BAB II TELAAH PUSTAKA. bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TELAAH PUSTAKA. bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan"

Transkripsi

1 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan di gunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Salah satu sumber penerimaan negara yang paling potensial untuk membiayai pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak. Sehingga sangat diperlukan adanya pemahaman akan pengertian pajak oleh masyarakat untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan taat dan patuh. Banyak ahli dalam bidang perpajakan yang mengemukakan pengertian atau definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun pada dasarnya berbagai definisi tersebut mempunyai inti dan tujuan yang sama. Definisi pajak tersebut antara lain adalah sebagai berikut : Menurut Adriani dalam buku perpajakan Waluyo (2009), Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkannya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasikembali. Yang langsung dapat ditunjuk, dan yang digunakan untuk 8

2 9 membiayai pengeluaran - pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelengarakan pemerintahan. Menurut Soemitro dalam buku Waluyo (2009), Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut: 1. Pajak dipungut berdasarkan undang undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksa. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individu oleh pemerintah. 3. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran pengeluaran pemerintah, yaitu bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. 4. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur. Menurut Prof. Dr. Rochmat soemitro,sh, yang dikutip oleh Mardiasmo(2011) pengertian pajak sebagai berikut : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan timbal balik (kontrapretasi) yang langsung dapat di tunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Yang di maksud dengan kata dapat dipaksakan adalah bila utang pajak tidak dibayar, maka utang tersebut dapat ditagih dengan menggunakan kekuatan seperti surat paksa dan sita serta adanya penyanderaan.

3 10 Dari definisi tersebut, dapat disumpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur yang melekat pada pemgertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat soemitro,sh, yang dikutip oleh Mardiasmo(2011) yaitu: 1. Iuran dari rakyat kepada negara yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang). 2. Berdasarkan undang-undang pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas Fungsi pajak dan Jenis Pajak Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, Waluyo (2009) menjelaskan terdapat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut : 1. Fungsi Budgeter (Sumber Keuangan Negara /Fungsi Penerimaan Negara) Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak

4 11 melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan lain-lain. 2. Fungsi Reguler (Fungsi Mengatur) Pajak selain berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan dana dari masyarakat, juga berfungsi untuk mengatur. Dalam hal ini, pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Contoh : dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras. Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya. 1. Menurut Golongannya Menurut golongannya, pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung. a. Pajak Langsung Adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan. b. Pajak Tidak Langsung Adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak

5 12 langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. 2. Menurut Sifatnya Menurut sifatnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Pajak Subjektif dan Pajak Objektif. a. Pajak Subjektif Adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh: Pajak Penghasilan. b. Pajak Objektif Adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak ) maupun tempat tinggal. Contoh : pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan. 3. Menurut lembaga pemungutnya Menurut lembaga pemungutnya, pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu Pajak Negara (Pajak Pusat) dan Pajak Daerah. a. Pajak negara (Pajak pusat) Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh :

6 13 Pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan. b. Pajak daerah Adalah pajak yang dipungkut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing masing Syarat Pemungutan pajak Seperti yang dikutip dalam buku Mardiasmo (2011), agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan) sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundangundangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta di sesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan banding kepada majelis pertimbangan pajak. 2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis) Di indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik dari negara maupun warganya.

7 14 3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis). Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat. 4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansii). Sesuai fungsi budgetair,biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. 5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana, sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru Teori Pemungutan Pajak Terdapat beberapa teori menurut Mardiasmo(2011) yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak yaitu: 1. Teori Asuransi Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diberatkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut. 2. Teori Kepentingan

8 15 Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar 3. Teori Daya Pikul Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan dua pendekatan yaitu: a. Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. b. Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi. 4. Teori Bakti Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayarab pajak adalah suatu kewajiban. 5. Teori Asas Daya Beli Memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat Asas Asas Pemungutan Pajak Menurut Waluyo (2009) untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya,

9 16 sehingga terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Menurut Adam Smith dalam buku An Inquiri into the Nature and Cause of the Wealth of Nations menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada asas-asas berikut: 1. Equality adalah pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan manfaat yang diterima 2. Certainty adalah penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenangwenang. Oleh karena itu wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran. 3. Convenience adalah kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaliknya sesuai dengan saat yang tidak menyulitkan wajib pajak. 4. Economy adalah secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminmum mungkin, demikian pula beban yang ditanggung wajib pajak Sistem Pemungutan Pajak Menurut Waluyo (2009), dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu: official assessment system, self assessment system, dan withholding system.

10 17 1. Official Assessment System Adalah Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assessment System adalah sebagai berikut : a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus b. Wajib Pajak bersifat pasif. c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2. Self Assessment System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar 3. Withholding System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak Pajak Penghasilan Sejak tahun 1984 pajak penghasilan dipungut berdsarkan undang undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh). Dalam sejarah

11 18 perkembangannya, Undang-undang Pajak Penghasilan ini dilakukan perubahan pada tahun 1990 (Undang-undang No. 7 Tahun 1991), tahun 1994 (Undangundang No. 10 Tahun 1994), tahun 2000 (Undang-undang No. 17 Tahun 2000) dan yang terakhir dilakukan perubahan pada tahun 2008 (Undang-undang No. 36 Tahun 2008) yang digunakan sebagai Dasar Hukum Pemungutan Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak (akuntansi pajak, Gunadi 2011) Perhitungan Pajak Penghasilan Tangguhan (PSAK 46) Pajak penghasilan tangguhan dapat dihitung dengan cara mengalihkan beda waktu yang terjadi dengan tarif pajak yang berlaku pada saat aktiva dipulihkan atau kewajiban dilunasi. Aset pajak tangguhan terjadi apabilan perbedaan waktu menyebabkan koreksi positif, maka berakibat pada beban pajak menurut akuntansi komersial lebih kecil dibanding beban pajak menurut undang-undang. Biasa tarif pajak yang digunakan adalah tarif tunggal yaitu 25%, walaupun tarif sebenarnya dilihat dari jenis badan hukum dan omsetnya pada saat pelaksanaannya tarif rata-rata pajak penghasilan sesuai pasal 17 UU pajak penghasilan tahun 2009 sebesar 28%. Apabila pada tahun yang bersangkutan terjadi rugi fiskal, maka pajak penghasilan tangguhan dapat dihitung dengan cara yanag sama, yaitu tarif efektif rata-rata, jika untuk tahun 2010 wajib pajak badan diasumsikan sebesar 25%, maka 25% dikalikan dengan saldo rugi yang terjadi (akuntansi pajak, Gunadi 2011).

12 19 Ilustrasi Perhitungan koreksi negatif yang dapat memperkecil laba fiskal tersebut adalah sebagai berikut : Laba akuntansi Koreksi fiskal - penyusutan akuntansi penyusutan fiskal ( ) Laba Fiskal Pembulatan Perhitungan Pajak Penghasilan Keterangan Akuntansi Fiskal Laba PPh Terutang 10 % x % x % x % x Jumlah PPh

13 20 Taksiran Pajak Penghasilan Beban Pajak Kini Beban Pajak Tangguhan Jumlah Beban Pajak Jurnal akuntansinya sebagai berikut : Beban Pajak Kini Beban Pajak Tangguhan Hutang PPh 25/ Kewajiban Pajak Tangguhan Beda Waktu / Sementara Beda waktu / sementara adalah perbedaan yang mengakibatkan karena bedanya saat pengakuan (waktu pengakuan) baik itu terhadap pendapat maupun beban (pendapatan/beban tangguhan), juga akibat perbedaan beban penyusutan dimana pihak Ditjend pajak menggunakan metode garis lurus (Straight line method) sementara perusahaan mungkin menggukan metode penyusutan lainnya, yang oleh karenannya mengakibatkan adanya perbedaan alokasi beban penyusutan. Perkiraan umur ekonomis atas aktiva tetap juga turut memberikan kontribusi atas perbedaan tersebut. Dengan kata lain perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal. Dalam akuntansi

14 21 perpajakkan ini disebut dengan beda waktu (Time Difference) (akuntansi pajak, Gunadi 2011) Beda Tetap Beda tetap tetap dapat dilihat dari berbagai sudut pandang seperti: 1. bagi perusahaan : semua pemasukan adalah pendapatn yang akan menambah laba kena pajak, dan semua pengeluaran adalah beban yang akan mengurangi laba kena pajak. 2. Bagi derektorat jendral pajak : tidak semua pemasukan adalah faktor penambahan laba kena pajak, ada beberapa jenis pendapatan yang bukan merupakan faktor penambahan laba kena pajak karena pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak yang bersifat final, dan tidak semua pengeluaran adalah faktor pengurang laba kena pajak karena ada beberapa jenis pengeluaran yang sesungguhnya bukan merupakan bagian dari kegiatan perusahaan (sumbangan, entertain tanpa daftar normatif). Didalam akuntansi perpajakan perbedaan ini disebut dengan beda tetap (Permanent Difference) (akuntansi pajak, Gunadi 2011) Pajak Tangguhan Definisi Pajak Tangguhan Pajak tangguhan adalah pajak yang di tangguhkan alias ditunda, sebagai antisipasi terhadap konsekwensi utang pajak penghasilan, baik yang timbul dimasa kini maupun dimasa depan. Didalam definisi pajak tangguhan juga

15 22 akan dijelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan adanya pajak tangguhan meliputi : 1. Adanya beban pajak tangguhan dan pendapat pajak tangguhan yaitu beban PPh terdiri atas beban pajak terkini (current tax) merupakan jumlah PPh terutang atas penghasilan kena pajak pada suatu periode. Pajak penghasilan diperlakukan sebagai biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu, pajak penghasilah harus dia asosiasikan dengan laba dimana pajak penghasilan tersebut dikenakan atau diperhitungkan. Proses untuk mengasosiasikan pajak penghasilan dengan laba dimana pajak itu dikenakan yang disebut dengan alokasi pajak. Beban pajak tangguhan akan menimbulkan kewajiban pajak tangguhan sedangkan pendapat pajak tangguhan dapat mengakibatkan aset pajak tangguhan. 2. Adanya aset pajak tangguhan yaitu aset pajak tangguhan akan timbul adanya beda waktu yang menyebabkan terjadinya koreksi positif sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil dari pada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Aset pajak tangguhan itu sendiri adalah jumlah PPh akan terpulihkan pada periode yang akan datang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kopensasi kerugian. 3. Adanya kewajiban pajak tanguhan yaitu kewajiban pajak tangguhan yang timbul adanya perbedaan waktu yang menyebabkan terjadinya koreksi negative, sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih besar dari pada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Kewajiban pajak tangguhan itu

16 23 sendiri adalah jumlah PPh yang terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak Pengakuhan Pajak Tangguhan Pengakuhan pajak tangguhan adalah pajak yang ditangguhkan hanya pajak penghasilan (PPh), baik penghasilan atas operasional didalam maupun diluar negeri. Ada 2 faktor penyebab yang mengakibatkan timbulnya pengakuhan pajak tangguhan, yaitu : 1. Karena adanya pengakuhan laba kena pajak (laba fiskal) yang untuk sementara lebih kecil dibandingkan laba sebelum pajak (laba komersial) di masa kini sudah pasti akan mengakibatkan timbulnya utang pajak penghasilan dimasa depan. Selisih inilah yang diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan (Deferred Tax Liability). 2. Karena adanya pengakuhan laba fiskal yang untuk sementara lebih besar dibandingkan laba komersial dimasa kini yang nantinya bisa menjadi faktor pengurang utang pajak dimasa depan. Selisih inilah yang diakui sebagai aset pajak tangguhan (Deferred Tax Asset) Pencatatan Pajak Tangguhan Pengakuhan aset dan kewajiban dilakukan terhadap rugi fiscal yang masih dapat dikompensasikan dan beda waktu antara laporang keuangan komersial dengan laporan keuangan fiscal yang dikenakan pajak, dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. Karena tarif pajak penghasilan berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka diperlukan suatu metode alokasi agar di peroleh kepastian dan

17 24 perlakuan yang konsisten terhadap pajak penghasilan tersebut beserta penyajian dalam laporan keuangan. Dalam aplikasinya tarif pajak maksimum PPh 30% digunakan karena alasan kepraktisan. Dalam pencatatannya adalah sebagai berikut : 1. Jurnal untuk mencatat timbulnya aset pajak tangguhan adalah Keterangan Debit Kredit Aset pajak tangguhan Pendapatan pajak tangguhan XXXX XXXX 2. Jurnal untuk mencatat timbulnya kewajiban pajak tangguhan adalah Keterangan Debit Kredit Beban pajak tangguhan XXXX Kewajiban pajak tangguhan XXXX Penyajian Pajak Tangguhan 1. Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan kewajiban lainnya di dalam neraca. 2. Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini dan kewajiban pajak kini. 3. Aset dan kewajiban pajak tanguhan tidak boleh disajikan sebagai aset atau kewajiban lancar. 4. Aset pajak kini harus dikompensasikan dengan kewajiban pajak kini dan jumlah netonya di sajikan didalam neraca.

18 25 5. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal harus di sajikan tersendiri didalam laporan laba rugi. 6. Aset pajak tangguhan disajikan terpisah dengan akun tagihan restitusi PPh dan kewajiban tangguhan juga disajikan terpisah dengan utang PPh PPh final meliputi : a. Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan PPh final berbeda dari dasar penggenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut tidak boleh diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan. b. Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final beban pajak diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan. c. Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai pajak dibayar dimuka dan utang pajak. d. Akun PPh final di bayar di muka harus disajikan terpisah dari PPh final yang masih harus dibayar. 8. Perlakuan akuntansi untuk hal khusus meliputi : a. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dalam surat ketetapan pajak harus di bebankan terhadap pendapatan atau beban lain-lain pada laporan laba rugi periode berjalan.

19 26 b. Apabila diajukan keberatan atau banding pembebannya ditangguhkan. c. Apabila terdapat kesalahan mendasar, perlakuan akuntansinya mengacu pada PSAK 25 tentang laba atau rugi bersih untuk periode berjalan, kesalahan mendasar, dan perubahan kebijakan akuntansi. Ilustrasi penyajian pajak tangguhan dalam laporan keuangan Laba sebelum PPh XXXX PPh : Pajak kini XXXX Pajak tangguhan XXXX + Total (XXXX) - Laba setelah PPh XXXX Laba Definisi Laba Munawir (2010) Salah satu sasaran penting bagi organisasi yang berorientasi pada profit (keuntungan) akan menghasilkan laba. Oleh karena itu jumlah laba yang dihasilkan dapat dipakai sebagai salah satu alat ukur efektivitas perusahaan karena laba merupakan keuntungan yang diterima oleh perusahaan, karena perusahaan telah melakukan mengorbanan untuk kepentingan pihak lain.

20 27 Pengertian laba menurut Kasmir (2010) adalah laba sebagai suatu nilai prestasi seluruh karyawan dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk angka keuangan yaitu selisih positif antara pendapatan dikurangi beban. Dari pengertian diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa laba merupakan suatu kelebihan pendapat atau keuntungan yang layak diterima oleh perusahaan yang bersangkutan setelang melakukan pengorbanan untuk pihak lain Jenis Jenis Laba Menurut Kasmir (2010) mengemukakan bahwa jenis jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba yaitu, 1. Laba kotor Adalah perbedaan antara pendatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan. 2. Laba dari operasi Adalah selisih antara laba kotor dengan total beban bersih. 3. Laba bersih Adalah angka terakhir dalam perhitungan laba / rugi dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain lain dikurangi dengan beban lain lain Pengklasifikasi Laba Laba yang didapat olrh perusahaan berbeda beda sesuai dengan urutan dan jenisnya. Untuk memudahkan perusahaan dalam menentukan laba apakah

21 28 yang dihasilkan oleh perusahaannya. Laba yang akan dicapai oleh perusahaannya tersebut akan digolongkan terlebih dahulu, dikaitkan dengan penetapan pengukuran laba menurut Munawir (2010) adalah sebagai berikut : 1. Laba kotor atas penjualan Merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan. Laba ini dinamakan laba kotor dari hasil penjualan bersih belum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu. 2. Laba bersih operasi perusahaan. Yaitu laba kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, dan biaya administrasi dan umum. 3. Laba bersih sebelum potongan pajak Merupakan pendapatan perusahaan secara keseluruhan sebelum potongan pajak perseroan, yaitu perolehan apabila laba operasi dikurangi atau ditambah dengan selisih pendapatan dan biaya lain lainnya. 4. Laba kotor setelah dikurangi potongan pajak. Yaitu laba bersih setelah ditambah pendatanan dan dikurangi pajak perseroan Laba Sebagai Ukuran Efisiensi Laba sebagai ukuran efisiensi sering sekali digunakan para investor untuk membentuk kembali atas investasi. Laba dapat mempresentasi kinerja efisiensi

22 29 karena laba akan membentuk ROI, ROA dan ROL sebagai pengukur efisiensi. Sebagai konfirmasi harapan investor. Perekayasaan pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan bahwa harapan harapan investor atau pemakai lainnya dimasa lalu tentang kinerja perusahaan memang terrealisasi, sehingga laba dapat diinterprestasi sebagai sarana untuk mengkonfirmasi harapan harapan tersebut. Sebagai pengukur kinerja, laba dapat diinterprestasi sebagai pengukur keefisienan (efisiensi) bila dihubungkan dengan tingkat investasi karena efisiensi secara konseptual merupakan suatu hubungan atau indeks Laba Sebagai Alat Prediksi Didalam konsep laba akan dijelaskan tentang laba sebagai alat prediksi yaitu angka laba yang dapat memberikan informasi sebagai alat untuk menaksir dan menduga aliran kas untuk pembagian deviden, dan sebagai alat untuk menaksir kemampuan perusahaan dalam menaksir earning power dan nilai perusahan dimsa yang akan datang Pengukuran dan Pengakuan Laba Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, IAI (1994) menyebutkan bahwa, laba (income) akan diakui apabila kenaikan manfaat ekonomi dimasa mendatang yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan jumlahnya dapat diukur dengan andal.

23 30 Secara konseptual ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur laba. Pengukuran tersebut adalah pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan, dan pendekatan mempertahankan capital / kemakmuran. 1. Pendekatan Transaksi Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva / hutang (laba) terjadi hanya karena adanya transaksi baik internal maupun eksternal. Transaksi eksternal timbul karena adanya transaksi yang melibatkan perubahan aktiva / hutang dengan pihak luar perusahaan. Transaksai internal timbul dari pemakaian atau konversi aktiva dalam perusahaan. Dalam pendekatan transaksi ini banyak memiliki kebaikan misalnya : a. Komponen laba dapat di klasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya atas dasar produk / konsumen. b. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi. c. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada pada akhir periode. d. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi eksternal untuk berbagai tujuan. e. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan laporan yang lain. 2. Pendekatan Kegiatan Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba bisa timbul pada tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan

24 31 pengumpulan kas. Dalam penerapannya, pendekatan ini merupakan pendekatan dari transaksi sebagai dasar pengukuran. Dalam pendekatan kegiatan ini banyak memiliki kebaikkan misalnya : a. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenis evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan dengan laba yang berasal dari pembelian dan penjualan surat berharga yang ditunjukan pada usaha memperoleh capital gain. b. Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab perusahaan. c. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda. 3. Pendekatan Mempertahan capital / kemakmuran Atas dasar pendekatan ini, laba diukur dan diakui setelah capital awal dipertahankan. Sebelum membahas pengukuran laba atas dasar konsep mempertahankan capital / kemakmuran. Dalam konsep mempertahankan kemakmuran, capital disini dimaksudkan sebagai capikal dalam arti kekayaan bersih dalam artian luas dan dalam berbagai bentuknya. Jadi capital diartikan sebagai sekelompok kekayaan tanpa memperhatikan siapa yang memiliki kekayaan tersebut. Dari penjelasan di atas laba juga bisa didefinisikan sebagai perubahan dalam capital perusahaan diantara dua titik waktu yang berbeda (awal dan akhir), diluar perubahan karena investasi oleh pemilik dan distributor kepada pemilik, dimana capital

25 32 dinyatakan dalam bentuk nilai (value) dan didasarkan pada skala pengukuran tertentu. Dengan demikian laba dapat diukur dari selisih antara tingkat kemakmuran pada akhir periode dengan tingkat kemakmuran diawal periode. (Laba = total aktiva netto(akhir periode) kapital yang diinvestasikan(awal periode)). Konsep pengukuran laba ini disebut dengan konsep mempertahankan capital / kemakmuran. Kapital yang digunakan dalam konsep ini adalah capital netto / aktiva netto. Kapital dinyatakan dalam bentuk nilai ekonomi pada skala pengukuran tertentu. Pengukuran terhadap kapital sangat dipengarui oleh nilai(unit pengurkuran), jenis kapital dan skala pengukuran. Dari ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan perbedaan besarnya laba yang diperoleh Peranan Laba Dalam Perusahaan Peranan laba didalam perusahaan menurut Rysangreeny (2008) yaitu : 1. Laba adalah efisiensi usaha setiapa perusahaan sekaligus merupakan kekuatan pokok agar perusahaan dapat tetap bertahan untuk jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. 2. Laba adalah balas jasa atas dana yang yang telah ditanam oleh perusahaan. 3. Laba merupakan salah satu sumber dana usaha perusahaan. 4. Laba merupakan sumber dana jaminan surat para karyawan. 5. Laba merupakan daya tarik bagi pihak ketiga yang ingin menanamkan dananya

26 Faktor - Faktor Yang Mempengarui Pertumbuhan Laba Didalam memperoleh laba diharapkan perusahaan perlu melakukan suatu pertimbangan khusus dalam memperhitungkan laba yang akan diharapkan. 1. Biaya Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. 2. Harga jual Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan. 3. Volume penjualan dan produksi Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap valume produksi produk atau jasa tersebut. Selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya produksi Analisis Pertumbuhan Laba Suatu analisi yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba dari periode kesatu periode, serta sebab sebab berubahnya laba tersebut anatara dua atau lebih periode. Selanjutnya dengan diketahui penyebabnya, dapat digunakan untuk memutuskan kebijkkan kedepan yang berkaitan dengan laba tersebut. Untuk melakukan analisis laba, dapat diperlukan berbagai data perusahaan. Adapun data yanag dibutuhkan untuk melakukan analisis laba adalah :

27 34 1. Target yang telah ditetapkan. 2. Pencapaian hasil laba pada periode tersebut. 3. Laba pada beberapa periode sebelumnya. Target yang telah ditetapkan adalah jumlah angka atau persentase laba yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya. Target ini ditentukan sebelum perusahaan menjalankan aktivitasnya, misalnya target laba bersih yang saya inginkan adalah 1 milyar atau 25% dari penjualan. Pencapaian hasil laba pada periode tersebut artinya laba aktual yang diperoleh pada periode ini. Dengan demikian, laba periode ini, diketahui apakah sama denan angka yang telah ditargetkan sebelumnya. Laba pada beberapa periode sebelunya, merupakan perolehan laba beberapa periode yang lalu. Lebih dari satu periode kebelakang. Data laba pada beberapa periode sebelumnya sebaiknya diambil lebih dari tiga tahun.kegunaannya adalah untuk melihat trend perjalanan laba perusahaan dari periode ke periode Penelitihan Terdahulu Penelitihan mengenai pajak tangguhan telah banyak dilakukan dalam penelitihan penelitihan sebelumnya. Penelitihan penelitihan telah banyak memberikan ilmu tambahan bagi akuntan pihak perpajakan untuk mendeteksi dan mengatasi terjadinya manajemen laba. Tabel 2.1 akan menunjukkan hasil penelitihan terdahulu mengenai kemampuan pajak tangguhan dalam mendeteksi pengaruh laba.

28 35 Tabel 2.1 Penelitihan Terdahulu Peneliti Kota Judul Hasil (Tahun) Penelitihan Penelitihan Penelitihan Phillips et al Surakarta Analisis perubahan 1. Beban pajak tangguhan yang (2008) aktiva pajak dihasilkan dari selisih antara tangguhan dan aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak hutang pajak tangguhan, yang tangguhan untuk dapat digunakan untuk mendeteksi mendeteksi manajemen laba. manajemen laba 2. Penelitihan ini dapat membuktikan bahwa komponen komponen yang terkandung dalam perubahan atas aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan dapat digunakan untuk menganalisi ada tidaknya praktik manajemen laba untuk menghindari laba menurun. 1.Ampa Bali Pengaruh pajak 1. Bahwa penerapan (2011) tangguhan dan tax to perencanaan pajak yang baik 2. hadimukti book ratio terhadap dapat berhasil menghemat (2012) dan kinerja perusahaan pajak dan meningkatkan

29 36 septyana (2011) kinerja perusahaan. Perusahaan yang melakukan perencanaan pajak yang terbaik tercermin dari adanya perbedaan yang tidak terlalu besar antara laba akuntansi dengan laba fiskal. 2. Hadimukti dan septyana menyatakan besarnya perbedaan laba akuntansi dengan laba pajak (laba akuntansi > laba pajak) yang terlihat semakin besarnya pajak tangguhan bernilai positif pada perusahaan menunjukan semakin besar pula kemungkinan pihak manajemen melakukan tindakan manajem laba. Namun semakin kecil perbedaan lab akuntansi dengan laba pajak (laba akuntansi < laba pajak) yang terlihat dari semakin besarnya pajak tangguhan bernilai negatif pada perusahaan semakin rendah kemampuaan

30 37 perusahaan dalam pemperoleh laba yang mengakibatkan semakin besar pula kumungkinan perusahaan untuk default karena ketidakmampuannya membayar kewajiban jangka panjang di masa yang akan datang. Persamaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis saat ini adalah ada pada variabel bebasnya, yaitu sama- sama melakukan kewajiban pajak tangguhan yaitu timbul karena adanya perbedaan waktu sehingga akan terjadi koreksi negatif, dan melalukan aset pajak tangguhan yaitu timbul karena adanya beda waktu sehinga terjadi koreksi positif pada perusahaan. Sedangkan perbedaannya adalah ada pada variabel terikatnya yaitu menggunakan metode ROI (Return on Investment) dan peneliti mengunakan metode analisis laba perusahan 2.3. Kerangka Konseptual Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konseptual dapat digambarkan pada bagan berikut

31 38 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Perbedaan temporer Saldo Aset (kewajiban) pajak tangguhan Laporan keuangan lampiran keterangan lainnya dari CV.Surya Kencana Steel Penerapan PSAK No. 46 tentang akuntansi pajak penghasilan Data Penelitihan Standart Penelitian Penerapan PSAK no. 46 atas akuntansi pajak pengahasilan atas laporan keungan CV. Surya Kencana Steel

PENGERTIAN PAJAK FUNGSI PAJAK

PENGERTIAN PAJAK FUNGSI PAJAK PENGERTIAN PAJAK Negara sebagai suatu organisasi besar tentunya memiliki tujuan berkesinambungan, terutama terkait dengan pembangunan yang berujung pada kesejahteraan rakyatnya. Untuk itu tentu membutuhkan

Lebih terperinci

Perpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI

Perpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI Perpajakan I Modul ke: Pengantar Perpajakan Fakultas 01FEB Dra. Muti ah, M.Si Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN DAN FUNGSI PAJAK Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Pajak menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Efektivitas Efektivitas adalah ukuran dimana berhasil tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya, kegiatan operasional dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara material

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan. untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan. untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemandirian suatu bangsa, dapat diukur dari kemampuan bangsa untuk melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Salah satu sumber pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1) Perpajakan (Sesi 1) Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57 kuloaryo@gmail.com Definisi dan Unsur Perpajakan Definisi Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

Lebih terperinci

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. DEFINISI PAJAK: menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN 1 PENGERTIAN PAJAK (2) Prof. Dr. P.J.A. Adriani: Pajak adalah iuran kepada negara (yg dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

ACCOUNTING FOR INCOME TAX

ACCOUNTING FOR INCOME TAX ACCOUNTING FOR INCOME TAX PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi KELOMPOK 4 Putri Nurfidina C11149014 Dwi Apriani C11149016 Pahlawanita Salsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktik di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi a. Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri Dengan adanya perkembangan dalam masyarakat, sifat upeti (pemberian) yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email : suhirmanmadjid@ymail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Konsep Pajak II.1.1 Pengertian, Unsur dan Fungsi Pajak Pada dewasa ini perusahaan membutuhkan laporan operasional dan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Dalam hal ini, sumber

Lebih terperinci

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. 1 Pengertian Pajak (1) Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Cabang Tanjung Priok)

ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Cabang Tanjung Priok) ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok) RIZKI WULANDARI Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia memiliki tujuan Pembangunan Nasional yaitu terciptanya suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB III. 2. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. dalam buku Resmi (2013) yaitu:

BAB III. 2. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. dalam buku Resmi (2013) yaitu: BAB III TINJAUAN TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) PADA PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK CANDISARI 3.1. Tinjauan Perpajakan 3.1.1 Pengertian

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. 3.1 Teori Tentang Pajak 3.1.1 Definisi Pajak Secara umum pajak dapat diartikan

Lebih terperinci

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi Apakah pajak itu? Kenapa pajak timbul dalam masyarakat? Apakah peranan pajak bagi negara? Iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi merupakan teori yang mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia memiliki tujuan pembangunan Nasional yaitu terciptanya suatu masyarakat

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA DASAR DASAR PERPAJAKAN ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA 085274738886 arumega_zarefar@yahoo.co.id PENGERTIAN PAJAK Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2006:1) definisi pajak dalam buku perpajakan edisi revisi, pajak adalah : Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

Modul ke: Pengantar Perpajakan. 01Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Yusar Sagara, SE.,M.Si.,Ak.,CA. Program Studi Manajemen

Modul ke: Pengantar Perpajakan. 01Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Yusar Sagara, SE.,M.Si.,Ak.,CA. Program Studi Manajemen Modul ke: 01Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Pengantar Perpajakan Yusar Sagara, SE.,M.Si.,Ak.,CA Program Studi Manajemen Agenda 1. 2. 3. 4. Pajak dalam LK Konsep Umum Pajak Regulasi Pajak Pajak dalam Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak yang didefenisikan oleh Rochmat Soemitro adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Umum Tentang Pajak II.1.1 Definisi Pajak Salah satu sumber penerimaan negara yang paling potensial untuk membiayai pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Definisi Pajak Secara Umum Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK 1 TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK Tujuan Instruksional : A. Umum Mahasiswa diharapkan mendapatkan pemahaman tentang tinjauan umum hukum pajak di Indonesia. B. Khusus o Mahasiswa mengetahui sejarah perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk menjalankan pemerintahan. Pemungutan pajak sudah lama ada, dari adanya upeti wajib kepada

Lebih terperinci

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Dasar-dasar Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Definisi Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sesuai dengan yang kita ketahui bahwa penerimaan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sesuai dengan yang kita ketahui bahwa penerimaan negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan yang kita ketahui bahwa penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran bagi negara yang cukup besar adalah dari penerimaan sektor Pajak. Tidak bisa dipungkiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Beberapa ahli dalam bidang perpajakan memberikan definisi yang berbeda mengenai pajak. Namun demikian, definisi tersebut pada dasarnya memiliki tujuan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Definisi Pajak berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, sebagai berikut 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Susunan Dalam Satu Naskah Udang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 11 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin sulit diharapkan. Hal ini berarti bahwa semua pembelanjaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin sulit diharapkan. Hal ini berarti bahwa semua pembelanjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasukan penerimaan dari sektor pajak cukup berarti bagi pendapatan pemerintah. Ini tercermin dari pembiayaan belanja negara yang semakin lama semakin bertambah besar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LandasanTeori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah di ubah terakhir dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Laba Rugi Komersial Dalam Penentuan PPh Terhutang Pada PT. Mutiara Intrareksa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN MATERI PERPAJAKAN MATERI PERPAJAKAN... i PENGERTIAN DAN DEFINISI... 1 CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK... 1 ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN... 1 SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK... 4 i PENGERTIAN DAN DEFINISI

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Perpajakan A. Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : 1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahan, peran pajak semakin terlihat jelas

BAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahan, peran pajak semakin terlihat jelas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang berdaulat, sehingga dalam memberi kepastian hukum dan jaminan pada warga negaranya dibuatlah berbagai peraturan undang-undang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran Negara sekaligus membiayai keperluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN Materi: DASAR-DASAR PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau afifudin_aftariz@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945), pasal

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945), pasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemungutan pajak di Indonesia diatur dalam Konstitusi Negara, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945), pasal 23A menegaskan bahwa, pajak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munawir Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munawir Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Menurut Rocmat Soemitro seperti yang dikutip Munawir Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piutang Banyak perusahaan menjual produknya secara kredit agar dapat meningkatkan volume penjualannya, sehingga penerimaan kas pun akan lebih meningkat. Penjualan kredit tidak

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA OLEH: Yulazri M.Ak. CPA 1 1. Mengapa Mahasiswa mempelajari mata kuliah Auditing??. Mengapa harus mengambil jurusan akuntansi, espektasi apa yang diharap Materi pokok yang dipelajari pada jurusan akuntansi

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN A. Nomor Topik : 01 B. Judul : Dasar Dasar Perpajakan C. Jam/Minggu : 4 jam D. Tujuan : Memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar mahasiswa mengetahui pengertianpengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang berdaulat. Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang berdaulat. Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat merupakan tanggung jawab Negara yang berdaulat. Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan Negara tidak dapat dilaksanakan. Diantara sekian

Lebih terperinci

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pajak Menurut UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Hukum pajak disebut juga hukum fiskal yaitu keseluruhan dari peraturanperaturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesiambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) Maupun keuntungan ( gain ). Definisi penghasilan

Lebih terperinci

BAB I. atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu

BAB I. atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat sehingga dapat memberikan informasi atau gambaran suatu keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN. Pengantar Pajak

PENGANTAR PERPAJAKAN. Pengantar Pajak PENGANTAR PERPAJAKAN Pengantar DEFINISI PERPAJAKAN adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011): 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011): Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) Kita telah memasuki masa milenium dan akan memasuki perdagangan bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah satu ciri dari negara yang sedang berkembang adalah adanya pengeluaran dari kas negara yang besar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Pengertian Pajak Banyak definisi atau batasan yang telah dikemukakan oleh pakar yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN DEFINISI PAJAK Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap akhir tahun perusahaan akan membuat laporan keuangan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak khususnya para pemakai laporan keuangan yang berguna

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak 2.1.1. Pengertian Pajak Banyak para ahli perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi dari setiap pengertian mempunyai tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Pajak Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah pemasukan. Warga masyarakat yang memiliki NPWP, yang memiliki kendaraan, yang memiliki usaha wajib

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

Pengantar Perpajakan MINGGU 1

Pengantar Perpajakan MINGGU 1 Pengantar Perpajakan MINGGU 1 Romawi Kuno, 167 SM TRIBUTUM Inggris, 1799 secara eksplisit diatur dalam uu sbg income tax AS, di New Plymouth, 1643, Massachusetts 1646, uu pajak federal 1861 Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak 2.1.1 Menurut Para Ahli a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

Lebih terperinci

FUNGSI PAJAK. 2.Fungsi Mengatur Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan berbagai kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

FUNGSI PAJAK. 2.Fungsi Mengatur Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan berbagai kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Perpajakan Modul ke: Fakultas 01FEB Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisis definisi pajak, pungutan lain, fungsi pajak, dasar teori pemungutan pajak, kedudukan hukum pajak, hukum pajak materiil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak memberikan kontribusi terbesar dalam sumber penerimaan negara, salah satunya berupa APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara). Atas kontribusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Modul ke: PERPAJAKAN I PENGANTAR PERPAJAKAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Pajak menyumbang sebagian besar belanja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh pemerintah kepada rakyat yang sifatnya dipaksakan, tanpa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung. 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggumpulkan sejumlah data untuk mendapatkan gambaran fakta fakta yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggumpulkan sejumlah data untuk mendapatkan gambaran fakta fakta yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, karena dalam penelitihan ini menggunakan data yang berupa angka dari laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci