Potensi Permainan Tradisional Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Usia Sekolah Dasar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Potensi Permainan Tradisional Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Usia Sekolah Dasar"

Transkripsi

1 Potensi Permainan Tradisional Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Usia Sekolah Dasar 1 Wiwik Lestari, 2 Nurdiana Siregar Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNUSU, Medan Sumatera Utara Address: Jl. H.A.Manaf Lubis/Gaperta Ujung No.2 Medan Helvetia, Telp: * 1 lestariwiwik201180@yahoo.co.id, 2 nurdiana884@yahoo.co.id ABSTRAK : Keterampilan sosial pada anak usia sekolah dasar saat ini menjadi penting diperbincangkan oleh para pemerhati pendidikan anak. Hal ini mengindikasikan adanya masalah dalam perkembangan keterampilan sosial pada anak yang saat ini hidup di era globalisasi. Masalah tersebut diantaranya adalah anak minim bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Anak tidak bermain sebagaimana seharusnya. Peneliti meyakini permainan tradisional adalah solusi untuk masalah tersebut. Hal yang menjadi perhatian peneliti adalah bagaimana agar anak gemar dan melakukan berbagai permainan tradisional sehingga perkembangan keterampilan sosialnya tumbuh sesuai kebutuhan usianya. Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu 1) Mengidentifikasi dan mendeskripsikan jenis-jenis permainan tradisional anak yang masih dimainkan pada saat ini, 2) Menelaah peranan permainan tradisional dalam mengembangkan keterampilan sosial anak usia sekolah dasar, 3) Menganalisa faktorfaktor apa saja yang mengancam eksistensi permainan tradisional anak saat ini, peneliti dalam melakukan pengambilan data berbaur dengan anak-anak di Desa Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik komunikasi langsung, dokumentasi, observasi, dan wawancara. Disamping tujuan penelitian, penentuan teknik pengumpulan data didasarkan juga pada tujuh indikator keterampilan sosial yaitu: 1) keterampilan dalam bekerjasama, 2) keterampilan dalam menyesuaikan diri, 3) keterampilan dalam berinteraksi, 4) keterampilan dalam mengontrol diri, 5) keterampilan dalam berempati, 6) keterampilan dalam menaati aturan, dan 7) keterampilan dalam menghargai orang lain. Hasil identifikasi, deskripsi dan analisis peranan permainan tradisional ini dapat dijadikan sebagai sebagai bahan acuan dalam pengembangan materi pada mata kuliah Konsep Dasar IPS di Perguruan Tinggi. Disamping itu, permainan tradisional dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran di SD dalam menyampaikan materi IPS. Dapat juga dipandang sebagai salah satu cara mempertahankan budaya bangsa di generasi muda, karena generasi muda (usia SD) adalah masa depan bangsa. Kata Kunci : Sosial, Keterampilan, Tradisional, Permainan Anak. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu Universitas Asahan di Aula FKIP UNA, 22 September

2 ABSTRACT : Social skills at primary school age children currently a vital discussed by the observer of children's education. This might indicate a problem in the development of social skills in children who currently live in the era of globalization. The issue of whom were children skimpy socialize and interact with their environment. Children do not play as they should. Needs of children playing at the moment is dominated by a lot of hightech game that actually will create new problems in social development. Researchers believe traditional game is the solution to the problem. It should be the concern of researchers is how to keep the child likes and perform a variety of traditional games so that the development of social skills grow according to the needs of his age. In achieving the goals set in this study, namely 1) Identify and describe the types of traditional games children are still played today, 2) Examining the role of traditional games in developing social skills of children of primary school age, 3) Analyze what factors are threatening the existence of traditional children's games today, researchers in data collection mingle with the kids in the village of Hamparan Perak and data collection was done by using direct communication, documentation, observation, and interviews. Besides the purpose of research, determination of data collection techniques based also on seven indicators of social skills, namely: 1) skills in collaboration, 2) skill in adjusting, 3) skills in interaction, 4) skills in self-control, 5) skills in empathy, 6 ) skills in obeying the rules, and 7) skills in respect of others. The results of the identification, description and analysis of the role of traditional games can be used as a reference in the development of course materials on the Basic Concepts IPS in Higher Education. In addition, traditional games can be used as a learning method in SD in presenting the material IPS. It can also be seen as one way of maintaining the nation's culture in the younger generation, as the younger generation (ages SD) is the nation's future. Keywords Social, Skills, Traditional, Games. 2

3 PENDAHULUAN Fenomena yang sedang marak melanda dunia anak-anak di Indonesia saat ini adalah serbuan dahsyat dari berbagai permainan anak berteknologi tinggi. Mulai dari gadget, video game, play station, remote car/ship, dan sebagainya. Serbuan tersebut tidak hanya berasal dari produk dalam negeri tetapi juga produk-produk luar negeri. Para orang tua sepertinya terbuai dan akhirnya memilih memanjakan anak-anak mereka dengan segala fasilitas permainan yang bahkan tidak terbayangkan biayanya. Pada daerah perkotaan gambaran seperti ini sama sekali tidak sulit dijumpai. Kegiatan bermain anak terutama anak-anak di usia sekolah dasar merupakan salah satu masa yang bagi peneliti adalah masa paling penting untuk anak dalam mengasah keterampilan sosial mereka. Sekolah sebagai salah satu ruang bermain anak dalam wujud institusi formal memiliki tanggung jawab besar yang tidak hanya berperan dalam mengembangkan kemampuan akademik anak, tetapi juga kemampuan lainnya seperti afektif, kognitif, dan psikomotorik. Tidak lupa, lingkungan tempat tinggal dan keluarga juga memiliki peran yang sama pentingnya. Selain sebagai ruang bermain, lingkungan juga berfungsi sebagai tempat anak belajar mengasah dan mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Yustiana (Euis, 2016) bahwa kemampuan dasar yang harus dimiliki anak tidak terbatas pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung tetapi juga kemampuan intelektual, pribadi dan sosial. Penting bagi anak usia sekolah dasar menguasai keterampilan sosial, namun hal tersebut tidak didukung oleh program pendidikan yang ada di sekolah formal. Program pendidikan disekolah selama ini hanya berbasis pada penguasaan akademik dan terjebak dalam formalitas. Pengajaran pengetahuan tidak kontekstual, bersifat hafalan dan tidak memberi kesempatan bagi anak untuk mendapat pelajaran sambil bermain. Padahal bermain bagi anak merupakan kebutuhan mutlak sesuai dengan karakteristik 1 perkembangannya. Semiawan, (2008) juga menyatakan anak tidak memperoleh keterampilan mental yang diperlukan pada taraf pengetahuan yang lebih tinggi. Banyak anak tidak memiliki model yang dapat dijadikan contoh dalam membina kehidupan sosialnya, sehingga kerap memunculkan permasalahan dalam bersosialisasi. Anak-anak yang kurang memiliki keterampilan sosial sangat memungkinkan untuk ditolak oleh rekan yang lain. Ketidakmampuan anak dalam bekerjasama, menyesuaikan diri, berinteraksi, mengontrol diri, berempati, menaati aturan dan tidak mampu menghargai orang lain akan sangat mempengaruhi perkembangan anak lainnya. Sebaliknya, terbinanya keterampilan sosial pada diri anak akan memunculkan penerimaan dari teman sebaya dan guru sehingga sukses dalam belajar terutama dalam bersosialisasi (Reynolds, 2008). Berdasarkan fenomena di atas, maka penelitian ini mengarah kepada pendeskripsian kondisi objektif keterampilan sosial usia sekolah dasar di Desa Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang serta mencari tahu potensi permainan tradisonal yang dimainkan anak-anak di Desa yang mampu mengembangkan keterampilan sosial anak. METODE PENELITIAN Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka seluruh data akan dianalisis dengan metode berfikir ilmiah, yakni dengan cara mendeskripsikan, menghubungkan dan membandingkan beberapa komponen temuan di lapangan. Akhir dari penelitian ini, setelah peneliti membandingkan antara dasar teoritis dengan dasar konseptual, maka peneliti kemudian akan mencari kesesuaiannya dengan hasil penelitian untuk kemudian mengambil suatu kesimpulan sebagai jawaban dalam penelitian ini. Alat/teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik komunikasi langsung, dengan studi dokumentasi, observasi, dan wawancara sebagai alat pengumpul data. Sementara indikator keterampilan sosial yang diamati dalam aktivitas permainan 3

4 tradisional pada penelitian ini memfokuskan pada 7 (tujuh) aspek (Sapriya, 2009), yaitu: 1) keterampilan dalam bekerjasama, 2) keterampilan dalam menyesuaikan diri, 3) keterampilan dalam berinteraksi, 4) keterampilan dalam mengontrol diri, 5) keterampilan dalam berempati, 6) keterampilan dalam menaati aturan, dan 7) keterampilan dalam menghargai orang lain. Hasil temuan di lapangan berupa aktivitas bermain siswa, dideskripsikan untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan 7 indikator di atas, sehingga akan diketahui potensi permainan tradisional terhadap pengembangan keterampilan sosial anak. HASIL & PEMBAHASAN Dari hasil wawancara dengan anak-anak dan para orang tua di Desa Hamparan Perak, ada banyak sekali permainan anak yang saat masih dimainkan anak-anak di desa tersebut. Hanya saja permainan anak yang dimainkan di daerah itu dilakukan berdasarkan musim. Artinya tidak semua permainan tradisional dimainkan sekaligus dalam satu waktu. Itulah sebabnya, Peneliti selama lebih kurang 3 bulan melakukan penelitian hanya menemukan 12 permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak di Desa Hamparan Perak, yaitu : 1. Permainan Alep Jongkok. 2. Permainan Alep Perancis. 3. Permainan Batu Serimbang. 4. Permainan Engklek. 5. Permainan Gasing. 6. Perminan Kuda Lumping. 7. Permainan Kelereng. 8. Permainan Keretaan Dari Pelepah kelapa. 9. Permianan Lompat Karet. 10. Permainan Masak-masakan. 11. Permainan Rumah-rumahan Dari Tanah. 12. Permainan Tulup. Oleh karena dari hasil wawancara dengan para orang tua di desa Hamparan Perak, masih ada lagi permainan tradisional yang dimainkan anak-anak desa, yang belum peneliti observasi secara langsung. Permainan tersebut antara lain adalah : layang-layang, congklak, patok lele, gobak sodor, pecah piring, kucing dan tikus, enggrang, samberlang, yoyo, karet gelang, serta meriam bambu. Ditambah saat peneliti berada dilapangan, tidak dijumpai anak-anak desa yang bermain permainan tersebut. Sehingga dengan begitu, peneliti memilih untuk lebih fokus menelaah hasil temuan di lapangan saja. Sedangkan informasi yang didapat melalui wawancara akan menjadi masukan untuk penelitian lanjutan dari penelitian ini. Begitu banyaknya permainan tradisional yang dimainkan anak-anak di Desa Hamparan Perak, membuat peneliti memilih untuk fokus pada penyajian salah satu temuan permainan tradisional di Desa Hamparan Perak, yakni Permainan Batu Serimbang. Permainan ini di temui Peneliti dimainkan anak-anak di dusun I dan II. Permainan Batu Serimbang di beberapa tempat di desa Hamparan Perak, disebut juga dengan istilah Permainan Batu Lima. Permainan ini lebih sering dimainkan anakanak perempuan yang jumlah minimal 2 sampai 3 orang. Alat yang digunakan adalah 5 butir batu kerikil. Sistem permainannya yaitu anak-anak melakukan suiten atau hompimpa untuk menentukan siapa yang akan bermain lebih dahulu. Lalu, anak memainkan batu kerikil dengan cara mengkaut satu persatu batu, mulai dari kaut 1 butir, 2 butir, 3 butir sekaligus. Jika ada batu yang tidak terkaut, maka pemain dianggap mati dan permainan dilanjutkan dengan pemain berikutnya. Pemenang pada permainan ini adalah anak yang paling sedikit melakukan kesalahan saat bermain. Untuk lebih 4

5 mengenal permainan Batu Serimbang, berikut deskripsi mengenai permainan ini berdasarkan berbagai literatur. Gambar 1. Anak-anak bermain Batu Serimbang Dalam buku Permainan Tradisional Jawa karya Sukirman Dharmamulya (2008), permainan Batu Serimbang disebut dengan istilah Gatheng. Permainan Gatheng adalah permainan tradisional anak Yogyakarta yang menggunakan lima buah batu kerikil, yang dalam bahasa Jawa batu disebut watu, sebagai alat permainannya. Halaman atau teras rumah adalah tempat yang tepat untuk memainkan permainan ini. Anak-anak perempuan biasanya akan berkumpul dan berkelompok untuk memulai permainan. Anak perempuan lebih sering terlihat memainkan permainan Gatheng dibanding anak laki-laki di Yogya. Walau demikian, anak laki-laki juga pada waktu-waktu tertentu ikut memainkan permainan ini. Ghateng adalah permainan tradisional yang tidak hanya murah, sederhana dan mudah dimainkan, tetapi juga tidak memerlukan waktu yang lama dalam memainkannya. Permainan ini bersifat kompetitif perorangan. Ghateng memerlukan kejujuran dan keterampilan pemainnya. Oleh karena itu terkadang permainan ini dimainkan dengan menerapkan sistem hukuman (genjengan) bagi yang kalah atau yang berlaku curang. Dharmamulya (2008) menyebutkan bahwa permainan Ghateng sudah dimainkan secara turun temurun di daerah Jawa sejak zaman Kerajaan Mataram (abad XVII) sebagaimana kutipan berikut : Dikisahkan bahwa pada jaman Mataram, putra raja Mataram waktu itu, yaitu Raden Rangga memiliki alat bermain watu ghateng (batu ghateng) yang luar biasa besarnya. Batu ghateng tersebut saat ini tersimpan denga baik di Kotagede, Yogyakarta Usia anak-anak yang memainkan Ghateng berkisar antara 7-14 tahun. Walaupun mulanya permainan ini dimainkan anak perempuan, namun anak laki-laki juga bisa memainkannya. Anak-anak yang memainkan permainan ini bisa berasal dari berbagai latar belakang. Permainan ini bahkan dapat dimainkan sambil menjaga adik (momong adik) atau sambil menggembala ternak. Disekolah permainan ini juga disukai anak-anak, sebab selain alat yang digunakan mudah untuk dijumpai juga karena waktu bermainnya yang tidak memerlukan waktu yang lama. Permainan Gatheng dalam masyarakat di Jawa Tengah juga disebut dengan nama Bekelan (Mulyani, 2013). Disebut Bekelan karena selain menggunakan 5 (lima) buah kerikil atau biji-bijian, pemain juga menggunakan bola karet sebesar bola pimpong untuk memainkannya. Bekelan sebaiknya dimainkan pada permukaan yang datar seperti lantai keramik atau ubin dari semen di teras rumah. Di sekolah anak-anak biasanya memainkan permainan ini di jam istirahat. Cara memainkannya, jika pemain hanya dua orang, maka keduanya duduk berhadap-hadapan dan bergantian bermain. Namun jika pemain lebih dari dua orang, maka untuk menentukan giliran bermain dilakukan hompimpa atau suiten. Pemain 5

6 kemudian memulai bermain dengan menggenggam bola dan semua kerikil/biji bekel. Lalu bola dilempar setinggi ± 40 cm sambil menyebar semua kerikil/biji bekel ke lantai. Begitu bola jatuh dan memantul ke atas, bola ditangkap. Kemudian bola kembali dilempar lagi ke atas. Pada setiap kali pemain melempar bola hingga memantul, sebelum bola kembali ditanggkap, pemain harus sudah mengambil kerikil/biji bekel satu persatu hingga semua kerikil/biji bekel digenggam. Kerikil/biji bekel yang diambil semakin dinaikkan jumlah menjadi dua, tiga, empat, dan 5 sekaligus. Jika pemain pertama gagal pada tahap tertentu, permainan dilanjutkan oleh pemain berikutnya sesuai urutan. Pemain yang dinyatakan menang adalah yang dapat bermain dengan banyak macam yang berbeda-beda. Di Lampung, Permainan Ghateng atau Bekelen ini disebut dengan istilah Ula (Tim Play Plus, 2017). Berbeda dengan permainan Bekelen, Ula tidak menggunakan bola karet untuk memainkannya. Sama seperti yang di jumpai di Jawa Tengah, permainan Ula di Lampung juga lebih sering dimainkan oleh anak perempuan dibanding anak laki-laki. Usia pemain rata-rata antara 7-12 tahun. Permianan ini dimainkan sekurang-kurangnya oleh dua orang anak. Peralatan yang digunakan dalam permainan Ula adalah 5 (lima) buah kerikil atau biji-bijian. Aturan main dalam permainan Ula adalah : pertama, pemain melakukan undian untuk menentukan urutan bermain, dan pemenang pertama adalah yang mendapat giliran memainkan Ula terlebih dahulu. Kedua, cara bermain pada setiap tahapannya yaitu dengan melempar satu batu kerikil ke atas dengan satu tangan, lalu dengan cepat memungut satu batu yang terletak di lantai sebelum menangkap lagi satu batu yang dilempar tadi. Begitu seterusnya hingga keempat batu kerikil tersebut masuk dalam genggaman. Ketiga, ditahap ini pemain menyebutnya dengan istilah ngakhua (dua-dua), yakni memungut dua batu sekaligus sebelum batu yang dilempar ke atas kembali ditangkap, begitu seterusnya setiap tahap yang harus dilalui berikutnya disebut nelu (tiga), dan ngepak (empat). Keempat, tahap ini disebut tahap mising (membuang), yakni keempat batu yang ada dalam genggaman satu-persatu dilepaskan kembali ke lantai. Jika sudah jatuh semua, dilakukan tahap muput (mengumpulkan dan menamatkan). Maksudnya adalah mengumpulkan batu yang telah kembali dilempar kelantai yang posisinya berjauhan satu sama lain. Lalu menamtkan permainan dengan memungut empat batu kerikil yang telah dikumpulkan sekaligus dan menyambut batu yang dilempar ke atas seperti yang dilakukan pada tahap ngepak. Kelima, jika pada saat bermain terjadi kegagalan menangkap batu, atau batu dalam genggaman jatuh, maka pemain dianggap mati dan permainan dilanjutkan oleh pemain berikutnya. Pemenang dalam permainan ini adalah pemain yang tidak pernah gagal menangkap batu atau yang tidak pernah jatuh batu dari genggamannya. Sementara itu di Pulau Kalimantan, Suku Banjar menyebut permainan Batu Serimbang dengan sebutan Basimban. Permainan Basimban, memerlukan 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) buah kerikil dan satu buah bola karet seukuran bola pimpong. Jumlah batu kerikil yang dimainkan biasanya disesuaikan dengan kemampuan pemain menyimpan kerikil dalam genggaman tangannnya, namun tidak boleh kurang dari lima butir dan maksimal 10 butir. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan di teras atau halaman rumah dengan rata-rata rentang usia 5-12 tahun. Pemain minimal adalah dua orang anak. Cara memainkan permaianan Basimban adalah : pemain melakukan hompimpa atau suiten untuk menentukan urutan pemain yang akan bermain. Pertama-tama yang dilakukan pemain adalah menggenggam 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) batu kerikil pada salah satu tangan dan meletakkan bola karet diatas genggaman. Bola lalu dilemparkan keatas dan sebelum bola memantul dilantai, batu kerikil yang berada dalam genggaman disebarkan ke lantai. Lalu segera bola ditangkap setelah memantul mengenai lantai. Kemudian bola karet kembali dilempar keatas, sambil satu persatu batu kerikil di ambil 6

7 dan dimasukkan ke dalam genggaman sebelum bola yang memantul mengenai lantai di tangkap. Begitu seterusnya dilakukan sampai semua batu kerikil berhasil dimasukkan dalam genggeman. Jumlah batu kerikil yang dimainkan disesuaikan dengan kemampuan anak menggenggam. Pemenang pada permainan ini adalah pemain yang tidak pernah gagal menangkap bola atau yang tidak pernah menjatuhkan batu kerikil dari genggamannya. Untuk menjawab bagaimana keterampilan sosial anak-anak di desa Hamparan Perak berdasarkan pengamatan langsung dilapangan, berikut gambaran umum keterampilan sosial anak usia Sekolah Dasar di Desa Hamparan Perak pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Gambaran Umum Keterampilan Sosial Anak Usia SD di Desa Hamparan Perak N Keterampilan Usia 6-8 tahun Kelas 9-10 tahun Usia tahun o sosial 1 Bekerjasama Membantu teman yang mengalami kesulitan. Memiliki keterikatan yang kuat terhadap teman bermain secara keseluruhan. Bekerjasama menyelesaikan Memiliki keterikatan terhadap kelompok Bekerjasama di dalam kelompok kecil Membantu teman yang mengalami kesulitan Bekerjasama Memiliki keterikatan terhadap kelompok Membantu teman yang mengalami kesulitan Bekerjasama di dalam kelompok kecil Bekerjasama 2 Menyesuaikan Diri Sulit menyesuaikan diri diawal masuk sekolah. Jarang ada pembentukan kelompok. Anak tidak menolak untuk berada didalam kelompok bermain. 3 Berinteraksi Mengajak teman untuk bermain bersama Berkomunikasi dengan baik (bertanya dan berdialog) 4 Mengontrol Diri Cepat bosan dalam melakukan suatu kegiatan Mampu menahan diri yang bukan gilirannya Mampu menghindari diri dari kegiatan yang membahayakan dirinya Menyelesaikan konflik dengan bantuan orang dewasa Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Mampu menyesuaikan diri dalam setting kelompok kecil. Bersedia ditempatkan dalam kelompok yang berbeda. Memilih temanteman sekelompok, sehingga kadangkadang menolak untuk Mengajak teman untuk bermain bersama Berkomunikasi dengan baik (bertanya dan berdialog) Cepat bosan dalam melakukan suatu kegiatan Mampu menahan diri yang bukan gilirannya Mampu menghindari diri dari kegiatan yang membahayakan dirinya Menyelesaikan konflik dengan bantuan orang dewasa dan atau oleh teman bermain. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Mampu menyesuaikan diri dalam setting kelompok kecil. Bersedia ditempatkan dalam kelompok yang berbeda. Memilih temanteman sekelompok, sehingga kadangkadang menolak untuk Mengajak teman untuk bermain bersama Berkomunikasi dengan baik (bertanya dan berdialog) Cepat bosan dalam melakukan suatu kegiatan. Mampu menahan diri yang bukan giliranya. Mampu menghindari diri dari kegiatan yang membahayakan dirinya Menyelesaikan konflik oleh anak sendiri dan atau bantuan orang dewasa. 7

8 5 Empati Senang jika teman berprestasi Peduli terhadap orang lain yang menghadapi permasalahan 6 Menaati Aturan Mengikuti seluruh prosedur dalam permainan Menyelesaikan tugas secara berurutan Mampu menunggu kesempatan untuk bermain Membereskan alat mainan yang telah digunakan atas perintah orang dewasa 7 Menghargai Orang Lain Menghargai kemampuan yang dimiliki temannya dengan cara mengajarkannya kepada yang lain Meluangkan waktu untuk melihat kegiatan/ permainan yang dilakukan temannya Mencela teman yang kurang berprestasi Peduli terhadap orang lain yang menghadapi permasalahan Mengikuti seluruh prosedur baik dalam pembelajaran maupun permainan Menyelesaikan tugas belajar secara berurutan Mampu menunggu kesempatan untuk bermain Membereskan alat mainan yang telah digunakannya Menghargai kemampuan yang dimiliki temannya dengan cara mengajarkannya kepada yang lain Meluangkan waktu untuk melihat kegiatan/ permainan yang dilakukan temannya Senang jika teman berprestasi Peduli terhadap orang lain yang menghadapi permasalahan Mengikuti seluruh prosedur baik dalam pembelajaran maupun permainan Menyelesaikan tugas belajar secara berurutan Mampu menunggu kesempatan untuk bermain. Membereskan alat mainan yang telah digunakannya Menghargai kemampuan yang dimiliki temannya dengan cara mengajarkannya kepada yang lain Meluangkan waktu untuk melihat kegiatan/ permainan yang dilakukan temannya Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa anak-anak pada usia Sekolah Dasar di Desa Hamparan Perak telah menunjukkan keterampilan sosial dalam hal bekerjasama, menyesuaikan diri, berinteraksi, mengontrol diri, berempati, menaati aturan, dan menghargai orang lain. Hal tersebut merupakan serangkaian keterampilan sosial yang perlu dimiliki anak berkaitan dengan perannya sebagai mahluk sosial. Walau demikian bukan berarti mereka tidak mengalami permasalahan yang berkaitan dengan keterampilan sosial seperti pada anak yang memiliki perbedaan tingkat usia yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru pada saat mereka masuk sekolah pertama kali. Permasalahan lain muncul pada saat anak menghadapi berbagai macam konflik ketika mereka berinteraksi dengan anak lainnya. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa perlu adanya pengawasan orang dewasa ketika anak bermain dilingkungan rumahnya. Jika memungkinkan, mereka juga sebaiknya mendapatkan layanan dan konseling di sekolah yang dapat membantu mengembangkan kemampuan berinteraksi dengan tetap terintegrasi pada pembelajaran anak-anak di tingkat sekolah dasar. Permainan Batu Serimbang yang teridentifikasi melalui penelitian ini berpotensi untuk dapat mengembangkan keterampilan sosial anak. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta permainan yang mengikuti permainan Batu Serimbang yaitu jumlahnya minimal 2, 3, 5 orang atau lebih. Jumlah peserta ini menjadi indikator terjadinya suatu interaksi sosial yang positif dari para peserta permainan sehingga pada akhirnya akan membantu pengembangan keterampilan sosial anak itu sendiri. Permainan Batu Serimbang merupakan permainan aktif, artinya menuntut semua pemain untuk berperan secara aktif dalam mensukseskan permainan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syaodih (2002) yang mengatakan bahwa perkembangan sosial pada masa kanak-kanak berlangsung melalui hubungan antar teman dalam berbagai bentuk permainan. 8

9 Aktivitas permainan Batu Serimbang berportensi membantu anak mengatasi permasalahannya dalam penyesuaian diri terutama bagi anak usia kelas 1 SD (6-7 tahun) yang umumnya masih memiliki ketergantungan kepada orang tua atau memiliki permasalahan sosial. Anak di rentang usia kelas rendah banyak belajar menggunakan tahap-tahap awal perkembangan permainan, berkonsolidasi, dan mulai mengasah pemahaman mereka akan aturan-aturan dan strategi-strategi. Potensi permainan Batu Serimbang sebagai Permainan Tradisional yang mampu mengembangkan keterampilan sosial anak dapat dilihat diuraikan sebagai berikut : Tabel 2. Peranan Permainan Tradisional Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial No Nama Permainan Keterampilan Sosial Batu Serimbang Catatan: = mengembangkan keterampilan sosial pada aspek 2,3,4,5,6,dan 7 ( permainan kompetitif ) Keterangan: 4: mengontrol diri 1: bekerjasama 5: berempati 2: menyesuaikan diri 6: menaati aturan (disiplin) 3: berinteraksi 7: menghargai orang lain Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada permainan Batu Serimbang, karena sifat permainannya adalah kompetitif perorangan, maka pemain (anak) tidak diajarkan untuk bekerjasama, tetapi lebih banyak melakukan interaksi melalui dialog, menyesuaikan diri dengan teman bermain, mengontrol diri pada saat mengalami kegagalan dan menunggu giliran bermain, berempati pada teman yang gagal, mengikuti aturan permainan dan menghargai serta mengakui ketangkasan pemain lain yang berhasil memenangkan permainan. Penjelasan tersebut menguatkan bahwa Permainan Batu Serimbang memiliki potensi dalam mengembangkan keterampilan sosial anak. Aktivitas bermain dilakukan anak untuk mengisi waktu senggang, membawa anak pada proses penularan budaya pada saat anak bawang atau anak yang baru datang turut serta dalam bermain. Peran permainan Batu Serimbang sebagai salah satu permainan tradisional anak dalam mengembangkan aspek lainnya juga terlihat, yaitu pada motorik kasar, motorik halus, bahasa, kreativitas serta emosi. Kelebihan yang bisa didapatkan dari aktivitas permainan tradisional Batu serimbang adalah bahwa permainan ini mampu mengembangkan keterampilan sosial anak, sebagai permainan yang memiliki nilai kompetisi sehingga memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar bersaing dengan sehat (bermain sportif). Permainan tradisional Batu serimbang merupakan permainan yang dilakukan dengan menggerakkan anggota tubuh anak, merangsang otot-otot (keseimbangan, kelenturan, kecepatan, kekuatan, keterampilan, olah raga), mampu merangsang panca indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan), mampu merangsang komunikasi verbal (berbicara, tanya jawab, bercerita dan bernyanyi) serta mampu merangsang aktivitas berfikir (menyususn startegi dan patuh pada aturan), dan mampu merangsang emosi-sosial (bermain bersama, tenggang rasa) dan dapat melatih etikamoral (baik buruk, benar salah). Kelebihan lain dari permainan Batu Serimbang adalah bahan-bahan yang digunakan adalah bahan yang mudah dan murah diperoleh. Hal ini secara langsung mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan, etika, kejujuran, kemandirian, etos kerja, solidaritas sosial, yang secara implisit ada pada warisan leluhur. 9

10 Hambatan terutama terjadi pada pelaksanaan permainan tradisional Batu serimbang adalah pemahaman orang tua di rumah yang belum sepenuhnya mendukung dan menganggap bermain merupakan hal tidak penting, atau menganggap terapi bermain hanya diperuntukan bagi mereka yang bermasalah. Selain itu kekurangan dari permainan tradisional adalah beberapa permainan menjurus pada hal-hal penggunaan bahasa yang cenderung kasar. Efek psikologis yang muncul pada saat anak-anak melakukan permainan tradisional ini adalah menyenangkan (enjoyable), relaksasi (relaxing), spontan (spontaneous), dan humoris. Sementara pada institusi formal seperti sekolah, ada anggapan bahwa bermain dengan permainan tradisional akan mengganggu aktivitas pembelajaran karena dapat menimbulkan kebisingan dan keributan dan hal ini dapat mengganggu pelajaran di kelas lain. Oleh karena itu permainan tradisional belum dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah dasar di Indonesia secara keseluruhan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil yang dicapai, dapat kesimpulan dengan mengacu ke rumusan masalah penelitian. Adapun kesimpulannya antara lain bahwa keterampilan sosial anak yang diperoleh dari permainan tradisional Batu Serimbang antara lain: keterampilan dalam bekerja sama, keterampilan dalam berinteraksi, keterampilan dalam mengontrol diri, keterampilan dalam berempati, keterampilan dalam menaati aturan, dan keterampilan dalam menghargai orang lain. SARAN Berdasarkan simpulan, maka berikut ini beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap keterampilan sosial anak. sebagai berikut : 1) Permainan tradisional salah satu cara orang tua untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan sosial anak. 2) Orang tua dan orang dewasa dalam lingkungan tersebut, hendaknya berperan serta dalam memperkenalkan permainan tradisional yang dimainkannya di masa kecilnya dahulu. 3) Dalam lingkungan, anak merupakan tanggung jawab bersama sehingga adalah kewajiban semua pihak untuk membantu anak mempersiapkan dirinya menjadi orang dewasa yang sebagaimana seharusnya. DAFTAR PUSTAKA Badarrahman Perancangan Board Game Misi Hanoman. Tersedia : Diakses : 11 Maret Darmamulya, dkk Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta : Kepel Press. Devi, Lismayanti Peningkatan Keterampilan Sosial Anak TK Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif. Skripsi FIP-UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Hamzuri, Drs. & Tiarma Rita Siregar Permainan Tradisional Indonesia. Jakarta : Direktorat Permuseuman. Hasanah, Nor Izatil & Hardiyanti Pratiwi Pengembangan Anak Melalui Permainan Tradisional. Yogyakarta : Aswaja Pressindo. Hurlock, Elizabeth B Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga. Husna Permainan Tradisional Indonesia. Bandung : Andi Publisher. 10

11 Kurniati, Euis. Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Tersedia : Diakses : 07 Maret Kurniawan, Aloysius Budi Gelar Permainan Tradisional: Kearifan Itu Nyaris Punah. Kompas, 23 Februari Nasution Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Makmun, Abin Syamsuddin Psikologi Kependidikan. Bandung : Rosdakarya. M nks, dkk Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : UGM Press. Montolalu, dkk Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka. Mulyana, Deddy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya. Mulyani, Sri Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta : Langensari Publishing. Cahaya, Noor Permainan Anak Tradisional Kalimantan Selatan Sebagai Motivasi Pembelajaran di Sekolah, The Proceeding of International Seminar on Ethnopedagogy. Banjarmasin, 14 November Reynolds & Muijs Effective Teaching: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Rosita, Ida Efektifitas Bimbingan kelompok Melalui Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa. UPI: Diakses: 07 Maret Sapriya Pendidikan IPS : Konsep dan Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya Santrock, J.W Perkembangan Anak. Edisi 11. Jilid I. Jakarta: Erlangga. Semiawan Belajar & Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta : Indeks. Sukmadinata, Nana Shaodih Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya. Sudaryanti & Sigit DK Pengembangan Model Bahan Ajar PLH Berbasis Lokal Dalam Mata Pelajaran IPS. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Sukardi Metodologi Penelitian Pendidikan. : kompetensi dan prakteknya. Jakarta : Bumi Aksara. Supandi, Trisna Aneka Permainan Tradisional. Bandung : Pustaka Buana. Suryabrata, Sumadi Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosdakarya. Teviningrum Mainan Modern Rentan Masalah. Bandung : Pustaka Setia. Theresiana Permainan Tradisional Yogyakarta Sebagai Media Untuk Meningkatkan Keterampilan Interaksi Sosial Pada Anak Sekolah Dasar Dengan Kesulitan Bergaul. Yogyakarta: UGM Press. Tientje, dkk Pendidikan Anak Usia Dini Untuk Mengembangkan Multiple Inteligensi. Jakarta: Drama Graha Group. Tim Play Plus Ensiklopedia Permainan Tradisional Anak Indonesia. Jakarta : Erlangga. 11

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA HAMPARAN PERAK

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA HAMPARAN PERAK PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA HAMPARAN PERAK Wiwik Lestari, Nurdiana Siregar Surel: lestariwiwik201180@yahoo.co.id ABSTRACK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, kesimpulan dalam penelitian ini ialah sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN DAKON TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN

PENGARUH PERMAINAN DAKON TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN PENGARUH PERMAINAN DAKON TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN Ahmad Afandi PG-PAUD FIP, IKIP PGRI Jember Jl. Jawa No. 10, Jember e-mail: a_afandi41@yahoo.com Abstract: The research subjects

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK B

PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK B PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK B Ainul Khoirunnisa Sri Setyowati Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jl. Teratai No. 4 Surabaya (60136).

Lebih terperinci

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional Saat ini jarang terlihat permainan tradisional dimainkan oleh anak-anak terutama di kota besar. Memang banyak kendala yang dihadapi untuk permainan

Lebih terperinci

RICE HANDAYANI NIM A1/111164

RICE HANDAYANI NIM A1/111164 MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL KELERENG PADA KELOMPOK B PAUD RAUDHATUK HASANAH KABUPATEN KEPAHIANG ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri

Lebih terperinci

Menggapai Permainan Tradisional Anak Indonesia Dalam Perangkat Berbasis Android

Menggapai Permainan Tradisional Anak Indonesia Dalam Perangkat Berbasis Android Menggapai Permainan Tradisional Anak Indonesia Dalam Perangkat Berbasis Android Sri Handayani (sri@usm.ac.id) (Program Studi Teknik Informatika) Abstract Play is a child's world, by playing the child will

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peran penting bagi perkembangan karakter anak yang bermoral/berakhlak mulia, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Pendidikan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SISWA PADA MACAM MACAM PERMAINAN TRADISIONAL DI SD N GADINGAN

PENGETAHUAN SISWA PADA MACAM MACAM PERMAINAN TRADISIONAL DI SD N GADINGAN Pengetahuan Siswa pada (Henricus) 1 PENGETAHUAN SISWA PADA MACAM MACAM PERMAINAN TRADISIONAL DI SD N GADINGAN STUDENTS KNOWLEDGE OF A VARIETY OF TRADITIONAL GAMES AT PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL OF GADINGAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PERMAINAN TRADISIONAL JAGOAN MAIN

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PERMAINAN TRADISIONAL JAGOAN MAIN PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PERMAINAN TRADISIONAL JAGOAN MAIN Priti Syafira T Universitas Bina Nusantara pritysoetrisno@rocketmail.com Sari Wulandari, S.Sn., M.Sn Eka Sofyan Rizal, S.Sn ABSTRAK The goal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. Kerjasama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Semakin modern seseorang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH Oleh: Sri Maslihah PENDAHULUAN Dunia anak adalah dunia yang senantiasa menarik perhatian dengan berbagai tingkah laku anak yang luar biasa dinamis, variatif dan inovatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah video features yang mengenalkan atau melestarikan permainan tradisional warisan budaya lokal

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL Murfiah Dewi Wulandari,S.Psi.,M.Psi. PGSD FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta Murfiah.Wulandari@ums.ac.id ABSTRAK Kompetensi sosial merupakan

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa 62 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Sosiometri Setelah data yang berasal dari sosiometri yang diberikan kepada siswa kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa anak adalah masa yang sangat potensial, dimana pada masa ini anak sedang mengalami masa perkembangan secara optimal, pertumbuhan otak anak pada masa ini mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial dan kebijakan sosial muncul sebagai konsep. baru yang mewarnai konstalasi paradigma pembangunan sebelumnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial dan kebijakan sosial muncul sebagai konsep. baru yang mewarnai konstalasi paradigma pembangunan sebelumnya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sosial dan kebijakan sosial muncul sebagai konsep baru yang mewarnai konstalasi paradigma pembangunan sebelumnya yang telah didominasi oleh pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini merupakan masa keemasan

Lebih terperinci

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN SKRIPSI Diajukan Guna Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Guru PAUD Fakultas keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi hingga kelahiran menjadi seorang bayi, tumbuh menjadi anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi hingga kelahiran menjadi seorang bayi, tumbuh menjadi anak-anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dariyo (2007:37) mengatakan setiap individu yang normal akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keseimbangan merupakan salah satu hal penting dalam proses pertumbuhan anak usia 10-12 tahun karena pada usia tersebut anak mulai mengalami perubahan baru, baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan moral ini merupakan dampak negatif dari proses globalisasi yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. dan moral ini merupakan dampak negatif dari proses globalisasi yang terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini persoalan umum yang hampir dialami oleh banyak masyarakat di dunia adalah menyangkut degradasi nilai dan moral anak bangsa. Degradasi nilai dan moral

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENYUSUN BEKAS OROTAN PENSIL MENJADI BENTUK BUNGA PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK PULEREJO I KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL BIMBINGAN BERBASIS PERMAINAN DI SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI MODEL BIMBINGAN BERBASIS PERMAINAN DI SEKOLAH DASAR IMPLEMENTASI MODEL BIMBINGAN BERBASIS PERMAINAN DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas 2 di SD Laboratorium UPI, SDN Sukarasa 3 dan SDN Sukarasa 4) Oleh: Euis Kurniati, dkk Abstrak Permainan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI Oleh: Ni Kadek Nelly Paspiani, S.Pd TK Negeri Pembina Kotabaru, nelly_paspiani@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia Taman Kanak-kanak (TK) secara psikologis berada pada rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia Taman Kanak-kanak (TK) secara psikologis berada pada rentang usia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia Taman Kanak-kanak merupakan bagian dari rentang anak usia dini. Anak usia Taman Kanak-kanak (TK) secara psikologis berada pada rentang usia 4-6 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Kampanye sosial atau iklan layanan masyarakat merupakan iklan yang menampilkan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat

Lebih terperinci

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN PADA ANAK DENGAN PERMAINAN ULAR TANGGA DI KB ABC BLORONG

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN PADA ANAK DENGAN PERMAINAN ULAR TANGGA DI KB ABC BLORONG UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN PADA ANAK DENGAN PERMAINAN ULAR TANGGA DI KB ABC BLORONG Sri Yuliati, Sri Hartini Universitas Slamet Riyadi Jl Sumpah Pemuda No.18 Kadipiro, Surakarta

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF DESCRIPTION OF KNOWLEDGE LEVEL KINDERGARTEN TEACHER OF THE EQUIPMENT GAME EDUCATIVE STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend.

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP Jumiyanti (jumiyanti963@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The objective of this research was to

Lebih terperinci

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Karakteristik Siswa Sekolah Dasar 1. Karakteristik Perkembangan Sosial Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua,

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan mereka harus bisa hidup berdampingan dengan makhluk hidup lainnya demi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Via Oktavia, , Perancangan Interior fasilitas Pendidikan Anak Usia Dinii (Preschool) dengan Konsep Harmony of Crayon

ABSTRAK. Via Oktavia, , Perancangan Interior fasilitas Pendidikan Anak Usia Dinii (Preschool) dengan Konsep Harmony of Crayon ABSTRAK Via Oktavia, 0563062, Perancangan Interior fasilitas Pendidikan Anak Usia Dinii (Preschool) dengan Konsep Harmony of Crayon Masa kanak-kanak adalah masa penting yang menentukan perkembangan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai macam budaya. Kebudayaan ini haruslah dilestarikan dan dijaga, karena merupakan warisan yang telah diwariskan turun-temurun oleh bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan usia dini merupakan masa yang sangat tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Kependidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) OLEH

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Kependidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) OLEH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PENERAPAN PERMAINAN SUNDA MANDA PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI MLESE II GANTIWARNO KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada anak usia dini. Perkembangan

Lebih terperinci

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia terdiri dari berbagai jenjang, mulai dari jenjang prasekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Pada jenjang pendidikan prasekolah menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau

BAB I PENDAHULUAN. Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau sebuah aktivitas dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komputer sehingga orang tua juga merasa ingin memberikan pembelajaran kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komputer sehingga orang tua juga merasa ingin memberikan pembelajaran kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komputer saat ini tidak hanya digunakan oleh orang dewasa namun sudah dapat digunakan oleh anak-anak. Saat ini disekolah sudah banyak menggunakan komputer sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada usia dini. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari bahwasannya di

BAB I PENDAHULUAN. Suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari bahwasannya di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari bahwasannya di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada bidang studi Pendidikan Jasmani, masih banyak

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENANGKARAN MASAL (PENINGKATAN KARAKTER ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL) DESA BALESARI KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN KEPADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain, anak belajar banyak hal, bermain merupakan bagian yang amat penting dalam tumbuh kembang anak untuk menjadi

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN PERMAINAN ANAK USIA DINI DI JORONG BUKIT MINDAWA KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL

PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN PERMAINAN ANAK USIA DINI DI JORONG BUKIT MINDAWA KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN PERMAINAN ANAK USIA DINI DI JORONG BUKIT MINDAWA KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL LAELI SUSANTI NPM:09060137 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Pada Program Studi PG-PAUD

ARTIKEL PENELITIAN. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Pada Program Studi PG-PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI PERMAINAN TOPI RAJA PADA ANAK KELOMPOK B TK PGRI BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014-2015 ARTIKEL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN SONDA GANDA MODIFIKASI PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN AL-HASANAH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN SONDA GANDA MODIFIKASI PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN AL-HASANAH MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN SONDA GANDA MODIFIKASI PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN AL-HASANAH Khusna Mardhiyah Mas udah Prodi PG-PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kulitas hidup. Kemampuan gerak dasar di bagi menjadi 3, yaitu. gerak lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kulitas hidup. Kemampuan gerak dasar di bagi menjadi 3, yaitu. gerak lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pada dasarnya gerakan dasar pada manusia adalah gerakan berjalan, berlari, dan melompat. Sebagaimana dikemukakan oleh Yudha (2008: 21) bahwa Kemampuan gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Perkembangan teknologinya selalu up to date dan mengikuti perkembangan teknologi global khususnya di kota-kota

Lebih terperinci

Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Tegalsari 04 Ambulu Jember

Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Tegalsari 04 Ambulu Jember 1 Pendahuluan Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Tegalsari 04 Ambulu Jember Applying Role Playing Methods to Improve the Fifth Grade Students' Speaking

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KERJASAMA ANAK MELALUI PEMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DI KELOMPOK B TK PERTIWI 3 KALIMATI, JUWANGI, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN KERJASAMA ANAK MELALUI PEMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DI KELOMPOK B TK PERTIWI 3 KALIMATI, JUWANGI, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN KERJASAMA ANAK MELALUI PEMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DI KELOMPOK B TK PERTIWI 3 KALIMATI, JUWANGI, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TOKOH-TOKOH PERGERAKAN NASIONAL KELAS V SDN 70 BANDA ACEH Syarifah Habibah (Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIVITAS SENI RUPA ANAK MELALUI PERMAINAN SENI MOZAIK PADA KELOMPOK B TK PERTIWI JATIBARANG KABUPATEN BREBES TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KREATIVITAS SENI RUPA ANAK MELALUI PERMAINAN SENI MOZAIK PADA KELOMPOK B TK PERTIWI JATIBARANG KABUPATEN BREBES TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KREATIVITAS SENI RUPA ANAK MELALUI PERMAINAN SENI MOZAIK PADA KELOMPOK B TK PERTIWI JATIBARANG KABUPATEN BREBES TAHUN AJARAN 2012/2013 Umi Aenun Najibah Ratna Wahyu Pusari ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia dini tidak lepas dari kegiatan bermain. Setiap anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada mulanya dapat disaksikan pada masa anak-anak. Bahkan ada istilah populer yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

METODE SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR KELAS IV

METODE SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR KELAS IV METODE SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR KELAS IV Mardiyatun Nisa, Suripto, Harun Setyo Budi PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen. Jl. Kepodang 67A Kebumen 54312 Email: cenutz@ymail.com Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan naluri alamiah yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan naluri alamiah yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan naluri alamiah yang telah melekat pada diri anak sejak bayi. Saat bermain sebenarnya anak-anak sedang belajar banyak

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI JURNAL. Oleh ADZANI NOVITA AMALIA RANI ( )

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI JURNAL. Oleh ADZANI NOVITA AMALIA RANI ( ) PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI JURNAL Oleh ADZANI NOVITA AMALIA RANI (354) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A Indah Putri Murdhani Nurul Khotimah PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

Pendahuluan. Abstrak. Abstract. Azizah et al., Peningkatan Motivasi dan Hasil...

Pendahuluan. Abstrak. Abstract. Azizah et al., Peningkatan Motivasi dan Hasil... 1 Pendahuluan Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Sifat-Sifat Cahaya melalui Strategi Pembelajaran Penemuan (Discovery) Siswa Kelas VA SDN Karangharjo 02 Silo Jember (Increasing the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsung hidup dan meningkatkan

Lebih terperinci

PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK

PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini

Lebih terperinci

Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi 2 Susi Setiawani 3 ABSTRACT

Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi 2 Susi Setiawani 3 ABSTRACT PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SUB POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 SILO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi

Lebih terperinci

BAB 3. Elaborasi Tema

BAB 3. Elaborasi Tema BAB 3 Elaborasi Tema 3.1 Latar Belakang Tema Metoda pendekatan perancangan yang diambil adalah pendekatan yang berorientasi pada anak, yang berarti menempatkan anak sebagai subyek pendidikan, dimana anak-anak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini membahas tentang desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini membahas tentang desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, 63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini membahas tentang desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, definisi oprasional, kisi-kisi perilaku sosial siswa sekolah dasar, instrumen penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasi penjumlahan dan pengurangan. sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. anak untuk menyelesaikan suatu tugas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasi penjumlahan dan pengurangan. sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. anak untuk menyelesaikan suatu tugas. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Berhitung Permulaan Berhitung permulaan bagi anak usia dini merupakan sebuah bagian penting dalam masa perkembangannya. Pada masa ini anak mulai melakukan kegiatan berhitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah - sekolah yang sama kedudukan dan pentingnya dengan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha SMARATUNGGA Boyolali

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha SMARATUNGGA Boyolali PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA MENGHIDUPKAN KEMBALI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MEMBANGUN KARAKTER ANAK BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh: SARI LATIFA NIM : 1508191207 Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan game komputer dan video game di era-globalisasi ini semakin banyak dan semakin tak terbendung. Tentu saja ini merupakan sebuah perkara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan mendasar bagi anak. Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Prinsip Lambang Bilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Prinsip Lambang Bilangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengenal Lambang Bilangan 2.1.1 Pengertian dan Prinsip Lambang Bilangan Lambang bilangan adalah pengetahuan tentang bilangan dan merupakan bagian dari matematika, dengan mengemukakan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN SAINS DI TAMAN KANAK-KANAK DENGAN BERMAIN SAMBIL BELAJAR

MODEL PEMBELAJARAN SAINS DI TAMAN KANAK-KANAK DENGAN BERMAIN SAMBIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN SAINS DI TAMAN KANAK-KANAK DENGAN BERMAIN SAMBIL BELAJAR Dwi Yulianti 1, Wiyanto 2, Sri S. Dewanti H. 3 1,2 FMIPA, 3 PGTK FIP Universitas Negeri Semarang, Jl Raya Sekaran Gunung Pati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengingat zaman semakin maju, sekarang ini banyak sekali bermunculan permaian anak yang semakin beraneka ragam. Seiring dengan kemajuan tersebut membawa dampak

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING Postprints Rekognisi: Jurnal Pendidikan dan Kependidikan ISSN 2527-5259 Vol.1 No.1 Desember 2016 MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING Nina Hastina PGSD Universitas Nahdlatul Ulama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing individu. Karakter yang dimunculkan pada tiap individu

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing individu. Karakter yang dimunculkan pada tiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan suatu sifat yang mempunyai ciri tertentu dalam masing-masing individu. Karakter yang dimunculkan pada tiap individu tentunya berbeda-beda, contoh

Lebih terperinci

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Binti Anisaul Khasanah 1, Siti Khoiriah 2

EFEKTIVITAS PENERAPAN STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Binti Anisaul Khasanah 1, Siti Khoiriah 2 EFEKTIVITAS PENERAPAN STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Binti Anisaul Khasanah 1, Siti Khoiriah 2 1 STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung, bintianisaul@stkipmpringsewu-lpg.co.id

Lebih terperinci

Amelia Atika 1,Kamaruzzaman 2

Amelia Atika 1,Kamaruzzaman 2 SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 HUBUNGAN KETERAMPILAN KOGNITIF DENGAN KEMAMPUAN MEWUJUDKAN GAGASAN PADA MAHASISWA SEMESTER PENDEK PROGRAM STUDI BK STKIP-PGRI PONTIANAK TAHUN 2011/2012

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG Manuscript OLEH : Sri Utami G2A009102 PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANCANGAN BOARD GAME PENGENALAN RUMAH DAN PAKAIAN ADAT TRADISIONAL INDONESIA UNTUK SISWA KELAS 4 SD. Oleh Sonya Hemas Ayu Naviri NRP

ABSTRAK PERANCANGAN BOARD GAME PENGENALAN RUMAH DAN PAKAIAN ADAT TRADISIONAL INDONESIA UNTUK SISWA KELAS 4 SD. Oleh Sonya Hemas Ayu Naviri NRP ABSTRAK PERANCANGAN BOARD GAME PENGENALAN RUMAH DAN PAKAIAN ADAT TRADISIONAL INDONESIA UNTUK SISWA KELAS 4 SD Oleh Sonya Hemas Ayu Naviri NRP 0964157 Kebudayaan Indonesia merupakan suatu aset bangsa yang

Lebih terperinci

GEOMETRI DAN PELUANG DALAM PERMAINAN BAS-BASAN SEDERHANA

GEOMETRI DAN PELUANG DALAM PERMAINAN BAS-BASAN SEDERHANA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 GEOMETRI DAN PELUANG DALAM PERMAINAN BAS-BASAN SEDERHANA Anindiati Praminto Putri Mahasiswa Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci