IRONISNYA STATUS PERCONTOHAN DESA WISATA ENERGI. Subaktian Lubis Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IRONISNYA STATUS PERCONTOHAN DESA WISATA ENERGI. Subaktian Lubis Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI)"

Transkripsi

1 IRONISNYA STATUS PERCONTOHAN DESA WISATA ENERGI DI NUSA PENIDA, BALI Subaktian Lubis Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) Sari Prasasti Gianyar tahun 2007 yang ditandatangani oleh presiden Indonesia kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono, menetapkan bahwa Desa Klumpu, Nuda Penida, diresmikan sebagai Desa Pelopor Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dan Desa Wisata Energi sekaligus berpredikat pula sebagai Desa Mandiri Energi. Nusa Penida memang layak berpredikat sebagai percontoh an Desa Wisata Energi tingkat nasional karena memiliki beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) dengan kapasitas total 765,5 kwatt. Walaupun peresmian ini membanggakan, namun juga menuntut konsekuensi lain, yaitu bagaimana merawat serta mengelola pembangkit ini agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pengelolaan berkelanjutan ini telah terbukti lekang oleh waktu karena beberapa tahun setelah peresmiannya, seluruh pembangkit listrik tenaga energi baru dan terbarukan di Nusa Penida mengalami kerusakan parah. Ironisnya, sampai tahun 2016 belum tampak adanya tanda-tanda untuk diperbaiki atau dioperasikan kembali seperti semula. Salah satu upaya mendukung kembali desa percontohan pemanfaatan energi baru terbarukan di Nusa Penida adalah implementasi PLTAL berskala besar 1 MW yang telah dipersiapkan melalui kajian Detailed Engineering Design (DED) dan survei tapak proyek sejak tahun Namun demikian, dengan diberlakukannya Kawasan Konservasi Laut (KKL) pada tahun 2014, maka muncul kendala baru tentang isu lingkungan yang ketat, mengingat kawasan laut Nusa Penida memiliki fenomena laut yang unik dan layak sebagai ikon wisata bahari berkelas dunia. Kata Kunci: desa wisata energi, detailed engineering design, fenomena laut unik, mandiri energi, potensi EBT. 1. PENDAHULUAN Pulau Nusa Penida terletak di sebelah tenggara pulau Bali dan secara administratif merupakan bagian wilayah kecamatan di Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali. Transportasi laut dari Bali ke Pulau Nusa Penida dapat dicapai menggunakan kapal cepat Maruti Duta II dari pantai Sanur (Gambar 1) dengan waktu tempuh sekitar 45 menit, dengan kapal Quick- Silver dari Pelabuhan Benoa, atau kapal ferry Roro dari pelabuhan Padang Bai dengan waktu tempuh yang relatif lebih lama. Mayoritas masyarakat Nusa Penida adalah suku Bali yang umumnya beragama Hindu. Selain itu, beberapa penduduk membentuk kelompok masyarakat Muslim yang bermukim tersebar di sekitar kawasan pantai. Nuansa Bali di pulau ini dirasakan melekat dengan dibangunnya beberapa pura besar di antaranya Pura Batu Medau, Pura Giri Putri, dan pura sentral yang dikeramatkan, yaitu Pura Sad Khayangan yang terletak di Desa Ped. Salah satu budaya yang unik di pulau ini adalah secara rutin se- 90

2 Gambar 1. Kapal cepat Maruti Duta II merupakan alat transportasi paling diminati dari pantai Sanur ke pulau Nusa Penida (Fotoi: S. Lubis, 2015). Berdasarkan tinjauan aspek geologi, kawasan pantai Nusa Penida terdiri dari satuan batuan alluvium yang tersebar luas di sepanjang pesisir utara, yaitu mulai dari pantai Desa Toyapatiap tahun melaksanakan Hari Nyepi Segara yang khusus ditujukan untuk menghormati laut dan memberi kesempatan kepada laut untuk beristirahat. Secara umum, bentang alam daratan Nusa Penida termasuk satuan morfologi perbukitan karst yang berciri gelombang dengan puncak tertinggi yang terletak di Bukit Mundi. Desa Klumpu yang terletak di Buki Mundi ini te lah ditetapkan sebagai Desa Wisata Energi sekaligus sebagai Desa Mandiri Energi pada tanggal 13 November 2007, karena telah memelopori pemanfaatan pembangkit lis trik tenaga energi baru dan terbarukan (EBT), bahkan status desa ini juga telah ditetapkan sebagai percontohan Desa Mandiri Energi tingkat nasional. Namun ironisnya, Nusa Penida yang memiliki beberapa pembangkit listrik seperti Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL), ternyata saat ini seluruh pembangkit listrik (EBT) ini telah berhenti berope rasi karena mengalami kerusakan parah. Sampai tahun 2016, belum nampak adanya upaya untuk mencoba merawat, mereparasi kerusakan atau pun mengoperasikan kembali pembangkit-pembangkit listrik ini kembali sebagai pema sok listrik PLN. Oleh sebab itu, tulisan ini mengangkat isu-isu tentang ironisnya predikat desa wisata ener - gi terkait ketidakpastian program pengelo laan serta kendalakendala yang mungkin akan mun cul terkait pengoperasian pembang kit listrik EBT sebagai bahan lesson learned untuk pengelolaan sistem EBT selanjutnya. Sa lah satu kendala penting terkait rencana im plemen tasi pembangunan pembangkit percon tohan PLTAL skala besar 1 MW di Nusa Penida adalah telah ditetapkannya Kawasan Konservasi Laut (KKL) yang lebih berorientasi pada pelestarian lingkungan ketimbang peman fa atan energi laut. 2. NUSA PENIDA BERPOTENSI KELISTRIKAN EBT 91

3 Gambar 2. Endapan pantai yang terdiri dari butiran rombakan koral dan butiran Slumbergerella-floressiana di pantai Toyopakeh, Nusa Penida (Foto: S. Lubis, 2015). Bentang alam daratan tinggi Nusa Penida termasuk satuan morfologi perbukitan karst yang berciri gelombang, dengan puncak bukit tertinggi, yaitu Bukit Mundi mencapai 528 meter di atas muka laut. Kawasan bukit bergelombang ini merupakan perbukitan alang-alang sehingga angin yang berhembus melewati bukit-bukit ini telah mengalami pembelokan, konvergensi atau penguatan akibat bentuk celah bukit yang sempit, sehingga pada tempat-tempat tertentu kecepatan angin rata-rata mencapai m/s. Karakter angin semacam ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pembangkit listrik tenaga bayu. Oleh sebab itu lah, Bukit Mundi telah memenuhi persyaratan sebagai kawasan sumber daya tenaga bayu yang cukup potensial. Selain itu, kawasan ini juga merupakan kawasan lahan terbuka, tidak banyak ditemukan tumbuhan atau pohon-pohon tinggi, sehingga sinar matahari hampir tidak mengalami hamkeh, Desa Ped, hingga pantai Desa Batununggul, meliputi endapan alluvium dan endapan pantai. Endapan pantai umumnya terbentuk dari material lepas rombakan cangkang dan koral, serta butiran binatang khas perairan tropis, yaitu Slumbergerella floresiana (Gambar 2). Kehadiran pasir pantai yang berasal dari butiran binatang laut membulat ini merupakan penciri bahwa perairan dangkal di muka pantai merupakan pedataran koral yang cukup nutrisi (Lubis, dkk., 2015). Bentuk dasar laut dasar laut di bagian yang lebih dalam adalah tebing laut yang curam sampai mencapai kedalaman lebih dari 100 meter. Berdasarkan bentuk morfologi dan jenis batuan dasar laut yang terbentuk dari batuan vulkanik yang cu kup keras, maka sebagian wilayah pantai ini telah memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai tapak penempatan pembangkit listrik tenaga arus laut. Struktur geologi yang berkembang di pulau ini adalah kekar yang terdapat pada batu gamping Formasi Selatan. Kekar-kekar ini memperlihatkan gejala terbuka semakin lebar akibat proses pelarutan oleh air hujan dan air permukaan terutama yang terjadi pada satuan morfologi gamping berlereng terjal. Batuan Formasi Selatan ini sebagian besar berupa batugamping dengan ketebalan mencapai le- bih dari 600 meter. Umumnya batugamping ini membentuk perbukitan dengan pola kemiringan 7-10 o yang mengarah ke selatan. Menurut Dena (2012), terbentuknya batugamping Nusa Penida yang dibangun oleh foraminifera dan alga di laut dangkal ini berumur 16-8 juta tahun yang lalu (Miosen Tengah) yang terakumulasi di dasar laut, kemudian ditutupi oleh sedimen karbonat yang diekstraksi dari air laut melalui proses kimia-fisika. Sedimen karbonat ini tertimbun secara berlapis sampai mencapai ketebalan ratusan meter, dan akhirnya membatu menjadi batugamping. Sekitar 8 5 juta tahun yang lalu (Pliosen), mulailah wilayah laut dangkal ini mengalami proses tektonik regional dan terangkat sehingga sebagian besar batuan ini muncul di atas permukaan laut. Pada 2 juta tahun yang lalu (Pleistosen), batuan gamping ini sudah menjadi pulau Nusa Penida seperti kondisinya yang sekarang. Karena curah hujan tahunan yang relatif kecil dan karakter batuan gamping yang bersifat melo loskan air, maka perbukitan di Nusa Penida ini sama sekali tidak dapat menampung air sehingga tidak banyak ditemukan sungai-sungai yang berair. Dengan demikian, maka kawasan daratan pulau ini sama sekali tidak berpotensi sebagai kawasan pembangkit mikrohidro. 92

4 a. Kawasan Karst Tropik Karst di Nusa Penida merupakan karst yang unik sehingga terpilih menjadi salah satu tipe karst yang khas dari 17 tipe karst di Indonesia. Pulau Nusa Penida memiliki kawasan karst yang tersusun dari batu gamping klastik dan non klastik. Pada lapisan batu gamping klastik yang umumnya berlapis, terdapat sisipbatan sampai ke tanah. Temperatur rata-rata harian berkisar antara o C dengan durasi penyinaran matahari lebih dari 6 jam perhari (Yuningsih, dkk., 2008). Berdasarkan karakter penyinaran matahari, kawasan ini juga merupakan kawasan yang potensial sebagai pembangkit listrik EBT tenaga surya menggunakan panel fotovoltaik. Selat Toyapakeh termasuk bagian perair an yang sangat dinamis, karena dari utara meng - alir Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang membawa massa air hangat dari samudra Pa sifik menuju samudra Hindia sepanjang tahun yang berinteraksi dengan arus musim an dan arus pasang surut. Pada masa per alihan musim, yaitu pada bulan April-Mei dan November-Desember, arus yang bergerak ke selatan berbalik ke utara karena pengaruh masuknya gelombang Kelvin dari kawasan ekuator samudra Hindia (Sprintall, et al, 2000). Arlin do umum nya mulai menguat pada bulan Juli-September, dan melemah kembali pada bulan Januari-Maret, sedangkan arus pasang surut (pasut) mencapai kecepatan 3,5 m/s di daerah dangkalan antara P. Nusa Penida dan Lombok. Selain itu, interaksi antara pasang surut setengah harian dengan efek kedangkalan ini mengakibatkan terbentuknya Soliton, yaitu paket gelombang yang menjalar dalam dua arah: ke arah utara dan timur menuju Laut Flores sampai mendekati Pulau Kangean dan ke arah selatan menuju laut lepas samudra Hindia. Selat-selat di Nusa Tenggara, termasuk Selat Toyapakeh yang merupakan bagian dari Selat Lombok juga dikenal sebagai kawasan transisi energi gelombang Kelvin dari samudra Hindia yang memasuki perairan kepulauan Indonesia (Syamsudin, et al, 2004). Gelombang Kelvin atau dikenal sebagai Equatorial Trapped Kelvin Waves yang merambat di sepanjang ekuator samudra Hindia adalah gelombang yang muncul dan menjalar dari barat mema suki wilayah perairan Indonesia. Untuk mencapai kesetimbangan akibat interaksi gerak massa air ini, maka terjadi penyesuaian gerak massa air menyusup ke bagian bawah yang disebut Downwelling Kelvin Wave. Sebagian massa air gelombang Kelvin ini direfleksikan kembali oleh daratan Pulau Sumatra ke arah barat dalam bentuk gelombang Rossby. Gelom bang balik ini terbagi dua yang kemudian ber gerak ke utara dan ke selatan. Gelombang balik massa air ini disebut Coastally Trapped Kelvin Waves (Gordon and Fine, 1996; Sprintall, dkk, 2000). Dengan demikian, paling tidak ada 4 faktor utama yang mempengaruhi karakter arus laut di selat ini yaitu: Arlindo, arus musiman, arus pasut, dan Soliton yang saling berinteraksi dan menyebabkan Selat Nusa Penida bagian selatan dan bagian utara senantiasa gelombang dan memiliki pusat-pusat arus putar yang kuat serta sering mengalami perubahan karakter yang cepat. Karakter arus laut di Selat Toyapakeh, Nusa Penida, hasil pengukuran langsung yang di lakukan oleh Puslitbang Geologi Kelautan, Balitbang ESDM, Kementerian ESDM sejak tahun secara umum memiliki kece patan lebih besar dari 1,5 m/s dengan yang ber pola bimodal, yaitu mengarah utara dan selatan. Bahkan pada kondisi tertentu, kecepatannya bisa mencapai 2,5 3,0 m/s. Pada saat bulan purnama (spring tide) kecepatan arus maksimum yang tercatat adalah 3,4 m/s, sedangkan kecepatan arus minimum biasanya pada saat surut perbani (neap tide) dengan arah relatif ke selatan (Yuningsih, 2011). Mengacu pada kriteria karakter arus laut, maka selat ini merupakan kawasan yang cukup potensi untuk membangkitkan listrik EBT tenaga arus laut. 3. KEUNIKAN LAIN PULAU NUSA PENIDA Keunikan Pulau Nusa Penida yang memiliki bentang alam darat dan laut yang unik dan mempesona sebagai tujuan wisata, di antaranya: 93

5 Gambar 3. Goa pantai yang terbentuk akibat pelarutan dan pengikisan oleh air hujan dan membentuk sungai bawah laut yang mengalir ke Cristal Bay (Foto: S. Lubis, 2015). an batuan gampingan berukuran halus dan kedap air. Adanya perulangan jenis batuan ini menyebabkan terjadinya aliran air tanah yang bertingkat. Umumnya bentang alam dolina dan bukit kerucut sebagai penciri kawasan karst tidak berkembang dengan baik. Gua-gua yang terbentuk juga tidak berkembang dengan baik hanya memperlihatkan gejala yang semakin membesar. Dengan demikian, karakteristik kawasan karst Nusa Penida memiliki karakteristik tersendiri, yaitu sebagai suatu kawasan karst yang mampu berkembang walaupun berada pada wilayah yang memiliki curah hu- jan sangat rendah, yaitu di bawah mm/ tahun (Dena, 2012). Perkembangan kawasan karst yang berkembang ini tidak terlepas dari faktor jenis batuan yang mudah larut, yaitu batuan gamping berbagai kualitas (Ford and William, 1995). Tanaman atau vegetasi penutupnya juga memiliki kemampuan yang rendah untuk menahan infiltrasi air hujan ke dalam tanah atau batuan sehingga proses karstifika si dapat tetap berjalan intensif. Gua karst yang ditemukan di Cristal Bay, Nusa Penida, terbentuk pada batu gamping yang masif, dan telah mengalami proses pelarutan (Gambar 3). Hal ini diperlihatkan pada bentuk atap dan dinding gua yang mulai membentuk stalaktit dan stalagmit, walaupun bentuknya masih belum sempurna. b. Lokasi Selam Favorit Beberapa lokasi seperti Manta Point Dive site merupakan lintasan ikan Pari Manta berukuran raksasa yang menjelajah untuk mencari makan. Walaupun kondisi arus dan gelombang yang cukup besar, tetapi pada saat-saat tertentu yaitu saat air tenang (slack water) merupakan lokasi penyelaman yang favorit karena dapat menyaksikan manuver sekelompok Pari Manta dari dekat. Demikian pula dengan lokasi penyelaman di Crystal Bay, di mana ditemukan sistem gua bawah laut yang dapat ditemukan pada kedalaman sekitar 10m dan berakhir di dalam goa di daratan yang disebut Gua Kelelawar (Lubis, 2017). Lokasinya yang terletak pada sebuah coastal cell atau laguna ditutupi Gambar 4. Terumbu koral yang tumbuh subur pada dindingdinding bawah laut di Cristal Bay, sehingga menjadi lokasi favorit para penyelam scuba (Foto: Mira Yosi, 2015). 94

6 oleh pantai berpasir putih, kondisi dasar laut yang berundulasi ditumbuhi berbagai jenis terumbu karang (Gambar 4) dan banyak dijumpai struktur runtuhan tebing. Pada saat arus tenang, sering dijumpai ikan Nurse Sharks yang bersembunyi di celah-celah runtuhan batu di dasar laut. Gamat Bay terletak tidak jauh dari tempat penyelaman Toyapakeh. Air lautnya selalu jernih dan memiliki dinding karang yang curam, berle reng terjal mengarah ke luar teluk. Teluk Gamat dikenal sebagai satu-satunya lokasi se lam di Nusa Penida yang tidak berarus, sehing ga para penyelam tidak perlu melakukan drift diving. Karena lautnya yang tenang, di tempat ini dapat secara nyaman melakukan fotografi makhluk mikro atau biota laut mini dan binatang invertebrata yang berwarna-warni. Gambar 5. Ikan Pari Manta yang sering ditemukan di perairan Nusa Penida, biasanya bermanuver dalam kelompok 5-7 ekor ikan (Foto: Mira Yosi, 2015). Dasar laut di Blue Corner Dive walaupun tidak memiliki koloni terumbu koral yang komplit, namun merupakan tempat berarus laminer dengan kecepatan arus antara 2-3 knot. Biasanya perairan semacam ini disukai oleh ikan langka seperti ikan Pari Manta dan Bali Sunfish atau Mola-Mola (Gambar 5) yang lazimnya muncul secara berkala pada saat air laut menghangat pada bulan Juli-September. c. Fenomena Current Ripple Dasar Laut Current ripple merupakan ciri fisik dari endapan dasar laut yang dibentuk oleh sistem arus dasar laut yang cukup kuat dan berdurasi panjang. Current ripples terjadi akibat aktivitas dari arus atau aliran air bawah permukaan sehingga membentuk pola pengendapan pasiran yang berciri riak atau gelombang yang perio dik. Secara umum current ripples dapat terbentuk oleh dua penyebab, yaitu current ripple yang dibentuk oleh arus dasar laut dan current ripple yang dibentuk di daratan oleh angin yang disebut endapan eolian (William, dkk, 2007). Current ripple dasar laut merupakan struktur sedimen yang memperlihatkan bentuk undulasi dengan jarak yang teratur pada permukaan endapan pasiran. Dalam peristilahan sedimentologi, batuan yang membentuk current ripples disebut ripple mark. Salah satu current ripple Gambar 6. Pesona Current Ripple bawah laut yang unik dan langka ditemukan di mulut Cristal Bay, Nusa Penida pada kedalaman 7-9 m (Foto: S. Lubis, 2015). bawah laut yang unik dan langka ditemukan di mulut Cristal Bay, pada kedalaman 7-9 m (Gambar 6). Hasil prediksi berdasarkan bentuk karakteristik undak current ripple ini memperlihatkan bentuk asimetris λ < 1 m dan h = 20 cm yang mencirikan bahwa sistem arus dasar laut yang menyebabkannya masih dipengaruhi oleh osilasi gelombang berdiri (standing wave) akibat interferensi gelombang pantul oleh dinding pantai yang terjal (Lubis, dkk., 2015; Lubis, 2017). d. Kondisi Dasar Laut Karakter geomorfologi dasar laut diperoleh 95

7 me lalui pengukuran langsung di dasar laut, kombinasi data batimetri, side scan sonar dan pengamatan langsung secara visual oleh para penyelam ilmiah (scientific divers) di sekitar penempatan peralatan pengukur arus Acoustic Doppler Current Profilling (ADCP). Pengamatan geomorfologi dasar laut oleh para pe nyelam dapat mengenal secara langsung berbagai bentang alam dasar laut, terutama proses yang terjadi di dasar laut termasuk pergerakan material, massa air, serta faktor lain yang memicu terjadinya proses geomorfik (Gambat 7). Yang dimaksud bentang alam dasar laut bukan hanya mengenal bentuk, proses serta jenis material dasar laut saja, tetapi juga mengenal tentang berbagai fenomena alam yang membentuknya (Thornbury, 1969). Hasil pemetaan geomorfologi dasar laut di sekitar instalasi alat ukur arus laut ini telah berhasil mengidentifikasi sebagian kecil kawasan Gambar 7. Pengambilan sampel batuan dan sedimen dasar laut menggunakan alat Scoop oleh penyelam ilmiah (Foto: Mira Yosi, 2015). pantai yang dasar lautnya agak mendatar, sedangkan sebagian besar lainnya merupakan dasar laut berlereng sedang-curam, sehingga akan menyulitkan jika digunakan sebagai titik tambat (mooring point) untuk konstruksi pembangkit jenis terapung. Walaupun jenis batuan dasar laut yang sebagian besar terdiri dari batuan gunung api yang ditutupi batu gamping yang cukup keras, namun akan menjadi kendala jika konstruksi yang dibangun menggunakan tiang pancang yang harus dibor atau ditanam ke dasar laut. 4. PELOPOR DESA WISATA ENERGI YANG TERABAIKAN Predikat desa wisata energi di pulau Nusa Pe nida yang diresmikan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2007 di Gianyar dan tertulis pada prasasti di Bukit Mundi (Gam - bar 8), menetapkan bahwa Desa Klum pu sebagai Desa Wisata Energi sekali gus seba gai desa pelopor pemanfaatan EBT. Se perti diketahui, pada saat itu ketersediaan daya lis trik di Nusa Penida dipasok oleh dua Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) berkapasitas 96

8 Gambar 8. Prasasti penetapan Desa Klumpu sebagai Wisata Energi di Pulau Nusa Penida yang ditandatangani oleh presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (Foto: S. Lubis, 2015). 3,6 MW yang terletak di Kutampi dan Jungut Baru. Sementara itu, beban puncak di pulau ini memperlihatkan kecenderungan yang semakin meningkat dan mencapai beban puncak penggunaannya mencapai 3,5 MW. Dalam kategori ketersediaan cadangan listrik, wilayah ini termasuk kategori kritis lis trik, jika tidak ada penambahan daya listrik atau pembangunan pembangkit baru. Oleh sebab itu, pembangunan beberapa pembangkit listrik tenaga EBT sejak tahun 2007 ini merupakan jawaban atas tuntutan tambahan pasokan lis trik Pulau Nusa Penida dengan kapasitas daya terpasang sekitar 1 MW. hal ini, telah dikembangkan pemanfaatan tanaman jarak jenis Jatropha curcas yang termasuk tanaman semak dari keluarga Euphorbiaceae. Lazimnya, dalam waktu lima bulan tumbuhan yang tahan kekeringan ini mulai berbuah. Produksi penuh tanaman ini dicapai pada saat berumur lima tahun, sedangkan usia produktifnya bisa mencapai 50 tahun. Biji jarak ini dapat diolah secara sederhana menjadi bahan bakar biodiesel. Menurut catatan statistik, setiap 10 kilogram biji jarak yang sudah dihancurkan akan menghasilkan 3,5 liter minyak jarak atau minyak biodiesel sebagai pengganti bahan bakar solar. ( forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy) posted 16 September 2010). Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang dibangun menggunakan panel Photovoltaic (PV) berkapasitas 30 kw juga mengalami hal yang sama (Gambar 10). Sebetulnya sistem pembangkit ini relatif tidak memerlukan perawatan khusus karena tidak ada komponen mekaniknya, namun kemampuan sistem konverternya terbatas oleh lifetime sehingga harus selalu diganti baru pada saatnya. Kerusakan converter ini menyebabkan kerusakan pada bagian penyimpan listriknya sehingga tidak berfungsi. Sejak tahun 2010, sebenarnya hampir semua sistem pembangkit EBT ini sudah tidak ada yang beroperasi dan bahkan koneksi sistem grid yang terpasang dengan listrik jaringan PLN juga telah diputuskan (Gambar 11). Pada awalnya, seluruh pembangkit listrik EBT ini beroperasi seperti yang diharapkan yaitu dapat menambah kapasitas listrik yang dialirkan melalui sistem grid jaringan listrik PLN. Namun setelah beberapa tahun, pembang kitpembangkit ini satu persatu mulai memerlukan perawatan khusus terutama pada bagian gear mekanik dan bagian perangkat elektronik yang memiliki life time. Demikian pula, beberapa bagian turbin angin mulai mengalami keausan dan bahkan ada yang sudah terlepas dari porosnya (Gambar 9). Selain pembangkit listrik cara mekanik, dikembangkan pula pengolah hasil tanam sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM. Dalam Gambar 9. Kondisi PLTB berkapasitas total 735 kw (9 buah windmill) di Bukit Mundi, Desa Klumpu yang mengalami kerusakan dan sudah tidak beroperasi lagi. 97

9 Gambar 10. Panel fotovoltaik pembangkit Listrik Tenaga Surya berkapasitas 30 kw yang dihubungkan secara hybrid dengan PLTB tampak tidak terawatt dan sudah tidak beroperasi lagi (Foto: S. Lubis, 2015) Gambar 11. Sistem koneksi grid dengan jaringan listrik PLN yang telah diputuskan kerena seluruh pembangkit energi baru terbarukan ini sudah tidak menghasilkan daya listrik lagi. Penghargaan inovasi teknologi Mandiri Young Technopreneur Award (MYT) tahun 2011 yang disponsori oleh Bank Mandiri, telah diraih oleh Kelompok Teknik T-Files ITB yang menawarkan teknologi sederhana PLTAL menggunakan modifikasi turbin Gorlov. Oleh sebab itulah, perangkat pembangkit ini kemudian diimplementasikan di perairan Toyopakeh, Nusa Penida untuk menerangi lampu-lampu pene rangan jalan umum. Perangkat turbin ini opti mal dapat menghasilkan listrik 5,0 kw. Lis trik yang dihasilkan ini selanjutnya digunakan untuk menyalakan lampu-lampu penerangan jalan umum sepanjang lebih dari 1 km di sepanjang tepi jalan pesisir desa Toyopakeh. Menurut catatan masyarakat setempat, pada awalnya listrik yang dihasilkan oleh sistem pembang kit listrik tenaga arus laut ini telah dapat mengalirkan listrik yang cukup untuk menerangi seluruh lampu penerangan jalan umum (Gambar 12). Namun, belum setahun beroperasi, pembang kit listrik tenaga arus laut ini telah mengalami kerusakan pada saat terjadinya arus dan gelombang ekstrim sehingga mengalami keru sakan pada bagian turbinnya. Selain itu, pe nempatan PLTAL ini juga kurang memperhatikan karakteristik perubahan muka laut jangka panjang, sehingga tidak fleksibel dapat digunakan sepanjang tahun, terutama pada saat muka laut mengalami surut minimum yang mengakibatkan sistem turbin menggantung dan tidak tersentuh air laut. Hal ini juga mempercepat kerusakan beberapa bagian mekanik terutama bagian gear. Tahun 2015 perangkat ini juga sudah tidak beropera si sama sekali, dan sebagai konsekuensinya sistem listrik yang merupakan hibah dari Bank Mandiri ini selanjutnya digantikan oleh generator listrik ber bahan bakar diesel. Gambar 12. Penerangan jalan umum di dermaga dan sepanjang pantai Toyopakeh yang pada awalnya dialiri listrik dari PLTAL T-Files, namun setelah mengalami kerusakan parah digantikan oleh generator listrik tenaga diesel (Foto: S. Lubis, 2015). 5. STATUS PREDIKAT DESA WISATA ENERGI YANG IRONIS Tujuan ditetapkannya Desa Wisata Energi ada lah untuk mengembangkan semua potensi ener gi baru dan terbarukan setempat yang dimiliki daerah. Namun ironisnya, Nusa Penida yang telah terpilih sebagai lokasi percon- 98

10 dilaksa nakan di daerah, pemerintah daerah belum siap untuk melanjutkan atau mengambil alih tanggung jawab selanjutnya. Bahkan, bebera pa program pengadaan pembangkit EBT ini ternyata tidak cocok dengan kondisi geografis daerah setempat. Gambar 13. Sistem converter arus listrik AC menjadi listrik DC yang rusak dan kurang terawat. tohan Desa Wisata Energi tingkat nasional, karena telah memiliki beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) berkapasitas total 735 kw, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 30 kw, dan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) berkapasitas mikro 5,0 kw, ternyata sejak tahun 2010 seluruh pembangkit listrik EBT ini telah berhenti berope rasi karena mengalami kerusakan parah. Akibatnya, wahana pembangkit-pembangkit ini tidak dapat diandalkan lagi sebagai tujuan wisata energi. Hal ini semakin ironis mengingat sampai tahun 2016 yang lalu, belum ada upaya-upaya untuk memperbaiki apalagi mengoperasikan wahana pembang kitpembangkit ini seperti semula lagi. Salah satu target Pemerintah dalam menciptakan Desa Mandiri Energi adalah mempercepat program pemerataan energi melalui misi untuk melistriki sejumlah desa yang sama sekali belum terjangkau jaringan listrik PLN. Salah satu misi yang diemban adalah mengembangkan pembangkit EBT, sebab jika hanya meng andalkan pembangkit berbahan bakar energi fosil, maka prosesnya akan rumit disamping membutuhkan pembangunan infrastruktur terlebih dulu. Dewan Energi Nasio nal (Antara, 29/11/2009) telah mendata bahwa hampir 80 persen program Desa Mandiri Energi telah terindikasi gagal. Alasan kegagalan ini disinyalir bahwa ketika program tersebut akan Mengacu pada kenyataan bahwa banyak kegagalan yang dialami pasca implementasi pembangkit listrik EBT ini, maka perlu me ngenal isu-isu dan kendala atau dilema yang dialami selama transfer teknologi. Se perti di ketahui, komponen pembangkit yang pa ling rentan terhadap kerusakan adalah sistem converter yang mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC), sehingga jika perangkat ini rusak, maka penyimpan arus juga akan mengalami kerusakan (Gambar 13). Walaupun transfer teknologi ini terbilang sederhana, namun akan selalu membawa konsekuensi lain dalam jangka panjang. Salah satu konsekuensi jangka panjang adalah alih tang gung jawab operasional pengelolaan pembangkit yang mungkin belum diprioritaskan untuk diantisipasi sebelumnya, sehingga jika mengalami kerusakan komponennya maka satu-satunya cara adalah selalu menunggu diperbaiki oleh pabrikannya. Hal yang sama juga dialami oleh generator percontohan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar biodiesel, kondisinya juga sudah mengalami kerusakan yang lebih Gambar 14. Perangkat pengolah biji jarak Jatropha yang tidak terawat dan rusak berat (Foto: S. Lubis, 2015). 99

11 ukuran (4,5 x 2,5 x 2) m dan menghasilkan daya listrik 5,0 kw. Listrik yang dihasilkan ini se lanjutnya digunakan sebagai pemasok listrik untuk menyalakan lampu penerangan di sepanjang jalan umum pesisir desa. Namun saat ini, perangkat PLTAL skala mikro ini dalam kondisi rusak dan tidak beroperasi lagi, dan bahkan posisi turbin Gorlov sebagai penggerak mekaniknya sudah tidak terbenam air laut lagi (Gambar 15). 6. KENDALA BARU MEMBANGUN PLTAL DI KAWASAN KONSERVASI LAUT (KKL) Gambar 15. Perangkat PLTAL T-Files skala mikro 5,0 kw sponsor Bank Mandiri yang ditempatkan di dermaga Pelabuhan Toyapakeh, sejak tahun 2015 telah mengalami kerusakan dan berhenti beroperasi (Foto: S. Lubis, 2015) Kawasan Konservasi Laut Pada tanggal 9 Juni 2014 Menteri Kelautan dan Perikanan secara resmi menetapkan Nusa Penida sebagai bagian dari Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Indonesia dengan menerapkan beberapa Kawasan Konservasi Laut (KKL). Acara penetapan kawasan konservasi ini berkaitan dengan rangkaian Festival Nusa Penida di Kabupaten Klungkung, Bali, yang bertujuan untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati laut di perairan Indonesia. KKL disusun oleh beberapa zona peruntukan daparah. Selain itu, pasokan bahan bakar biodiesel yang asalnya diperoleh dari pengolahan biji jarak Jatropha ini telah terhenti karena sudah tidak memiliki cadangan biji jarak lagi dari perkebunan pemasoknya. Sejak tahun pertama, pasokan biji jarak ini terhenti akibat tidak berbuahnya tanaman jarak yang diduga akibat kekurangan siraman air. Pohon jarak yang sudah tumbuhpun ternyata sudah tidak menghasilkan buah jarak lagi. Akibatnya, pembangkit listrik menggunakan bahan bakar biodiesel ini berhenti beroperasi dan mulai terbengkalai (Gambar 14). Tahun 2014 Kelompok T-Files ITB mengimplemen tasikan produknya yaitu sebuah PLTAL skala mikro yang ditempatkan di dermaga Toyopakeh. Perangkat turbin PLTAL ini ber- Mengingat bahwa tata ruang laut Pulau Nusa Penida serta kawasan konservasi di sekitarnya telah ditetapkan maka perlu kajian tapak proyek yang lebih terintegrasi dan komprehensif, sebab akan berhadapan langsung dengan aspek lingkungan yang ketat jika konstruksinya berada di Kawasan Konservasi Laut (KKL). Biasanya di kawasan konservasi ini juga dikenakan kewajiban pengelolaan dampak lingkung an yang ketat jika menimbulkan dampak lingkungan baik fisik maupun non fisik. Beberapa kendala yang mungkin akan muncul sebagai bahan pertimbangan khusus dalam implementasi PLTAL berskala besar 1 MW ini adalah penolakan izin konstruksi karena ber ada di zona inti KKL, kawasan budidaya rum put laut, atau kawasan pemanfaatan wisata bahari. Selain itu, belum adanya regulasi tentang status listrik yang dihasilkan PLTAL juga akan menggulirkan kendala baru dalam pengelolaan jangka panjang. 100

12 Gambar 16. Kawasan Konservasi Laut (KKL) Nusa Penida, Nusa Lembongan, Ceningan, dan sekitarnya yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penentuan lokasi tapak PLTAL berkapasitas 1 MW ( posted 9 Juni 2014). lam usaha konservasi sumber daya alam dan mengakomodasi berbagai tingkatan pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki pada setiap zona. KKL Nusa Penida di samping merupakan bagian dari kawasan Segitiga Terumbu Karang Dunia (the Global Coral Triangle), juga merupakan kawasan pemanfaatan wisata bahari yang favorit. Tata Ruang Wilayah dan KKL di Nusa Penida dan sekitarnya memperlihatkan daerah larangan melakukan aktivitas atau pembangunan infrastruktur termasuk penempatan PLTAL yang direncanakan berlokasi di zona inti atau zona perikanan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 16. Walaupun peta TRW ini masih memberikan peluang untuk penempatan PLTAL skala besar, namun sayang nya tempat-tempat tersebut justru berada di luar ka wasan yang berpotensi PLTAL.Mengacu pada hasil kajian di kawasan ini memperlihatkan bahwa kawasan yang berpotensi arus laut justru terletak di dalam zona inti, zona perikanan berkelanjutan, atau zona wisata bahari Kawasan Budidaya Rumput Laut Mata pencaharian penduduk di kawasan pantai Nusa Penida disamping sebagai nelayan adalah sebagai petani budidaya rumput laut (seaweed). Kawasan budidaya rumput laut di Nusa Penida ini umumnya menanam 2 jenis rumput laut, yaitu Eucheuma Spinosum dan Eusheuma Cottonii. Cara pembudidayaan rumput laut tersebut dilakukan dengan sistem yang sederhana yaitu tanam lepas dasar (Gambar 17). Kedua jenis rumput laut masih tetap dibudidayakan karena memiliki kualitas yang cukup baik sehingga permintaan pasar untuk diekspor masih cukup tinggi. Namun demikian, kendala yang sering dihadapi oleh para petani rumput laut di Nusa Penida antara lain munculnya hama atau benalu yang merusak pertumbuhan rumput laut, gelombang besar yang merusak, ikan pemangsa, penyakit rumput laut jenis ice-ice, ceceran minyak (oil slick), dan terkadang gangguan dari aktivitas wisata bahari itu sendiri Kawasan Wisata Bahari Di sekitar Pulau Nusa Penida terdapat lebih dari 20 titik lokasi penyelaman favorit seperti Crystal Bay, Manta Point, Ceningan Wall, Blue Corner, SD-Sental, Mangrove-Sakenan, Gemat Bay, Batu Abah, dll. Selain itu, juga terdapat 3 lokasi cruises besar yang ma singmasing memiliki wahana pontoon seperti Bali Hai, Bounty dan Quick-Silver (Gambar 18) yang dapat menampung banyak wisatawan untuk memilih berbagai wahana bahari seperti 101

13 Gambar 17. Kawasan budidaya rumput laut yang memerlukan perairan pantai streril dan bebas dari berbagai pencemar seperti material suspensi, oil slick, dll. Dalam rangka mendukung pemulihan kembali status Nusa Penida sebagai kawasan Wisata Energi ini maka salah satu upaya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) melalui Badan Litbang ESDM bersama Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI), telah mencanangkan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) berskala besar dengan kapasitas 1 MW. Sasaran membangun PLTAL berskala besar ini mengacu pada keberhasilan (success story) pembangunan PLTAL Sea Gen Marine Current Turbine di Ingrenang, banana boat, water scooter, dan lain lain. Lokasi wisata bahari lainnya seperti surfing, snorkeling, sailing, fishing, flying fish, para-sailing, kayaking dan sea-walker juga tersebar hampir merata di setiap sentral kawasan wisata di sekitar pulau ini. 7. PLTAL BERKAPASITAS 1 MW: THE LAST PROMISING FRONTIER Harapan untuk mengupayakan perbaikan atau pemulihan pembangkit-pembangkit listrik EBT di Nusa Penida ini, nampaknya akan lebih sulit dan lebih mahal biayanya dibandingkan dengan membangun pembangkit baru. Hal ini disebabkan tingkat kerusakan yang di alami sudah sangat parah dan beberapa bagian suku cadang yang memang sudah waktunya harus diganti yang baru. Oleh sebab itu, harap an untuk menambah pasokan listrik di pulau ini adalah mencanangkan program untuk membangun pembangkit tenaga listrik yang berkapasitas besar minimal mencapai 1 MW. Berdasarkan uraian tentang kawasan laut yang berpotensi membangkitkan listrik, maka potensi sumber daya arus laut dapat dijadikan sumber daya andalan baru. Berdasarkan data hasil pengukuran karakteristik arus, kawasan ini memiliki kecepatan arus 2,4 m/s walaupun dengan durasi total sekitar 4 jam per hari (Yuningsih, dkk., 2008). Pola arus semacam ini menurut hitungan dapat membangkitkan daya listrik sekitar 340 kw per m panjang pantai sehingga merupakan kawasan yang memberikan harapan baru atau harapan terakhir yang cukup menjanjikan (the last promising frontier). Gambar 18. Ponton QuickSilver di muka pantai Toyopakeh sebagai wahana apung berbagai kegiatan wisata bahari. 102

14 Desa Klumpu, Nusa Penida, sejak tahun 2007 telah terpilih sebagai lokasi percontohan Desa Wisata Energi tingkat nasional, karena memiliki beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) berkapasitas total 735 kw; Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 30 kw; dan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) berkapasitas mikro 5,0 kw; namun ironisnya, seluruh pembangkit listrik EBT tersebut telah berhenti beroperasi karena mengalami kerusakan. Oleh sebab itu, desa tersebut sudah tidak layak lagi berpredikat sebagai tujuan wisata energi. Hal ini semakin ironis meng ingat sampai tahun 2016 yang lalu, belum ada tangris berkapasitas 1,2-2,0 MW yang beroperasi pada kecepatan arus laut 2,4 m/s. ( marineturbines.com/seagen-technology), posted 20 th July 2016). Namun demikian, alternatif jenis pembangkit listrik tenaga arus laut ini tidak harus berbentuk pembangkit tunggal tetapi bisa juga merupakan gabungan dari beberapa pembangkit yang lebih kecil sehingga menghasilkan total kapasitas 1 MW. Sejak tahun 2013 telah dilakukan penelitian serta kajian-kajian teknik secara komprehensif melalui program Detailed Engineering Design (DED) dan sejumlah penelitian lanjutan yang mengarah pada keputusan untuk memilih jenis pembangkit yang cocok dengan karakter arus laut di kawasan perairan Nusa Penida. Program DED ini meliputi simulasi arah dan kecepatan arus harian, bulanan dan tahunan; pemilihan lokasi di luar wilayah tata ruang yang sudah tersedia serta kondisi dasar laut yang cocok untuk sistem konstruksi terapung (floating) atau tertancap (fixed point). Jika pembangunan pembangkit skala besar ini telah bero perasi secara optimal maka Pulau Nusa Pe nida akan memperoleh tambahan pasokan listrik yang cukup pada saat beban puncak. Mengacu pada konsep Desa Mandiri Energi yang diharapkan yaitu desa yang masyarakatnya memiliki kemampuan untuk memenuhi lebih dari 60% kebutuhan energi yang bersumber dari listrik dan bahan bakar, atau dari sumber EBT yang dihasilkan. Dengan demikian, Desa Mandiri Energi yang merupakan dambaan setiap desa, disamping dapat menyediakan daya listrik untuk memenuhi kebutuhan sendiri juga bertujuan untuk membuka lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan menciptakan kegiatan ekonomi yang produktif. Berdasarkan ketersediaan bahan baku sumber energi yang digunakan, maka desa di Nusa Penida ini termasuk kategori Desa Mandiri Energi yang berbasis pada sumber energi non pertanian. Model desa mandiri ini adalah mengusahakan bahan bakar pengganti migas dengan sumber EBT seperti energi surya (matahari), energi laut, dan energi bayu. Mengingat akan munculnya kendala baru sejak ditetapkannya Nusa Penida sebagai Kawasan Konservasi Laut di mana telah ditetapkan zona-zona inti yang terlarangnya untuk kegiatan konstruksi, maka akan semakin sulit untuk memilih titik tapak untuk penempatan PLTAL skala besar ini. Kalaupun ditemukan tempat yang cocok berdasarkan karakter arus laut dan dukungan kondisi dasar lautnya, maka kemungkinan besar izin konstruksi yang diperbolehkan adalah jenis PLTAL terapung de ngan sistem tambat jangkar. Konstruksi sistem tambat jangkar ini biasanya bersifat sementara, artinya perangkat pembangkit ini dapat dipindah-pindahkan. Biasanya perangkat pembang kit ini ditempatkan di kawasan yang aman dan tidak mengganggu kegiatan zona KKL di sekitarnya. Artinya, jika sewaktu-waktu PLTAL ini diperlukan untuk maksud-maksud tertentu seperti: pemeliharaan berkala, kunjungan inspeksi pejabat yang berwenang, pendidikan praktek lapangan, dan kegiatan wisata energi, maka PLTAL ini dapat ditarik ke tempat fixed point-nya untuk dioperasikan sebagai pembangkit listrik. Dengan demikian, status pembangkit ini belum termasuk tahap komersial, sebagai konsekuensinya PLTAL berskala besar 1 MW ini belum dapat memenuhi harapan sebagai pemasok daya listrik PLN tetapi lebih bersifat percontohan atau show room pemanfaatan sumber daya EBT kelautan. 8. PENUTUP 103

15 da-tanda upaya untuk memperbaiki apalagi mengoperasikan kembali seperti semula. Salah satu solusi Kementerian ESDM dan ASELI untuk menggantikan pembangkit-pembangkit EBT yang telah rusak parah ini adalah membangun PLTAL skala besar. Upaya ini diawali pada tahun 2013 melalui program kajian DED untuk membangun PLTA berkapasitas total 1 MW. Walaupun Selat Toyapakeh telah terpilih sebagai tapak untuk konstruksi pembangkit ini, namun dengan ditetapkannya kebijakan baru dalam penataan tata ruang wilayah terutama Kawasan Konservasi Laut (KKL) pada tahun 2014, maka muncul kendala baru. Untuk mengatasi kendala baru ini maka diperlukan kajian implementasi yang lebih komprehensif dan terintegrasi terkait kewajiban tanggung jawab terhadap dampak lingkungan. Selain itu, mengingat perairan Nusa Penida adalah ikon wisata bahari berkelas dunia, maka dalam rancangan pembangunan pilot plant tersebut harus tetap mempertimbangkan beberapa faktor penting diantaranya: faktor kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan, ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi suara, memperhatikan estetika dan keindahan infrastruktur. Jika tuntutan kendala baru ini dapat dipenuhi, maka PLTAL skala besar dapat diwujudkan dan diandalkan menjadi ajang promosi (showroom) percontohan bagi wisata energi, pendidikan, penelitian dan pengembangan pembangkit listrik EBT. Daftar Pustaka Dena, Kadek Kondisi Geologi dan Topo grafi Pulau Bali. Geografi Universitas Singaraja Bali, Singaraja. Ford, D.C. dan P.W. Wiliam Karst Geomorphology and Hydrology, Chapmand Hall, London. Gordon, A. L., and R. Fine : Pathways of water between the Pacific and Indian Oceans in the Indonesian Seas. Nature, vol Lubis, S., Mira Yosi, dan Jemi Gojali Pesona Bawah Laut Kawasan Karst Nusa Penida. ( Lubis, Subaktian Pesona Fitur Geologi Bawah Laut Indonesia. Puslitbang Geologi Kelautan. ISBN No (in preparation). Sprintall, J., A. L. Gordon, R. Murtugudde, and R. D. Susanto A semi-annual Indian Ocean forced Kelvin wave observed in the Indonesian Seas. Geophys. Res. Lett. Syamsudin F., A. Kaneko, and D.B. Haidvogel, Numerical and Observational Estimates of Indian Ocean Kelvin wave intrusion into Lombok Strait. Geophys. Res. Lett. Thornbury, W.D Principle of Geomorphology. John Wiley and Sons Inc., New York. William J. Neal, Orrin H. Pilkey, Joseph T. Kelley Atlantic coast beaches : A guide to ripples, dunes, and other natural features of the seashore. Publisher Missoula, Mont. Mountain Press. Yuningsih A, A. Masduki, B. Rachmat, P. Astjario, M. Akrom, E. Usman, and I. N. Astawa, Penelitian Potensi Energi Arus Laut Sebagai Pembangkit Listrik Bagi Masyarakat Pesisir di Selat Badung, Nusa Penida, Bali. Puslitbang Geologi Kelautan, Bandung. Yuningsih, A. And Lubis, S, Nusa Penida Strait, a Prospect Location for Developing Electrical Current Power as Reliable Reneable Energy Source. Proceeding International Congress on Ocean Energy and Deep Ocean Water Application. Saga University, DOWA Japan. Bali, Indonesia. 104

PENGUKURAN KARAKTER ARUS LAUT DI SELAT TOYAPAKEH, NUSA PENIDA,

PENGUKURAN KARAKTER ARUS LAUT DI SELAT TOYAPAKEH, NUSA PENIDA, PENGUKURAN KARAKTER ARUS LAUT DI SELAT TOYAPAKEH, NUSA PENIDA, UNTUK MENUNJANG DETAILED ENGINEERING DESIGN (DED) PLTAL Ai Yuningsih Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) yuningsih_ai@yahoo.com

Lebih terperinci

PENELITIAN POTENSI ENERGI ARUS LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU TERBARUKAN DI PERAIRAN TOYAPAKEH NUSA PENIDA BALI

PENELITIAN POTENSI ENERGI ARUS LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU TERBARUKAN DI PERAIRAN TOYAPAKEH NUSA PENIDA BALI PENELITIAN POTENSI ENERGI ARUS LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU TERBARUKAN DI PERAIRAN TOYAPAKEH NUSA PENIDA BALI Oleh : A.Yuningsih, A. Masduki, B. Rachmat Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan,

Lebih terperinci

MENCARI INVESTOR UNTUK ECO LODGE DI NUSA PENIDA

MENCARI INVESTOR UNTUK ECO LODGE DI NUSA PENIDA MENCARI INVESTOR UNTUK ECO LODGE DI NUSA PENIDA SELAYANG PANDANG Nusa Penida merupakan salah satu wilayah kecamatan dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali. Kecamatan Nusa Penida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau (Wikipedia, 2010). Sebagai Negara kepulauan, Indonesia mengalami banyak hambatan dalam pengembangan

Lebih terperinci

PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA

PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1128-1132 Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Widya Novia Lestari, Lizalidiawati, Suwarsono,

Lebih terperinci

V. NERACA ENERGI LISTRIK DI NUSA PENIDA

V. NERACA ENERGI LISTRIK DI NUSA PENIDA V. NERACA ENERGI LISTRIK DI NUSA PENIDA Neraca energi listrik menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan listrik yang dicerminkan oleh keseimbangan antara permintaan dan penyediaan daya listrik di wilayah

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Pantai Pemaron merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir Bali utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari beberapa gugusan pulau mulai dari yang besar hingga pulau yang kecil. Diantara pulau kecil tersebut beberapa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI IV.1 Gambaran Umum Kepulauan Seribu terletak di sebelah utara Jakarta dan secara administrasi Pulau Pramuka termasuk ke dalam Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT... viii DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik adalah energi yang tersimpan dalam arus listrik, dimana energi listrik ini di butuhkan peralatan elektronik agak mampu bekerja seperti kegunaannya. Sehingga

Lebih terperinci

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA PULAU BALI 1. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

Beben Rachmat, Ai Yuningsih dan Prijantono Astjario. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung.

Beben Rachmat, Ai Yuningsih dan Prijantono Astjario. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung. PENELITIAN AWAL PENEMPATAN TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT (PLTAL) DARI DATA ARUS DAN MORFOLOGI DASAR LAUT DI SELAT BOLENG, NUSA TENGGARA TIMUR INITIAL STUDY ON THE PLACEMENT OF TURBANE POWER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 34 provinsi (Data Kemendagri.go.id, 2012). Indonesia memiliki potensi alam yang melimpah sehingga dapat

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan sangat penting dalam mendukung keberlanjutan kegiatan pembangunan daerah khususnya sektor ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara

Lebih terperinci

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN JUDUL REKOMENDASI Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Arus dan Gelombang Laut SASARAN REKOMENDASI Kebijakan Terkait dengan Prioritas Nasional LATAR BELAKANG Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pantai 2.1.1. Pengertian Pantai Pengertian pantai berbeda dengan pesisir. Tidak sedikit yang mengira bahwa kedua istilah tersebut memiliki arti yang sama, karena banyak

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Dari Penelitian Strategi pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Dari Penelitian Strategi pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Dari Penelitian Strategi pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau Nusa Penida dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Potensi- potensi daya tarik wisata

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK Penelitian tentang karakter morfologi pantai pulau-pulau kecil dalam suatu unit gugusan Pulau Pari telah dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km 2 (Moosa et al dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 lalu, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 5 mengenai Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai sumber pasokan air, airtanah memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Rembang secara fisiografi termasuk ke dalam Zona Rembang (van Bemmelen, 1949) yang terdiri dari endapan Neogen silisiklastik dan karbonat. Stratigrafi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pengembangan pariwisata sebagai industri, adalah untuk meningkatkan perolehan devisa. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, sangat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semenanjung Mangkalihat dikenal sebagai wilayah tektonik kompleks karbonat tersier di Pulau Kalimantan (Harman dan Sidi, 2000). Tinggian ini juga bertindak sebagai

Lebih terperinci

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari 95.181 km. Sehingga merupakan negara dengan pantai terpanjang nomor empat di dunia setelah

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN JUDUL REKOMENDASI Strategi Peningkatan Aspek Keberlanjutan Pengembangan Energi Laut SASARAN REKOMENDASI Kebijakan yang Terkait dengan Prioritas Nasional LATAR BELAKANGM Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat kaya, mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumberdaya alam pesisir dan lautan yang sangat besar. Potensi sumberdaya ini perlu dikelola dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

Pengembangan Energi terbarukan dengan identifikasi kecepatan Arus Lintas Indonesia di wilayah Timur Indonesia

Pengembangan Energi terbarukan dengan identifikasi kecepatan Arus Lintas Indonesia di wilayah Timur Indonesia Pengembangan Energi terbarukan dengan identifikasi kecepatan Arus Lintas Indonesia di wilayah Timur Indonesia Abstrak Firman Setiawan, Enjang Hernandhy dan Abrella Qisthy Mahasiswa program sarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi yang tersimpan dalam arus listrik, dimana energi listrik ini sangat dibutuhkan untuk menghidupkan peralatan elektronik yang menggunakan

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI 2016 SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI PT PLN (PERSERO) PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN 2016 Halaman : 2 dari 16 Kegiatan : Pelaksanaan Pekerjaan Survey Potensi PLTM Kananggar & Nggongi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC)

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC) RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC) Aep Saepul Uyun 1, Dhimas Satria, Ashari Darius 2 1 Sekolah Pasca Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

ATLAS POTENSI ENERGI LAUT. Harkins Prabowo. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan S A R I

ATLAS POTENSI ENERGI LAUT. Harkins Prabowo. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan S A R I ATLAS POTENSI ENERGI LAUT Harkins Prabowo Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan harkinz@yahoo.com S A R I Meskipun luas wilayah laut Indonesia tiga kali lebih besar dibandingkan luas daratannya,

Lebih terperinci

renewable energy and technology solutions

renewable energy and technology solutions renewable energy and technology solutions PT. REKAYASA ENERGI TERBARUKAN Pendahuluan Menjadi perusahaan energi terbarukan terbaik di Indonesia dan dapat memasuki pasar global serta berperan serta membangun

Lebih terperinci

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar. Indonesia juga dikenal sebagai negara maritim dengan potensi kekayaan

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Nodul siderite Laminasi sejajar A B Foto 11. (A) Nodul siderite dan (B) struktur sedimen laminasi sejajar pada Satuan Batulempung Bernodul. 3.3.1.3. Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa serta dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil yang disebut Gili (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata di Indonesia tetap bertumbuh walaupun pertumbuhan perekonomian global terpuruk, pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia tahun 2014 mencapai 9,39 persen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kehidupan manusia saat ini. Hampir semua derivasi atau hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kehidupan manusia saat ini. Hampir semua derivasi atau hasil 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak bumi merupakan sumber energi fosil yang memegang peranan penting pada kehidupan manusia saat ini. Hampir semua derivasi atau hasil olahannya dimanfaatkan

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1. Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Potensi sumberdaya lahan pesisir di Kepulauan Padaido dibedakan atas 3 tipe. Pertama adalah lahan daratan (pulau). Pada pulau-pulau berpenduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan laut yang masih di pengaruhi pasang dan surut air laut yang merupakan pertemuan anatara darat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili

Lebih terperinci

Kewajiban dibalik Keindahan Kita Wilayah Pesisir Bali Oleh: Redaksi Butaru

Kewajiban dibalik Keindahan Kita Wilayah Pesisir Bali Oleh: Redaksi Butaru Kewajiban dibalik Keindahan Kita Wilayah Pesisir Bali Oleh: Redaksi Butaru Seluruh dunia mengenal Bali, dan bahkan banyak yang mengatakan jangan mengaku ke Indonesia jika tidak menginjakan kaki ke Bali.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bali merupakan sebuah pulau kesatuan wilayah dari Pemerintah Propinsi yang mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota madya dengan

Lebih terperinci

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 87 BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 6.1 Perlindungan Pantai Secara alami pantai telah mempunyai perlindungan alami, tetapi seiring perkembangan waktu garis pantai selalu berubah. Perubahan garis

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Regional Jawa Tengah berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Barat di sebelah barat, dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 Pengembangan Energi Nasional Prioritas pengembangan Energi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau dengan garis pantai sepanjang km, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau dengan garis pantai sepanjang km, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, merupakan garis pantai terpanjang

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

1. Letak Administrasi

1. Letak Administrasi Profil Desa Sabang 1. Letak Administrasi Desa Sabang terletak di bagian Utara Kabupaten Tolitoli yang berhadapan dengan Laut Sulawesi, yaitu sekitar 19 km sebelah Utara dari ibu kota Kabupaten Tolitoli

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi. Bab 8 Peta Tentang Pola dan Bentuk Muka Bumi 149 BAB 8 PETA TENTANG POLA DAN BENTUK MUKA BUMI Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006 Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan

Lebih terperinci

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1: RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

Karakteristik Pulau Kecil: Studi Kasus Nusa Manu dan Nusa Leun untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Maluku Tengah

Karakteristik Pulau Kecil: Studi Kasus Nusa Manu dan Nusa Leun untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Maluku Tengah Karakteristik Pulau Kecil: Studi Kasus Nusa Manu dan Nusa Leun untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Maluku Tengah Ilham Marasabessy 1 Coauthor Achmad Fahrudin 1, Zulhamsyah Imran 1, Syamsul Bahri Agus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pola Iklim, Arus Pasang Surut, dan Gelombang di Selat Lombok

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pola Iklim, Arus Pasang Surut, dan Gelombang di Selat Lombok BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Iklim, Arus Pasang Surut, dan Gelombang di Selat Lombok Pada sub bab ini dipaparkan mengenai keadaan di kawasan Selat Lombok yang menjadi daerah kajian dalam tugas akhir

Lebih terperinci

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta, BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA LAPORAN PRAKTIKUM REKLAMASI PANTAI (LAPANG) REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (responsi) mata kuliah Reklamasi Pantai Disusun Oleh :

Lebih terperinci

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT SALINAN Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : Mengingat : a. bahwa kawasan kars yang merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang mempunyai keindahan alam yang pantas untuk diperhitungkan.

Lebih terperinci

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Letak geografis Negara Indonesia berada pada daerah tropis yang terdiri dari kepulauan yang tersebar dan memiliki sumber daya alam yang sangat menguntungkan, antara

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'

Lebih terperinci

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.blogspot.com Lembaga Pelatihan OSN BENTANG ALAM KARST By : Asri Oktaviani Pengertian tentang topografi kars yaitu : suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa

Lebih terperinci