PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)"

Transkripsi

1 PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) USULAN PENELITIAN Diajukan oleh : Faris Novianto Luthfian Program Studi Agroteknologi Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016

2

3 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan jenis jamur yang memiliki nutrisi sebagai bahan makanan manusia. Jamur tiram mengandung berbagai nutrisi diantaranya asam folat dan kaya Vitamin B (B1, B2, B3, B6, Biotin, B12), Vitamin C, beberapa mineral seperti Sodium, Potassium, Fosfor dan Magnesium ( Rizal Aditya dan Desi Saraswati, 2012). Permintaan jamur tiram dipasaran kian meningkat. Kebutuhan pasar jamur pada tahun 2015 sebanyak ton dan saat ini baru terpenuhi ton (Nur Fadilah, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi jamur tiram masih sangat tinggi untuk dikembangkan. Dalam satu baglog jamur yang berukuran 20 x 35 cm potensi hasil yang dicapai adalah 400 gram (Edi Prasetyo, 2010). Media tanam yang digunakan untuk budidaya jamur tiram secara umum adalah serbuk gergaji 80%, bekatul 18%, kapur (kalsium karbonat) 2% dan air dengan hasil 400 gram (Triono, 2012). Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh jamur tiram diantaranya adalah Nitrogen 0,80%, Hemiselulosa 24,3%, Selulosa 33,1%, Lignin 5,8%, Fosfor 0,06%, Kalsium 6,64% dan air 73,8% (Rizal Aditya dan Desi Saraswati, 2012). Jamur tiram selama masih memiliki persediaan nutrisi untuk pertumbuhannya maka akan tetap dapat berkembang dan berproduksi. Berdasarkan hasil penelitian Sumiati (2006) bahwa perbaikan produksi jamur tiram dapat dilakukan dengan modifikasi bahan baku utama substrat. Menurut Lisa (2013) daun gamal sangat baik ditambahkan dalam kompos dengan perbandingan bahan kompos dan daun gamal sebanyak 7:1 atau sebanyak 35 kg:7 kg. Penambahan kompos daun gamal dalam baglog ditambahkan sebanyak 214 gram/baglog. Nutrisi yang biasa ditambahkan untuk menambah nutrisi jamur tiram adalah urea. Menurut Imron (2015) dengan menambahkan urea sebanyak 7,5 gram/baglog menunjukkan hasil yang tinggi yaitu sebesar 501,75 gram/baglog namun penggunaan pupuk urea memiliki kelemahan yaitu pupuk urea mudah menguap dan memiliki harga yang cukup mahal sehingga tidak efisien dalam usaha, oleh karena itu perlu dicari bahan lain. Bahan lain yang 1

4 2 dapat digunakan sebagai substitusi N adalah daun gamal. Menurut Ulin (2011) kompos daun gamal mengandung Nitrogen 2,97% dengan C/N ratio sebesar 12,075. Urea sebanyak 7,5 gram yang ditambahkan oleh Imron (2015) memiliki kandungan N sebanyak 3,45 gram dan dapat disubstitusi dengan daun gamal sebanyak 120 gram daun gamal yang memiliki kandungan Nitrogen 3,56 gram. Menurut penelitian Lucky (2014) menyebutkan bahwa penambahan kompos seresah daun pisang 150 gram dalam baglog dapat memberikan peningkatan hasil menjadi 450 gram/baglog. Sumber karbon yang dapat digunakan sebagai nutrisi tambahan pada baglog adalah molase. Menurut Pamungkas (2000) dalam Ali (2011) kandungan gula dalam molase meskipun sedikit namun dapat meningkatkan berat segar jamur dan masa periode panen. Adanya kandungan gula molase dapat menyediakan energi yang dibutuhkan untuk metabolisme didalam sel. Hal ini sesuai dengan penelitian Ali (2011) yang menambahkan 20% molase ke dalam baglog memberikan pengaruh yang nyata dalam berat segar jamur tiram sebesar 480 gram. Menurut Susi (2011) penggunaan molase sebagai nutrisi tambahan pada jamur tiram sebanyak 15 ml/ baglog dapat meningkatkan panen sebanyak 506 gram/baglog. Kombinasi perlakuan antara daun gamal dan molase sebagai nutrisi tambahan pada baglog, diharapkan dapat meningkatkan produksi dari jamur tiram. B. Rumusan Masalah 1. Seberapa efektif penambahan nutrisi kompos daun gamal dan molase dalam produksi jamur tiram? 2. Berapa dosis yang tepat dari kompos daun gamal dan molase bagi pertumbuhan jamur tiram? C. Tujuan 1. Mengetahui efektifitas penambahan nutrisi kompos daun gamal dan molase dalam produksi jamur tira. 2. Menentukan dosis yang tepat dari kompos daun gamal dan molase bagi pertumbuhan jamur tiram.

5 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jamur Tiram Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. Pertumbuhan jamur tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan biasanya tumbuh berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu. Menurut Triono (2012) budidaya jamur tiram yang baik adalah: 1. Syarat Tumbuh JamurTiram a. Temperatur Miselium jamur tiram tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara C. Waluapun begitu, dengan temperatur di bawah 29 C, miselium jamur masih dapat tumbuh meskipun memerlukan waktu yang lebih lambat. pertumbuhan tubuh buah jamur tiram yang bentuk seperti cangkang tiram, memerlukan kisaran suhu antara C selama 8 sampai 10 hari sejak awal penyiraman. b. Kelembaban Kandungan air di dalam subtrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur. Terlalu sedikit air akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu, bahkan terhenti sama sekali. Apabila terlalu banyak air, miselium akan membusuk dan mati. Kandungan air di dalam substrat jamur akan didapat dengan baik bila dilakukan penyiraman. Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang lembab, tetapi tidak menghendaki genangan air. Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada subtrat yang memiliki kandungan air sekitar 60%. Sedangkan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan kelembapan udara sekitar 70-85%. c. Derajat Keasaman (ph) Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada ph media yang netral yaitu antara ph 6,8-7,0. Nilai ph medium diperlukan untuk produksi metabolisme 3

6 4 dari jamur tiram, seperti produksi asam organik. d. Ketinggian Tempat Kondisi untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidak mustahil, asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan jamur. 2. Pembibitan Bibit yang dapat digunakan adalah F2. Bibit jamur tiram merupakan penentu kualitas dan produksi jamur tiram. Kualitas bibit yang baik maka produksi dan kualitas jamur tiram akan baik. Induk bibit jamur didapatkan dengan memilih sumber indukan yang baik seperti: spora belum dilepaskan, pertumbuhan miselium cepat, produksi dalam satu rumpun banyak dan berwarna putih cerah. Indukan ditumbuhkan di media agar kemudian di turunkan menjadi bibit F1 dan F2 pada media jagung. Bibit F2 ini lah yang digunakan untuk inokulasi ke baglog. 3. Pembuatan Jamur Tiram Jamur tiram diproduksi dengan memilih dan membersihkan serbuk gergaji. Bagian yang besar dan tajam harus dibuang agar tidak merusak plastik kemasan baglog. Bahan pembuatan baglog di campurkan dalam 100 kg campuran bahan baglog adalah 80 kg serbuk gergaji, 18 kg dedak padi, kapur 2 kg dan air sampai kadar air mencapai 60%. Bahan yang sudah siap kemudian dicampurkan higga rata. Campuran bahan dimasukan ke dalam plastik Polypropylene transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,3. Media harus dipadatkan agar terbentuk baglog yang baik. Media yang bagus adalah kepadatannya merata sehingga miselium akan lebih mudah dalam berkembang dan menjalar. Pengisian dilakukan setinggi 20 cm. Plastik yang berisi campuran baglog kemudian ditutup mulut baglognya menggunakan cincin dan tutup baglog. Baglog yang sudah jadi selanjutnya siap disterilisasi dalam wadah dengan suhu 95 o C selama 4 jam. Lamanya pengukusan dihitung setelah air di dalam drum mendidih. Baglog yang sudah steril dibiarkan selama 8 jam atau sampai dingin pada ruangan yang tertutup untuk selanjutnya dilakukan penanaman bibit.

7 5 Media yang sudah ditanami bibit disimpan di atas rak. Biarkan sampai seluruh media ditumbuhi dan tertutup miselium. Setelah seluruh baglog media ditumbuhi miselium, tutup kapas dan cincin pada bagian atas baglog tersebut dibuka. Kelembaban lingkungan dipertahankan dengan menyemprot menggunakan sprayer agar jamur tiram dapat tumbuh dengan baik. 4. Panen Jamur tiram adalah jamur yang rasanya enak dan memiliki aroma yang baik jika dipanen pada waktu yang tepat. Ciri-ciri jamur siap panen adalah: tudung jamur belum mekar penuh (ditandai pada bagian tudung jamur masih terlihat utuh atau belum pecah-pecah), warna belum pudar, tekstur masih kokoh dan lentur, ukuran jamur yang siap panen rata-rata berdiameter 5 10 cm. Produksi jamur tiram setiap baglog adalah 400 gram. Produksi ini didapatkan mulai dari inokulasi sampai dengan baglog habis dan tidak dapat panen lagi selama 4 bulan budidaya B. Nutrisi dan Media Tanam Media yang digunakan dalam pertumbuhan jamur tiram berupa kayu tiruan (baglog) yang dibuat dalam bentuk silinder. Komposisi media ini berupa gergaji kayu, dedak padi, kapur dan air. Media tumbuh jamur tiram disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi jamur tiram. Pertumbuhan yang optimal dapat dicapai bila lingkungannya sesuai serta tersedia nutrisi yang cukup. Protoplas sel memerlukan Nitrogen, Fosfor, dan nutrisi lain. Karbon selain diperlukan untuk pembentukan protoplasma, juga diperlukan sebagai sumber energi, sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan dibanding dengan Nitrogen. Nitrogen dibutuhkan untuk pembentukan asam nukleat sedangkan protein dan kitin diperlukan untuk pembentukan dinding sel jamur. Jamur tiram tidak memiliki klorofil sehingga tidak mampu berfotosintesis. Akibatnya adalah jamur tidak dapat mengolah maknannya sendiri dan hanya menyerap nutrisi yang ada di dalam baglog (Triono, 2012). Nutrisi yang ada di dalam baglog diserap oleh jamur tiram sehingga akan cepat habis maka perlu ditambahkan nutrisi. Nutrisi yang biasa ditambahkan diantaranya adalah urea, air

8 6 leri, air kelapa dan gula dengan cara disuntikkan ke baglog. Urea dan bahan cair lain yang diberikan memiliki harga yang tinggi sehingga tidak efisien. Bahan cair dan urea tersebut juga akan mudah menguap sehingga hanya sedikit yang dapat dimanfaatkan oleh jamur tiram. Metode penyuntikan sangat tidak efektif apabila dilakukan dalam skala besar. Nutrisi yang dapat digunakan adalah bahan sederhana padat dan diaplikasikan dalam baglog sehingga lebih efisien dan lebih tahan lama berada di dalam baglog. Menurut penelitian Lucky (2014) penambahan kompos seresah daun pisang dengan dosis 0 gram, 75 gram, 150 gram dan 225 gram. Dosis terbaik dari perlakuan tersebut adalah 150 gran kompos seresah daun pisang dengan hasil 450 gram/ baglog. Bahan bahan yang dapat digunakan adalah: 1. Daun gamal Gamal (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari kerabat polongpolongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Gamal sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh, perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro. Menurut Pujiyanto (1994) Gamal mempunyai kandungan Nitrogen yang cukup tinggi dengan C/N ratio sebesar 15,40 menyebabkan biomasa tanaman ini mudah mengalami dekomposisi. Pujiyanto (1994) mengatakan bahwa dalam kandungan 100 gram daun gamal mengandung sebesar 3,15 persen N, 0,22 persen P, 2,65 persen K, 1,35 persen Ca dan 0,41 persen Mg. Daun gamal banyak dimanfaatkan pada berbagai budidaya tanaman karena kandungan Nitrogennya yang tinggi. Daun gamal perlu dikomposkan agar menjadi unsur yang lebih sederhana sehingga nutrisinya siap digunakan oleh tanaman. Menurut Fajri (2010) Pengomposan dilakukan dengan mencacah daun gamal dan menumpuk daun gamal. Daun gamal yang telah ditumpuk kemudian ditambahkan dedak padi dengan perbandingan 1:0,6. Daun gamal dan dedak padi kemudian disiram menggunakan dekomposer yang dicampur dengan gula dan air. penyiraman dilakukan sampai kadar air mencapai 60%. Pengomposan harus selalu diaduk setiap minggu agar matangnya kompos merata. Pengomposan daun gamal membutuhkan 2 minggu. Kompos daun gamal yang sudah jadi dicirikan dengan

9 7 warna yang mulai menghitam, bertekstur lunak dan menggumpak ketika dikepal dan tidak beraroma busuk. Nitrogen yang tinggi pada daun gamal dapat digunakan sebagai tambahan nutrisi pada jamur tiram, seperti yang dilakukan Imron (2015) menggunakan 0%, 0,25%, 0,50% urea pada budidaya jamur tiram dengan hasil terbaik adalah 0,50% sebesar 501,75 gram/baglog. Nutrisi tambahan urea dalam baglog sebanyak 0,50% setara dengan 7,5 gram sedangkan 0,25% setara dengan 3,75%. 7,5 gram urea memiliki kandungan N sebesar 3,45 gram. Kandungan 3,45 gram urea dapat digantikan dengan daun gamal sebanyak 120 gram dengan kandungan N 3,56 gram. Adanya penambahan nutrisi berupa Nitrogen ke dalam baglog media tanam jamur tiram yang mampu memenuhi nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Endang (1981) dalam Imron (2015) menjeaskan bahwa Nitrogen (N) merupakan unsur penting dalam pembentukan protein, dan persenyawaan organik lainnya Nitrogen akan diikat oleh jasad renik pengikat Nitrogen sehingga terbentuk protein dalam bentuk asam amino, kemudian ditransformasikan menjadi bentuk yang tersedia bagi jamur yaitu NH4 da NO-3 dan penambahan sumber Nitrogen diperlukan untuk peningkatan produksi jamur tiram dan membantu proses lignolitik (proses pendegradasian lignin). Menurut Lisa (2013) Penambahan daun gamal pada kompos dilakukan dengan perbandingan 7:1 atau 35:7 atau sebesar 214 gram/ baglog agar kualitas kompos menjadi lebih baik dengan kandungan C/N ratio yang tepat. 2. Molase Molase merupakan hasil samping pada industri gula dengen wujud berbentuk cair. Molase adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molase merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya oleh karena itu molase memiliki kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molase dari tebu merupakan Molase yang memiliki kandungan 25-40% sukrosa dan 12-25% gula pereduksi dengan total kadar gula 50-60% atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8-10% yang sebagaian terbentuk dari K,Ca,Cl, dan garam sulifat. Menurut Thidi dalika dalam Fathurramhan, (2013) menyebutkan bahwa komponen yang terkandung dalam molase adalah air

10 8 20%, sukrosa 35%, glukosa 7%, fruktosa 9%, gula pereduksi 3%, karbohidrat lain 4%, abu 12% dan Nitrogen 4,5%. Pada saat ini telah banyak dimanfaatkan molase sebagai pupuk dan campuran pakan ternak. Molase merupakan cairan kental yang berwarna cokelat gelap dan masih mengandung sejumlah bahan organik. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susi (2011) dengan menambahkan molase sebanyak 0 ml, 10 ml dan 15 ml molase dalam baglog. Pemberian molase sebanyak 15 ml/baglog dapat berpengaruh terhadap saat munculnya misellium, jumlah badan buah jamur, berat total badan buah jamur tiram sebanyak 500,35 gram/baglog. Hal yang sama juga diungkapkkan oleh Indah (2013) mengatakan bahwa penambahan molase 16 ml/ baglog memberikan hasil terbaik bagi berat jamur tiram sebanyak 453,5 gram. Menurut Susiana (2010) semakin tinggi kandungan gula yang yang ditambahkan pada baglog maka produksi jamur tiram yang didapatkan juga akan semakin tinggi. Molase masih mengandung gula sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan jamur. Menurut Susiana (2010) penyerapan nutrisi berupa gula yang terkandung dalam molase diawali dengan perombakan gula yang bantuan oleh enzim pemecah selulosa yang disekresikan oleh jamur melalui ujung lateral benang-benang miselium yang kemudian hasil perombakan tersebut diubah menjadi energi yang digunakan untuk proses respirasi dan pembelahan sel secara metosis sehingga sel-sel miselium bertambah panjang sampai memenuhi media baglog yang telah disediakan. C. Hipotesis Diduga dengan pemberian nutrisi tambahan dengan pemberian dosis kompos daun gamal 150 gram dan molase 15 ml/baglog efektif untuk perkembangan dan produksi dari jamur tiram.

11 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian imi akan dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas Pertanian UMY. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai April A. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: daun gamal, molase, serbuk gergaji, dedak padi, EM4, alkohol, air dan bibit jamur tiram. Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah: plastik polypropylene ukuran 20X35 dengan ketebalan 0,3, alat sterilisasi, kompor, sekop, timbangan, gelas ukur, rak, pisau, sprayer, higrometer dan sendok inokulasi. B. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen yang disusun dengan rancangan acak lengkap ( RAL) dengan desain percobaan faktor tunggal dengan 9 perlakuan yaitu: A. kompos daun gamal 100 gram dan molase 10 ml B. kompos daun gamal 150 gram dan molase 10 ml C. kompos daun gamal 200 gram dan molase 10 ml D. kompos daun gamal 100 gram dan molase 15 ml E. kompos daun gamal 150 gram dan molase 15 ml F. kompos daun gamal 200 gram dan molase 15 ml G. kompos daun gamal 100 gram dan molase 20 ml H. kompos daun gamal 150 gram dan molase 20 ml I. kompos daun gamal 200 gram dan molase 20 ml Setiap perlakuan diulang tiga kali. Setiap ulangan terdiri dari dari 3 sampel sehingga terdapat 81 unit perlakuan ( Layout pada lampiran 1). 9

12 10 C. Cara Penelitian 1. Pengumpulan bahan Pengumpulan bahan meliputi pengumpulan bahan daun gamal, dan molase. Daun gamal yang dibutuhkan sebanyak 20 kg dan didapatkan dari lingkungan kampus UMY. Molase yang dibutuhkan 1,5 liter dan didapatkan dari pabrik gula madukismo. 2. Pembuatan nutrisi tambahan dan pencampuran media tanam Daun gamal yang telah dikumpulkan dikomposkan. Pengomposan dilakukan agar nutrisi dalam daun gamal dapat dimanfaatkan secara langsung oleh jamur tiram. Pengomposan dilakukan menggunakan 20 kg daun gamal yang telah didapatkan dibasahi terlebih dahulu sebelum dikomposkan. Daun gamal yang telah dibasahi kemudian di cacah. Daun gamal kemudian ditumpuk dan ditambahkan dedak padi sebanyak 9 kg. Penumpukan dilakukan dengan cara dilapis lapis, lapisan pertama adalah daun gamal lapisan ke dua dedak dan dilapisi menggunakan daun gamal pada bagian atasnya. Tumpukan daun gamal kemudian disiram menggunakan bakteri dekomposer (EM4) sebanyak 20 ml yang telah dicampur dengan gula sebanyak 10 gram dan air 1 liter. Kompos kemudian ditambahkan air sampai kadar air menacapai 60%. Setiap minggu kompos dibalik agar pemasakan kompos menjadi merata. Setelah 2 minggu maka kompos telah jadi dan siap digunakan. Kompos yang telah jadi dan siap digunakan kemudian dicampurkan dengan media tumbuh jamur sebagai nutrisi tambahan bersama dengan molase dan media jamur tiram. Molase yang telah didapatkan dari pabrik gula madukismo kemudian diukur. Pengukuran volume molase dilakukan sesuai dengan perlakuan yang diujikan. Volume molase diukur menggunakan gelas ukur sebanyak 10 ml, 15 ml dan 20 ml. Komposisi media ini dalam satu baglog berupa sumber serbuk gergaji 1,2 kg, dedak padi 270 gram dan 30 gram kapur. Penyampuran kompos daun gamal dan molase dibuat dengan cara menumpuk komposisi media sesuai perlakukan menjadi 9 tumpukan. Perlakuan A terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram kompos daun gamal 900 gram dan molase

13 11 90 ml. Perlakuan B terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal sebanyak 1,35 kg dan molase 90 ml. Tumpukan C terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 1,8 kg dan molase 90 ml. Perlakuan D terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 900 gram dan molase 135 ml molase. Perlakuan E serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 1,35 kg dan molase 135 ml. Perlakuan F terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 1,8 kg dan molase 135 ml. Perlakuan G terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram kompos daun gamal 900 gram dan 270 ml molase, Perlakuan H terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 1,35 kg dan molase 270 ml. Perlakuan I terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 1,8 kg dan molase 270 ml. Setiap tumpukan media disiram sampai dengan kadar air mencapai 60%. Media yang telah dicampur kemudian dimasukkan dalam plastik diberikan cincin dan ditutup. 3. Sterilisasi Sterilisasi dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dalam drum yang telah dimodifikasi menyerupai autoklaf pada suhu 95 0 C selama 4 jam. Sterilisasi bertujuan untuk mematikan bakteri, cendawan dan jamur yang ada di baglog. 4. Penyiapan Bibit Bibit yang digunakan adalah bibit jamur tiram F2. Bibit ini dapat diperoleh dari petani jamur yang sudah bisa membuat atau menurunkan bibit jamur. Bibit jamur tiram F2 biasa dikemas dalam plastik polypropylene dan siap digunakan atau di inokulasikan ke dalam baglog jamur. 5. Penanaman Bibit Penanaman bibit dilakukan dalam ruangan dan kondisi yang aseptis. Penanaman dilakukan dengan cara membuka tutup baglog dan memasukkan bibit jamur tiram sebanyak 2 sendok kedalam baglog pada bagian mulut baglog.

14 12 Baglog yang sudah di isi dengan bibit jamur tiram kemuadian ditutup lagi menggunakan penutup baglog. 6. Pemeliharaan Baglog yang telah ditanami bibit jamur kemudian di tempatkan pada rak kumbung yang telah sesuai untuk pertumbuhan jamur tiram. Pertumbuhan baglog diawali dengan pertumbuhan miselium yang menutupi seluruh baglog jamur sekitar hari. Baglog yang telah dipenuhi miselium jamur kemudian kertas penyumbat atau tutup baglog dilepas. Pembesaran jamur tiram mulai dari penanaman sampai dengan panen pertama membutuhkan waktu selama 40 hari. Pemeliharaan yang dilakukan dengan menjaga kelembaban kumbung yaitu 70-85% dan suhu o C dengan cara melakukan penyiraman 2 3 kali sehari. 7. Panen Ciri-ciri jamur siap panen adalah: Tudung jamur belum mekar penuh (ditandai pada bagian tudung jamur masih terlihat utuh / belum pecah-pecah), warna belum pudar,tekstur masih kokoh dan lentur dan ukuran jamur yang siap panen rata-rata berdiameter 5 10 cm. Cara Panen harus dilakukan dari pangkal batang karena batang yang tersisa dapat mengalami kebusukan. Potong jamur dengan pisau yang bersih dan tajam, kemudian simpan di wadah plastic dengan tumpukan setinggi 15 cm. D. Parameter Pengamatan 1. Pertumbuhan jamur : a. Waktu pertumbuhan miselium 100%/baglog (hari) Diamati dan dicatat waktu yang diperlukan miselium untuk tumbuh 100% menutupi seluruh bagian baglog dicirikan dengan seluruh bagian baglog telah berwarna putih dari miselium jamur. b. Perekembangan miselium (%) Diamati persentase perkembangan miselium sampai menutup 100% dengan teknik skoring, pengamatan dilakukan setiap satu minggu

15 13 Tabel 1. Skoring perkembangan miselium Skoring Kriteria 1 <25% 2 25% - 50% 3 50% - 75% 4 >75% Persentase perkembangan miselium dihitung dengan rumus = Keterangan: n: Jumlah sampel yang memiliki nilai skor sama v: Nilai skor yang menunjukkan perkembangan miselium Z: Skor yang tertinggi N: Jumlah sampel yang diamati c. Bobot baglog (kg) Diamati berat baglog jamur tiram setiap bulan selama 4 bulan penelitian menggunakan timbangan. d. Kontaminasi (%) Diamati persentase kontaminasi yang terjadi pada media baglog dari awal penanaman sampai panen terakhir yang diamati setiap minggu. Kontaminasi diamati menggunakan skoring persenatasi kontaminasi Tabel 2. Skoring persentase kontaminasi Skoring Kriteria 1 <25% 2 25% - 50% 3 50% - 75% 4 >75% Keterangan: Persentase kontaminasi pada baglog dapat dihitung menggunakan rumus = n: Jumlah sampel yang memiliki nilai skor sama v: Nilai skor yang menunjukkan kontaminasi Z: Skor yang tertinggi N: Jumlah sampel yang diamati

16 14 2. Pemanenan jamur : a. Waktu panen pertama (hari) Pengamatan dilakukan setelah selesai pembukaan plastik bagian atas jamur sampai dilakukan panen jamur pertama kali pada setiap perlakuan. Dinyatakan dalam hari. b. Jumlah badan buah jamur Pengamatan dilakukan setiap panen diamati, dihitung, dan dicatat jumlah badan buah jamur per-baglog (dinyatakan dalam angka) total panen selama 3 bulan. c. Berat segar jamur (gram) Ditimbang, diamati, ditimbang menggunakan timbangan analitik dan dicatat berat basah jamur perbaglog (dinyatakan dalam gram) dalam setiap panen selama 3 bulan d. Frekuensi panen Pengamatan dilakukan dengan menghitung panen yang telah dilakukan selama 3 bulan setelah selesai pembukaan tutup baglog pada setiap perlakuan. e. Total hasil jamur tiram (gram) Pengamatan dilakukan dengan menjumlahkan total berat segar jamur yang dipanen dari mulai panen pertama sampai dengan panen terakhir selama 3 bulan pengamatan. E. Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan sidik ragam Analysis of Variance ( ANOVA) dengan taraf nyata α 5%. Apabila terdapat pengaruh yang signifikan dari perlakuan yang dicobakan maka akan dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test ( DMRT) dengan taraf α=5%. Hasil analisis ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik atau histogram.

17 15 G. Jadual Bulan No Kegiatan I II III IV V Persiapan alat dan bahan Pembuatan nutrisi dan pembuatan media Penanaman Pemeliharaan dan pengamatan Analisis data

18 DAFTAR PUSTAKA Ali. Mahrus Pengaruh Penambahan Molase Pada Media Tanam F3 Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih. diakses 19 November Edi Prasetyo Budidaya Jamur tiram. Penebar swadaya; Jakarta, 84 hal. Fajri Muhammad Pengaruh Dosis Kompos Daun Gamal Terhadap Kesediaan Nitrogen Tanaman Jagung. diakses tanggal 20 November Fathurrahman Pengaruh Tingkat Penambahan Molase Pada Pembuatan Silase Kulit Umbi Singkong (Mannihot Esculenta) Terhadap Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik, dan HCn chapter1.pdf. Akses tanggal 21 November 2016 Ibahim Integrasi Jenis Tanaman Pohon Leguminosae Dalam Sistem Budidaya Pangan Lahan Kering Dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Tanah, Erosi dan Produktivitas Lahan. Akses tgl 21 November 2016 Imron Rosadi Pengaruh konsentrasi urea dan sistem pengendalian kelembaban terhadap kuantitas dan kualitas hasil jamur tiram putih (pleurotus ostreatus). diakses 19 November Indah Puspita Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda Akses tgl 21 November 2016 Lisa Pratama Pengaruh berbagai aktivator terhadap aktivitas dekomposer dan kualitas kompos blotong dari limbah pabrik gula. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 96 hal. Lucky Wilandri Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Media Campuran Serbuk Gergaji, Serasah Daun Pisang dan Bekatul. diakses tanggal 19 November

19 17 Pujiyanto Nilai hara beberapa tanaman penaung pada perkebunan kopi dan kakao. Wata Puslit Kopi dan Kakao. 97 Hal. Nur Fadillah Tips Budidaya Jamur Tiram. Genius Oublisher; Yogyakarta 115 hal. Rizal aditya dan Desi Saraswati Jurus sukses beragribisnis Jamur. Penebar swadaya; Jakarta. 86 Hal. Sumiati Perbaikan Produksi Jamur Tiram Pleurotus ostreatus Strain Florida dengan Modifikasi Bahan Baku Utama Substrat. Forum Penelitian, 16 (2) : Susi Stevani.2011.Pengaruh Penambahan Molase Pada Berbagai Media Pada Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dikses tanggal 19 November Susiana Pengaruh Penambahan Gula (sukrosa) Terhadap Pertumbuhan Miselium Jamur Tiram. Diakses tanggal 19 Noveber Triono Untung P Bisnis jamur tiram. PT. Agromedia pustaka:jakarta. 12 Hal.112

20 Lampiran 1. Layout Penelitia Tingkat 4 G2.1 G1.1 B1.3 D3.1 I3.1 C2.3 A2.1 B1.2 H2.2 D3.3 E3.1 F3.1 I2.2 B1.1 D1.2 F1.1 G3.1 E1.3 D1.1 H1.1 Tingkat 3 E1.1 C2.2 B3.3 F3.3 E2.3 F2.2 G1.3 F2.1 D2.2 I1.2 B3.1 H1.3 D2.3 F1.3 A1.1 E3.3 A2.2 I3.2 D1.3 B2.3 Tingkat 2 H1.2 C1.2 H3.1 A3.2 E2.1 I3.3 H2.1 C3.3 G3.2 E1.2 A1.3 A3.3 G1.2 H3.3 B2.2 F1.2 G2.2 G2.3 H2.3 B3.2 E3.2 Tingkat 1 (paling bawah) C1.1 A3.1 B2.1 F3.2 C3.1 C3.2 E2.2 Lantai dasar I1.1 G3.3 D2.1 C2.1 I1.3 I2.1 A2.3 F2.3 A1.2 D3.2 I2.3 H3.2 C1.3 18

21 19

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jamur Tiram Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. Pertumbuhan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

Makalah Seminar Hasil. PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)

Makalah Seminar Hasil. PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) Makalah Seminar Hasil PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) Oleh : Faris Novianto Luthfian 20130210118 Program

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Jamur Tiram Pertumbuhan jamur tiram ditentukan oleh jenis dan komposisi media yang digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan miselium,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. ostreatus)

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LUCKY WILANDARI A 420 100 123 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari) BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan AprilAgustus 2013, di Rumah Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI Kelurahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM NASKAH PUBLIKASI A 420090101 Disusun Oleh: NUNING PURI HANDAYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan Biologi Disusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Pada penelitian ini, indikator pertumbuhan jamur tiram putih yang diamati adalah jumlah dan lebar tudung serta waktu panen. Yang dimaksud dengan jumlah tudung ialah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN Utilization of Oil Palm Empty Bunches as Media for Growth of Merang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor dengan 5 taraf konsentrasi dengan lima kali ulangan, yaitu: Keterangan: M0 M1 M2 M3

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SB091358

TUGAS AKHIR SB091358 TUGAS AKHIR SB091358 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Oleh: Hanum Kusuma Astuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih dikenal sebagai jamur yang mudah dibudidayakan didaerah tropik dan subtropik. Jamur tiram ini juga termasuk dalam kelompok jamur yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Jamur tiram putih dapat ditemui di alam bebas sepanjang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga dan Home industri jamur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH) PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH) Growth And Production Of Oyster Mushroom (Pleorotus ostreatus) Resulting Concentration Giving

Lebih terperinci

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: NOVITA DWI INDRIYANI A 420

Lebih terperinci

98 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

98 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_ 2-015 PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN JANTUNG PISANG YANG BERBEDA The Growth and Yield of White Oyster Mushroom (Pleurotus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu sumber hayati, yang diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan, dan dapat di manfaatkan sebagai

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-144 Efektifitas Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Media Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah tanaman berspora yang bersifat biotik (hidup) maupun abiotik (tak hidup). Jamur merupakan organisme tidak berkhlorofil. Terdapat empat macam sifat hidup

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH 1 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Hanum Kusuma Astuti, Nengah Dwianita Kuswytasari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TONGKOL JAGUNG PADA MEDIA TANAM TERHADAP BERAT BASAH JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SEBAGAI BAHAN AJAR BIOLOGI

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TONGKOL JAGUNG PADA MEDIA TANAM TERHADAP BERAT BASAH JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SEBAGAI BAHAN AJAR BIOLOGI PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TONGKOL JAGUNG PADA MEDIA TANAM TERHADAP BERAT BASAH JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SEBAGAI BAHAN AJAR BIOLOGI Anik Setyaningsih 1) Siti Zaenab 2) Atok Miftachul Hudha

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guru Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guru Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN KOMPOSISI MEDIA TUMBUH SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT, DAN AMPAS TAHU YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring,

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, BAB III METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Magelang dan Laboratorium FMIPA

Lebih terperinci

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH Disusun oleh : Andrianta Wibawa 07.11.1439 BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH I. PENDAHULUAN Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur pangan yang banyak dibudidayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara. Beberapa kelebihan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah berlangsung selama empat bulan mulai bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014, dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15 I. METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni sampai Oktober 2013 di CV. Ravi Nursery Kubang Raya Kampar Riau dan di Laboratorium Patologi, Entomologi,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. 21 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. Tempat yang digunakan yaitu di tempat peneliti di desa Pacing, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya terkandung banyak kebaikan dan manfaat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM Karya Ilmiah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah LINGKUNGAN BISNIS Disusun Oleh : Nama : Danang Pari Yudhono NIM : 11.12.6017 Kelas

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Supriyaningsih 1) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green House untuk melakukan fermentasi dari urin kelinci dan pengomposan azolla, dilanjutkan dengan pengaplikasian pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di kayu-kayu yang sudah lapuk. Jamur ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Greenhouse) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara agraris dan sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian harus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnyadi hutan atau di kebun, jamur dapat tumbuh sepanjang tahun, terutama

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH SEKAM PADI DAN DAUN PISANG KERING SEBAGAI MEDIA TAMBAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PENGARUH LIMBAH SEKAM PADI DAN DAUN PISANG KERING SEBAGAI MEDIA TAMBAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PENGARUH LIMBAH SEKAM PADI DAN DAUN PISANG KERING SEBAGAI MEDIA TAMBAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan Biologi Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur merupakan salah satu komoditas pertanian yang dapat dikembangkan untuk diversifikasi bahan pangan dan penganekaragaman makanan yang tinggi dalam rasa dan nilai

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.)

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) Oleh HADIYANTO 10712018 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLETAKNIK NEGERI LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan letaknya yang sangat strategis yaitu pada zona khatulistiwa, maka termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan tambahan yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti halnya manusia yang membutuhkan makanan untuk energi, tumbuh dan berkembang. Pupuk dapat menambah

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain I. PENGANTAR A. Latar Belakang Jamur telah digunakan selama ribuan tahun, baik sebagai makanan maupun obat herbal. Studi-studi menunjukkan bahwa jamur bisa meningkatkan produksi dan aktivitas sel-sel darah

Lebih terperinci

merang terutama selulosa (Subaryanto, 2011). Bersumber dari pernyataan tersebut, sangat mungkin sekali mengganti media tumbuh jamur merang yang

merang terutama selulosa (Subaryanto, 2011). Bersumber dari pernyataan tersebut, sangat mungkin sekali mengganti media tumbuh jamur merang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merang (Volvariella volvaceae) merupakan jamur konsumsi yang telah lama dibudidayakan karena memiliki rasa yang enak serta memiliki prospek yang cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang sempurna, dan diciptakannya manusia di bumi sebagai kholifah yang seharusnya kita memperhatikan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae). SKRIPSI

KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae). SKRIPSI KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae). SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

Tata Cara penelitian

Tata Cara penelitian III. Tata Cara penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan, Labaratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20. PENDAHULUAN Selama ini para petani telah banyak memanfaatkan bahan organik sebagai pupuk di lahan pertanian, karena bahan tersebut merupakan bahan yang cepat melapuk. Salah satu contoh bahan organik yang

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur kayu dari famili Agaricaceae yang pembudidayaannya relatif mudah, karena mempunyai daya adaptasi

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

Pengembangan Media Dasar Jerami untuk Pertumbuhan dan. Produktifitas Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dengan

Pengembangan Media Dasar Jerami untuk Pertumbuhan dan. Produktifitas Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dengan Pengembangan Media Dasar Jerami untuk Pertumbuhan dan Produktifitas Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dengan Penambahan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) dan Sawi Putih (Brassica Chinensis L) NASKAH

Lebih terperinci

BAB III REKAYASA PENURUNAN GENERASI PDA KE GENERASI BIBIT INDUK F1 3.1. Pembuatan Bibit Induk F1 Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium,

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu spesies jamur yang dapat dikonsumsi. Selain rasanya yang lezat, ternyata jamur merang juga merupakan sumber protein dan mineral yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci