Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016

Transkripsi

1 KETERAMPILAN PROSES MENGAMATI DAN MENGKOMUNIKASI PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN STRATEGI PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) Triani Mandasari Putri dan Dian Novita Departemen of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences State University of Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60), Telp HP: , Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses mengamati dan mengkomunikasi sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan strategi POGIL. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan rancangan penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-Postest Design. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri Driyorejo. Instrumen yang digunakan adalah lembar pretest dan postest keterampilan proses mengamati dan mengkomunikasi dan lembar kerja siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa () Persentase rata-rata keterampilan proses mengamati pada LKS sebesar 84,8% ; pada pretest sebesar 5% ; dan pada postest sebesar 56,08% () Persentase rata-rata keterampilan proses mengkomunikasi pada LKS sebesar 87,8% ; pada pretest sebesar 5% ; dan pada postest sebesar 95,94%. Kata kunci: Strategi POGIL, Keterampilan Proses, Ikatan kimia Abstract The aims of this research are to knowthe process skill to observation and communicationbefore and after using inquiry learning model with POGIL strategy in the subject matter of chemical bonds. The type of this research is descriptive quantitative and design of this research is One-Group Pretest-Postest Design. The subjects of this research is X grade students of Senior High School Driyorejo. The instrument that used were pretest and postest process skills to observation and communication and student workshee. The result of this research showed that () Average percentage of process skills in observation on student worksheet 84,8%; on the pretest 5%; and on the postest 56,08% ;() Average percentage of process skills in communication on student worksheet 87,8%; on the pretest 5%; and on the postest 95,94%. Keyword: POGIL Strategy, Process Skill, Chemical Bonding PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berpengaruh penting di dalam sebuah negara. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, dan sebaliknya keberhasilan pendidikan juga dapat membawa keberhasilan sebuah bangsa. Upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf pendidikan terus ditingkat. Peningkatan itu dilakukan dalam bidang kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu []. Penerapan Kurikulum 0 sebagai ganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan suatu pembaharuan di bidang pendidikan. Kurikulum 0 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang B - 65

2 beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.. Peran guru hanyalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran, yang mampu mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi proses pembelajaran. Kimia adalah mata pelajaran yang dianggap abstrak dan sulit oleh kebanyakan siswa. Kimia sebagai proses / metode penyelidikan (discovery / inquiry) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan ilmiah untuk memperoleh produk-produk kimia, mulai dari menemukan masalah, mengumpulkan fakta-fakta terkait masalah, membuat asumsi, mengendalikan variabel, melakukan observasi, melakukan pengukuran, melakukan inferensi memprediksi, mengumpulkan dan mengolah data hasil observasi/pengukuran, serta menyimpulkan dan mengkomunikasikan []. Berdasarkan hasil angket pra penelitian, yang dilakukan di SMA Negeri Driyorejo diperoleh sebanyak 80 % siswa merasa pelajaran kimia itu sulit. Hal tersebut dikarenakan pelajaran kimia yang dianggap baru dan materi yang diajarkan sedikit membingungkan. Hasil angket sebesar 6,8 % menunjukkan bahwa pembelajaran di kelas dilakukan dengan model ceramah, sehingga siswa tidak berkontribusi dalam proses belajar mengajar, dan siswa menjadi pasif. Untuk aktivitas siswa yang berupa keterampilan proses memprediksi sebesar 55,65% siswa memilih tidak pernah diajarkan, sehingga siswa sedikit kesulitan ketika disuruh untuk memprediksi. Untuk materi kelas X semester ganjil banyak siswa mengganggap pelajaran ikatan kimia sulit dibuktikan dengan siswa memilih sebanyak 6 %. Karakteristik materi ikatan kimia sesuai dengan kompetensi dasar pengetahuan (KD ) yaitu membandingkan proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen, serta ikatan kovalen dengan ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi. Sedangkan untuk kompetensi dasar keterampilan (KD 4) yaitu mampu mengolah dan menganalisis perbandingan proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen, serta ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi. Berdasarkan pemaparan kompetensi di atas dan karakteristik materi ikatan kimia yang lebih banyak berupa pemahaman konsep yang tertulis dan hafalan maka perlu adanya suatu keterampilan proses yang mendukung dan membantu. Salah satu keterampilan yang sesuai untuk mendukung dan membantu yaitu keterampilan proses, karena dalam keterampilan proses diterapkan suatu kegiatan yang menuntun siswa untuk mengamati, menginferensiasi, memprediksi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasi. Keterampilan proses sains didefinisikan sebagai adaptasi dari keterampilan yang digunakan oleh para ilmuwan untuk menyusun pengetahuan, memikirkan masalah dan membuat kesimpulan []. Keterampilan proses tidak selalu untuk kegiatan pembelajaran yang tidak menggunakan percobaan tetapi bisa juga untuk kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara melakukan kegiatan praktikum atau percobaan. The importance of teaching science process skills is to allow students to describe objects and events, ask questions, construct explanations, test those explanations against current scientific knowledge and communicate their ideas to others [4]. Adanya keterampilan proses siswa belajar lebih aktif dalam membangun penjelasan dari pengetahuan yang didapatkan dan kemudian mengkomunikasikan hasil pengetahuannya. Guna mencapai tujuan tersebut, maka siswa dihadapkan pada suatu masalah agar mereka peka B - 66

3 terhadap masalah [5]. Oleh karena itu, perlu adanya suatu model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan proses siswa agar siswa mampu memecahkan masalah. Hal ini yang merupakan salah satu alasan perlu diterapkan keterampilan proses sains untuk membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Berbagai keterampilan proses, yaitu keterampilan dasar proses sains (basic skill), dimulai dari mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan,dan mengkomunikasikan [6]. Keterampilan terpadu sains (integrated skill), dari identifikasi variable sampai dengan yang paling kompleks, yaitu eksperimen [7]. Untuk mendukung keterampilan proses siswa dan materi yang diajarkan perlu adanya suatu strategi pembelajaran yang sesuai, strategi tersebut yaitu strategi POGIL. Strategi POGIL adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan masalah yang dipertanyakan. Strategi POGIL adalah salah satu pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan siswa bagaimana cara meneliti permasalahan atau pertanyaan berupa fakta-fakta. In guided inquiry method, teachers and learners play a crucial role in asking questions, developing answers and structuring of materials and cases [8]. Hal tersebut bisa membuat proses pembelajaran yang dulunya sering berpusat pada guru (teacher center) dengan strategi POGIL siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Guided inquiry activities help students to develop their individual responsibility, cognitive methods, report making, problem solving and understanding skills [8]. Tahapan dalam strategi POGIL yaitu mengorientasikan, mengeksplorasi, pembentukan konsep, mengaplikasikan dan menutup [9]. Dengan strategi POGIL siswa lebih bertanggung jawab atas pengetahuan yang mereka temukan, dan mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul Keterampilan Proses Mengamati dan Pada Materi Ikatan Kimia Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Strategi Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL). METODE PENELITIAN Sasaran penelitian ini adalah siswa. Dimana sample penelitian diambil satu secara acak dari populasi kelas X di SMA Negeri Driyorejo. Rancangan penelitian ini adalah One Group Pretest-Postest Design [0]. Adapun rancangannya adalah sebagai berikut: O X O Keterangan: O : Pretest, untuk mengetahui keterampilan proses siswasebelum diterapkan strategi POGIL. X : Perlakuan yaitu pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi POGIL. O : Postest, untuk mengetahui keterampilan proses siswa setelah diterapkan strategi POGIL. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini yaitu: () Silabus; () RPP; () LKS. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain: () Lembar Observasi Keterlaksanaan Strategi POGIL; () Lembar Tes Keterampilan Proses. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode tes. Metode observasi digunakan untuk mengamati keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri dengan strategi B - 67

4 POGIL saat proses pembelajaran. Metode tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi keterampilan proses siswa sebelum dan sesudah dilatih keterampilan proses pada materi ikatan kimia. Tes diberikan di awal (Pretest) dan akhir (Postest) pembelajaran. Penelitian ini dilakukan sebanyak kali pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk pretest keterampilan proses dan melatih keterampilan proses siswa dengan menggunakan LKS ikatan ion. Pertemuan kedua digunakan untuk melatih keterampilan proses siswa dengan menggunakan LKS ikatan kovalen. Pertemuan ketiga digunakan untuk melatih keterampilan proses siswa dengan menggunakan LKS ikatan kovalen koordinasi dan postest keterampilan proses siswa. Keterampilan proses yang dinilai yaitu mengamati, menginferensiasi, memprediksi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis secara deskriptif kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian penerapan model pembelajaran inkuiri dengan strategi POGIL untuk melatih keterampilan proses siswa pada materi ikatan kimia sebagai berikut: Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri dengan Strategi POGIL Keterlaksanaan penerapan pembelajaran inkuiri dengan strategi POGIL diamati oleh tiga orang pengamat. Berikut merupakan grafik keterlaksanaan pembelajaran inkuiri dengan strategi POGIL selama tiga kali pertemuan: Presentase Keterlaksanaan (%) pertemuan pertemuan pertemuan Gambar. Keterlaksanaan Strategi POGIL Berdasarkan Gambar, dapat diketahui bahwa keterlaksanaan pembelajaran inkuiri dengan strategi POGIL mengalami peningkatan pada setiap pertemuan yaitu pertemuan I, II, dan III. Hal itu dapat ditunjukan dengan persentase rata-rata keterlaksanaan pembelajaran strategi POGIL pada pertemuan I sebesar 96,98 % dengan kriteria sangat baik; pertemuan II sebesar 98,9% dengan kriteria sangat baik; dan pertemuan III sebesar 98,7% dengan kriteria sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran strategi POGIL untuk melatih keterampilan proses siswa telah terlaksana dengan sangat baik sehingga keterlaksanaan pembelajaran strategi POGIL dikatakan efektif. Keterampilan Proses Mengamati dan Data keterampilan proses diperoleh dari instrumen lembar soal tes dan LKS. Tes dilakukan dua kali yaitu pretest sebelum pembelajaran dan postest setelah pembelajaran. Soal tes dan LKS yang digunakan merupakan soal essay dimana disediakan gambar dan fenomena kemudian siswa diminta untuk mengamati, dan mengkomunikasi. Adapun keterampilan proses mengkomunikasi dilakukan secara tertulis berupa memberikan kesimpulan mengenai materi yang diajarkan. Berikut merupakan grafik nilai soal LKS pada keterampilan proses mengamati dan mengkomunikasi: B - 68

5 MENGAMATI Gambar. Mengamati Grafik Nilai Rata-rata Nilai keterampilan proses mengamati siswa pada LKS dihitung dengan rubrik penskoran dengan rentang 0-. Berdasarkan Gambar, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai LKS siswa pada pertemuan,, dan adalah,5. Adapun presentase dari nilai tersebut yaitu 84,8%, sehingga berdasarkan rubrik Riduwan tahun 0 yang telah dibuat maka keterampilan proses mengamati siswa pada LKS adalah baik sekali secara klasikal. Adapun rumusan perhitungan presentase adalah sebagai berikut: % mengamati= x 00% MENGKOMUNIKASIKAN 4 0 Nilai Rata-Rata Mengamati NO ABSEN Nilai Rata-Rata kan NO ABSEN Gambar. Grafik Nilai Rata-rata Nilai keterampilan proses mengkomunikasi siswa pada LKS dihitung dengan rubrik penskoran dengan rentang 0-. Berdasarkan Gambar, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai LKS siswa pada pertemuan,, dan adalah,6. Adapun presentase dari nilai tersebut yaitu 87,9%, sehingga berdasarkan rubrik Riduwan tahun 0 yang telah dibuat maka keterampilan proses mengamati siswa pada LKS adalah baik sekali secara klasikal. Adapun rumusan perhitungan presentase adalah sebagai berikut: % mengkomunikasi= x 00% Berikut merupakan grafik nilai pretest dan postest: Mengamati kan No Absen pretest postest No Absen pretest postest Gambar 4. Grafik Nilai Rata-rata Pretes dan Postest Keterampilan Proses Komponen Mengamati dan Nilai keterampilan proses mengamati dan mengkomunikasi siswa pada pretest dan postest menggunakan rubrik penskoran dengan rentang -4. Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa siswa mengalami peningkatan B - 69

6 dalam keterampilan proses mengamati dan mengkomunikasi dari pretest ke postest. Hal ini didukung dengan persentase rata-rata keterampilan proses mengamati pada saat pretest sebesar 5% dan postest sebesar 56,08%. Adapun untuk keterampilan proses mengkomunikasi memiliki persentase rata-rata pada saat pretest sebesar 5% dan postest sebesar 95,946%. Perbedaan ini disebabkan adanya bimbingan selama proses pembelajaran dengan menggunakan LKS sehingga siswa terbiasa dengan mengamati peristiwa yang diberikan dan mampu menjelaskan kembali apa yang terjadi dan menyimpulkan peristiwa yang diberikan. Contoh jawaban pretest dan postest komponen mengamati dan mengkomunikasi yang diwakili oleh orang siswa terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. (A) (B) (A) (B) Gambar 5. Contoh Jawaban Pretest Siswa Pertama (A) dan Siswa Kedua (B) pada Komponen Mengamati Gambar 6. Contoh Jawaban Postest Siswa Pertama (A) dan Siswa Kedua (B) pada Komponen Mengamati dan Berikut merupakan tabel rata-rata nilai keterampilan proses komponen mengamati dan mengkomunikasi pretest dan postest : Rata-rata Komponen Keterampilan Proses Pre- Post- Test Test Mengamati,4 kan,88 Tabel. Nilai Keterampilan Proses Komponen Mengamati dan B - 70

7 Berdasarkan Tabel, keterampilan proses untuk komponen mengamati secara klasikal untuk pretest sebesar dan untuk postest sebesar,4. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa untuk komponen mengamati secara klasikal tidak tuntas, hal ini disebabkan siswa sulit untuk memahami gambar yang disediakan pada materi ikatan kovalen koordinasi sehingga hampir semua menjawab salah pada gambar yang menerangkan adanya ikatan kovalen koordinasi, padahal pada proses pembelajaran guru sudah memberikan bimbingan dan melatih siswa untuk materi dan komponen tersebut. Keterampilan proses untuk komponen mengkomunikasi secara klasikal untuk pretest sebesar dan untuk postest sebesar,88. Dari data tesebut dapat dilihat untuk komponen keterampilan proses mengkomunikasi secara klasikal mengalami ketuntasan, hal ini disebabkan pada proses pembelajaran guru sudah melatih siswa untuk komponen tersebut, sehingga siswa mudah untuk memahami dan mampu menjelaskan kembali serta menyimpulkan materi yang sudah diterima. Hal demikian menunjukkan bahwa keterampilan proses yang dilatihkan sudah terlaksana dengan baik. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa persentase rata-rata keterampilan proses mengamati pada LKS sebesar 84,8%, pada pretest sebesar 5% dan pada postest sebesar 56,08%. Persentase rata-rata keterampilan proses mengkomunikasi pada LKS sebesar 87,8%, pada pretest sebesar 5% dan pada postest sebesar 95,94%. Saran Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti menyampaikan saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini yakti untuk peneliti lain diharapkan melatihkan komponen keterampilan proses lain untuk lebih menunjang keterampilan proses siswa. DAFTAR PUSTAKA. Kemendikbud RI. 00. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 0 Tahun 00 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.. Depdikbud PMP Kimia Minat SMA. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktoral Pembinaan Sekolah Menengah Atas.. Asni. 05. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Pada Materi Laju Reaksi. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 4. Abungu, Hesbon E. 04. The Effect of Science Process Skills Teaching Approach on Secondary School Students Achievement in Chemistry in Nyando District, Kenya. Journal of Educational and Social Research. 4(6): Semiawan, Conny. 99. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia 6. Dimyati dan Moedjiono. 0. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 7. Ambarsari, Wiwin. 0. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap keterampilan Proses Sains Dasar Pada pengajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi. 5(): Bilgin, Ibrahim The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative Learning Approach on University B - 7

8 Students Achievement of Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay. 4(0): Hanson, David M Designed Process Orinted Guided Inquiry Activities. Pacific Crest. 0. Sugiyono. 00. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Putri, Triani Mandasari. 06. Implementation of Inquiry Learning Model with Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) Strategy to Rehearse students Process Skill in Chemical Bonding Matter. UNESA Journal of Chemical Education. 5(): 8-. B - 7