2012, No
|
|
- Deddy Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 2012, No
2 , No.1358
3 2012, No
4 , No.1358
5 2012, No
6 , No.1358
7 2012, No
8 , No.1358 LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2013 KRITERIA DAN TATA LAKSANA KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP Kriteria dan tata laksana kegiatan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup mencakup: 1. Kriteria penggunaan anggaran 2. Kriteria dan tata laksana pengorganisasian pelaksanaan kegiatan 3. Tata laksana administrasi umum dan keuangan 4. Format pelaporan manajerial dan akuntabilitas 5. Tata laksana pemantauan, pengawasan dan evaluasi 6. Kriteria penilaian kinerja 7. Kriteria dan tata laksana pembinaan A. KRITERIA PENGGUNAAN ANGGARAN 1. Komponen Belanja Utama Sub Output/Sub Keluaran dalam Anggaran Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup Komponen belanja utama Dekonsentrasi bersifat spesifik menurut hasil dengan tingkat kerincian sampai dengan sub output/sub keluaran. Komponen ini terdiri dari belanja untuk kegiatan yang bersifat non-fisik, yaitu diantaranya belanja untuk membiayai kegiatan koordinasi, pembinaan, pemantauan, evaluasi, asistensi, bimbingan teknis, maupun inventarisasi data 2. Komponen Belanja Pendukung Sub Output/Sub Keluaran dalam Anggaran Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup Komponen belanja pendukung sub output Dekonsentrasi meliputi: a. Biaya dalam sub keluaran yang ditimbulkan akibat kebutuhan koordinasi namun tidak secara langsung mempengaruhi kinerja pencapaian target sub keluaran b. Biaya dalam sub keluaran untuk persiapan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kegiatan c. Biaya pembelian barang fisik yang diatur dalam angka 4 dibawah ini dalam jumlah sangat terbatas dan selektif.
9 2012, No Belanja yang Tidak Dapat Diadakan dengan Anggaran Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup Dalam Peraturan Menteri ini ditetapkan bahwa dana dekonsentrasi tidak dapat digunakan untuk: a. pembangunan gedung kantor dan fasilitasnya, b. pengadaan kendaraan, c. perjalanan ke luar negeri, dan d. biaya rutinitas kantor yang dibiayai APBD. Berdasarkan peraturan yang berlaku, dana dekonsentrasi tidak diperkenankan digunakan untuk kegiatan yang menghasilkan aset tetap, sehingga dana dekonsentrasi juga tidak dapat digunakan untuk : a. membangun infrastruktur/prasarana lingkungan hidup (contoh: instalasi pengolahan air limbah terpadu, laboratorium lingkungan hidup) b. membangun fasilitas publik untuk lingkungan hidup (contoh: perpustakaan lingkungan hidup) c. membeli peralatan selain pendukung operasional kegiatan dan contoh demo/model. 4. Jenis Barang Fisik yang Dapat Diadakan dengan Anggaran Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup Barang-barang yang dapat diadakan dengan anggaran dekonsentrasi meliputi: a. Perangkat pengolah data dan laporan secara selektif dan terbatas yang kriteria pengadaan, jumlah, dan spesifikasinya ditetapkan setiap tahun melalui Keputusan Menteri; b. Contoh/model/prototipe/demo peralatan/kegiatan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan dalam rangka pembinaan dan bagian dari metoda dan tahapan pelaksanaan yang bersifat pendukung dan jumlahnya tidak melebihi alokasi komponen biaya utama dalam sub output itu sendiri secara selektif dan terbatas yang kriteria pengadaan, jumlah dan spesifikasinya ditetapkan setiap tahun melalui Keputusan Menteri. Barang-barang di atas harus dianggarkan dalam akun Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi untuk Diserahkan Kepada Pemerintah Daerah. 5. Belanja Jasa Profesi, Jasa Lainnya, dan Kontraktual Dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan, dianjurkan untuk secara optimal memanfaatkan akun belanja jasa profesi, jasa lainnya, dan jasa kontraktual bagi:
10 , No.1358 a. Tahapan dan/atau komponen kegiatan yang membutuhkan keahlian khusus dan dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa profesional (contoh: jasa analisis sampel, survai lapangan, disain teknis, pembuatan produk/barang tertentu, dan lain-lain); b. Tahapan dan/atau komponen kegiatan yang membutuhkan banyak sumber daya manusia dan waktu dan dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa profesional (contoh: penyelenggaraan acara pertemuan, dan lainlain); c. Tahapan dan/atau komponen kegiatan yang membutuhkan masukan pakar/narasumber ahli (contoh: pembuatan bahan materi pembinaan teknis, pelaksanaan sosialisasi, dan lain-lain). 6. Standar biaya dan Surat Tanda Pertanggungjawaban Mutlak Standar biaya yang digunakan adalah Standar Biaya Umum (SBU) yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan. Apabila terdapat satuan biaya yang tidak diatur dalam ketentuan tersebut, dapat dipergunakan standar Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Satuan biaya yang tidak dapat mengacu SBU maupun HPS KLH dapat diajukan dengan perkiraan sendiri selama disertai alasan yang patut dan dilengkapi dengan Surat Pertanggungjawaban Mutlak yang ditandatangani KPA berikut data-data pendukung lainnya (contoh: bukti standar harga yang berlaku di pasar). 7. Struktur umum pembiayaan masing-masing keluaran a. Administrasi Kegiatan Anggaran administrasi kegiatan diletakkan dalam Keluaran Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH di bawah Sub Keluaran Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan yang Dibiayai dengan DAK dan TP Bidang LH dengan rincian belanja sebagai berikut: 1) Biaya pengelolaan keuangan, mencakup: a) Honorarium pejabat pengelola keuangan (KPA, PPK, Bendahara, Pejabat SPM, dan Petugas-petugas Akuntansi) b) Biaya proses pembukuan dan pelaporan keuangan, termasuk bahan dan ATK. 2) Biaya administrasi pengadaan barang dan jasa, mencakup: a) Honorarium pejabat pengadaan barang dan jasa b) Honorarium pejabat pemeriksa/penerima barang dan jasa c) Honorarium panitia pengadaan barang dan jasa d) Honorarium narasumber bila diperlukan e) Biaya pengumuman penawaran pengadaan barang dan jasa f) Biaya proses penilaian pengadaan barang dan jasa, termasuk bahan dan ATK
11 2012, No ) Biaya pelaporan c. Biaya perjalanan untuk kehadiran dalam Rapat Koordinasi Lingkungan Hidup Regional untuk perencanaan sebanyak 2 (dua) orang d. Biaya perjalanan untuk kehadiran dalam Rapat Koordinasi Nasional untuk perencanaan sebanyak 2 (dua) orang e. Biaya proses pengelolaan barang milik negara, termasuk bahan dan ATK b. Struktur Pembiayaan Keluaran Struktur pembiayaan masing-masing keluaran diluar biaya administrasi kegiatan sebagaimana diatur dalam huruf a, harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Honorarium bulanan (orang-bulan/ob) pelaksana adalah berbasis Keluaran. Pelaksana tidak bisa menerima honorarium bulanan dari tiap-tiap sub keluaran. 2) Honorarium pelaksana sub keluaran adalah berbasis jumlah kegiatan yang dilaksanakan (orang-kali/ok). Pelaksana sub keluaran sebaiknya tidak merangkap di sub keluaran lainnya. 3) Tidak diperkenankan mengalokasikan belanja dalam akun belanja modal. 4) Barang-barang penunjang yang dibutuhkan sub keluaran dialokasikan dalam Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi dalam akun ) Menganggarkan biaya untuk setiap sub keluaran secara tertib dan terkategori baik dalam komponen biaya utama maupun penunjang yang sesuai dan konsisten terhadap Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) sebagaimana distandarkan.
12 , No.1358 B. TATA LAKSANA PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN KEGIATAN Keterangan : garis pertanggungjawaban langsung dan alur pelaporan keuangan dan manajerial garis koordinasi konsultatif dan alur pelaporan teknis Struktur organisasi di atas dibentuk berdasarkan kepentingan pencapaian sasaran masing-masing keluaran dan kejelasan alur pertanggungjawaban pengambilan keputusan dan pelaporan dari segi teknis, manajerial, keuangan dan pengadaan barang dan jasa. 1. Penjelasan tentang Pelaksana a. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat yang ditetapkan oleh Gubernur sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) SKPD Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup harus memiliki kemampuan menjabarkan, mensinkronkan, mengharmonisasikan, dan mengorganisasikan seluruh penyelenggaraan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup dengan pencapaian tujuan dan sasaran strategis nasional di bidang lingkungan hidup sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Kerja Pemerintah. Atas dasar hal tersebut, maka KPA yang ditunjuk adalah pejabat aktif eselon II atau III pada instansi provinsi yang berwenang di bidang lingkungan hidup. b. Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran, Penguji dan penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM), dan Petugas Akuntansi
13 2012, No Persyaratan penunjukkan Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran, Penguji dan penandatangan SPM harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan penetapannya dilakukan oleh Gubernur. KPA menunjuk petugas akuntansi untuk membantu pengelolaan keuangan. Seluruh pengelola keuangan yang tersebut diatas diharapkan tidak merangkap/melaksanakan tugas yang sama dalam pengelolaan keuangan Satuan Kerja selain Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup. c. Koordinator Pelaksana Koordinator Pelaksana sebanyak 3 (tiga) orang untuk masing-masing keluaran ditetapkan oleh KPA. Pelaksana tersebut harus memiliki kemampuan menjabarkan, mensinkronkan, mengharmonisasikan, dan mengorganisasikan penyelenggaraan kegiatan untuk pencapaian tujuan dan sasaran masing-masing keluaran dekonsentrasi bidang lingkungan hidup. Atas dasar hal tersebut, maka Koordinator yang ditunjuk sebaiknya adalah pejabat aktif yang memiliki lingkup tugas pokok dan fungsi : 1) berkaitan langsung dengan pengendalian pencemaran, pengawasan lingkungan atau pengendalian dampak lingkungan untuk Keluaran Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup; 2) berkaitan langsung dengan pengendalian kerusakan lingkungan, pengendalian dampak lingkungan atau konservasi/pengelolaan sumber daya alam untuk Keluaran Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup; 3) berkaitan langsung dengan peningkatan kapasitas untuk Keluaran Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Seluruh koordinator pelaksana membentuk tim pelaksana yang anggotanya berasal dari instansi lingkungan hidup dan instansi lain yang dipandang perlu dengan kapasitas dan kepentingan sesuai kebutuhan. Jumlah anggota tim pelaksana ditentukan berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, dan cakupan lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan. Tim pelaksana kegiatan ditetapkan oleh KPA. d. Pejabat Eselon I KLH terkait Pejabat eselon I KLH terkait dalam hal ini adalah pembina utama dan penentu target kinerja SKPD di bidang teknis bagi masing-masing sub keluaran. Pejabat eselon I KLH yang dimaksud adalah : 1) Deputi Bidang Tata Lingkungan (Deputi I KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran: a) Laporan pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Kajian Dampak Lingkungan di Kabupaten/Kota (pemantauan terhadap RKL-RPL, pengawasan Komisi Penilai Amdal, dan evaluasi mutu dokumen)
14 , No.1358 b) Laporan pembinaan penyusunan PDRB Hijau 2) Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan (Deputi II KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran: a) Laporan pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER b) Laporan pemantauan Kualitas Udara di Wilayah Perkotaan yang Bersifat Strategis Nasional 3) Deputi Bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Perubahan Iklim (Deputi III KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran: a) Laporan inventarisasi data dan pengawasan pencegahan kerusakan ekosistem perairan darat, pesisir dan laut, atau hutan dan lahan b) Laporan perubahan Tutupan Vegetasi dalam Rangka Program Menuju Indonesia Hijau (MIH) c) Laporan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan inventarisasi gas rumah kaca dan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim 4) Deputi Bidang Pengelolaan B3, Limbah B3, dan Sampah (Deputi IV) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran: a) Laporan pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER b) Laporan pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Sampah melalui 3R (Reduce, Reuse and Recycle) 5) Deputi Bidang Penegakan Hukum Lingkungan (Deputi V KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran laporan pembinaan kapasitas penegakan hukum lingkungan (pengaduan kasus, sengketa lingkungan dan dugaan tindak pidana). 6) Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Komunikasi Lingkungan (Deputi VI KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran laporan pembinaan sekolah adiwiyata. 7) Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas (Deputi VII KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran: a) Laporan pemantauan Sungai Skala Nasional dan/atau Lintas Batas Negara
15 2012, No b) Laporan peningkatan Kapasitas SDM Kabupaten/Kota dalam Rangka Optimalisasi Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah 8) Sekretaris Menteri Lingkungan Hidup yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran Laporan pemantauan dan Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan yang Dibiayai Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Tugas Pembantuan (TP) Bidang Lingkungan Hidup. e. Pejabat Eselon II KLH terkait Pejabat eselon II KLH terkait dalam hal ini adalah pendamping, pelaksana asistensi, serta sumber referensi SKPD di bidang teknis bagi masingmasing sub keluaran. Pejabat eselon II KLH yang dimaksud adalah: 1) Kepala Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Kapusarpedal) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran: a) Laporan pemantauan sungai skala nasional dan/atau lintas batas negara b) Laporan peningkatan kapasitas sdm kabupaten/kota dalam rangka optimalisasi laboratorium lingkungan hidup daerah. 2) Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri pada Sekretariat KLH (Karo PKLN) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pemantauan dan Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan yang Dibiayai DAK dan TP Bidang LH. 3) Asisten Deputi Ekonomi Lingkungan pada Deputi I KLH (Asdep 3/I KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pembinaan Penyusunan PDRB Hijau. 4) Asisten Deputi Pengkajian Dampak Lingkungan pada Deputi I KLH (Asdep 4/I KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Kajian Dampak Lingkungan di kabupaten/kota (pemantauan terhadap RKL-RPL, pengawasan komisi Penilai Amdal, dan evaluasi mutu dokumen). 5) Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Manufaktur, Prasarana, dan Jasa pada Deputi II KLH (Asdep 1/II KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER. 6) Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Pertambangan, Energi, dan Migas pada Deputi II KLH (Asdep 2/II KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan
16 , No.1358 Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER. 7) Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Agroindustri dan Usaha Skala Kecil pada Deputi II KLH (Asdep 3/II KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER. 8) Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak pada Deputi II KLH (Asdep 4/II KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pemantauan Kualitas Udara di Wilayah Perkotaan yang Bersifat Strategis Nasional. 9) Asisten Deputi Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan pada Deputi III KLH (Asdep 1/III KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran: 0) Laporan inventarisasi data dan pengawasan pencegahan kerusakan ekosistem perairan darat, pesisir dan laut, atau hutan dan lahan 1) Laporan perubahan Tutupan Vegetasi dalam Rangka Program Menuju Indonesia Hijau (MIH). 10) Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat pada Deputi III KLH (Asdep 2/III KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan inventarisasi data dan pengawasan pencegahan kerusakan ekosistem perairan darat, pesisir dan laut, atau hutan dan lahan. 11) Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut pada Deputi III KLH (Asdep 3/III KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan inventarisasi data dan pengawasan pencegahan kerusakan ekosistem perairan darat, pesisir dan laut, atau hutan dan lahan. 12) Asisten Deputi Mitigasi dan Perlindungan Fungsi Atmosfer pada Deputi III KLH (Asdep 4/III KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan inventarisasi gas rumah kaca dan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. 13) Asisten Deputi Adaptasi Perubahan Iklim pada Deputi III KLH (Asdep 5/III KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan inventarisasi gas rumah kaca dan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. 14) Asisten Deputi Pengelolaan Limbah B3 dan Pemulihan Kontaminasi Limbah B3 pada Deputi IV KLH (Asdep 3/IV KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan Pengawasan Pelaksanaan
17 2012, No Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER. 15) Asisten Deputi Pengelolaan Sampah pada Deputi IV KLH (Asdep 4/IV KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Sampah melalui 3R (Reduce, Reuse and Recycle). 16) Asisten Deputi Pengaduan dan Penaatan Hukum Administrasi Lingkungan pada Deputi V KLH (Asdep 1/V KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan pembinaan kapasitas penegakan hukum lingkungan. 17) Asisten Deputi Penyelesaian Sengketa Lingkungan pada Deputi V KLH (Asdep 2/V KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran pembinaan kapasitas penegakan hukum lingkungan. 18) Asisten Deputi Penegakan Hukum Pidana Lingkungan pada Deputi V KLH (Asdep 3/V KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan pembinaan kapasitas penegakan hukum lingkungan. 19) Asisten Deputi Penguatan Inisiatif Masyarakat pada Deputi VI KLH (Asdep 2/VI KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan Pembinaan Sekolah Adiwiyata. f. Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion wilayah kerja terkait Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion KLH (PPE KLH) adalah pejabat setingkat Eselon II KLH yang bertugas melaksanakan koordinasi perencanaan dekonsentrasi, mengkoordinir penyampaian laporan SKPD, dan mengkoordinir penyelenggaraan kerjasama antar SKPD dalam wilayah kerjanya masing-masing. Kepala PPE KLH tersebut adalah: 1) Kepala PPE Sumatera yang mengkoordinir Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Kepulauan Bangka-Belitung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung. 2) Kepala PPE Jawa yang mengkoordinir Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur. 3) Kepala PPE Kalimantan yang mengkoordinir Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. 4) Kepala PPE Bali dan Nusa Tenggara (Balinusra) yang mengkoordinir Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. 5) Kepala PPE Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sumapapua) yang mengkoordinir Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
18 , No.1358 Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua, dan Papua Barat. 2. Struktur dan Alur Pertanggungjawaban Manajerial dan Akuntabilitas a. Perencanaan Penganggaran dekonsentrasi wajib dituangkan dalam RKA-KL Kementerian Lingkungan Hidup untuk ditetapkan sebagai Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) oleh Menteri Keuangan. RKA-KL yang telah ditetapkan tersebut wajib diserahkan Menteri selaku Pengguna Anggaran kepada Gubernur. Gubernur menetapkan pejabat pengelola keuangan yang mencakup Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Bendahara Pengeluaran, Penguji dan penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM) dan Petugas Akuntansi untuk dilaporkan kepada Menteri dengan tembusan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan. KPA menetapkan Tim Pelaksana bagi masing-masing keluaran yang terdiri dari Koordinator dan anggotanya dengan kriteria sebagaimana disebutkan di atas. Koordinator Pelaksana wajib menyusun : 0) Perencanaan kas keluaran masing-masing berdasarkan RKA-KL untuk disampaikan kepada PPK; 1) Perencanaan kinerja berdasarkan target yang ditetapkan; 2) Pengelolaan sistem pelaporan agar sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. KPA mempersiapkan dan melaksanakan rencana dan organisasi pengadaan barang/jasa sesuai ketentuan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah jo Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. b. Penyaluran Dana dan pengelolaan Barang Milik Negara hasil pelaksanaan Dekonsentrasi Penyaluran dana Dekonsentrasi dilaksanakan oleh Bendahara Umum Negara melalui Rekening Kas Umum Negara berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku. Semua barang yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan dana dekonsentrasi merupakan barang milik negara. Barang-barang tersebut harus digunakan sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan ditatausahakan sebagaimana ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam hal barang dihibahkan kepada daerah,
19 2012, No penatausahaan, penggunaan dan pemanfaatan barang tersebut dilaksanakan oleh pemerintah provinsi sebagai barang milik daerah. c. Pertanggungjawaban dan pelaporan manajerial dan akuntabilitas Laporan manajerial dan laporan akuntabilitas disusun sebagai satu kesatuan dan disampaikan per-triwulan serta akhir tahun. Laporan ini diserahkan kepada Gubernur untuk disampaikan kepada Menteri, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan menteri yang membidangi perencanaan nasional. Laporan manajerial mencakup: 1) Perkembangan realisasi penyerapan dana; 2) Pencapaian target keluaran; 3) Kendala yang dihadapi; 4) Saran tindak. Laporan keuangan mencakup: 1) Neraca Keuangan; 2) Laporan Realisasi Anggaran (LRA); 3) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Format laporan-laporan di atas sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan-undangan. 3. Struktur dan Alur Pertanggungjawaban Teknis Kegiatan a. Acuan dan Perencanaan Kinerja Kegiatan teknis dekonsentrasi yang dilaksanakan SKPD harus menggunakan dasar-dasar berikut: 1) Indikator dan Target Kinerja 2) Perencanaan untuk Pencapaian Target Kinerja Penetapan indikator kinerja harus memperhatikan dua pendekatan, yaitu indikator kinerja keseluruhan kegiatan dekonsentrasi yang menjadi salah satu kegiatan prioritas Kementerian Lingkungan Hidup dan berfungsi sebagai alat ukur tingkat capaian Kementerian Lingkungan Hidup, dimana dalam hal ini adalah Indikator Kinerja Kegiatan Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah (2722); serta indikator kinerja masing-masing provinsi yang berfungsi sebagai alat ukur capaian masing-masing provinsi, dimana dalam hal ini adalah Indikator Kinerja Keluaran dan Sub Keluaran masing-masing provinsi. Indikator Kinerja Kegiatan terdiri dari : 1) Jumlah provinsi yang melaksanakan pengendalian pencemaran lingkungan
20 , No ) Jumlah provinsi yang melaksanakan pengendalian kerusakan lingkungan 3) Jumlah provinsi yang melaksanakan peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan LH Ketiga indikator di atas memiliki target masing-masing 33 (tiga puluh tiga) dengan satuan Provinsi. Indikator Kinerja Keluaran mencakup Indikator Pengendalian Pencemaran, Pengendalian Kerusakan Lingkungan, dan Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH. Target capaian indikator kinerja setiap keluaran dapat berupa penjumlahan maupun penghimpunan dari target capaian indikator kinerja sub-sub keluaran di bawahnya. Penjumlahan dapat dilakukan apabila satuan indikator kinerja dari sub-sub keluaran tersebut sama dengan satuan keluaran itu sendiri (contoh: Output pengendalian pencemaran ditargetkan menyelesaikan 3 laporan, karena terdiri dari laporan sub keluaran pemantauan air, laporan sub keluaran pemantauan udara, dan laporan sub keluaran pemantauan industri). Namun untuk situasi ketidaksamaan satuan, maka target capaian indikator kinerja keluaran bukan berupa penjumlahan melainkan penghimpunan (contoh: output pengendalian pencemaran ditargetkan menyelesaikan 10 industri sebagai target capaian indikator kinerja sub keluaran pemantauan industri, 3 kota sebagai target capaian indikator kinerja sub keluaran pemantauan udara, dan 2 sungai sebagai target capaian indikator kinerja sub keluaran pemantauan air). Indikator kinerja setiap sub keluaran harus bersifat terukur, mengingat keluaran dan sub keluaran berwujud barang atau jasa. Tingkat keterukuran ini akan memudahkan proses penyusunan dan penghitungan alokasi anggaran. Indikator dan target kinerja keluaran dan sub keluaran dimaksud terdiri dari : 1. Jumlah laporan keluaran pengendalian pencemaran lingkungan (volume adalah jumlah jenis sub keluaran yang dilaksanakan), dengan mencakup: a. Jumlah industri yang diawasi pelaksanaan pengelolaan limbah B3, pengelolaan kualitas air, dan udara skala nasional melalui program PROPER; b. Jumlah kota yang bersifat strategis nasional yang dipantau kualitas udaranya; c. Jumlah kota yang dibina dan diawasi pengelolaan sampah melalui 3R-nya; d. Jumlah sungai skala nasional dan/atau lintas batas negara yang dipantau.
21 2012, No Jumlah laporan keluaran pengendalian kerusakan lingkungan, dengan mencakup: a. Jumlah kabupaten/kota yang dipantau dan diawasi pelaksanaan inventarisasi gas rumah kaca dan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; b. Jumlah kabupaten yang dipantau perubahan tutupan vegetasinya dalam rangka program Menuju Indonesia Hijau; c. Jumlah kabupaten/kota yang dilakukan inventarisasi data dan pengawasan pencegahan kerusakan ekosistem perairan darat, pesisir dan laut, atau hutan dan lahan. 3. Jumlah laporan keluaran peningkatan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dengan mencakup: a. Jumlah kabupaten/kota yang dibina dan diawasi pelaksanaan kajian dampak lingkungan di daerahnya; b. Jumlah kasus yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan kapasitas penegakan hukum lingkungan; c. Jumlah kabupaten/kota yang dibina SDM laboratorium Lhnya; d. Jumlah kabupaten/kota yang dibina dalam penyusunan PDRB Hijau; e. Jumlah sekolah yang dibina melalui program Adiwiyata; f. Jumlah kabupaten/kota yang dipantau pelaksanaan kegiatan yang didanai DAK dan TP bidang LH. Rincian target capaian masing-masing indikator kinerja keluaran dan sub keluaran bagi masing-masing provinsi diatur lebih lanjut melalui Keputusan Menteri. Setiap KPA mewajibkan masing-masing Koordinator Pelaksana untuk menyusun Rencana Kinerja Pencapaian Target yang telah ditetapkan dan menggunakannya sebagai acuan dalam bekerja. Kesesuaian pelaksanaan dengan Rencana Kinerja maupun Rencana Kas sangat mempengaruhi penilaian kinerja SKPD dan akan digunakan sebagai salah satu variabel dalam pengawasan dan evaluasi. Metodologi penilaian kinerja dijelaskan lebih lanjut dalam butir huruf F Penilaian Kinerja dalam lampiran ini. b. Mekanisme Koordinasi, Asistensi, dan Konsultasi Keseluruhan pengorganisasian koordinasi, asistensi dan konsultasi pelaksanaan dekonsentrasi memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Masing-masing eselon I KLH wajib melaksanakan rapat koordinasi teknis/substansi nasional dalam rangka perencanaan dan/atau evaluasi maksimal 2 (dua) kali setahun yang dihadiri seluruh SKPD dalam rangka perencanaan dan evaluasi hasil kegiatan. Jumlah total rapat koordinasi nasional tersebut tidak boleh lebih dari 6 (enam) kali setahun untuk menjamin efisiensi pemanfaatan anggaran perjalanan dinas
22 , No.1358 peserta. Hal ini mengimplikasikan penyelenggaraan yang bersifat terpadu antar eselon I KLH untuk meminimalkan jumlah pertemuan. 2) Seluruh eselon II yang terkait dengan sub keluaran yang didekonsentrasikan wajib melaksanakan bimbingan dan asistensi teknis terhadap SKPD yang dibiayai dari anggaran unitnya masing-masing. Bimbingan teknis yang diberikan harus memuat sekurang-kurangnya upaya: a) Pemberian manual pelaksanaan dan manual pelaporan teknis; b) Asistensi dan pengarahan apabila dibutuhkan SKPD; c) Review/penilaian dan pemberian masukan atas hasil pelaksanaan. 3) Seluruh kepala PPE yang wilayah kerjanya terkait wajib melaksanakan koordinasi pelaporan teknis dari SKPD untuk disampaikan kepada eselon II dan eselon I KLH terkait dan memfasilitasi kebutuhan kerjasama antar daerah dalam bentuk-bentuk diantaranya : a) Sinkronisasi jadwal, lokasi, dan metoda pelaksanaan b) Harmonisasi dan/atau integrasi pelaporan untuk mendapatkan informasi yang utuh c) Kerjasama formal yang dikuatkan dengan MoU antar Provinsi dalam bentuk penggabungan kontrak dengan pihak ketiga bersama, joint service, atau transfer tanggung jawab yang diatur dalam peraturan perundangan dan harus dikonsultasikan kepada Kementerian Dalam Negeri. 4) Seluruh SKPD dapat melaksanakan kerjasama antar daerah dengan mengikuti ketentuan peraturan perundangan dan menyelenggarakan penyampaian laporan teknis melalui PPE. c. Pertanggungjawaban dan Pelaporan Teknis Laporan teknis yang bukan laporan manajerial maupun laporan akuntabilitas disampaikan dalam aturan sebagai berikut: 1) Koordinator Pelaksana menyampaikan laporannya kepada KPA dan Kepala PPE dengan tembusan kepada eselon II KLH pembina. 2) Kumpulan laporan dari masing-masing Koordinator Pelaksana diintegrasikan dalam laporan terpadu oleh KPA untuk disampaikan kepada Gubernur dan Eselon I KLH terkait. 3) Eselon I KLH menyampaikan kompilasi laporan teknis dari berbagai Provinsi sesuai bidang tugasnya kepada Menteri. C. TATA LAKSANA ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN Administrasi dekonsentrasi mencakup pelaksanaan : 1. Administrasi pengadaan barang dan jasa.
23 2012, No Pengelolaan keuangan dana Dekonsentrasi, mencakup diantaranya: a. mempelajari teknis pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan tata cara pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); b. membuat Petunjuk Operasional Kegiatan (POK); c. membuka rekening ke Bank Pemerintah; d. mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak ke kantor Pelayanan Pajak; e. menyiapkan Buku Kas Umum/Buku Kas Harian, untuk membukukan transaksi baik penerimaan dan pengeluaran bendahara pengguna anggaran; f. menyiapkan buku pembantu pengawasan pelaksanaan Mata Anggaran Kegiatan (MAK); g. menyiapkan Buku Uang Muka, Buku Pembantu Bank, dan Buku Pembantu Pajak; h. menyiapkan surat keputusan yang terkait dengan pelaksanaan anggaran seperti Tim Teknis atau Kelompok Kerja; i. membentuk Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Satuan Kerja, yang tugasnya dirangkap oleh para pengelola anggaran; j. menyiapkan rencana kegiatan dan anggaran per triwulan. 3. Penatausahaan barang milik negara yang diperoleh dari dana Dekonsentrasi dan pemeliharaan/operasionalnya sebelum dihibahkan. 4. Pelaporan manajerial dan akuntabilitas. 5. Penyediaan peralatan penunjang administrasi dekonsentrasi Pelaksanaan seluruh kegiatan diatas mengacu pada peraturan perundanganundangan, dan penyelenggaraannya dibiayai dari Dana Dekonsentrasi. Biaya yang ditimbulkan dalam administrasi kegiatan dibebankan pada Keluaran Peningkatan Kapasitas PSDA dan LH dalam sub Keluaran Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan yang dibiayai DAK Bidang LH. D. FORMAT LAPORAN MANAJERIAL DAN AKUNTABILITAS 1. Laporan Manajerial disusun sesuai format dan dilaporkan berdasarkan tata laksana sebagaimana diatur dalam Pasal 24 dan 25 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan, dengan memperhatikan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; 2. Laporan Akuntabilitas disusun sesuai format dan dilaporkan berdasarkan tata laksana sebagaimana diatur dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 42 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan.
24 , No.1358 E. TATA LAKSANA PEMANTAUAN, PENGAWASAN DAN EVALUASI 1. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan didasarkan pada ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; 2. Kegiatan pemantauan dan pengawasan yang menjadi bagian dari kegiatan pengendalian dilaksanakan terhadap : a. Penyelenggaraan dan pelaksanaan program dan kegiatan b. Penyelenggaraan dan pelaksanaan belanja 3. Kegiatan pemantauan dan pengawasan dilaksanakan secara kontinyu maupun periodik dan diselenggarakan dalam penjadwalan yang tertib dalam rangka memenuhi ketentuan pelaporan manajerial dan akuntabilitas. 4. Kegiatan pemantauan dan pengawasan dilaksanakan secara internal dengan menerapkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, maupun eksternal sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku dan sesuai dengan hirarki pelaporan dalam organisasi pelaksanaan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup sebagaimana dijelaskan dalam lampiran peraturan ini. 5. Evaluasi diselenggarakan dalam bentuk kajian terhadap manajemen dan output pelaksanaannya serta permasalahan yang dihadapi dan dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 tahun sekali dan selambatlambatnya pada akhir tahun anggaran. 6. Hasil evaluasi menjadi dasar pertimbangan penyusunan rencana kerja dekonsentrasi pada tahun berikutnya. F. KRITERIA PENILAIAN KINERJA 1. Penilaian kinerja diselenggarakan dalam dua tahap: a. Penilaian capaian progresif, yaitu penilaian kemajuan yang didasarkan pada hasil pemantauan dan pelaporan triwulan maupun semester b. Penilaian capaian keseluruhan, yaitu penilaian pencapaian yang didasarkan pada hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan selama satu tahun. 2. Kriteria penilaian kinerja capaian progresif mencakup : a. Tingkat realisasi capaian fisik b. Tingkat realisasi capaian serapan anggaran c. Kurva realisasi periodik yang menggambarkan pola keseluruhan
25 2012, No Kriteria penilaian kinerja capaian keseluruhan mencakup : a. Gambaran akumulasi hasil kinerja capaian progresif b. Ketepatan cara dan strategi operasi, termasuk ketaatan terhadap peraturan yang berlaku c. Ketepatan cara dan pola belanja d. Ketepatan dan ketaatan penyampaian laporan yang diwajibkan e. Tingkat inisiatif penyelesaian kendala dan masalah dalam pelaksanaan kegiatan 4. Penilaian kinerja tahunan menjadi dasar pertimbangan penyusunan rencana kerja dekonsentrasi pada tahun berikutnya. G. KRITERIA DAN TATA LAKSANA PEMBINAAN 1. Pembinaan terhadap pelaksanaan dekonsentrasi mencakup pembinaan manajerial penyelenggaraan kegiatan dekonsentrasi dan pembinaan teknis pelaksanaan aktivitas pencapaian target masing-masing keluaran. 2. Pembinaan dapat diselenggarakan dalam bentuk: a. pelaksanaan sosialisasi secara umum; b. pelaksanaan asistensi dan pendampingan khusus; c. pelaksanaan review; d. bantuan tenaga ahli; e. penyesuaian beban tugas dan kewenangan yang ditetapkan dalam rencana kerja dekonsentrasi tahun berikutnya. 3. Pelaksanaan pembinaan teknis dikoordinasikan oleh eselon I KLH yang terkait, sementara pembinaan manajerial dikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup. 4. Pembinaan manajerial dalam bentuk asistensi dan pendampingan khusus serta penyesuaian beban tugas dan kewenangan diberikan dengan memperhatikan rekomendasi hasil pemantauan dan evaluasi serta hasil penilaian kinerja. MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, BALTHASAR KAMBUAYA
26 , No.1358 LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2013 KRITERIA DAN TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP Kriteria dan tata laksana kegiatan tugas pembantuan bidang lingkungan hidup mencakup : 1. Kriteria penggunaan anggaran 2. Kriteria dan tata laksana pengorganisasian pelaksanaan kegiatan 3. Tata laksana administrasi umum dan keuangan 4. Format pelaporan manajerial dan akuntabilitas 5. Tata laksana pemantauan, pengawasan dan evaluasi 6. Kriteria penilaian kinerja 7. Kriteria dan tata laksana pembinaan A. KRITERIA PENGGUNAAN ANGGARAN 1. Belanja yang Tidak Dapat Diadakan dengan Anggaran TP Bidang Lingkungan Hidup Dana TP tidak dapat digunakan untuk: a) pembangunan gedung kantor dan fasilitasnya, b) pengadaan kendaraan, c) perjalanan ke luar negeri, dan d) biaya rutinitas kantor yang dibiayai APBD. 2. Komponen Belanja Utama dalam Anggaran TP Bidang Lingkungan Hidup Komponen belanja utama TP adalah belanja fisik untuk : a. membangun instalasi pengolahan air limbah dan/atau pengelolaan sampah dalam keluaran infrastruktur pengendalian pencemaran, termasuk biaya perencanaan, biaya tenaga ahli, biaya kerja, dan biaya transportasi ke lapangan b. melakukan penanaman bibit/pohon dan kegiatan perbaikan kondisi ekosistem yang menunjang (seperti pembuatan turap, saluran, maupun pembersihan lahan) dalam keluaran rehabilitasi kerusakan ekosistem, termasuk biaya perencanaan, biaya tenaga ahli, biaya kerja dan biaya transportasi ke lapangan Proporsi komponen belanja utama TP tidak diperbolehkan kurang dari 70% total anggaran TP.
27 2012, No Seluruh hasil belanja diatas yang bersifat langsung diserahkan kepada masyarakat harus dianggarkan dalam akun Belanja Barang Fisik Lainnya untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda 3. Komponen Belanja Pendukung dalam Anggaran TP Bidang Lingkungan Hidup Komponen belanja pendukung TP meliputi: a. Biaya pelaporan dan administrasi kegiatan, yang mencakup: 1) biaya pengelolaan keuangan (honorarium pengelola keuangan dan biaya pembukuan termasuk bahan dan ATK); 2) biaya honorarium bulanan pelaksana kegiatan; 3) biaya pengadaan barang dan jasa; 4) biaya penyusunan dan pengiriman laporan; 5) biaya peralatan pendukung dengan jumlah sangat terbatas dan pengajuan pengadaannya harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari KLH. Peralatan yang diadakan dalam hal ini harus dianggarkan dalam akun Belanja Barang Penunjang Tugas Pembantuan untuk Diserahkan Kepada Pemerintah Daerah. b. Biaya yang ditimbulkan akibat kebutuhan koordinasi terhadap provinsi, PPE, maupun KLH pusat, termasuk perjalanan dinas dan komunikasi lainnya. c. Biaya persiapan, pemantauan, dan evaluasi. 4. Standar biaya dan Surat Tanda Pertanggungjawaban Mutlak Standar biaya yang digunakan adalah Standar Biaya Umum (SBU) yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2011. Apabila terdapat satuan biaya yang tidak diatur dalam ketentuan tersebut, dapat dipergunakan standar Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Satuan biaya yang tidak dapat mengacu SBU maupun HPS KLH dapat diajukan dengan perkiraan sendiri selama disertai alasan yang patut dan dilengkapi dengan Surat Pertanggungjawaban Mutlak per Keluaran yang ditandatangani KPA berikut data-data pendukung lainnya (contoh : bukti standar harga yang berlaku di pasar).
28 , No.1358 B. TATA LAKSANA PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN KEGIATAN Keterangan : garis pertanggungjawaban langsung dan alur pelaporan keuangan dan manajerial garis koordinasi konsultatif dan alur pelaporan teknis 1. Penjelasan tentang Pelaksana a. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat yang berfungsi sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) SKPD TP Bidang Lingkungan Hidup ditetapkan oleh Menteri atas dasar usulan kepala daerah kabupaten/kota yang direkomendasikan oleh Gubernur. Pejabat tersebut harus memiliki kemampuan menjabarkan, mensinkronkan, mengharmonisasikan, dan mengorganisasikan seluruh penyelenggaraan TP bidang lingkungan hidup dengan pencapaian tujuan dan sasaran strategis nasional di bidang lingkungan hidup sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Kerja Pemerintah. Atas dasar hal tersebut, maka KPA yang ditunjuk sebaiknya adalah pejabat aktif setingkat eselon II atau III pada instansi kabupaten/kota yang berwenang di bidang lingkungan hidup. b. Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran, Penguji dan penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM), dan Petugas Akuntansi
29 2012, No Persyaratan penunjukkan Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran, Penguji dan penandatangan SPM, serta Petugas Akuntansi TP Bidang Lingkungan Hidup harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Seluruh pengelola keuangan yang tersebut diatas diharapkan tidak merangkap/melaksanakan tugas yang sama dalam pengelolaan keuangan Satuan Kerja selain TP Bidang Lingkungan Hidup. c. Koordinator Pelaksana Koordinator pelaksana teknis ditetapkan oleh KPA. Pelaksana tersebut harus memiliki kemampuan menjabarkan, mensinkronkan, mengharmonisasikan, dan mengorganisasikan penyelenggaraan kegiatan untuk pencapaian tujuan dan sasaran keluaran TP bidang lingkungan hidup. Atas dasar hal tersebut, maka Koordinator yang ditunjuk sebaiknya adalah pejabat aktif yang memiliki lingkup tugas pokok dan fungsi pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan. Koordinator pelaksana dapat membentuk tim pelaksana yang anggotanya berasal dari instansi lingkungan hidup dan instansi lain yang dipandang perlu dengan kapasitas dan kepentingan sesuai kebutuhan dan ditetapkan oleh KPA. Jumlah anggota tim pelaksana ditentukan berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, dan cakupan lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan. d. Pejabat Eselon I KLH terkait Pejabat eselon I KLH terkait dalam hal ini adalah pembina utama dan penentu target kinerja SKPD di bidang teknis. Pejabat eselon I KLH yang dimaksud adalah: 1) Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan (Deputi II KLH) yang merumuskan, mengkoordinasikan, dan menetapkan kebijakankebijakan terkait keluaran jumlah infrastruktur pengendalian pencemaran yang dibangun di kabupaten/kota terpilih. 2) Deputi Bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Perubahan Iklim (Deputi III KLH) yang merumuskan, mengkoordinasikan, dan menetapkan kebijakan-kebijakan terkait keluaran luasan lahan dan/atau jumlah lokasi ekosistem rusak yang direhabilitasi di kabupaten/kota terpilih. e. Pejabat Eselon II KLH terkait Pejabat eselon II KLH terkait dalam hal ini adalah pendamping, pelaksana asistensi, serta sumber referensi SKPD di bidang teknis bagi masingmasing sub keluaran. Pejabat eselon II KLH yang dimaksud adalah: 1) Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Manufaktur, Prasarana, dan Jasa pada Deputi II KLH (Asdep 1/II KLH) yang membina pelaksanaan
30 , No.1358 keluaran jumlah infrastruktur pengendalian pencemaran pada sektor manufaktur, prasarana dan jasa. 2) Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Pertambangan, Energi, dan Migas pada Deputi II KLH (Asdep 2/II KLH) yang membina pelaksanaan keluaran jumlah infrastruktur pengendalian pencemaran pada sektor pertambangan, energi, dan migas. 3) Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Agroindustri dan Usaha Skala Kecil pada Deputi II KLH (Asdep 3/II KLH) yang membina pelaksanaan keluaran jumlah infrastruktur pengendalian pencemaran pada sektor agroindustri dan usaha skala kecil. 4) Asisten Deputi Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan pada Deputi III KLH (Asdep 1/III KLH) yang membina pelaksanaan keluaran luasan lahan dan/atau jumlah lokasi rehabilitasi kerusakan ekosistem hutan dan lahan serta perlindungan keanekaragaman hayati. 5) Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat pada Deputi III KLH (Asdep 2/III KLH) yang membina pelaksanaan keluaran luasan lahan dan/atau jumlah lokasi rehabilitasi kerusakan ekosistem danau, lahan basah, sungai, dan perairan darat lainnya. 6) Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut pada Deputi III KLH (Asdep 3/III KLH) yang membina pelaksanaan keluaran luasan lahan dan/atau jumlah lokasi rehabilitasi kerusakan ekosistem pesisir dan laut. 7) Asisten Deputi Adaptasi Perubahan Iklim pada Deputi III KLH (Asdep 5/III KLH) yang membina pelaksanaan keluaran luasan lahan dan/atau jumlah lokasi rehabilitasi kerusakan ekosistem dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim. f. Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion wilayah kerja terkait Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion KLH (PPE KLH) adalah pejabat setingkat Eselon II KLH yang bertugas melaksanakan koordinasi perencanaan dekonsentrasi, mengkoordinir penyampaian laporan SKPD, dan mengkoordinir penyelenggaraan kerjasama antar SKPD dalam wilayah kerjanya masing-masing. Kepala PPE KLH tersebut adalah: 1) Kepala PPE Sumatera yang mengkoordinir Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Kepulauan Bangka-Belitung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung. 2) Kepala PPE Jawa yang mengkoordinir Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur. 3) Kepala PPE Kalimantan yang mengkoordinir Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
31 2012, No ) Kepala PPE Bali dan Nusa Tenggara (Balinusra) yang mengkoordinir Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. 5) Kepala PPE Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sumapapua) yang mengkoordinir Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua, dan Papua Barat. 2. Struktur dan Alur Pertanggungjawaban Manajerial dan Akuntabilitas a. Perencanaan Penganggaran TP wajib dituangkan dalam RKA-KL Kementerian Lingkungan Hidup untuk ditetapkan sebagai Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) oleh Menteri Keuangan. RKA-KL yang telah ditetapkan tersebut wajib diserahkan Menteri selaku Pengguna Anggaran kepada SKPD TP bidang LH. Menteri menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), sementara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Bendahara Pengeluaran, Penguji dan penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM) dan Petugas Akuntansi ditetapkan oleh KPA untuk kemudian dilaporkan kepada Menteri dengan tembusan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan. Koordinator Pelaksana teknis ditetapkan oleh KPA dan wajib menyusun: 1) Perencanaan kas keluaran untuk disampaikan kepada PPK; 2) Perencanaan kinerja berdasarkan target yang ditetapkan; 3) Pengelolaan sistem pelaporan agar sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. KPA mempersiapkan dan melaksanakan rencana dan organisasi pengadaan barang/jasa sesuai ketentuan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah jo Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. b. Penyaluran Dana dan pengelolaan Barang Milik Negara hasil pelaksanaan TP Penyaluran dana dilaksanakan oleh Bendahara Umum Negara melalui Rekening Kas Umum Negara berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku. Semua barang yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan dana TP merupakan barang milik negara. Barang-barang tersebut harus digunakan sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan TP dan ditatausahakan
32 , No.1358 sebagaimana ketentuan yang diatur dalam peraturan perundangundangan. Dalam hal barang dihibahkan kepada masyarakat, penatausahaan dan pemanfaatan barang tersebut dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota sesuai ketentuan yang berlaku. c. Pertanggungjawaban dan pelaporan manajerial dan akuntabilitas Laporan manajerial dan laporan akuntabilitas disusun sebagai satu kesatuan dan disampaikan per-triwulan serta akhir tahun. Laporan ini diserahkan kepada Gubernur untuk disampaikan kepada Menteri, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan menteri yang membidangi perencanaan nasional. Laporan manajerial mencakup: 1) Perkembangan realisasi penyerapan dana; 2) Pencapaian target keluaran; 3) Kendala yang dihadapi; 4) Saran tindak. Laporan keuangan mencakup: 1) Neraca Keuangan; 2) Laporan Realisasi Anggaran (LRA); 3) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Format laporan-laporan diatas adalah sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundangan-perundangan. 3. Struktur dan Alur Pertanggungjawaban Teknis Kegiatan a. Acuan dan Perencanaan Kinerja Kegiatan TP yang dilaksanakan SKPD harus menggunakan dasar-dasar berikut : 1) Indikator dan Target Kinerja 2) Perencanaan untuk Pencapaian Target Kinerja Indikator Kinerja Keluaran TP terdiri dari: 1) Jumlah unit infrastruktur pengendalian pencemaran 1) Jumlah lokasi dan/atau luas area rehabilitasi kerusakan ekosistem Rincian target capaian masing-masing indikator kinerja keluaran bagi masing-masing kabupaten/kota diatur lebih lanjut melalui Keputusan Menteri. Setiap KPA mewajibkan Koordinator Pelaksana untuk menyusun Rencana Kinerja Pencapaian Target yang telah ditetapkan dan menggunakannya sebagai acuan dalam bekerja. Kesesuaian pelaksanaan dengan Rencana Kinerja maupun Rencana Kas sangat mempengaruhi penilaian kinerja
33 2012, No SKPD dan akan digunakan sebagai salah satu variabel dalam pengawasan dan evaluasi. Metodologi penilaian kinerja dijelaskan lebih lanjut dalam butir huruf F Penilaian Kinerja dalam lampiran ini. b. Mekanisme Koordinasi, Asistensi, dan Konsultasi Keseluruhan pengorganisasian koordinasi, asistensi dan konsultasi pelaksanaan TP memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Gubernur melalui SKPD lingkungan hidup provinsi melakukan supervisi dan koordinasi pelaksanaan TP pada kabupaten/kota di wilayahnya serta memfasilitasi kebutuhan kerjasama antar kabupaten/kota apabila dibutuhkan. Hasil supervisi dan koordinasi tersebut dikomunikasikan kepada PPE dan pejabat eselon I dan II KLH sebagai bagian tak terpisahkan dari keseluruhan pelaksanaan dekonsentrasi dan TP di provinsi tersebut. 2) Rapat koordinasi teknis/substansi nasional dekonsentrasi dan TP diselenggarakan oleh eselon I terkait paling banyak 2 (dua) kali setahun yang dihadiri seluruh SKPD dalam rangka perencanaan dan evaluasi hasil kegiatan. 3) Seluruh eselon II yang terkait dengan keluaran TP wajib melaksanakan bimbingan dan asistensi teknis terhadap SKPD yang dibiayai dari anggaran unitnya masing-masing apabila diminta. Bimbingan teknis yang diberikan harus memuat sekurang-kurangnya upaya: a) Pemberian manual pelaksanaan; b) Asistensi dan pengarahan apabila dibutuhkan SKPD; c) Review/penilaian dan pemberian masukan atas hasil pelaksanaan. 4) Seluruh kepala PPE yang wilayah kerjanya terkait wajib melaksanakan koordinasi pelaporan teknis dari SKPD untuk disampaikan kepada eselon II dan eselon I KLH. c. Pertanggungjawaban dan Pelaporan Teknis Laporan teknis yang bukan laporan manajerial maupun laporan akuntabilitas disampaikan dalam aturan sebagai berikut: 1) Koordinator Pelaksana menyampaikan laporannya kepada KPA. 2) KPA melaksanakan kompilasi keseluruhan laporan untuk disampaikan kepada Gubernur c.q Kepala SKPD Lingkungan Hidup Provinsi dengan tembusan Kepala PPE KLH terkait dan Eselon I KLH terkait. 3) Eselon I KLH menyampaikan kompilasi laporan teknis dari berbagai Provinsi sesuai bidang tugasnya kepada Menteri.
KRITERIA DAN TATA LAKSANA KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
2013, No.1488 12 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP KRITERIA DAN TATA LAKSANA
Lebih terperinci2012, No.752.
5 2012, No.752 2012, No.752 6 7 2012, No.752 2012, No.752 8 9 2012, No.752 2012, No.752 10 11 2012, No.752 2012, No.752 12 13 2012, No.752 2012, No.752 14 15 2012, No.752 2012, No.752 16 17 2012, No.752
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
S A L I N A N PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1358, 2012 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekonsentrasi. Tugas Pembantuan. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis. TA 2013. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1488, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekosentrasi. Lingkungan Hidup. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN
Lebih terperinci2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2016 PERRPUSNAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PERMEN/M/2010 TENTANG PELIMPAHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.
No.522, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinci2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.90, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Pemanfaatan. DAK. Tahun Anggaran. 2012. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1292, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Dekonsentrasi. Kegiatan. Anggaran. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
Lebih terperinci-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N
No.1764, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Dekonsentrasi. TA 2017. Dana. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2016 KEMEN-KUKM. Anggaran. Dekonsentrasi. Pelaksanaan. Pedoman. Tahun 2016 PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 /PER/M.KUKM/XII/2015
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI
RANCANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JalanAmpera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.168, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Pemanfaatan. Dana Alokasi Khusus. TA 2013. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN
Lebih terperinci2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.764, 2017 BNPP. Pelimpahan sebagian Urusan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN
Lebih terperinciTENTANG RAKYAT, tentang. Pembantuan, sebagian. Kementeriann. urusan. b. bahwa. Pemerintah. d dalam Menteri. Peraturan. Pelimpahan.
MENTERI NEGARA PERUMAHANN RAKYATAT REPUBLIK INDONESIAA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 01 TAHUN 20111 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2011 MELALUI
Lebih terperinci2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.236, 2015 KEMENKOP-UKM. Pedoman. Kegiatan. Anggaran Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR/PER/M.KUKM/II/2015
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN
Lebih terperinci2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1849, 2016 KEMEN-DPDTT. Pelimpahan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
9PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.99/MENLHK/SETJEN/SET.1/12/2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2015 KEMENDESA-PDT-Trans. Urusan Pemerintahan. Ditjen Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. TA 2015. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN
Lebih terperinciBADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN DAN PENUGASAN PENGELOLAAN PERBATASAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 08 /Per/M.KUKM/XII/2010 TENTANG
MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 08 /Per/M.KUKM/XII/2010 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG PELIMPAHAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA DEKONSENTRASI PROVINSI TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG
KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN
Lebih terperinciMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2011 MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.61/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2017 TENTANG PENUGASAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK KEGIATAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI
RANCANGAN SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JalanAmpera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.658, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Kegiatan. Dekonsentarasi. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN
Lebih terperinci5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinci2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem
No.933, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPP-PA. Dekonsentrasi. Penatausahaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-DAG/PER/9/
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-DAG/PER/9/201000000000000000 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG PERDAGANGAN KEPADA GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH
Lebih terperinci- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1
- 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciSEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MMMMMERNJHEDSOAHDCsiDHNsaolkiDFSidfnbshdjcb XZCnxzcxzn PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Pelimpahan Wewenang. Program Kesetaraan Gender. Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan Anak.
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG
Draft 10 vember 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.239, 2014 KEMENDAG. Dekonsentrasi. Perdagangan. Gubernur. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/M-DAG/PER/12/2013 TENTANG PELIMPAHAN
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR KEP.3/M.PPN/HK/01/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PERENCANAAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN
Lebih terperinciBAB III TUGAS POKOK DINAS Pasal 5 Dinas mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan bidang lingkungan hidup yang menjadi
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 95/Perrrentan/ar.140/12/2011 TENTANG
MI':NTI':RI PERTANIAN I
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1995, 2015 KEMENDAG. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2016. Pelimpahan. Gubernur. PERATURAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/M-DAG/PER/12/2015 TENTANG
Lebih terperinci2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1989, 2014 KEMENDAG. Pemerintahan. Dekonsentrasi. Gubernur. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/M-DAG/PER/12/2014 TENTANG PELIMPAHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT MELALUI DEKONSENTRASI
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam
No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009
Menimbang : a. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PRT/M/2009
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN STIMULUS FISKAL BIDANG PEKERJAAN UMUM UNTUK KEGIATAN YANG MENJADI KEWENANGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA
No.1531, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Dekonsentrasi. Pengendalian. Pelimpahan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar
No.1639, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Sarana Promosi Produk Ekspor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/M-DAG/PER/10/2016 TENTANG SARANA PROMOSI PRODUK EKSPOR DENGAN
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo
No.605, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Penyelenggaraan Dekonsenstrasi. TA 2017. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/M-DAG/PER/4/2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010
MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA DIREKTORAT FASILITASI DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN
Lebih terperinci2015, No Gubernur selaku wakil pemerintah ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.932, 2015 KEMENPP-PA. Urusan Pemerintah. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciParagraf 2 Kepala Sub Bagian Keuangan
BAB XXVII BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 540 Susunan organisasi Badan Lingkungan Hidup Daerah, terdiri dari: a. Kepala Badan; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Kepala
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: /78/KEP/ /2015 TENTANG
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 188.45/78/KEP/422.012/2015 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PROGRAM TUGAS PEMBANTUAN DAN DEKONSENTRASI TAHUN ANGGARAN 2015 WALIKOTA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.
13, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan
Lebih terperinciMENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 01/Permentan/KU.410/1/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 01/Permentan/KU.410/1/2009 TENTANG PELIMPAHAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA DEKONSENTRASI PROVINSI TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG PENGELOLAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN SARANA DISTRIBUSI MELALUI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN PERPUSTAKAAN NASIONAL KEPADA GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN
Lebih terperinci2015, No dalam Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1718, 2015 PERPUSNAS. Pelimpahan. Penyelenggaraan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUNANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA
Lebih terperinci