LAPORAN PENELITIAN. Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENELITIAN. Oleh :"

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN KAJI EKSPERIMENTAL MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP HIBRIDA MEMANFAATKAN PANAS BUANG PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI POMPA PANAS PADA LEMARI PENGERING (DRYING ROOM) MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22 Oleh : Ir. Herisiswanto, MT. NIP Efi Afrizal, ST. MT. NIP Azridjal Aziz, ST. MT. NIP Dibiayai oleh : Dana DIPA PNBP Lembaga Penelitian Universitas Riau Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No. 166/H19.2/PL/2009 Tahun Anggaran 2009 LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU Tahun 2009

2 ii

3 RINGKASAN DAN SUMMARY Refrigeran halokarbon seperti R22 yang sering digunakan pada sistem refrigerasi telah diketahui berpotensi merusak lapisan ozon, sehingga pemakaiannya harus dihentikan. Dan sebagai gantinya digunakan refrigeran hidrokarbon, salah satunya adalah HCR22 yang ramah lingkungan. Pada penelitian ini dilakukan suatu kaji eksperimental untuk membandingkan antara HCR22 dan R22 dengan menggunakan mesin pendingin kompresi uap hibrida. Kajian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui prestasi dan karakteristik dari mesin kompresi uap hibrida dengan menggunakan HCR22 dan R22, serta pemanfaatan panas buang untuk pemanas air (water heater) untuk berbagai keperluan air panas. Hasil penelitian yang didapat, menunjukkan terjadi penghematan massa refrigeran HCR22 sebesar 51,16 % dengan laju pendinginan dan laju pemanasan baik refrigeran hidrokarbon maupun refrigeran halokarbon memperlihatkan hasil yang relatif sama. Dampak pendinginan dengan refrigeran hidrokarbon HCR22 naik 18,8 % sedangkan dampak pemanasan turun 9,43 %. Daya kompresor dengan refrigeran HCR22 lebih hemat 25,04 % dibanding dengan menggunakan R22. Kinerja performansi mesin kompresi uap hibrida meningkat dengan menggunakan Hidrokarbon HCR22. COP naik 57,38 %, PF naik 20,71 %, TP naik 35,43 %. Air panas yang dihasilkan dengan refrigeran hidrokarbon HCR22 rata-rata 40,76 o C pada tekanan kondensor 262,33 Psi sedangkan dengan R22 rata-rata 45,7 o C, pada tekanan kondensor rata-rata 363 Psi. Tekanan kerja kondensor rata-rata dengan HCR22 yang lebih rendah 27,8 % dibandingkan R22 memberikan tekanan kerja yang lebih aman dan awet bagi kompresor untuk pemakaian jangka panjang. iii

4 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, sebagai rasa terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas kekuatan dan rahmat-nya lah maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang terhingga banyaknya kepada : 1. Lembaga Penelitian Universitas Riau yang telah mendanai penelitian ini melalui Dana DIPA PNBP UNRI Bapak Dr. Syaiful Bahri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Riau, Bapak Efi Afrizal, ST. MT. dan Bapak Azridjal Aziz, ST. MT. yang telah membantu mewujudkan penelitian ini dan memberikan ide dan saran untuk kesempurnaan penelitian ini. Rekan-rekan dosen Prodi Teknik Mesin, saudara Erdonal Wahyudi, M. Fakhri dan M. Ulud mahasiswa bimbingan tugas akhir yang telah membantu terwujudnya penelitian ini serta semua pihak yang telah memberikan saran dan masukan dalam pembuatan penelitian ini. Penulis yakin sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis akan berbesar hati atas saran dan kritik yang membangun agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi. Pekanbaru, September 2009 Penulis iv

5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iii iv v viii ix BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Identifikasi dan Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Mesin Refrigerasi Mesin Refrigerasi Siklus Kompresi Uap Siklus Kompresi Uap Ideal Siklus Kompresi Uap Nyata Mesin Refrigerasi Hibrida Refrigeran Refrigeran Alternatif untuk R Hidrokarbon sebagai Refrigeran v

6 BAB III. METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Peralatan Pengujian Alat Ukur Alat Ukur Temperatur Alat Ukur Tekanan Alat Ukur Listrik Instalasi Alat Uji Refrigeran Uji 3.5 Pelaksanaan Pengujian Kinerja Mesin Refrigerasi Hibrida 3.6 Variabel-variabel yang Diukur 3.7 Pengolahan Data Hasil Pengujian 3.8 Perhitungan Sisi Refrigeran (Siklus Primer) BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Perancangan Pembahasan Massa Refrigeran R22 dan HCR Dampak pendinginan, Dampak pemanasan dan Kerja Kompresor Kinerja Performansi Mesin Refrigerasi Hibrida (COP,PF,TP) Tekanan Kondensor dengan Refrigeran HCR22 dan R Temperatur Air pada Tangki Kondensor dengan HCR22 dan R22 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 34 vi

7 5.1. Kesimpulan Saran 34 DAFTAR PUSTAKA 35 LAMPIRAN 36 vii

8 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Kelompok Aplikasi Mesin Refrigerasi 5 Tabel 2.2. Refrigeran Alternatif sebagai Pengganti R Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Pengujian dengan HCR22 dan R22 33 viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Siklus Kompresi Uap Ideal 7 Gambar 2.2. Diagram P-h Siklus Kompresi Uap Ideal dan Aktual 8 Gambar 2.3. Siklus Kompresi Uap Ideal dengan Pendingin Air 9 Gambar 2.4. Temperatur Glide pada Campuran HC. 13 Gambar 3.1. Siklus Kompresi Uap Ideal dengan Pendingin Air 16 Gambar 3.2. Instalasi Alat Uji Mesin Refrigerasi Hibrida 18 Gambar 4.1. Grafik Massa Refrigeran Optimum dan COP Optimum R22 27 dan HCR22 Gambar 4.2. Dampak Pendinginan Refrigeran HCR22 dan R22 28 Gambar 4.3. Dampak Pemanasan Refrigeran HCR22 dan R22 28 Gambar 4.4. Daya Kompresor dengan Refrigeran HCR22 dan R22 29 Gambar 4.5. Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar 4.8. Gambar 4.9 COP Mesin Refrigerasi Hibrida dengan Refrigeran HCR22 dan R22 PF Mesin Refrigerasi Hibrida dengan Refrigeran HCR22 dan R22 TP Mesin Refrigerasi Hibrida dengan Refrigeran HCR22 dan R22 Tekanan Kondensor dengan Refrigeran HCR22 dan R22 Temperatur air panas dengan refrigeran HCR22 dan R ix

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mesin refrigerasi adalah salah satu jenis mesin konversi energi, dimana sejumlah energi dibutuhkan untuk menghasilkan efek pendinginan. Di sisi lain, panas dibuang oleh sistem ke lingkungan untuk memenuhi prinsip-prinsip termodinamika agar mesin dapat berfungsi. Panas dari kondensor yang terlepas ke lingkungan biasanya terbuang begitu saja tanpa dimanfaatkan. Demikian juga pada mesin pompa panas, sejumlah energi dibutuhkan untuk menghasilkan efek pemanasan dengan cara menyerap panas dari lingkungan. Panas yang diserap dari lingkungan sebetulnya dapat dimanfaatkan untuk mendinginkan sesuatu, tapi biasanya cenderung dibiarkan terbuang. Mesin refrigerasi yang berfungsi sebagai mesin pengkondisian udara (Air Conditioning) umumnya digunakan untuk mengkondisikan ruangan dengan memanfaatkan efek pendinginan dari evaporator yang memberikan rasa nyaman dan sejuk untuk penghuni atau orang yang bekerja di dalam ruangan tersebut baik di perumahan, perkantoran dan industri. Bertolak dari kasus mesin refrigerasi dan mesin pompa panas di atas, maka berbagai usaha telah dilakukan untuk mengembangkan suatu sistem yang menggunakan prinsip refrigerasi dan pompa panas dalam satu mesin. Pada mesin terpadu ini efek pendinginan dan efek pemanasan dapat dihasilkan dan dimanfaatkan secara bersamaan, sehingga daya guna mesin menjadi lebih tinggi. Mesin terpadu dengan fungsi ganda ini dikenal dengan mesin refrigerasi hibrida, karena mesin refrigerasi paling banyak beroperasi dengan siklus kompesi uap, maka mesin ini disebut mesin refrigerasi siklus kompresi uap hibrida. (Aziz, Azridjal, 2004) 1

11 Untuk mengoperasikan mesin refrigerasi hibrida dibutuhkan refrigeran sebagai fluida kerja. Refrigeran yang paling banyak digunakan adalah refrigeran halokarbon (halogenated refrigerant) salah satunya adalah jenis HCFC-22 (Hydrochlorofluorocarbon) atau R-22. (Agarwal, Radhey S, 1997). Namun dari hasil penelitian, refrigeran halokarbon R-22 menunjukkan sifat yang dapat merusak lapisan ozon dan berpotensi besar terhadap peningkatan efek pemanasan global, sehingga penggunaan refrigeran tersebut dicanangkan untuk dihapuskan pembuatan dan pemakaiannya. (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., Adriansyah W., 2004). Salah satu refrigeran alternatif pengganti refrigeran halokarbon R-22 adalah refrigeran hidrokarbon (hydrocarbon referigerant). Beberapa kelebihan yang dimiliki refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 yaitu dapat digunakan sebagai pengganti langsung (drop in substitute) tanpa penggantian komponen, ramah lingkungan (tidak merusak lapisan ozon), pemakaian refrigeran lebih sedikit, hemat energi, dan memenuhi standar internasional (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000). 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Untuk mendapatkan efek pendinginan yang memberikan rasa nyaman di sisi dalam ruangan pada perangkat pengkondisian udara dibutuhkan sejumlah energi untuk menggerakkan kompresor, sedangkan pada sisi luar panas dibuang (efek pemanasan) dari sistem ke lingkungan begitu saja tanpa dimanfaatkan. Panas yang dibuang ke lingkungan tersebut kandungan energinya cukup besar, lebih besar dari energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan sistem dan lebih besar dari energi yang diserap di ruangan yang dikondisikan. Panas yang dibuang ke lingkungan ini dapat digunakan untuk memanaskan udara maupun air yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Udara panas dapat dimanfaatkan untuk proses pengeringan 2

12 sedangkan air panas dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air panas antara lain untuk mencuci, mandi, dan memasak di rumah, kantor, industri, hotel dan rumah sakit. Pemanfaatan panas buang ini dapat menghemat biaya energi listrik atau energi gas yang dibutuhkan dalam proses pemanasan. Sebagian besar perangkat pengkondisian udara siklus kompresi uap menggunakan refrigeran halokarbon R-22 yang telah diketahui dapat merusak lapisan ozon yang berdampak negatif pada lingkungan global. Pada penelitian ini akan digunakan refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22, dengan refrigeran hidrokarbon, perangkat pengkondisian udara tersebut tetap dapat digunakan, tanpa penggantian komponen. Mesin refrigerasi hibrida tentu saja memiliki keunggulan dan kekurangan, salah satu yang merupakan keunggulannya adalah peningkatan efisiensi penggunaan energi tetapi karena kedua sisinya sudah dimanfaatkan maka perubahan pada suatu sisi akan mempengaruhi proses di sisi yang lainnya. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik mesin menggunakan refrigeran hidrokarbon subsistusi R-22, serta karakteristik mesin karena pemanfaatan evaporator dan kondensor secara bersamaan yang dapat mempengaruhi kinerja mesin. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah - membuat alat uji mesin refrigerasi hibrida yang dapat menggunakan refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 dan refrigeran halokarbon R mempelajari parameter yang mempengaruhi karakteristik perangkat pengkondisian udara (Air Conditioning) yang telah dimodifikasi menjadi mesin refrigerasi hibrid, diantaranya adalah kapasitas pendinginan, kapasitas 3

13 pemanasan, daya kompresi, koefisien performansi (COP) dan performansi faktor (PF). - mempelajari pemanfaatan mesin sebagai pompa panas dengan penggunaan air sebagai media penyerapan panas buang yang diperoleh dari kondensor serta pengaruhnya terhadap tekanan dan temperatur sistem 1.4 Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini, dibuat sebuah mesin refrigerasi hibrida yang dimodifikasi dari perangkat pengkondisian udara (AC), sehingga dapat diperoleh parameter yang mempengaruhi karakteristik mesin secara keseluruhan. Hasil karakteristik mesin ini dapat digunakan sebagai parameter dalam menentukan kondisi optimal mesin sehingga modifikasi perangkat pengkondisian udara menjadi mesin refrigerasi hibrida diharapkan tidak mengganggu kinerja optimal sistem keseluruhan. Diharapkan dengan pemanfaatan efek pendinginan dan pemanasan secara bersamaan, pemborosan energi yang terbuang percuma berupa panas buang dari perangkat pengkondisian udara (air conditioning) dapat dikurangi seminimal mungkin. Panas buang dari perangkat pengkondisian udara dapat digunakan sebagai pemanas (heater) untuk keperluan pengeringan dan terutama untuk memanaskan air baik pada rumah tangga, perkantoran, rumah sakit, gedung komersil, maupun industri, sehingga terjadi penghematan energi yang cukup berarti, apalagi penggunaan refrigeran hidrokarbon dapat menghemat penggunaan energi listrik. 4

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Refrigerasi. Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K. Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini disebabkan karena adanya fenomena-fenomena khas yang terjadi pada temperatur di bawah 123 K dimana pada kisaran temperatur ini gas-gas seperti nitrogen, oksigen, hidrogen dan helium dapat mencair. (Arora, C. P, 2001). Mesin refrigerasi atau disebut juga mesin pendingin adalah mesin yang dapat menimbulkan efek refrigerasi tersebut, sedangkan refrigeran adalah zat yang digunakan sebagai fluida kerja dalam proses penyerapan panas. Refrigerasi adalah suatu proses penyerapan panas dari suatu zat atau produk sehingga temperaturnya berada di bawah temperatur lingkungan Tabel 2.1 Kelompok Aplikasi Mesin Refrigerasi Jenis Mesin refrigerasi Refrigerasi Domestik Refrigerasi Komersial Refrigerasi Industri Refrigerasi transport Pengkondisian udara domestik dan komersial Chiller Mobile Air Conditiong (MAC) Lemari es, dispenser air Contoh Pendingin minuman botol, box es krim, lemari pendingin supermarket Pabrik es, cold storage, mesin pendingin untuk industri proses Refrigerated truck, train and containers AC window, split, dan package. Water cooled and air cooled chillers AC mobil 5

15 2.2 Mesin Refrigerasi Siklus Kompresi Uap Untuk mendinginkan suatu ruangan atau benda, kita harus mendekatkan ruang atau benda tersebut dengan suatu permukaan atau fluida yang bertemperatur lebih rendah dari temperatur yang didinginkan. Dengan demikian energi dalam bentuk panas dapat dipindahkan dari ruang/benda ke permukaan /fluida dingin. Apabila diinginkan agar fluida tidak terbuang, fluida harus didaurkan melalui sistem sedemikian rupa, sehingga energi yang diambil dari ruang dingin dapat dibuang keluar/lingkungan. Proses pengambilan energi tersebut terjadi di evaporator dengan laju perpindahan panas sebesar Q e. Sedangkan proses pembuangan energi dalam bentuk panas ke sekeliling tersebut akan terjadi di kondensor dengan laju sebesar Q k. Siklus kompresi uap dibedakan antara siklus kompresi uap ideal dan siklus kompresi uap nyata. Pada siklus kompresi uap ideal proses berlangsung di dalamnya dengan kondisi ideal yang tidak akan ditemukan dalam penerapannya, sedangkan siklus kompresi sebenarnya berlangsung pada siklus kompresi uap nyata Siklus Kompresi Uap Ideal Secara umum ada dua bagian penting dalam siklus kompresi uap yaitu : 1. Bagian yang bertekanan tinggi mulai dari sisi keluar kompresor hingga sisi masuk katup ekspansi. 2. Bagian yang bertekanan rendah mulai sisi keluar katup ekspansi hingga sisi masuk kompresor. Sebuah siklus kompresi uap memiliki empat komponen utama yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator, seperti digambarkan pada gambar 2.1. Keempat komponen tersebut sekaligus juga mewakili 4 proses termodinamika yang dialami oleh refrigeran pada siklus kompresi uap ideal, yaitu : 6

16 1. Proses 1-2 : Kompresi isentropik (adibatik dan reversibel) dari uap jenuh ke tekanan kondensasi. 2. Proses 2-3 : Pelepasan panas reversibel pada tekanan konstan sampai kondisi cair jenuh. 3. Proses 3-4 : Eskpansi irreversibel pada entalpi konstan sampai tekanan evaporasi. 4. Proses 4-1: Pemasukan panas reversibel pada tekanan konstan dari fasa campuran ke tingkat keadaan uap jenuh. Pada siklus kompresi uap jika pemanfaatannya adalah dari sisi evaporator dimana evaporasi berlangsung pada temperatur rendah (dingin) disebut mesin refrigerasi. Sedangkan jika pemanfaatannya adalah dari sisi kondensor dimana kondensasi berlangsung pada temperatur yang lebih tinggi (panas) disebut mesinpompa kalor. Sehingga penamaan siklus kompressi uap tersebut selalu diikuti oleh fungsi yang dibawakannya. Qk P (bars) h3 Kondensor h2 P K 3 2s 2 Alat Ekspansi Siklus Kompressi Uap Wk standard Kompressor Evaporator P E 4 1 h 4 h 1 h 2 h 3 h 1 h( kj / kg) a Qe b Gambar 2.1 Siklus Kompresi Uap Ideal Untuk menyatakan unjuk kerja dari suatu siklus kompressi uap, yang ditinjau dampak refrigerasi, laju pelepasan kalor, kerja kompressi, Coefficient of Performance (COP) dan Performance Factor (PF). 7

17 2.2.2 Siklus Kompresi Uap Nyata Siklus kompresi uap ideal yang diuraikan di atas tidak mungkin terjadi, sehingga pada siklus kompresi uap nyata terjadi beberapa terjadi. Pada kenyataannya siklus kompresi uap mengalami penyimpangan dari kompresi uap ideal. Penyimpangan dari siklus yang sebenarnya ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut : P (bars) sub dingin 3 3' 2 2' 4' 1' 4 1 panas lanjut siklus ideal h siklus aktual ( kj / kg ) Gambar 2.2 Diagram P-h siklus kompresi uap ideal dan aktual Penyimpangan ini terjadi karena penurunan tekanan di sepanjang pipa kondensor dan evaporator sehingga proses perubahan fasa tidak lagi isobarik. Cairan mengalami proses pembawahdinginan (sub-cooling) saat meninggalkan kondensor sebelum memasuki alat ekspansi. Uap refrigeran mengalami proses pemanasan lanjut saat meninggalkan evaporator sebelum memasuki kompresor. Pada saat proses kompresi, terjadi kenaikan entropi (kompresi tak isentropik). Pada katup ekspansi, proses ekspansi berlangsung non-adiabatik Mesin Refrigerasi Hibrida Alasan paling umum digunakan dalam usaha memodifikasi siklus kompresi uap sederhana adalah efisiensi penggunaan energi. Pengembangan mesin kompresi uap ideal dilakukan untuk mendapatkan efisiensi penggunaan energi yang lebih baik 8

18 sehingga dapat melayani berbagai kebutuhan untuk pendinginan dan pemanasan yang memanfaatkan energi buangan sistem. Berdasarkan keterangan ini, diambil suatu terobosan untuk meningkatkan efisiensi maka kedua sisi dingin dan panasnya dimanfaatkan sekaligus. Siklus kompressi uap seperti ini dikenal sebagai mesin refrigerasi hibrida. Mesin refrigerasi hibrida ini tentu saja memiliki keunggulan dan kekurangan salah satu yang merupakan keunggulannya adalah peningkatan efisiensi penggunaan energi tetapi karena kedua sisinya sudah dimanfaatkan maka perubahan pada suatu sisi diharapkan tidak akan menggangu proses di sisi yang lainnya, sehingga umumnya dilengkapi dengan penambahan komponen dummy. 3 Q k air 2 alat ekspansi kondensor evaporator kompresor W k 1 4 air Q Gambar 2.3 Siklus Kompressi Uap Ideal dengan Pendingin Air Pada mesin refrifgerasi hibrida dengan siklus ideal, jika prestasinya ditinjau dari sisi air (gambar 2.3), maka kapasitas pendinginan pada evaporator adalah : Q e. = m ae C P, ae T ae (2.1) dimana : Q e = dampak pendinginan evaporator (Watt). m ae = laju masa air masuk evaporator (kg/s) C Pae = kalor jenis air (J/(kgK)) 9

19 T ae = perbedaan temperatur air di evaporator ( o C) Kapasitas pemanasan pada kondensor : Q k. = m ak C P, ak T ak (2.2) dimana : Q k = dampak pemanasan kondensor (Watt). m ak = laju masa air masuk kondensor (kg/s) C Pak = kalor jenis air (J/(kgK)) T ak = perbedaan temperatur air di kondensor ( o C) Daya kompressor : W = η V I (2.3) k m dimana : W = daya kompresor (Watt) k η m = efisiensi motor = 0,8 V I = tegangan motor listrik (V) = arus motor listrik (A) Untuk mengetahui sampai dimana tingkat keandalan sistem pendingin, dikenal beberapa besaran yang biasa dipakai, yaitu COP (coefficient of performance) dan PF (performance factor). Koefisien performansi adalah perbandingan antara efek pendinginan yang diperoleh terhadap energi yang digunakan untuk menggerakkan kompresor. Koefisien performansi pada evaporator utama :. Q e COP = (2.4). W k 10

20 PF atau faktor performansi didefinisikan sebagai perbandingan efek pemanasan di kondensor terhadap energi yang digunakan untuk menggerakkan kompresor. Qk PF = (2.5) W k Di samping kedua parameter di atas (COP dan PF), untuk mesin refrigerasi kompresi uap hibrida dikenalkan parameter baru yaitu total performansi (TP). Totap performansi didefinisikan sebagai perbandingan antara dampak pendinginan ditambah dampak pemanasanan terhadap daya yang dibutuhkan kompresor. 2.3 REFRIGERAN Refrigeran adalah fluida kerja yang digunakan untuk memindahkan panas di dalam siklus refrigerasi. Berdasarkan fungsinya selama refrigeran dibagi menjadi dua jenis yaitu refrigeran primer yang digunakan dalam siklus kompresi uap dan refrigeran sekunder yang digunakan untuk membawa kalor bertemperatur rendah. Pada sistem kompresi uap, refrigeran menyerap kalor dari suatu ruang melalui proses evaporasi dan membuang kalor ke ruang lain melalui proses kondensasi. Sifat-sifat yang dipertimbangkan dalam memilih refrigeran, adalah: sifat kimia, sifat fisik dan sifat termodinamik. Berdasarkan sifat-sifat kimianya refrigeran yang baik : tidak beracun, tidak bereaksi dengan komponen refrigerasi, dan tidak mudah terbakar, serta tidak berpotensi menimbulkan pemanasan global (GWP rendah (Global Warming Potential)) dan tidak merusak lapisan ozon (ODP rendah (Ozone Depleting Potential)) Refrigreran Alternatif untuk R-22 Hidrokarbon (HC) merupakan salah satu refrigeran alternatif pengganti R-22. Refrigeran HC tidak berpotensi merusak ozon karena ODP = 0 dan GWP yang kecil. 11

21 Refrigeran HC juga tidak mengalami reaksi kimia dengan oli pelumas yang digunakan untuk refrigeran R-22. Tabel 2.2 Refrigeran alternatif sebagai pengganti R-22 Parameter Refrigeran R-22 R-12 Propana Isobutana Rumus kimia CHClF 2 CCl 2 F 2 C 3 H 8 C 4 H 10 Temperatur kritis [ o C] ,8 97,0 135,1 Titik didih pada 1 atm [ o C] -41,4-26,8-41,9-11,6 Massa jenis - uap jenuh pada 0 o C [kg/m 3 ] 21,2 18,2 10,39 4,56 - cair jenuh pada 45 o C [kg/m 3 ] Kapasitas Panas Spesifik - uap jenuh pada 0 o C [kj/kgk] 0,614 0,642 1,85 1,61 - cair jenuh pada 45 o C [kj/kgk] 1,46 1,02 2,8 2,58 Konduktifitas Termal - uap jenuh pada 0 o C [mw/mk] 9,4 8,3 15,6 12,98 - cair jenuh pada 45 o C [mw/mk] 63,4 60,7 83,7 82,4 ODP 0, GWP Pada Tabel 2.2 ditampilkan beberapa jenis refrigeran yaitu : R-22, R-12, propana dan isobutana. Kelemahan utama R-22, karena potensi perusakan ozon dan pemanasan globalnya relatif tinggi dari ke tiga jenis refrigeran lainnya. Berbeda dengan refrigeran hidrokarbon untuk mesin yang sebelumnya menggunakan refrigeran R-22 maka refrigeran hidrokarbon dapat langsung menggantikannya tanpa melakukan penggantian komponen. Berdasarkan uraian di atas, maka refrigeran yang baik pengganti R-22 adalah hidrokarbon. Kelemahan hidrokarbon yang menonjol adalah mudah terbakar, namun hal ini tidak terlalu mengkhawatirkan jika prosedur keamanan penggunan hidrokarbon diterapkan dengan baik serta telah diakui dan diatur oleh berbagai standar internasional yaitu : BS4434:1995(Inggris), AS/NZ 1677:1998 (Australia / New Zeland) dan DIN 7003 (Jerman ). 12

22 2.3.2 Hidrokarbon Sebagai Refrigeran Beberapa kelebihan yang dimiliki refrigeran hidrokarbon, campuran propanabutana-isobutana, sebagai refrigeran alternatif pengganti R-22, yaitu : 1. Pengganti langsung (drop in substitute) tanpa penggantian komponen. 2. Ramah lingkungan, potensi perusakan ozon nol (non-odp) dan potensi pemanasan global dapat diabaikan (non-gwp). 3. Hidrokarbon, gas alam yang mudah didapat di Indonesia. Refrigeran campuran hidrokarbon akan mengalami kenaikan atau penurunan temperatur (temperature glide) selama terjadi perubahan fasa dalam siklus refrigerasi (lihat Gambar 2.4). Titik didih campuran berubah seiring dengan berubahnya komposisi campuran dalam fasa cair. Hal ini disebabkan karena laju penguapan komponen campuran tidak sama. P (bars) garis isotermal 3 2 Temperatur glide di Kondensor 4 1 Temperatur glide di Evaporator h( kj / kg ) Gambar 2.4. Temperatur Glide pada Campuran HC Akibat yang timbul karena adanya temperature glide adalah sebagai berikut: 1. Komposisi campuran mungkin berbeda antara fasa uap dan fasa cair, oleh karena itu pengisian refrigeran ke dalam sistem refrigerasi sebaiknya dilakukan dalam fasa cair. 13

23 2. Kalau sistem refrigerasi mengalami kebocoran, ada kemungkinan komposisi kebocoran berbeda dengan komposisi refrigeran. Sebagai akibatnya komposisi refrigeran di dalam sistem berubah dan dapat mempengaruhi kinerja sistem. Refrigeran hidrokarbon dapat terbakar jika bercampur dengan udara pada komposisi yang tepat dan titik nyalanya tercapai. Komposisi yang harus dihindari ini adalah jika hidrokarbon berada pada komposisi 2% 10% volume. Kedua kondisi ini, komposisi dan titik nyalanya, tidak boleh terjadi secara serentak baik didalam sistem refrigerasi maupun diluar sistem. Agar tidak mudah terbakar refrigeran hidrokarbbon dapat diberi substansi tambahan agar sifat mampu nyalanya turun (LFS Low Flammable Subtance). Penelitian refrigeran hidrokarbon dengan LFS sudah mulai banyak dilakukan beberapa sudah mulai digunakan. 14

24 BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman pemahaman terhadap konsep mesin refrigerasi hibrida yang menggunakan refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 dan refrigeran halokarbon R-22, dengan mempelajari buku-buku dan jurnal-jurnal penelitian terbaru yang relefan. 2. Tahap Pembuatan Alat Uji Pada tahapan ini dilakukan pembuatan alat uji yaitu sebuah mesin refrigerasi uap hibrida yang dapat menggunakan refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 dan refrigeran halokarbon R Tahap Pengumpulan Data Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa macam alat ukur antara lain : pressure gauge, termometer, multimeter, stopwatch. 4. Tahap Analisis Data Data yang diperoleh akan ditabulasikan dan dilakukan perhitungan sesuai prinsip-prinsip termodinamika yang berlaku, selanjutnya ditabelkan dan diplot dalam berbagai grafik yang dapat memberikan informasi-informasi mengenai pengaruh temperatur masuk dan keluar evaporator, temperatur masuk dan keluar kondensor, laju aliran air pengisi dan laju aliran massa refrigeran, tekanan pada sisi masuk kompresor, tekanan pada sisi keluar 15

25 kompresor, tekanan keluar kondensor dan tekanan masuk evaporator terhadap unjuk kerja sistem 5. Tahap Pembuatan Laporan Laporan hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah terakreditasi, atau dipublikasikan di seminar-seminar yang relefan, sehingga dapat diperoleh masukan-masukan untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya. 3.1 Peralatan Pengujian Instalasi alat uji Mesin Pendingin Kompresi Uap Hibrida mempunyai komponenkomponen utama yaitu kompresor, kondensor, pipa kapiler, meja alat uji, pompa air sirkulasi, serta instrumen pengrukuran. Air Qk Katup Ekspansi Kondensor Evaporator Kompresor Wk Qe Air Gambar 3.1 Siklus Kompresi Uap Ideal dengan Pendingin Air 3.2 Alat Ukur Alat ukur digunakan untuk mengukur besaran-besaran pada pengujian. Alat ukur yang diperlukan yaitu alat ukur tekanan, temperatur, tegangan listrik, arus listrik dipasang pada titik-titik yang perlu diuji dan diambil datanya. 16

26 3.2.1 Alat Ukur Temperatur Alat ukur temperatur di pasang pada pipa saluran refrigeran, dengan tujuan agar temperatur pada masing-masing keadaan dapat diketahui. Alat pengukur temperatur yang digunakan pada pipa saluran refrigeran adalah termokopel dengan penunjuk digital. Alat ukur temperatur juga digunakan untuk mengukur temperatur air masuk dan keluar pada kondensor dan evaporator. Selain itu juga digunakan untuk mengukur temperatur ruangan pendingin dan ruangan pemanas. Pada pengujian kali ini digunakan termometer digital Alat Ukur Tekanan Alat ukur tekanan digunakan untuk mengukur tekanan yang terjadi pada masingmasing keadaan pipa saluran refrigeran. Alat ukur yang digunakan pada pengujian kali ini adalah tabung bourdon Alat ukur Listrik Pengukuran daya kompressor dilakukan dengan mengetahui tegangan listrik masukan ke kompresor dan pengukuran arus listrik pada saat kompressor beroperasi. Tegangan listrik di ukur menggunakan Voltmeter dan arus listrik diukur dengan menggunakan ampermeter. Daya kompressor dapat dihitung dengan persamaan : W = η V I (4.1) k m 17

27 dimana : W = daya kompresor (Watt) k η m = efisiensi motor = 0,8 V I = tegangan motor listrik (V) = arus motor listrik (A) 3.3 Instalasi Alat Uji Gambar 3.2 Instalasi Alat Uji Mesin Refrigerasi Hibrida Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada lemari pengering. Untuk instalasi siklus primer ( siklus refrigeran), kompressor, 18

28 sight glass, filter drier, katup ekspansi, kondensor dan evaporator ditempatkan di atas meja dudukan. Sedangkan koil pendingin, koil pemanas, pompa air sirkulasi, ditempatkan di bagian bawah meja dudukan alat. 3.4 Refrigeran Uji Refrigeran yang digunakan dalam sistem refrigerasi hibrida ini adalah refrigeran Halokarbon R-22 dan hidrokarbon jenis Hycool HCR-22. Refrigeran hidrokarbon jenis Hycool HCR-22 ini hasil produksi PT. Citra Total Buana Biru, salah satu produsen refrigeran hidrokarbon di Indonesia. Penanganan refrigeran hidrokarbon untuk digunakan sebagai refrigeran pada mesin refrigerasi harus mengikuti petunjuk baku, dalam hal ini digunakan Petunjuk Praktis Konversi dan Perbaikan Peralatan Refrigerasi dengan Menggunakan Refrigeran Hidrokarbon secara aman. 3.5 Pelaksanaan Pengujian Kinerja Mesin Refrigerasi Hibrida Pengujian yang dilakukan adalah pengujian performansi mesin refrigerasi antara lain dampak pemanasan, dampak pendinginan, daya kompresi, COP, PF, TP. Pengaruh variasi laju massa air di kotak evaporator terhadap tekanan dan temperatur evaporasi dan kondensasi. 3.6 Variabel-Variabel Yang di Ukur 1. Temperatur saat memasuki kompresor (T1) 2. Tekanan saat memasuki kompressor (P1) 3. Temperatur saat memasuki kondensor (T2) 19

29 4. Tekanan saat memasuki kondensor (P2) 5. Temperatur keluaran kondensor (T3) 6. Tekanan keluaran kondensor (P3) 7. Temperatur saat memasuki evaporator (T4) 8. Tekanan saat memasuki Evaporator (P4) 9. Temperatur air masuk kotak kondensor (Th in) 10. Temperatur air keluar kotak kondensor (Th out) 11. Temperatur air masuk kotak evaporator (Tc in) 12. Temperatur air keluar kotak evaporator (Tc out) 13. Temperatur air masuk ruang pemanas (Trh in) 14. Temperatur air keluar ruang pemanas (Trh out) 15. Temperatur air masuk ruang pendingin (Trc in) 16. Temperatur air keluar ruang pendingin (Trc out) 17. Temperatur ruang pemanas (Trh) 18. Temperatur ruang pendingin (Trc) 3.7 Pengolahan Data Hasil Pengujian Data yang diperoleh dari pengujian melalui pengukuran adalah berupa sifat-sifat dari refrigerant, air, dan data listrik. Sifat-sifat itu diantaranya adalah temperatur, tekanan, massa, waktu, kecepatan serta tegangan dan arus listrik. Untuk 20

30 mendapatkan karakteristik dan peformansi mesin, data awal tersebut harus diolah telebih dahulu. Pada bagian analisis ini tidak semua proses pengolahan data ditampilkan, tapi cukup diwakili oleh satu contoh perhitungan. Demikian juga untuk hasil perhitungan, yang akan ditampilkan hanya hasil akhir dalam bentuk grafik. Sedangkan hasil perhitungan lainnya, yaitu dalam bentuk tabel, disajikan dalam lampiran. Untuk mengetahui kinerja mesin maka dihitung pula besarnya kerja kompresor, dampak pendinginan dan pemanasan yang bermanfaat untuk menghitung COP, PF dan TP. 3.8 Perhitungan sisi refrigeran (Siklus Primer) Sampel data yang akan diolah diambil dari percobaan no.1 pada refrigeran R-22 kondisi stabil. P1 = 42,5 Psi T1 = -0,8 P2 = 355 Psi T2 = -0,7 P3 = 360 Psi T3 = 52,1 P4 = 54 Psi T4 = 1 Dengan menggunakan tabel sifat termodinamika R-22 didapatkan entalpi untuk masing-masing tingkat keadaan yaitu : h 1 = 408,9 kj/kg h 2 = 449,8 kj/kg h 3 = h 4 = 265,9 kj/kg 1. Laju aliran massa refrigeran 21

31 Laju aliran massa refrigeran dapat ditentukan dari kesetimbangan massa dan energi dari evaporator. Untuk lebih jelasnya hubungan ini dapat dilihat pada persamaan berikut : mref W = k h2 h1 (4.2) mref = 449,8 408, 9 = dimana : m rtef : laju aliran massa refrigeran (kg/s) W k : Kerja kompresor (kw) h 1 : entalpi refrigeran yang masuk evaporator (kj/kg) h 2 : entalpi refrigeran keluaran evaporator (kj/kg) 2. Pelepasan kalor oleh kondensor (Qk) Pelepasan kalor pada kondensor dipengaruhi oleh laju aliran massa refrigeran dan perubahan entalpi pada kondensor. Persamaan yang digunakan untuk pelepasan kalor pada kondensor ini dipakai persamaan sebagai berikut : Qk = mref ( h2 h3 ) = (449,8 265,9) = (4.3) dimana : Q k = pelepasan kalor pada kondensor (kw) m = laju aliran massa refrigeran (kg/s) ref h 2 = entalpi sebelum masuk kondensor (kj/kg) 22

32 h 3 = entalpi keluaran kondensor (kj/kg) 3. Penyerapan kalor oleh evaporator (Qe) Untuk nilai penyerapan kalor pada evaporator juga dipengaruhi oleh laju massa aliran refrigeran dan perubahan entalpi pada evaporator. Persamaaan yang dipakai untuk menjelaskan hubungan antar variabel diatas adalah : Q e = m ref ( h h ) 1 4 (4.4) dimana : Q e = Penyerapan kalor pada evaporator (kw) m ref = Laju aliran massa refrigeran (kg/s) h = entalpi sesudah melewati evaporator (kj/kg) 1 h = entalpi sebelum memasuki evaporator (kj/kg) 4 Dengan memasukkan data-data yang didapatkan kedalam persamaan 4.4, maka didapatkan nilai penyerapan kalor pada evaporator, yaitu : e ( ) Q = 0,0152kg/s 408,9 265,9 kj/kg Qe = 2,174kW Kedua nilai dari pelepasan kalor oleh kondensor dan penyerapan kalor oleh evaporator tersebut akan digunakan untuk perhitungan koefisien dari mesin pendingin kompresi uap. 4. Koefisien perfomansi mesin pendingin Koefisien perfomansi pada Mesin Pendingin Kompresi Uap terdiri atas dua jenis, yaitu koefisien perfomansi mesin sebagai pendingin dan koefisien perfomansi mesin 23

33 untuk tujuan pemanasan yang biasa disebut koefisien perfomansi pompa kalor. Apabila operasi mesin dimaksudkan untuk tujuan pendinginan, maka indeks prestasi sistem sebanding dengan panas yang diserap evaporator dibanding dengan kerja kompresor sebenarnya. COP Q W e = (4.5) k dimana : COP = koefisen perfomansi mesin pendingin (Coeffisient Of Perfomance) Q e = penyerapan kalor pada evaporator (kw) W k = kerja kompresor (kw) Dengan memasukan data-data yang sudah diolah di atas, maka COP dari mesin pendinginan adalah : 2,174kW COP = 0,622kW COP = 3, 495 Jika operasi dimaksudkan untuk tujuan pemanasan, maka indeks prestasi sistem merupakan perbandingan antara panas yang dilepaskan kondensor dengan kerja kompresor sebenarnya. Q W k PF = (4.6) s dimana : PF = perfomansi pompa kalor (Perfomance Factor) Q k = pelepasan kalor pada kondensor (kw) 24

34 W s = kerja isentropik ideal kompresor (kw) Dengan cara yang sama pada persamaan 4.6 sebelumnya maka didapat nilai dari perfomansi faktor mesin pendingin sebagai berikut : 2,795kW PF = 0,622kW PF = 4, 49 (q +q ) w k e TP= =7,99 k 25

35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Dari perancangan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Kompresor, kompresor yang digunakan : - kompresor hermetik jenis rotari - daya kompresor sebesar 1 HP 2. Evaporator, menggunakan pipa tembaga ukuran diameter 3/8 in yang disusun sedemikian rupa dalam bentuk laluan dengan panjang satu laluan adalah 31 cm maka jumlah laluan seluruhnya adalah 66 laluan dan disusun dalam 11 tingkat dengan jumlah laluan pertingkat adalah 6. Data hasil perancangan evaporator : - Temperatur permukaan, Ts adalah 9,17 o C - Luas total permukaan pipa, Ao adalah 0,6175 m 2 - Panjang total pipa, L adalah 20,69 m - Koefisien konveksi rata-rata sisi evaporator h 0 = 219,018 W/m 2. 0 C - Koefisien perpindahan kalor total, U 0 = 172,7496 W/m 2. 0 C 3. Kondensor, menggunakan pipa tembaga ukuran diameter 3/8 in ini disusun sedemikian rupa dalam bentuk laluan dengan panjang satu laluan adalah 33 cm maka jumlah laluannya adalah 66 laluan dan disusun dalam 11 tingkat dengan jumlah laluan pertingkat adalah 6. Data hasil perancangan kondensor - Temperatur permukaan, Ts adalah 40,93 o C - Luas total permukaan pipa, Ao adalah 0,6489 m 2 - Panjang total pipa, L adalah 21, 74 m 26

36 - Koefisien konveksi rata-rata sisi evaporator h 0 = 315,738 W/m 2. 0 C - Koefisien perpindahan kalor total, U 0 = 236,469 W/m 2. 0 C 4. Pipa kapiler, menggunakan pipa tembaga dengan diameter 1,7 mm, yang bekerja pada temperatur kondensasi 45 o C dan temperatur evaporasi 5 o C panjang pipa kapiler adalah 1,65 m 4.2 Pembahasan Massa Refrigeran R22 dan HCR COPHCR22 COP R22 Poly. (COPHCR22) Poly. (COP R22) Performansi Massa Refrigeran (gram) HCR Gambar 4.1 Grafik massa refrigeran optimum dan COP optimum R22 dan HCR22 Penggunaan refrigeran HCR 22 massa refrigeran lebih hemat 51,2 persen dari massa refrigeran R22. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa massa refrigeran optimum R22 sebesar 860 gram pada COP 2,312. Sedangkan massa refrigeran optimum HCR22 sebesar 420 gram pada COP 2, Dampak pendinginan, Dampak pemanasan dan Kerja Kompresor Pada gambar 4.2 dapat dilihat dampak pendinginan rata-rata dari HCR22 adalah 1,94 kw dan dampak pendinginan rata-rata R22 1,643 kw. Dampak pendinginan 27

37 HCR22 lebih tinggi dari R22, hal ini dipengaruhi oleh kemampuan penyerapan kalor yang tinggi dari refrigeran hidrokarbon dibanding refrigeran halokarbon. Hal ini cenderung sama jika dilakukan perhitungan pada sisi refrigeran sekunder (sisi air). Namun hasil yang didapatkan tidak persis sama, hal ini disebabkan karena kerugian panas yang terjadi pada perangkat pengkondisian udara kompresi uap hibrida. Dampak Pendinginan KW a Waktu HCR-22 R-22 Gambar 4.2 Dampak pendinginan refrigeran HCR22 dan R22 Dampak Pemanasan KW HCR-22 R Waktu Gambar 4.3 Dampak pemanasan refrigeran HCR22 dan R22 Pada gambar 4.3 dapat dilihat rata-rata dampak pemanasan HCR22 adalah 2,218 kw dan dampak pemanasan rata-rata R22 2,449 kw. Dampak pemanasan HCR22 lebih rendah dari R22. Hal ini diakibatkan tekanan kondensor pada R22 yang lebih tinggi dari pada dengan HCR22 seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.8. Pada 28

38 tekanan kondensor yang lebih tinggi maka temperatur refrigeran juga lebih tinggi, sehingga kalor pemanasan air akan lebik besar pada temperatur yang lebih tinggi. Daya Kompressor KW Waktu Wk HCR-22 Wk R-22 Gambar 4.4 Daya kompresor dengan refrigeran HCR22 dan R22 Daya kompresor dengan menggunakan refrigeran HCR22 lebih rendah dari daya kompresor yang menggunakan refrigeran R22. Dimana daya kompressor rata-rata dengan HCR22 adalah 0,47 kw, sedangkan daya kompresor dengan menggunakan R22 adala 0,627 kw. COP Satuan HCR-22 R Waktu Gambar 4.5 COP mesin refrigerasi hibrida dengan refrigeran HCR22 dan R22 Hal ini disebabkan karena jumlah massa refrigeran yang ditekan oleh kompressor dengan HCR22 lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan massa refrigeran yang 29

39 ditekan kompressor yang menggunakan R22. Karena kerja kompresor dengan HCR22 lebih ringan dari R22, maka daya listrik yang digunakan untuk menggerakkan kompresor akan lebih hemat dari R Kinerja Performansi Mesin Refrigerasi Hibrida (COP,PF,TP) Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa COP dari refrigeran HCR22 lebih tinggi dari R22.COP HCR22 rata-rata 4,125 dan COP R22 rata-rata 2,621. Kondisi ini karena HCR22 dapat menyerap kalor yang lebih besar dari R22. Sesuai dengan persamaan Q e COP = sehingga semakin tinggi dampak pendinginan (Qe) maka COP akan W k semakin besar pula. Hal ini cenderung sama dengan COP jika dilakukan perhitungan pada sisi refrigeran sekunder. Namun hasil yang didapatkan tidak persis sama akibat rugi-rugi panas yang tejadi. PF Satuan HCR-22 R Waktu Gambar 4.6 PF mesin refrigerasi hibrida dengan refrigeran HCR22 dan R22 Pada gambar 4.6 terlihat bahwa Performance Factor dari HCR22 lebih tinggi dari R22, dimana PF rata-rata HCR22 4,716 dan PF rata-rata R22 3,907, meskipun dampak pemanasan (Qk) dari HCR 22 lebih rendah dari R22. Hal ini di sebabkan 30

40 karena daya kompresor yang dibutuhkan pada penggunaan refrigeran HCR22 lebih kecil dari R22. Hal ini sesuai dengan persamaan Q PF = W k k. Hal ini cenderung sama pada perhitungan sisi air, dimana terdapat kerugian panas yang menyebabkan sedikit perbedaan performance factor antara sisi refrigeran primer dan sekunder. TP Satuan HCR-22 R Waktu Gambar 4.7 TP mesin refrigerasi hibrida dengan refrigeran HCR22 dan R22 Gambar 4.7 merupakan total performansi dari HCR22 dan R22. Pada gambar terlihat bahwa Total Performansi dari HCR22 lebih tinggi dari R22. Hal ini karena HCR22 memiliki COP dan PF yang lebih tinggi dari R Tekanan Kondensor dengan Refrigeran HCR22 dan R22 Pada gambar 4.3 dapat dilihat rata-rata dampak pemanasan HCR22 adalah 2,218 kw dan dampak pemanasan rata-rata R22 2,449 kw. Dampak pemanasan HCR22 lebih rendah dari R22. Hal ini diakibatkan tekanan kondensor pada R22 yang lebih tinggi dari pada dengan HCR22 seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.8. Pada tekanan kondensor yang lebih tinggi maka temperatur refrigeran juga lebih tinggi, sehingga kalor pemanasan air akan lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. 31

41 Tekanan Kondensor Psi Tekanan Kondensor HCR-22 Tekanan Kondensor R Waktu Gambar 4.8 Tekanan kondensor dengan refrigeran HCR22 dan R Temperatur Air pada Tangki Kondensor dengan HCR22 dan R22 Pada gambar 4.9 dapat dilihat temperatur air panas pada tangki kondensor. Temperatur air panas menggunakan R22 lebih tinggidari HCR22, hal ini karena tekanan kerja kondensor menggunakan R22 lebih tinggi dari tekanan kerja kondesor menggunakan HCR22 (gambar 4.8).. Laju Pemanasan 48 T out Kondensor Hcr-22 R Waktu Gambar 4.9 Temperatur air panas dengan refrigeran HCR22 dan R22 Untuk pemakaian jangka panjang penggunaan HCR22 untuk pemanas air (water heater) sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan air panas untuk berbagai 32

42 keperluan dengan temperatur kerja rata-rata 40,76 o C dan tekanan kerja kondensor rata-rata 262,33 Psi. Penggunaan R22 akan memberikan temperatur kerja rata-rata 45,76 o C dan tekanan kerja kondensor rata-rata 363 Psi. Rekapitulasi hasil pengujian dengan HCR22 dan R22 dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 menunjukkan, pemakaian refrigeran HCR22 dibanding R22 bahwa massa refrigeran lebih hemat 51,16%, COP dengan refrigeran HCR22 naik 57,38% dan PF naik 20,71%. TP dengan HCR22 naik 35,43%, dampak pendinginan naik 18,08% dan dampak pemanasan turun 29,43%. Penggunaan daya kompresor dengan HCR22 lebih hemat 25,04% dan tekanan kondensor lebih rendah 27,73%. Makin tinggi tekanan kondensor makin tinggi temperatur air yang diperoleh, namun tekanan kerja kondensor yang tinggi akan menyebabkan umur kompresor jadi lebih pendek. Temperatur air panas yang dihasilkan lebih rendah 10,9% pada penggunaan refrigeran HCR22 dibanding R22. Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pengujian dengan HCR22 dan R22 No Deskripsi Refrigeran Nilai Satuan Hasil Penghematan% 1 Massa Refrigeran HCR gram hemat 51,16 R COP HCR22 4,125 satuan naik 57,38 R22 2,621 3 PF HCR22 4,716 satuan naik 20,71 R22 3,907 4 TP HCR22 8,841 satuan naik 35,43 R22 6,528 5 Dampak Pendinginan HCR22 1,940 KWatt naik 18,08 R22 1,643 6 Dampak Pemanasan HCR22 2,218 KWatt turun -9,43 R22 2,449 7 Daya Kompresor HCR22 0,470 KWatt turun 25,04 R22 0,627 8 Tekanan Kondensor HCR22 262,33 Psig turun 27,73 R22 363,00 8 Temperatur air panas HCR22 40,760 o C turun 10,81 R22 45,7 33

43 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Massa refrigeran hidrokarbon HCR22 dibanding refrigeran halokarbon R22 pada mesin kompresi uap hibrida lebih hemat 51,16% dengan laju pendinginan dan laju pemanasan cenderung sama. 2. Dengan refrigeran hidrokarbon HCR22 dampak pendinginan naik 18,08% sedangkan dampak pemanasan turun 9,43%. Daya kompresor dengan refrigeran HCR22 lebih hemat 25,04 % dibanding dengan menggunakan R Kinerja performansi mesin kompresi uap hibrida meningkat dengan menggunakan Hidrokarbon HCR22. COP naik 57,38 %, PF naik 20,71 %, TP naik 35,43 %. Air panas yang dihasilkan dengan refrigeran hidrokarbon HCR22 rata-rata 40,76 o C pada tekanan kondensor rata-rata 262,33 Psi sedangkan dengan R22 rata-rata 45,70 o C pada tekanan kondensor rata-rata 363 Psi. 5.2 Saran Untuk pengembangan lebih lanjut mengenai pengujian mesin pendingin kompresi uap hibrida agar didapatkan hasil kajian yang lebih baik disarankan menggunakan akuisisi data. 34

44 DAFTAR PUSTAKA 1. Agarwal, Radhey S., 1997, Retrofitting of Domestic and Small Capacity Commercial Refrigeration Appliances Using Hydrocarbon Blends, Proceedings Seminar on ODS Phase-Out: Solutions for the Refrigeration Sector, Kuta. 2. Amrul, 2001, Kaji Eksperimental Karakteristik Mesin Refrigerasi Hibrid Kompresi Uap Susunan Seri dan Paralel dengan Menggunakan Refrigeran Hidrokarbon HCR-12, Tesis, Jurusan Teknik Mesin, ITB, Bandung. 3. Arora, C. P, 2001, Refrigeration and Air Conditioning, Mc. Graw-Hill International Edition. 4. Aziz, Azridjal, 2002 Penggunaan Hidrokarbon sebagai Refrigeran pada Sistem Refrigerasi Komersil (Commercial Refrigeration) dan Pengkondisi Udara (Air Conditioning), Jurnal Sains dan Teknologi, FT Unri, Pekanbaru. 5. Aziz, Azridjal, 2002, Refrigeran Hidrokarbon sebagai Alternatif Pengganti Refrigeran Halokarbon, Jurnal Sains dan Teknologi, FT Unri, Pekanbaru. 6. Aziz, Azridjal, 2004, Kaji Eksperimental Pengaruh Perubahan Suhu pada Siklus Sekunder dan Siklus Primer terhadap Performansi Mesin Refrigerasi Hibrid dengan Refrigeran HCR12, Jurnal Saintek (terakreditasi), UNP, Padang. 7. Hewitt, G.F., 1994, Process Heat Transfer, CRC Press Inc., Boca Raton, USA. 8. Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000, Short Course on the Applications of Hydrocarbon Refrigerants, International Conference on Fluid and Thermal Energy Conversion 2000, Bandung. 9. Pasek, A.D.,Tandian, N.P., Adriansyah W., 2004 Training of Trainer Refrigeration Servicing Sector, Training Manual, ITB, Bandung 10. Stoecker, W.F. and Jones, J.W., 1994, Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Erlangga, Jakarta. 35

45 36

46 37

47 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Refrigerasi adalah suatu proses penyerapan panas dari suatu zat atau produk sehingga temperaturnya berada di bawah temperatur lingkungan. Mesin refrigerasi atau disebut juga mesin

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22 PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI Azridjal Aziz (1), Yazmendra Rosa (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Oleh : Azridjal Aziz, ST. MT. NIP Ir. Herisiswanto, MT. NIP

LAPORAN PENELITIAN. Oleh : Azridjal Aziz, ST. MT. NIP Ir. Herisiswanto, MT. NIP LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN ENERGY EFFICIENT RESIDENTIAL AIR CONDITIONING SYSTEMS DENGAN ENCAPSULATED ICE THERMAL ENERGY STORAGE BERBASIS MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON

Lebih terperinci

Azridjal Aziz, ST. MT. NIP

Azridjal Aziz, ST. MT. NIP KATA PENGANTAR Alhamdulillah, sebagai rasa terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas kekuatan dan rahmat-nya lah maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Dalam mengerjakan

Lebih terperinci

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK PENGGUNAAN HIDROKARBON SEBAGAI REFRIGERAN PADA MESIN REFRIGERASI SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA DENGAN MEMANFAATKAN PANAS BUANG PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA Azridjal Aziz () Hanif () () Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Oleh : Azridjal Aziz, ST. MT. NIP Ir. Herisiswanto, MT. NIP Dibiayai oleh :

LAPORAN PENELITIAN. Oleh : Azridjal Aziz, ST. MT. NIP Ir. Herisiswanto, MT. NIP Dibiayai oleh : LAPORAN PENELITIAN Pengembangan Cold Storage Hemat Energi Sebagai Mesin Refrigerasi Hibrida Memanfaatkan Panas Buang Kondensor Pada Drying Room Menggunakan Refrigeran Hidrokarbon Subsitusi R-22 Oleh :

Lebih terperinci

Azridjal Aziz (1), Hanif (2) ABSTRACT

Azridjal Aziz (1), Hanif (2) ABSTRACT PENGGUNAAN HIDROKARBON SEBAGAI REFRIGERAN PADA MESIN REFRIGERASI SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA DENGAN MEMANFAATKAN PANAS BUANG PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA Azridjal Aziz (1), Hanif () (1) Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi udara yang digunakan dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman bagi penghuni

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA State of the art penelitian BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Mesin refrigerasi Siklus Kompresi Uap Standar (SKU) pada adalah salah satu jenis mesin konversi energi, dimana sejumlah energi dibutuhkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Penggunaan Thermal Energy Storage sebagai Penyejuk Udara Ruangan dan Pemanas Air pada Residential Air Conditioning Hibrida

Penggunaan Thermal Energy Storage sebagai Penyejuk Udara Ruangan dan Pemanas Air pada Residential Air Conditioning Hibrida Banjarmasin, 7-8 Oktober 2 Penggunaan Thermal Energy Storage sebagai Penyejuk Udara Ruangan dan Pemanas Air pada Residential Air Conditioning Hibrida Azridjal Aziz,a *, Herisiswanto2,b, Rahmat Iman Mainil3,c,

Lebih terperinci

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada

Lebih terperinci

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR- UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN Eko Prasetyo 1, Azridjal Aziz, Rahmat Iman Mainil 3 Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Azridjal Aziz 1,a* dan Boby Hary Hartanto 2,b 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK Dwi Bayu Saputro, Suryadimal, S.T.,M.T 1), Ir. Wenny Marthiana., M.T 2) Program Studi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH) ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH) Azridjal Aziz, Herisiswanto, Hardianto Ginting, Noverianto Hatorangan, Wahyudi Rahman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HCR-22

PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HCR-22 PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN DAN Muchammad 1) Abstrak Efek pemanasan Global (GWP) merupakan salah satu permasalahan yang disebabkan

Lebih terperinci

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli 2005 25 PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR EVAPORATOR TERHADAP PRESTASI AIR COOLED CHILLER DENGAN REFREGERAN R-134a, PADA TEMPERATUR KODENSOR TETAP Bambang Yunianto 1) Abstrak Pengujian

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun. Oleh :

LAPORAN TAHUNAN. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun. Oleh : LAPORAN TAHUNAN Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi PENGEMBANGAN RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA HEMAT ENERGI DENGAN KONDENSOR DUMMY SEBAGAI WATER HEATER MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY TIPE TROMBONE COIL SEBAGAI WATER HEATER Arya Bhima Satria 1, Azridjal Aziz 2 Laboratorium

Lebih terperinci

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu, Jurnal Sains dan Teknologi 15 (2), September 16: 51-56 EFEK BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR MESIN REFRIGERASI SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE TROMBONE COIL ( 1/4, 7,9 m) SEBAGAI

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Untuk tahapan berikutnya, analisis mesin refrigerasi hibrida dengan thermal energy strorage dilakukan menggunakan storage ice on coil. Pada prinsipnya perbedaaan mendasar

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

KINERJA AIR CONDITONING HIBRIDA PADA LAJU ALIRAN AIR BERBEDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE HELICAL COIL (1/4", 6,7 m) SEBAGAI WATER HEATER

KINERJA AIR CONDITONING HIBRIDA PADA LAJU ALIRAN AIR BERBEDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE HELICAL COIL (1/4, 6,7 m) SEBAGAI WATER HEATER Jurnal Sains dan Teknologi 15 (2), September 216: 43-5 KINERJA AIR CONDITONING HIBRIDA PADA LAJU ALIRAN AIR BERBEDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE HELICAL COIL (1/4", 6,7 m) SEBAGAI WATER HEATER Faisal Tanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Sugiyono 1, Ir Sumpena, MM 2 1. Mahasiswa Elektro, 2. Dosen

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS Jurnal Sains dan Teknologi 14 (1), Maret 15: 17- PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS Adi Hans

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER No. Vol. Thn.XVII April ISSN : 85-87 KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER Iskandar R. Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Tahapan berikutnya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tahapan realisasi mesin refrigerasi hibrida dengan modul Evaporative Cooling dan modul Heat Recovery

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA Eko Saputra 1, Azridjal Aziz 2, Rahmat Iman Mainil 3 Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Azridjal Aziz Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5

Lebih terperinci

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng MULTIREFRIGERASI SISTEM Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng SIKLUS REFRIGERASI Sistem refrigerasi dengan siklus kompresi uap Proses 1 2 : Kompresi isentropik Proses 2 2 : Desuperheating Proses 2 3 : Kondensasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT PK Imron Rosadi, Agus Wibowo, Ahmad Farid. Mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Pancasakti, Tegal,. Dosen Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan Azridjal Aziz, Herisiswanto, Hardianto Ginting, Noverianto Hatorangan, Wahyudi Rahman

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING Mega Nur Sasongko 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya Jalan M.T Haryono 167 Malang Telp. 0341-587710 E-mail:

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Properti Termodinamika Refrigeran Untuk menduga sifat-sifat termofisik masing-masing refrigeran dibutuhkan data-data termodinamik yang diambil dari program REFPROP 6.. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya terbatas untuk peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup, namun juga telah

Lebih terperinci

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin BELLA TANIA Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya May 9, 2013 Abstrak Mesin

Lebih terperinci

Pengaruh Aplikasi Refrigeran Hidrokarbon Terhadap Performansi Mobile Air Conditioning

Pengaruh Aplikasi Refrigeran Hidrokarbon Terhadap Performansi Mobile Air Conditioning Pengaruh Aplikasi Refrigeran Hidrokarbon Terhadap Performansi Mobile Air Conditioning Puji Saksono Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Balikpapan Jl. Pupuk Raya PO BOX 335

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA State of the art penelitian Residential Air Conditioning (RAC) didisain untuk memindahkan kalor dari dalam ruangan (indoor) dan membuangnya ke bagian luar ruangan atau ke lingkungan

Lebih terperinci

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : TRI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ENCAPSULATED ICE THERMAL ENERGY STORAGE

PENGGUNAAN ENCAPSULATED ICE THERMAL ENERGY STORAGE PENGGUNAAN ENCAPSULATED ICE THERMAL ENERGY STORAGE PADA RESIDENTIAL AIR CONDITIONING MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSTITUSI R-22 YANG RAMAH LINGKUNGAN Azridjal Aziz (1), Afdhal Kurniawan Mainil

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR. Ir.

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR. Ir. STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR OLEH : RAGIL HERI NURAMBYAH 2108 100 523 DOSEN PEMBIMBING : Ir. KADARISMAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG

COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG ISSN-P 2460-8408 Jurnal Teknologi Pendingin dan Tata Udara Politeknik Sekayu (PETRA) Volume 1, No. 1, November 2015, h. 44-54 COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG Arief

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI MESIN PENDINGIN (AC SPLIT) 1PK DENGAN PENAMBAHAN ALAT AKUMULATOR MENGGUNAKAN REFRIGERAN MC-22 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ENCAPSULATED ICE THERMAL ENERGY STORAGE

PENGGUNAAN ENCAPSULATED ICE THERMAL ENERGY STORAGE PENGGUNAAN ENCAPSULATED ICE THERMAL ENERGY STORAGE PADA RESIDENTIAL AIR CONDITIONING MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSTITUSI R-22 YANG RAMAH LINGKUNGAN Azridjal Aziz (1), Afdhal Kurniawan Mainil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Sistem refrigerasi kompresi uap paling umum digunakan di antara

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN PIPA KONDENSOR DUMMY

LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN PIPA KONDENSOR DUMMY LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN PIPA KONDENSOR DUMMY Perhitungan perencanaan kondensor dummy 3/8 inchi Tabel L1.1. Sifat-sifat Termodinamik R22 pada Temperatur 47 o C Sifat Titik 1 Titik 2 Titik 2 Titik 3 Titik

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN R407C.

UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN R407C. UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN Kevin Sanjaya 1), I Made Kartika Dhiputra 2) dan Harto Tanujaya 1) 1) Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. MODUL PRAKTIKUM Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 i ii KATA PENGANTAR Assalaamu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 3, No. 2, Juli 2015 ANALISIS PENGARUH VARIASI MODE KERJA TERHADAP PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAPWATER CHILLER TYPE WITH WATER COOLED CONDENSER DENGAN REFRIGERAN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM PENDINGIN RUANG PALKAH IKAN DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HIDROKARBON (MC-22)

ANALISIS KINERJA SISTEM PENDINGIN RUANG PALKAH IKAN DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HIDROKARBON (MC-22) ANALISIS KINERJA SISTEM PENDINGIN RUANG PALKAH IKAN DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HIDROKARBON (MC-22) Amri Jumhan, Audry D Cappenberg Program studi Teknik Mesin Universitas 17 agustus 1945 Jakarta

Lebih terperinci

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD HANIF BADARUS SAMSI (2108100091) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD Contoh aplikasi di bidang pengobatan biomedis yang membutuhkan temperatur -20 C untuk penyimpanan sampel CFC mengandung ODP

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP VARIASI KECEPATAN PUTARAN FAN KONDENSOR DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK MENGGUNAKAN R22

ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP VARIASI KECEPATAN PUTARAN FAN KONDENSOR DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK MENGGUNAKAN R22 ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP VARIASI KECEPATAN PUTARAN FAN KONDENSOR DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK MENGGUNAKAN R22 Rinaldi Hasri, Suryadimal, ST.,MT 1), Ir. Wenny Marthiana, MT 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi. merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi. merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Tanpa adanya

Lebih terperinci

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK PROS ID I NG 2 0 1 3 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split)

Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split) Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split) Azridjal Aziz1,a *, Idral2,b, Herisiswanto3,b Rahmat Iman Mainil4,c, David Jenvrizen5,d 1,,2,3,4

Lebih terperinci

PERFORMANSI MODULAR CHILLER KAPASITAS 120 TR

PERFORMANSI MODULAR CHILLER KAPASITAS 120 TR Jurnal Mekanikal, Vol. 6 No. 1: Januari 2015: 532-539 ISSN 2086-3403 PERFORMANSI MODULAR CHILLER KAPASITAS 120 TR Azridjal Aziz 1, Joko Harianto 1, Afdhal Kurniawan Mainil 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 4 No.. April 00 (43-50) Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Lebih terperinci

ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE)

ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE) ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE) Awal Syahrani * * Abstract Good Refrigeran and used many up to last some years is the refrigeran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2007 Mei 2008 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Kampus IPB, Bogor. 2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci