I. PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam"

Transkripsi

1 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam hal ini termasuk melaksanakan pembinaan terhadap industri-industri yang sudah ada. Upaya tersebut diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk, hal ini seperti yang dikemukakan Nursid Sumaatmadja (1988:183), bahwa pembangunan industri yang dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan penduduk, juga harus sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak menimbulkan masalah baru yang lebih gawat. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam pembangunan industri perlu juga dipikirkan dampak negatif dari industri. Pembangunan sektor industri antara lain bertujuan a) meningkatkan penyerapan tenaga kerja, b) meningkatkan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian, c) meningkatkan penyebaran industri. Berdasarkan hal tersebut, pembangunan di sektor industri diharapkan dapat berkembang dengan baik.

2 2 Perkembangan industri tersebut, seperti halnya yang terjadi di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. Industri tempe merupakan salah satu upaya penduduk di kelurahan tersebut untuk memenuhi kebutuhan materi. Hal tersebut seperti yang dikemukakan juga oleh Nursid Sumaatmdja (1988:181), Perkembangan industri merupakan perkembangan kehidupan lebih lanjut dari proses cara manusia memenuhi kebutuhan materi. Hal yang perlu diperhatikan dan dicermati sehubungan dengan dampak industri yaitu adanya pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran daratan. Hal tersebut seperti dikemukakan Wisnu Arya Wardhana (2004:24), dampak langsung (yang bersifat negatif) akibat kegiatan industri dan teknologi, antara lain terjadinya masalah-masalah berikut ini : a) pencemaran udara, b) pencemaran air, c) pencemaran daratan. Limbah industri tempe berupa whey (air rebusan kedelai) dan kulit ari (kulit kedelai), limbah tersebut mengandung protein yang cukup tinggi untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan, hal ini sesuai pendapat M. Gempur Adnan (2006:3), limbah tempe mengandung protein cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan. Namun jika limbah industri tempe tidak diolah dan dibuang langsung ke parit atau ke sungai, maka dapat menurunkan kualitas air sungai. Industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung merupakan industri rumah tangga. Dalam melakukan proses produksinya, industri tempe yang berjumlah 22 KK ini menggunakan sistem injak dalam proses pencucian kedelai dan proses peragian serta

3 3 pembungkusan menggunakan tenaga manusia, modal usaha yang kecil, belum mengutamakan faktor kelestarian lingkungan, dan belum mampu mengolah limbah yang dihasilkan. Hal ini terbukti dari belum adanya pengolahan limbah industri tempe dan pembuangan air limbah yang langsung dibuang ke parit atau sungai. Pembuangan limbah industri tempe yang tidak diolah terlebih dahulu dapat menurunkan kualitas lingkungan, hal ini terbukti dari timbulnya bau yang tidak sedap, lingkungan yang kotor, serta sungai yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan limbah industri tempe. Menurunnya kualitas lingkungan, merupakan indikator dari terganggunya kesehatan lingkungan. Hal tersebut seperti yang dikemukakan Daryanto (1995:131) bahwa kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan hidup, apabila kualitas lingkungan hidup rendah kesehatan lingkungan hidup juga rendah, sebaliknya apabila kualitas lingkungan hidup tinggi kesehatan juga tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti mengenai keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka penulis mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan Keberadaan Industri Tempe Terhadap Kesehatan Lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung antara lain sebagai berikut :

4 4 1. Pembuangan limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. 2. Keadaan air limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. 3. Dampak pembuangan limbah industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah tempat pembuangan limbah industri tempe di wilayah Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung? 2. Bagaimanakah kondisi air limbah industri tempe yang dibuang dari segi kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung? 3. Bagaimanakah dampak keberadaan industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung terhadap kesehatan lingkungan? D. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan: 1. Untuk mengetahui informasi tentang tempat pembuangan limbah industri tempe di wilayah Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

5 5 2. Untuk mengetahui informasi tentang kondisi air limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. 3. Untuk mengetahui informasi tentang dampak pembuangan limbah industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung E. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan sosial yang diperoleh di perguruan tinggi khususnya yang berhubungan dengan kajian geografi, khususnya Geografi Industri. 3. Sebagai informasi tentang kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun Sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran Geografi di : a. Sekolah Menengah Atas Kelas XII Semester Genap, pokok bahasan Perindustrian. b. Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Semester Ganjil, pokok bahasan Pembangunan Berkelanjutan.

6 6 F. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah: 1. Ruang Lingkup Subjek, yaitu keberadaan industri tempe, air limbah industri tempe, pengusaha tempe, dan penduduk sekitar industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. 2. Ruang Lingkup Objek, yaitu kondisi air limbah industri tempe dan dampak industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. 3. Ruang Lingkup Tempat, yaitu di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. 4. Ruang Lingkup Waktu, yaitu Tahun Ruang Lingkup Ilmu yaitu Ekologi Geografi Ekologi Geografi adalah salah satu cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang hubungan antara populasi makhluk hidup dengan lingkungannya (Nursid Sumaatmadja, 1988:230). Dalam penelitian ini digunakan Ekologi Geografi karena penelitian ini mengkaji aspek keruangan yang berhubungan dengan penyelenggaraan aktivitas industri serta hubungan antara manusia dan lingkungannya, yang dalam hal ini adalah dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan yang meliputi tempat pembuangan limbah industri tempe, kondisi air limbah industri tempe, dan dampak industri tempe terhadap kesehatan lingkungan.

7 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Industri Tempe Menurut Nursid Sumaatmadja (1988:179) industri adalah kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi (manufacturing industry). Menurut Kartasapoetra (1987:6), industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut Philip Kristanto (2002:166), pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Dalam penelitian ini, industri yang dimaksud adalah industri tempe yaitu industri yang mengolah kedelai menjadi tempe. Menurut M. Gempur Adnan (2006:1), tempe merupakan makanan tradisional sebagian besar masyarakat di Indonesia, yang digemari hampir oleh semua lapisan masyarakat. Selain mengandung gizi yang baik, pembuatan tahu tempe juga relatif mudah. Untuk lebih jelasnya proses produksi tempe dapat dilihat pada bagan halaman 8 berikut ini :

8 8 Gambar I. Proses Produksi Tempe Kedelai Air Pembersihan Air cucian (kotoran) Panas Perebusan ½ matang Air Pencucian dan Air dan Pengupasan kulit kulit Perendaman Semalam Air Pencucian Air cucian (organik) Panas Perebusan (Sampai masak) Penirisan Air cucian (organik) 6-8 jam Ragi baru Pencampuran Limbah cair Plastik, Daun pisang Pembungkusan Fermentasi Tempe Keterangan : Bahan baku Limbah cair Limbah padat

9 9 Berdasarkan Gambar 1 pada halaman 8, dapat diketahui bahwa dalam melakukan proses produksi tempe dihasilkan bahan buangan atau yang disebut dengan limbah. Limbah yang dihasilkan antara lain berupa limbah cair yang dihasilkan dari air cucian bekas pembersihan kedelai, pencucian, penirisan, serta pencampuran ragi baru. Selain limbah cair, produksi tempe juga menghasilkan limbah padat yang berasal dari pengupasan kulit kedelai dan sisa-sisa pembungkusan tempe yang berupa plastik atau daun pisang. Menurut M. Gempur Adnan (2006:1), industri tahu tempe di Indonesia mempunyai ciri-ciri yang hampir sama di setiap daerah, yaitu berkembang dengan modal usaha kecil, teknik produksi sederhana, belum mengutamakan faktor kelestarian lingkungan, belum mampu mengolah limbah yang dihasilkan, keselamatan dan kesehatan kerja kurang mendapat perhatian serta masih minimnya kegiatan riset dan pengembangan usaha. Seperti pendapat yang dikemukakan di atas, industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung merupakan industri rumah tangga dengan jumlah pekerja kurang dari lima orang termasuk tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar. Industri tempe di kelurahan tersebut belum mengolah limbah yang dihasilkan dan membuangnya langsung ke sungai, sehingga menyebabkan Sungai Way Awi yang mengalir di Kelurahan tersebut menjadi tercemar. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Mitra Lingkungan Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Bandar Lampung

10 10 Budiono dalam Harian Kompas (22 Juli 2008), 21 Sungai di Bandar Lampung hampir semuanya tercemar berat oleh limbah rumah tangga dan industri. Catatan BPLH Bandar Lampung menyebutkan, sungai yang tercemar tersebut adalah Sunga Way Awi, Way Penengahan, Way Simpur, Way Kuala, Way Galih, Way Kupang, Way Lunik, Way Kunyit, Way Kuripan, Way Kedamaian, Anak Way Kuala, Way Belau, Way Halim, Way Langkapura, Way Keteguhan, Way Sukabumi, Way Kedaton, Way Gading, Way Kandis, Way Limus, dan Way Batu Lengguh. 2. Dampak Industri Dampak industri ada yang bersifat tak langsung dan langsung. Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:20), dampak tak langsung industri pada umumnya berhubungan dengan masalah sosial masyarakat, atau lebih jelasnya diungkapkan sebagai dampak psikososioekonomi. Adapun dampak langsung (yang bersifat negatif) akibat kegiatan industri dan teknologi, dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah berikut ini: a) pencemaran udara, b) pencemaran air, c) pencemaran daratan. Pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan dapat mengurangi daya dukung alam sehingga perlu dihindari sebagai bagian usaha untuk menjaga kelestarian maupun kesehatan lingkungan.

11 11 3. Kesehatan Lingkungan Menurut Retno Widyati dan Yuliarsih (2002:2), Kesehatan lingkungan adalah usaha-usaha pengendalian/pengawasan keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan atau yang dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Kesehatan lingkungan mencakup aspek yang sangat luas yang meliputi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Pentingnya lingkungan yang sehat akan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Menurut Retno Widyati dan Yuliarsih (2002:3), Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi: 1) penyediaan air minum 2) pengolahan air buangan dan pencemaran air 3) pengolahan sampah padat 4) pengendalian vektor (pemindah penyakit) 5) pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh kotoran manusia dan lain-lain 6) sanitasi (kebersihan) makanan/minuman 7) pengendalian pencemaran udara 8) pengendalian bising 9) kesehatan kerja dan pencegahan kecelakaan 10) perumahan dan pemukiman 11) pengawasan terhadap tempat-tempat rekreasi umum dan pariwisata Menurut Juli Soemirat Slamet (2000:19), di dalam lingkungan terdapat faktorfaktor yang dapat menguntungkan manusia (eugenik), ada pula yang merugikan manusia (disgenik). Usaha-usaha di bidang kesehatan lingkungan ditujukan untuk meningkatkan faktor eugenik dan mengurangi peran atau mengendalikan faktor disgenik. Berdasarkan pendapat di atas, kesehatan lingkungan merupakan usaha-usaha pengendalian/pengawasan terhadap ruang lingkup kesehatan lingkungan. Dalam

12 12 penelitian ini ruang lingkup kesehatan lingkungan dibatasi pada pengolahan air buangan dan pencemaran air. Untuk memberikan pengertian dan parameter, akan dijelaskan sebagai berikut: a. Pengolahan Air Buangan Menurut Juli Soemirat Slamet (2000:126) yang dimaksud dengan air buangan adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik. Air yang digunakan manusia untuk aktivitas sehari-hari akan dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor dan tercemar. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan dan keindahan, masalah pembuangan air limbah perlu mendapat perhatian, baik pembuangan air limbah di desa maupun di kota. Menurut Daryanto (1995:22), salah satu contoh tahap-tahap proses penanganan air buangan adalah sebagai berikut: a) Penanganan primer, yaitu membuang bahan-bahan padatan yang mengendap atau mengapung. b) Penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan padatan secara biologis c) Pengendapan, yaitu menghilangkan komponen-komponen fosfor dan padatan tersuspensi d) Absorpsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut e) Elektrodialis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut sampai pada konsentrasi air semula, sebelum digunakan f) Chlorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit b. Pencemaran Air Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:72) Air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air di

13 13 bumi ini telah tercemar. Air yang mengandung bakteri atau mikroorganisme tidak dapat langsung digunakan sebagai air minum tetapi harus direbus dulu agar bakteri dan mikroorganismenya mati. Pada batas-batas tertentu air minum justru diharapkan mengandung mineral agar air terasa segar. Air murni tanpa mineral justru tidak enak untuk diminum. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa air tercemar apabila air tersebut telah menyimpang dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air dan asal sumber airnya. Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:74), indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui: a. Adanya perubahan suhu air b. Adanya perubahan ph atau konsentrasi ion Hidrogen c. Adanya perubahan bau, warna, dan rasa air d. Adanya perubahan endapan, kolodial, dan bahan terlarut e. Adanya mikro organisme f. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. Dalam menilai kualitas air, pemerintah melalui menteri kesehatan telah merumuskan standar kualitas air yang digunakan sebagai dasar rujukan. Pada awalnya standar kualitas air dari pemerintah tertuang dalam Permenkes No 01/BIRHUKMAS/1/1975 yang kemudian diperbaharui dengan Permenkes RI Nomor 416/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air.

14 14 Menurut peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kualitasnya harus memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian adalah parameter ph, BOD, kekeruhan, total solid, warna, bau dan rasa. a. ph ph adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam suatu cairan. Organisme dalam air sangat sensitif terhadap perubahan ion hidrogen. Pada proses penjerihan air, ph menjadi indikator untuk meningkatkan efisiensi proses penjernihan ( Totok Sutrisno, 1996:73). ph merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui intensitas asam atau basa suatu larutan. Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:74), air normal yang memenuhi syarat suatu kehidupan mempunyai ph berkisar 6,5-7,5, air dapat bersifat asam atau basa tergantung pada besar kecilnya ph. Air yang mempunyai ph lebih kecil daripada ph normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai ph lebih besar daripada ph normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah ph air yang pada akhirnya mengganggu kehidupan organisme. Sedangkan menurut Sharma dalam Suripin (2001:157), untuk sistem air bersih ph air normal 7-8,5. bila ph melebihi standar tersebut air akan bersifat asam dan basa. Untuk mengukur ph dapat digunakan kertas lakmus ataupun menggunakan ph meter. Hal ini sesuai dengan pendapat Totok Sutrisno (2002:74), pengukuran ph dapat menggunakan ph meter, kertas lakmus dan kalori meter.

15 15 b. BOD BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut (Wisnu Arya Wardhana, 2004:93). Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, melainkan hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimiawi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti bahanbahan organik yang ada membutuhkan oksigen tinggi (Setiay Pandia, dkk 1996:43). Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 20 0 C selama 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi (disebut sebagai BOD 5 ) dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan setelah inkubasi (Setiay Pandia, dkk 1996:43). c. Total Suspended Solid Total Suspended Solid adalah jumlah zat padat yang tidak terlarut dalam air yang disebabkan oleh adanya unsur anorganik dalam air (Abdullah Muthalib, 1994:12). Apabila bahan buangan padat larut dalam air maka kepekatan air atau berat jenis cairan akan naik. Adakalanya bahan buangan padat dalam air akan disertai pula dengan perubahan warna air, akibatnya proses fotosintesis tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah oksigen yang terlarut akan mengalami pengurangan. Hal ini

16 16 sudah barang tentu berakibat pula terhadap kehidupan organisme yang hidup di dalam air (Wisnu Arya Wardhana, 2004:79). Menurut Sharma dalam Suripin (2001:157), untuk sistem air bersih total suspended solid tidak melebihi dari 1500 mg/l dan lebih baik jika kurang dari 1500 mg/l. pengaruh negatif jika melebihi dari batas akan berpengaruh pada rasa, kesadahan dan korositas. Total Suspended Solid dapat diukur dengan metode pengeringan sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Totok Sutrisno (2002:77), dalam pengukuran total Suspended solid dengan cara pengeringan sampel. Sampel di tempatkan di atas mangkok kemudian dipanaskan pada suhu C C sampai air menguap seluruhnya. Adapun perbedaan berat mangkok sebelum dan sesudah menunjukkan konsentrasi solid di air. 4. Lingkungan Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Menurut Juli Soemirat Slamet (2000:18), bahwasannya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit sudah sejak lama diperkirakan orang. Sebagai contoh, nama Malaria yang berarti udara jelek, diberikan pada penyakit yang mempunyai gejala-gejala demam, menggigil, berkeringat, demam lagi, menggigil lagi, dan seterusnya, serta didapatkan diantara masyarakat yang bertempat tinggal

17 17 di sekitar rawa-rawa. Udara di sekitar rawa-rawa memang tidak segar dan orang saat itu beranggapan udara itulah yang menyebabkan penyakit tersebut. Sekarang diketahui bahwa nyamuk-nyamuk yang bersarang di rawa-rawa itulah yang menyebabkan penyakit Malaria. Menurut Bintarto (1979:22), lingkungan hidup manusia dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu lingkungan fisikal (physical environment), lingkungan biologis (biological environment), dan lilngkungan sosial (social environment). Dalam penelitian ini lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisikal (physical environment) dan lingkungan sosial (social environment). a) Lingkungan Fisikal Menurut Bintarto (1979:22) lingkungan fisikal adalah segala sesuatu di sekitar manusia yang berbentuk mati seperti pegunungan, sungai, air, sinar matahari, kendaraan, rumah, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini lingkungan fisikal yang dimaksud adalah sungai, air limbah industri tempe, air limbah yang di alirkan ke sungai dan air sumur kepala keluarga yang berada di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. b) Lingkungan Sosial Menurut Bintarto (1979:22) lingkungan sosial mempunyai beberapa aspek seperti sikap kemasyarakatan, sikap kejiwaan, dan sikap kerohanian. Dalam penelitian ini lingkungan sosial yang dikaji adalah sikap kemasyarakatan, yang dalam hal ini adalah sikap masyarakat yaitu upaya yang dilakukan masyarakat di Kelurahan

18 18 Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung terhadap dampak keberadaan industri tempe yang berupa limbah dan sampah padat. B. Kerangka Pikir Industri adalah kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Dalam setiap proses produksinya setiap industri pasti menghasilkan limbah. Limbah dari proses produksi industri apabila tidak diolah dapat berdampak terhadap lingkungan, antara lain dapat menyebabkan a) pencemaran air, b) pencemaran udara, c) pencemaran daratan. Industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung menghasilkan limbah yang berupa Whey dan kulit ari. Limbah industri tempe ini tidak diolah dan langsung dibuang ke parit atau sungai. Sehingga penulis memiliki dugaan keberadaan industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes berdampak terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini: Gambar 2 Keberadaan industri tempe Kesehatan lingkungan: - Tempat pembuangan limbah industri tempe - Kondisi air limbah industri tempe - Dampak pembuangan air limbah industri tempe Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pikir

19 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilengkapi dengan uji laboratorium. Menurut Pabundu Tika (2005:4), penelitian deskriptif adalah penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadangkadang diberikan interpretasi atau analisis. Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang dampak keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun B. Populasi dan Sampel I. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1993:115). Populasi dalam penelitian ini adalah populasi wilayah (area) dalam mengambil air limbah industri tempe. Jumlah responden dalam penelitian yaitu 42 responden, yang terdiri dari 22 pengusaha tempe dan 20 KK sebagai responden

20 20 masyarakat di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung yang diambil dengan menggunakan teknik purposif sampling. Menurut Pabundu Tika (2005:41): sampel purposif disebut juga judgement sampling adalah sampel yang dipilih secara cermat dengan mengambil orang atau subjek penelitian yang selektif dan mempunyai ciri-ciri yang spesifik. Sampel yang diambil memiliki ciri-ciri yang khusus dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Ciri-ciri maupun strata yang khusus tersebut sangat tergantung dari keinginan peneliti. C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel I. Variabel Penelitian Menurut Sumadi Suryabrata (2000:72) variabel penelitian diartikan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang diteliti. Variabel dalam penelitian ini adalah kondisi air limbah industri tempe dengan parameter: ph, BOD, dan total suspended solid, dan kesehatan lingkungan. 2. Definisi Operasional Variabel 1) Kondisi Air Limbah Limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan usaha yang dibuang ke sumber-sumber air atau perairan umum dan diduga dapat menurunkkan kualitas lingkungan (Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor : G/624/B.VII/HK/1995). Menurut sumbernya limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a) limbah domestik (rumah tangga); b) limbah industri; dan c) limbah rembesan dan limpahan air hujan.

21 21 Dalam penelitian ini, limbah yang dimaksud adalah limbah industri khususnya industri tempe. Limbah industri tempe berupa whey (air rebusan kedelai) dan kulit ari (kulit kedelai). Limbah yang dikaji pada penelitian ini adalah limbah industri tempe yang berupa Whey (air rebusan kedelai) dengan parameter ph, BOD, dan Total Suspended Solid. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut: a) ph ph merupakan konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu cairan. Dalam penelitian ini ph dikatakan baik jika berkisar antara 6,0-9,0 dan buruk jika <6,0 dan >9,0. b) BOD BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan mikro organisme untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan organik buangan dalam air. BOD dikatakan baik jika <75 mg/l, sedang jika 75 mg/l, dan buruk jika >75 mg/l. c) Total Suspended Solid Total Suspended Solid dalam penelitian ini tanpa membedakan zat terlarut maupun zat tersuspensi, tetapi Total Suspended Solid dalam penelitian ini digabungkan antara zat terlarut dan zat tersuspensi. Dalam penelitian ini dikatakan baik jika total Suspended solidnya di bawah 50 ppm, total suspended solidnya sama dengan 50 ppm dikatakan sedang, total suspended solidnya melebihi 50 ppm dikatakan buruk. 2) Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan adalah usaha-usaha pengendalian atau pengawasan keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan atau yang dapat menimbulkan

22 22 hal-hal yang dapat mempengaruhi kesehatan atau yang dapat menimbulkan halhal yang merugikan perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Retno Widyarsih, 2002:2). Kesehatan lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dampak yang ditimbulkan dari industri tempe tehadap lingkungan. Dalam penelitian ini lingkungan dikatakan sehat bila lingkungan belum tercemar, yang ditandai dengan udara yang dihirup terasa segar dan lingkungannya bersih. Lingkungan dikatakan tidak sehat bila lingkungannya telah tercemar, yang ditandai dengan udara yang dihirup tidak segar dan lingkungannya kotor. D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Observasi Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Pabundu Tika, 2005 : 44) Observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai kondisi atau keadaan di lapangan secara langsung mengenai lokasi penelitian seperti : jumlah industri tempe di Kelurahan di Kelurahan Saawah Brebes, tempat pembuangan limbah industri tempe, pengambilan sampel air limbah industri, dan keadaan lingkungan di sekitar Industri tempe.

23 23 2. Teknik Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Pabundu Tika, 2005 : 44). Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data primer dari pengusaha tempe, tokoh masyarakat, dan instansi terkait seperti: dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan. 3. Teknik Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misal catatan harian, sejarah kehidupan (life story), cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono, 2008 : 329). Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dalam rangka menganalisa masalah yang sedang diteliti dalam hal ini beberapa informasi dokumen-dokumen yang berhubungan dengan subyek yang diteliti. Studi dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder berupa data monografi dari kelurahan, peta daerah penelitian, dan foto daerah penelitian.

24 24 4. Uji Laboratorium Uji laboratorium digunakan untuk menguji sampel air limbah industri tempe. Sampel air diambil dari salah satu industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung pada tanggal 26 juni 2009 dengan menggunakan botol plastik warna hitam yang di masukkan ke dalam termos es agar suhu terjaga dan menghindari penguapan, sampel tesebut kemudian dengan sesegera mungkin dibawa ke laboratorium untuk menghindari kesalahan analisa. Analisa sampel dilakukan oleh petugas laboratorium instrumentasi FMIPA Unila, hasil terlampir. Dari data uji laboratorium tersebut dapat diketahui kandungan dari ph, BOD dan total solved solid. Prosedur kerja untuk mengukur masing-masing parameter akan dijabarkan sebagai berikut. a. ph Alat ukur yang digunakan untuk mengukur ph dalam penelitian ini menggunakan phmeter. Cara kerjanya sebagai berikut: (1) air yang akan diukur phnya dimasukan ke wadah yang bersih dan bebas dari kotoran, (2) ph meter dikeluarkan dari tempatnya dan ujung dari phmeter dibersihkan dengan menggunakan kain yang bersih, (3) ujung ph meter dimasukan ke wadah yang berisi air yang akan diukur phnya dan didiamkan beberapa detik, (4) hasil akan langsung dapat dilihat dan ph meter akan menunjukkan hasil pengukuran tersebut.

25 25 b. BOD Pengukuran BOD dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengoksidasi air pada suhu 20 0 C selama 5 hari, kemudian dihitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan setelah inkubasi. c. Total Suspended Solid Pengukuran total suspended solid dalam penelitian ini menggunakan teknik pengeringan dan bahan yang digunakan antara lain: gelas kimia ukuran 300gram, neraca analitis, pemanas listrik, kamar bebas debu, pipet volumetri. Cara kerja sebagai berikut: (1) timbang gelas kimia sampai ketelitian 0,0001g, (2) masukan air yang akan diukur total suspended solidnya ke dalam gelas kimia, (3) panaskan gelas kimia yang berisi air pada suhu C C sampai kering pada kamar bebas debu, (4) hitung berat gelas kimia sebelum dan sesudah pengeringan, selisih yang terjadi antara sebelum dan sesudah menunjukkan jumlah larutan. E. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis persentase. Untuk menghitung persentase dapat menggunakan rumus sebagai berikut: f % 100 % N Keterangan: % = Persentase F N = Jumlah Frekuensi = Jumlah Sampel 100% = Konstanta (Arif Sadiman, 1993)

26 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Geografis Kelurahan Sawah Brebes Gambaran daerah penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu keadaan fisik maupun sosial di daerah penelitian. Dalam penelitian ini keadaan geografis Kelurahan Sawah Brebes dilihat dari: letak, luas, dan batas wilayah, keadaan topografi, keadaan hidrografi dan iklim. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Astronomis, Kelurahan Sawah Brebes terletak pada LS LS dan BT BT. Letak astronomis adalah letak suatu tempat berdasarkan garis lintang dan garis bujur yang akan membentuk suatu koordinat, (Katijan Sugianto, 1997:23). Berdasarkan letak astronomisnya, posisi kelurahan Sawah Brebes termasuk ke dalam wilayah lintang rendah. Ini berarti Kelurahan Sawah Brebes berada pada daerah tropis yang terletak pada zona garis lintang antara garis lintang LU (Tropic of Cancer) dan zona garis lintang LS (Tropic of Capricorn). Oleh karena itu keberadaan letak astronomis di atas telah berperan dalam menentukan iklim wilayah ini. Pada awalnya Kelurahan Sawah Brebes merupakan suatu pendukuhan dari Desa Sukajawa yang sekarang berada dalam wilayah Kecamatan Tanjung Karang

27 27 Barat. Pada Tahun 1944, karena pendukuhan ini telah memiliki penduduk yang cukup banyak maka dikembangkan menjadi desa tersendiri yang diberi nama Desa Sawah Ketoprak (karena penduduknya banyak yang menggemari kesenian ketoprak). Nama Desa Sawah Ketoprak tidak berlangsung lama, karena penduduknya banyak yang berasal dari Brebes Tegal Jawa Tengah maka pada tahun 1946 nama Desa Sawah Ketoprak diganti menjadi Desa Sawah Brebes dengan luas wilayah termasuk daerah Gunung Sari, karena perkembangan penduduk dan untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan maka pada tahun 1958 sebagian wilayah Desa Sawah Brebes dimekarkan menjadi desa tersendiri yaitu Desa Sawah Lama. Saat ini Kelurahan Sawah Brebes mempunyai luas 46 Ha. Berdasarkan letak adminstratifnya termasuk dalam wilayah Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. Letak administrasi adalah letak suatu daerah berdasarkan pembagian wilayah administrasi pemerintahan, (Katijan Sugianto, 1997:28). Adapun batas-batas administratif Kelurahan Sawah Brebes adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Jagabaya 1 b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sawah lama, Kelurahan Tanjung Agung, dan Kelurahan Gunung Sari c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pasir Gintung d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kedamaian dan Kelurahan Jagabaya II (Monografi Kelurahan Sawah Brebes Tahun 2008) Untuk lebih jelasnya lokasi penelitian dapat dilihat pada peta lokasi berikut ini.

28 28

29 29 2. Keadaan Topografi Topografi menurut Budiyono (2003:12) adalah lahan muka bumi baik bergelombang, miring, lereng gunung, lembah dan lainnya yang sangat berpengaruh pada kegiatan manusia baik untuk pertanian, perindustrian, sumber daya air, pembangkit tenaga listrik jalur lalu lintas, perikanan, yang semua jenis topografi ini akan berpengaruh pada jenis aktivitas manusia di permukaan bumi. Secara umum daerah penelitian merupakan dataran rendah yang terletak pada 96 meter di atas permukaan laut (Monografi Kelurahan Sawah Brebes tahun 2008). 3. Keadaan Hidrografi Hidrologi menurut Suharyono dan Moch Amien (1994:20) adalah ilmu yang mempelajari air tawar di daratan (baik di permukaan atau di bawah tanah) dalam kaitan dengan usaha pemenuhan kebutuhan akan air untuk kehidupan (kehidupan sehari-hari, irigasi, kebutuhan industri, dan sebagainya). Pada Kelurahan Sawah Brebes terdapat sebuah aliran sungai yang berhulu di Gunung Betung dan bermuara di Teluk Lampung yaitu Sungai Way Awi. Sungai Way Awi digunakan oleh penduduk sekitar sebagai tempat pembuangan limbah industri tempe sehingga menyebabkan sungai tersebut terlihat kotor, keruh dan berbau. Sehingga Sungai Way Awi tidak digunakan lagi oleh penduduk sekitar untuk kebutuhan air bersih.

30 30 4. Iklim Menurut Susilo Prawirowardoyo dalam Subarjo (2001:4), iklim adalah keadaan yang mencirikan atmosfir pada suatu daerah dalam jangka waktu yang cukup lama, yaitu kira-kira 30 tahun. Untuk menentukan iklim Kelurahan Sawah Brebes dilakukan dengan membandingkan rata-rata curah hujan bulan kering dan bulan basah. Data curah hujan Kelurahan Sawah Brebes dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 1. Data Curah Hujan Kelurahan Sawah Brebes dan Sekitarnya Selama 10 Tahun Terakhir Bulan Tahun Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Bulan Lembab Jumlah Bulan Kering Jumlah Bulan Basah Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Panjang Kota Bandar lampung, Untuk menentukan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah, Schmidth- Fergusson menggolongkan kriteria sebagai berikut yaitu: 1. Bulan kering (BK) : bulan dengan curah hujan < 60 mm 2. Bulan lembab (BL): bulan dengan curah hujan antara mm 3. Bulan basah (BB): bulan dengan curah hujan > 100 mm

31 31 Rumus iklim menurut Schmidt- Fergusson adalah Q = Rata-rata bulan kering/ratarata bulan basah X 100 %. Berdasarkan Tabel 11 tersebut dapat dijelaskan bahwa banyaknya bulan kering adalah 20, bulan lembab 19 dan bulan basah 81, sehingga nilai Q dapat dihitung sebagai berikut: Q = Rata-rata bulan kering/rata-rata bulan basah X 100 % Q = 2 x 100 % 8,1 Q = 24,69 % Untuk menentukan tipe iklim berdasarkan nilai Q tersebut maka dirujuk pada Tabel Tipe Iklim Schmidt-Fergusson sebagai berikut: Tabel 2. Tipe Iklim Menurut Scmidth-Ferguson Tipe Besarnya Nilai Q Besarnya nilai Q dalam % Kondisi iklim Iklim A 0 Q < 0,143 0,0-14,3 Sangat basah B 0,143 Q< 0,333 14,3-33,3 Basah C 0,333 Q < 0,60 33,3 60 Agak basah D 0,60 Q< 1, Sedang E 1,00 Q <1, Agak kering F 1,67 Q < 3, Kering G 3,00 Q < 7, Sangat kering H 7,00 Q < ke atas Luar biasa kering Sumber: Ance Gunarsih Kartasapoetra (2004 : 21-22) Berdasarkan Tabel 2 tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa tipe iklim di Kelurahan Sawah Brebes dan sekitarnya berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson adalah bertipe iklim B yaitu basah dengan vegetasi hutan hujan tropis. Untuk mengetahui batas besar nilai Q dari masing-masing tipe curah hujan, maka Schmidt-Fergusson menyajikan gambar sebagai berikut:

32 32 Jumlah rata-rata bulan kering H 700% G 300 % F 167% E 100% D 60% C Q 33% B 14% A 0% Jumlah rata-rata bulan basah Tipe Iklim Kelurahan Sawah Brebes Gambar 4. Batas Besar Nilai Q dari Masing-masing Tipe Curah Hujan Schmidt-Fergusson Tipe iklim B ini memiliki kondisi iklim basah dengan ciri-ciri vegetasi hutan hujan tropis. Dengan diketahuinya kondisi iklim di Kelurahan Sawah Brebes yaitu basah dengan bulan basah selama 10 tahun yaitu 81 bulan, dan bulan kering 20 bulan serta curah hujan rata-rata tahunan yang dihitung selama 10 tahun yaitu 1.534mm/tahun, maka dapat dikatakan Kelurahan Sawah Brebes mempunyai cadangan air yang cukup. Hal ini dapat dibuktikan dengan kedalaman air Sungai Way Awi di Kelurahan Sawah Brebes berkisar antara 1,5 meter sampai 2 meter pada musim penghujan dan 0,5 meter sampai 1 meter pada musim kemarau. Namun, karena sungai tersebut digunakan untuk pembuangan limbah industri tempe maka pada musim kemarau kondisi air berubah keruh dan kotor bahkan menimbulkan bau sehingga tidak digunakan lagi oleh masyarakat sekitar sebagai sumber air bersih.

33 33 B. Keadaan penduduk 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kelurahan Sawah Brebes memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak KK yang menenmpati wilayah seluas 46 Ha atau 0,46 Km 2 (Monografi Kelurahan Sawah Brebes Tahun 2008). Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:74) kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah. Kepadatan penduduk dalam penelitian ini akan dihitung menggunakan kepadatan aritmatik. Kepadatan aritmatik adalah banyaknya penduduk per satuan luas (Ida Bagoes Mantra, 2003:74). Kepadatan aritmatik dapat diperoleh dengan rumus: Kepadatan penduduk = Keterangan: P = jumlah penduduk suatu wilayah (jiwa) L = luas wilayah (Km 2 atau Ha) Berdasarkan rumus tersebut, maka kepadatan penduduk di Kelurahan Sawah Brebes yaitu: Kepadatan penduduk = jiwa 0,46 Km 2 = ,087 jiwa/ Km 2 dibulatkan menjadi jiwa/km 2 Menurut Suyono,dkk. (1995:246), indikator kepadatan penduduk yaitu: a) Antara 0-50 jiwa/km 2 tergolong tidak padat b) Antara jiwa/km 2 tergolong kurang padat c) Antara jiwa/km 2 tergolong cukup padat d) Antara 401 jiwa/km 2 lebih tergolong sangat padat P L

34 34 Berdasarkan indikator di atas dan hasil penghitungan, maka penduduk di Kelurahan Sawah Brebes tergolong sangat padat yaitu berjumlah jiwa/km 2. Padatnya penduduk di Kelurahan Sawah Brebes dikarenakan daerah ini dekat dengan pasar yaitu Pasar Tugu, Pasar Bawah, Pasir Gintung, dan Pasar Koga yang dijadikan sebagai tempat pemasaran tempe. 2. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas variabel-variabel tertentu (Ida Bagoes Mantra, 2003:23). Menurut Said Rusli dalam Ida Bagoes Mantra (2003:23), komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari Tabel 4 berikut ini. Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2008 No Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Persentase Umur Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) (jiwa) (%) , , , , , , , , , , , , , ,08 Jumlah Sumber: Monografi Kelurahan Tahun 2008

35 35 Berdasarkan Tabel 3 tersebut, dapat dijelaskan jumlah penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur tahun yaitu sebanyak 1924 jiwa (29,40%). Kelompok ini merupakan kelompok umur produktif, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada kelompok umur 65 tahun ke atas yaitu sebanyak 5 jiwa (0,08%) yang merupakan kelompok umur tidak produktif. Menurut jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada diagram berikut. Gambar 5. Diagram Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin.

36 36 3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian adalah jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. Untuk melihat komposisi penduduk berdasarkan mata pencahariannya di Kelurahan Sawah Brebes dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase Karyawan( PNS, Swasta, ABRI, POLRI) ,94 2 Wiraswasta/Dagang ,57 3 Tani 24 0,45 4 Pertukangan 263 4,97 5 Buruh ,75 6 Pensiunan 382 7,21 7 Nelayan Pemulung 15 0,28 9 Jasa ,83 Jumlah % Sumber: Monografi Kelurahan Tahun Berdasarkan Tabel 4 di atas, sebagian besar penduduk di kelurahan Sawah Brebes memiliki mata pencaharian sebagai buruh 29,75% dan wiraswasta/dagang 25,57%. Hal ini mungkin dikarenakan Kelurahan Sawah Brebes dekat dengan pasar sehingga banyak penduduknya yang menjadi buruh dan pedagang di pasar, serta 22 orang dari 25,57% penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta dan pedagang merupakan pengusaha industri tempe.

37 37 4. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Penduduk Kelurahan Sawah Brebes dapat digolongkan berdasarkan kriteria pendidikannya. Berdasarkan pendidikan dapat digolongkan pada jenjang pendidikan dasar, menengah yaitu SMP dan SMA, dan jenjang perguruan tinggi. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Sawah Brebes dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun No Jenjang Pendidikan Jumlah (orang) Persentase Taman Kanak-kanak 419 6,40 2 Sekolah Dasar ,34 3 SMP ,76 4 SMA ,09 5 Akademi (D1-D3) 218 3,33 6 Sarjana (S1-S3) 267 4,08 Jumlah % Sumber: Monografi Kelurahan Tahun Berdasarkan Tabel 5 di atas, kelurahan Sawah Brebes memiliki komposisi pendidikan yang tergolong rendah karena penduduknya paling banyak yaitu 26,76% lulusan SMP. C. Deskripsi Data Penelitian dan Hasil Pembahasan 1. Tempat Pembuangan Limbah Industri Tempe Limbah industri tempe sebenarnya masih dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan karena masih mengandung protein yang cukup tinggi. Namun di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung limbah industri tempe tidak diolah dan langsung dibuang ke parit atau

38 38 sungai yang ada di lingkungan sekitar. Berikut adalah Tabel tempat pembuangan limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun Tabel 6. Tempat Pembuangan Limbah Industri Tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun NO Tempat Pembuangan Limbah Jarak dengan Jumlah Persentase sungai pengusaha (%) 1. Industri Sungai 0 m -15 m 14 63,64 2. Industri - Parit + Sungai >15 m - 30 m 4 18,18 3. Industri Parit >30 m 45 m 4 18,18 Jumlah Sumber : Tabel Rekapitulasi, Data Primer, (lampiran) Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat diketahui paling banyak pengusaha tempe di Kelurahan Sawah Brebes membuang limbah industrinya langsung ke sungai yaitu sebanyak 14 orang (63,64%). Hal ini dikarenakan jarak lokasi industri yang dekat dengan sungai. Air limbah yang dibuang ke sungai dapat mempengaruhi kualitas air sungai dan menyebabkan air sungai menjadi tercemar. Hal tersebut seperti yang dikemukakan Philip Kristanto (2002:167), bahan pencemar keluar bersamasama dengan bahan buangan (limbah) melalui media udara, air, dan tanah yang merupakan komponen alam. Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa air menjadi tidak bermanfaat lagi dan air menjadi penyebab timbulnya penyakit (Wisnu Arya Wardhana, 2004:135). Jarak tempat pembuangan limbah industri tempe dengan sungai yang dekat menyebabkan pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke sungai dan

39 39 parit. Hal ini dikarenakan pengusaha tempe dikelurahan tersebut tidak memiliki tempat pembuangan limbah dan merasa lebih praktis karena tidak perlu melakukan pengolahan lebih lanjut. Untuk lebih jelasnya berikut adalah Tabel tentang alasan pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke sungai atau parit. Tabel 7. Alasan Pengusaha Tempe Membuang Limbah Industri Tempe ke Sungai atau Parit di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun Alasan Pengusaha Tempe No. Membuang Limbah Industri Jumlah pengusaha Persentase (%) Tempe ke Sungai atau Parit 1. Lebih praktis 13 59,09 2. Tidak memiliki tempat pembuangan 9 40,91 Jumlah Sumber : Tabel Rekapitulasi, Data Primer, (lampiran) Berdasarkan Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa paling banyak pengusaha tempe di kelurahan tersebut beralasan membuang limbah industrinya ke sungai atau parit karena merasa lebih praktis yaitu sebanyak 13 orang (59,09%). Hal ini dikarenakan pengusaha tempe merasa lebih praktis dan tidak perlu melakukan pengolahan lebih lanjut. Air limbah industri tempe yang langsung dibuang ke sungai atau parit menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan tidak nyaman untuk dihuni. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Wisnu Arya Wardhana (2004:137), air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen pencemar menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni.

40 40 Berikut ini adalah gambar limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes yang dibuang ke parit dan sungai : Gambar 6. Limbah Cair Industri Tempe yang dialirkan melalui siring. Gambar 7. Limbah Cair Industri Tempe yang langsung dibuang ke sungai

41 41 2. Kondisi Air Limbah Industri Tempe Industri tempe menghasilkan limbah yang berupa Whey (air rebusan kedelai) dan kulit ari (kulit kedelai). Limbah yang dibuang ke parit ataupun langsung dibuang ke sungai dapat menurunkan kualitas air. Kualitas air menunjukkan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam kehidupan sehari-hari manusia, mulai dari air untuk kebutuhan langsung yaitu sebagai air minum, mandi, mencuci, atau kebutuhan tidak langsung yaitu irigasi, pertanian, peternakan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air mencakup tiga aspek yaitu aspek fisik, kimia, dan biologis. Aspek fisik meliputi; jumlah bahan padat, warna, bau, rasa, kekeruhan, temperatur. Aspek kimia meliputi; ph, alkalinitas, kesadahan, dan kandungan bahan mineral lainnya. Aspek biologi meliputi; kandungan bakteri koli, dan jumlah organisme lainnya di dalam perairan. Dalam penelitian ini untuk menilai kualitas air limbah industri tempe menggunakan aspek fisik dan kimia. Aspek fisik meliputi; total suspended solid, sedangkan aspek kimia meliputi ph dan BOD. Untuk mengetahui keadaan air limbah industri tempe berikut disajikan Tabel data hasil uji laboratorium yang dibandingkan dengan baku mutu limbah cair di Propinsi Daerah Tingkat I lampung melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor:G/624/B.VII/HK/1995. Sampel diambil kemudian diuji di Laboratorium Instrumen Fakultas MIPA Universitas Lampung untuk mengukur kadar ph, BOD, total suspended solid.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi (manufacturing industry).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi (manufacturing industry). 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Industri Tempe Menurut Nursid Sumaatmadja (1988:179) industri adalah kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilengkapi dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilengkapi dengan 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilengkapi dengan uji laboratorium. Menurut Pabundu Tika (2005:4), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam

I. PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Salah satu upaya yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mewujudkan tujuan penelitian yang ingin dicapai,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mewujudkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:2). Dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi berperan penting dalam pembangunan di Indonesia sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan kemajuan teknologi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaram Umum Objek Penelitian 1. Kota Bandar Lampung a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian 33 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Wilayah dan Kependudukan Kabupaten Maluku Tengah merupakan Kabupaten terluas di Maluku dengan 11 Kecamatan. Kecamatan Leihitu merupakan salah satu Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rancangan tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya alam yang pokok dalam kehidupan adalah air. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri atas air. Metabolisme yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan seutuhnya yaitu tercapainya kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan tersebut dapat tercapai bila seluruh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk 33 IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG A. Letak Geografis Dan Iklim Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air merupakan unsur utama. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semua ciptaan Tuhan, baik manusia, hewan, dan juga tumbuhan. Bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. semua ciptaan Tuhan, baik manusia, hewan, dan juga tumbuhan. Bagi kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dan mutlak diperlukan oleh semua ciptaan Tuhan, baik manusia, hewan, dan juga tumbuhan. Bagi kehidupan manusia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain 56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN: PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (217), Hal. 31 36 ISSN: 2337-824 Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas Berdasarkan Parameter

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah IV. GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG A. Kota Bandar Lampung 1. Geografi Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang merupakan salah satu DAS pada DAS di Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN Muhammad Syukri, Maulidia, dan Nurmalita Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh Email: m.syukri@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Baleendah. : Kecamatan Kutawaringin dan Kecamatan Soreang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Baleendah. : Kecamatan Kutawaringin dan Kecamatan Soreang 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Katapang yang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung yang menjadi lokasi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Air diperuntukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Air diperuntukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Air diperuntukan untuk minum,mandi dan mencuci,air juga sebagai sarana transportasi, sebagai wisata/rekreasi,

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO Hasrianti 1, Nurasia 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 hasriantychemyst@gmail.com

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik daerahnya, kondisi fisik yang dimaksud yaitu topografi wilayah. Pengaruh kondisi fisik ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pembuatan tahu dalam setiap tahapan prosesnya menggunakan air dengan jumlah yang relatif banyak. Artinya proses akhir dari pembuatan tahu selain memproduksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai ciri-ciri khas dan kemampuan dalam mengolah potensi sumber daya alam yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

STUDI FENOMENA AIR HITAM DAN AIR PUTIH

STUDI FENOMENA AIR HITAM DAN AIR PUTIH STUDI FENOMENA AIR HITAM DAN AIR PUTIH Rika Aziima Anugrawati dan Sri Widya Ningsih * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sumber daya alam yang sangat mudah kita dapatkan. Air adalah sumber mineral

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah senyawa H2O yang merupakan bagian paling penting dalam kehidupan dan manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Umum Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi 1.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Talumopatu merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Mootilango, kabupaten Gorontalo mempunyai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Propinsi Lampung terletak di bagian ujung selatan Pulau Sumatera. Secara geografis, Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. Masing masing kelurahan di kecamatan Kota Timur adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Geografis Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di desa Cibinong salah satu desa di Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta. Luas desa Cibinong adalah 201,245 Ha. Dengan luas perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada kedudukan 5 0 20 sampai dengan 5 0 30 lintang Selatan dan 105 0 28 sampai dengan 105 0 37 bujur Timur.

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1 Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) Mojosongo Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR NIM K 5410012 P. Geografi FKIP UNS A. PENDAHULUAN Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci