PERMASALAHAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATA KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR
|
|
- Hamdani Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERMASALAHAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATA KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR Tri H. Karyono Kuliah Terbuka, Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, 27 Maret Perbedaan mencolok antara tindak laku warga dunia ketiga dengan dunia pertama adalah tingkat kedisiplinan dan kepatuhan mantaati aturan. Di negara maju, pendidikan formal merupakan cara untuk meningkatkan pengetahuan dan keakhlian sesorang, sementara di negara dunia ketiga pendidikan formal masih merupakan alur untuk mendapatkan ijazah. Ijazah merupakan benda sakti bagi seseorang untuk menapak karir ke atas karena aturan dalam pemerintahan dan masyarakat masih sangat mengagungkan ijazah sebagai alat ukur kepandaian dan bukan kemampuan nyata yang dimiliki seseorang. Hal ini berimbas kepada dunia pendidikan. Ada kecenderungan dari sebagian masyarakat dunia ketiga seperti Indonesia untuk mendapatkan ijazah secara mudah tanpa perlu meningkatkan pengetahuan dan keakhliannya dalam bidang tertentu. Sayangnya hal ini direspons oleh pihak tertentu dengan menyelenggarakan bisnis pendidikan yang menawarkan kemudahaan mendaptakan ijazah. Sumber: Tri H. Karyono Gambar Ruang Studio Gambar di Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Khairun Ternate, Ternate. Dalam bidang pendidikan yang terkait langsung dengan dunia praktis seperti Arsitektur, hal ini tentunya akan mudah terdeteksi. Lulusan dari pendidikan arsitektur harus mampu menangani pekerjaan-pekerjaan praktis terkait dengan perancangan bangunan dan kawasan. 1
2 Dengan demikian menjadi mudah bagi masyarakat untuk mengukur kemampuan lulusan tersebut ketika ia diberi tugas nyata terkait dengan bidang ilmunya. Pembelajaran Perancangan Arsitektur Ada persoalan yang dihadapi para pengajar mata kuliah yang berbau seni seperti halnya Perancangan Arsitektur. Seni bersifat kualitatif dan cenderung dinilai secara subjektif. Lalu bagaimana pengajar mata kuliah Perancangan yang mengandung nilai seni memperkenalkan nilai yang bersifat kualitatif terhadap murid baru dengan latar belakang pendidikan SMU-IPA, yang cenderung berfikir terukur-kuantitatif. Menurut Vitruvius, ada tiga elemen yang membentuk arsitektur: utility (kegunaan, fungsi), firmness (kekuatan-kekokohan), beauty (estetika, keindahan). Sedangkan Sir Henry Wotten (1624) memperkenalkan kata commoditie sebagai pengganti utility yang memiliki pengertian kurang lebih sama dengan apa yang dilontarkan Vitruvius. Dari ketiga aspek yang harus dipenuhi oleh desain arsitektur di atas, firmness merupakan aspek yang paling terukur secara kuantitatif. Bagaimana suatu bangunan atau struktur dapat berdiri secara kokoh dan kaku dapat dijelaskan melalui ilmu statika gaya (mekanika teknik) secara matematis. Aspek utility, kegunaan, sebagian besar dapat dijelaskan secara kuantitatif sementara sebagian lain lebih bersifat kualitatif. Bahwa ukuran tubuh manusia dapat dinyatakan secara angka melalui ilmu antropometri, demikian juga dimensi perabot atau alat yang diperlukan untuk membantu aktifitas manusia, namun dimensi suatu ruang tidak selalu dapat dinyatakan secara tepat melalui perhitungan matematis-kuantitatif. Mengapa ruang direktur jauh lebih besar dari ruang staf seringkali lebih mudah dijelaskan melalui penalaran yang tidak matematis, misalnya penalaran simbolik, di mana ruang yang besar akan memberikan wibawa yang lebih besar dari ruang yang kecil, dan bukan dijelaskan bahwa karena berkas yang disimpan lebih banyak di ruang direktur daripada di ruang staf sehingga memerlukan space yang lebih besar. Sementara itu aspek yang terakhir, yakni beauty, estetika, hampir seluruhnya hanya dapat dijelaskan secara kualitatif - tidak terukur dengan angka. Dalam aspek inilah hal-hal seperti: skala, proporsi, ritme, kesatuan, keseimbangan, aksentuasi, sequence, hirarki, dijelaskan pada mahasiswa, dan ini tidak terlalu mudah untuk dapat dipahami dalam waktu yang singkat antara satu atau dua semester saja. Menggambar sebagai Media Perwakilan Dalam mata kuliah perancangan arsitektur, sebagaimana judulnya adalah perancangan atau desain, mahasiswa perlu disadarkan bahwa gambar atau maket yang mereka buat sebagai bagian dari tugas mata kuliah tersebut bukanlah merupakan produk (karya) akhir. Tidak seperti halnya pelukis atau mahasiswa jurusan seni lukis yang membuat gambar atau lukisan di atas kertas atau kanvas, atau pematung (juga mahasiswa jurusan seni patung) yang menghasilkan 2
3 karya tiga dimensi, di mana apa yang mereka kerjakan adalah merupakan karya (produk) akhir dari pekerjaannya. Mahasiswa arsitektur hanya membuat media perwakilan yang dianggap dapat memvisualisasikan atau mewakili produk akhir yang sesungguhnya. Mahasiswa arsitektur tidak pernah diminta untuk membuat bangunan utuh skala 1:1 sebagai tugas mata kuliah perancangan arsitektur, sedangkan mahasiswa seni rupa sebagaian besar akan mendapat tugas hingga produk akhir, bukan sekadar perwakilan dari produk akhir. Sumber: Tri H. Karyono Gambar Ruang Studio Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur, Universitas Palangka Raya.Kalimantan Tengah Karena mahasiswa arsitektur hanya akan membuat media perwakilan dari produk akhir yang berupa bangunan, beserta ruang di sekitarnya, diperlukan suatu ketrampilan dari mahasiswa tersebut untuk mempresentasikan idenya secara visual - grafis apa-apa yang ingin dicapai, dibuat atau dirancang melalui media antara yang berupa gambar - dua dimensi atau model - maket tiga dimensi. Menggambar dengan tangan atau komputer serta membuat maket merupakan ketrampilan yang perlu dikuasai oleh mahasiswa arsitektur guna dapat menjelaskan pemikirannya terhadap rancangan bangunan yang mereka kehendaki. Gambar dan maket merupakan bahasa untuk menyampaikan pemikiran bagi mahasiswa arsitektur, serta bagi mahasiswa jurusan desain lainnya. Mengapa mahasiswa arsitektur tidak pernah membuat rancangan hingga selesai sampai produk akhir berupa bangunan, sebagaimana katakanlah mahasiswa jurusan desain produk atau desain grafis yang memiliki peluang mengekspersikan idenya hingga produk akhir? Jawabannya sederhana, karena dimensi fisik dari produk akhir tersebut yang berbeda. Karya arsitektur cenderung berdimensi besar, sehingga untuk mewujudkan dalam skala 1:1 diperlukan beaya, waktu dan tenaga yang hampir tidak mungkin diwujudkan dalam masa studi. Sementara 3
4 karya mahasiswa desain produk, yang berdimensi kecil: termos, kipas angin, alat-alat dapur, alat kantor,dan lainnya, akan lebih mudah diwujudkan, meskipun baru dalam studi sekalipun. Akibat dari kesulitan untuk mempresentasikan ide menjadi produk akhir berupa bangunan dalam skala satu-satu, karya mahsiswa arsitektur berupa gambar serta maket, akan dinilai oleh pengajar dengan konsekuensi terjadinya distorsi. Apa yang dipikirkan oleh mahasiswa tidak seluruhnya dapat diwujudkan melalui gambar atau maket. Gambar atau maket yang dibuat kemungkinan akan dibaca berbeda oleh pengajar atau pemberi nilai. Keterbatasan semacam inilah yang perlu disadari oleh kedua belah pihak yakni mahasiswa sebagai penggagas karya dan pengajar sebagai evaluator - pihak yang memberikan nilai pada karya tersebut. Penekanan Perancangan: Kelemahan Ilmu Sains Bangunan Manusia membuat bangunan di antaranya adalah untuk pemenuhan aspek spatial (ruang), visual (penglihatan, termasuk estetika), audial (pendengaran) serta thermal (thermis, suhu). Dalam melakukan suatu aktifitas, misalnya duduk, mengetik, menggambar, tidur, olah raga, dan sebagainya, manusia dengan ukuran tubuhnya memerlukan ruang gerak yang dimensional, yakni yang disebut ruang (space). Sumber: Tri H. Karyono Gambar Ruang Maket Studio Arsitektur, Institut Teknologi Nasional (ITN), Malang Agar aktifitasnya dapat berjalan baik, ruang yang dipergunakan bagi pergerakan tersebut harus memiliki dimensi yang cukup atau sesuai dengan ukuran tubuh dan ruang geraknya. Apabila seorang arsitek merancang ruang tertentu bagi keperluan aktifitas tertentu, misalnya aktifitas administrasi kantor, pada awalnya ia akan melakukan tindakan guna pemenuhan kenyamanan spatial (ruang) bagi calon pengguna ruang tersebut. Kemudian, agar si pemakai 4
5 ruang dapat melihat dengan jelas apa-apa yang sedang dihadapi - dikerjakan, maka arsitek harus memikirkan intensitas cahaya yang cukup dalam ruang tersebut. Dalam hal ini arsitek melakukan tindakan pemenuhan kenyamanan visual. Si pengguna ruang tentu saja tidak dapat berkonsentrasi dengan baik apabila suara-suara gaduh dari luar ruang masuk ke dalam tempat ia bekerja. Untuk itulah arsitek perlu memikirkan bagaimana agar intensitas bunyi yang masuk ke dalam ruang dapat dibatasi hingga level tertentu yang tidak mengganggu si pemakai ruang tersebut. Meskipun seluruh aspek di atas telah dipenuhi: dimensi ruang cukup, cahaya cukup dan bunyi yang mengganggu dibatasi, si pemakai ruang belum juga dapat bekerja dengan baik karena ia selalu berpeluh akibat suhu ruang atau kelembaban yang tinggi atau aliran udara di dalam ruang yang sangat lemah. Sehingga arsitek perlu pula mempertimbangkan bagaimana agar aspek kenyamanan termal dapat dicapai dalam ruang tersebut. Aspek spatial umumnya dipelajari oleh mahasiswa pada mata kuliah studio perancangan arsitektur, sementara ketiga aspek berikutnya: visual, audial dan thermal dipelajari pada mata kuliah Sains Bangunan. Bahwa ada aspek visual lain yang cenderung tidak kuantitatif, yakni estetika, juga dipelajari mahasiswa pada mata kuliah studio perancangan arsitektur. Kelemahan pendidikan arsitektur kita adalah bahwa aspek spatial dan estetika sangat mendominasi pengajaran pada studio perancangan. Keberhasilan suatu karya arsitektur, atau tugas studio mahasiswa, cenderung hanya dilihat dari pemenuhan kedua aspek ini. Aspek visual, audial dan thermal, yang cenderung terukur dan berkaitan dengan ilmu Sains Bangunan seolah diabaikan. Maka sering terjadi bahwa mahasiswa arsitektur tidak merasa perlu untuk mempelajari Sains Bangunan karena dianggap tidak jelas kaitannya dengan ilmu perancangan arsitektur. Strategi Penanganan Studio Mata kuliah perancangan arsitektur melatih mahasiswa untuk dapat mengembangkan kemampuan merancang secara konseptual serta kemampuan mempresentasikan ide ke dalam media gambar atau maket. Dua komponen kemampuan: intelektual (kreatifitas merancang) serta ketrampilan (mempresentasikan ide melalui gambar atau maket) perlu dikuasai untuk menghasilkan rancangan yang baik. Belajar merancang dapat diidentikkan dengan belajar mengendarai sepeda roda dua. Dalam belajar mengendarai sepeda, seseorang dituntut untuk trampil menggunakan pikiran dalam kepala serta kemampuan mengendalikan otot-otot motoriknya agar keseimbangan tubuhnya tetap terjaga dan tidak jatuh. Segenap ilmu pengetahuan teoritis mengenai mekanika, pergerakan, keseimbangan, aerodinamis, dan sebagainya tidak akan ada artinya dipelajari tanpa melakukan latihan bagaimana bersepeda. Seseorang tidak mungkin mampu mengendarai sepeda hanya dengan membaca buku atau teori bagaimana bersepeda agar tidak terjatuh. Kemampuan akan diperoleh dengan cara 5
6 menjalankan atau latihan. Demikian halnya dengan penguasaan ilmu merancang arsitektur, seseorang tidak akan pernah mampu menjadi perancang hanya dengan cara membaca bukubuku perancangan. Di samping mempelajari berbagai teori, aturan, dan sebagainya, mahasiswa perlu mendapat latihan merancang secara terstruktur dan kontinyu. Kemampuan intelektual atau kreatifitasnya akan berkembang seiring dengan kemajuan ketrampilannya dalam mengekspresikan ide melalui gambar atau maket. Sumber: Tri H. Karyono Gambar Ruang Studio Tugas Akhir Arsitektur, Universitas Tarumanagara, Jakarta Ketrampilan umunya dapat dipelajari dengan melakukan latihan terus menerus secara teratur, sedangkan untuk mengembangkan kemampuan intelektual - kreatifitas diperlukan waktu untuk menghayati, merenungkan, mengintrospeksi, mengkaji kembali, dan sebagainya, di mana di dalamnya terkandung kegiatan pasif tidak mengandalkan syaraf motorik sebagaimana halnya ketrampilan atau skill membuat gambar atau maket. Dilema yang dihadapi oleh pengajar mata kuliah perancangan arsitektur adalah bagaimana membuat mahasiswa trampil namun juga kreatif. Dalam arti bagaimana mahasiswa dapat bekerja cepat, cekatan, dengan menghasilkan produk yang unik, khas, inovatif, dan tidak prototype. Dari beberapa pengalaman, ada kecenderungan seandainya mahasiswa bekerja di bawah tekanan, mereka akan terbiasa untuk menjadi disiplin dan cekatan, namun kualitas pekerjaannya dilihat dari aspek kreatifitasnya tidak menonjol. Bekerja akan menjadi suatu rutinitas-kebiasaan sehari-hari. Kecenderungan tidak takut salah karena sering melakukan secara berulang merupakan sisi positif dari cara pembelajaran semacam ini, di mana terjadi peningkatan ketrampilan atau skill mahasiswa dalam menggambar secara tidak disadari. 6
7 Meskipun dalam hal ini terdapat sisi negatif, yakni lemahnya kualitas rancangan karena tidak tersedianya waktu bagi perenungan untuk mengembangkan kreatifitas. Sebaliknya, apabila mahasiswa diberi kesempatan untuk bekerja tanpa tekanan, atau fleksibel sesuai dengan ritme kerja masing-masing, maka secara positif hal ini akan memberi peluang mereka untuk berkarya secara kreatif. Meskipun demikian cara ini juga memiliki sisi negatif, yakni bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan sekadar rata-rata atau di bawah ratarata, mereka cenderung tidak terpacu atau menjadi malas. Ketrampilan mereka cenderung akan rendah. Dengan ketrampilan yang rendah, secara otomatis kemampuan kreatif merancang-nya juga rendah. Lalu bagaimana cara atau strategi yang baik dalam mengelola mata kuliah studio perancangan dikaitkan dengan permasalahan di atas? Saya berpendapat bahwa kita perlu menerapkan dua strategi yang berbeda untuk kondisi yang berbeda. Dalam kondisi di mana potensi atau motivasi mahasiswa dalam merancang sudah baik, cara penanganan yang lunak, fleksibel, tidak ditekan atau tidak ketat, akan lebih baik, karena diperkirakan cara ini akan menghasilkan karya-karya mahasiswa yang baik dengan kreatifitas yang tinggi. Sebaliknya dalam kondisi di mana potensi atau motivasi mahasiswa terhadap perancangan lemah, maka perlu diterapkan sistem pengajaran dengan tekanan ketat, misalnya, diberlakukan jam studio satu hari penuh, tugas dipantau - atau dinilai setiap hari, absensi diberlalukan secara ketat, dan sebagainya. Kemudian cara yang ketat ini dapat dirubah menjadi sistem lunak atau fleksibel setelah diditeksi bahwa potensi atau motivasi mahasiswa dianggap sudah cukup baik untuk bekerja secara mandiri. Dengan menggunakan asumsi bahwa potensi atau motivasi mahasiswa masih lemah pada semester-semester awal, maka pada waktu-waktu tersebut, antara tiga hingga empat semester), perlu diberlakukan sistem studio secara ketat. Kemudian pada semester-semester akhir sistem studio mulai diperlunak, di mana diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan kreatifnya tanpa perlu mendapat tekanan. Penutup Dari uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Bahwa pemahaman terhadap nilai atau ukuran kualitatif yang berkaitan dengan aspek seni bagi mahasiswa baru di Jurusan Arsitektur perlu mendapat perhatian. Pemahaman ini tidak mudah, tidak dapat dihafalkan, perlu penghayatan. Pemahaman dan penghayatan ini dapat dilakukan melalui tugas-tugas yang berkaitan dengan studio perancangan arsitektur. Pendekatan atau penjelasan yang bersifat rasional, terukur, kuantitatif sedapat mungkin dikedepankan agar mudah dipahami. Hal ini terutama ditekankan pada mahasiswa baru atau yang berada pada semester awal 7
8 2. Perlu disadarkan kepada mahasiswa bahwa apa yang mereka kerjakan, berupa gambar dan maket, dalam tugas studio perancangan arsitektur hanya merupakan media perwakilan dari rancangan yang sesungguhnya, sehingga sewaktu mereka menggambar atau membuat maket, mereka harus sadar bahwa mereka menyajikan rancangan (desain) bukan lukisan. Gambar atau maket hanya merupakan media yang digunakan sebagai alat simulasi dari produk akhir yang berupa bangunan. 3. Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu Sains Bangunan yang sebetulnya memiliki peran penting dalam perancangan arsitektur, untuk sementara ini banyak diabaikan oleh mahasiswa, di berbagai sekolah Arsitektur, perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya kelemahan pemahaman mahasiswa terhadap ilmu tersebut yang dianggap tidak ada kaitannya dengan perancangan arsitektur. Perlunya penyampaian materi dalam ilmu ini yang dapat menyadarkan mahasiswa bahwa bangunan yang mereka rancang tidak saja harus indah atau baik secara estetika, namun juga harus nyaman secara visual, audial dan thermal, di mana hanya melalui pemahaman ilmu Sains Bangunan-lah sasaran ini dapat dicapai 4. Mengingat adanya perbedaan kondisi serta kemampuan yang harus dikuasai oleh mahasiswa, maka diperlukan strategi pembelajaran untuk mata kuliah perancangan arsitektur yang secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: Sistem pembelajaran dengan disiplin ketat perlu diterapkan pada mahasiswa semester awal guna melatih ketrampilan (skill) dalam mempresentasikan gambar, di samping melatih disiplin mereka agar terbiasa bekerja secara cepat dan teratur. Dalam masa ini kemampuan mengembangkan kreatifitas belum perlu ditekankan. Sistem pembelajaran (melalui studio) secara lebih fleksibel perlu diterapkan pada mahasiswa semester akhir. Hal ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengembangkan dirinya secara lebih kreatif, lebih mandiri, untuk menghasilkan rancanganrancangan yang inovatif tanpa mendapat tekanan dari pengajar atau sistem pengajaran yang diberlakukan. Sumber Bacaan Jones, J. Christoper (1972), Design Methods, John Wiley & Sons Ltd., UK. Lawson, Bryan (1990), How Designers Think: The Design Process Demystified (2nd edition), Butterworth Architecture, Oxford, UK. Rooijakkers, Ad (1988), Cara Belajar di Perguruan Tinggi: Beberapa Petunjuk Praktis, Gramedia, Jakarta Vitruvius, The Ten Books on Architecture, translated by M.H. Morgan (1960), Dover Publications, New York Wotten, Henry, Sir (1624), The Elements of Architecture, quoted from LM Roth (1994), Understanding Architecture: Its Elements, History and Meaning, Herbert Press Ltd., London 8
MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA
MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA Tri Harso Karyono Desain Arsitektur, vol. 1, April, 2000, pp.7-8. Satu di antara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi
Lebih terperinciGEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan.
GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, Desember-Januari 2007 Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan protokol termewah
Lebih terperincihttps://id.pinterest.com/pin/ /
https://id.pinterest.com/pin/460141286910090002/ Pengantar Arsitektur, tentang apa? Arsitektur tidak terlepas dari kebutuhan manusia akan wadah untuk memfasilitasi beragam aktivitasnya sehari-hari. Sejarah
Lebih terperinciMENATA KEMBALI ARAH PENDIDIKAN ARSITEKTUR DI INDONESIA
MENATA KEMBALI ARAH PENDIDIKAN ARSITEKTUR DI INDONESIA Tri Harso Karyono Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Tarumanagara E-mail: t_karyono@yahoo.com Majalah Alumni Universitas Tarumanagara, Jakarta,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan
I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan Perancangan desain produk furnitur rak buku dengan gaya pop art, furnitur yang dibuat ialah furnitur rak buku dengan menampilkan berbagai macam
Lebih terperincipendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan
Lebih terperinciTINJAUAN DKV 1. PENDAHULUAN. Taufik Murtono, M.Sn.
TINJAUAN DKV 1. PENDAHULUAN Taufik Murtono, M.Sn. Overview Istilah Desain Komunikasi Visual sering disamakan dengan istilah Desain Grafis dan Grafis Komunikasi, walaupun sebenarnya ada sedikit perbedaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK i iv ix xii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Identifikasi Masalah 3 1.3 Rumusan Masalah 3 1.4 Tujuan Penelitian 3 1.5
Lebih terperinciPUSAT PELATIHAN MUSIK PULOMAS DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR KINETIK UNTUK PENGOPTIMALAN BENTUK RUANG BERDASARKAN SUARA
PUSAT PELATIHAN MUSIK PULOMAS DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR KINETIK UNTUK PENGOPTIMALAN BENTUK RUANG BERDASARKAN SUARA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Pusat Pelatihan Musik Indonesia Topik : Perkembangan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar
1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 6 Mahasiswa dapat menguraikan materi tugas perancangan arsitektur 4, yaitu : fungsi kegiatan mejemuk dan komplek dalam suatu kawasan
Lebih terperinciRPKPS TEORI DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR
2017 RPKPS TEORI DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Fakultas : TEKNIK Program Studi : ARSITEKTUR Mata Kuliah/Kode : Teori dan Metode Perancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni bertumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia. Dengan kreativitas yang dimilikinya manusia selalu berusaha mengembangkan seni, baik kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan zaman menjadi salah satu faktor munculnya teknologi baru dalam segala bidang. Beberapa teknologi dibuat karena adanya
Lebih terperincidepan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan sadar dan bertujuan, maka pelaksanaannya berada dalam suatu
Lebih terperinciGambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)
ARSITEKTUR DAN ENERGI Tri Harso Karyono Harian Kompas, 21 September 1995, Jakarta, Indonesia. Pengamatan para akhli memperlihatkan konsumsi energi dunia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa lalu kita telah membentuk kita pada waktu sekarang. Kita dapat menguak kembali memori kita terhadap masa lalu melalui foto atau video yang biasanya sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat, karena dengan pendidikan akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kecakapan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Deskripsi Proyek Judul : Topik : Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara Ekspresionisme Tema : Pengolahan Bentuk Kampus yang Ekspresif dalam Menaungi Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keutamaan untuk beribadah dan memakmurkan mesjid banyak dijabarkan pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36 Bertasbih kepada Allah
Lebih terperinciHOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :
BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Pengertian Tema Pengertian Ekspresi, adalah : Ungkapan tentang rasa, pikiran, gagasan, cita-cita, fantasi, dan lain-lain. Ekspresi merupakan tanggapan atau rangsangan atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham
Lebih terperinciILMU, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ARSITEKTUR. PENGANTAR ARSITEKTUR Minggu ke - 3
ILMU, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ARSITEKTUR PENGANTAR ARSITEKTUR Minggu ke - 3 ILMU, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ARSITEKTUR Hingga kini masih banyak ragam pandangan yang berbeda-beda tentang arsitektur. Keragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerolehan proses belajar di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah salah satu masalah yang terjadi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan mengolah benda-benda dan kekayaan alam lingkungan sekitar kita menjadi suatu benda yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembang kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalm rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Depdiknas,
Lebih terperinciPerancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-174 Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera Yustisia Sekar Pratiwi dan Murni Rachmawati Jurusan
Lebih terperinciPERANAN DESAIN GRAFIS DALAM MENGGALI POTENSI LOKAL MELALUI KEGIATAN COLLABORATION PROJECT
PERANAN DESAIN GRAFIS DALAM MENGGALI POTENSI LOKAL MELALUI KEGIATAN COLLABORATION PROJECT Abstrak: Collaboration project salah satu metode yang dapat dikembangkan untuk memperkaya wawasan mahasiswa Desain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan ini merupakan sebuah pengantar untuk menjabarkan hal-hal yang menjadi landasan penelitian seperti latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup,
Lebih terperinciGedung Perkuliahan Jurusan Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada zaman globalisasi sekarang ini sudah sangat berkembang dengan pesat jauh dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Perkembangan yang begitu pesat ini memberikan dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam peranannya di dalam masyarakat, pada masa yang akan datang baik sebagai individu maupun sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDK Terpencil Punsung Beau Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPA
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 6 ISSN 2354-614X Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDK Terpencil Punsung Beau Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPA Aswin Mahasiswa Program Guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tangerang, sebagai salah satu kota penyangga ibu kota Jakarta, merupakan kota yang saat ini semakin berkembang dari tahun ke tahun. Total jumlah penduduk tahun
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS
SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS Pertemuan Ke Sub dan TIK 1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 2 Mahasiswa dapat menguraikan materi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
Lebih terperinci(PTK Pada Siswa kelas VII SMP PGRI 15 Pracimantoro)
PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN SAVI (PTK Pada Siswa kelas VII SMP PGRI 15 Pracimantoro) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang
PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain yang memberikan pelayanan atau fasilitas pada kegiatan hidup manusia. Membuat desain mebel
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa. Baik buruknya suatu
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa. Baik buruknya suatu peradaban kelak, sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan saat ini. Pendidikan sains mempunyai
Lebih terperinciESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang
ESTETIKA BENTUK Pengertian Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang Rasa keindahan itu akan muncul apabila terjalin perpaduan yang serasi dari elemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai suatu budaya. Seseorang dapat dengan mudah memperoleh sesuatu yang ada dipikirannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan
BAB III TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab III, Tinjauan Pustaka, penulis akan menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan pembuatan design 3D interior
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan tersebut terdapat pada sistem syaraf yang ada pada diri manusia yaitu otak. Otak tersebut
Lebih terperinciDi era kiwari efisiensi tidak saja dilakukan terhadap (Desain) Arsitektur atau gedung sebagai sistem secara mandiri, namun harus dilakukan pula
METODA PERANCANGAN ARSITEKTUR II SEMESTER GENAP 2014/ 2015 PERTEMUAN KETIGA + DUKUNGAN MULTIMEDIA + DISKUSI PENDALAMAN PROSES ARSITEKTUR SEBAGAI SISTEM (DAUR HIDUP GEDUNG) (PROSES) ARSITEKTUR sebagai SISTEM
Lebih terperinciPENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH
PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Lebih terperinciContoh Penerapan Riset Desain Interior dalam Menghasilkan Konsep Desain
Contoh Penerapan Riset Desain Interior dalam Menghasilkan Konsep Desain Disusun oleh : Budiono Mahendra Wardhana Mata Kuliah : Riset Desain Interior Kredit : 8 SKS Semeter : 7 Pendahuluan Materi dalam
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Lukisan merupakan wujud nyata dari jiwa pelukis, sehingga dalam
BAB V PENUTUP Lukisan merupakan wujud nyata dari jiwa pelukis, sehingga dalam mewujudkan kita tidak bisa memisahkan antara ide, konsep, karakteristik dan proses penciptaannya. Karena seni lukis adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi tersebut pendidik atau guru, mendidik peserta didik untuk menuju perkembangan peserta didik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait bertujuan menghasilkan Sumber Daya Manusia ( SDM ) Indonesia yang terdidik dan berkualitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan tinggi merupakan pilihan penting bagi para. lulusan Sekolah Menengah Atas. Harapan mereka adalah setelah tamat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga pendidikan tinggi merupakan pilihan penting bagi para lulusan Sekolah Menengah Atas. Harapan mereka adalah setelah tamat dari sekolah tersebut, mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti keahlian, namun pada perkembangannya seni juga dapat diartikan sebagai sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik dan menjaga loyalitas konsumen, salah satunya melalui iklan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat pada era modern ini menuntut perusahaan untuk menjaga kelangsungan kegiatan ekonomi yang dijalankannya. Masing-masing perusahaan
Lebih terperinciSekolah Menengah Kejuruan Kesenian Tradisional di Jakarta Varda Amina ( L2B ) BAB I PENDAHULUAN NO PROPINSI KERJA PT NUNGGU
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalsasi, era persaingan bebas membawa peluang sekaligus tantangan bagi bangsa dan negara Indonesia. Untuk dapat bertahan dan bersaing dalam era globalisasi
Lebih terperinciOleh : ARLINDA IKAWATI A
PENGGUNAAN MEDIA REALIA DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN LUAS DAN KELILING BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 NGADILUWIH KECAMATAN MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.
1 PENGARUH KREATIVITAS DAN FREKUENSI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008 / 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciTEORI & STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1
TEORI & STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 MAKNA FUNGSI Fungsi dalam pengertian sederhana adalah kegunaan Fungsi juga dapat dimaknai sebagai suatu cara untuk memenuhi keinginan Fungsi timbul sebagai akibat
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan merupakan aspek terpenting dalam usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah proses belajar-mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar- mengajar tersebut melibatkan peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju. Melalui
Lebih terperinciRANCANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN (Silabus, Rincian Kegiatan dalam 1 semester, SAP)
(Silabus, Rincian Kegiatan dalam 1 semester, SAP) MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR III KODE MATA KULIAH TA 432 Dosen Pengampu: Prof. DR. M.S. Barliana M.Pd. MT. Ir. Rubianto Ramelan, MT. Drs.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula menimbulkan masalah sosial baru ke depannya. Trianto (2010: 1) mengatakan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kemajuan suatu bangsa dan masyarakat merupakan suatu keniscayaan, karena pendidikan termasuk investasi jangka panjang yang harus selalu
Lebih terperinciKEPEKAAN MERUANG SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN DISAIN INTERIOR. Syaifuddin Zuhri UPN Veteran Jawa Timur
KEPEKAAN MERUANG SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN DISAIN INTERIOR Syaifuddin Zuhri UPN Veteran Jawa Timur Abstrak Disain adalah ungkapan imajinasi seseorang akan sesuatu yang dituangkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, baik pada jenjang. pendidikan dasar maupun menengah, lebih menekankan pada aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah, lebih menekankan pada aspek pengetahuan bahasa, pemahaman isi
Lebih terperinciJURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-179
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-179 Penerapan Konsep Exchanging Experience untuk Menghapus Pelabelan terhadap Difabel Henni dan Nur Endah Nuffida Jurusan Arsitektur,
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan
33 BAB III METODE PENCIPTAAN Setiap orang pasti mempunyai kegelisahan terhadap suatu persoalan yang ada didalam dirinya ataupun dilingkungan sekitar, sehingga menumbuhkan gagasan untuk keluar dari kegelisahan
Lebih terperinciBAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan
1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan telah berlangsung di segala ruang waktu dan tempat, sehingga pendidikan dapat dikatakan bersifat fundamental, universal dan fenomenal. Fundamental artinya
Lebih terperinciGAMBAR BENTUK VCD 101
MODUL MATA KULIAH GAMBAR BENTUK VCD 101 DISUSUN OLEH EDY PURWANTORO PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA 2013 MODUL MATA KULIAH GAMBAR BENTUK DKV 101 DISUSUN OLEH EDY PURWANTORO
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 / 4 SKS
SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 / 4 SKS Pertemuan Ke Sub dan TIK 1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 1 Mahasiswa dapat menguraikan materi
Lebih terperinciKepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota Hindra K. P. Handana Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Raymond Williams dalam Komarudin (2007: 1).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akibat dari pesatnya arus industri dan urbanisasi yang menuju pada modernitas, kebudayaan telah mengalami perubahan perkembangan, serta pergeseran dalam wujud,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan
BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi dari penelitian yang berjudul Hubungan
Lebih terperinciLANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)
Magister Desain Kawasan Binaan (MDKB) LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. Pendahuluan Tujuan : Memberi pemahaman tentang: - Pengertian
Lebih terperinciKonsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) 293 Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah Fadhila.A. Hardiyanti dan Muhammad Faqih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian
Lebih terperinciMODUL-2 : PERANCANGAN ARSITEKTUR
MODUL-2 : PERANCANGAN ARSITEKTUR Perancangan Arsitektur dan Aspek-aspek Perancangannya (Bagian-2) Sub-Topik-1 : Struktur dalam Perencanaan & Perancangan Arsitektur Dr. Cut Nuraini, ST., MT. Architecture
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu dan dapat diandalkan dalam kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosial budaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju sekarang ini, bangsa Indonesia berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia
Lebih terperinciPERSEPSI BENTUK. Ragam Bentuk Modul 5. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk
PERSEPSI BENTUK Modul ke: Ragam Bentuk Modul 5 Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Fakultas Desain dan Seni Kreatif Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstrak Bentuk adalah sesuatu yang terlihat. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai
Lebih terperinciDESAIN INTERIOR I One Room Apartment
Pertemuan 6 Penjelasan Tentang Proyek DI 1 One Room Apartment Merupakan sebuah fasilitas hunian seperti rumah tinggal, tetapi memiliki dimensi lebih kecil dengan fasilitas terbatas. Pada mata kuliah Desain
Lebih terperincimereka dalam masyarakat. Anak-anak juga dapat mendorong orang tua dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkannya.nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masa anak-anak merupakan periode penting dalam tumbuh kembang seseorang. Pada periode itu anak belajar banyak mengenai segala hal. Proses pembelajaran bisa dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk mengembangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu memberikan pengetahuan dasar dan sejumlah keterampilan khusus serta pelatihan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah hasil karya cipta manusia yang memiliki nilai estetik dan nilai artistik. Karya seni rupa tercipta dengan mengolah konsep titik, garis, bidang,
Lebih terperinciSILABUS MATA KULIAH: DESAIN PRODUK. SIL/JUR... Revisi : Februari 2011 Hal 1 Semester Judul Praktek Jam pertemuan: 16 kali
SILABUS 16 kali 1. Fakultas / Program Studi : FBS/Pendidikan Seni Kerajinan 2. Program Studi : Pendidikan Seni Kerajinan 3. Mata Kuliah & Kode : Desain Produk Kode : PSK 4. Jumlah SKS : Teori :1 SKS Praktik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studio gambar adalah merupakan salah satu sarana ilmu pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studio gambar adalah merupakan salah satu sarana ilmu pendidikan yang keberadaannya bertujuan untuk memberikan sarana khusus untuk kegiatan menggambar dan semua aktivitas
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
73 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Sebagai salah satu Art space yang memiliki pengaruh terhadap dunia seni di Indonesia, Selasar Sunaryo Art space ingin memberikan pelayanan terbaik terhadap para pelaku seni
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA YANG BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK 1.Nozzle Nozzle merupakan perangkat yang tidak kalah penting dalam pemadaman, fungsi nozzle ini adalah mempermudah
Lebih terperinci