INDENTIFIKASI PENYEBAB KECELAKAAN PADA TITIK BLACK SPOT DI RUAS JALAN BANDA ACEH MEDAN DENGAN ANALISA ANALISA DESKRIPTIF (Studi Kasus KM 173 KM 243)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDENTIFIKASI PENYEBAB KECELAKAAN PADA TITIK BLACK SPOT DI RUAS JALAN BANDA ACEH MEDAN DENGAN ANALISA ANALISA DESKRIPTIF (Studi Kasus KM 173 KM 243)"

Transkripsi

1 INDENTIFIKASI PENYEBAB KECELAKAAN PADA TITIK BLACK SPOT DI RUAS JALAN BANDA ACEH MEDAN DENGAN ANALISA ANALISA DESKRIPTIF (Studi Kasus KM 73 KM 43) Zairipan Jaya Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe Munardy Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Kasus kecelakaan yang terjadi di sepanjang Jalan Banda AcehMedan (KM 73 KM 43) selama kurun waktu Januari 007 sampai dengan April 008 tercatat telah terjadi 59 kasus kecelakaan lalu lintas di 35 titik. Dari 35 titik tersebut terindentifikasi sebanyak 6 titik yang rawan kecelakaan (black spot) yaitu suatu titik dimana kejadian kecelakaan lalu lintas terjadi secara berulang (lebih dari satu kali) dengan 40 kasus kecelakaan lalu lintas. Indentifikasi kecelakaan ini dilakukan untuk mengetahui penyebab utama dan variabel penyebab utama kecelakaan lalu lintas, tingkat keparahan korban akibat kecelakaan dan jenis kendaraan yang paling dominan mengalami kecelakaan lalu lintas di lokasi black spot. Indentifikasi kecelakaan ini dilakukan dengan analisa deskriptif, dimana penyusunan data dibuat dalam bentuk tabulasi dan visualisasi dibuat dalam bentuk grafik. Hasil indentifikasi didapat penyebab utama kecelakaan lalu lintas di lokasi black spot karena faktor pemakai jalan terutama pengemudi kurang terampil yang menyebab tingkat kecelakaan fatal (meninggal dunia) yang cukup tinggi yaitu 43 orang meninggal dunia pada 48 kasus kecelakaan (8,3%). Jenis kendaraan yang paling dominan yang memberi andil dalam terjadinya kecelakaan tersebut adalah sepeda motor yang gerakan atau manuvernya lebih agresif dari kendaraan lain sehingga kurang antisipasi dan hatihati. Kata kunci : Kecelakaan, Black Spot, Analisa Deskriptif. PENDAHULUAN Kasus kecelakaan yang terjadi di sepanjang Jalan Banda AcehMedan KM 73 sampai dengan KM 43 dalam kurun waktu Januari 007 sampai dengan April 008 tercatat telah terjadi 59 kasus kecelakaan lalu lintas di 35 titik kecelakaan, korban yang tercatat dari kasus kecelakaan tersebut yaitu 63 orang meninggal dunia, 50 orang mengalami luka berat dan 9 orang mengalami luka ringan, disamping kerugian materi yang diperkirakan kurang lebih Rp (dua ratus sembilan lima juta emapat ratus ribu rupiah). Dari 35 titik tersebut terindentifikasi sebanyak 6 titik black spot, yaitu terjadi kejadian kecelakaan lalu lintas yang berulang (terjadi lebih dari satu kali) dengan 40 kasus kecelakaan lalu lintas dan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 43 orang, luka berat 44 orang, luka ringan sebanyak 7 dan kerugian materi sebesar Rp (dua ratus empat puluh juta tujuh ratus ribu rupiah) []. Penelitian ini merupakan suatu upaya mengumpulkan data dan fakta sesungguhnya yang terjadi pada daerah rawan kecelakaan (black spot), data dan fakta yang dikumpulkan merupakan faktorfaktor penyebab kecelakaan yang bersifat kuantitatif (data terukur). Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi faktorfaktor penyebab utama dan variabel penyebab kecelakaan, mengukur tingkat keparahan korban

2 yang diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas tersebut dan jenis kendaraan yang paling dominan mengalami kecelakaan lalu lintas pada titiktitik black spot di Jalan Banda AcehMedan dalam Wilayah Kerja Kabupaten Bireuen berdasarkan laporan kecelakaan antara Januari 007 sampai dengan April 008, yang selanjutnya akan dianalisa secara statistika deskriptif. Hasil dari analisa data kecelakaan akan digunakan sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi tentang solusi penanganannya (countermeasure). TINJAUAN KEPUSTAKAAN Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan raya yang tidak disangkasangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan yang sedang bergerak dengan atau tanpa pengguna jalan lainnya, yang mengakibatkan korban manusia dan kerugian harta benda []. Beberapa faktor yang akan ditinjau dalam menganalisa penyebab penyebab kecelakaan yaitu :. Faktor tingkat keparahan korban [3] yaitu : Tingkat Berat/Fatal, apabila terdapat korban yang mati (meskipun hanya satu orang) dengan atau tanpa korban lukaluka berat atau ringan; Tingkat Sedang, apabila tidak terdapat korban yang mati namun dijumpai sekurang kurangnya satu orang yang mengalami lukaluka berat; Tingkat Ringan, apabila tidak terdapat korban yang meninggal dan lukaluka berat dan hanya dijumpai korban yang lukaluka ringan saja; Tingkat lainlain, apabila tidak ada manusia yang menjadi korban, sedangkan yang ada hanya berupa kergian materi saja baik tidak berupa kerusakana kendaraan, jalan, jembatan ataupun fasilitas lainnya.. Faktor utama penyebab kecelakaan [3] yaitu : a. Perilaku Pemakai Jalan (pengemudi dan pejalan kaki) dengan variabel yaitu : Pengemudi mabuk (drunk driver) yaitu keadaan dimana pengemudi mengalami hilang kesadaran karena pengaruh alkohol, obatobatan, narkotika dan sejenisnya. Pengemudi lelah (fatigued or overly tired driver) yaitu keadaan dimana pengemudi membawa kendaraannya dalam keadaan lelah tau mengantuk akibat kurang istirahat sedemikian hingga kurang waspada serta kurang tangkas bereaksi terhadap perubahanperubahan yang terjadi. Pengemudi lengah (emotional or distracted driver) yaitu keadaan dimana pengemudi mengemudikan kendaraannya dalam keadaan terbagi konsentrasinya (perhatiannya) karena melamun, ngobrol, menyalakan api rokok, menggunakan ponsel, melihat ke kanan dan kekiri, tidak konsentrasi dan sebagainya. Pengemudi kurang terampil (unskill driver) yaitu keadaan dimana pengemudi kurang dapat memperkirakan kemampuan untuk melakukan pengereman, kemampuan untuk menjaga jarak dengan kendaraan di depannya, refleks pengemudi yang lambat dan kemampuan fisik yang menurun akibat bertambahnya usia dan sebagainya. Pejalan kaki menyeberang jalan bukan pada tempatnya atau yang tidak tepat (tidak aman), berjalan ketengah dan berhatihati (tidak melihat kesamping dan lainlain).

3 3 b. Kondisi Kendaraan dengan variabel yaitu ; Kondisi teknis yang tidak layak jalan misalnya rem blong, mesin tibatiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, as atau kopel lepas, lampu khusus di malam hari mati dan sebagainya Penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan antara lain bila dimuati secara berlebihan (overloaded). Desain kendaraan yang tidak sesuai persyaratan dan standar keamanan pengemudi misalnya bentuk dashboard, tidak ada kantong udara penahan benturan di dada (air bag), tidak tersedia sabuk pengaman dan poros kemudi termasuk juga kewajiban pemakaina helm untuk pengendara sepeda motor. c. Kondisi Jalan dengan variabel yaitu : Kerusakan pada permukaan jalan misalnya terdapat lubang yang sulit dikenali oleh pengemudi Konstruksi jalan yang rusak atau tidak sempurna misalnya bila posisi permukaan bahu jalan terlalu rendah terhadap permukaan perkerasan jalan. Geometrik jalan yang kurang sempurna misalnya derajat kemiringan (superelevasi) yang terlalu kecil atau terlalu besar bagi pengemudi dan sebagainya. d. Kondisi Lingkungan Lingkungan alam : pohon, bukit, tanjakan atau turunan terjal dan tikungan, angin kencang, kabut, asap tebal, hujan lebat dan posisi matahari terhadap pengemudi. Lingkungan Binaan : hewan yang menyeberang jalan pada tempat ataupun waktu yang tidak tepat, Kendaraan parkir atau berhenti mendadak atau tidak pada tempatnya dan lainlain. Statistika Deskriptif (Descriptive Statistic) Statistika Deskriptif merupakan bagian dari statistika terapan yang menitikberatkan pada pengumpulan, penyajian, pengolahan data serta peringkasan data yang mana aktivitasnya ini tidak berlanjut kepada penarikan kesimpulan. Pada statistika deskriptif penyusunan data dibuat dalam bentuk daftar atau tabel sedangkan visualisasi dalam bentuk diagram atau grafik. Statistika deskriptif ini bermanfaat untuk menampilkan fakta sesungguhnya dan menganalisis data sehingga pemecahan masalah dapat dilakukan dengan syarat utama yaitu data yang kita peroleh memerlukan kejujuran, keakuratan dan transparansi [4]. METODE PENELITIAN Metode Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data register kecelakaan lalu lintas yang diperoleh dari pihak Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort Bireuen Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Data tersebut merupakan data kecelakaan yang terjadi pada ruas Jalan Banda AcehMedan dalam Wilayah Kerja Kabupaten Bireuen dari mulai KM 73 sampai dengan KM 43 dalam kurun waktu Januari 007 sampai dengan April 008. Jumlah data kecelakaan yang terkumpul sebanyak 59 kasus yang terjadi di 35 titik black spot dan sebanyak 48 kasus terjadi di 6 titik black spot merupakan kasus kecelakaan yang kejadiannya berulang (lebih dari satu kali). Metode Pengolahan Data Data register kecelakaan lalu lintas yang diperoleh akan dianalisa secara deskriptif tabulasi yang meliputi data lokasi rawan kecelakaan yang berisi lokasi, jumlah kasus, sebabsebab kejadian, tingkat

4 4 keparahan korban beserta perkiraan besarnya kerugian akibat kejadian kecelakaan dan jenisjenis kendaraan yang mengalami kecelakaan. Visualisasi tingkat keparahan korban, penyebab utama dan variabel variabel utama penyebab kecelakaaan serta jenis kendaraan yang dominan mengalami kecelakaan lalu lintas dianalisa secara deskriptif grafik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data kecelakaan di Jalan Banda Aceh Medan pada KM.73 KM 43 selama Periode Januari 007 sampai dengan April 008 diperlihatkan pada Tabel. Tabel. Data Register Kecelakaan pada Lokasi Black Spot di Jalan Banda Aceh Medan (KM.73 KM 43) Periode Januari 007 sampai dengan April 008 KM Nama Lokasi Matang Wakeuh Kec. Samalanga Mns. Reudeup Kec. Pandrah Mns Reudeub Kec. Pandrah Blang Mee Barat Kec. Jeunieb Teupin Kupula Kec. Jeunieb Snb Plimbang Kec. Plimbang Pu uk Kec. Plimbang Sawang Pulo Mns. Teungoh Blang Glumpang Pulo Lawang Teupok Tunong Cot Bada Blang Blahdeh Blang Cot Tunong Mns. Capa Jumlah Kasus MD SDG LR Sebabsebab Kejadian Perkiraan Kerugian Materi (Rp) Pengemudi kurang terampil Pengemudi kurang terampil. Pengemudi kurang terampil Pengemudi kurang terampil Pejalan kaki menyeberang tidak hatihati Pengemudi kurang terampil Pengemudi kurang terampil. Lampu depan mati Selip (Hujan deras) Pengemudi kurang terampil Pengemudi kurang terampil Pengemudi kurang terampil Pengemudi kurang terampil. Jarak pandang Selip (Hujan deras) Pengemudi lengah Kondisi geometrik jln kurang sempurna Selip (hujan deras). Pengemudi lengah 3. Pengemudi kurang terampil. Selip (hujan deras). Pengemudi kurang terampil 3. Pengemudi kurang terampil 4. Pengemudi lengah. Pengemudi kurang terampil. Pengemudi kurang terampil 3. Pengemudi lengah

5 5 0 GlgTeungoh. Pengemudi kurang terampil. Pengemudi kurang terampil 3. Selip Cot Gapu 8. Pengemudi lengah,. Pengemudi kurang terampil Cot Bada. Kerusakan setir. Pengemudi kurang terampil 3. Pengemudi kurang terampil Cot Bada Tunong Cot Buket Gampong Baro Paya Meuneng. Pengemudi kurang terampil. Pengemudi kurang terampil Pengemudi kurang terampil Pengemudi kurang terampil. Pejalan kaki menyeberang tidak hatihati 3. Pengemudi lengah. Pengemudi kurang terampil. Pengemudi kurang terampil Pante Gajah. Pengemudi kurang terampil. Pengemudi kurang terampil Gp. Raya Dagang Tanjong Keude Kr. Panjo Meuse Jarak pandang Pengemudi kurang terampil Pengemudi kurang terampil Pengemudi kurang terampil Keude Kuta. Pejalan kaki menyeberang tidak hatihati. Pengemudi kurang terampil Paya Rangkuluh Kec. Kutablang. Pejalan kaki menyeberang tidak hatihati. Pengemudi kurang terampil Cot Tufah Cot Pu uk Pejalan kaki menyeberang tidak hatihati Pengemudi kurang terampil. Selip 3. Selip Keude Geurugok Pejalan kaki menyeberang tidak hatihati 4 Keude Lapang Pejalan kaki menyeberang tidak hatihati Jumlah Keterangan : MD = Meninggal Dunia, SDG = Sedang (Luka Berat), LK = Luka Ringan Tingkat Keparahan Korban Kecelakaan Lalu lintas Faktor tingkat keparahan korban terbagi atas empat tingkatan, yaitu : tingkat Berat/Fatal, tingkat sedang, tingkat ringan dan tingkat lainlain. Hasil analisa dari Tabel diperoleh tingkat keparahan korban akibat kecelakaan lalu lintas dengan kategori berat/fatal sebanyak 48 kasus kecelakaan (8,3%)

6 Persentase 6 dan kategori sedang/luka berat sebanyak kasus kecelakaan (8,7%). Kategori hanya luka ringan saja tidak ada, luka ringan selalu disertai dengan kategori fatal maupun sedang (luka berat). Faktor tingkat keparahan korban akibat kecelakaan diperlihatkan pada Gambar. 00 8, Fatal/MD 8,7 Sedang/Luka Berat Gambar. Persentase Tingkat Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas Faktor Utama Penyebab Kecelakaan Faktor utama penyebab kecelakaan, yaitu : kondisi pemakai jalan (pengemudi dan pejalan kaki), kondisi jalan, kondisi kendaraan dan kondisi lingkungan. Hasil analisa dari Tabel bahwasanya penyebab utama kecelakaan adalah pemakai jalan sebanyak 49 kasus (8,7%), akibat kondisi jalan sebanyak kasus (3,4%), akibat kondisi kendaraan sebanyak 4 kasus (6,7%) serta akibat kondisi lingkungan sebanyak 5 kasus (8,3%). Faktor utama penyebab kecelakaan diperlihatkan pada Gambar , ,4 6,7 8,3 Pemakai Jalan Jalan Kend. Lingkungan Penyebab Utama Kecelakaan Gambar. Persentase Penyebab Utama Kecelakaan Lalu Lintas Variabel Faktor Utama Penyebab Kecelakaan Variabel Faktor utama penyebab kecelakaan yang dominan yaitu : Pengemudi kurang terampil, lengah, penyeberang jalan, lampu depan mati, selip, jarak pandang, kondisi geometrik jalan dan kerusakan kemudi/setir. Hasil analisa dari Tabel terlihat variabel dari faktor utama penyebab kecelakan adalah : pengemudi kurang terampil 34 kasus (57,7%), Pengemudi lengah 6 kasus (0,%), penyeberang jalan 7 kasus (,9%), lampu depan mati kasus (,7%), selip 7 kasus (,9%), jarak pandang kasus (3,4%), kondisi geometrik jalan kasus (,7%) dan kerusakan kemudi/setir kasus (,7%). Variabel Faktor utama yang menyebabkan kecelakaan diperlihatkan pada Gambar 3.

7 kurang Terampil lengah penyeberang jalan lampu depan mati selip jarak pandang kondisi geometrik kerusakan kemudi/stir Persentase , ,,9,7,9 3,4,7,7 Gambar 3. Persentase variabelvariabel penyebab utama kecelakaan lalu lintas Jenis Kendaraan yang Mengalami Kecelakaan Jenis Kendaraan yang mengalami kecelakaan dianantaranya sepeda motor, becak mesin, sepeda, mobil penumpang, bus sedang, bus besar, truk ringan, pick up, truk sedang, ruk berat dan truk trailer. Data jenis kendaraan yang mengalami kecelakaan di Jalan Banda Aceh Medan pada KM 73KM 43 selama Periode Januari 007 sampai dengan April 008 diperlihatkan pada Tabel. Tabel. Data Jenis Kendaraan yang Mengalami Kecelakaan pada Lokasi Black Spot di Jalan Banda Aceh Medan (KM.73 KM 43) Periode Januari 007 sampai dengan April 008 KM Nama Lokasi Matang Wakeuh Kec. Samalanga Mns. Reudeup Kec. Pandrah Mns Reudeub Kec. Pandrah Blang Mee Barat Kec. Jeunieb Teupin Kupula Kec. Jeunieb Snb Plimbang Kec. Plimbang Pu uk Kec. Plimbang Sawang Pulo Mns. Teungoh Blang Glumpang Sepeda Motor/ Becak Mesin Sepeda dayung Mobil penumpang Bus Sedang Bus Besar Truk Ringan/ pick up Truk sedang/ Truk berat 3 4 Variabel Faktor Utama Penyebab kecelakaan

8 8 0 Pulo Lawang Teupok Tunong Cot Bada 4 Blang Blahdeh 3 5 Blang Cot Tunong 3 8 Mns. Capa 0 GlgTeungoh Cot Gapu Cot Bada 3 Cot Bada Tunong 4 4 Cot Buket 5 Gampong Baro 5 6 Paya Meuneng 9 Pante Gajah 30 Gp. Raya Dagang 3 Tanjong 33 Keude Kr. Panjo 34 Meuse 36 Keude Kuta 4 37 Paya Rangkuluh Kec. Kutablang 39 Cot Tufah 40 Cot Pu uk 4 Keude Geurugok 4 Keude Lapang Jumlah Jumlah Total Kendaraan 8 Hasil analisa dari Tabel terlihat ada 8 unit kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, jenis kendaraan yang dominan mengalami kecelakaan, yaitu : sepeda motor 6 unit (5,7%), mobil penumpang 7 unit (4,4%), truk sedang 5 unit (,8%), bus sedang unit (9,4%), truk ringan dan pick up 8 unit (6,8%). Untuk jenis kendaraan becak mesin, becak dayung, bus besar, truk berat dan trailer walaupun ada terlibat dalam kejadian kecelakaan tetapi jumlahnya tidak begitu dominan (sedikit),

9 sepeda motor Mobil Penumpang Truk Sedang Bus Sedang Truk Ringan/Pick Up Persentase 9 yaitu sebesar 4,9%. Jenisjenis kendaraan yang dominan mengalami kecelakaan lalu lintas diperlihatkan pada Gambar , ,4,8 9,4 6,8 Variabel Faktor Utama Penyebab kecelakaan Gambar 4. Persentase Jenis Kendaraan yang Dominan yang Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas Pembahasan Dari hasil perhitungan analisa deskriptif tabulasi dan deskriptif grafik dilakukan pembahasan sebagai berikut : Dari Tabel dan Gambar terindentifikasi 35 titik black spot, dimana 48 kasus kecelakaan (8,3%) masuk dalam tingkat kecelakaan fatal. Dari 35 titik black spot terdapat 5 titik black spot yang kejadian kecelakaan lalu lintasnya berulang (terjadi lebih dari satu kali) dengan 40 kasus kecelakaan (67,8%) lalu lintas dengan jumlah korban meninggal dunia 43 orang, luka berat 44 orang, luka ringan 7 orang dan kerugian materi diperkirakan sebesar Rp (dua ratus empat puluh juta tujuh ratus ribu rupiah) dan terdapat 0 titik black spot yag kejadian kecelakaan lalu lintasnya hanya satu kali dengan 9 kasus kecelakaan lalu lintas (3,%) dengan jumlah korban meninggal dunia 0 orang, luka berat 6 orang, luka ringan orang dan kerugian materi diperkirakan sebesar Rp (lima puluh empat jua tujuh ratus ribu rupiah). Oleh karena banyaknya titik black spot dan persentase tingkat kecelakaan fatal yang begitu tinggi maka perlu di dicarikan alternatif terutama penempatan ramburambu atau marka lalu lintas yang bisa memberi tanda pada pemakai jalan khusunya pengemudi terutama pada titik black spot yang kejadian kecelakaanya berulang (lebih dari satu kali). Dari Gambar terlihat penyebab utama kecelakaan lalu lintas adalah Pemakai Jalan (pengemudi dan pejalan kaki), dengan 49 kasus kejadian kecelakaan lalu lintas (8,7%). Dari Gambar 3 terlihat variabel penyebab utama kecelakaan lalu lintas adalah pengemudi kurang terampil, dengan 34 kasus kejadian kecelakaan lalu lintas (57,7%). Oleh karena penyebab utama kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pengemudi terutama karena faktor kurang terampil maka perlu adanya penyeleksian yang ketat dalam mengeluarkan Surat Izin Mengemudi. Dari Gambar 4 terlihat jenis kendaraan yang dominan mengalami kecelakaan lalu lintas adalah sepeda motor dengan melibatkan 6 unit sepeda motor di 3 titik kejadian kecelakaan lalu lintas (5,7%). Hal ini dapat dimaklumi mengingat gerakan manuver dari sepeda motor lebih agresif,

10 0 untuk ini perlunya sosialisasi keselamatan lalu lintas terhadap pengemudi khususnya pengemudi sepeda motor. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :. Faktor Pemakai Jalan khususnya pengemudi sebagai penyebab utama kecelakaan lalu lintas dengan variabel yang perlu diperhatikan adalah kurang terampil, lengah dan jarak pandang, disamping pejalan kaki yang juga memberi andil sebagai penyebab utama kecelakaan lalu lintas.. Faktor Jalan sebagai penyebab utama kecelakaan lalu lintas dengan variabel yang perlu diperhatikan adalah geometrik jalan yang kurang sempurna terutama pada daerah superelevasi. 3. Faktor Kendaraan sebagai penyebab utama kecelakaan lalu lintas dengan variabel yang perlu diperhatikan adalah lampu penerangan, selip ban dan kerusakan kemudi/setir. 4. Faktor Lingkungan sebagai penyebab utama kecelakaan lalu lintas dengan variabel yang perlu diperhatikan adalah jarak pandang yang terganggu, cuaca (hujan deras). DAFTAR PUSTAKA. Satuan Lalu Lintas Polisi Resort Bireuen, Data Register Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 007 dan 008, Bireuen, Warpani, S, P., Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Penerbit ITB, Bandung, Abubakar, I, dkk., Rekayasa Lalu Lintas, Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta, Santoso, P,B dan Hamdani, M., Statistika Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi dan Niaga, Penerbit Erlangga, Jakarta, 007.

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 58

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 58 INDENTIFIKASI PENYEBAB KECELAKAAN PADA TITIK BLACK SPOT DI RUAS JALAN BANDA ACEH MEDAN DENGAN ANALISA STATISTIKA DESKRIPTIF (Studi Kasus KM 73 KM 43) Zairipan Jaya Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Lebih terperinci

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil. BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas yaitu berkaitan dengan dasar hukum dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geometrik Jalan Antar Kota Dalam Buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997 ini merupakan salah satu konsep dasar yang dihasilkan oleh Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Lokasi yang dipilih untuk dilakukan penelitian tentang daerah rawan kecelakaan ini yaitu ruas jalan tol Jakarta Cikampek. Lokasi ini dipilih

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas merupakan subsistem dari ekosistem kota, berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas merupakan subsistem dari ekosistem kota, berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas merupakan subsistem dari ekosistem kota, berkembang sebagai bagian dari kota karena naluri dan kebutuhan penduduk untuk bergerak atau menggunakan

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Kecelakaan lalu lintas itu dapat diuraikan melalui adanya relasi statistik yang

Lebih terperinci

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya BAB II TIXJAUAX PUSTAKA 2.1 Umum Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya mempunyai corak lalu lintas yang masih tercampur {mixed traffic) dengan semua jenis kendaraan yang lewattanpa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAR II TINJAUAN PUSTAKA

BAR II TINJAUAN PUSTAKA BAR II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Lalulintas dan Daerah Rawan Kecelakaan Peraturan Pemerintah RI No 43 tahun 1993 tentang prasarana dan 1a1ulintas ja1an rnenyebutkan bahwa kcce1akaan 1a1ulintas ada1ah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : kecelakaan, lalulintas, tingkat pemahaman aturan lalulintas, pemodelan dan prediksi kecelakaan

ABSTRAK. Kata kunci : kecelakaan, lalulintas, tingkat pemahaman aturan lalulintas, pemodelan dan prediksi kecelakaan VOLUME 1 NO.1, FEBRUARI 214 MODEL KECELAKAAN LALULINTAS BERDASARKAN KORELASI POPULASI, TINGKAT PEMAHAMAN PENGGUNA DAN TINGKAT PERTUMBUHAN KENDARAAN DI KOTA BESAR, SEDANG DAN KECIL SUMATERA BARAT Cut Dona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana transportasi sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas, yang merupakan penjabaran UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas

Lebih terperinci

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA TUGAS AKHIR Program S1 Oleh I DEWA AYU SRI EKA YADNYANI ( 0219151052 ) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK 2009 PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan alat komunikasi jaman moderen yang sangat praktis karena dapat dibawa kemanamana. Kecanggihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan

Lebih terperinci

FINAL KNKT

FINAL KNKT FINAL KNKT-08-09-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TRUK KAYU PADI MAS NOMOR KENDARAAN EB 2144 AC MASUK JURANG DI JALAN JURUSAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta )

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta ) ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta ) Beni Thobir Ahmad Chusaini Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Surakarta Jl. Raya Palur KM 05 Surakarta

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanagara e-mail: najid29@yahoo.com mobile phone: 818156673 Abstract: Rapid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Warpani (2002) mengatakan bahwa tujuan utama upaya pengendalian lalu lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep sampai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-12-09-08-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BUS MITSUBISHI FE 304 COLT E-7586-Y MASUK JURANG DI JALAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan lalu lintas akhir-akhir ini sangat sering terjadi dan banyak menimbulkan kerugian. Akibat dari kecelakaan lalu lintas berupa kerusakan terhadap fasilitas-fasilitas

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI JALAN KLATEN PRAMBANAN KM (0-15) Sumina

ANALISA PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI JALAN KLATEN PRAMBANAN KM (0-15) Sumina ANALISA PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI JALAN KLATEN PRAMBANAN KM (0-15) Sumina Abstrak Pertumbuhan penduduk dan perekonomian menyebabkan pertumbuhan kendaraan bermotor sehingga tingkat kecelakaan lalulintas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat di indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah pengendara sepeda motor mengalami

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 Pada bab ini akan diuraikan analisis data dari hasil survei primer dan sekunder yang dilakukan pada Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam

Lebih terperinci

LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOYOTA KIJANG NOMOR KENDARAAN T 1756 DC TERJUN KE SUNGAI LUBAI, JEMBATAN BERINGIN

LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOYOTA KIJANG NOMOR KENDARAAN T 1756 DC TERJUN KE SUNGAI LUBAI, JEMBATAN BERINGIN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-09-02-01-01 LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOYOTA KIJANG NOMOR KENDARAAN T 1756 DC TERJUN KE SUNGAI LUBAI, JEMBATAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Data Satlantas Polwiltabes Semarang menunjukkan kecelakaan yang terjadi pada jalan non tol di Kota Semarang dalam kurun waktu 2001 2005 cenderung menurun dengan

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-11-03-03-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN MOBIL GRAND MAX LUXIO BK 1394 KO TERJUN KE SUNGAI BATANG GADIS DI DESA HUSORTOLANG,

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-12-04-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BUS MITSUBISHI L 300 P-2669-U MENABRAK DARI BELAKANG (REAR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak sesuai

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-12-03-03-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL PENUMPANG SUZUKI CARRY Z-951-W TERTABRAK KERETA API PASUNDAN

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai

STUDI KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai STUDI KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai Markus Branly Siregar 1, Irwan S Sembiring 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA W A L I K O T A S A M A R I N D A Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi, menyatakan bahwa Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ) merupakan pemeriksaan sistematis terhadap jalan atau segmen jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecelakaan lalulintas adalah kejadian pada lalulintas jalan dimana paling sedikit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecelakaan lalulintas adalah kejadian pada lalulintas jalan dimana paling sedikit BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan lalulintas adalah kejadian pada lalulintas jalan dimana paling sedikit melibatkan satu kendaraan yang mengakibatkan kerusakan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian dan Definisi Kecelakaan Kecelakaan lalulintas berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Pasal 93 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 ayat 1 adalah : Suatu peristiwa

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN REST AREA JALAN TOL MENURUT PERSEPSI PENGGUNA (Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Jakarta Cikampek) TUGAS AKHIR TKP

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN REST AREA JALAN TOL MENURUT PERSEPSI PENGGUNA (Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Jakarta Cikampek) TUGAS AKHIR TKP KAJIAN TINGKAT PELAYANAN REST AREA JALAN TOL MENURUT PERSEPSI PENGGUNA (Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Jakarta Cikampek) TUGAS AKHIR TKP - 481 Oleh: RULIANTO HARTOPO L2D 099 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Traffic safety (keselamatan lalulintas) l li Penyebab kecelakaan di Indonesia: a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Manusia penyebab utama kecelakaan lalulintas Penyebab

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Aspek Pengukuran Skala 1. Faktor Manusia a. Lengah Faktor penyebab yang berasal dari manusia dikarenakan pengemudi melakukan hal atau kegiatan

Lebih terperinci

2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya.

2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya. BAB II TINJ AllAN PUSTAKA A. Pengertian Kendaraan Bermotor **» Kendaraan bermotor (Daryanto, 1999) adalah suatu kendaraan yang dijalankan oleh mesin yang dikendalikan manusia diatas jalan. Jenis kendaraan

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-09-09-07-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TABRAKAN ANTARA BUS JAYA UTAMA L 8985 NU DENGAN MOBIL PENUMPANG CARRY N-1882-AV

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi,

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-08-12-06-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN BUS PO PENANTIAN UTAMA NOMOR KENDARAAN BE 2334 FC MASUK JURANG JALAN LINTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Lalu Lintas Jalan Keselamatan berasal dari kata dasar selamat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selamat adalah terhindar dari bencana; aman sentosa; sejahtera;

Lebih terperinci

ANATOMI DATA LAKA LANTAS TAHUN 2016 POLDA NTB FEBRUARI MARET APRIL DATA PT JASA RAHARJA NAMA DATA LAKA JANUARI

ANATOMI DATA LAKA LANTAS TAHUN 2016 POLDA NTB FEBRUARI MARET APRIL DATA PT JASA RAHARJA NAMA DATA LAKA JANUARI NO KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA NAMA DATA LAKA JANUARI ANATOMI DATA LAKA LANTAS TAHUN 06 POLDA NTB FEBRUARI MARET APRIL MEI DATA LAKA LANTAS JUMLAH LAKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI ABASTRAK... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inspeksi Keselamatan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi, memuat bahwa (Inspeksi Keselamatan Jalan) IKJ merupakan pemeriksaan sistematis terhadap jalan atau segmen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kecelakaan Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang jarang dan tidak tentu kapan terjadi dan bersifat multi faktor yang selalu didahului oleh situasi

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-11-05-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TABRAKAN ANTARA MOBIL BUS PO. SUMBER KENCONO W-7666-UY DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk mencapai tujuan yang diinginkan perlu disusun suatu tahapan - tahapan dalam suatu penelitian (metodologi). Tahapan pelaksanaan yang akan dilakukan

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-07-04-06-02 LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN KECELAKAAN TUNGGAL MOBIL BUS AKAP JATUH KE DALAM JURANG DAN MASUK SUNGAI

Lebih terperinci

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOL KRAPYAK - SRONDOL, SEMARANG 1

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOL KRAPYAK - SRONDOL, SEMARANG 1 ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOL KRAPYAK - SRONDOL, SEMARANG 1 Marwoto 2, Epf. Eko Yulipriyono, Joko Siswanto 3 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

2) K-Type injury accident : mengakibatkan luka yang mengeluarkan banyak

2) K-Type injury accident : mengakibatkan luka yang mengeluarkan banyak BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Karakteristik Kecelakaan Menurut Fachrurrozy (2001) beberapa karakteristik kecelakaan yang diperlukan dalam analisis kecelakaan lalu lintas adalah : 1. Berdasarkan tingkat kecelakaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lalu lintas di dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 didefinisikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lalu lintas di dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 didefinisikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Unsur-Unsur Lalu Lintas Lalu lintas di dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedangkan ruang lalu lintas

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-09-05-04-01 LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN JALAN PADANG PADANG PANJANG KECAMATAN X KOTO, KABUPATEN TANAH DATAR, SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat, sebaliknya peningkatan taraf hidup masyarakat akan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, di mana pembangunan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha meningkatkan taraf hidup bangsanya. Pembangunan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-13-02-01-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BARANG BAK MUATAN TERTUTUP SUMBU GANDA L-9763-UA MENABRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS Kecelakaan adalah kejadian yang tidak disengaja, atau tidak disangkasangka dengan akibat kematian, luka-luka, atau kerusakan benda. Kecelakaan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak pula aktifitas masyarakat. Salah satu aktifitas manusia yang paling penting adalah berlalu lintas.

Lebih terperinci

ANALIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALAN ARTERI TUBAN/KM 0,000 - REMBANG/KM 47,900. Tri Surya Fendi 1, Saiful Arfaah 2 ABSTRAK

ANALIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALAN ARTERI TUBAN/KM 0,000 - REMBANG/KM 47,900. Tri Surya Fendi 1, Saiful Arfaah 2 ABSTRAK ANALIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALAN ARTERI TUBAN/KM 0,000 - REMBANG/KM 47,900 Tri Surya Fendi 1, Saiful Arfaah 2 1 Mahasiswa Program Penelitian Teknik Sipil Universitas Darul Ulum Jombang 2 Dosen

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PEMENANG PELELANGAN Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012.

PENGUMUMAN PEMENANG PELELANGAN Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012. Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012. : Pengadaan Konstruksi Pagar dan Penimbunan Gp. U Blang Asan Kec. Syamtalira Aron Pembukaan Penawaran : Senin, 23 April 2012 PML.126/TAP/PAN/APBK/2012, tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Miro (2002), Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari satu tempat ketempat lain, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Bali.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Bali. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Bali. Secara geografis Kota Denpasar terletak pada 8 o 35 31 sampai 8 o 44 49 (Lintang Selatan) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Oglesby and Hicks (1988), kecelakaan kendaraan adalah kejadian yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan cepat. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bogor merupakan salah satu kota yang sedang berkembang di Indonesia dari segi wisata dan fasilitas umum yang terus dikembangkan oleh pemerintahan Kota Bogor,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa : A. Accident Rate lalu lintas di kota Ambon pada tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut 1. Januari 2006 Januari 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi mengalami kecelakaan kerja berupa kecelakaan lalu lintas (road. jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi mengalami kecelakaan kerja berupa kecelakaan lalu lintas (road. jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Index Kecelakaan 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 12/8/2014 Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kesebelas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kecelakaan di dalam Pedoman penanganan lokasi rawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kecelakaan di dalam Pedoman penanganan lokasi rawan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian kecelakaan Lalu Lintas Pengertian kecelakaan di dalam Pedoman penanganan lokasi rawan kecelakaan lalu lintas (2004) adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangkasangka

Lebih terperinci

FINAL DI KM PASAR GUGUAK KAYU TANAM, KABUPATEN PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT SELASA, 1 JULI 2014 KNKT

FINAL DI KM PASAR GUGUAK KAYU TANAM, KABUPATEN PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT SELASA, 1 JULI 2014 KNKT FINAL KNKT.14.07.03.01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL PENUMPANG L 300 BM-7522-DW BERSEREMPETAN DENGAN MOBIL PENUMPANG DAIHATSU

Lebih terperinci

INFORMASI KEHIDUPAN BERBAGAI BAHASA

INFORMASI KEHIDUPAN BERBAGAI BAHASA 4 Peraturan Lalu Lintas 4-1 Peraturan Lalu Lintas Di Jepang pejalan kaki, mobil,motor, sepeda dan lain-lain, masing-masing peraturan lalu lintas telah ditentukan. Cepatlah mengingat peraturan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Balai Pustaka Jakarta, Idem

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Balai Pustaka Jakarta, Idem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Rest Area di Mantingan Kabupaten Ngawi. 1.1.1 Arti Kata Rest : Istirahat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan. lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan. lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Warpani (2002) mengatakan bahwa tujuan utama upaya pengendalian lalu lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kecelakaan lalu lintas dewasa ini dilaporkan semakin meningkat padahal telah banyak sarana dan prasarana untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas, contohnya

Lebih terperinci

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional di satu sisi telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak, tetapi seiring dengan itu pula disisi yang lain menghendaki

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu

Lebih terperinci

STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG

STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG ANGKY ADHINUGRAHA NRP : 0221020 Pembimbing : Ir. Budi Hartanto S.,M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara-negara yang telah maju dan juga oleh Negaranegara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, saat ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai taraf kemajuan semakin kompleks

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI ABSTRAK

KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI ABSTRAK KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI Hendra Arifin NRP : 9621103 NIRM : 41077011960382 Pembimbing : Wimpy Santosa, ST, M.Eng, MSCE, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara Menurut Khisty dan Lall (2005) pengemudi yang baik tidak harus memiliki keahlian khusus. Uji fisik dan psikologis dapat dengan

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-09-07-05-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN MOBIL BUS AD-1444-BE BERTABRAKAN DENGAN KERETA API 759 / PRAMEK (SOLO-YOGYAKARTA)

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE CUSUM (CUMMULATIVE SUMMARY) UNTUK MENENTUKAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN BERBASIS WEB DI KOTA LHOKSEUMAWE

IMPLEMENTASI METODE CUSUM (CUMMULATIVE SUMMARY) UNTUK MENENTUKAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN BERBASIS WEB DI KOTA LHOKSEUMAWE IMPLEMENTASI METODE CUSUM (CUMMULATIVE SUMMARY) UNTUK MENENTUKAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN BERBASIS WEB DI KOTA LHOKSEUMAWE Novia Hasdina 1, Rizal 2 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Malikussaleh,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pengolahan data pada hasil pengamatan di 2 titik lokasi keramaian yaitu jalan Kaliurang km 6 yang melintasi area depan pasar Kolombo

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PEMETAAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN DI KOTA GORONTALO

ANALISIS HASIL PEMETAAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN DI KOTA GORONTALO ANALISIS HASIL PEMETAAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN DI KOTA GORONTALO Firman Rahmatullah Jahja 1, Arip Mulyanto 2, Abd. Aziz Bouty 3 1 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Negeri Gorontalo email : babol.jahja@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi jika salah satu unsur lalu lintas tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi jika salah satu unsur lalu lintas tidak berfungsi sebagaimana mestinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai 19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah juga yang sering terjadi di Jalan Tanjakan

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG ABSTRAK

EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG ABSTRAK VOLUME 6 NO. 2, OKTOBER 2010 EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG Titi Kurniati 1, Hendra Gunawan 2, Dony Zulputra 3 ABSTRAK Pembangunan di bidang angkutan jalan saat ini mengutamakan

Lebih terperinci