BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Hartanti Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI II.1 TinjauanPustaka II.1.1 Obat kumur Obat kumur merupakan larutan encer yang terdiri dari satu atau beberapa bahan aktif. Obat kumur dapat digunakan untuk dua tujuan yaitu sebagai kosmetk dan bilasan. Sebagai kosmetik, obat kumur diformulasikan untuk mengurangi nafas yang bau karena kegunaannya sebagai anti mikroba dan penyegar (Troy, 2006). Sedangkan sebagai bilasan, obat kumur digunakan sebagai bahan tambahan untuk metode kesehatan mulut rutin setelah menyikat gigi yang berfungsi untuk mengurangi bakteri di mulut, menghilangkan sisa makanan, mengurangi halitosis akut, dan memberikan aftertaste yang menyegarkan (Toedt et al., 2005). Formulasi yang tepat dari bahan aktif obat kumur sangat penting untuk menjaga bioavailabilitas serta substantivitas dari bahan yang terkandung dalam obat kumur. Dengan demikian, obat kumur dengan formulasi yang berbeda dari bahan aktif yang sama mungkin memiliki berbagai tingkat keefektivan. Hal ini meningkatkan jumlah pilihan produk di pasaran untuk produk yang mengandung bahan aktif yang sama. (Gunsolley, 2006). Komposisi obat kumur terdiri atas beberapa komponen yaitu : 1. Bahan aktif, seperti alkohol, chlorohexidine glukonat, cetylpyridinium choride, asam benzoat (bertindak sebagai penyangga), atau hexidine. Obat kumur juga banyak mengandung minyak esensial yang memiliki sifat antibakteri seperti fenol, timol, atau eugenol. Alkohol biasanya ditambahkan dalam batasan 10 20% yang digunakan untuk mempertajam rasa. Rasa asam pada alkohol juga dapat menutupi rasa tidak enak dari bahan aktif dalam obat kumur (Troy, 2006; Toedt et al., 2005). 2. Humektan. Humektan seperti gliserin dan sorbitol yang biasa ditambahkan memiliki batasan 5 20% berat, dan digunakan untuk meningkatkan kekentalan dan rasa manis. (Toedt et al., 2005). 4
2 Laporan Tugas Akhir 5 3. Pemanis seperti Na-Sakarin. (Toedt et al., 2005). 4. Pewarna (Toedt et al., 2005). 5. Pengemulsi. Terdapat dua jenis surfaktan yaitu anionic surfactants dan cationic surfactants. Anionic surfactants yang biasanya digunakan adalah sodium lauryl sulfate. Sodium lauryl sulfate memberikan rasa asam dalam menghilangkan kotoran dengan menimbulkan efek busa. Cationic surfactants seperti cetylpyridinium digunakan sebagai antimikroba, tetapi memberikan rasa yang pahit (Troy, 2006; Toedt et al., 2005). II.1.2 Tanaman Sirih Tanaman sirih memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah seperti : suruh, sedah (Jawa), seureuh (Sunda), ranub (Aceh), belo (Batak Karo), cambia (Lampung), uwit (Dayak), base (Bali), nahi (Bima), gapura (Bugis), mota (Flores) dan afo (Sentani) (Muhlisan, 2007). a. Klasifikasi dan Morfologi Sirih Klasifikasi tumbuhan sirih adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Piperales : Piperaceae : Piper Spesies : Piper betle L. 2007). Biasanya, bagian tanaman yang dimanfaatkan manusia adalah daunnya (Muhlisan,2007). (Rudy dkk., ) Tanaman sirih tumbuh merambat, mirip tanaman lada. Tingginya mencapai 5 15 m, tergantung pertumbuhan dan tempat rambatnya. Batangnya berwarna hijau kecokelatan. Tanaman sirih hijau tua memiliki rasa yang pedas sehingga banyak dipakai untuk obat karena kandungan minyak atsirinya lebih tinggi. Permukaan daun agak kasar jika diraba. Bunganya tersusun dalam bulir, merunduk, dan panjangnya 5 15 cm. buahnya berbentuk bulat, berdaging, dan berwarna kuning hijau (Muhlisan,
3 Laporan Tugas Akhir 6 Gambar II.1 Tanaman Sirih (Piper betle L.) b. Kandungan Kimia Tanaman Sirih Tanaman sirih mengandung minyak atsiri, hidroksivasicol, kavicol, allypyrokatekol, karvakrol, eugenol, eugenol metil eter, p-cymene, cineole, cariophyllene, cadinene estragol, terpenena, sesquiterpena, fenil, propane, tanin, diastase, gula dan pati (Muhlisan, 2007). Minyak Atsiri Dalam daun sirih segar mengandung 1 4,2% minyak atsiri (Permadi, 2008). Sepertiga dari minyak atsiri tersebut terdiri dari phenol dan sebagian besar adalah kavikol. Kavikol inilah yang memberikan bau khas daun sirih dan memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat lebih besar dari phenol biasa (Moeljanto, 2003) Eugenol, eugenol methyl ether Kandungan eugenol dalam daun sirih sebesar 26,8 42,5% sedangkan eugenol methyl ether sebesar 4,2 15,8%. Eugenol yang ditemukan pada daun sirih berguna mencegah ejakulasi prematur, mematikan jamur candida albicans, antikejang, analgesik, anestetik, pereda kejang pada otot polos, dan penekan pengendali gerak (Permadi, 2008).
4 Laporan Tugas Akhir 7 Tanin Tanin adalah senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan kuat, anti peradangan dan anti kanker (anticarcinogenic). Tanin dikenal juga sebagai zat untuk pengawetan kulit. Selain itu tanin juga berfungsi sebagai adstringensia yang banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam kosmetik (Nurheti, 2009). II.1.3 Tinjauan Aktivitas Antibakteri Tanaman Sirih Antibakteri merupakan suatu aktivitas yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Dalam hasil penelitian yang dilakukan Kusuma, 2010 menunjukkan ada perbedaan daya hambat yang bermakna antara kontrol negatif, ekstrak daun sirih 0,2%, 0,4%, 1%, 5%, dan kontrol positif. Ekstrak daun sirih 0,2% telah memiliki daya hambat terhadap streptococcus mutans dan peningkatan konsentrasi ekstrak sebanding dengan peningkatan zona hambatan kuman. II.1.4 Tinjauan Bahan a. Sodium Lauryl Sulfate Sodium lauryl sulfate (SLS) diklasifikasikan sebagai bahan pengemulsi, pelembab dan pelarut. Sodium lauryl sulfate memiliki rumus kimia CH 3 (CH 2 ) 10 CH 2 OSO 3 Na yang juga memiliki beberapa nama lain yaitu dodecyl sodium sulfate, lauryl sodium sulfate, lauryl sulfate sodium salt, sodium lauril sulfat. Sodium lauryl sulfate merupakan campuran dari sodium alkyl sulfate, dan tidak lebih dari 8% dari campurannya merupakan sodium sulfate dan sodium chloride. Formaldehid dapat dicampurkan sebagai bahan pengawet dengan konsentrasi hingga 0,1%. Sodium lauryl sulfate secara luas digunakan sebagai surfaktan anionik yang berfungsi sebagai bahan pembersih, pelembab, pembusa dan pengemulsi. Di tahun 1981, terdapat 703 formula kosmetik yang dicatat oleh FDA mengandung sodium lauryl sulfate. Produk kosmetik tersebut antara lain shampo (226), sabun (73), pewarna rambut (61), pasta gigi (28), produk pembersih kulit (28), produk perawatan wajah, tubuh dan tangan (27), pelembab (23), bedak (20). Konsentrasinya berfariasi antara kurang dari 0,1% sampai lebih commit dari 50% to user (Smolinske, 1992).
5 Laporan Tugas Akhir 8 b. Natrium Benzoat (Sodium Benzoat) Natrium Benzoat memiliki rumus kimia NaC 6 H 5 CO 2, yang merupkan banyak digunakan sebagai pengawet makanan, dengan nomor EE211. Natrium benzoat dapat diproduksi dengan mereaksikan natrium hidroksida dengan asam benzoat. Konsentrasi sebagai pengawet dibatasi oleh FDA di AS menjadi 0,1% berat. Progam internasional untuk Keamanan bahan Kimia tidak menemukan efek yang merugikan pada manusia pada dosis penggunaan mg/kg berat badan per hari (Praja, 2015). c. Sakarin Sakarin mempunyai tingkat kemanisan 300 kali lebih manis daripada gula. Bahan ini biasanya dijual dalam bentuk senyawa Na atau Ca. sakarin tidak memiliki nilai kalori sehingga sering digunakan sebagai pemanis pada bahan makanan diet. Pada konsentrasi tinggi, sakarin bisa menimbulkan rasa pahit. Hasil pengujian pada hewan menunjukkan bahwa sakarin memiliki efek karsinogenik (dapat memicu timbulnya kanker), tetapi dalam hal ini belum dibuktikan pada manusia. Batasan penggunaan pemanis buatan menurut WHO adalah 0-5 mg/kg berat badan/hari (Saparinto dkk., 2006). d. Gliserin Gliserol, gliserin, atau 1,2,3-propanatriol adalah alkohol jenuh bervalensi tiga, baik alkohol primer maupun alkohol sekunder. Pada suhu kamar, berupa zat cair yang tidak berwarna, kental, netral terhadap lakmus, dan rasanya manis. Dalam keadaan murni, mempunyai sifat higroskopis. Dapat bercampur dengan air, tetapi tidak larut dalam karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, karbon disulfida, dan benzena (Sumardjo, 2008). Gliserol banyak digunakan sebagai pelarut obat obatan dan kosmetik, seperti obat batuk dan body lotion (Salirawati dkk., 2007). Pada konsentrasi 25% gliserol bekerja sebagai antiseptik. Selain sebagai pelarut dan pemanis, gliserol juga digunakan sebagai pengawet vaksin dan fermen (Sumardjo, 2008). e. Peppermint Oil Mint atau tanaman mentha merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang mengandung mentol. commit Tanaman to mentha user dapat dibedakan menjadi tiga
6 Laporan Tugas Akhir 9 spesies, yakni mentha piperita (peppermint oil), mentha arventis (cornmint), dan mentha spicata (spearmint). Panen tanaman mentha pertama kali dilakukan pada 3 4 bulan setelah ditanam atau saat tanaman 50-75% berbunga. Untuk menghasilkan minyak mint, jemur batang dan daun mint dibawah sinar matahari selama dua jam setiap hari pada pukul Setelah itu, jemur kembali di tempat teduh dan kering hingga bobotnya berkurang menjadi setengahnya. Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan sebesar 0,2-0,6% (Rusli, 2010). II.1.5 Bakteri Patogen a. Treponema denticola Menurut penelitian oleh penulis dari Universitas Melbourne menyebutkan bahwa periodontitis kronis adalah penyakit polymicrobial, dan studi hewan terbaru menunjukkan bahwa koinfeksi treponema denticola dengan patogen periodontal lainnya dapat meningkatkan resorpsi tulang alveolar (Acton, 2013). b. Streptococcus mutans Karies gigi telah ditetapkan sebagai penyakit menular. Penyakit ini disebkan kumpulan streptococcus mutans dalam jumlah yang besar dalam plak dan karies gigi pada manusia, walaupun begitu beberapa karies dapat terjadi tanpa adanya streptococcus mutans. Karies pada binatang dapat dihambat oleh imunisasi terhadap resiko streptococcus mutans (Ivanyi, 2012). c. Veillonella Terdapat anaerobik non-motil, gram negatif yang berpasangan, kelompok, atau rantai. kandungan G + C DNA mereka adalah 40,3-44,4% mol. Tujuh spesies telah diakui, yaitu veillonella parvula, veilonella atypica, dan veilonella dispar tumbuh di rongga mulut. Mereka dapat tumbuh pada kisaran suhu C, namun pertumbuhan optimal pada suhu C. Mereka tidak dapat menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi, tetapi menggunakan laktat, piruvat, fumarat, malat dan beberapa purin sebagai sumber energi serta menghasilkan propionat, asetat, dan hidrogen untuk metabolisme dan produk (Wilson, 2005).
7 Laporan Tugas Akhir 10 d. Aggregatibacter actinomycetemcomitans Aggregatibacter actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, dan albicans candida merupakan sebuah jamur polimorfik yang keduanya patogen oportunistik yang dapat menyebabkan penyakit mulut (Henderson dkk., 2009). e. Porphyromonas gingivalis Periodontitis adalah penyakit yang mempengaruhi struktur pendukung gigi. Bentuk yang paling parah dari penyakit ini mengakibatkan kehilangan gigi dan barubaru ini sangat terkait dengan penyakit sistemik, termasuk jantung, paru-paru, dan kanker. Penyakit ini disebabkan oleh biofilm yang didominasi bakteri anaerob yaitu porphyromonas gingivalis (Robinson, 2011). II.2 Kerangka Pemikiran Tanaman sirih berfungsi sebagai anti-bakteri dikarenakan dapat membunuh bakteri patogen seperti treponema denticola, streptococcus mutans, veillonella, aggregatibacter actinomycetemcomitans, porphyromonas gingivalis. Dalam penelitian ini akan diujikan seberapa besar fungsi ekstrak sirih sebagai antibakteri terhadap bakteri streptococcus mutans yang ditambahkan pada formulasi mouthwash. Mouthwash merupakan sediaan yang mengandung surfaktan yang dengan mudah dapat ditempatkan pada botol plastik. Penggunaan surfaktan pada mouthwash mempunyai fungsi sebagai pembusa dan membantu pengangkatan plak dan sisa sisa makanan dari gigi. Pembentukan busa pada mouthwash bertujuan menurunkan tegangan permukaan dan memungkinkan pembersihan sampai ke sela sela gigi. Diharapkan nantinya pada percobaan didapatkan sebuah produk mouthwash unggulan dengan kombinasi antibakteri dari kandungan daun sirih, dan surfaktan yang terkandung di dalam mouthwash.
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit yang diderita oleh banyak manusia di dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia, penyakit periodontal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia adalah karies gigi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut manusia tidak pernah terbebas dari bakteri karena mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan menempel pada gigi, jaringan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut merupakan salah satu tempat dalam tubuh yang mengandung mikroorganisme dengan keanekaragaman paling tinggi dibanding tempat lain. Mikroorganisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi atau yang biasa dikenal dengan gigi berlubang adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet khususnya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flora normal rongga mulut terdiri dari berbagai mikroflora termasuk bakteri, jamur, mycoplasma, protozoa dan virus; bakteri merupakan kelompok yang predominan. Bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Plak gigi terdiri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki fungsi yang penting bagi tubuh (Silviana dkk., 2013). Mengingat kegunaannya yang begitu penting, kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang bebas pada jaringan lunak dan keras pada permukaan rongga mulut, yang terdiri dari bakteri hidup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)
Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan Bahan Dalam pembuatan mouthwash memiliki beberapa tahapan proses, adapun alat dan bahan yang digunakan pada setiap proses adalah : III.1.1 Pembuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk membuat replika jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan untuk mendapatkan cetakan negatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian tubuh meliputi mulut, saluran pencernaan, kulit dan organ genetalia wanita. Candida albicans
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah utama yang diderita oleh 90% penduduk di Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan di masyarakat adalah penyakit
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Ekstrak GAMAL TEMBAKAU Terhadap Pertumbuhan Linier Tabel l.pengaruh Ekstrak GAMAL TEMBAKAU Terhadap Pertumbuhan Linier GAMAL TEMBAKAU Perlakuan ( Dosis ) Regresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut merupakan tempat masuknya berbagai zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan salah satu bagian di dalamnya ada gigi yang berfungsi sebagai alat mastikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah penyakit periodontal yang merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran Gigi terutama dalam pembuatan basis gigi tiruan. Salah satu jenis resin akrilik yang sering
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering terjadi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit dengan tingkat penyebaran yang luas dalam masyarakat adalah periodontitis. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki peringkat kedua setelah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan suatu keadaan patologis pada jaringan pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah kesehatan utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai pada masyarakat dengan prevalensi mencapai 50% (Wahyukundari,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada masyarakat dengan prevalensi mencapai 50% (Wahyukundari, 2009). Penyakit tersebut merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) merupakan tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan
Lebih terperinciBAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT
15 BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT Pada masa lalu, pasta gigi yang digunakan bersama sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetik. Tetapi akhir-akhir ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi pada setiap orang. Infeksi ini dapat merusak struktur gigi (Firdaus and Iswati, 2013) dan menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tanaman di Indonesia yang potensial untuk dikembangkan adalah sereh. Bagian sereh yang banyak mengandung minyak adalah daun, sehingga daun sereh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Ikan nila banyak digemari oleh masyarakat karena dagingnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi merupakan salah satu anggota tubuh yang memiliki peran penting dan apabila mengalami kerusakan maka dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan alam telah lama digunakan di bidang kedokteran maupun kedokteran gigi untuk keperluan preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pengobatan dengan menggunakan tanaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan. Kesehatan rongga mulut yang optimal merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu organisme sehingga menyebabkan kelemahan fungsi serta menurunnya kemampuan untuk bertahan terhadap tekanan-tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang
Lebih terperinciseperti klorheksidin dan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) sulit untuk diperjualbelikan secara bebas sebab memerlukan resep dokter selain itu saat ini
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian. Mulut sebagai salah satu pintu masuk utama dari bahan asing ke dalam tubuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik doktermaupun perawat. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis dengan host dan terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, fungi, mycoplasma, protozoa, dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental plak adalah deposit lunak yang membentuk suatu lapisan biofilm dan melekat pada permukaan gigi, atau permukaan kasar lain pada rongga mulut termasuk bahan restorasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.
Lebih terperincitradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali bahan alam bagi kesehatan, terutama obat-obatan dari tumbuhan cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena pengobatan tradisional
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki peringkat kedua
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian obat kumur ekstrak etanol tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus acidophilus secara in vitro merupakan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. pseudohalitosis, halitophobia dan psychogenic halitosis. 6,7,8
BAB VI PEMBAHASAN Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanda nafas tidak sedap pada saat nafas dihembuskan. Halitosis merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan nafas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan dan plak, terutama pada daerah sayap bukal atau bagian-bagian yang sukar dibersihkan (David dan MacGregor,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang terpenting untuk dijaga. Salah satu penampilan fisik yang sering dilihat adalah gigi. Fungsi utama gigi adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut mempunyai pengaruh besar dalam asupan gizi dan perlindungan dari infeksi mikroba sehingga menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan hal penting karena berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama yang banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data dari SKRT (Survei Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, banyak bukti menunjukkan adanya hubungan antara periodontitis kronis dengan sejumlah penyakit sistemik. Infeksi oral kronis seperti periodontitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditemukan pada plak gigi dan sekitar 10 spesies telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit dengan tingkat penyebaran yang luas di masyarakat. Penyakit periodontal disebabkan oleh bakteri yang ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut manusia banyak terdapat berbagai jenis bakteri, baik aerob maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus adalah mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar penyakit kulit dengan manifestasi klinik berupa abses pada kulit, nanah dan bisul. Infeksi pada kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Produk kosmetik merupakan suatu sediaan yang ditujukan untuk kontak langsung dengan bagian luar tubuh manusia (kulit, rambut, kuku, bibir, organ genital
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam upaya mendukung program pelayanan kesehatan gigi. Back to nature atau kembali ke bahan alam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir (Hunter) Roxb. Tanaman ini merupakan komoditas utama Provinsi Sumatera Barat. Sekitar 80%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan satu kesatuan dari kesehatan pada umumnya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Gigi dan mulut merupakan salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi
Lebih terperinci2014 OPTIMASI KONDISI HIDROGENASI ETANOL-NATRIUM UNTUK MENINGKATKAN KADAR MENTOL PADA MINYAK PERMEN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya seperti rempah-rempah. Banyak rempah-rempah Indonesia yang telah diketahui khasiatnya, hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nafas tidak sedap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nafas tidak sedap pada saat nafas dihembuskan yang berasal baik dari rongga mulut maupun diluar rongga mulut.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih cukup tinggi (Pintauli dan Taizo, 2008). Penyakit periodontal dimulai dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih memerlukan perhatian serius. Walaupun prevalensi penyakit gigi ini dilaporkan sudah menurun
Lebih terperincidan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa
BAB I PENDAHULUAN Lebih kurang 20 % resep di negara maju memuat tanaman obat atau bahan berkhasiat yang berasal dari tanaman, sedangkan di negara berkembang hal tersebut dapat mencapai 80 %. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut yang menjadi fokus penelitian utama di bidang kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut tersebar luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daun sirih sudah sejak dulu digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Tanaman sirih (Piper bettle L.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai daya
Lebih terperinciBAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL
BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL Dasar pemikiran diindikasikannya terapi antibiotik sebagai penunjang perawatan periodontal adalah didasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi merupakan salah satu penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi merupakan penyakit endemik dengan prevalensi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental Penelitian pada dekade yang lalu mengemukakan plak gigi sebagai biofilm yaitu akumulasi komunitas mikroba yang melekat pada suatu permukaan. Plak dental merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi (gigi berlubang) merupakan penyakit dengan urutan tertinggi dari penyakit gigi dan mulut yaitu sebesar 45,68% sehingga merupakan masalah utama kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya terdapat bakteri patogen yakni Streptococcus mutans. Streptococcus mutans merupakan bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Penduduk di Indonesia banyak yang menderita karies gigi. Karies gigi disebabkan oleh adanya plak yang terdeposit lunak berupa lapisan tipis yang melekat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena dapat diolah menjadi berbagai macam menu dan masakan 1.Selain itu,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu merupakan produk makanan olahan kedelai yangbanyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Seperti tempe, tahu juga dikenal sebagai makanan rakyat karena harganya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh jamur dari genus Candida (Brown dan Burns, 2005). Sebanyak lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009). Prevalensi terjadinya
Lebih terperincidalam mulut, mencegah pembentukan plak dan karies gigi. Berbagai penyakit dalam mulut, seperti karies gigi, gingivitis, dan periodontitis, sering
BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan rongga mulut merupakan hal yang utama dalam pergaulan sehari-hari. Pada orang yang sehat, bau mulut yang terjadi umumnya berasal dari dalam mulut. Hal ini disebabkan oleh pembusukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Flora mulut pada manusia terdapat berbagai mikroorganisme seperti jamur, virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam rongga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) hasil rekayasa genetik lele dumbo melalui cara silang balik (backcross)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) 2.1.1. Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) Ikan lele sangkuriang merupakan keturunan dari lele dumbo, yaitu hasil rekayasa genetik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi. Penyakit tersebut menyerang semua golongan umur, mulai dari anak-anak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak kulit nanas pada pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flora oral terdiri dari beragam populasi mikroba di antaranya bakteri, jamur, mikoplasma, protozoa, dan virus yang ditemukan dari waktu ke waktu. Bakteri merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perhatian. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko dan fokal infeksi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan gigi dan mulut sampai sekarang masih membutuhkan perhatian. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko dan fokal infeksi penyakit sistemik.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam (back to nature) semakin meningkat karena sejak dulu masyarakat percaya bahwa bahan alam mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang banyak menyebabkan masalah pada kulit, terutama peradangan pada kulit (Daili et al., 2005). Kulit merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan sistem pengantaran obat pada bidang farmasi telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan transdermal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan dikonsumsi oleh manusia sejak beberapa abad yang lalu. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigi tiruan merupakan bagian dari gigi tiruan yang berada di atas linggir sisa yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat
Lebih terperinciPOTENSI EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.) SEBAGAI ANTI Streptococcus mutans SUPRIANTO
POTENSI EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.) SEBAGAI ANTI Streptococcus mutans SUPRIANTO PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Dialah
Lebih terperinciUJI EFEKTIFITAS FORMULA PASTA GIGI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI ANTIPLAK
UJI EFEKTIFITAS FORMULA PASTA GIGI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI ANTIPLAK Nur Khairi*, Rahmat Aksa, dan Yasintus Berek Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi, Makassar *Corresponding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permukaan gigi yang tidak bersifat self cleansing (membersihkan gigi), self cleansing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah yang banyak diderita oleh sebagian besar masyarakat di dunia ini adalah penyakit gigi dan mulut, secara umum penyakit yang banyak di keluhkan oleh masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin meningkat, seperti di Indonesia maupun negara-negara lain. Hal ini dikarenakan munculnya kesadaran
Lebih terperinciSenyawa Kimia Paling Penting Dalam Kehidupan Manusia
Senyawa Kimia Paling Penting Dalam Kehidupan Manusia Senyawa Kimia Paling Penting Dalam Kehidupan Manusia Dalam hidup ini, kita selalu dikelilingi oleh senyawa kimia. Baik makromolekul maupun mikromolekul.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting bagi tubuh manusia. Upaya untuk mencapai kondisi sehat, segala aspek kesehatan harus diperhatikan termasuk kesehatan dan kebersihan
Lebih terperinci