PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN DAN PENYELENGGARAAN POS KESEHATAN DESA. Kementerian Kesehatan RI 2012 POS KESEHATAN DESA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN DAN PENYELENGGARAAN POS KESEHATAN DESA. Kementerian Kesehatan RI 2012 POS KESEHATAN DESA"

Transkripsi

1 PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN DAN PENYELENGGARAAN POS KESEHATAN DESA Kementerian Kesehatan RI 2012 POS KESEHATAN DESA

2 PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN DAN PENYELENGGARAAN POSKESDES PENGARAH Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian Dalam Negeri PENANGGUNGJAWAB Kepala Pusat Promosi Kesehatan TIM REVIEW MATERI Ismoyowati, SKM, M.Kes; drg. Rarit Gempari, MARS; Ir. Dina Agoes Soelistijani, M.Kes; Tumpal Pardomuan, MScPH; dr. Chita Septiawati, MKM; Drs. Mochammad Royan, M.Kes; Entos Zaenal, SP, MPHM; dr. Susiyo Luchito; drg. Ramadanura, MPHM; Hari Panji M,SE; Rustam Effendi, SKM, MPHM; dr. Melda Gloria M dr. Yenni Yuwana; dr. Cornellia K, drg. Ivo Syayadi,M.Kes; Riza Afriani Margareza, SKM; dr. Ernawati Octavia; dr. Maria Sondang Margaret; dr. Putriayu Hartini TIM EDITOR drg. Rarit Gempari, MARS; Ir. Dina Agoes Soelistijani, M.Kes; drg. Ery Heriyati Zulkifli D, MMR; Woro Sandra A, SKM; R. Danu Ramadityo, S.Psi; dr. Marti Rahayu Katalog dalam terbitan (KDT) Kementerian Kesehatan RI Ind p Indonesia, Kementerian Kesehatan RI Petunjuk Teknis Pengembangan & Penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa. -- Jakarta: Kementerian Kesehatan RI I. Judul 1. Petunjuk Teknis ISBN: KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah SWT atas selesainya tinjau ulang Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Pedoman ini telah disesuaikan dengan kebijakan dan ketentuan yang berlaku saat ini, dan diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman bagi pemangku kepentingan dalam pengembangan Poskesdes. Kebijakan pembangunan kesehatan periode lima tahun, yaitu tahun diarahkan pada tersedianya akses pelayanan kesehatan dasar guna mendukung pencapaian MDG s pada tahun Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar didukung dengan kemudahan akses, baik jarak maupun pembiayaan, agar masyarakat mendapatkan kesempatan yang sama dalam pelayanan kesehatan dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan kualitas manusia yang sehat dan mengurangi angka kesakitan. Sejalan dengan Renstra Kementerian Kesehatan RI tahun , bahwa 70% desa dan kelurahan di Indonesia akan menjadi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Desa dan kelurahan siaga telah menjadi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif apabila penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Poskesdes, atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Puskesmas, Puskesmas pembantu, atau sarana kesehatan lainya. Saya berharap dengan tersusunnya Petunjuk Teknis ini dapat mencapai kebijakan dan sasaran tersebut sebagaimana yang telah ditentukan. Selain itu, juga dapat meningkatkan upaya pemberdayaan dan pemberian pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, terutama untuk masyarakat di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan sehingga dapat mempercepat upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dan pencapaian Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Kepada tim penyusun, Saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kesungguhannya dalam menyelesaikan review buku petunjuk ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan dan kader di lapangan dan kiranya Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan hidayah-nya kepada kita semua. Jakarta, Oktober 2012 Sekretaris Jenderal dr. Ratna Rosita, MPHM ii POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA iii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. DASAR HUKUM... 3 BAB II KONSEP DASAR POSKESDES... 5 A. PENGERTIAN... 5 B. TUJUAN... 6 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN... 6 D. FUNGSI POSKESDES... 7 E. PRIORITAS PENGEMBANGAN... 7 F. MANFAAT... 8 G. PENGORGANISASIAN... 9 BAB III PENGEMBANGAN POSKESDES A. PENDEKATAN INTERNAL B. PENDEKATAN EKSTERNAL C. SURVEI MAWAS DIRI (SMD) D. MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD) E. PEMBENTUKAN POSKESDES F. PENGEMBANGAN JEJARING KERJASAMA BAB IV PENYELENGGARAAN POSKESDES A. KEGIATAN B. WAKTU PENYELENGGARAAN C. TEMPAT PENYELENGGARAAN D. PERALATAN DAN LOGISTIK E. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PARA PELAKSANA F. PEMBIAYAAN G. PENCATATAN DAN PELAPORAN BAB V PEMBINAAN POSKESDES BAB VI INDIKATOR KEBERHASILAN POSKESDES BAB VII PENUTUP BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumberdaya di bidang kesehatan. Namun, setiap orang juga tidak luput dari kewajibankewajiban di bidang kesehatan. Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2009, khususnya dalam tujuan Sub Sistem Pemberdayaan Masyarakat adalah meningkatnya kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam, setiap pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan. Saat ini, dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, masyarakat masih diposisikan sebagai objek dan belum sebagai subjek. Selain itu, masih banyak upaya kesehatan belum menyentuh masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal, kepulauan, dan perbatasan. Untuk itu, perlu adanya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), agar upaya kesehatan lebih iv POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 1

4 mudah diakses (accessible), lebih terjangkau (affordable), serta lebih berkualitas (quality). Dalam Kepmenkes Nomor 1529 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif disebutkan bahwa salah satu kriteria desa dan kelurahan siaga aktif adalah adanya kemudahan akses masyarakat ke sarana pelayanan kesehatan (Poskesdes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya) dan pengembangan UKBM yang melaksanakan surveilans berbasis masyarakat. Dalam perkembangan pemberdayaan masyarakat sampai dewasa ini, telah tumbuh dan berkembang berbagai UKBM. Berbagai UKBM yang telah berkembang, antara lain Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), Pos Malaria Desa (Posmaldes), Pos TB Desa, Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Pondok Bersalin Desa (Polindes), dll. Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada akhirnya diharapkan terintegrasi dengan perencanaan pembangunan desa, agar dalam pelaksanaannya dapat berkesinambungan. Oleh karena itu, diperlukan dukungan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait. Hal ini diperkuat dengan terbitnya Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri Nomor 140/1508/SJ Tahun 2011 yang ditujukan kepada seluruh Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia untuk menyelenggarakan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif di wilayahnya masing-masing sesuai dengan isi Pedoman umum pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif. B. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional 5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan sosial (BPJS) 6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader kesehatan Pemberdayaan Masyarakat. 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Profil Desa/Kelurahan. 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Kelurahan. 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa. 12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/MENKES/PER/ X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan 13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 631/MENKES/PER/ III/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan 14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan 15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 2 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 3

5 16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu 17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. 18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional. 19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/MENKES/SK/ II/2010 tentang Penetapan Roadmap Reformasi Kesehatan Masyarakat 20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1529/MENKES/SK/ X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif 21. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 021/MENKES/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor /292/2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Operasional dan Sekretariat Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Pusat BAB II KONSEP DASAR POSKESDES A. PENGERTIAN Pos Kesehatan Desa, selanjutnya disingkat dengan Poskesdes, adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dibentuk sebagai upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar setiap hari bagi masyarakat di desa serta sebagai sarana untuk mempertemukan upaya masyarakat dan dukungan Pemerintah. Pelayanan Poskesdes meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader kesehatan. Pengertian Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 5

6 B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Terwujudnya masyarakat sehat yang peduli, tanggap, dan mampu mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi. 2. Tujuan Khusus a. Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang kesehatan. b. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan) dan kader kesehatan. c. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan, dan pelaporan dalam rangka meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta faktorfaktor risikonya (termasuk status gizi dan ibu hamil yang berisiko). C. RUANG LINGKUP KEGIATAN Ruang lingkup kegiatan Poskesdes meliputi upaya kesehatan yang mencakup upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader kesehatan. Kegiatan Poskesdes, utamanya adalah pelayanan kesehatan dasar yaitu layanan kesehatan untuk ibu hamil, ibu menyusui, kesehatan anak dan pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, surveilans lingkungan, dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan, serta kesiapsiagaan terhadap bencana. Sebagai bentuk pertanggungjawaban maka kegiatan di Poskesdes didukung dengan pencatatan dan pelaporan. Poskesdes merupakan pendorong dalam menumbuhkembangkan terbentuknya UKBM lain di masyarakat serta meningkatkan partisipasi masyarakat dan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait. Kegiatan dilakukan berdasarkan pendekatan edukatif atau kemasyarakatan yang dilakukan melalui musyawarah dan mufakat oleh forum desa siaga aktif atau forum kesehatan lainnya yang sudah ada, yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi masyarakat setempat. D. FUNGSI POSKESDES 1. Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan guna lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. 2. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan. 3. Sebagai wahana pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan. E. PRIORITAS PENGEMBANGAN Mengingat Poskesdes merupakan salah satu upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar yang sekaligus menjadi wahana pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan maka prioritas pengembangannya adalah: 6 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 7

7 1. Desa yang tidak terdapat atau yang sulit mengakses fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Rumah Sakit). 2. Desa di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan. F. MANFAAT 1. Bagi Masyarakat Desa a. Permasalahan kesehatan di desa dapat dideteksi secara dini, sehingga bisa ditangani dengan cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi, potensi dan kemampuan yang ada. b. Masyarakat desa dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar (KIA/KB, peningkatan gizi masyarakat khususnya balita dan maternal, imunisasi termasuk pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, upaya mewujudkan lingkungan sehat, dan pengobatan sederhana termasuk trauma, didukung dengan penyediaan obat-obat esensial) serta pengetahuan dan keterampilan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kesiapsiagaan serta penanggulangan masalah kesehatan. c. Masyarakat dapat mengaktualisasikan diri dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan. 2. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan) a. Tenaga kesehatan (bidan) dapat mengaktualisasikan dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di wilayahnya. b. Tenaga kesehatan (bidan) dapat lebih mudah memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. c. Tenaga kesehatan (bidan) mendapatkan informasi secara cepat tentang permasalahan kesehatan di masyarakat dan upaya kesehatan bagi masyarakat. 3. Bagi Kader kesehatan a. Kader kesehatan mendapatkan informasi lebih awal di bidang kesehatan. b. Kader kesehatan dapat mengaktualisasikan dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di wilayahnya. c. Kader dapat menjadi teladan bagi masyarakat desanya. 4. Bagi Puskesmas a. Memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. b. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yang meliputi pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. c. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat. 5. Bagi Sektor lain Dapat memadukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan secara efektif dan efisien. G. PENGORGANISASIAN Prinsip pengorganisasian Poskesdes adalah dikelola oleh masyarakat yang dalam hal ini kader kesehatan dengan bimbingan tenaga kesehatan. 1. Tenaga Poskesdes Agar Poskesdes dapat terselenggara, maka perlu didukung dengan tenaga sebagai berikut. 8 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 9

8 a. Kader Kesehatan Kader kesehatan sekurang-kurangnya berjumlah 2 (dua) orang yang telah mendapatkan pelatihan/orientasi. b. Tenaga kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan di Poskesdes minimal 1 (satu) orang bidan. Pemenuhan tenaga kesehatan Poskesdes awalnya dapat dilakukan atas bantuan Pemerintah daerah setempat, dan selanjutnya dilakukan secara bertahap oleh masyarakat sendiri. Diharapkan tenaga kesehatan yang akan membantu Poskesdes berdomisili di desa setempat. 2. Kepengurusan Poskesdes Kepengurusan Poskesdes dipilih melalui musyawarah dan mufakat masyarakat desa atau forum desa siaga aktif setempat, serta ditetapkan oleh Kepala Desa. Struktur pengurus minimal terdiri dari Pembina, Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota. Susunan pengurus Poskesdes bersifat fleksibel sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan permasalahan setempat. 3. Hubungan Koordinasi dan Pembinaan Hubungan koordinasi dan pembinaan antara Poskesdes dan unit-unit serta masyarakat, dapat digambarkan sebagai berikut. RSUD Kabupaten/Kota UKBM Lain PUSKESMAS PUSTU PUSTU PUSTU Keluarga/ Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota POSKESDES Pokjanal Desa Siaga Aktif Tk. Kab/Kota Forum Desa Siaga Aktif Tk. Kecamatan Forum Desa Siaga Aktif Tk. Desa (Bagan 2.1. Hubungan Koordinasi dan Pembinaan Poskesdes) a. Poskesdes berada di bawah pengawasan dan bimbingan Puskesmas setempat. Pelaksana Poskesdes wajib melaporkan kegiatannya kepada Puskesmas ataupun kepada sektor terkait. Laporan kegiatan yang menyangkut pelayanan kesehatan disampaikan kepada Puskesmas oleh tenaga kesehatan Poskesdes. Adapun laporan yang menyangkut pertanggungjawaban keuangan disampaikan kepada Kepala Desa selaku Ketua Forum Desa Siaga Aktif Tingkat Desa. b. Jika di wilayah desa tersebut terdapat Puskesmas Pembantu maka Poskesdes berkoordinasi dengan Puskesmas Pembantu tersebut. c. Poskesdes di bawah pembinaan Kabupaten/Kota melalui Puskesmas. Pembinaan dalam aspek upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan. Apabila 10 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 11

9 Poskesdes tidak mampu memberikan pelayanan, perlu melakukan rujukan ke Puskesmas, antara lain pelayanan kegawatdaruratan. Pada keadaan tertentu Poskesdes dapat melakukan rujukan langsung ke Rumah Sakit dengan sepengetahuan Puskesmas. d. Poskesdes berkoordinasi dengan Forum Desa Siaga Aktif dalam upaya penemuan dan penanganan penderita penyakit melalui Survei Mawas Diri (SMD). Hasil SMD ini akan dibahas dalam forum desa, untuk selanjutnya disampaikan ke Forum Desa Siaga Aktif Tingkat Kecamatan. Koordinasi ini dilakukan secara berjenjang dari Tingkat Desa sampai Tingkat Pusat. BAB III PENGEMBANGAN POSKESDES Poskesdes merupakan penggerak dalam pengembangan Desa Siaga Aktif sehingga pengembangan Poskesdes terintegrasi dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1529 tahun 2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah pengembangan Poskesdes sebagai berikut. A. PENDEKATAN INTERNAL Langkah ini merupakan awal kegiatan, tujuan pendekatan internal adalah mempersiapkan petugas kesehatan dan aparat desa setempat, sehingga bersedia dan memiliki kemampuan mengelola serta membina Poskesdes, dalam upaya untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi masyarakat. Persiapan ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan dan pelatihan/orientasi yang bersifat konsolidasi yang tentunya disesuaikan dengan kondisi setempat. B. PENDEKATAN EKSTERNAL Tujuan pendekatan eksternal adalah mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat sehingga bersedia mendukung penyelenggaraan Poskesdes. Untuk ini, perlu dilakukan berbagai pendekatan dengan tokoh masyarakat yang bertempat tinggal di daerah setempat. 12 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 13

10 Jika di daerah tersebut telah terbentuk Forum Desa Siaga Aktif atau Forum Peduli Kesehatan lainnya, pendekatan eksternal ini juga dilakukan bersama dan atau mengikutsertakan forumforum tersebut. Dukungan yang diharapkan adalah dukungan moril, finansial dan material, seperti kesepakatan dan persetujuan masyarakat, bantuan dana, tempat penyelenggaraan serta peralatan Poskesdes. C. SURVEI MAWAS DIRI (SMD) Tujuan SMD adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat (sense of belonging) melalui penemuan sendiri masalah kesehatan di wilayahnya serta memecahkan masalahnya sesuai dengan sumber daya dan kearifan lokal yang dimiliki. SMD dilakukan oleh kader Poskesdes yang merupakan masyarakat setempat bersama tokoh masyarakat serta anggota Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang terlatih dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disepakati dengan bimbingan dari tenaga kesehatan setempat. Hasil SMD dicatat untuk menjadi acuan dalam melaksanakan langkah-langkah pemecahan masalah. Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan orientasi anggota masyarakat yang dinilai mampu melakukan SMD, seperti guru, anggota Pramuka, kelompok dasawisma, PKK, anggota karang taruna, murid sekolah, atau kelompok potensial lainnya yang ada di desa. Hasil dari SMD adalah data tentang masalah kesehatan serta potensi masyarakat untuk memecahkan masalah yang ada di desa. D. MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD) Tujuan penyelenggaraan MMD ini adalah untuk mencari alternatif pemecahan masalah kesehatan yang ditemukan pada saat SMD dengan memanfaatkan sumber daya dan kearifan lokal yang dimiliki desa. MMD diselenggarakan oleh semua pengurus Forum Desa Siaga Aktif bersama seluruh masyarakat. Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, terutama adalah daftar masalah kesehatan, data sumber daya, serta skala prioritas kebutuhan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas masalah yang akan ditindak lanjuti, dukungan dan kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh masingmasing individu/organisasi kemasyarakatan (ormas)/sektor yang diwakilinya, serta langkah-langkah pemecahan masalah untuk pengembangan Poskesdes. E. PEMBENTUKAN POSKESDES Secara operasional pembentukan Poskesdes dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut. 1. Pemilihan Pengurus dan Kader kesehatan Poskesdes. Pemilihan pengurus dan kader kesehatan Poskesdes dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan, pengelola, dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang disepakati, dengan fasilitasi Puskesmas. Jumlah kader kesehatan untuk setiap Poskesdes minimal 2 (dua) orang atau disesuaikan dengan kegiatan yang dilaksanakan dan kemampuan serta potensi desa setempat. 2. Pelatihan/Orientasi Kader Kesehatan. Pengelola dan kader kesehatan terpilih sebelum melaksanakan tugasnya, perlu diberikan pelatihan atau orientasi tentang 14 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 15

11 pengelolaan Poskesdes. Pelatihan/orientasi dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan pedoman pelatihan/orientasi yang berlaku. Pada waktu menyelenggarakan pelatihan/orientasi, sekaligus disusun rencana kerja (Plan of Action) Poskesdes yang akan dibentuk, lengkap dengan waktu dan tempat penyelenggaraan, para pelaksana dan pembagian tugas serta sarana dan prasarana yang diperlukan. Materi pelatihan/orientasi antara lain mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di Poskesdes, meliputi: a. Pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kompetensinya, yaitu layanan kesehatan untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan kesehatan anak. b. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), penyakit tidak menular dan faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko. c. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, penyakit tidak menular serta faktor-faktor risikonya (termasuk kurang gizi). d. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan melalui metode simulasi. 3. Pemenuhan/Penempatan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. a. Pemenuhan/penempatan tenaga kesehatan, terutama Bidan sebagai penyelenggara Poskesdes awalnya dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan untuk pengembangan selanjutnya, pemenuhan dapat dilakukan oleh masyarakat. b. Pelatihan tenaga kesehatan Sebelum melaksanakan tugasnya, tenaga kesehatan diberi pelatihan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang harus dimiliki serta tugas yang menjadi tanggung jawabnya oleh institusi yang berwenang di wilayahnya. F. PENGEMBANGAN JEJARING KERJASAMA Mengingat permasalahan kesehatan sangat kompleks, maka pemecahannya perlu melibatkan berbagai pihak baik yang ada di wilayah desa maupun dukungan dari mitra yang ada di luar desa, seperti individu/organisasi kemasyarakatan/institusi/sektor. Untuk memajukan Poskesdes, perlu adanya pembentukan dan pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak guna terlaksananya aktivitas Poskesdes yang optimal. Aktualisasi dari pengembangan jejaring Poskesdes, dapat dilakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau temu jejaring antar-poskesdes, serta temu jejaring antar-tenaga kesehatan. Untuk memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat dijadikan wahana untuk saling bertukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang ada di wilayah setempat dan dihadapi bersama. Selain jejaring program untuk proses pemberdayaan dibutuhkan juga dukungan kemitraan dari pihak lain. Untuk mendapatkan dukungan yang berasal dari organisasi kemasyarakatan dan tanggung jawab sosial korporasi (Corporate Social Responsibility/ CSR) serta dukungan media massa untuk publikasi yang kelak mempercepat penyampaian informasi yang diharapkan desa sekitar terpapar informasi dan terpacu untuk mengembangkan upaya bidang kesehatan di wilayahnya. 16 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 17

12 BAB IV PENYELENGGARAAN POSKESDES Penyelenggaraan Kegiatan Poskesdes secara rutin dilaksanakan oleh kader kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di desa tersebut dengan bimbingan Puskesmas setempat dan sektor terkait. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Poskesdes meliputi upaya promotif, preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif (pengobatan) sesuai dengan kompetensi petugas kesehatan yang ada di Poskesdes. A. KEGIATAN Kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa yang dilaksanakan di Poskesdes adalah: 1. Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, bersalin, dan nifas a. Pemeriksaan kehamilan, meliputi pemeriksaan tinggi fundus uteri, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah serta pendeteksian dini tanda-tanda bahaya pada kehamilan melalui Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K). b. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah tetanus pada saat proses persalinan. c. Pemberian tablet tambah darah (Fe) untuk mencegah timbulnya anemia/kurang darah. d. Penyuluhan atau konseling tentang gizi dan kehamilan serta KB setelah persalinan. e. Penyelenggaraan kelas ibu hamil. f. Penanganan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK). g. Pertolongan persalinan aman, termasuk pencegahan infeksi. h. Kunjungan ibu nifas. i. Rujukan ke Puskemas/rumah sakit untuk kasus kehamilan/ persalinan/nifas yang tidak dapat ditangani di Poskesdes. 2. Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui a. Penyuluhan tentang cara menyusui dan perawatan bayi yang benar. b. Penyuluhan tentang gizi bagi ibu menyusui dan KB setelah persalinan. c. Penyuluhan tentang penanganan permasalahan kesehatan bayi dan anak balita. 3. Pelayanan kesehatan untuk anak a. Perawatan bayi baru lahir. b Pemeriksaan kesehatan anak. c. Pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak balita. d. Pemberian lima imunisasi dasar lengkap. e. Penyuluhan gizi pada anak. f. Penanganan permasalahan kesehatan pada anak. 4. Penemuan dan penanganan penderita penyakit a. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), serta penyakit tidak menular dan faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko. 18 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 19

13 b. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, penyakit tidak menular serta faktor-faktor risikonya (termasuk kurang gizi). c. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan melalui metode simulasi. B. WAKTU PENYELENGGARAAN Sesuai dengan fungsi Poskesdes sebagai fasilitas pelayanan kesehatan guna lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat maka pelayanan dilaksanakan setiap hari. C. TEMPAT PENYELENGGARAAN Poskesdes perlu memiliki tempat pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kegiatan Poskesdes dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan: 1. Gedung Polindes yang ada, yang dikembangkan menjadi Poskesdes. 2. Sarana gedung yang tersedia, seperti Balai Desa, Balai Pertemuan Desa, dan lain-lain. Selain memanfaatkan gedung tersebut, pengadaan tempat dan pembangunan Poskesdes dapat diupayakan dengan alternatif pembiayaan melalui swadaya masyarakat, donatur/ dunia usaha/swasta, dan fasilitasi Pemerintah (Pusat atau Daerah). Pembangunan Poskesdes dengan fasilitasi pemerintah diperuntukkan bagi desa yang belum memiliki bangunan poskesdes, dengan persyaratan sebagai berikut. 1. Kriteria Umum a. Masyarakatnya tidak mampu membangun secara swadaya b. Tersedia tanah/lahan yang tidak bermasalah atau bukan lahan sengketa c. Beberapa pertimbangan lokasi, antara lain: 1) Ketersediaan lahan di tengah pemukiman warga 2) Mudah dijangkau oleh masyarakat (transportasi) 3) Keamanan petugas kesehatan terjamin 4) Tidak berdekatan dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya d. Adanya kesepakatan dalam pembangunan poskesdes yang didasari oleh musyawarah masyarakat desa 2. Kriteria Teknis a. Luas bangunan 1) Luas ruangan/bangunan disesuaikan ketersediaan lahan sambil memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan/ kegiatan dan hal-hal yang berkaitan pemenuhan kebutuhan, baik perempuan maupun laki-laki, termasuk ibu hamil, usia lanjut, dan penyandang cacat. 2) Jumlah ruangan dan kebutuhan sarana disesuaikan dengan jenis pelayanan/kegiatan yang dilaksanakan. 3) Pembangunan Poskesdes yang baru diprioritaskan menggunakan bahan bangunan yang berasal dari daerah setempat. 4) Bentuk luar dari Poskesdes dapat disesuaikan dengan model rumah adat setempat. b. Denah tata ruang Rancangan tata ruang/bangunan Poskesdes disesuaikan dengan fungsi sarana pelayanan kesehatan dan memperhatikan pemenuhan kebutuhan, baik perempuan maupun laki-laki, termasuk ibu hamil, usia lanjut, dan penyandang cacat. Pada pelaksanaan pelayanan kesehatan 20 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 21

14 di dalam Poskesdes, ruangan atau tempat yang ada dapat berfungsi sebagai: 1) Tempat pendaftaran 2) Tempat tunggu 3) Ruang pemeriksaan 4) Ruang tindakan (persalinan) 5) Ruang rawat inap persalinan 6) Ruang petugas 7) Tempat konsultasi (gizi, sanitasi, dll) 8) Tempat obat 9) Ruang Laktasi 10) Kamar mandi dan toilet c. Peralatan Poskesdes 1) Peralatan medis sesuai dengan jenis pelayanannya 2) Peralatan non medis, seperti sarana pencatatan, meubelair, sarana komunikasi, wireless meeting amplifier, megaphone,dan lain-lain sesuai kebutuhan 3) Membuat surat pernyataan tidak mengalihfungsikan peralatan Poskesdes Kit yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan dan diketahui oleh Bupati/ Walikota. D. PERALATAN POSKESDES Poskesdes perlu dilengkapi dengan peralatan dan logistik sebagai berikut. 1. Peralatan a. Peralatan Medis disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang disediakan. b. Peralatan non medis disesuaikan kebutuhan, seperti meubelair, sarana pencatatan, sarana komunikasi, sarana transportasi, media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), dan lain-lain. c. Membuat surat pernyataan untuk tidak mengalihfungsikan peralatan yang juga ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan dan diketahui oleh Bupati/Walikota. Pemenuhan peralatan Poskesdes dapat dilaksanakan melalui: a. Pemanfaatan alat yang telah ada di Polindes. b. Swadaya masyarakat di bawah pengawasan dan pembinaan Puskesmas. c. Bantuan donatur/dunia usaha/swasta di bawah koordinasi Dinas Kesehatan setempat. d. Pengadaan alat Poskesdes dengan fasilitasi Pemerintah (Pusat atau Daerah). 2. Obat-obatan Jenis dan jumlah obat-obatan yang perlu disediakan Poskesdes sesuai dengan jenis pelayanan yang diselenggarakan, yang penetapannya berkoordinasi dengan Puskesmas setempat. Penyediaan obat Poskesdes dapat dilaksanakan dengan: a. Swadaya masyarakat di bawah pengawasan dan pembinaan Puskesmas. b. Bantuan donatur/dunia usaha/swasta dengan pengawasan dan pembinaan Dinas Kesehatan setempat. c. Fasilitasi pemerintah (Pusat atau Daerah) melalui Puskesmas. E. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PARA PELAKSANA Terselenggaranya pelayanan Poskesdes melibatkan banyak pihak. Adapun tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan Poskesdes sebagai berikut. 22 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 23

15 1. Tenaga Poskesdes a. Tugas masing-masing pelaksana sesuai dengan kompetensi, kemampuan dan kewenangannya. 1) Bidan: Memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat Melakukan pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), penyakit tidak menular dan faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko. Melakukan penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta penyakit tidak menular dan faktor-faktor risikonya (termasuk kurang gizi). Melaksanakan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana serta kegawatdaruratan kesehatan melalui metode simulasi. Melakukan pencatatan pelaporan terkait pelayanan kesehatan dasar yang diberikan. 2) Kader Kesehatan: Membantu Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Melakukan pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), penyakit tidak menular dan faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan Poskesdes. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan. b. Tenaga pelaksana Poskesdes, baik tenaga kesehatan maupun kader kesehatan, terlebih dahulu mendapatkan pelatihan/orientasi tentang pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dari institusi yang berwenang. 2. Petugas Puskesmas Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Poskesdes minimum satu kali dalam sebulan. Peran petugas Puskesmas sebagai berikut. a. Memberikan bimbingan dan pembinaan kader kesehatan dan tenaga kesehatan dalam penyelenggaraan Poskesdes. b. Menyelenggarakan pelatihan atau penyegaran atau orientasi bagi kader kesehatan dan tenaga kesehatan Poskesdes. c. Melakukan analisis hasil kegiatan Poskesdes, menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan Poskesdes bekerja sama dengan Forum Desa. d. Menerima konsultasi/rujukan dalam menangani berbagai kasus kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi oleh pelaksana Poskesdes. e. Mendukung pemenuhan/pengadaan alat dan obat-obatan yang dibutuhkan Poskesdes (jika diperlukan). f. Melakukan konsultasi kepada Dinas Kesehatan setempat mengenai permasalahan yang dihadapi di Poskesdes baik dari segi tenaga, peralatan dan sarana lain serta dana. F. PEMBIAYAAN 1. Sumber Biaya Pembiayaan Poskesdes berasal dari berbagai sumber, antara lain: 24 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 25

16 a. Masyarakat 1) luran pengguna/pengunjung Poskesdes. 2) luran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat. 3) Sumbangan/donatur dari perorangan atau kelompok masyarakat. 4) Mobilisasi dana sosial lainnya. b. Swasta/dunia usaha peran aktif swasta/dunia usaha juga diharapkan dapat menunjang pembiayaan Poskesdes. Bantuan yang diberikan dapat berupa dana, sarana, prasarana, atau tenaga, yakni sebagai sukarelawan Poskesdes. c. Hasil Usaha Pengelola dan kader kesehatan Poskesdes dapat melakukan usaha mandiri, yang hasilnya disumbangkan untuk biaya pengelolaan Poskesdes. d. Pemerintah Bantuan dari pemerintah terutama diharapkan pada tahap awal pembentukan, yakni berupa dana stimulan atau bantuan lainnya dalam bentuk sarana dan prasarana Poskesdes. 2. Pemanfaatan dan Pengelolaan Dana a. Pemanfaatan Dana Dana yang diperoleh Poskesdes, digunakan untuk membiayai kegiatan Poskesdes, antara lain untuk: 1) Biaya operasional Poskesdes. 2) Bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan. 3) Modal usaha. b. Pengelolaan Dana Pengelolaan dana dilakukan oleh pengelola dan kader kesehatan Poskesdes. Dana harus disimpan di tempat yang aman dan jika mungkin mendatangkan hasil. Untuk keperluan biaya rutin disediakan kas kecil yang dipegang oleh kader kesehatan yang ditunjuk. Setiap pemasukan dan pengeluaran harus dicatat dan dikelola secara bertanggung jawab. 3. Pola Tarif Penetapan tarif pelayanan di Poskesdes dilakukan melalui musyawarah masyarakat desa dengan fasilitasi Puskesmas, dan ditetapkan dengan Surat Keputusan kepala Desa. Prinsip yang perlu dipegang adalah bahwa besaran tarif tidak membebani masyarakat dan dapat digunakan untuk operasional Poskesdes. G. PENCATATAN DAN PELAPORAN 1. Pencatatan Pencatatan dilakukan oleh kader kesehatan dan tenaga kesehatan segera setelah kegiatan dilaksanakan. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan format yang ada, antara lain: a. Buku catatan sasaran Poskesdes, yang mencatat jumlah seluruh warga dan masyarakat sekitarnya. b. Buku catatan rekapitulasi kegiatan pelayanan Poskesdes. c. Buku catatan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan oleh Poskesdes. d. Buku catatan kegiatan usaha, apabila Poskesdes menyelenggarakan kegiatan usaha. e. Buku pengelolaan keuangan. f. Dan lain-lain sesuai kegiatan yang dilaksanakan dan kebutuhan Poskesdes yang bersangkutan. 26 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 27

17 2. Pelaporan Kegiatan yang menyangkut pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan Poskesdes, tetap harus dilaporkan oleh tenaga Poskesdes dengan mengacu format pelaporan Puskesmas disesuaikan dengan kegiatan di Poskesdes. Pelaporan dilakukan minimal satu bulan sekali pada saat diselenggarakannya Lokakarya Mini Puskesmas. Setiap Puskesmas harus menunjuk petugas yang bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan pencatatan dan pelaporan terkait dengan pelayanan kesehatan dasar di Poskesdes. Berkaitan dengan pertanggungjawaban administrasi dan keuangan, Poskedes melaporkan kepada Pengurus Poskesdes dan Kepala Desa. BAB V PEMBINAAN POSKESDES Pembinaan Poskesdes dilaksanakan secara terpadu dengan lintas sektor. Pembinaan teknis kesehatan dilakukan oleh Puskesmas, sedangkan hal-hal non-teknis kesehatan dilakukan oleh Pemerintahan Desa, Forum Desa Siaga Aktif dan lintas sektor di tingkat Kecamatan. Pembinaan Poskesdes meliputi peningkatan pengetahuan baik petugas kesehatan, kader kesehatan, pembinaan administrasi, termasuk pengelolaan keuangan. Pembinaan ini ditujukan untuk keberlangsungan operasional dan berfungsinya Poskesdes. Pembinaan tersebut ditujukan pada pengelolaan sumberdaya Poskesdes, yang terdiri dari dana, sarana penunjang, dan sumberdaya manusia. Pembinaan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari desa sampai pusat oleh berbagai pemangku kepentingan (stakeholder). Adapun peran pembina Poskesdes tersebut sebagai berikut. 1. Kepala Desa a. Memberikan produk hukum guna kelancaran operasional Poskesdes. b. Menggalang Kader kesehatan dan tenaga PKK. c. Mengupayakan infrastruktur Poskesdes. d. Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat dan swasta. e. Menggalang dan mengalokasikan dana anggaran desa untuk pengembangan Poskesdes serta desa dan kelurahan siaga aktif. 28 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 29

18 f. Memasukkan perencanaan Poskesdes yang termasuk dalam perencanaan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dalam musyawarah rencana pembangunan desa. g. Membahas secara musyawarah bersama dengan warga, Forum Desa Siaga Aktif serta pemangku kepentingan terkait dalam kegiatan musyawarah masyarakat desa. h. Melaksanakan pembinaan administrasi. 2. Lintas Sektor di Desa a. Mengkoordinasikan program/kegiatan sektor dengan program/kegiatan Poskesdes. b. Ikut menciptakan suasana kondusif bagi kelancaran pelaksanaan Poskesdes. 3. Petugas Puskesmas a. Melaksanakan monitoring, pembinaan, dan evaluasi berkaitan dengan teknis medis (pelatihan, supervisi, dsb). b. Melaksanakan advokasi kepada pejabat dan kelompok potensial lainnya. c. Menggalang informasi kesehatan dari hasil pelaporan. d. Melakukan fasilitasi pelayanan kesehatan apabila diperlukan. 4. Camat a. Mengkoordinasikan seluruh potensi yang ada. b. Mengupayakan infrastruktur Poskesdes. c. Menggalang dana untuk operasional Poskesdes serta pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif. d. Membahas perencanaan Poskesdes bersama dengan forum desa tingkat kecamatan serta pemangku kepentingan terkait berdasarkan pelaporan yang disampaikan oleh forum dan kelurahan siaga aktif tingkat desa. e. Menggalang kader kesehatan dan tim penggerak PKK. f. Melaksanakan pembinaan administrasi. 5. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota a. Mengembangkan komitmen dan kerjasama Tim di tingkat kabupaten/kota dalam rangka pengembangan Poskesdes. b. Optimalisasi fungsi Puskesmas (dan jaringannya) sehingga mampu melaksanakan pelayanan kesehatan dengan baik. c. Optimalisasi fungsi Rumah Sakit sehingga mampu melaksanakan pelayanan rujukan dengan baik. d. Menyelenggarakan pelatihan/orientasi bagi petugas kesehatan dan kader kesehatan. e. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat kabupaten/kota dalam rangka pengembangan Poskesdes. f. Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, bimbingan dan evaluasi teknis terhadap Poskesdes. g. Menyediakan dukungan anggaran dan sumberdaya bagi kesinambungan dan kelestarian Poskesdes dan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif. h. Memasukkan perencanaan Poskesdes yang termasuk dalam perencanaan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dalam musyawarah rencana pembangunan Kabupaten/Kota. i. Membahas perencanaan Poskesdes bersama dengan Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Desa dan kelurahan siaga aktif tingkat Kabupaten/Kota serta pemangku kepentingan terkait berdasarkan pelaporan yang disampaikan oleh forum desa dan kelurahan siaga aktif tingkat kecamatan. 30 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 31

19 6. Peran Dinas Kesehatan Provinsi a. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam rangka pengembangan Poskesdes. b. Membantu dinas kesehatan kabupaten/kota mengembangkan kemampuan melalui pelatihan/orientasi. c. Membantu dinas kesehatan kabupaten/kota mengembangkan kemampuan Puskesmas (dan jaringannya) dan rumah sakit dalam rangka pengembangan Poskesdes. d. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) pada tingkat provinsi dalam rangka pengembangan Poskesdes. e. Bersama dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pemantauan, bimbingan dan evaluasi teknis terhadap Poskesdes. f. Menyediakan dukungan sumberdaya dan stimulan. g. Membahas perencanaan Poskesdes bersama dengan Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif tingkat Provinsi serta pemangku kepentingan terkait berdasarkan pelaporan yang disampaikan oleh Pokjanal dan kelurahan siaga aktif tingkat Kabupaten/Kota. 7. Peran Kementerian Kesehatan a. Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi/pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat. b. Menyelenggarakan pelatihan/orientasi. c. Menyediakan dukungan sumberdaya dan stimulan. d. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi. e. Membahas perencanaan Poskesdes bersama Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif secara berjenjang. 8. Peran pemangku kepentingan (Stakeholder) a. Pejabat Pemerintah Daerah Memberikan dukungan kebijakan, sarana, dan dana untuk penyelenggaraan Poskesdes. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan Poskesdes. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan Poskesdes. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Poskesdes secara berkesinambungan dan lestari. b. Tim Penggerak PKK Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan Poskesdes. Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan dan memanfaatkan Poskedes. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam mendukung kegiatan Poskesdes. c. Tokoh Masyarakat Menggali sumberdaya untuk kesinambungan dan kelangsungan penyelenggaraan Poskesdes. Menaungi dan membina Poskesdes. Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan Posksedes. d. Organisasi Kemasyarakatan/LSM/Dunia Usaha/Swasta Berperan aktif dalam penyelenggaraan Poskesdes. Memberikan dukungan sarana serta dana untuk pengembangan dan penyelenggaraan Poskesdes. 32 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 33

20 BAB VI INDIKATOR KEBERHASILAN POSKESDES i. Cakupan keluarga yang dibina sadar gizi. j. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular tertentu yang menjadi masalah setempat. Guna mengukur keberhasilan pelaksanaan Poskesdes, dapat dilihat dari komponen sistem Poskesdes, yaitu input dan output menurut tujuan, sasaran, fungsi, dan pelayanan yang diberikan. Indikator yang ditetapkan harus mempunyai daya ungkit terhadap pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya. Adapun indikator tersebut adalah: 1. Input a. Jumlah kader aktif. b. Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia. c. Tersedianya sarana (alat dan obat). d. Tersedianya tempat pelayanan. e. Tersedianya dana operasional Poskesdes. f. Tersedianya data (catatan jumlah bayi di imunisasi, jumlah kematian). 2. Output a. Cakupan ibu hamil yang dilayani (K4). b. Cakupan persalinan yang dilayani (Linakes). c. Cakupan kunjungan neonatus (KN2). d. Cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. e. Cakupan BBLR yang dirujuk. f. Jumlah bayi dan anak Balita BB tidak naik (T) ditangani. g. Cakupan imunisasi. h. Cakupan pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam. 34 POS KESEHATAN DESA POS KESEHATAN DESA 35

21 BAB VII PENUTUP Buku Pedoman ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum guna pelaksanaan dan pengembangan poskesdes di lapangan dalam rangka mendukung pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif. Dalam kenyataannya banyak sekali variasi dalam melaksanakan dan mengembangkan Poskesdes, sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan setempat. Buku ini diakui masih banyak kekurangan, dan tidak mungkin dapat mencakup segala permasalahan dan pemecahannya di lapangan. Oleh karena itu, akan dilakukan penyempurnaan berdasarkan pengalaman daerah dalam pembentukan dan pengembangan Poskesdes dan masukan pihak terkait. Keberhasilan Poskesdes sebagai wujud UKBM akan bergantung pada penerapan langkah-langkah penyelenggaraannya sehingga dapat mengoptimalkan partisipasi masyarakat, dan hasil dari dukungan Puskesmas serta seluruh upaya berbagai pemangku kepentingan terkait. 36 POS KESEHATAN DESA

Poliklinik Kesehatan Desa

Poliklinik Kesehatan Desa Poliklinik Kesehatan Desa Oleh : 1. Diyan Mayangsari (090949) 2. Retno (101065) 3. Ayu Andriani (111112) 4. Siti Marfuah (111113) 5. Ewi Susilaningsih (111140) 6. Ummu Halida (111171) 7. Titah Adista (111172)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2007 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN RW SIAGA KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan. menyediakan pengalaman jasa yang memuaskan selama periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan. menyediakan pengalaman jasa yang memuaskan selama periode BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan adalah persepsi pelanggan mengenai superioritas jasa pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan UUD 1945, mencantumkan tujuan nasional bangsa Indonesia yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMBINAAN DESA SIAGA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMBINAAN DESA SIAGA KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMBINAAN DESA SIAGA A. Pendahuluan Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Dalam Buku Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (2014) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diartikan sebagai bentuk pengembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan. 3. Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan. 3. Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan: 1. UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan 2. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kewajiban Keikutsertaan Masyarakat di Bidang Kesehatan 3. Masih tingginya

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) KOTA MOJOKERTO TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TU HAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa A LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 2 BUPATI BANDUNG PROVINSI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013

LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013 LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Laporan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dinas Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF

BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF Seri Desa Siaga Aktif MENUJU MASYARAKAT BER-PHBS di Desa Membangun menuju Desa Peradaban BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Kesehatan 2010 Gerakan Sadar PHBS cara murah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF. Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF. Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas MASALAH KESEHATAN di BALI Unfinished agenda : DBD, Diare, dll Emerging disease : PTM (Diabetes, Kanker,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang No.78, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kesehatan Kerja. Pos. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2015 TENTANG POS UPAYA KESEHATAN KERJA TERINTEGRASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkunagan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Oleh

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN 3.1. TUJUAN UMUM Meningkatkan pemerataan, aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat terutama kepada masyarakat miskin dengan mendayagunakan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatkan status kesehatan dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011 BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGARAAN KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986 POSYANDU Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986 PENGERTIAN salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 32 TAHUN 2008 TENTANG KELOMPOK KERJA OPERASIONAL (POKJANAL) POSYANDU TINGKAT KABUPATEN, TINGKAT KECAMATAN, DAN KELOMPOK KERJA (POKJA) POSYANDU

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011 Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011 TUJUAN POKJANAL/POKJA POSYANDU adalah untuk mengkoordinasikan berbagai upaya pembinaan yang berkaitan dengan peningkatan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DI PROVINSI

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGHITUNGAN BIAYA PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF

PETUNJUK TEKNIS PENGHITUNGAN BIAYA PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF PETUNJUK TEKNIS PENGHITUNGAN BIAYA PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF i ii KATA PENGANTAR Desa dan merupakan salah satu indikator dalam Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Lebih terperinci

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 I. PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Posyandu adlh salah satu bentuk UKBM yg dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

d. Sumber Data Laporan Puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota

d. Sumber Data Laporan Puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota 14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin a. Pengertian 1) Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi diagnosa pengobatan rehabilitasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG, PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG Jl. Lintas Malindo Entikong (78557) Telepon (0564) 31294 Email : puskesmasentikong46@gmail.com KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG NOMOR

Lebih terperinci

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga LEMBAR FAKTA 1 Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga Apa itu Pendekatan Keluarga? Pendekatan Keluarga Pendekatan Keluarga adalah salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA ISSN: 0854-2996 VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA Keberadaan Posyandu sangat strategis dalam pencapaian sasaran kesehatan dan gizi. Demikian disampaikan Ibu Negara, Hj. Ani Bambang Yudhoyono dalam pembukaan

Lebih terperinci

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KELURAHAN SIAGA KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN SUMBER DAYA KESEHATAN (TENAGA BIDAN) PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG

GAMBARAN SUMBER DAYA KESEHATAN (TENAGA BIDAN) PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG GAMBARAN SUMBER DAYA KESEHATAN (TENAGA BIDAN) PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG NO TENAGA KESEHATAN TOTAL PNS 1. Dokter umum 183 NON PNS 59 2. Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan 11 12 15 9 12 6 4. Dokter

Lebih terperinci

VISI Menjadikan Bogor Sebagai Kota yang Nyaman, Beriman dan Transparan

VISI Menjadikan Bogor Sebagai Kota yang Nyaman, Beriman dan Transparan EXPOSE KETUA POKJANAL POSYANDU Disampaikan pada Tim Evaluasi Pokjanal Tingkat Provinsi Jawa Barat Oleh : AZRIN SYAMSUDDIN Asisten Administrasi Kemasyarakatan & Pembangunan PEMERINTAH KOTA BOGOR Bogor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

Pendekatan Kemasyarakatan Bidang Kesehatan di Desa

Pendekatan Kemasyarakatan Bidang Kesehatan di Desa Pendekatan Kemasyarakatan Bidang Kesehatan di Desa Heri Muchdiyono, dr, MKes Derajad Kesehatan. Status kesehatan masyarakat memiliki beberapa faktor pengaruh yaitu faktor perilaku masyarakat, faktor lingkungan

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang menjadi milik masyarakat dan menyatu dalam kehidupan dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG BHINNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) yang melaksanakan sebagian tugas dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010-2014 mencantumkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Menurunnya disparitas status kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dimana Negara berkewajiban melindungi segenap tumpah darah Indonesia dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 266 /KUM/2012 TENTANG

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 266 /KUM/2012 TENTANG BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 188.45/ 266 /KUM/2012 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA OPERASIONAL DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2012 BUPATI BARITO

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 7.1. Prinsip Dasar Pembangunan Kesehatan Pembangunan Bidang Kesehatan Banyuwangi merupakan bagian dari kebijakan dan program pembangunan kesehatan naional serta sistem kesehatan nasional (SKN). Oleh karena

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013

PENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013 PENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013 Dwi Noerjoedianto, Andy Amir, Nurhusna, Herwansyah Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan antenatal care merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan

Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan 2013 2018 No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Misi I : Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci