Kabupaten Buton Utara, sama seperti Butur Seal Asbuton, pada tahun 2013. Cape Buton Seal adalah perpaduan aplikasi teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Aspal Beton Aspal Beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada

Lebih terperinci

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek berupa paving blok mutu rencana 400 Kg/ dan 500 Kg/ sebanyak masing-masing 64 blok. Untuk setiap percobaan kuat tekan dan tarik belah paving

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA 0+900 2+375) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

JUDUL MODUL II: PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BETON DI LABORATORIUM MODUL II.a MENGUJI KELECAKAN BETON SEGAR (SLUMP) A. STANDAR KOMPETENSI: Membuat Adukan Beton Segar untuk Pengujian Laboratorium B. KOMPETENSI

Lebih terperinci

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JASA KONSTRUKSI PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JASA KONSTRUKSI PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON BERBASIS JASA KONSTRUKSI PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON KODE PROGRAM : F 45 02 22 1 02 2 IV 1 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN DAN PRODUKTIVITAS Jl.

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Lalu Lintas Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk mendefinisikan arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian adalah langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam penelitian suatu masalah, kasus, gejala, issue atau lainnya dengan jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Material Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan suatu bahan bangunan yang bahan penyusunnya terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), air, agregar kasar, agregat halus, dan bahan tambah.

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 250 kg/cm 2 dan kuat tekan rencana ditargetkan mencapai 282 kg/cm 2. Menurut hasil percobaan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH 1. UMUM A. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi : - Pekerjaan galian, - Pekerjaan Pilecap, Tie beam & Kolom. B. Pengukuran Peil (Levelling) Sebagai patokan tinggi peil (level)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air ( PBBI 1971 N.I. 2 ). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong SNI 03-6367-2000 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini meliputi pipa beton tidak bertulang yang digunakan sebagai pembuangan air

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA 2008 SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.7 PEMELIHARAAN PERMUKAAN JALAN DENGAN BUBUR ASPAL EMULSI (SLURRY) DIMODIFIKASI LATEX

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI-03-2847- 2002). Beton terdiri dari

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON Anwar Hardy NRP.9821033 Pembimbing : Herianto W., Ir., M.Sc. UNIVERSITAS KRITEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Pengujian Material Dalam mendesain suatu campuran beton, perlu terlebih dahulu diadakan suatu pengujian material atau bahan-bahan pencampur beton. Di antaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton BAB III LANDASAN TEORI A. Beton Beton merupakan bahan yang tersusun dari semen (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air,dan bahan tambah (admixture atau additive). Pada umumnya, beton mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Umum Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air

Lebih terperinci

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci