BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perusahaan Terkait Etika Bisnis dan Corporate Social Responsibility Dari asal katanya company (perusahaan) berasal dari dua kata dalam bahasa latin (cum dan panis) yang berarti memecahkan roti bersama-sama. Arti di atas mengisyaratkan bahwa ide asli dari pembentukkan suatu perusahaan sebenarnya memiliki konotasi komunal/sosial. Lebih lanjut lagi, menarik menyimak pendapat Dave Packard dalam Holy K. M. Kalangit (2009:1) mengenai tujuan berdirinya suatu perusahaan, yaitu: menyatakan: I think many people assume, wrongly, that a company exist simply to make money. While this is an important result of a company s existence, we have to go deeper and find the real reasons for our being. As we investigate this, we inevitably came to the conclusion that a group of people get together and exist as an institution that we called a company so that they are able to accomplish something collectively that they could not achieve separately - they make contribution to the society, a phrase which sounds trite but is fundamental. Sri Wiludjeng, dkk (2003:27) berkaitan dengan organisasi 17 bisnis Etika bisnis melihat baik atau buruknya pengaruh pengambilan keputusan oleh suatu organisasi bagi pihak lain yang berkaitan. Dalam Sonny Sukada, 2007:XV, mengenai moral etika dan praktik bisnis yang lebih manusiawi sebagai syarat ideal korporasi David C. Korten (1999) menyatakan bahwa: Nilai-nilai perusahaan tidak lagi berpusat pada uang, tetapi pada kehidupan; kepentingan yang menjadi motif bukan pada laba maksimum, melainkan mendapatkan dan memenuhi kehidupan; lokasi kekuasaan perusahaan bukan di pasar uang, tetapi pada orang dan masyarakat global; kerangka waktu perusahaan tidak jangka pendek, melainkan jangka panjang; pertanggungjawaban perusahaan tidak lagi lemah dan jauh, tetapi kuat dan setempat; dan yang paling penting, orientasi terhadap kehidupan dari perusahaan seperti itu bukanlah menguras, melainkan merawat. Pernyataan ini diperkuat oleh Ira A. Jackson dan Jane Nelson (2004) dengan memformulasikan tujuh prinsip

2 18 korporat yang kurang lebih sama, yaitu: harness innovation for public good; put people at the center; spred economic opportunity; engage in new alliance; be performance-driven everything; practice superior governance; and, pursue purpose beyond profit. Berkaitan dengan pelaksanaan CSR, perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori yang menggambarkan kemampuan dan komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR. Edi Suharto (2008:3) menyebutkan perusahaan ideal memiliki kategori reformis dan progresif. Tentu saja dalam kenyataannya kategori ini bisa saja saling bertautan. Kategori tersebut diantaranya: 1) Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR: (1) Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk kategori ini. (2) Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki profit tinggi, namun anggaran CSR rendah. Perusahaan besar namun pelit. (3) Perusahaan Humanis. Meskipun profit perusahaan rendah, proporsi anggaran CSR relatif tinggi. Disebut perusahaan dermawan/baik hati. (4) Perusahaan Reformis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang tinggi. Perusahaan seperti ini memandang CSR bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk lebih maju. 2) Berdasarkan tujuan CSR: (1) Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan jelas, bukan untuk promosi, bukan pula untuk pemberdayaan. Sekadar melakukan kegiatan karitatif. Perusahaan seperti ini melihat promosi dan CSR sebagai hal yang kurang bermanfaat bagi perusahaan. (2) Perusahaan Impresif. CSR lebih diutamakan untuk promosi dari pada untuk pemberdayaan. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan tebar pesona ketimbang tebar karya. (3) Perusahaan Agresif. CSR lebih ditujukan untuk pemberdayaan ketimbang promosi. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan karya nyata ketimbang tebar pesona.

3 19 (4) Perusahaan Progresif. Penerapkan CSR untuk tujuan promosi dan sekaligus pemberdayaan. Promosi dan CSR dipandang sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu sama lain bagi kemajuan perusahaan. 2.2 Corporate Social Responsibility Perkembangan Konsep Corporate Social Responsibility Perkembangan Awal Konsep CSR di Era Pada era ini konsep CSR diperkenalkan oleh Howard R. Bowen melalui bukunya Social Responsibility of the Businessmen dimana dia mengemukakan bahwa pada saat itu bisnis belum mengenal bentuk perusahaan korporasi sebagaimana yang dipahami pada masa sekarang. Selain itu Bowen juga memberikan landasan awal pengenalan kewajiban pelaku bisnis untuk menetapkan tujuan bisnis yang selaras dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Pada era ini, tanggungjawab sosial perusahaan dilandaskan pada munculnya prinsip derma (charity principle) dan prinsip perwalian (stewardship principle) serta munculnya konsep pemangku kepentingan (stakeholder) yang diperkenalkan oleh Stanford Research Institute tahun Perkembangan Konsep CSR Periode an Perkembangan CSR pada masa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Periode awal 1970-an mencatat babak penting perkembangan konsep CSR ketika Committee for Economic Development (CED, Amerika) melalui laporannya menyatakan istilah kontrak sosial antara masyarakat dan pelaku usaha telah mengalami perubahan yang substansial dan penting. Pelaku bisnis dituntut untuk memikul tanggungjawab sosial yang lebih luas kepada masyarakat dibanding waktu sebelumnya. Kemudian Archie B. Carroll (1979) memperkenalkan komponen-komponen tanggungjawab sosial perusahaan kedalam empat kategori yang juga dikenal dengan konsep piramida tanggungjawab sosial, yaitu economic responsibility, legal responsibility, ethic responsibility, dan discretionary responsibility. Pada era ini juga muncul konsep Corporate Social Responsiveness oleh Frederick (1978) dan Sethi (1979) sebagai suatu bentuk respon perusahaan atas isu-isu dan tekanan yang timbul. Untuk selanjutnya juga muncul konsep Corporate Social Performance (CSP) untuk menilai pelaksanaan aktivitas CSR.

4 20 Terakhir pada periode 1980-an yang merupakan periode tumbuh dan berkembangnya perusahaan multinasional. Pada masa ini munculah konsep Corporate Citizenship dimana perusahaan juga memiliki hak dan kewajiban sebagai warga dari negara tempat beroperasinya Perkembangan CSR Konsep CSR di Era 1990-an sampai Saat Ini Perkembangan CSR pada era ini ditandai dengan munculnya konsep-konsep baru. WCED memperkenalkan konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) yang mengkombinasikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan munculnya konsep sustainable development ini memjadikan berbagai pihak ataupun organisasi merumuskan konsep CSR-nya merujuk kepada konsep tersebut. Lebih lanjut lagi, dalam hal pelaporan munculah apa yang dinamakan Corporate Sustainability Report yang merupakan laporan tahunan perusahaan terkait aktivitas sosialnya. Pelaporan ini biasanya mengacu pada konsep Triple Bottom Line yang dikemukakan oleh John Elkington (1997) dan pedoman yang dikemukakan oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang didirikan pada Perkembangan yang terbaru sekarang ini adalah telah ditetapkannya Final Draft International Standard ISO Guidance on Social Responcibility (2010) yang mengatur tentang standar social responsibility. Perkembangan pada masa sekarang dapat dilihat dari adanya perubahan orientasi perusahaan dalam penerapan CSR-nya dari suatu kegiatan yang bersifat sukarela, menjadi suatu kegiatan strategis yang memiliki keterkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan dalam jangka panjang Pengertian Corporate Social Responsibility Banyak ahli telah memberikan penjabaran tentang definisi dari Corporate Social Responsibility yang dapat dijumpai dalam berbagai artikel, buku dan literatur. CSR adalah konsep yang sangat cair, berkembang mengikuti dinamika hubungan perusahaan dan pemangku kepentingannya, mungkin tak akan ada definisi tunggal. Beberapa definisi menggambarkan bahwa kata social dalam CSR harus dibaca social and environmental, dimana pemahaman mengenai dua dimensi ini merupakan konsep yang nantinya dekat kaitannya dengan keberlanjutan

5 21 (sustainability). Diantara definisi tersebut yang dikutip dari Sonny Sukada, dkk (2007:37-38) adalah sebagai berikut: 1) Certo dan Certo (2006) mendefinisikan CSR sebagai: managerial obligation to take action that protect and improve both welfare of society as a whole and interest of organitation. 2) Lawrence, Weber dan Post (2005) menyatakan: CSR means that a corporation should be held accountable for any of its actions affecting people, their communities, and their environments. 3) Kotler dan Lee (2005) menulis CSR adalah: a commitment to improve community well-being through discretionary busness pactices and contributions of corporate resources. 4) Hopkins (2004) memberikan definisi: CSR is concerned with treating the stakeholders of the firm ethically or in a responsible manner. Ethocally or responsible means treating stakeholders in a manner deemed acceptable in civilized societies. Socials include economic responsibility. Stakeholders exist both within a firm and outside. The natural environment is a stakeholders. The wider aim of social responsibility is to create higher and higher standards of living, while preserving the profitability of corporations, for both within and outside the corporation. 5) Word Business Council for Sustainable Development WBCSD (2002) menyatakan: Corporate Scial Responsibility is the commitment ot business to contribute to sustainable economic development, working with employees, theirs families, the local community and society at large to improve their quality of life. 6) Europen Comission (2001) menjelaskan CSR sebagai: A concept whereby integrate social and environmental concern in their business operation and in their interaction whit their stakeholders on a voluntary basis.

6 22 Dari beberapa pengertian CSR yang dikutip Sonny Sukada di atas, dapat dikatakan CSR juga merupakan suatu bentuk manajemen dampak atas tindakan perusahaan. Dimana dalam memperjuangkan kepentingan ekonominya perusahaan tidak bisa mengenyampingkan dimensi sosial dan lingkungannya. Pandangan lain menyatakan CSR tidak terpaku pada manajemen dampak maupun dikarenakan oleh regulasi, melainkan berfungsi sebagai strategi perusahaan. Menurut Warhurst (dikutip dari Sonny Sukada, dkk, 2007:39-40) menyatakan: A strategy of corporate social responsibility is defined here as the internalization by the company of the social and environmental effects of its operation through proactive pollution prevention and social impact assessment so that harm is anticipated and avoided and benefits are optimized. The concept is about companies seeking opportunities and targeting capabalities that they have built up for competitive advantage to contribute to sustainable development goals in ways that go beyond traditional responsibility to shareholders, employees and the law, and that internalise indirect socioeconomic and biogeophysical effects as well as direct impacts. Kesimpulan Sonny Sukada, dkk (2007:40) dari beberapa uraian di atas mengembangkan definisi CSR sebagai: Segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar. CSR dapat dikatakan sebagai suatu bentuk manajemen dampak atas beroperasinya perusahaan sekaligus berfungsi sebagai strategi perusahaan. Dampak negatif diminimumkan dengan mengetahui seluruh detailnya, kemudian merancang dan melaksanakan tindakan meminimalkan hingga batas paling mungkin. Akan halnya dampak negatif sisa, tentu harus diberi kompensasi. Sementara dampak positif juga menuntut diketahui agar mampu dimaksimumkan. Sehubungan dengan beroperasinya perusahaan, CSR terkait dengan nilai dan standar dimana adanya komitmen untuk bertindak secara etis dan beroperasi secara legal. Lebih lanjut lagi, dalam Pedersen (2003:3-4) mengungkapkan beberapa pengertian Corporate Social Responsibility, diantaranya: Menurut Blomm dan Gundlach (2001) menyatakan: Corporate Social Responsibility adalah kewajiban yang dimiliki perusahaan kepada para stakeholders-nya yang dapat mempengaruhi hubungan masyarakat yang

7 23 dipengaruhi oleh kebijakan dan bagaimana perusahaan beroperasi. Kewajiban ini melampaui ketentuan hukum dan tugas-tugas stakeholder perusahaan, dan pemenuhannya yang dimaksudkan untuk memperkecil pengaruh negatif dan memaksimalkan pengaruh perusahaan yang menguntungkan masyarakat. Sedangkan Lantos (2001) memberikan pengertian: Corporate Social Responsibility adalah kewajiban yang berasal dari kontak sosial antara bisnis dan sosial bahwa perusahaan harus bertanggungjawab atas kebutuhan dan keinginan jangka panjang masyarakat, mengoptimalkan pengaruh positif dan meminimalkan pengaruh negatif dari proses produksinya pada masyarakat. Sedangkan menurut CSR Asia (dikutip dari Edi Suharto, 2008:5) mendifinisikan: CSR sebagai komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders. Dari definisi di atas, CSR merupakan tindakan perusahaan yang bersifat sukarela dan melampaui kewajiban hukum terhadap peraturan perundang-undangan negara. Di samping itu, CSR dipandang sebagai aspek inti dari aktifitas bisnis perusahaan dan melihatnya sebagai alat untuk terlibat dengan pemangku kepentingan. Hal ini selain dimaksudkan untuk memenuhi izin legal (konsesi), perusahaan tentunya juga memerlukan izin sosial untuk berusaha (social license to operate). Pendapat John R. Schermerhorn dalam Holy K. M. Kalangit (2009:2), secara singkat mendefinisikan CSR sebagai: Kewajiban dari suatu perusahaan untuk bertindak dalam cara-cara yang sesuai dengan kepentingan perusahaan tersebut dan kepentingan masyarakat secara luas. Menurut Institute of Chartered Accountants England and Wales (dikutip dari Edi Suharto, 2008:5) mendefinisikan CSR sebagai: Jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham (shareholders) mereka.

8 24 Sejalan dengan definisi sebelumnya, pendapat Pearce dan Robinson (dikutip dari Kiroyan, 2006:54) menyatakan: Ide utama Corporate Social Responsibility adalah konsep bahwa suatu perusahaan harus melayani masyarakat sosial sebaik memberikan keuntungan finansial kepada pemegang saham, dan harus berkelanjutan terus menerus, yang pada akhirnya para manejer menyadari bahwa keputusan menerapkan Corporate Sosial Responsibility adalah keputusan yang sangat penting dalam perencanaan strategis. Sedangkan Edi Suharto (2007a:6) memetakan definisi CSR yang lebih mudah dioperasionalkan dan dipahami dengan mengembangkan konsep Triple Bottom Line yang dikemukakan John Elkington (1998) dan menambahkannya dengan satu line tambahan, yakni procedure. Dengan demikian, CSR adalah: Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan professional. Dalam aplikasinya, konsep 4P ini selain mengadopsi konsep Tripple Bottom Line oleh John Elkington, konsep ini juga bisa dipadukan dengan komponen yang ada dalam draf ISO Konsep planet jelas berkaitan dengan aspek environment. Konsep people merujuk pada konsep social development dan human rights. Sedangkan konsep procedur bisa mencakup konsep organizational governance, labor practices, fair operating practices, dan consumer issues. Sedangkan yang nantinya akan menjadi rujukan dan panduan pelaksanaan CSR, dalam Final Draft International Standard (DIS) ISO Guidance on Social Responcibility (2010) definisi Corporate Social Responsibility adalah: Responsibility of an organization for the impacts of its decisions and activities on society and the environment, through transparent and ethical behaviourthat contributes to sustainable development, health and the welfare of society; takes into account the expectations of stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent with international norms of behaviour; and is integrated throughout the organization and practiced in its relationships. Dari berbagai pengertian Corporate Social Responsibility di atas pada dasarnya memiliki kesamaan konsep dan persepsi. Dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility merupakan suatu komitmen organisasi (perusahaaan)

9 25 untuk beroperasi berdasar nilai-nilai etika dan hukum dengan cara-cara yang sesuai dengan kepentingan perusahaan maupun stakeholder secara luas serta memaksimalkan dampak positif seraya meminimalkan dampak negatifnya secara terus menerus berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan demi tercapainya suatu keberlanjutan (sustainability) Konsep-konsep yang berhubungan dengan CSR Konsep pemangku kepentingan (stakeholder) Secara singkat dapat dinyatakan bahwa perusahaan bertanggungjawab kepada siapapun yang terpengaruh maupun yang mempengaruhi operasinya atau yang disebut dengan stakeholder. Konsep pemangku kepentingan (stakeholder) ini dipopulerkan oleh Freeman (1984) secara komprehensif (dikutip dari Sonny Sukada, dkk, 2007:96), dimana pemangku kepentingan menurutnya dapat diartikan sebagai: Mereka yang memiliki kepentingan dan keputusan tersendiri, baik sebagai individu maupun wakil kelompok. Pengertian ini mencakup mereka yang mempengaruhi atau yang terkena pengaruh dari suatu organisasi. Perkembangan sekarang ini menunjukkan konsep stakeholder bahkan hampir menggantikan konsep stockholder (pemegang saham). Perusahaan tidak dapat dikatakan eksis tanpa adanya hubungan dengan pemangku kepentingan. Hal ini dikarenakan premis utama teori pemangku kepentingan adalah semakin kuat hubungan perusahaan dengan pemangku kepentingan, makin besar tujuan perusahaan dapat dicapai. Terkait derajat kedekatan hubungan tersebut, Post et al. (2005) dalam Sonny Sukada (2007:48-49) membaginya menjadi: 1) Inactive: perusahaan tidak mempedulikan pemangku kepentingannya. 2) Reactive: hubungan terjadi bila perusahaan merasa terpaksa melakukan dan biasanya dalam suasana defensif. 3) Proactive: perusahaan bersifat antisipatif terhadap berbagai kepentingan yang memiliki legitimasi, hingga tidak pernah dikagetkan oleh krisis hubungan. 4) Interactive: perusahaan secara terus menerus berhubungan dengan pemangku kepentingan dalam suasana saling menghormati, terbuka, dan saling percaya.

10 26 Lebih lanjut lagi, kategori pemangku kepentingan organisasi bisnis dibedakan menjadi pemangku kepentingan primer/pasar (meliputi: pemilik modal, kreditor, pemasok, pelanggan, distributor dan pekerja) dan pemangku kepentingan sekunder/non-pasar (meliputi: pemerintah, organisasi masyarakat sipil, media, kelompok pendukung bisnis, masyarakat umum dan masyarakat lokal). Tidak semua pemangku kepentingan yang teridentifikasi merupakan mitra strategis perusahaan, pelibatannya ditentukan berdasarkan derajat relevansinya. Sonny Sukada (2007:99) mengutip Mitchell, dkk (1997) mengungkapkan karakteristik derajat relevansi pemangku kepentingan terhadap perusahaan, yaitu: 1) Kekuasaan. Yaitu derajat kemampuan pemangku kepentingan untuk mempengaruhi perusahaan melalui penggunaan unsur-unsur koersif atau pemaksaan, insentif atau disinsentif material, dan normatif atau simbolik. Penggunaan salah satu unsur mampu mempengaruhi kemampuan perusahaan mempertahankan diri. 2) Legitimasi. Legitimasi operasional perusahaan berasal dari perilaku yang disetujui normanorma yang berlaku setempat. Perusahaan harus mengetahui dengan pasti norma apa saja yang berlaku untuk menakar legitimasi yang dimiliki masingmasing pemangku kepentingan. 3) Urgensi. Yaitu klaim pemangku kepentingan untuk tindakan segera yang didasarkan pada sensitivitas waktu, sejauh mana keterlambatan dapat diterima, sepenting apa pemenuhan klaim itu terhadap status hubungan dengan perusahaan. Selanjutnya oleh Dricoll dan Starik (2004) dalam Sonny Sukada, dkk (2007:101) menambahkan dua hal penting lain untuk melengkapi tiga derajat relevansi sebelumnya yaitu: Yang pertama kedekatan (proximity) sebagai kriteria keempat, dimana kedekatan spasial sama pentingnya dengan urgensi dalam arti komunitas yang bermukim lebih dekat dengan perusahaan merupakan pemangku kepentingan yang harus dianggap pentinng. Selanjutnya yang kedua, dengan menggunakan keempat kriteria yang telah dikemukakan, disimpulkan bahwa lingkungan fisik merupakan pemangku kepentingan yang sah dari perusahaan. Hal ini disebabkan karena lingkungan memiliki kekuasaan atas perusahaan; legitimasi dari kepentingan

11 27 masyarakat lokal, etika serta sejumlah peraturan pemerintah; Urgensi atas suatu klaim; serta kedekatan dengan artian segala sesuatu di luar perusahaan adalah lingkungan. Sehubungan dengan derajat relevansi yang diutarakan di atas, jika dikaitkan dengan kategori pemangku kepentingan diperlihatkan pada gambar 2.1 berikut: Keterangan gambar: = Non-Stakeholder Legitimacy Proximty 1 = Laten Stakeholder Power = Exspectant Stakeholder = Definitive Stakeholder = Primary Stakeholder Urgency Gambar 2.1 Karateristik dan tipe pemangku kepentingan. Sumber: Haigh dan Griffin (2009) dalam Jalal (2009) Konsep keberlanjutan (sustainability) Keberlanjutan atau sustainability menurut John Elkington (1998) adalah keseimbangan antara profit-people-planet, yang dikenal dengan konsep Triple Bottom Line (TBL). Selanjutnya terdapat dua jenis keberlanjutan menurut Dunphy et. al (2000) yaitu: ecological sustainability dan human sustainability. Keberlanjutan ekologi mencakup disain organisasi yang dapat memberikan kontribusi kepada sustainable economic development (pembangunan ekonomi yang berkelanjutan), perlindungan terhadap lingkungan hidup, dan pembaharuan biosphere. Keberlanjutan manusia adalah meningkatkan kemampuan dan keahlian manusia untuk kinerja perusahaan yang tinggi dan berkelanjutan serta untuk kesejahteraan sosial (well being) dan ekonomi masyarakat. Dalam perspektif perusahaan, keberlanjutan dimaksud merupakan suatu program sebagai dampak dari usaha-usaha yang dirintis, berdasarkan konsep kemitraan/rekanan dari masing-masing stakeholders. Sedangkan definisi keberlanjutan operasi bisnis perusahaan atau corporate sustainability oleh Mel Wilson (2003) dalam Sonny Sukada, dkk (2007:35) adalah:

12 28 a new and evolving corporate management paradigm. The term paradigm is use deliberately, in that corporate sustainability is an alternative to the traditional growth and profit-maximization model. While corporate sustainability recognizes that corporate growth and profitability are important, it also requires the corporation to pursue societal goal, specifically those relating to sustainable development environmental protection, social justice and equity, and economic development. Dengan menerima konsep pembangunan berkelanjutan berarti perusahaan mengakui dirinya sebagai bagian dari sistem lingkungan dan sistem sosial. Oleh sebab itu perusahaan mengakui adanya keterbatasan sumberdaya untuk selanjutnya mengasumsikan tanggung jawab bersama atas penggunaan dan pengembangan sumberdaya sosial. Dengan demikian tujuan ekonomi tidak lagi dibatasi hanya pada ekonomi perusahaan semata, melainkan masyarakat secara luas. Dalam Sonny Sukada, dkk (2007: 34) menyatakan, konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang umum digunakan didefinisikan oleh World Commission on Economic Development (WCED) sebagai berikut: Pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini dengan memberikan kesempatan yang sama bagi generasi mendatang untuk mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun definisi dari WCED di atas masih kurang operasional, oleh karena itu Ismail Serageldin dari Bank Dunia, mendefinisikan sebagai: A process whereby future generations receive as much capital per capita, or more than, the current generation has available. Dari definisi di atas, yang dimaksud dengan kapital mencakup modal natural, ekonomi, sosial, budaya, politik dan personal. Kita tentunya menyadari bahwa modal natural terus mengalami penurunan seiring dengan proses operasi yang dijalankan perusahaan. Oleh karena itu penurunan modal natural semestinya memperoleh kompensasi dengan meningkatnya modal dalam bentuk lain, sesuai dengan definisi yang telah dinyatakan sebelumnya Konsep Bottom Line Dalam implementasi konsep responsibility, perusahaan menjalankan tanggungjawab tidak hanya berpijak pada satu bottom line saja, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan (financial). Karena kondisi keuangan saja tidak cukup bagi nilai perusahaan untuk tumbuh secara

13 29 berkelanjutan. Pada kontek global dengan adanya paradigma ini semakin diperkuat dengan hadirnya istilah yang diperkenalkan oleh John Elkington (1998) yang mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas The World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987). Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Prinsip profit, planet, dan people ini akan saling mendukung dalam proses pelaksanan tanggungjawab sosial yang dilaksanakan perusahaan. Dari penjelasan di atas sebelumnya, ilustrasi logika berpikir konsep Triple Bottom Line diperlihatkan pada gambar 2.2 berikut: ECONOMIC/PROFIT SUSTAINABLE DEVELOPMENT EQUITY/PEOPLE Gambar 2.2 Triple Bottom Line. Sumber: Jalal (2008) ENVIRONTMENT/PLANET Berikut penjelasan komponen-komponen bottom line dari Konsep 3P: 1) Economic/Profit. Perusahaan harus berorientasi untuk tetap mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang sebagai wujud pertanggungjawaban kepada shareholders-nya, selain itu juga memberikan manfaat ekonomi rill kepada masyarakat. 2) Environtment/Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati karena merupakan aspek penting proses operasi, dimana perusahaan memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam untuk menciptakan tujuan ekonomi dan kelangsungan masa depan. 3) Equity/people. Kesejahteraan manusia sangatlah penting, meliputi praktek yang adil, wajar dan memberi manfaat menguntungkan terhadap orang-orang yang bersinggungan dengan dampak dari beroperasinya suatu perusahaan.

14 Hubungan antara Konsep Stakeholder, Keberlanjutan, Bottom Line dan CSR oleh Perusahaan Setelah adanya paradigma baru konsep pembangunan berkelanjutan, terjadi perubahan yang radikal antara sudut pandang perusahaan tradisisonal dengan perusahaan yang sudah menerima konsep pembangunan berkelanjutan. Pengakuan terhadap konsep ini berimplikasi pada adanya tiga tujuan perusahaan, yaitu tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan. Tujuan ekonomi pun tidak lagi dibatasi tujuan ekonomi perusahaan semata, melainkan ekonomi msyarakat atau stakeholder secara luas. Dalam operasinya, perusahaan tidak terlepas dari para stakeholder yang mana mereka juga memiliki kepentingan atas kegiatan bisnis yang berjalan. Selain sebagai objek yang terkena dampak atau pengaruh, stakeholder juga dapat mempengaruhi proses bisnis yang dijalankan organisasi atau perusahaan. Perbandingan antara sudut pandang perusahaan tradisional dan perusahaan berkelanjutan tersebut diperlihatkan pada gambar 2.3 berikut: Gambar 2.3 Perbandingan perusahaan tradisional (kiri) dan perusahaan berkelanjutan (kanan). Sumber: Rodriguez, et al (2002) dalam Sonny Sukada (2007:35) Pergeseran tujuan perusahaan menjadi tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan ini menjadikan pelaksanaan CSR oleh perusahaan berorientasi kepada ketiga hal tersebut dalam usahanya menciptakan keberlanjutan (sustainability). Dari segi perusahaan tentunya keberlanjutan yang dimaksud adalah keberlanjutan dari perusahaan itu sendiri (Corporate Sustainability). Terkait Corporate Sustainability ini dalam Marcel van Marrewijk (2003:101), menurut Lassi Linnanen dan Virgilio Panapanaan (2002): Corporate Sustainability sebagai tujuan akhir, memenuhi kebutuhan saat ini dengan memberikan kesempatan yang sama bagi generasi mendatang

15 31 untuk mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam Wempe dan Kaptein (2002): Telah menempatkan Corporate Sustainability sebagai tujuan akhir, dengan CSR sebagai media perantara bagi perusahaan untuk mengupayakan menyeimbangkan konsep Triple Bottom Line. Hubungan keterkaitan antara konsep Tripple Bottom Line atau 3P, Corporate Sustainability dan Corporate Social Responsibility diperlihatkan pada gambar 2.4 berikut: CORPORATE SUSTAINABILIY CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY P R O F I T P E O P L E P L A N E T Gambar 2.4 Hubungan Tripple Bottom Line, Corporate Sustainability dan Corporate Social Responsibility. Sumber: Wempe dan Kaptain (2002), dalam Marcel van Marrewijk (2003:101) Pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility merupakan salah satu peran dunia bisnis dalam kontribusinya untuk pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Business Strategy for Sustainable Development (IISD, 1992) dalam Jalal (2009:4), menyatakan terkait peran perusahaan tersebut, yaitu: For the business enterprise, sustainable development means adopting business strategies and activities, that meet the needs of the enterprise and its stakeholders today while protecting, sustaining and enchancing the human and natural resources that will be need in the future. Dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya ini, perusahaan hendaknya mengkombinasikan tiga aspek dalam mewujudkan keberlanjutan (sustainability) yaitu

16 32 aspek ekonomi, lingkungan dan sosial kedalam bisnis strateginya. Dengan demikian, CSR dapat menjadi suatu alat baru dalam menciptakan keberlanjutan bagi perusahaan itu sendiri. Seperti diperlihatkan pada gambar 2.5 berikut, bagaimana ketiga aspek keberlanjutan diimplementasikan kedalam tanggungjawab sosial perusahaan: CORPORATE SUSTAINABILITY CORPORATE RESPONSIBILITY ECONOMIC RESPONSIBILITY ENVIRNMENTAL RESPONSIBILITY SOCIAL RESPONSIBILITY Gambar 2.5 Model CS/CR dan dimensinya. Sumber: Liss Linnanen dan Virgilio Panapanaan (2002) dalam Marcel van Merrewijk (2003;102). Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keberlanjutan (sustainability) merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai, baik dalam perpektif perusahaan maupun masyarakat luas secara keseluruhan. Upaya dalam mencapai tujuan akhir ini diwujudkan melalui suatu proses yang disebut dengan pembangunan berkelanjutan (sustainability development). Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam hal ini berperan sebagai sarana atau alat dalam menjalankan kegiatan pembangunan yang berkelanjutan dalam upaya mencapai tujuan akhir tersebut. Jadi dapat dikatakan CSR merupakan bagian dalam menjalankan kegiatan pembangunan berkelanjutan. Semua upaya yang bermuara pada pencapaian sustainability ini, merupakan pencerminan dari terwujudnya keseimbangn dari konsep Triple Bottom Line, yaitu adanya keseimbangan dari aspek economy/profit, environment/planet dan social/people, yang diimplementasikan dalam kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan.

17 Implementasi Corporate Social Responsibility Motif dan Tujuan Penyelenggaraan Corporate Sosial Responsibility Ada berbagai hal yang menjadi pendorong perusahaan untuk menjalankan tanggungjawab sosialnya, baik dari dalam maupun luar perusahaan itu sendiri. Inisiasi penyelenggaraan CSR umumnya dibedakan menjadi dua model dasar (Sonny Sukada, dkk, 2007: ), yaitu: 1) Model Reaktif. Model reaktif merupakan reaksi perusahaan setelah mendapat tekanan dari komunitas lokal. Sebagian pengamat menyatakan praktik CSR reaktif di banyak sisi dampak positif ditingkatkan, namun menghindari penurunan dampak negatif produknya. Sedangkan pengamat yang lebih kritis menyatakan praktik seperti ini hanyalah pengalihan perhatian dan bukan CSR sejati. 2) Model Proaktif. Model CSR proaktif ini datang dari perusahaan itu sendiri yang sepenuhnya menyadari pentingnya CSR sebagai bagian strategi bisnis. Tujuannya adalah memperoleh izin sosial dalam artian menjalin hubungan sosial mutualistik dari komunikasi lokal dan berjangka panjang. Perusahaan fokus mengembangkan dampak positif dan meminimumkan potensi dampak negatif operasinya. Kemudian lagi, sehubungan dengan yang menjadi motivasi perusahaan menjalankan CSR, Saidi dan Abidin (2004:69) membuat matrik yang menggambarkan tiga tahap atau peradigma yang berbeda, yaitu: Tahap pertama adalah corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan; tahap kedua adalah corporate philanthropy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial; tahap ketiga adalah corporate citizenship, yakni motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial. Sedangkan konsep Piramida Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang dikemukakan oleh Archie B. Carrol (1997) memberikan suatu justifikasi teoritis dan logis mengapa perusahaan perlu melaksanakan CSR sebagai perwujudan sikap tanggungjawabnya. Selain itu, konsep ini juga menggambarkan tujuan dari

18 34 pelaksanaan komponen-komponen CSR oleh organisasi ataupun perusahaan. Piramida yang terdiri atas empat jenjang ini diperlihatkan pada gambar 2.6 berikut: Philantropic Responsibility (BE A GOOD CITIZEN) Ethical Responsibility (BE ETHICAL) Legal Responsibility (OBEY THE LAW) Economic Responsibility (BE PROFITABLE) Gambar 2.6 Piramida Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Keterangan: 1) Pertama, adalah tanggungjawab ekonomis. Motif utama perusahaan haruslah menghasilkan laba. Sebuah perusahaan tentu harus memiliki nilai tambah sebagai prasyarat untuk berkembang. Laba adalah pondasi yang diperlukan bagi kehidupannya. Ringkasnya: Make a profit. 2) Kedua, adalah tanggungjawab legal. Dalam mencapai tujuannya mencari laba, perusahaan harus mentaati kebijakan dan hukum berlaku. Upaya melanggar hukum demi memperoleh laba harus ditentang. Ringkasnya: Obey the law. 3) Ketiga, tanggung jawab etis. Ini berarti penusahaan berkewajiban menjalankan hal yang baik dan benar, adil dan fair. Perusahaan harus menghindarkan diri dari praktek yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi dan langkahlangkah bisnis perusahaan. Ringkasnya: Be ethical. 4) Keempat, tanggungjawab filantropis. Ini mensyaratkan perusahaan dalam artian termasuk pemilik serta pegawai memiliki tanggungjawab ganda yaitu selain kepada perusahaan juga untuk memberi kontribusi kepada publik. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas kehidupan semua. Ringkasnya: Be a good corporate citizen.

19 35 Konsep Piramida Tanggungjawab Sosial Perusahaan ini harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sehingga aktivitas memperoleh laba tidak bertentangan dengan tanggungjawab sosial yang harus dijalankan yang akhirnya hal tersebut menjadi relevan bagi kegiatan bisnis perusahaan Bentuk Aktivitas dan Program Corporate Social Responsibility CSR bisa dikatakan merupakan pilihan instrumen yang memungkinkan (possible) serta dapat diterima oleh berbagai pihak (plausible). Dalam pelaksanaannya, terdapat lima pilar aktivitas CSR yang dikemukakan oleh Prince of Wales International Business Forum yang dikutip oleh Yusuf Wibisono (2007:119), yaitu: 1) Building human capital. Secara internal, perusahaan menciptakan SDM yang andal sedangkan secara eksternal, perusahaan melakukan pemberdayaan masyarakat, biasanya melalui community development. 2) Strengthening economics atau dengan kata lain memberdayakan ekonomi komunitas disamping ekonomi perusahaan itu sendiri. 3) Assessing social cohesion, maksudnya perusahaan menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar agar tidak menimbulkan konflik. 4) Encouraging good governance, artinya bisnis oleh perusahaan dijalankan dalam tata kelola yang baik. 5) Protecting the environment, perusahaan harus menjaga kelestarian lingkungan. Terhadap pilihan program CSR yang akan dijalankan oleh perusahaan, dalam Kotler dan Lee (2006) yang dikutip oleh Ismail Solihin (2008: ) menyebutkan terdapat enam kategori program dimana pemilihan program yang akan dilaksanakan perusahaan, bergantung pada core business ataupun need assesment masing-masing. Keenam jenis program CSR tersebut adalah sebagai berikut: 1) Couse Promotion. Dalam program ini, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lain yang dimiliki untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu masalah sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat, atau perekrutan tenaga sukarela untuk kegiatan tertentu. 2) Couse Related Promosing.

20 36 Dalam program ini, perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan persentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial dari besaran hasil penjualan produknya. Dasarnya adalah pada penjualan tertentu, untuk jangka waktu tertentu, dan untuk aktivitas derma tertentu. 3) Corporate Social Marketing. Dalam program ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan terkait isu-isu seperti kesehatan, perlindungan terhadap kecelakaan ataupun kerugian, lingkungan serta keterlibatan masyarakat. 4) Corporate Philantrophy. Dalam program ini, perusahaan membarikan sumbangan/hibah langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Program sumbangan bisa dalam bantuk tunai, paket bantuan, ataupun pelayanan secara cuma-cuma. 5) Community Valunteering. Dalam program ini, perusahaan mendukung dan mendorong karyawan, pemegang saham, franchise atau rekan pedagang eceran dan mitra bisnis untuk menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasiorganisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program, seperti kegiatan amal, pemberian penghargaan (materi/non-materi). 6) Socially Responsible Business Practise (Community Development). Dalam program ini, perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup serta membantu dalam pemecahan masalah sosial tertentu. Bentuk dari program ini dapat berupa pembangunan fasilitas-fasilitas, mengembangkan perbaikan proses produksi dan hasil produksi, pelaporan dan memberikan informasi terkait penerima dampak atas aktivitas bisnis perusahaan, serta mengembangkan programprogram penunjang terciptanya kesejahteraan masyarakat. Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di negara-negara berkembang. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi karitatif dan

21 37 kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan secara ad-hoc, parsial, dan tidak melembaga. CSR pada tataran ini hanya sekadar do good dan to look good, berbuat baik agar terlihat baik. Dewasa ini pendekatan community development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment dan sustainable development. Adanya kegairahan yang mendorong praktik CSR di Indonesia dapat dilihat dari pelaksanaan audit sosial dan lingkungan yang dilaksanakan oleh sejumlah industri baik nasional maupun multinasional, termasuk audit terhadap program pengembangan masyarakat. Hal ini juga terlihat dari adanya pelaksanaan konsultasi, pendampingan, pelatihan ataupun pembuatan laporan pelaksanaan program dalam tema CSR. Terkait pelaksanaan praktik program CSR di Indonesia, umumnya terdapat empat model atau pola yang diterapkan, diantaranya (Saidi dan Abidin, 2004:64-65): 1) Keterlibatan langsung. Perusahaan melaksanakan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan langsung suatu sumbangan kepda msyarakat tanpa perantara. 2) Malalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Biasanya perusahaan menyiapkan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. 3) Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (Ornop), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. 4) Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsiun atau lembaga bersangkutan dipercaya oleh perusahaan yang mendukungnya secara pro-aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

22 Langkah-langkah Pelaksanaan Aktivitas Program Corporate Social Responsibility Pelaksanaan CSR sesungguhnya merupakan suatu aktivitas yang dijalankan dalam jangka panjang dimana program CSR yang dijalankan hendaknya sustainable. Untuk mendukung terciptanya CSR yang sustainable, tentunya harus didukung oleh perencanaan yang baik dalam penerapannya. Edi Suharto (2008:9-10) berpendapat good CSR hendaklah mampu memadukan kepentingan shareholders dan stakeholders. Oleh karena itu, CSR tidak hanya fokus pada hasil yang ingin dicapai, melainkan pula pada proses untuk mencapai hasil tersebut. Lima langkah di bawah ini bisa dijadikan panduan dalam merumuskan program CSR, termasuk Community Development, yaitu: 1) Engagement. Pendekatan awal kepada masyarakat agar terjalin komunikasi dan relasi yang baik. Tahap ini juga bisa berupa sosialisasi mengenai rencana pengembangan program CSR. Tujuan utama langkah ini adalah terbangunnya pemahaman, penerimaan dan trust masyarakat yang akan dijadikan sasaran CSR. Modal sosial bisa dijadikan dasar untuk membangun kontrak sosial antara masyarakat dengan perusahaan dan pihak-pihak yang terlibat. 2) Assessment. Identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat yang akan dijadikan dasar dalam merumuskan program. Tahapan ini bisa dilakukan bukan hanya berdasarkan needs based approach (aspirasi masyarakat), melainkan pula berpijak pada rights-based approach (konvensi internasional atau standar normatif hak-hak sosial masyarakat). 3) Plan of action. Merumuskan rencana aksi. Program yang akan diterapkan sebaiknya memerhatikan aspirasi masyarakat (stakeholders) di satu pihak dan misi perusahaan termasuk shareholders di lain pihak. 4) Action and Facilitation. Menerapkan program yang telah disepakati bersama. Program bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat atau organisasi lokal. Namun, bisa pula

23 39 difasilitasi oleh LSM dan pihak perusahaan. Monitoring, supervisi dan pendampingan merupakan kunci keberhasilan implementasi program. 5) Evaluation and Termination or Reformation. Menilai sejauh mana keberhasilan pelaksanaan program CSR di lapangan. Bila berdasarkan evaluasi, program akan diakhiri (termination) maka perlu adanya semacam pengakhiran kontrak dan exit strategy antara pihak-pihak yang terlibat. Bila ternyata program CSR dilanjutkan (reformation), maka perlu dirumuskan lessons learned bagi pengembangan program CSR berikutnya Kemitraan Tiga Sektor sebagai Pilar Program Corporate Social Responsibility Dalam Sonny Sukada, dkk (2007:91) menyatakan bahwa: kemitraan tiga sektor dalam konteks wacana dan praktik CSR mengandung arti kerjasama berdasar pengalokasian sumberdaya secara efisien dan saling melengkapi antara perusahaan, pemerintah, serta masyarakat sipil, berkenaan dengan tercapainya keberlanjutan Kemitraan tiga pihak ini dibangun dari pemikiran bahwa setiap pihak memiliki kompetensi dan sumberdaya yang saling melengkapi satu sama lain serta kesanggupan menanggung risiko yang mungkin muncul. Oleh karena itu, keterlibatan dan kemitraan berbagai pihak tersebut dapat diartikan sebagai kolaborasi berdasarkan kepercayaan antar individu atau institusi yang perbedaan tujuannya dapat dicapai bersama. Dalam konteks pengelolaan isu sosial, peran masing-masing pihak tersebut antara lain: 1) Perusahaan memainkan peran sebagai penyedia peluang ketenagakerjaan, bisnis, infrastruktur local, keterampilan teknis, dan kapasitas bagi penyelenggaraan advokasi bagi pihak lain. Kebanyakan peran perusahaan ini terkait dengan inti bisnisnya. 2) Pemerintah berperan melakukan koordinasi strategis melalui perencanaan pembangunan pemerintahan local, pembiayaan pelayanan publik, dan sebagai pengembang kapasitas. 3) Organisasi masyarakat sipil berperan terkait dengan kemampuannya menggerakkan partisipasi komunitas, memastikan relevansi program

24 40 rancangan perusahaan dengan kebutuhan local, sebagai pengawas independen aktivitas perusahaan, serta memberikan nasihat untuk penggunaan pengetahuan atau teknologi local. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari praktik CSR yang dilakukan melalui kemitraan tiga sektor bagi masing-masing pihak yang terlibat diantaranya: 1) Bagi perusahaan, kemitraan tiga sektor dapat membantu manajemen memusatkan penyelesaian masalah sosial yang dihadapi dari berbagai aspek demi terciptanya keberlangsungan usaha perusahaan. 2) Bagi masyarakat, kemitraan tiga sektor memungkinkan terciptanya kesinambungan program-program yang dijalankan karena pengelolaannya tidak hanya bertumpu pada salah satu pihak saja. Selain itu, masyarakat memperoleh peningkatan pelayanan publik dan mendapat kesempatan menentukan sendiri kebutuhan serta membangun program yang sesuai dengan karakteristik (tingkat teknologi, pengetahuan dan keterampilan) mereka. 3) Pemerintah dapat memperbaiki kinerja pelayanan publik serta meningkatkan persepsi dan kepercayaan terhadap legitimasinya Prinsip Corporate Social responsibility Dalam Edi Suharto (2008:9), CSR yang baik memadukan secara harmonis empat prinsip Good Corporate Governance yakni: 1) Fairness. 2) Transparency. 3) Accountability. 4) Responsibility. Ada perbedaan mendasar diantara keempat prinsip tersebut. Tiga prinsip pertama cenderung bersifat shareholders-driven, karena lebih memerhatikan kepentingan pemegang saham perusahaan. Sementara itu, prinsip responsibility lebih mencerminkan stakeholders-driven, karena lebih mengutamakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Di sini, perusahaan bukan saja dituntut mampu menciptakan nilai tambah (value added) produk/jasa bagi stakeholders perusahaan, melainkan pula harus sanggup memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya itu. Namun demikian, prinsip good corporate

25 41 governance jangan diartikan secara sempit. Artinya, tidak sekadar mengedepankan kredo beneficience (do good principle), melainkan pula nonmaleficience (do no-harm principle). Sebagaimana yang dinyatakan Porter dan Kramer (2002) bahwa tujuan ekonomi dan sosial adalah terpisah dan bertentangan adalah pandangan yang keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari mastarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi. Karenanya, CSR merupakan kepedulian perusahaan yang juga didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Line yaitu perusahaan tetap berorientasi mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang (profit), tetapi perusahaan juga harus terlibat dan memiliki kepedulian pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan berpartisipasi aktif peduli dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Sedangkan prinsip-prinsip dasar tanggungjawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggungjawab sosial dalam Final Draft International Standard ISO Guidance Standard on Social Responsibility (2010) meliputi: 1) Akuntabilitas. Akuntabilitas membuktikan bahwa organisasi melakukan segala sesuatu dengan benar terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam hal dampak organisasi atas masyarakat dan lingkungan. 2) Transparansi. Sebuah organisasi seharusnya menyatakan dengan transparan seluruh keputusan, kebijakan dan aktivitasnya, karenanya keterbukaan yang dituntut adalah keterbukaan yang clear, accurate and complete. 3) Perilaku etis. Organisasi harus menegakkan kejujuran, kesetaraan dan integritas. Promosi perilaku etis dapat dilakukan melalui pengembangan struktur tata kelola yang mendorong perilaku etis, membuat dan mengaplikasikan standar perilaku etis, serta terus menerus meningkatkan standar perilaku etis. 4) Penghormatan terhadap kepentingan stakeholder.

26 42 Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan organisasi, diantaranya identifikasi, menggapi kebutuhan, mengenali hak-hak legal dan kepentingan yang sah, serta mengenali kepentingan yang lebih luas. 5) Kepatuhan terhadap hukum. Merupakan suatu kewajiban yang dapat dilakukan dengan kepatuhan pada semua regulasi, memastikan bahwa seluruh aktivitasnya sesuai dengan kerangka hukum yang relevan, patuh kepada semua peraturan yang dibuatnya sendiri secara adil dan imparsial, mengetahui perubahan-perubahan dalam regulasi, dan secara periodik memeriksa kepatuhannya. 6) Penghormatan terhadap norma perilaku internasioanl. Di negara-negara dimana hukum nasionalnya atau implementasinya tidak mencukupi untuk melindungi kondisi sosial dan lingkungannya, organisasi harus berusaha untuk mengacu kepada norma perilaku internasional. 7) Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia. Dalam hal ini, manakala ditemukan situasi hak-hak asasi manusia dalam situasi tidak terlindungi, organisasi tersebut harus melindunginya serta tidak mengambil kesempatan dari situasi tersebut. Dan apabila tidak ada regulasi hak-hak asasi manusia ditingkat nasional, maka organisasi harus mengacu kepada standar hak-hak asasi manusia internasional Isu Corporate Social Responsibility Dalam Final Draft International Standard ISO Guidance Standard on Social Responsibility (2010) mengembangkan tujuh subjek inti isu-isu pokok tanggungjawab sosial suatu organisasi/perusahaan (Jalal, Taufik Rahman, Irpan Kadir dalam A+ CSR Indonesia, 2010, yaitu: 1) Subjek inti 1: Tata Kelola Organisasi. Tata kelola organisasi adalah sistem yang dibuat dan dijalankan oleh suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Tata kelola organisasi yang efektif memungkinkan organisasi untuk melakukan suatu tindakan terhadap subjek inti isu lainnya. Meskipun setiap subjek inti saling berhubungan dan saling melengkapi, namun sejatinya tata kelola organisasi berbeda dengan yang lainnya. Organisasi harus melihat isu-isu dari tiap subjek inti secara

BAB I PENDAHULUAN. The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karyajohn Elkington.

BAB I PENDAHULUAN. The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karyajohn Elkington. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Perkembangan CSR (1) Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-3 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Umum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan), yang dalam Pedoman ini disebut BADAN, adalah badan hukum publik yang dibentuk dengan

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Konseptualisasi CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-1 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Corporate Social Responsibility 2.1.1.1 Konsep Corporate Social Responsibility Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki banyak definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953. Setelah itu,csr

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani

Lebih terperinci

Bab II. Corporate Social Responsibility

Bab II. Corporate Social Responsibility Bab II Corporate Social Responsibility 2.1. Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) kian berkembang. Namun belum ada standar maupun seperangkat kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang

Lebih terperinci

Materi Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6

Materi Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6 Materi Kuliah ETIKA BISNIS Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6 Latar Belakang Munculnya isu pemanasan global, penipisan ozon, kerusakan hutan, kerusakan lokasi di pertambangan, pencemaran

Lebih terperinci

Pembangunan Berkelanjutan dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Pembangunan Berkelanjutan dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pembangunan Berkelanjutan dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Jalal, A+ CSR Indonesia CSR Workshop Series 1 Debunking CSR Practices Unleashing CSR Potentials Jakarta 26 Maret 2008 Mengapa Peduli Keberlanjutan?

Lebih terperinci

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era yang sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian

Lebih terperinci

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DARI PERSPEKTIF PENGEMBANGAN MASYARAKAT Oleh Kelompok Latar Belakang

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DARI PERSPEKTIF PENGEMBANGAN MASYARAKAT Oleh Kelompok Latar Belakang CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DARI PERSPEKTIF PENGEMBANGAN MASYARAKAT Oleh Kelompok-10 1 Latar Belakang Saat ini Corporate Social Responsibility (CSR) sudah menjadi bahan pembicaraan oleh banyak

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan suatu wacana yang sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana CSR tersebut digunakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

Pembangunan Berkelanjutan, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR), dan Penanganan Kemiskinan

Pembangunan Berkelanjutan, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR), dan Penanganan Kemiskinan Pembangunan Berkelanjutan, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR), dan Penanganan Kemiskinan Jalal A+ CSR Indonesia/Lingkar Studi CSR www.csrindonesia.com Disampaikam dalam : Diskusi Publik Akuntabilitas

Lebih terperinci

2014 KIROYAN PARTNERS. Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang.

2014 KIROYAN PARTNERS. Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang. . Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang. 1. CSR sama dengan community development 2. CSR sama dengan kedermawanan atau filantropi 3. CSR menyangkut aspek sosial semata-mata 4. CSR dilaksanakan oleh suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi adalah sesuatu hal yang pasti. Perkembangan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya.

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, kesadaran suatu perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial sudah semakin membaik. Keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal sebagai Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal sebagai Corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) dalam zaman sekarang ini sudah menjadi fenomena global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan sekarang ini, perusahaan tidak lagi berhadapan pada tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori II.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Corporate Social Responsibility Konsep awal tanggung jawab sosial (social responsibility) muncul sejak 50 tahun yang lalu oleh H.R. Bowen yang mengatakan bahwa para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibat karakter perusahaan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tanggung jawab sosial merupakan suatu kewajiban yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan

Lebih terperinci

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING)

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING) Modul ke: BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING) Fakultas Pascasarjana Dr. Anik Tri Suwarni, MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id KASUS PEMBUKA Pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengidentifikasi, merekam dan mengkomunikasikan kejadian ekonomik dari suatu entitas pada pengguna yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbincangan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah berkembang sejak era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan atau para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

Bussiness Ethic and Good Governence Corporate Social Responsibility ( CSR )

Bussiness Ethic and Good Governence Corporate Social Responsibility ( CSR ) Bussiness Ethic and Good Governence Corporate Social Responsibility ( CSR ) Dr.H. Ahmad Badawi Saluy, SE.,MM www.mercubuana.ac.id Corporate Social Responcibility Definisi World Bank komitmen dunia usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada waktu itu istilah yang umum dikenal adalah Social Responsibility (SR), hal

BAB I PENDAHULUAN. pada waktu itu istilah yang umum dikenal adalah Social Responsibility (SR), hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejarah perkembangan CSR modern diawali pada tahun 1950-an dimana pada waktu itu istilah yang umum dikenal adalah Social Responsibility (SR), hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing perusahaan beradu strategi dan inovasi untuk menarik konsumen. Persaingan ketat yang ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (shareholders) saja namun juga mempunyai tanggung jawab

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (shareholders) saja namun juga mempunyai tanggung jawab BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah wacana yang menjadikan perusahaan tidak hanya berkewajiban atau beroperasi untuk pemegang saham (shareholders)

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat. Bisnis investasi akan menjadi semakin kompleks dan diikuti dengan tingkat persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini menjadi trend global seiring

BAB I PENDAHULUAN. Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini menjadi trend global seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran akan pentingnya mempraktikkan Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini menjadi trend global seiring dengan maraknya kepedulian

Lebih terperinci

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009) ABSTRAK KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan yang mendasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan tersebut tentunya tidak hanya berdampak pada sistem

Lebih terperinci

Jakarta, 26 September 2017

Jakarta, 26 September 2017 Oleh: Krisdyatmiko Ketua Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan FISIPOL - UGM Jakarta, 26 September 2017 Mengapa Perusahaan Perlu Melaksanakan CSR? Dari Single ke Triple Bottom Line Mainstreaming

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini banyak sekali perusahaan yang terus berlomba melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendapatkan perhatian stakeholdersnya. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.

Lebih terperinci

Kantor Perjuangan: Komplek Pemerintah Kota Bekasi, Jln. Ir. H. Juanda 100 Kota Bekasi Telepon/ Fax :

Kantor Perjuangan: Komplek Pemerintah Kota Bekasi, Jln. Ir. H. Juanda 100 Kota Bekasi Telepon/ Fax : Endorsed by: Supported by: Pemerintah Kota Bekasi Kadinda Kota Bekasi Kantor Perjuangan: Komplek Pemerintah Kota Bekasi, Jln. Ir. H. Juanda 100 Kota Bekasi Telepon/ Fax : 021 8801339 E-mail : bsr.@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan wujud tanggungjawab dan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama setengah abad terakhir ini, dunia bisnis telah menjadi institusi paling berkuasa. Setiap institusi yang paling dominan di masyarakat

Lebih terperinci

17 BAB 1 PENDAHULUAN

17 BAB 1 PENDAHULUAN 17 BAB 1 PENDAHULUAN 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikatnya setiap orang maupun organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Pada konteks perusahaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan

Lebih terperinci

BISNIS DAN MASYARAKAT (CSR)

BISNIS DAN MASYARAKAT (CSR) Modul ke: BISNIS DAN MASYARAKAT (CSR) EVOLUSI CSR Fakultas PASCASARJANA Hermiyetti, Dr. SE,MSI, CSRS,CSRA Program Studi MAK www.mercubuana.ac.id Pendahuluan The need EVOLUSI CSR How? CSR IN EVOLUTION?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk fokus pada pengembangan hubungan sosialnya kepada stakeholders

BAB I PENDAHULUAN. untuk fokus pada pengembangan hubungan sosialnya kepada stakeholders BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring berkembangnya jaman yang semakin modern ini menjadikan dunia bisnis menuntut perusahaan untuk berkompetisi dan mempertahankan usahanya. Hal ini dimaksudkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya. Nilai perusahaan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders) tapi juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non

BAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diera globalisasi saat ini kondisi keuangan saja tidak cukup untuk menjamin nilai perusahaan yang berkelanjutan, hal ini dikarenakan tuntutan dari para stakeholder

Lebih terperinci

TUGAS CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR)

TUGAS CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR) TUGAS CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR) Mata Kuliah : Etika Bisnis Dosen Pembina : Hj.I.G.A.Aju Nitya D, SST,SE,MM CHAIRUL ANAM S. 01210007 UNIVERSITAS NAROTAMA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAGEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) dan merupakan bagian dari

Bab 1. Pendahuluan. dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) dan merupakan bagian dari Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Topik mengenai Tanggung Jawab Sosial Marketing perusahaan atau yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) dan merupakan bagian dari cara penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggunakan dana yang ada dari para pemilik modal dan besarnya return

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggunakan dana yang ada dari para pemilik modal dan besarnya return BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan yang dibangun pada dasarnya memiliki tujuan dan salah satu hal yang menjadi tujuan tersebut adalah efektivitas kinerja perusahaan. Keefektifan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Paradigma dalam CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-7 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan beroperasi. Legitimacy Theory menjelaskan bahwa perusahaan memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan beroperasi. Legitimacy Theory menjelaskan bahwa perusahaan memiliki BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan

Lebih terperinci

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE DAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP TERHADAP FIRM VALUE

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE DAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP TERHADAP FIRM VALUE PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE DAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP TERHADAP FIRM VALUE (Survei pada Perusahaan Konstruksi, Properti, dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan bisnis yang semakin berkembang pesat menciptakan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Berbagai ancaman dan peluang yang terdapat pada lingkungan bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya dicapai untuk menarik stakeholders untuk membantu menunjang kegiatan operasional perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Corporate Social Resposibility (CSR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Corporate Social Resposibility (CSR) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Corporate Social Resposibility (CSR) Corporate social responsibility atau tanggung jawab social merupakan sebuah konsep yang sangat populer bagi dunia bisnis saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian media. Namun, tentunya media tidak bisa meliput setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian media. Namun, tentunya media tidak bisa meliput setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media merupakan salah satu pemangku kepentingan dalam perusahaan. Keberadaan media tentu membawa dampak bagi perusahaan, baik yang bersifat positif maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan tentunya berfokus pada laba yang dihasilkan. Tetapi dengan berkembangnya dunia usaha, perusahaan tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya tujuan suatu perusahaan berdiri adalah untuk memperoleh laba (profit) yang sebesar-besarnya. Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas perusahaan sebagai variabel moderasi pada perusahaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

Pengantar. responsibility (CSR).

Pengantar. responsibility (CSR). Pengantar Perusahaan mengejar laba memang sudah menjadi wataknya. Tetapi jika kemudian sebuah perusahaan juga ikut repot-repot melibatkan diri dalam suatu gerakan mencerdaskan bangsa melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Community development merupakan cikal bakal dari munculnya CSR. Community development (comdev) dengan berbagai istilah banyak dikenal dengan community empowerment developing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja, serta kerusakan hutan dan lingkungan (Sembiring, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kerja, serta kerusakan hutan dan lingkungan (Sembiring, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya perusahaan memberikan keuntungan bagi masyarakat. Dengan adanya perusahaan membuka lapangan pekerjaan dan menyediakan barang dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci