ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DALAM PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD DI GUGUS II KECAMATAN BANJAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DALAM PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD DI GUGUS II KECAMATAN BANJAR"

Transkripsi

1 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DALAM PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD DI GUGUS II KECAMATAN BANJAR Ni Putu Widiawati 1, Ketut Pudjawan 2, I Gd Margunayasa 3 1,3 Jurusan PGSD, 2 Jurusan TP, 3 Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Widia_wati10@yahoo.co.id 1,ketutpudjawan@gmail.com 2, pakgun.pgsd@yahoo.com 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman konsep siswa dalam pelajaran IPA. Penelitian dilakukan di 3 sekolah dasar yang ada di gugus II Kecamatan Banjar yaitu SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV dan guru SD dari masing-masing sekolah, sedangkan objek dari penelitian ini adalah pemahaman konsep IPA siswa, aktivitas-aktiviatas yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa, dan kendala-kendala yang dialami dalam memahami konsep IPA. Pemahaman konsep IPA siswa dikumpulkan menggunakan tes uraian dan wawancara. Hasil penelitian dari ketiga sekolah menunjukkan bahwa 10,81% peserta didik memperoleh nilai ratarata dari tes pemahaman konsep IPA, sebanyak 45,95% peserta didik memperoleh nilai dibawah rata-rata dan sebanyak 43,24% peserta didik memperoleh nilai diatas rata-rata. Sedangkan hasil analisis indikator menunjukkan bahwa memberi contoh merupakan indikator dengan persentase tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 88,92% dan indikator menjelaskan merupakan indikator dengan persentase terrendah dengan perolehan persentase sebesar 60,81%. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA antara lain dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menarik seperti kegiatan diskusi kelompok, proyek, observasi dan eksperimen. Kendala-kendala yang dihadapi dalam memahami konsep IPA adalah minat siswa yang masih rendah, fasilitas yang kurang memadai, metode pembelajaran yang kurang menarik. Kata Kunci: deskriptif kualitatif, pelajaran IPA, pemahaman konsep. Abstract This study was aimed to describe the students' understanding of concepts in science lessons. This research was conducted in three primary schools in the cluster II District Banjar namely SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, and SD Negeri 5 Temukus. The subject of this study is the fourth grade students and elementary school teachers from each school, while the object of the research is understanding the concept of science students. Students' understanding of science concepts is collected using the test descriptions and interviews. The results showed that 10.81% of students gained an average value of test understanding science concepts, as much as 45.95% of students scored below average and as much as 43.24% of students received grades above average. While the results of the analysis indicators show that gives an example of an indicator with the highest percentage with the percentage of 88.92% and an indicator to explain an indicator with the lowest percentage with the acquisition of a percentage of 60.81%. Based on the results of interviews is known that the activities undertaken to improve the understanding of science concepts, among others, by implementing learning activities like group discussions, projects, observation and experimentation,. Constraints faced in understanding the concept of IPA is the interest of students is still low, inadequate facilities, lack of utilization of the environment as a source of learning, learning methods that are less attractive. Keywords: qualitative descriptive,science lessons, understanding concepts.

2 PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga dapat menjadi manusia yang berguna baik bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Melihat pentingnya pendidikan bagi suatu bangsa, maka sudah sepatutnya pendidikan mendapatkan perhatian secara terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia. Mutu pendidikan yang tinggi sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya sumber daya manusia yang cerdas, berkualitas, dan mampu bersaing dari era global ini. Salah satu bidang pendidikan yang perlu diperhatikan dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi adalah pendidikan ilmu pengetahuan alam. Ilmu pengetahuan alam yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. IPA merupakan ilmu yang mengajarkan berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan daya nalar, analisa sehingga hampir semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat dimengerti. Fowler & Fowler (dalam Ardana, 2013: 2) IPA didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi atau pengamatan, eksperimen dan induksi. Secara alamiah ilmu pengetahuan alam memiliki konsep pemikiran dan pemahaman yang terintegrasi dalam pengembangan kemampuan berpikir yang sistematis dan analitis. Oleh sebab itu, pendidikan ilmu pengetahuan alam harus ditanamkan secara kuat sejak awal, yaitu sejak pendidikan dasar yang merupakan awal bagi peserta didik untuk kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Melalui pendidikan ilmu pengetahuan alam diharapkan para siswa akan memperoleh pengalaman dalam bentuk kemampuan untuk bernalar induktif dengan berbagai konsep dan prinsip ilmu pengetahuan alam. Kemampuan yang diperolehnya itu diharapkan dapat digunakan untuk mengungkap fenomenafenomena alam dalam kehidupan seharihari, menerapkan prinsip-prinsip dari ilmu pengetahuan alam dengan teknologi, mengembangkan kebiasaan dan sikap ilmiah untuk menemukan dan meningkatkan pemahaman konsep siswa. Pemahaman konsep memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar dan merupakan dasar dalam mencapai hasil belajar. Menurut Tjandra & dkk (2005) konsep merupakan kesimpulan dari suatu pengertian yang terdiri dari dua atau lebih fakta dengan memiliki ciri-ciri yang sama. Untuk menanamkan suatu konsep dalam pelajaran, seorang guru perlu mengajarkannya dalam konteks nyata dengan mengaitkannya terhadap lingkungan sekitar. Hal ini akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dan meningkatkan pemahaman konsepnya terhadap materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di kelas IV SD Gugus II Kecamatan Banjar, maka diperoleh hasil rata-rata UTS IPA siswa seperti pada Tabel 1.

3 Tabel 1. Rata-rata UTS IPA Siswa Kelas IV SD di GUGUS II Kecamatan Banjar No Sekolah KKM Rata-rata 1. SD Negeri 1 Temukus 60 58,0 2. SD Negeri 4 Temukus 64 72,6 3. SD Negeri 5 Temukus 62 79,0 4. SD Negeri 1 Tigawasa 62 63,5 5. SD Negeri 2 Tigawasa 60 69,8 6. SD Negeri 3 Tigawasa 61 73,3 Berdasarkan Tabel 1 rata-rata hasil belajar ulangan tengah semester (UTS) siswa kelas IV SD di GUGUS II Kecamatan Banjar dapat dikatakan berbeda-beda. Ada yang mempunyai nilai rata-rata rendah, sedang dan ada pula yang mempunyai nilai rata-rata tinggi. Penyebab perbedaan rata-rata hasil belajar dimasing-masing sekolah yaitu pertama, ada siswa yang memperoleh konsep IPA melalui proses yang bermakna dan ada pula siswa yang memperoleh konsep IPA tanpa melalui proses yang bermakna. Maksudnya adalah siswa mempelajari IPA ada yang dengan melakukan dan ada yang tanpa melakukan sesuatu yang menarik terkait fenomena yang tengah mereka pelajari, seperti melakukan percobaan, demonstrasi ataupun belajar dengan menggunakan media yang relevan. Kedua, dari 6 sekolah yang termasuk dalam Gugus II Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, model pembelajaran yang digunakan ada yang berorientasi pada model konvensional dan ada pula yang menggunakan model kooperatif. Dalam proses pembelajaran dengan model konvensional yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, mencatat, mendengarkan, dan memberikan tugas. Guru masih menggunakan metode ceramah dengan menjejalkan berbagai konsep IPA kepada siswa dengan sistem dengarkan, catat dan hapalkan. Hal ini sangat mematikan sikap ilmiah siswa serta membuat siswa tidak aktif dalam pelajaran. Sedangkan dengan menggunakan model kooperatif, siswa akan diminta untuk melaksanakan kegiatan yang lebih mengembangkan keaktifan siswa seperti kegiatan diskusi kelompok dan kegiatan proyek. Kegiatankegiatan tersebut mampu mengeksplorasi kemampuan siswa dalam berpikir kreatif dan berpendapat. Jadi dari 6 sekolah yang ada di GUGUS II Kecamatan Banjar dipilih tiga sekolah yang dianggap mewakili sekolah dengan nilai rata-rata rendah, sedang, dan tinggi yaitu SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus. Anak-anak di sekolah dasar cenderung tertarik dengan masalahmasalah kecil, baik masalah buatan maupun masalah yang langsung ada di lingkungan sekitanya (Astawan, 2012). Permasalahan tersebut akan melatih anak-anak untuk dapat berpikir kritis dan objektif dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, pelajaran IPA di sekolah dasar harus dilakukan dengan kegiatan yang menarik seperti penyelidikan sederhana, diskusi dan pengamatan secara langsung di lingkungan sekitar. Pembelajaran dengan menerapkan kegiatan tersebut akan lebih menarik perhatian siswa dan mampu meningkatkan rasa ingin tahu yang dimiliki siswa sehingga akan lebih meningkatkan konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut akan semakin memudahkan siswa dalam memahami konsep yang akan ditanamkan oleh guru. Konsep yang langsung diperoleh dari hasil berpikir kritis siswa dengan mengkonstruksi dari lingkungan sekitar ini akan lebih berkesan dan bertahan lebih lama, serta akan menjadi dasar yang baik bagi siswa utuk mampu mempelajari konsep lainnya dan meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang 1) pemahaman konsep IPA siswa

4 kelas IV di Gugus II Kecamatan Banjar. 2) Aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA. 3) Kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam memahami konsep IPA. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini digunakan karena (1) lebih mudah mengadakan penyesuaian dengan kenyataan yang berdimensi ganda, (2) lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan subjek penelitian, dan (3) memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi (Zuriah, 2012). Penelitian ini dilakukan di SD GUGUS II yang ada di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng tepatnya di SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus. Subjek penelitian atau sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru IPA yang ada di masing-masing sekolah, sedangkan objek penelitiannya adalah pemahaman konsep siswa pada pelajaran IPA, aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa, dan kendala-kendala dalam memahami konsep IPA. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, tes, dan wawancara. Tes yang digunakan untuk memperoleh data pemahaman konsep IPA siswa adalah tes uraian yang berjumlah 10 butir. Tes dibuat berdasarkan indikator-indikator pemahaman konsep yang meliputi menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, meringkas, menduga, membandingkan, dan menjelaskan. Sedangkan jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara semistruktur dengan soal berjumlah 10 butir. Wawancara diberikan kepada guru IPA dan siswa kelas IV. Jumlah siswa yang diwawancarai sebanyak 3 orang, yang dipilih berdasarkan perolehan hasil tes yang dianggap mewakili siswa dengan nilai terendah, sedang dan tertinggi. Namun sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian terlebih dulu perlu dilakukan uji coba. Uji coba atau validitas instrumen dilakukan untuk memperoleh gambaran kelayakan dari instrumen yang digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini, uji coba diberikan kepada siswa kelas V di SD Negeri 1 Temukus dan SD Negeri 5 Temukus dengan total siswa berjumlah 48 orang. Hasil uji coba ini kemudian dinalisis untuk mengetahui validitas butir tes, reliabilitas tes, daya beda tes, dan tingkat kesukaran tes. Dari 10 soal yang diuji cobakan, semua soal dikatakan valid dan dapat digunakan saat penelitian. Data yang dikumpulkan saat penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi mean, median, modus, data maksimal, data minimal, varians, standar deviasi, dan rentangan. Dan juga dianalisis dengan menggunakan deskriptif persentase untuk mengetahui jumlah persentase penguasaan masing-masing indikator pemahaman konsep. HASIL DAN PEMBAHASAN Tes pemahaman konsep IPA yang diberikan kepada masing-masing sekolah memperoleh hasil yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan peserta didik. Berikut penyajian hasil tes masing-masing sekolah. Hasil penyajian data tes pemahaman konsep IPA di SD Negeri 1 Temukus dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Temukus No Rentang nilai Nilai Tengah frekuensi f relatif (%) ,5 6 18, ,5 7 21,87

5 ,5 3 9, ,5 7 21, ,5 5 15, ,5 4 12,5 Jumlah Dari Tabel 2. diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean dari data diatas adalah 75,4. Rata-rata tersebut terletak pada rentang nilai Jumlah siswa yang memperoleh nilai di sekitar rata-rata sebanyak 9,37%, jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata sebanyak 40,62% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata sebanyak 49,99%. Hasil penyajian data tes pemahaman konsep IPA di SD Negeri 4 Temukus dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Temukus No Rentang nilai Nilai Tengah frekuensi f relatif (%) Jumlah Dari Tabel 3. diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean dari data diatas adalah 78,04. Rata-rata tersebut terletak pada rentang nilai Jumlah siswa yang memperoleh nilai di sekitar rata-rata sebanyak 12%, jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata sebanyak 40% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata sebanyak 48%. Hasil penyajian data pemahaman konsep IPA di SD Negeri 5 Temukus dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Temukus No Rentang nilai Nilai Tengah frekuensi f relatif (%) , , , , ,65 Jumlah Dari Tabel 4. diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean dari data diatas adalah 77,2. Rata-rata tersebut terletak pada rentang nilai Jumlah siswa yang memperoleh nilai di sekitar rata-rata sebanyak 23,53%, jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata sebanyak 41,18% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata sebanyak 35,30%. Hasil penyajian data tes pemahaman konsep IPA secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 5.

6 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep IPA Secara Umum (SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus) No Rentang nilai Nilai Tengah Frekuensi f relatif (%) , , , , , , , ,70 Jumlah Dari Tabel 5 diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean dari data diatas adalah 76,9. Rata-rata tersebut terletak pada rentang nilai Jumlah siswa yang memperoleh nilai di sekitar rata-rata sebanyak 10,81%, jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata sebanyak 45,95% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata sebanyak 43,24%. Untuk lebih mengetahui pemahaman konsep IPA peserta didik, maka dilakukan analisis terhadap indikator-indikator pemahaman konsep yang meliputi indikator menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, meringkas, menduga, dan menjelaskan. Berikut hasil penyajian masing-masing indikator di setiap sekolah. Analisis indikator di SD Negeri 1 Temukus menunjukkan bahwa dari ketujuh indikator pemahaman konsep, indikator memberikan contoh dan indikator membandingkan merupakan indikator dengan persentase tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 94,27% dan 86,46%. Sedangkan indikator meringkas dan menjelaskan merupakan indikator dengan persentase terrendah dengan perolehan persentase masing-masing sebesar 53,12% dan 52,08%. Indikator-indikator pemahaman konsep yang lain seperti menginterpretasi, mengklasifikasi, menduga, dan menjelaskan memperoleh persentase yang cukup tinggi, dengan jumlah persentase berkisar 72% - 79%. Analisis indikator di SD Negeri 4 Temukus menunjukkan bahwa dari ketujuh indikator pemahaman konsep, indikator menduga merupakan indikator dengan persentase tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 89,33%. Sedangkan indikator menjelaskan merupakan indikator dengan persentase terrendah dengan perolehan persentase sebesar 65,33%. Indikator-indikator pemahaman konsep yang lain seperti menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, dan meringkas memperoleh persentase yang cukup tinggi dengan persentase yang berkisar antara 70% - 80%. Analisis indikator di SD Negeri 5 Temukus menunjukkan bahwa dari ketujuh indikator pemahaman konsep, indikator membandingkan merupakan indikator dengan persentase penguasaan tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 97,05%. Sedangkan indikator meringkas dan mengklasifikasikan merupakan indikator dengan persentase terrendah dengan perolehan persentase sebesar 62,74% dan 63,72%. Indikator-indikator pemahaman konsep yang lain seperti menginterpretasi, memberi contoh, menduga dan meringkas memperoleh persentase yang cukup tinggi dengan persentase yang berkisar antara 70% sampai 90% Untuk mengetahui perbandingan per indikator pemahaman konsep IPA siswa di SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 temukus dapat dilihat pada Tabel 6.

7 Tabel 6. Perbandingan Per Indikator Pemahaman Konsep IPA Siswa di SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus No Indikator SD N 1 Temukus SD N 4 Temukus SD N 5 Temukus 1 Menginterpretasi 76,04% 85,33% 70,59% 2 Memberi Contoh 94,27% 84,67% 80,39% 3 Mengklasifikasikan 76,04% 76,67% 63,72% 4 Meringkas 53,12% 74,67% 62,74% 5 Menduga 75% 89,33% 94,12% 6 Membandingkan 86,46% 73,33% 97,05% 7 Menjelaskan 52,08% 65,33% 70,59% Dari Tabel 6. terlihat bahwa jumlah persentase tertinggi dari indikator menginterpretasi terdapat di SD Negeri 4 Temukus dengan persentase 85,33%. Jumlah persentase tertinggi indikator memberi contoh terdapat di SD Negeri 1 Temukus dengan persentase 94,27%. Jumlah persentase tertinggi indikator mengklasifikasi terdapat di SD Negeri 4 Temukus dengan persentase 76,67%. Jumlah persentase tertinggi indikator meringkas terdapat di SD Negeri 4 Temukus dengan persentase 74,67%. Jumlah persentase tertinggi indikator menduga terdapat di SD Negeri 5 Temukus dengan persentase 94,12%. Jumlah persentase tertinggi indikator membandingkan terdapat di SD Negeri 5 Temukus dengan persentase 97,05%, dan jumlah persentase tertinggi indikator menjelaskan terdapat di SD Negeri 5 Temukus dengan persentase 70,59%. Hasil penyajian analisis perindikator pemahaman konsep IPA secara keseluruhan yang meliputi SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Analisis Per Indikator Pemahaman Konsep IPA Secara Umum (SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus) No Indikator Persentase (%) Kategori 1 Menginterpretasi 77,93% Tinggi 2 Memberi Contoh 87,84% Tinggi 3 Mengklasifikasikan 73,42% Tinggi 4 Meringkas 62,61% Sedang 5 Menduga 84,23% Tinggi 6 Membandingkan 84,46% Tinggi 7 Menjelaskan 60,81% Sedang Pada Tabel 7 terlihat bahwa, indikator memberi contoh merupakan indikator dengan persentase tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 87,84%. Sedangkan indikator menjelaskan dan indikator meringkas merupakan indikator dengan persentase terendah dengan perolehan persentase sebesar 60,81% dan 62,61%. Indikator-indikator pemahaman konsep yang lain seperti menginterpretasi, mengklasifikasi, menduga dan membandingkan memperoleh persentase yang cukup tinggi dengan persentase yang berkisar antara 70% sampai 80%. Untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA, khususnya indikator menjelaskan, hal yang dapat dilakukan adalah menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik seperti tugas proyek. Pada tugas membuat proyek, peserta didik diminta untuk membuat sebuah karya, baik secara individu maupun secara

8 berkelompok. Karya yang telah dibuat peserta didik ini kemudian dipresentasikan atau dijelaskan di depan kelas, dengan begitu kemampuan peserta didik dalam menjelaskan sebuah konsep akan semakin meningkat. Sedangkan untuk indikator memberi contoh harus dipertahankan, bahkan jika bisa harus ditingkatkan. Selain hasil tes, hasil wawancara dimasing-masing sekolah menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memudahkan dalam memahami konsep adalah dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menarik seperti kegiatan diluar kelas. Hal ini didukung oleh pernyataan guru IPA seperti berikut. P : Kegiatan-kegiatan seperti apa yang Anda lakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA? pernahkah anda melakukan kegiatan di luar kelas seperti observasi dan eksperimen?. R2 : Kalau untuk kegiatan di luar kelas pernah dilaksanakan, tapi kendalanya adalah proses kegiatan tersebut cukup memakan waktu yang lama, sedangkan waktu atau jam belajar di kelas sangat terbatas. Kalau untuk kegiatan eksperimen saya belum pernah melaksanakannya, seperti yang saya bilang fasilitas pendukung berupa alat-alat disini masih sangat minim jadi susah untuk melaksanakan kegiatan seperti eksperimen. Sedangkan kendala-kendala yang sering dihadapi dalam memahami konsep, khusunya dalam pembelajaran IPA dapat dilihat dalam potongan wawancara guru IPA berikut ini. P : Apakah kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam memahami konsep IPA?. R3 : Kendala yang dihadapi siswa dalam memahami konsep adalah kurang mampunya siswa dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pengetahuan, selain itu siswa masih sering menghafal konsep yang diajarkan sehingga konsep tersebut hanya sekedar ingatan saja, motivasi yang dimiliki siswa juga masih kurang, dan fasilitas yang ada di sekolah kurang terlalu lengkap, meskipun sudah tersedia beberapa. Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan di SD Negeri 1 Temukus diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah 93 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 60. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh rata-rata tes sebesar 75,4. Dari 32 peserta didik, 3 orang peserta didik atau 9,37% memperoleh nilai sama dengan rata-rata, 13 orang peserta didik atau 40,62% memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 16 orang peserta didik atau 49,99% memperoleh nilai diatas rata-rata. Sedangkan hasil analisis perindikator pemahaman konsep menunjukkan bahwa indikator meringkas dan menjelaskan merupakan indikator dengan persentase terrendah yaitu 53,12% dan 52,08%, sedangkan indikator memberi contoh merupakan indikator pemahaman konsep dengan persentase tertinggi yaitu 94,27%. Hasil tes yang telah dilakukan di SD Negeri 4 Temukus menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah 97 dan nilai terrendah yang diperoleh adalah 60. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh rata-rata tes sebesar 78,04. Dari 25 peserta didik, 3 orang peserta didik atau 12% memperoleh nilai sama dengan rata-rata, 10 orang peserta didik atau 40% memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 12 orang peserta didik atau 48% memperoleh nilai diatas rata-rata. Sedangkan hasil analisis perindikator pemahaman konsep menunjukkan bahwa indikator menjelaskan merupakan indikator dengan persentase terrendah yaitu 65,33%, sedangkan indikator menduga merupakan indikator pemahaman konsep dengan persentase tertinggi yaitu 89,33%. Hasil tes yang dilakukan di SD Negeri 5 Temukus menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah 93 dan nilai terrendah yang diperoleh adalah 63. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh rata-rata tes sebesar 77,2. Dari 17 peserta didik, 4 orang peserta didik atau 23,53% memperoleh nilai sama dengan rata-rata, 7 orang peserta didik atau 41,18% memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 6 orang peserta didik atau 35,30% memperoleh nilai diatas rata-rata. Sedangkan hasil analisis per indikator

9 pemahaman konsep menunjukkan bahwa indikator meringkas merupakan indikator dengan persentase terrendah yaitu 62,74%, sedangkan indikator membandingkan merupakan indikator pemahaman konsep dengan persentase tertinggi yaitu 97,05%. Hasil tes dari ketiga sekolah (SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus) menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah 97 dan nilai terrendah yang diperoleh adalah 60. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh nilai rata-rata tes sebesar 75,9. Dari 74 peserta didik, 8 orang peserta didik atau 10,81% memperoleh nilai sama dengan rata-rata, 34 orang peserta didik atau 45,95% memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 32 orang peserta didik atau 43,24% memperoleh nilai diatas rata-rata. Sedangkan hasil analisis perindikator pemahaman konsep menunjukkan bahwa indikator yang mendapat persentase paling rendah adalah indikator menjelaskan dengan persentase 60,81% atau sama dengan 45 peserta didik, sedangkan indikator yang mempunyai jumlah persentase penguasaan paling tinggi adalah indikator memberi contoh dengan persentase sebesar 87,84% atau sama dengan 65 orang. Untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA, khususnya indikator menjelaskan, hal yang dapat dilakukan adalah menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik seperti tugas proyek. Pada tugas tersebut siswa diminta untuk menjelaskan tentang proyek yang mereka buat di depan kelas. Susanto (2012: 171) menyatakan bahwa dalam pelajaran IPA disekolah dasar pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara ketiga sekolah yang menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA adalah dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menarik, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan di dalam kelas yang dapat menarik perhatian siswa adalah kegiatan diskusi kelompok dan kegiatan proyek, sedangkan kegiatan di luar kelas dapat berupa kegiatan observasi atau pengamatan dan eksperimen atau penyelidikan sederhana. Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas, tidak hanya mampu membuat peserta didik berpikir kreatif dan inovatif, namun juga melatih kerja sama antar satu individu dengan individu yang lain. Contoh kegiatan proyek berkelompok ini adalah membuat roket mainan saat mempelajari materi energi dan perubahannya. Guru bisa meminta peserta didik untuk menyiapkan bahan dan alatnya dari rumah, kemudian mengerjakannya secara berkelompok di sekolah. Kegiatan di luar kelas merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan saat pelajaran IPA. Hal ini dikarenakan pelajaran IPA bersentuhan langsung dengan lingkungan alam sekitar, sehingga akan lebih baik jika mereka menjadikan lingkungan sekitar sebagai tempat belajar. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan di luar kelas adalah kegiatan observasi atau pengamatan. Kegiatan ini menuntut peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitarnya secara langsung guna memperoleh informasi yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan di luar kelas akan membuat pelajaran semakin menarik dan membuat rasa ingin tahu yang dimiliki peserta didik semakin tinggi. Selain itu kegiatan mengamati yang dilakukan di luar kelas secara langsung membuat peserta didik mampu memahami konsep secara lebih bermakna dan bukannya hanya sekedar hapalan saja. Dengan demikian kegiatan yang dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas dapat mempengaruhi pemahaman konsep IPA peserta didik tentang materi yang sedang dipelajari. Sulaeman (dalam Budiarti, 2014) mengatakan bahwa para siswa mudah mengabaikan guru-guru yang cara mengajarnya berulang-ulang dan karenanya tidak menarik perhatian mereka. Hal ini sangat jelas mengakibatkan siswa menjadi sangat pasif serta siswa terkesan enggan

10 mengikuti pembelajaran dengan suasana monoton yang didominasi oleh guru. Kegiatan pembelajaran menjadi kaku karena siswa melewati sesi tanya jawab saat ada instruksi dari guru yang melontarkan pertanyaan dan siswa menjawab. Pembelajaran yang menekankan pada hapalan akan mematikan kreatifitas siswa dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemahaman siswa terhadap materi akan rendah karena siswa dituntut untuk menghapal bukan memahami. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang menunjukkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam memahami konsep IPA adalah seringnya guru menggunakan metode ceramah saat pembelajaran, dan masih seringnya siswa menghapal konsep yang diajarkan guru. Selain itu kendala yang dihadapi adalah kurangnya minat siswa dalam belajar, fasilitas yang kurang memadai seperti buku ajar dan alat-alat peraga, kurangnya memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep peserta didik di Gugus II Kecamatan Banjar khususnya di SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus sudah cukup memuaskan dengan perolehan nilai yang cukup tinggi yaitu dengan rata-rata umum sebesar 75,9, selain itu penguasaan terhadap indikator-indikator pemahaman konsep juga sudah bagus. Indikator yang memperoleh persentase paling rendah adalah indikator menjelaskan dengan persentase 60,81%, sedangkan indikator dengan persentase tertinggi adalah indikator memberi contoh dengan persentase 87,84%. Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk memudahkan dalam memahami konsep adalah melaksanakan kegiatan yang menarik seperti kegiatan diluar kelas. Kegiatan ini dapat berupa kegiatan observasi atau pengamatan dan dapat juga melaksanakan kegiatan eksperimen atau percobaan sederhana. Kendala-kendala yang masih dihadapi peserta didik dalam memahami konsep antara lain minat peserta didik yang masih kurang, fasilitas penunjang yang kurang memadai, metode pembelajaran yang digunakan masih terbatas pada metode ceramah, kegiatankegiatan yang dilaksanakan guru cenderung membosankan, kegiatan pembelajaran berfokus di dalam kelas, dan kurangnya pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Berdasarkan hasil penelitian disarankan beberapa hal sebagai berikut (a) pemahaman konsep IPA siswa perlu ditingkatkan, karena memegang peranan penting dalam menentukan suksesnya pelaksanaan pembelajaran. (b) Kepada guru IPA, khususnya di SD Negeri 4 Temukus disarankan untuk mencoba menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariatif dan melaksanakan kegiatan menarik seperti observasi dan eksperimen. (c) Kepada guru IPA di SD Negeri 1 Temukus disarankan untuk memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia di sekolah, dan bukan hanya menyimpannya di perpustakaan. (d) Kepada kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah di SD Negeri 5 temukus disarankan untuk lebih berusaha menyediakan fasilitas sekolah, khususnya buku ajar yang masih sangat kurang. (e) Kepada siswa di SD Negeri 1 Temukus, SD Negeri 4 Temukus, dan SD Negeri 5 Temukus diharapkan lebih meningkatkan pemahaman konsepnya dalam pelajaran IPA dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. (f) Kepada peneliti lain disarankan agar melaksanakan penelitian sejenis dengan melibatkan subjek yang lebih banyak, tingkat kelas lebih beragam, dan diharapkan hasil penelitiannya lebih akurat sehingga hasilnya betul-betul memberikan informasi yang lebih rinci. DAFTAR RUJUKAN Ardana, I Ketut Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

11 Astawan, I Gede Pendidikan IPA SD. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Budiarti, Yudha Pengaruh Model Pembelajaran Clis Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD Di Gugus III Kecamatan Busungbiu. Artikel (Tidak Diterbitkan). Singaraja : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Susanto, Ahmad Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Tjandra & dkk.2005.pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah Dasar. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Zuriah, Nurul Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara. e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V Ni Wyn Suaryani 1, I Md Suarjana 2, I Kdk Suartama 3 1,2 Jurusan PGSD, 3 Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Lebih terperinci

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD Retno Megawati 1, Suripto 2, Kartika Chrysti Suryandari 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI SD NEGERI 37 ALANG LAWEH PADANG Oleh RANTI EFRIZAL NPM 1210013411035 PROGRAM

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD PENERAPAN MODEL WORD SQUARE BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD Ni Komang Santi Nopiyanti 1, Made Sulastri 2, Ign. I Wayan Suwatra 3 1 Jurusan PGSD,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menghadapi zaman globalisasi saat ini dengan persaingan yang semakin ketat, penguasaan sains dan teknologi adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Untuk maksud

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh : Erin Megasusilowati 1, Triyono 2, Warsiti 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR Praditya Danies Kurniawan 1), Sularmi 2), Tri Budiharto

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI 203 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI 0812 689 8822 SDN 002 Bagan Besar, Kota Dumai ABSTRACT This study aimed to describe the learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. Globalisasi ini juga meliputi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting dalam kemajuan IPTEK yang begitu cepat dan berpengaruh dalam dunia pendidikan terutama pendidikan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA 1 Weny Atika (1), Tina Yunarti (2), Pentatito Gunowibowo (3) Pendidikan Matematika, Universitas Lampung atikaweny@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 BRECONG TAHUN AJARAN 2015/2016 Nurul Hidayati¹, Suripto²,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI GUGUS IV KABUPATEN BULELENG

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI GUGUS IV KABUPATEN BULELENG PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI GUGUS IV KABUPATEN BULELENG Gst. Ngr. Bgs. Yogantara 1, I Nym. Murda 2, Ni Wyn. Rati 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN 2442-9805 Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN 2086-4701 UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI MELALUI PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR

Lebih terperinci

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir Paryitno 1 1 SMPN 1 Kalidawir, Tulungagung Email: 1 prayitno@gmail.com

Lebih terperinci

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran... Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Rowotamtu 02 Jember pada Pokok Bahasan Peristiwa Alam Tahun Pelajaran 2012/2013 (Implementation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU Desi Fitria 1, Pebriyenni 1, Asrul Thaher 2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD Oleh: Gunawan 1), Suripto 2), Chamdani 3) e-mail: calimassada@ymail.com Abstrack: The Application

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) Maya Wulandari 1), Endang Sri Markamah 2), M. Ismail Sriyanto 3) PGSD FKIP

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 Peningkatan Hasil Belajar... (Lilik Endang Dewani) 1.353 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 IMPROVING MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn merupakan mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA ARTIKEL Oleh : NI NYOMAN GUNIATI 0914041089 JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGRAAAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mendorong setiap individu mengalami peristiwa belajar di dalam kehidupan. Pendidikan memegang peranan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJARAN IPS TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 SRUWENG

PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJARAN IPS TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 SRUWENG PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJARAN IPS TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 SRUWENG Zakariya Firasyan Syah 1, Suripto 2, Ngatman 3 1 Mahasiswa PGSD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Yohana Hiqmawati 1, Imam Suyanto 2, M. Chamdani

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 TINGGARSARI

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 TINGGARSARI PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 TINGGARSARI Ketut Indah Arfika Yani 1, Ni Ketut Suarni 2, I Made Citra Wibawa 3 Jurusan

Lebih terperinci

Machthumah et al., Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing...

Machthumah et al., Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing... 1 Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Pesawat Sederhana Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SDN Rogotrunan 01 Lumajang Tahun Pelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri individu dari kepribadian seseorang yang dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Karena dengan pendidikan kita dapat mempersiapkan kondisi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu persoalan yang sangat pelik. Meskipun demikian semua mengakui bahwa pendidikan sangatlah penting. Bahkan (Asri Budiningsih 2005:1) menyatakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING DENGAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PANJER TAHUN AJARAN 2015/2016 Tasirah 1, Wahyudi 2, Imam Suyanto 3 PGSD FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Tanpa adanya pendidikan seseorang akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) Danang Wahyu Setiawan 1), Peduk Rintayati 2), M. Shaifuddin 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Jalan Slamet Riyadi

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PROSES PEMBENTUKAN TANAH DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL DRILLING

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PROSES PEMBENTUKAN TANAH DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL DRILLING PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PROSES PEMBENTUKAN TANAH DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL DRILLING Ririn Safitri 1), Kuswadi 2), Amir 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD NEGERI 04 KAMPUNG OLO PADANG OLEH NIKO SEPTIADI NPM 1110013411169

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD SEMESTER GENAP DI GUGUS I KECAMATAN BULELENG

PENGARUH METODE PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD SEMESTER GENAP DI GUGUS I KECAMATAN BULELENG PENGARUH METODE PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD SEMESTER GENAP DI GUGUS I KECAMATAN BULELENG Ni Md. Kurniati 1, Dw. Nym. Sudana, Ni Nym. Garminah 3 1,,3 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD Oleh: Liyandari 1, Wahyudi. 2, Imam Suyanto 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting dalam kemajuan IPTEK yang begitu cepat dan berpengaruh dalam dunia pendidikan terutama pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari tiga aspek yang tidak terpisahkan yaitu proses, produk, dan sikap. Aspek produk terdiri dari fakta, konsep,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE CONNECTED BERBANTUAN MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE CONNECTED BERBANTUAN MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE CONNECTED BERBANTUAN MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V Ni Km Sumiantini 1,, Desak Pt Parmiti 2, Kt Pudjawan 3 1 Jurusan PGSD, 2,3 JurusanTP, FIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Di sekolah, guru dan peserta didik memegang peranan penting dalam proses belajar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP EDUSCOPE, Vol. 1 No. 1 Juli 2015 ISSN : 2460-4844 MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP Rumini SD Negeri Tanjungrejo rumini@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalau kita cermati saat ini pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan yang diinginkan, apalagi harapan yang dituangkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

p-issn : e-issn :

p-issn : e-issn : PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN EKSPONEN DAN LOGARITMA SISWA KELAS X BKJ1 Setya Prihatiningtyas SMK Negeri 5 Jember setyaprihatiningtyas@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V Gede Risa Pebriana 1, I Ketut Dibia 2, Ndara Tanggu Renda 3 123 Jurusan PGSD, FIP Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MATERI BILANGAN BULAT KELAS IV SEMESTER II SD NEGERI SUMBEREJO I KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK TAHUN AJARAN 2011/2012 Joko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE COMPLETE SENTENCE

PENGGUNAAN METODE COMPLETE SENTENCE PENGGUNAAN METODE COMPLETE SENTENCE MELALUI MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SISWA KELAS II SD NEGERI 2 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: Novi Nirmala Ismayayanti 1,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD Oleh: Faisal Rahman Luthfi 1, Suripto 2, Harun Setyo Budi 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret E-mail: luthfifaisal@ymail.com

Lebih terperinci

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta ABSTRACT

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta   ABSTRACT MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA KELAS III DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAKE AND GIVE DI SDN 07 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN 1 Asnimar Zain, 1 nurharmi, 2 Yulvia Nora

Lebih terperinci

A.Y. Soegeng Ysh, Mudzanatun, David Indrianto* FIP IKIP PGRI SEMARANG

A.Y. Soegeng Ysh, Mudzanatun, David Indrianto* FIP IKIP PGRI SEMARANG MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEMESTER 1 SD NEGERI BANGO 1 DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 A.Y. Soegeng Ysh, Mudzanatun, David

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Meliana et al., Penerapan Metode Permainan... 1

Pendahuluan. Meliana et al., Penerapan Metode Permainan... 1 Meliana et al., Penerapan Metode Permainan... 1 Pendahuluan Penerapan Metode Permainan Tebak Kata dengan Media Gambar untuk Meningkatkan dan Hasil Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Perkembangan

Lebih terperinci

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi 1 Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi di SDN Kepatihan 06 Jember (Implementation of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIATY (SETS)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIATY (SETS) PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIATY (SETS) Elfrida Novianty 1), Siti Wahyuningsih 2), Idam Ragil Widianto Atmojo 3) PGSD FKIP

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN OPERASI BILANGAN BULAT KELAS IV

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN OPERASI BILANGAN BULAT KELAS IV ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN OPERASI BILANGAN BULAT KELAS IV Ni Pt Sri Widiyastuti., I Md Suarjana 2, I Md Citra Wibawa 3 1,2,3 Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa adalah efektivitas pembelajaran melalui kurikulum. Pengembangan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SIFAT-SIFAT BANGUN MATA PELAJARAN MATEMATIKA

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SIFAT-SIFAT BANGUN MATA PELAJARAN MATEMATIKA PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SIFAT-SIFAT BANGUN MATA PELAJARAN MATEMATIKA Intan Pertama Sari 1), Usada 2), A. Dakir 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERBANTUAN KARTU SOAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA

PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERBANTUAN KARTU SOAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERBANTUAN KARTU SOAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA A A Gede Agung Wisnu 1, Made Sulastri 2, I Made Citra Wibawa 3 1,3 Jurusan PGSD, 2 Jurusan BK Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN ARTIKEL Oleh ZULFARIDA PROGRAM SARJANA KEPENDIDIKAN BAGI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD

PENGGUNAAN METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD PENGGUNAAN METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD Niken Septiasih 1, Suhartono 2, Tri Saptuti Susiani 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI Oleh: DEDE KURNIA YUZA NPM. 1010013411153 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TIPE STAD DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN TIPE STAD DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN TIPE STAD DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SEKOLAH DASAR,, 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Kampus Kebumen 2 3 Dosen FKIP Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD I Nym Juniawan 1, Ni Wyn Rati 2, Ign. I Wyn Suwatra 3 1,2 Jurusan PGSD, 3 Jurusan TP Universitas Pendidikan Ganesha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar (SD) yang merupakan ujung

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KUANTUM BERBANTUAN MEDIA TIGA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

PENGARUH PEMBELAJARAN KUANTUM BERBANTUAN MEDIA TIGA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 016 PENGARUH PEMBELAJARAN KUANTUM BERBANTUAN MEDIA TIGA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD Ni Kadek Antari 1, Dsk. Putu Parmiti, Md. Sumantri 3 1,3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses interaksi antara siswa dengan guru sangat berperan penting dalam pembelajaran. Guru memiliki peranan untuk memfasilitasi siswa melalui usaha usaha terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti dinyatakan dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI RAHAYU TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI RAHAYU TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI RAHAYU TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Puji Asmiyati 1), Suhartono 2), Suripto 3) FKIP, PGSD Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar sebagai tahap pertama pendidikan, seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya. Dengan demikian sekolah dasar harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan proses yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni (IPTEKS).

BAB I PENDAHULUAN. penuh perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni (IPTEKS). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan Nasional secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Manusia berkualitas diharapkan harus mampu memahami ilmu dalam bidang tertentu,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 GEMEKSEKTI TAHUN AJARAN 2015/2016 Siti Rokhmah 1, Wahyudi

Lebih terperinci