PERWAKAFAN TANAH HAK MILIK BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 DI KOTA JAMBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERWAKAFAN TANAH HAK MILIK BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 DI KOTA JAMBI"

Transkripsi

1 PERWAKAFAN TANAH HAK MILIK BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 DI KOTA JAMBI Oleh : Kms. Abdul Somad, S.H., M.H Abstract Tata cara pendaftaran perwakafan Tanah hak milik berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 j.o. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 adalah terdiri dari : Tahap pendaftaran, Tahap pengumumam, Tahap pengelolaan dan pengembangan, Tahap penukaran/penetapan harta wakaf, Tahap Pembinaan dan pengawasan Kendala yang dihadapi dalam perwakafan ini, khususnya data pendukung yang penulis dapatkan di wilayah kota Jambi adalah: Tanah wakaf belum ada APAIW/AIW, Tanah wakaf belum ada sertifikatnya, Sebahagian naadzir adalah yang kurang mampu, sedangkan tanah yang di wakafkan belum mempunyai sertifikat, hingga mereka enggan untuk mengurus akta ikrar wakaf itu maupun pendaftaran tanah wakaf tersebut, Adanya tuntutan pihak ketiga terhadap tanah wakaf. Dan sebagai upaya penanggulangan yang dilakukan adalah : Diadakan penyuluhan terhadap warga masyarakat melalui Desa atau Kelurahan-kelurahan mengenai pendaftaran tanah wakaf. Peningkatan peran dari Kepala Desa/Kelurahan untuk mengetahui dengan jelas mengenai status tanah wakaf dan sekaligus mengecek ke lapangan apakah tanah tersebut tidak ada sengketa Key Note : Perlindungan, Lingkungan Hidup, TAP MPR A. Latar Belakang Pembangunan di segala bidang sedang giat-giatnya dilaksanakan sebagai perwujudan dari cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam alinea ke IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni : melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosiail. Kemudian dipertegas pula dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang bahwa : Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan rnakmur yang merata materii dan spiritual. Dengan demikian jelas bahwa pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia tidak saja di arahkan untuk pembangunan semata, akan tetapi pembangunan yang seimbang antara Kms. Abdul Somad, S.H., M.H. adalah Dosen Tetap PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi. 1

2 dunia dan akhirat atau pembangunan manusia Indonesia Seutuhnya. Sebagaimana Abdurrahman menjelaskan bahwa: Bertitik tolak dari hal tersebut maka peranan bidang keagamaan tidak kalah pentingnya dengan peranan bidang lainya dalam pembangunan. Salah satu masalah dibidang keagamaan yang dapat dipergunakan sebagai salah satu sarana guna pembangunan kehidupan keagamaan khususnya bagi umat yang beragama Islam dalam rangka mencapai kesejahteraan spiritual dan material masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila 1 Sebagai latar belakang perlu diutarakan bahwa perwakafan tanah hak milik merupakan lembaga yang dikenal dalam hukum islam. Tetapi menyangkut tanah sebagai objeknya, maka perwakafan tanah hak milik dalam sistem hukum Agraria Nasional diatur dalam Undang Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok Pokok Agraria (UUPA ) dalam pasal 49 ayat ( 3 ) yang berbunyi : Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintahtentang perwakafan tanah milik, yang lebih lanjut diatur dengan beberapa peraturan pelaksanaanya. Kita menyadari bahwa, apabila ditinjau dari ketentuan Syariat Islam semata-mata, maka persoalan perwakafan adalah sangat sederhana, sebab hanya diiandasi pada adanya saling percaya diantara Para pihak yang terlibat daiam perwakafan. Di satu sisi maka hal itu memang mudah, artinya tidak ada tata cara yang rumit daiam melaksanakan perwakafan. Akan tetapi, dari sisi yang lain, akibatnya ialah tidak adanya usaha administrasi yang lain. Pada waktu yang lampau pengaturan tentang perwakafan daiam suatu peraturan perundang-undangan belum ada sehingga mudah terjadi penyimpangan dari hakekat dan tujuan wakaf itu sendiri terutama sekali disebabkan terdapatnya beraneka ragam bentuk perwakafan dan tidak adanya keharusan untuk didaftarkan benda-benda yang diwakafkan, sehingga banyak benda benda wakaf tidak diketahui lagi keberadaanya. Malahan dapat terjadi, benda benda yang diwakafkan itu seolah sudah menjadi milik dari ahli waris pengurus ( Nadzir ). Menurut Suroso, S.H. dan Drs. Nico Ngani, S.H., MSSW dalam bukunya mengatakan : Keikhlasan seseorang atau badan Hukum yang mewakafkan tanah hak miliknya, ternyata seringkali tidak menjamin adanya kesinambungan yang tertib dalam pengelolaannya.barangkali dalam periode awal belum timbul suatu masalah.namun tidaklah demikian halnya apabila generasi pertama ini teiah tiada, maka persoalannya menjadi sangat rumit, sebagai tidak adanya kejelasan mengenai status tanah wakaf tersebut. 2 1 Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Hak Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung,1984, Hal. 1 2 Saroso dan Nico Ngani, Tinjauan Yuridis Tentang Perwakafan Tanah Hak Milik, Liberty, Yogyakarta, 1984, Hal

3 Kejadian-kejadian tersebut di atas menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama, khususnya mereka yang beragama Islam. Seperti diungkapkan Lutfi Ibrahim Nasoetion : Tanah, harta warisan yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia sejak jutaan tahun silam itu teiah banyak melahirkan sengketa.jutaan manusia menjadi korban kerena memperebtkannya. Termasuk di Indonesia, yang sejumiah aparat keamanannya tega memukul, menembaki, dan membantai rakyat yang semestinya mereka lindungi. Ribuan kasus pertanahan bertebaran di segenap penjuru Nusantara, dari Aceh sampai Papua. 3 Di lain pihak banyak terdapat persengketaan-persengketaan tanah yang disebabkan tidak jelasnya status tanahnya sehingga apabila tidak segera diadakan pengaturan, maka tidak saja mengurangi rasa kesadaran beragama dari mereka yang menganut agama Islam, bahkan lebih jauh akan menghambat usaha-usaha pemerintah untuk menggalakkan semangat dan bimbingan kewajiban kearah beragama. Peristiwa-peristiwa yang mengisyaratkan banyaknya tanah-tanah wakaf menjadi tanah-tanah untuk kepentingan pribadi tersebut, jika tidak diatur, ditertibkan dan diarahkan sedemikian rupa sehingga benar-benar memenuhi hakekat dan tujuan daripada perwakafan tanah miiik, dapat menimbulkan akses-akses yang tidak diharapkan bagi kelangsungannya.sebagai contoh misalnya;daerah Kota Jambi, dengan mayoritas penduduk beragama Islam sudah pasti tidak terlepas dari masalahmasalah tersebut. Berdasarkan hai-hal tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui dengan jelas bagaimanakah aturan hukum mengenai perwakafan tanah hak miiik berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 dan menuangkanya dalam suatu karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul : Perwakafan Tanah Hak Milik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Di Kota Jambi. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka permasalahanya yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Tata caraperwakafan Tanah Hak Milik berdasarkan UU Nomor 41 Tahun 2004? 2. Kendala-Kendala Yang Di Temui Dalam pelaksanaan Pendaftaran Tanah Wakaf Dan Upaya Penanggulangannya. 2003, Hal Lutfi Ibrahim Nasoetion, Kepala Badan Pertanahan Pusat dalam Majalah Forum Keadilan, No.50, 20 April 3

4 C. Pembahasan 1. Tata Cara Perwakafan Tanah Hak Milik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Berdasarkan tinjauan terhadap Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tahap dalam pelaksanaan perwakafan khususnya Tanah Hak Milik adalah sebagai berikut: a. Pendaftaran Harta Benda Wakaf Pendaftaran harta benda wakaf tidak bergerak berupa tanah dilaksanakan berdasarkan Akta Ikrar Wakaf atau APAIW. Persyaratan pendaftaran harta benda wakaf tidak bergerak sebagai berikut: a. sertifikat hak atas tanah atau sertifikat hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya; b. surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tanahnya tidak dalam sengketa, perkara, sitaan dan tidak dijaminkan yang diketahui oleh kepala desa atau lurah atau sebutan lain yang setingkat, yang diperkuat oleh camat setempat; c. izin dari pejabat yang berwenang sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan dalam hal tanahnya diperoleh dari instansi pemerintah, pemerintah daerah, BUMN/BUMD dan pemerintahan desa atau sebutan lain yang setingkat dengan itu; d. izin dari pejabat bidang pertanahan apabila dari sertifikat dan keputusan pemberian haknya diperlukan izin pelepasan/peralihan. e. izin dari pemegang hak pengelolaan atau hak milik dalam hal hak guna bangunan atau hak pakai yang diwakafkan di atas hak pengelolaan atau hak milik. Adapaun Pendaftaran sertifikat tanah wakaf dilakukan berdasarkan AIW atau PPAIW dengan tata cara sebagai berikut: a. terhadap tanah yang sudah berstatus hak milik didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir; b. terhadap tanah hak milik yang diwakafkan hanya sebagian dari luas keseluruhan harus dilakukan pemecahan sertifikat hak milik terlebih dahulu kemudian didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir; c. terhadap tanah yang belum berstatus hak milik yang berasal dari tanah milik adat langsung di daftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir; d. terhadap hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai di atas tanah negara yang telah mendapatkan persetujuan pelepasan hak dari pejabat yang berwenang di bidang pertanahan didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir; e. terhadap tanah negara yang diatasnya berdiri bangunan masjid, musala, makam,didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir; 4

5 f. Pejabat yang berwenang di bidang pertanahan kabupaten/kota setempat mencatat perwakafan tanah yang bersangkutan pada buku tanah dan sertifikatnya b. Pengumuman Harta Benda Wakaf PPAIW (Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf) menyampaikan AIW (Akta Ikrar Wakaf) kepada kantor Departemen Agama dan Badan Wakaf Indonesia untuk dimuat dalam register umum wakaf yang tersedia pada kantor Departemen Agama dan BWI. Masyarakat dapat mengetahui atau mengakses informasi tentang wakaf benda bergerak selain uang yang termuat dalam register umum yang tersedia pada kantor Departemen Agama dan BWI. c. Pengelolaan Dan Pengembangan Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan peruntukan yang tercantum dalam BWI.Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf untuk memajukan kesejahteraan umum, Nazhir dapat bekerjasama dengan pihak lain sesuai dengan prinsip syariah. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dari perorangan warga negara asing, organisasi asing dan badan hukum asing yang berskala nasional atau internasional, serta harta benda wakaf terlantar, dapat dilakukan oleh BWI.Dalam hal harta benda wakaf berasal dari luar negeri, Wakif harus melengkapi dengan bukti kepemilikan sah harta benda wakaf sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan, dan Nazhir harus melaporkan kepada lembaga terkait perihal adanya perbuatan wakaf. (1) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf harus berpedoman pada peraturan BWI. (2) Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau instrumen keuangan syariah. (3) Dalam hal LKS-PWU menerima wakaf uang untuk jangka waktu tertentu, maka Nazhir hanya dapat melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf uang pada LKS-PWU dimaksud. (4) Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang yang dilakukan pada bank syariah harus mengikuti program lembaga penjamin simpanan sesuai dengan Peraturan Perundangundangan. (5) Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang yang dilakukan dalam bentuk investasi di luar bank syariah harus diasuransikan pada asuransi syariah. d. Penukaran Harta Benda Wakaf Perubahan status harta benda wakaf dalam bentuk penukaran dilarang kecuali dengan izin tertulis dari Menteri berdasarkan pertimbangan BWI.Izin tertulis dari Menteri hanya dapat diberikan dengan pertimbangan sebagai berikut: 5

6 a. perubahan harta benda wakaf tersebut digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah; b. harta benda wakaf tidak dapat dipergunakan sesuai dengan ikrar wakaf c. pertukaran dilakukan untuk keperluan keagamaan secara langsung dan mendesak. Selain dari pertimbangan, izin pertukaran harta benda wakaf hanya dapat diberikan jika: a. harta benda penukar memiliki sertifikat atau bukti kepemilikan sah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. b. nilai dan manfaat harta benda penukar sekurang-kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula. Nilai dan manfaat harta benda penukar di tetapkan oleh bupati/walikota berdasarkan rekomendasi tim penilai yang anggotanya terdiri dari unsur: a. pemerintah daerah kabupaten/kota; b. kantor pertanahan kabupaten/kota; c. Majelis Ulama Indonesia (MUI) kabupaten/kota; d. kantor Departemen Agama kabupaten/kota; dan e. Nazhir tanah wakaf yang bersangkutan. Nilai dan manfaat harta benda penukar dihitung sebagai berikut: a. harta benda penukar memiliki Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sekurang-kurangnya sama dengan NJOP harta benda wakaf; b. harta benda penukar berada di wilayah yang strategis dan mudah untuk dikembangkan. Penukaran terhadap harta benda wakaf yang akan diubah statusnya dilakukan sebagai berikut: a. Nazhir mengajukan permohonan tukar ganti kepada Menteri melalui Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat dengan menjelaskan alasan perubahan status/tukar menukar tersebut; b. Kepala KUA Kecamatan meneruskan permohonan tersebut kepada Kantor Departemen Agama kabupaten/kota; c. Kepala Kantor Departemen Agama kabupaten/kota setelah menerima permohonan tersebut membentuk tim dengan susunan dan selanjutnya bupati/walikota setempat membuat Surat Keputusan; d. Kepala Kantor Departemen Agama kabupaten/kota meneruskan permohonan tersebut dengan dilampiri hasil penilaian dari tim kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama provinsi dan selanjutnya meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri; dan e. setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Menteri, maka tukar ganti dapat dilaksanakan dan hasilnya harus dilaporkan oleh Nazhir ke kantor pertanahan dan/atau lembaga terkait untuk pendaftaran lebih lanjut. 6

7 e. Bantuan Pembiayaan Badan Wakaf Indonesia Bantuan pembiayaan BWI dibebankan kepada APBN selama 10 (sepuluh) tahun pertama melalui anggaran Departemen Agama dan dapat diperpanjang.bwi mempertanggung jawabkan bantuan pembiayaan secara berkala kepada Menteri. f. Penyelesaian Sengketa Penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.apabila penyelesaian sengketa tidak berhasil,sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau pengadilan g. Pembinaan dan Pengawasan Nazhir wakaf berhak memperoleh pembinaan dari Menteri dan BWl.Pembinaan meliputi: a. penyiapan sarana dan prasarana penunjang operasional Nazhir wakaf baik perseorangan,organisasi dan badan hukum; b. penyusunan regulasi, pemberian motivasi, pemberian fasilitas, pengkoordinasian,pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda wakaf; c. penyediaan fasilitas proses sertifikasi Wakaf; d. penyiapan dan pengadaan blanko-blanko AIW, baik wakaf benda tidak bergerak dan/atau benda bergerak; e. penyiapan penyuluh penerangan di daerah untuk melakukan pembinaan dan pengembangan wakaf kepada Nazhir sesuai dengan lingkupnya; f. pemberian fasilitas masuknya dana-dana wakaf dari dalam dan luar negeri dalam pengembangan dan pemberdayaan wakaf. Dalam melaksanakan pembinaan pemerintah memperhatikan saran dan pertimbangan MUI sesuai dengan tingkatannya.pembinaan terhadap Nazhir, wajib dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.kerjasama dengan pihak ketiga, dalam rangka pembinaan terhadap kegiatan perwakafan di Indonesia dapat dilakukan dalam bentuk penelitian, pelatihan, seminar maupun kegiatan lainnya.tujuan pembinaan adalah untuk peningkatan etika dan moralitas dalam pengelolaan wakaf serta untuk peningkatan profesionalitas pengelolaan dana wakaf. Pengawasan terhadap perwakafan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik aktif maupun pasif.pengawasan aktif dilakukan dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap Nazhir atas pengelolaan wakaf, sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Pengawasan pasif dilakukan dengan melakukan pengamatan atas berbagai laporan yang disampaikan Nazhir berkaitan dengan pengelolaan wakaf.dalam melaksanakan pengawasan pemerintah dan masyarakat dapat meminta bantuan jasa akuntan publik independen. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan terhadap perwakafan diatur dengan Peraturan Menteri. 7

8 2. Kendala-Kendala Yang Di Temui Dalam pelaksanaan Pendaftaran Tanah Wakaf Di Kota Jambi Meskipun pelaksanaan perwakafan tanah hak milik telah sejalan dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, tetapi dalam kenyataannya di wilayah kota jambi ini masih ditemui adanya kendala kendala. Adapun kendala kendalanya yang ditemui tersebut dapatlah di simak dari keterangan keterangan di bawah ini. Pada beberapa jurnal, penelitian dan berbagai teori yang penulis kumpulkan dan ditambah hasil wawancara sebagai data pendukung, maka penulis menyimpulkan bahwa: Kendala kendala yang ditemui dalam hal pendaftaran tanah wakaf hak milik atas tanah adalah berupa : 1. Tanah wakaf belum ada APAIW/AIW 2. Tanah wakaf belum ada sertifikatnya 3. Sebahagian naadzir adalah yang kurang mampu, sedangkan tanah yang di wakafkan belum mempunyai sertifikat, hingga mereka enggan untuk mengurus akta ikrar wakaf itu maupun pendaftaran tanah wakaf tersebut. 4. Adanya tuntutan pihak ketiga terhadap tanah wakaf. 4 Berdasarkan kendala-kendala di atas di tambah dengan kenyataan yg akan ditemui di lapangan, dapatlah di ketahui bahwa kendala kendala yang ditemui dalam hal pendaftaran perwakafan tanah hak milik di kantor pertanahan kota jambi adalah sebagai berikut: 5 1. Tanah wakaf belum ada APAIW/AIW Sebagaimana di ketahui bahwa perwakafan hak milik atas tanah baru dapat dicatat atau dibukukan di kantor pertanahan kota jambi, apa bila telah ada. Akta pengganti akta ikra wakaf atau telah ada akta ikra wakaf. Ternyata dalam kenyataannya ada warga masyarakat (naadzir) mendaftarkan tanah wakaf ke kantor pertanahan tanpa membawa akta pengganti akta ikrar wakaf atau akta ikrar wakaf, sehingga pendaftaran yang di lakukan oleh nadzir, karena dia beranggapan bahwa untuk mendapatkan APAIW atau AIW itu haruslah ada ikrar yang di ucapkan oleh wakif atau orang yang mewakaf di hadapan pejabat pembuat akta ikrar wakaf, sedangkan si wakif telah meninggal dunia. Akibatnya nadzir tidak mau mengurus APAIW/AIW maupun mendaftarkan tanah wakaf tersebut. 2. Tanah wakaf belum mempunyai sertifikat, sedangkan nadzir orang yang tak mampu Pada umumnya tanah wakaf yang berasal dari hak milik warga masyarakat belumlah mempunyai sertifikat, di dampingi pula bahwa sebagian nadzir orang yang tak mampu. Memang dalam pendaftaran tanah wakaf itu tidak lah di pungut biaya kecuali hanya untuk pembelian materainya, tetapi terhadap tanah wakaf yang belum mempunyai sertifikat 4 Saroso dan Nici Ngani, Op.Cit, hal. 75 dan rangkuman hasil wawancara dengan juru ukur Badan Pertanahan Kota Jambi pada tgl. 12 Mei Kartono, Kasi pendaftaran tanah (HTPT) Badan Pertanahan Kota Jambi, wawancara pada tgl. 20 Mei

9 hak milik atas tanah sebelum di daftar haruslah diterbitkan sertifikatnya. Untuk penerbitan sertifikat inilah memerlukan biaya yang tidak sedikit, memang dalam ketentuanya penerbitan sertifikat tanah hak milik tidak seberapa tetapi dalam kenyataannya lain, karena segala prosedur yang ditempuh Nadzir harus mengeluarkan biaya belum lagi ongkos transportasi pribadi pengurusan yang dilakukan oieh Nadzir. Dengan keadaan tersebut, meskipun akhirnya tanah wakaf terdaftar tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama sesuai dengan kemampuan Nadzir untuk memenuhi biaya pengurusannya dan hal inipun membuat repot aparat Kantor Pertanahan yang selalu membongkar-bongkar arsip yang telah tersimpan setiap pengurusan yang dilakukan oleh Nadzir. Hal ini biasanya pembayaran yang dilakukan oleh Nadzir adalah sebahagiansebahagian, seperti membayar biaya pendaftaran dahulu, selanjutnya biaya pengurusan dan akhirnya administrasi keseluruhan hingga terbitnya sertifikat tanah. 3. Adanya Tuntutan Pihak Ketiga Setelah dirasakan tanah cukup mahal dan, si Wakif telah meninggal dunia, ada kalanya pihak ketiga terutama dari pihak keluarga si Wakif mengklaim bahwa tanah yang sebelumnya telah diwakafkan bukanlah merupakan tanah wakaf karena ahli waris tidak menyetujuinya. Dengan keadaan ini meskipun tanah wakaf itu telah ada Akta Pengganti Akta Ikrar atau Akta Ikrar Wakaf, pihak kantor Pertanahan tidak menerima pendaftaran tanah wakaf tersebut sebelum selesainya urusan klaim ahli waris tanah wakaf itu. Berdasarkan uraian tersebut di atas, apabila kendala-kendala itu tidak bisa ditanggulangi, maka bukan tidak mungkin keinginan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2001 j.o. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 bahwa seluruh tanah wakaf harus terdaftar di kantor pertanahan tidak dapat terlaksana atau tercapai, sehingga ada tanah wakaf yang tidak mempunyai kekuatan atau kepastian hukum yang secara tidak langsung sangat merugikan Wakif yang berharap mendapatkan amal jariah dari wakaf yang dilakukannya serta merugikan pula warga masyarakat yang memanfaatkan hasil wakaf tersebut. Upaya Penanggulangan Dengan adanya kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pendaftaran tanah wakaf tersebut di atas, aparat Badan Pertanahan telah mengambil langkah-langkah upaya penanggulangannya. Sebagaimana dijelaskan bapak Mujahidin Ma ruf bahwa: adapun upaya penanggulangan yang di tempuh untuk mengatasi kendala-kendala ada tersebut adalan dengan cara : 6 1. Diadakan penyuluhan terhadap warga masyarakat melalui Desa atau Kelurahan-kelurahan mengenai pendaftaran tanah wakaf. 6 Mujahidin Ma ruf, Kepala Badan pertanahan Kota Jambi, wawancara pada tgl. 25 mei

10 Pejabat kantor Pertanahan harus menyiapkan program penyuiuhan hukum mengenai pertanahan umumnya dan pendaftaran tanah wakaf pada khususnya, yang peiaksanaannya dapat dilakukan tersendiri oleh kantor Pertanahanmaupun bersama-sama dengan instansi penegakan hukum iainnya. Dimana penyuiuhan diiakukan terhadap warga masyarakat meiaiui kantor-kantor Kelurahan yang ada.penyuiuhan yang dilakukan berkenaan dengan pendaftaran tanah wakaf itu juga menjelaskan mengenai cara memperoleh Akta ikrar Wakaf dan cara pendaftaran tanah wakaf di kantor Pertanahan serta daiam hat itu juga dieiaskan mengenai seiuk beluk memperoleh Akta ikrar akta meskipun wakaf teiah meninggal yaitu seudak-tidaknya ada bukti-bukti lain seperti saksi bahwa tanah wakaf itu benar-benar diwakatkan wakif dan tidak ada tuntutan dan siapapun juga atas tanah tersebut. Namun yang jelas tanah wakaf yang akan didaftarkan ke kantor Pertanahan haruslah sudah ada APAIW/AIW. 2. Membantu Nadzir yang kurang mampu denqan melampirkan Surat Keterangan Tidak Mampu yang diketahui Kepala Desa/Kelurahan. Memberikan Bantuan atau Keringanan Kepada Nadzir yang KurangMampuTerhadap Nadzir yang akan mendaftarkan tanah wakaf yang diurusnya melaiui Pelabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf dan diketahui Nadzir itu kurang mampu sedangkan tanah wakaf yang akan didaftarkan itu belum mempunyai sertifikat, maka terhadapnya diminta surat keterangan tidak mampu dari kelurahan dimana dia berada, sehingga dia hanya cukup membayar sebagian atau sesuai kemampuan Nadzir biaya penerbitan sertitikat tanah wakaf tersebut. dengan bantuan atau keinginan tersebut setidak-tidaknya seiuruh tanah wakat dapat terdaftar di kantor Pertanahan dan seluruh tanah wakaf mempunyai kepastian hukum. 3. Kepala Desa/Kelurahan mengenai status tanah wakaf dan sekaligus mengecek ke lapangan apakah tanah tersebut tidak ada sengketasekaligus mengecek ke lapangan apakah tanah tersebut tidak ada sengketa. Meskipun untuk pendaftaran tanah wakaf di kantor Pertanahan harus dilampiri surat keterangan kepala Desa/Kelurahan dimana tanah itu berada, aparat kantor Pertanahan juga langsung menemui Kepala Desa/Kelurahan yang memberi surat keterangan itu untuk mengetahui status tanah wakaf tersebut secara jelas apakah memang tanah itu tanah wakaf dan apakah tanah itu bersih dari segala tuntutan pihak ketiga, di samping aparat juga menemui warga masyarakat di sekitar tanah wakaf untuk mengetahui seluk beluk tanah itu, karena dapat saja Kepala Desa/Kelurahan tidak tahu banyak seluk beluk tanah wakaf itu dan diapun mengeluarkan surat keterangan itu atas permintaan Nadzir yang akan mengurus tanah wakaf. Hal ini tujuannya agar tanah wakaf yang didaftarkan di kantor Pertanahan memang bersih dari segala tuntutan pihak ketiga. 10

11 D. Penutup Kesimpulan 1. Tata cara pendaftaran perwakafan Tanah hak milik berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 j.o. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 adalah terdiri dari : Tahap pendaftaran, Tahap pengumumam, Tahap pengelolaan dan pengembangan, Tahap penukaran/penetapan harta wakaf, Tahap Pembinaan dan pengawasan 2. Kendala yang dihadapi dalam perwakafan ini, khususnya data pendukung yang penulis dapatkan di wilayah kota Jambi adalah: Tanah wakaf belum ada APAIW/AIW, Tanah wakaf belum ada sertifikatnya, Sebahagian naadzir adalah yang kurang mampu, sedangkan tanah yang di wakafkan belum mempunyai sertifikat, hingga mereka enggan untuk mengurus akta ikrar wakaf itu maupun pendaftaran tanah wakaf tersebut, Adanya tuntutan pihak ketiga terhadap tanah wakaf. Dan sebagai upaya penanggulangan yang dilakukan adalah : Diadakan penyuluhan terhadap warga masyarakat melalui Desa atau Kelurahan-kelurahan mengenai pendaftaran tanah wakaf. Peningkatan peran dari Kepala Desa/Kelurahan untuk mengetahui dengan jelas mengenai status tanah wakaf dan sekaligus mengecek ke lapangan apakah tanah tersebut tidak ada sengketa. Saran Penulis menguraikan saran-saran terhadap permasalahan perwakafan tanah hak milik ini adalah: 1. Bahwa untuk terjaminnya tegaknya hukum atau aturan yang terkait, maka disarankan agar terus ditingkatkan penyuluhan kepada masyarakat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan kesadaran hukum masyarakat terutama tentang perwakafan. 2. Guna menekan terjadinya sengketa tanah wakaf maka disarankan kepada pihak yang terlibat dalam proses pembuatan Akta Ikrar Wakaf lebih berhati-hati dan benar-benar melakukan penelitian terhadap status hukum dari objek / tanah yang akan diwakafkan tersebut. 3. Disarankan kepada Badan Pertanahan yang terkait agar mengoptimalkan kinerjanya sehingga tidak lagi adanya tumpang tindih berbagai akta tanah baik tanah hak milik yang bersertifikat ataupun Tanah yang hanya ber-sporadik saja. E. Daftar Pustaka Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Hak Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung,1984. H. Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia Dalam Teori dan Praktek, Rajawali Pers, Jakarta, 1989 H. Usman Suparman, Hukum Perwakafan di indonesia, Darul Ulum Press, Jakarta,

12 Mudjiono, Politik dan Hukum Agraria, Liberty, yogyakarta, 1997 Mohamad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, UI-Pres, Jakarta, 1988 Nasoetion Lutfi Ibrahim, Kepala Badan Pertanahan Pusat dalam Majalah Forum Keadilan, No.50, 20 April diakses melalui: http//bpn.com Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Parlindungan AP, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria. Saroso dan Nico Ngani, Tinjauan Yuridis Tentang Perwakafan Tanah Hak Milik, Liberty, Yogyakarta, Setiawan R, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Penerbit, Pradnya Jakarta, , Pokok-pokok Hukum Perdata, Penerbit Intermasa Jakarta, Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, Universitas Batanghari, Buku Pedoman Penyusunan Skripsi, Fakultas Hukum, Jambi : Universitas Batanghari. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Perwakafan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Tatacara pengaturan perwakafan Undang-Undang Nomor 60 Tahun Tentang Pokok-Pokok Agraria 12

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 105, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4667) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 159, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4459) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi perlu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau 26 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wakaf dan Tujuannya Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015 PERWAKAFAN DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 1 Oleh: Tirza C. Gobel 2 ABSTRAK Wakaf dalam sejarah, mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Wakaf

Lebih terperinci

KAJIAN ATAS GANTI RUGI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WAKAF DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

KAJIAN ATAS GANTI RUGI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WAKAF DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM KAJIAN ATAS GANTI RUGI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WAKAF DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM 1. Latar Belakang Pengadaan tanah untuk proyek Banjir Kanal Timur meliputi tanah/bangunan/tanaman yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP WAKAF DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DAN KONSEP TANAH FASUM (FASUM) DALAM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA

BAB II KONSEP WAKAF DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DAN KONSEP TANAH FASUM (FASUM) DALAM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA 28 72 BAB II KONSEP WAKAF DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DAN KONSEP TANAH FASUM (FASUM) DALAM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA A. Wakaf Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF INDONESIA PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN REKOMENDASI TERHADAP PERMOHONAN PENUKARAN/PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki

Lebih terperinci

Tanab Wakaf. \ ~eri\lnterian Agama RI Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf. Tahun zou

Tanab Wakaf. \ ~eri\lnterian Agama RI Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf. Tahun zou ~~ Perubahan Status Tanab Wakaf \ ~eri\lnterian Agama RI Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf Tahun zou I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai Negara berpenduduk mayoritas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN TANAH WAKAF DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pendaftaran Tanah Wakaf. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agraria. Dalam rangka pembaharuan Hukum Agraria Nasional, perwakafan

BAB I PENDAHULUAN. Agraria. Dalam rangka pembaharuan Hukum Agraria Nasional, perwakafan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia persoalan wakaf tanah milik masuk dalam bidang Hukum Agraria. Dalam rangka pembaharuan Hukum Agraria Nasional, perwakafan tanah milik diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa wakaf adalah suatu lembaga keagamaan yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana di ketahui bahwa negara Indonesia mayoritas. kepentingan keagamaan, seperti pembangunan rumah ibadah maupun kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana di ketahui bahwa negara Indonesia mayoritas. kepentingan keagamaan, seperti pembangunan rumah ibadah maupun kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebagaimana di ketahui bahwa negara Indonesia mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, oleh karena itu dalam masyarakat yang demikian ini memiliki kebiasaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK (LNRI. No. 38, 1977; TLNRI No. 3107)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK (LNRI. No. 38, 1977; TLNRI No. 3107) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK (LNRI. No. 38, 1977; TLNRI No. 3107) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa wakaf adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1085, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN WAKAF. Peruntukan. Harta Benda. Perubahan. PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN PERUNTUKAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1047, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Perwakafan. Benda Tidak Bergerak. Benda Bergerak. Tata Cara. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF A. Ruang Lingkup Wakaf HAKI Dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004. Salah satu substansi

Lebih terperinci

PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA. Ditulis oleh Web Master Sabtu, 12 Juni :54

PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA. Ditulis oleh Web Master Sabtu, 12 Juni :54 Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGGANTIAN NAZHIR HARTA BENDA WAKAF TIDAK BERGERAK BERUPA TANAH

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGGANTIAN NAZHIR HARTA BENDA WAKAF TIDAK BERGERAK BERUPA TANAH PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGGANTIAN NAZHIR HARTA BENDA WAKAF TIDAK BERGERAK BERUPA TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai jenis hak dapat melekat pada tanah, dengan perbedaan prosedur, syarat dan ketentuan untuk memperoleh hak tersebut. Di dalam hukum Islam dikenal banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan demikian itu, tidak hanya karena kelalaian atau ketidak mampuan. sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan demikian itu, tidak hanya karena kelalaian atau ketidak mampuan. sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas masyarakatnya pemeluk agama Islam, wakaf merupakan salah satu ibadah yang mempunyai dimensi sosial di dalam agama Islam. Praktik

Lebih terperinci

17. Qahaf, Mundzir, 2005, Manajemen Wakaf Produktif, Khalifa, Jakarta 18. Soekamto, Soerjono, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

17. Qahaf, Mundzir, 2005, Manajemen Wakaf Produktif, Khalifa, Jakarta 18. Soekamto, Soerjono, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA 1. Agraria, Menteri Negara Kepala Badan Pertanahan Nasional, 1997. Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF. Nomor. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. bertentangan dengan ketentuan Syariah Islam.

BAB IV ANALISIS JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF. Nomor. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. bertentangan dengan ketentuan Syariah Islam. BAB IV ANALISIS JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF A. Analisis Praktik Jual Beli Hasil Tanah wakaf menurut Undang-undang Nomor. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Dalam analisis Penulis tentang Praktik Jual beli Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini dapat dilihat bahwa mata kuliah Hukum Islam telah menjadi mata kuliah dalam perguruan tinggi umum.

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf Tahun 2012 KATAPENGANTAR DIREKTUR PEMBERDA Y AAN W

Lebih terperinci

III. Upaya Strategis Pengembangan Wakaf Salah satu upaya strategis pengembangan wakaf yang dilakukan oleh Pemerintah C.q. Departemen Agama adalah

III. Upaya Strategis Pengembangan Wakaf Salah satu upaya strategis pengembangan wakaf yang dilakukan oleh Pemerintah C.q. Departemen Agama adalah MAKALAH MENTERI AGAMA RI TINJAUAN ASPEK LEGAL FORMAL DAN KEBIJAKAN WAKAF DISAMPAIKAN PADA DISKUSI PANEL BADAN PENGELOLA MASJID AG UNG SEMARANG SEMARANG, 27AGUSTUS 2005 I. Pendahuluan Terlebih dahulu marilah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI PENDAFTARAN WAKAF UANG

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI PENDAFTARAN WAKAF UANG PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI PENDAFTARAN WAKAF UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN IKRAR WAKAF

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN IKRAR WAKAF 69 BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN IKRAR WAKAF Dalam pasal 49 Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dijelaskan bahwa Pengadilan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF I. UMUM Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf memuat

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Semakin meningkatnya kebutuhan atau kepentingan setiap orang, ada kalanya seseorang yang memiliki hak dan kekuasaan penuh atas harta miliknya tidak

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017 PEMINDAHAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI LELANG MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 1996 DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 1 Oleh : Farrell Gian Kumampung 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendaftaran Tanah Pasal 19 ayat (1) UUPA menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA TERHADAP PERWAKAFAN. A. Kewenangan Pengadilan Agama dalam hal sengketa wakaf.

BAB IV KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA TERHADAP PERWAKAFAN. A. Kewenangan Pengadilan Agama dalam hal sengketa wakaf. BAB IV KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA TERHADAP PERWAKAFAN A. Kewenangan Pengadilan Agama dalam hal sengketa wakaf. Di dalam hukum Islam, seseorang yang akan berwakaf tidaklah rumit dalam melakukannya. Prosedur

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAZHIR. Kata nazhir secara etimologi berasal dari kata nazira-yandzaru yang berarti menjaga

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAZHIR. Kata nazhir secara etimologi berasal dari kata nazira-yandzaru yang berarti menjaga BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAZHIR A. Pengertian Tentang Nazhir Kata nazhir secara etimologi berasal dari kata nazira-yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus. 1 Sedangkan menurut terminologi fiqih,

Lebih terperinci

BAB II TAHUN 2004 TENTANG WAKAF. A. Dasar pemikiran lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

BAB II TAHUN 2004 TENTANG WAKAF. A. Dasar pemikiran lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf 11 BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG UNDANG UNDANG NO.41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF A. Dasar pemikiran lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Hadirnya Undang-Undang Republik Indonesia No.41 tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 1 BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 3.1. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH Secara general, pendaftaran tanah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum. Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

IS BAT WAKAF SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM ATAS

IS BAT WAKAF SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM ATAS BAB III IS BAT WAKAF SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM ATAS WAKAF TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT A. Kewenangan Peradilan Agama Tugas dan kewenangan peradilan agama sangat terkait dengan kekuasaan peradilan dalam

Lebih terperinci

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo) PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas tugas dan Syarat syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANAN PPAIW DALAM MENCEGAH TERJADINYA SENGKETA TANAH WAKAF. (Study Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon )

SKRIPSI PERANAN PPAIW DALAM MENCEGAH TERJADINYA SENGKETA TANAH WAKAF. (Study Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon ) SKRIPSI PERANAN PPAIW DALAM MENCEGAH TERJADINYA SENGKETA TANAH WAKAF (Study Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon ) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum ( S-1 ) Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah 34 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 mengatur tentang Pendaftaran Tanah yang terdapat di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Jawa Tengah. Terletak di sepanjang Pantai Utara Laut Jawa,

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Jawa Tengah. Terletak di sepanjang Pantai Utara Laut Jawa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari 35 daerah otonomi di Propinsi Jawa Tengah. Terletak di sepanjang Pantai Utara Laut Jawa, memanjang ke selatan berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konsep hukum tanah nasional, tanah di wilayah Republik Indonesia adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan dimanfaatkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dimaksud adalah tersebut dalam Pasal 25 ayat (3) Undang -Undang

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dimaksud adalah tersebut dalam Pasal 25 ayat (3) Undang -Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Pasal 24 ayat (2) dinyatakan bahwa peradilan agama merupakan salah satu lingkungan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGANAN PERMASALAHAN HUKUM DALAM RANGKA PELAKSANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016 PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH AKIBAT HIBAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK AGRARIA 1 Oleh : Cry Tendean 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF A. ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENGAWASAN KUA TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF DI KECAMATAN SEDATI Perwakafan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah. bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG LUASNYA TIDAK LEBIH DARI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DI DAERAH

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DI DAERAH BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF. A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF. A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf Dalam al-qur an maupun hadith memang tidak disebutkan secara detail tentang perintah

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BADAN WAKAF INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat. Hukum alam telah menentukan bahwa keadaan tanah yang statis menjadi tempat tumpuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan mengenai waris merupakan persoalan yang tidak dapat dilepaskan dari masalah yang terkait dengan bukti sebagai ahli waris. Bukti sebagai ahli waris

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017 PENDAFTARAN TANAH MENGGUNAKAN SISTEM PUBLIKASI NEGATIF YANG MENGANDUNG UNSUR POSITIF MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH 1 Oleh: Anastassia Tamara Tandey 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT DAN HAK PERORANGAN WARGA MASYARAKAT HUKUM ADAT ATAS TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perwakafan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk kepentingan umum dan kesejahteraan

Lebih terperinci

Suhairi Institut Agama Islam Negeri Metro

Suhairi Institut Agama Islam Negeri Metro IMPLEMENTASI HUKUM PERWAKAFAN DALAM RANGKA MEMBANGUN KESADARAN HUKUM DAN KEPASTIAN HUKUM (Studi Pelaksanaan Akta Ikrar Wakaf dan Pendaftaran Tanah Wakaf di Wilayah Kantor Urusan Agama Gunung Sugih Kabupaten

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERANAN CAMAT SELAKU PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB HUKUM PERTANAHAN DI WILAYAH KECAMATAN

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERANAN CAMAT SELAKU PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB HUKUM PERTANAHAN DI WILAYAH KECAMATAN NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERANAN CAMAT SELAKU PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB HUKUM PERTANAHAN DI WILAYAH KECAMATAN KARANGANYAR Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan kehidupannya pada manfaat tanah dan

Lebih terperinci

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum PROSUDUR PEMINDAHAN HAK HAK ATAS TANAH MENUJU KEPASTIAN HUKUM Oleh Dimyati Gedung Intan Dosen Fakultas Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK Tanah semakin berkurang, kebutuhan tanah semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB IV PRAKTEK PEMBINAAN NAZHIR DI WILAYAH KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK MENURUT PP NO 42 TAHUN 2006

BAB IV PRAKTEK PEMBINAAN NAZHIR DI WILAYAH KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK MENURUT PP NO 42 TAHUN 2006 BAB IV PRAKTEK PEMBINAAN NAZHIR DI WILAYAH KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK MENURUT PP NO 42 TAHUN 2006 A. Analisis Pembinaan Nazhir Di Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak Pembinaan nazhir merupakan

Lebih terperinci

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA Judul : AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA SERTIFIKAT DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH Disusun oleh : GALUH LISTYORINI NPM : 11102115 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan ibadah dipraktikkan dan dimanifestasikan melalui pengabdian keseluruhan diri manusia beserta segala apa yang dimilikinya. Ada ibadah melalui bentuk

Lebih terperinci

BAB III PERANAN PPAIW DALAM MENCEGAH TERJADINYA SENGKETA TANAH WAKAF DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. A. Selayang Pandang Kecamatan Pedurungan

BAB III PERANAN PPAIW DALAM MENCEGAH TERJADINYA SENGKETA TANAH WAKAF DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. A. Selayang Pandang Kecamatan Pedurungan BAB III PERANAN PPAIW DALAM MENCEGAH TERJADINYA SENGKETA TANAH WAKAF DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG A. Selayang Pandang Kecamatan Pedurungan 1. Wilayah Kecamatan Pedurungan Batas Kecamatan Pedurungan

Lebih terperinci

TIJAUAN YURIDIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERWAKAFAN TANAH DIKOTAJAYAPURA. Ismail Tuanaya. Abstrak

TIJAUAN YURIDIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERWAKAFAN TANAH DIKOTAJAYAPURA. Ismail Tuanaya. Abstrak TIJAUAN YURIDIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERWAKAFAN TANAH DIKOTAJAYAPURA Ismail Tuanaya Abstrak Benda yang telah diwakafkan tidak dapat di lakukan perubahan atau penggunaan lain dari pada yang di maksud

Lebih terperinci

TINJAUAN PENYELESAIAN SENGKETA TANAH WAKAF SKRIPSI

TINJAUAN PENYELESAIAN SENGKETA TANAH WAKAF SKRIPSI TINJAUAN PENYELESAIAN SENGKETA TANAH WAKAF (Study Kasus di Pengadilan Agama Boyolali) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada Program S1 di

Lebih terperinci

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan 1 A. Latar belakang masalah Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan mempunyai arti sendiri, sebab tanah

Lebih terperinci

SERTIFIKASI TANAH WAKAF

SERTIFIKASI TANAH WAKAF SERTIFIKASI TANAH WAKAF ( Studi Tentang Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Sertifikasi Tanah Wakaf di Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar ) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 4 TAHUN Tentang HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK ATAS TANAH

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 4 TAHUN Tentang HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK ATAS TANAH PERATURAN PEMERINTAH Nomor 4 TAHUN 1996 Tentang HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK ATAS TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tanah memiliki peran yang sangat penting artinya alam

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 24/1997, PENDAFTARAN TANAH *35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang ber-kelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENDAFTARAN TANAH WAKAF

BAB III PROSEDUR PENDAFTARAN TANAH WAKAF BAB III PROSEDUR PENDAFTARAN TANAH WAKAF A. Tata Cara Pendaftaran Wakaf 1. Tata Cara Pendaftaran Wakaf di Indonesia Menurut Dr. Abdul Ghofur Anshori, SH. MH. secara penerapan, tata cara perwakafan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tanah merupakan salah satu sumber daya alami penghasil barang dan jasa, tanah merupakan kebutuhan yang hakiki dan berfungsi sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Pertanahan Nasional setempat dengan membawa berkas-berkas, Akta Ikrar Wakaf,

BAB IV PENUTUP. Pertanahan Nasional setempat dengan membawa berkas-berkas, Akta Ikrar Wakaf, BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Langkah-langkah yang dilakukan oleh nadzir sebelum mensertifikatkan tanah wakaf adalah dimulai dari pengurusan surat-surat yang dibutuhkan sebagai syarat untuk mensertifikatkan

Lebih terperinci