BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh hasil yang diperoleh. Berikut penjabaran tiap-tiap bagian tersebut.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh hasil yang diperoleh. Berikut penjabaran tiap-tiap bagian tersebut."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang yang menjadi dasar dilakukannya penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian yang dicapai, serta kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil yang diperoleh. Berikut penjabaran tiap-tiap bagian tersebut. 1.1 Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara komisaris wanita 1, kecakapan manajerial, dan kualitas laba. Sebelumnya, telah banyak dilakukan penelitian mengenai peran anggota wanita dalam jajaran direktur 2 yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan (Adams & Ferreira, 2009), akuisisi (Levi et al., 2014; Dowling & Aribi, 2013; Huang & Kisgen, 2013), konservatisme (Francis et al., 2005; Arun et al., 2015), reaksi pasar (Farrell & Hersch, 2005; Kang et al., 2010), dan kualitas laba (Srinidhi et al., 2011). Namun, penelitian-penelitian tersebut hanya berfokus pada perusahaan dengan sistem tata kelola berupa one-tier board. Selain itu, peran anggota dewan wanita dalam perusahaan juga masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. 1 Dalam penelitian ini, komisaris dimaknai sebagai direktur non-eksekutif pada perusahaan sistem one-tier boards dan dewan komisaris pada perusahaan dengan sistem two-tier boards. Hal tersebut didasarkan oleh adanya kesamaan fungsi antara kedua pihak tersebut, yaitu berperan sebagai pengawas. 2 Sebagian besar penelitian-penelitian tersebut tidak memisahkan peran anggota dalam jajaran direktur eksekutif maupun non-eksekutif. Dengan mempertimbangkan adanya hal tersebut, penelitian ini tidak menggunakan acuan spesifik tentang direktur non-eksekutif karena jumlah literatur terkait pengukuran tersebutrelatif terbatas. Oleh karena itu, kata direktur digunakan untuk menunjukkan bahwa penelitian terkait tidak memisahkan peran anggota wanita sebagai direktur eksekutif dan non-eksekutif.

2 Dengan berlatang belakang perusahaan dalam sistem one-tier boards, Gul et al. (2011) memaparkan bahwa komisaris wanita mendorong tingginya tingkat transparansi informasi perusahaan yang tercermin melalui kandungan informasi dalam laba. Hal tersebut diperkuat oleh Abbott et al. (2012) yang memaparkan bahwa adanya direktur wanita berkaitan dengan semakin rendahnya tingkat pelaporan kembali atas laporan keuangan. Selain itu, Srinidhi et al. (2011) berhasil mendokumentasikan bahwa semakin tinggi partisipasi wanita dalam jajaran dewan eksekutif, komisaris, dan komite audit, semakin tinggi kualitas laba yang dihasilkan. Namun, dinyatakan pula oleh Srinidhi et al. (2011) bahwa hasil pengujian tersebut tidak dapat digeneralisasi pada negara dengan legislasi, regulasi, dan cultural institutional yang berbeda dengan United States (US). Dugaan yang dikemukakan Srinidhi et al. (2011) tersebut menjadi motivasi penelitian ini untuk membawa konteks penelitian serupa ke Indonesia. Firth et al. (2007) menyatakan bahwa penelitian-penelitian terdahulu mengenai peran direktur wanita didominasi oleh negara Anglo-Saxon dengan sistem one-tier board. Berdasarkan pada argumen tersebut, Firth et al. (2007) menggunakan China sebagai negara sampel. Selain itu, Firth et al. (2007) berargumen bahwa sistem two-tier board di China berbeda dengan two-tier board negara-negara Kontinental Eropa, sehingga China dapat menyajikan sebuah setting yang baru. Merujuk pada argumen tersebut, Indonesia juga layak dijadikan sebagai sampel karena memiliki sistem two-tier board yang serupa dengan China. Secara spesifik, terdapat perbedaan antara Indonesia dan China. Kepemilikan perusahaan-perusahaan publik di China didominasi oleh kepemilikan

3 pemerintah (Firth et al., 2007), sedangkan mayoritas perusahaan publik di Indonesia dimiliki oleh keluarga (Claessens et al., 2000). Negara dengan dominasi kepemilikan keluarga memiliki pemisahan yang paling kuat antara kepemilikan (ownership) dengan pengendalian (control) dibandingkan dengan struktur kepemilikan yang lain (Claessens et al., 2000). Oleh karena itu, meskipun serupa, Indonesia diasumsikan memiliki tekanan tata kelola perusahaan yang lebih kuat daripada China. Indonesia juga menawarkan latar belakang yang unik. Kusumastuti et al. (2007) menyatakan bahwa dalam sistem masyarakat Indonesia masih terdapat anggapan yang kuat bahwa pria lebih pantas untuk menduduki jabatan penting dalam perusahaan dibandingkan dengan wanita. Oleh karena itu, menjadi hal yang menarik untuk mengetahui peranan anggota wanita dalam hierarki puncak perusahaan. Penelitian-penelitian terdahulu mendokumentasikan temuan bahwa peran wanita dalam jajaran direktur perusahaan tidaklah konsisten. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa direktur wanita memiliki peran positif (Adams & Ferreira, 2009; Campbell & Minguez-Vera, 2008; Arun et al., 2015; Srinidhi et al., 2011), sedangkan beberapa penelitian lainnya justru menunjukkan peran yang negatif (Hanani & Aryani, 2011) atau justru tidak memiliki hubungan yang signifikan (Kusumastuti et al., 2007). Secara garis besar, penelitian-penelitian tersebut memiliki kesamaan yaitu tidak mempertimbangkan adanya aspek spesifik manajerial. Bertrand & Schoar (2003) dan Dejong & Ling (2013) menyatakan bahwa karakteristik manajerial merupakan faktor penentu pada variabel-variabel

4 praktik dan keputusan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan aspek kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur untuk menjelaskan ketidakkonsistenan tersebut. Untuk mengukur kualitas laba, digunakan model discretionary estimation error yang dikembangkan oleh Francis et al. (2005). Selain itu, pengukuran komisaris wanita menggunakan jumlah persentase anggota wanita dalam jajaran komisaris (Farag & Mallin, 2016), sedangkan kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur diukur berdasarkan General Ability Index (GAI) yang dikembangkan oleh Custodio et al. (2013). Selanjutnya, digunakan alat uji statistik berupa regresi linier berganda untuk menguji hipotesis. Berdasarkan pada pengujian yang dilakukan, diperoleh temuan bahwa besaran persentase wanita tidak memiliki keterkaitan dengan kualitas laba. Hasil serupa juga diperoleh kecakapan manajerial yang menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara kecakapan yang dimiliki oleh presiden direktur dan kualitas laba perusahaan. Di sisi lain, interaksi antara komisaris wanita dan kecakapan manajerial justru memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas laba. Dengan demikian, dapat ditarik simpulan bahwa komisaris wanita akan menjalankan fungsi pengawasannya secara optimal ketika pihak manajerial (presiden direktur) memiliki kecakapan. Simpulan tersebut tidak dapat terlepas dari berbagai keterbatasan penelitian. Pertama, jumlah komisaris wanita dalam perusahaan di industri manufaktur relatif kecil. Kedua, pengukuran mengenai komisaris wanita tidak membedakan posisi

5 jabatan yang dimiliki oleh komisaris wanita dalam perusahaan. Ketiga, pengukuran kecakapan manajerial berupa GAI tersebut tidak dapat mengukur keahlian yang dimiliki presiden direktur secara tepat, khususnya mengenai pengalaman bekerja di berbagai sektor industri. Keempat, GAI hanya berfokus pada kecakapan presiden direktur, sedangkan presiden direktur tersebut memiliki kecendurungan yang lebih kecil untuk menggunakan diskresi akuntansi secara langsung.terakhir, penelitian ini hanya menggunakan analisis jangka pendek (cross-section) untuk mengidentifikasi keterkaitan antara kecakapan manajerial presiden direktur dengan kualitas laba. Di sisi lain, terdapat kemungkinan bahwa hubungan tersebut akan nampak ketika observasi dilakukan dalam jangka panjang (time-series). 1.2 Pertanyaan Penelitian Beberapa pertanyaan penelitian yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain: a. Apakah perusahaan dengan persentase komisaris wanita yang tinggi cenderung memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan perusahaan dengan jumlah persetase komisaris wanita yang lebih rendah? b. Apakah perusahaan dengan presiden direktur yang cakap cenderung memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan perusahaan dengan presiden direktur yang kurang cakap?

6 c. Apakah kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur dapat memperkuat peranan komisaris wanita dalam menentukan kualitas laba perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada pertanyaan penelitian di atas, terdapat 3 tujuan yang dicapai penelitian, antara lain : a. Untuk menguji keterkaitan antara besarnya persentase anggota komisaris wanita dengan kualitas laba. b. Untuk menguji keterkaitan antara kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur dengan kualitas laba. c. Untuk menguji peran kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur dalam memperkuat keterkaitan antara besarnya persentase komisaris wanita dan kualitas laba perusahaan. 1.4 Kontribusi Penelitian Terdapat beberapa kontribusi yang dapat diberikan dengan adanya hasil penelitian ini, baik dari praktis maupun teoritis. Dari segi praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penyusun regulasi. Dengan mempertimbangkan kondisi spesifik di Indonesia, belum diperlukan adanya regulasi khusus yang mengatur keterlibatan anggota wanita dalam jajaran dewan komisaris. Hal tersebut didasarkan pada hasil yang menunjukkan bahwa komisaris wanita dengan peran sebagai pengawas tidak memiliki keterkaitan yang signifikan dengan kualitas laba. Dari segi teoritis, penelitian ini menunjukkan bahwa

7 ketidakkonsistenan peran direktur wanita dalam perusahaan di berbagai penelitian terdahulu, dapat dijelaskan melalui kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur melalui peningkatan efektivitas pengawasan pada kinerja manajerial. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab. Bab I. Pendahuluan, membahas tentang latar belakang yang menjadi dasar penelitian. Dalam latar belakang, memuat motivasi penelitian serta gap penelitian yang terjadi. Selain itu, dinyatakan pula beberapa pertanyaan serta tujuan yang dicapai penelitian. Selanjutnya, terdapat beberapa kontribusi yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang diperoleh. Pada bagian akhir, dimuat sistematika penulisan yang berisi garis besar isi dari tiap-tiap bab. Bab II. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka, berisi teori serta berbagai literatur penelitian yang menjadi acuan penelitian. Pada bagian landasan teori, terdiri dari teori keagenan, tata kelola perusahaan, komisaris wanita, kecakapan manajerial, dan kualitas laba. Selanjutnya, dipaparkan pula mengenai tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Pada bagian akhir bab tersebut, disajikan skema desain penelitian untuk mempermudah telaah model yang diujikan. Bab III. Metode Penelitian, membahas tentang mekanisme pemilihan sampel, pengukuran variabel, serta model pengujian hipotesis. Dalam menentukan sampel, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Kemudian, dijabarkan mengenai cara pengukuran tiap-tiap variabel yang diujikan beserta sumber data

8 yang dapat digunakan. Untuk menguji hipotesis, dilakukan uji regresi dengan sebelumnya telah dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas uji heteroskedastisitas, normalitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, memuat berbagai hasil pengujian dan pembahasan mengenai hasil uji hipotesis. Pada bagian pertama, dipaparkan mengenai mekanisme pemilihan sampel. Kemudian, dijelaskan pula mengenai deskripsi data yang digunakan untuk analisis. Selanjutnya, disajikan hasil uji Principal Component Analysis (PCA) untuk memperoleh nilai kecakapan manajerial dan dilanjutkan dengan hasil uji asumsi klasik, serta uji kelayakan model. Pada bagian akhir, ditampilkan hasil uji regresi serta pembahasan mengenai hipotesis yang diujikan. Bab V. Simpulan, terdiri atas tiga bagian utama, yaitu temuan dan simpulan, keterbatasan, dan implikasi penelitian. Berdasarkan 3 temuan yang diperoleh, dapat ditarik satu simpulan bahwa komisaris wanita akan menjalankan fungsinya sebagai pengawas secara optimal apabila presiden direktur yang diawasi memiliki kecakapan. Hasil simpulan tersebut tidak dapat terlepas dari keterbatasan, sehingga perlu kehati-hatian dalam menginterpretasikan dan menentukan implikasi hasil penelitian.

9 BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang yang menjadi dasar dilakukannya penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian yang dicapai, serta kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil yang diperoleh. Berikut penjabaran tiap-tiap bagian tersebut. 1.6 Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara komisaris wanita 3, kecakapan manajerial, dan kualitas laba. Sebelumnya, telah banyak dilakukan penelitian mengenai peran anggota wanita dalam jajaran direktur 4 yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan (Adams & Ferreira, 2009), akuisisi (Levi et al., 2014; Dowling & Aribi, 2013; Huang & Kisgen, 2013), konservatisme (Francis et al., 2005; Arun et al., 2015), reaksi pasar (Farrell & Hersch, 2005; Kang et al., 2010), dan kualitas laba (Srinidhi et al., 2011). Namun, penelitian-penelitian tersebut hanya berfokus pada perusahaan dengan sistem tata kelola berupa one-tier board. Selain itu, peran anggota dewan wanita dalam perusahaan juga masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. 3 Dalam penelitian ini, komisaris dimaknai sebagai direktur non-eksekutif pada perusahaan sistem one-tier boards dan dewan komisaris pada perusahaan dengan sistem two-tier boards. Hal tersebut didasarkan oleh adanya kesamaan fungsi antara kedua pihak tersebut, yaitu berperan sebagai pengawas. 4 Sebagian besar penelitian-penelitian tersebut tidak memisahkan peran anggota dalam jajaran direktur eksekutif maupun non-eksekutif. Dengan mempertimbangkan adanya hal tersebut, penelitian ini tidak menggunakan acuan spesifik tentang direktur non-eksekutif karena jumlah literatur terkait pengukuran tersebutrelatif terbatas. Oleh karena itu, kata direktur digunakan untuk menunjukkan bahwa penelitian terkait tidak memisahkan peran anggota wanita sebagai direktur eksekutif dan non-eksekutif.

10 Dengan berlatang belakang perusahaan dalam sistem one-tier boards, Gul et al. (2011) memaparkan bahwa komisaris wanita mendorong tingginya tingkat transparansi informasi perusahaan yang tercermin melalui kandungan informasi dalam laba. Hal tersebut diperkuat oleh Abbott et al. (2012) yang memaparkan bahwa adanya direktur wanita berkaitan dengan semakin rendahnya tingkat pelaporan kembali atas laporan keuangan. Selain itu, Srinidhi et al. (2011) berhasil mendokumentasikan bahwa semakin tinggi partisipasi wanita dalam jajaran dewan eksekutif, komisaris, dan komite audit, semakin tinggi kualitas laba yang dihasilkan. Namun, dinyatakan pula oleh Srinidhi et al. (2011) bahwa hasil pengujian tersebut tidak dapat digeneralisasi pada negara dengan legislasi, regulasi, dan cultural institutional yang berbeda dengan United States (US). Dugaan yang dikemukakan Srinidhi et al. (2011) tersebut menjadi motivasi penelitian ini untuk membawa konteks penelitian serupa ke Indonesia. Firth et al. (2007) menyatakan bahwa penelitian-penelitian terdahulu mengenai peran direktur wanita didominasi oleh negara Anglo-Saxon dengan sistem one-tier board. Berdasarkan pada argumen tersebut, Firth et al. (2007) menggunakan China sebagai negara sampel. Selain itu, Firth et al. (2007) berargumen bahwa sistem two-tier board di China berbeda dengan two-tier board negara-negara Kontinental Eropa, sehingga China dapat menyajikan sebuah setting yang baru. Merujuk pada argumen tersebut, Indonesia juga layak dijadikan sebagai sampel karena memiliki sistem two-tier board yang serupa dengan China. Secara spesifik, terdapat perbedaan antara Indonesia dan China. Kepemilikan perusahaan-perusahaan publik di China didominasi oleh kepemilikan

11 pemerintah (Firth et al., 2007), sedangkan mayoritas perusahaan publik di Indonesia dimiliki oleh keluarga (Claessens et al., 2000). Negara dengan dominasi kepemilikan keluarga memiliki pemisahan yang paling kuat antara kepemilikan (ownership) dengan pengendalian (control) dibandingkan dengan struktur kepemilikan yang lain (Claessens et al., 2000). Oleh karena itu, meskipun serupa, Indonesia diasumsikan memiliki tekanan tata kelola perusahaan yang lebih kuat daripada China. Indonesia juga menawarkan latar belakang yang unik. Kusumastuti et al. (2007) menyatakan bahwa dalam sistem masyarakat Indonesia masih terdapat anggapan yang kuat bahwa pria lebih pantas untuk menduduki jabatan penting dalam perusahaan dibandingkan dengan wanita. Oleh karena itu, menjadi hal yang menarik untuk mengetahui peranan anggota wanita dalam hierarki puncak perusahaan. Penelitian-penelitian terdahulu mendokumentasikan temuan bahwa peran wanita dalam jajaran direktur perusahaan tidaklah konsisten. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa direktur wanita memiliki peran positif (Adams & Ferreira, 2009; Campbell & Minguez-Vera, 2008; Arun et al., 2015; Srinidhi et al., 2011), sedangkan beberapa penelitian lainnya justru menunjukkan peran yang negatif (Hanani & Aryani, 2011) atau justru tidak memiliki hubungan yang signifikan (Kusumastuti et al., 2007). Secara garis besar, penelitian-penelitian tersebut memiliki kesamaan yaitu tidak mempertimbangkan adanya aspek spesifik manajerial. Bertrand & Schoar (2003) dan Dejong & Ling (2013) menyatakan bahwa karakteristik manajerial merupakan faktor penentu pada variabel-variabel

12 praktik dan keputusan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan aspek kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur untuk menjelaskan ketidakkonsistenan tersebut. Untuk mengukur kualitas laba, digunakan model discretionary estimation error yang dikembangkan oleh Francis et al. (2005). Selain itu, pengukuran komisaris wanita menggunakan jumlah persentase anggota wanita dalam jajaran komisaris (Farag & Mallin, 2016), sedangkan kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur diukur berdasarkan General Ability Index (GAI) yang dikembangkan oleh Custodio et al. (2013). Selanjutnya, digunakan alat uji statistik berupa regresi linier berganda untuk menguji hipotesis. Berdasarkan pada pengujian yang dilakukan, diperoleh temuan bahwa besaran persentase wanita tidak memiliki keterkaitan dengan kualitas laba. Hasil serupa juga diperoleh kecakapan manajerial yang menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara kecakapan yang dimiliki oleh presiden direktur dan kualitas laba perusahaan. Di sisi lain, interaksi antara komisaris wanita dan kecakapan manajerial justru memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas laba. Dengan demikian, dapat ditarik simpulan bahwa komisaris wanita akan menjalankan fungsi pengawasannya secara optimal ketika pihak manajerial (presiden direktur) memiliki kecakapan. Simpulan tersebut tidak dapat terlepas dari berbagai keterbatasan penelitian. Pertama, jumlah komisaris wanita dalam perusahaan di industri manufaktur relatif kecil. Kedua, pengukuran mengenai komisaris wanita tidak membedakan posisi

13 jabatan yang dimiliki oleh komisaris wanita dalam perusahaan. Ketiga, pengukuran kecakapan manajerial berupa GAI tersebut tidak dapat mengukur keahlian yang dimiliki presiden direktur secara tepat, khususnya mengenai pengalaman bekerja di berbagai sektor industri. Keempat, GAI hanya berfokus pada kecakapan presiden direktur, sedangkan presiden direktur tersebut memiliki kecendurungan yang lebih kecil untuk menggunakan diskresi akuntansi secara langsung.terakhir, penelitian ini hanya menggunakan analisis jangka pendek (cross-section) untuk mengidentifikasi keterkaitan antara kecakapan manajerial presiden direktur dengan kualitas laba. Di sisi lain, terdapat kemungkinan bahwa hubungan tersebut akan nampak ketika observasi dilakukan dalam jangka panjang (time-series). 1.7 Pertanyaan Penelitian Beberapa pertanyaan penelitian yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain: d. Apakah perusahaan dengan persentase komisaris wanita yang tinggi cenderung memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan perusahaan dengan jumlah persetase komisaris wanita yang lebih rendah? e. Apakah perusahaan dengan presiden direktur yang cakap cenderung memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan perusahaan dengan presiden direktur yang kurang cakap?

14 f. Apakah kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur dapat memperkuat peranan komisaris wanita dalam menentukan kualitas laba perusahaan? 1.8 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada pertanyaan penelitian di atas, terdapat 3 tujuan yang dicapai penelitian, antara lain : d. Untuk menguji keterkaitan antara besarnya persentase anggota komisaris wanita dengan kualitas laba. e. Untuk menguji keterkaitan antara kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur dengan kualitas laba. f. Untuk menguji peran kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur dalam memperkuat keterkaitan antara besarnya persentase komisaris wanita dan kualitas laba perusahaan. 1.9 Kontribusi Penelitian Terdapat beberapa kontribusi yang dapat diberikan dengan adanya hasil penelitian ini, baik dari praktis maupun teoritis. Dari segi praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penyusun regulasi. Dengan mempertimbangkan kondisi spesifik di Indonesia, belum diperlukan adanya regulasi khusus yang mengatur keterlibatan anggota wanita dalam jajaran dewan komisaris. Hal tersebut didasarkan pada hasil yang menunjukkan bahwa komisaris wanita dengan peran sebagai pengawas tidak memiliki keterkaitan yang signifikan dengan kualitas laba. Dari segi teoritis, penelitian ini menunjukkan bahwa

15 ketidakkonsistenan peran direktur wanita dalam perusahaan di berbagai penelitian terdahulu, dapat dijelaskan melalui kecakapan manajerial yang dimiliki oleh presiden direktur melalui peningkatan efektivitas pengawasan pada kinerja manajerial Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab. Bab I. Pendahuluan, membahas tentang latar belakang yang menjadi dasar penelitian. Dalam latar belakang, memuat motivasi penelitian serta gap penelitian yang terjadi. Selain itu, dinyatakan pula beberapa pertanyaan serta tujuan yang dicapai penelitian. Selanjutnya, terdapat beberapa kontribusi yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang diperoleh. Pada bagian akhir, dimuat sistematika penulisan yang berisi garis besar isi dari tiap-tiap bab. Bab II. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka, berisi teori serta berbagai literatur penelitian yang menjadi acuan penelitian. Pada bagian landasan teori, terdiri dari teori keagenan, tata kelola perusahaan, komisaris wanita, kecakapan manajerial, dan kualitas laba. Selanjutnya, dipaparkan pula mengenai tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Pada bagian akhir bab tersebut, disajikan skema desain penelitian untuk mempermudah telaah model yang diujikan. Bab III. Metode Penelitian, membahas tentang mekanisme pemilihan sampel, pengukuran variabel, serta model pengujian hipotesis. Dalam menentukan sampel, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Kemudian, dijabarkan mengenai cara pengukuran tiap-tiap variabel yang diujikan beserta sumber data

16 yang dapat digunakan. Untuk menguji hipotesis, dilakukan uji regresi dengan sebelumnya telah dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas uji heteroskedastisitas, normalitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, memuat berbagai hasil pengujian dan pembahasan mengenai hasil uji hipotesis. Pada bagian pertama, dipaparkan mengenai mekanisme pemilihan sampel. Kemudian, dijelaskan pula mengenai deskripsi data yang digunakan untuk analisis. Selanjutnya, disajikan hasil uji Principal Component Analysis (PCA) untuk memperoleh nilai kecakapan manajerial dan dilanjutkan dengan hasil uji asumsi klasik, serta uji kelayakan model. Pada bagian akhir, ditampilkan hasil uji regresi serta pembahasan mengenai hipotesis yang diujikan. Bab V. Simpulan, terdiri atas tiga bagian utama, yaitu temuan dan simpulan, keterbatasan, dan implikasi penelitian. Berdasarkan 3 temuan yang diperoleh, dapat ditarik satu simpulan bahwa komisaris wanita akan menjalankan fungsinya sebagai pengawas secara optimal apabila presiden direktur yang diawasi memiliki kecakapan. Hasil simpulan tersebut tidak dapat terlepas dari keterbatasan, sehingga perlu kehati-hatian dalam menginterpretasikan dan menentukan implikasi hasil penelitian.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN DAN KELULUSAN UJIAN... iii. HALAMAN PERNYATAAN... iv

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN DAN KELULUSAN UJIAN... iii. HALAMAN PERNYATAAN... iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN DAN KELULUSAN UJIAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten)

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten) PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG, BUDAYA ORGANISASI, DAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan dituntut untuk gesit dalam mengembangkan inovasi dan strategi yang baru agar mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Nama : Annisa Rizqi Herzani NPM : 20212978 Program Studi : Akuntansi Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ekspansi dan pertumbuhan operasi yang berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ekspansi dan pertumbuhan operasi yang berkelanjutan. BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perusahaan membutuhkan sejumlah modal untuk pembiayaan kegiatan operasional dan investasi. Modal dalam jumlah yang besar merupakan hal yang vital bagi perusahaan

Lebih terperinci

Skripsi. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Skripsi. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Skripsi ANALISIS PENGARUH REPUTASI AUDITOR, PROPORSI DEWAN KOMISARIS EKSTERNAL, LEVERAGE, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN PROPORSI KOMITE AUDIT INDEPENDEN TERHADAP MANAJEMEN LABA Diajukan untuk memenuhi syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tipe kepemilikan berkaitan dengan tipe konflik keagenan yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Tipe kepemilikan berkaitan dengan tipe konflik keagenan yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tipe kepemilikan berkaitan dengan tipe konflik keagenan yang dialami perusahaan. Perusahaan keluarga memiliki karakteristik kepemilikan yang berbeda dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerapan Good Coorporate Governance (GCG) yang konsisten

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerapan Good Coorporate Governance (GCG) yang konsisten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Salah satu penerapan Good Coorporate Governance (GCG) yang konsisten adalah meningkatnya nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan harapan pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam keuangan perusahaan. Struktur modal sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam keuangan perusahaan. Struktur modal sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang penting dalam keuangan perusahaan. Struktur modal sangat dipengaruhi oleh perkembangan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan kinerja, mengelola. risiko, serta menarik dan mempertahankan investor.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan kinerja, mengelola. risiko, serta menarik dan mempertahankan investor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan merupakan hal stratejik bagi perusahaan dalam mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang telah disusun perusahaan dengan menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Agency Theory Agency theory menjelaskan permasalahan yang mungkin timbul ketika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana karakteristik komite

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana karakteristik komite BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana karakteristik komite audit yang diproksikan dengan keahlian anggota komite di bidang akuntansi dan/keuangan, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2012-2015) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Adapun berdasarkan sebaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Adapun berdasarkan sebaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sebaran Perusahaan Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010. Adapun berdasarkan sebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Audit Tenure

Judul : Pengaruh Audit Tenure Judul : Pengaruh Audit Tenure pada Asimetri Informasi dengan Kompetensi Komite Audit sebagai Pemoderasi (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014) Nama :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk komite audit (Abbott, 2004). Kasus ini kemudian dibuktikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. membentuk komite audit (Abbott, 2004). Kasus ini kemudian dibuktikan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komite audit wajib dimiliki oleh seluruh perusahaan di banyak wilayah negara karena dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini telah menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan stakeholder. Laporan keuangan tersebut menyediakan informasi sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. meneliti mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional,

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. meneliti mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional, BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme penerapan corporate governance terhadap kualitas laba. Fokus utama dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme corporate governance serta ukuran

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme corporate governance serta ukuran BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Ringkasan Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme corporate governance serta ukuran perusahaan terhadap earnings management pada perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu lingkungan yang menarik investor.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi komite audit,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi komite audit, BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi komite audit, expertise

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif terhadap

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. Hasil penelitian ini memberikan simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. Hasil penelitian ini memberikan simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan tentang simpulan hasil penelitian ini yang telah dilakukan, implikasi penelitian dan keterbatasan penelitian. Saran untuk penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kinerja dari komite audit dilihat dari tingkat manajemen laba yang terjadi. yang diestimasi dengan menghitung akrual diskresioner.

PENDAHULUAN. kinerja dari komite audit dilihat dari tingkat manajemen laba yang terjadi. yang diestimasi dengan menghitung akrual diskresioner. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara keahlian yang dimiliki oleh komite audit dalam bidang industri dari perusahaan tempatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Good corporate governance (GCG) merupakan isu sentral di kalangan masyarakat bisnis terkini. Isu ini mulai muncul dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah membutuhkan dana yang cukup besar untuk menjalankan berbagai program kerja yang telah disusun. Pajak merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: RATNA YULIATI B

SKRIPSI. Disusun oleh: RATNA YULIATI B PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey pada Rumah Sakit di Sukoharjo) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN USULAN SKRIPSI... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN USULAN SKRIPSI... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI... INTISARI Salah satu media yang digunakan oleh perusahaan untuk menginformasikan keadaan perusahaan adalah penyampaian laporan keuangan. Laporan keuangan adalah merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila perusahaan menerapkan corporate governance yang baik. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila perusahaan menerapkan corporate governance yang baik. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan selalu berupaya untuk meningkatkan kelangsungan hidupnya. Hal tersebut dilakukan supaya perusahaan mampu melakukan pengembangan pada bisnisnya dan membagikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia yang semakin berkembang dan maju banyak sekali terjadi permasalahan yang melibatkan manipulasi keuangan. Perusahaan perusahaan besar seperti

Lebih terperinci

: Ayu Sulistya NPM : : Dr. Ir. Waseso Segoro, MM

: Ayu Sulistya NPM : : Dr. Ir. Waseso Segoro, MM PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2015 Nama : Ayu Sulistya NPM : 21212296 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. tujuan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen perusahaan pada dasarnya memiliki kepentingan ganda yaitu untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham dan kepentingan perusahaan itu sendiri. Untuk itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi suatu perusahaan yang sudah publikasi dan memasarkan sahamnya di bursa efek,

BAB I PENDAHULUAN. Bagi suatu perusahaan yang sudah publikasi dan memasarkan sahamnya di bursa efek, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi suatu perusahaan yang sudah publikasi dan memasarkan sahamnya di bursa efek, laporan keuangan merupakan pintu mereka dalam menarik investor agar tertarik menanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good corporate governance merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implikasi positif dari berlakunya Undang-Undang tentang Otonomi Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, diharapkan DPRD yang selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan agenda baru dalam pemerintahan Indonesia terhitung mulai tahun 2001. Manfaat ekonomi diterapkannya otonomi daerah adalah pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan harus menyajikan informasi yang berintegritas tinggi (PSAK no. 1,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan harus menyajikan informasi yang berintegritas tinggi (PSAK no. 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyajian laporan keuangan yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, kondisi dan peristiwa lain dalam suatu entitas. Laporan keuangan

Lebih terperinci

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berdampak pada perusahaan yang beroperasi. Perusahaan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berdampak pada perusahaan yang beroperasi. Perusahaan yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era informasi dan globalisasi seperti sekarang ini menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan ketatnya tingkat persaingan. Bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kegiatan operasinya, suatu perusahaan secara periodik menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti pemegang saham,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan diproksikan dengan absolute discretionary accruals menggunakan Modified Jones Model.

Lebih terperinci

ABSTRACT. influenced by the proportion of independent board and audit committee size.

ABSTRACT. influenced by the proportion of independent board and audit committee size. ABSTRACT The role of the board of commissioners to give effect to earnings management in overseeing the management of balancing interests so that no earnings management. The audit committee also has a

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan melaksanakan strategi untuk memenangkan persaingan, dan keterbatasan sumber daya perusahaan serta keterbatasan akses untuk perolehan tambahan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan publik, bank dan BUMN di Indonesia saat ini wajib memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk membantu memastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, kondisi ini disebut Good

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, kondisi ini disebut Good BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya era demokrasi dan birokrasi pada saat ini maka semakin banyak tuntutan publik agar tercipta adanya transparansi dan akuntabilitas, agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penerimaan negara atau pemasukan bagi negara di masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penerimaan negara atau pemasukan bagi negara di masa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penerimaan negara atau pemasukan bagi negara di masa pemerintah orde baru masih mengandalkan dari sektor migas. Pendapatan ini diperoleh dengan cara mengekspor

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN. penelitian, serta rekomendasi bagi penelitian berikutnya. Bagian kesimpulan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN. penelitian, serta rekomendasi bagi penelitian berikutnya. Bagian kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN Pada bagian akan diuraikan kesimpulan mengenai objek yang diteliti berdasarkan hasil analisis data, saran, menjelaskan mengenai keterbatasan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan manajemen sebagai agen.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan manajemen sebagai agen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori keagenan menyatakan bahwa sering terjadi benturan-benturan kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan manajemen sebagai agen. Pemilik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pelaku usaha atas usaha yang dijalankannya atau perusahaan yang telah didirikannya pasti memiliki harapan agar perusahaan tersebut dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam perusahaan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam perusahaan merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam perusahaan merupakan hal yang biasa pada lingkungan bisnis modern saat ini, dengan semakin banyak perusahaan yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat serta teknologi yang semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan informasi mengenai kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud) BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate governance merupakan salah satu topik pembahasan sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud) maupun keterpurukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah klasik antara prinsipal dan agen (Jensen dan Murphy, 1990). Manajer

BAB I PENDAHULUAN. masalah klasik antara prinsipal dan agen (Jensen dan Murphy, 1990). Manajer 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer adalah contoh masalah klasik antara prinsipal dan agen (Jensen dan Murphy, 1990). Manajer berusaha untuk memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan masalah yang diteliti dalam suatu penelitian.

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan masalah yang diteliti dalam suatu penelitian. BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Objek penelitian merupakan masalah yang diteliti dalam suatu penelitian. Sugiyono (2008:38) mengartikan objek penelitian suatu atribut atau sifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, tuntutan untuk mengelola suatu entitas adalah dengan akuntabilitas dan transparansi sangat diperlukan. Akuntabilitas dan transparansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya skandal keuangan berskala besar (misalnya skandal Enron, Worldcom, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi era globalisasi saat ini, indonesia mengalami perkembangan ekonomi dengan cepat dan kondisi perekonomian nasional yang semakin membaik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III. METODE PENELITIAN Populasi, Sampel dan Sumber Data Model Penelitian... 54

DAFTAR ISI. BAB III. METODE PENELITIAN Populasi, Sampel dan Sumber Data Model Penelitian... 54 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... ABSTRACT... i iii iv v ix xi xii xiii xiv xv BAB

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan. BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan komite

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate governance menjadi isu yang sangat menarik dari waktu ke waktu, khususnya mulai mengemuka pada tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi ADRIWAL

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi ADRIWAL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (Survei pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: good corporate governance, profitabilitas, corporate social responsibility

ABSTRAK. Kata-kata kunci: good corporate governance, profitabilitas, corporate social responsibility ABSTRAK CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari GCG. CSR bertujuan untuk meningkatkan keuntungan perusahan dengan memberikan manfaat sosialekonomi kepada masyarakat dan stakeholders lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan informasi perusahaan dan reformasi corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan informasi perusahaan dan reformasi corporate governance BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungkapan informasi perusahaan dan reformasi corporate governance dapat dipandang sebagai kegiatan yang memiliki dua sisi kelebihan dan kekurangan (Hermalin dan

Lebih terperinci

41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Pada bagian ini akan disajikan karakteristik-karakteristik perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait dengan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama periode tertentu yang memuat informasi-informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama periode tertentu yang memuat informasi-informasi keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi perusahaan selama periode tertentu yang memuat informasi-informasi keuangan perusahaan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu perusahaan dibutuhkan banyak dana. Melalui pembenahan struktur modal inilah yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekonomi menjadi barang dan jasa agar dapat dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekonomi menjadi barang dan jasa agar dapat dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber ekonomi menjadi barang dan jasa agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis finansial tercatat banyak terjadi hingga tahun 2013. Krisis tersebut menimpa perusahaan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kegagalan menjaga likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manajemen adalah dengan melakukan pengaturan laba.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manajemen adalah dengan melakukan pengaturan laba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu cara untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan adalah dengan melihat laba yang diperoleh suatu perusahaan pada periode tertentu. Untuk menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. corporate governance pada tingkat mandatory disclosure konvergensi IFRS.

BAB 5 PENUTUP. corporate governance pada tingkat mandatory disclosure konvergensi IFRS. 76 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur dan mekanisme corporate governance pada tingkat mandatory disclosure konvergensi IFRS. Sampel yang diambil menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT)

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem mengumpulkan, memproses data dan kemudian menyebar luaskan

BAB I PENDAHULUAN. sistem mengumpulkan, memproses data dan kemudian menyebar luaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pencatatan akuntansi tidak lagi dilakukan secara manual, melainkan telah menggunakan teknologi, yaitu menggunakan sistem. Akuntansi merupakan suatu sistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012-2015.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. auditan yang diaudit oleh auditor independen disebut dengan audit report lag

BAB I PENDAHULUAN. auditan yang diaudit oleh auditor independen disebut dengan audit report lag BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan perusahaan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan guna menjaga relevansi dari informasi yang hendak disampaikan. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban bagi penyaji laporan keuangan untuk dapat memenuhi harapan para

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban bagi penyaji laporan keuangan untuk dapat memenuhi harapan para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, pengguna laporan keuangan mempunyai kepentingan untuk dapat mengetahui secara akurat dan jelas kondisi suatu perusahaan agar mendapatkan keyakinan memadai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Abdullah, 2001). Teori keagenan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kepemilikan, risiko litigasi, dan leverage terhadap kompensasi eksekutif.

BAB V PENUTUP. kepemilikan, risiko litigasi, dan leverage terhadap kompensasi eksekutif. 82 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui menguji pengaruh struktur kepemilikan, risiko litigasi, dan leverage terhadap kompensasi eksekutif. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2006). Dari pengertian tersebut,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

Skripsi. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba. Serta Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan

Skripsi. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba. Serta Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan Skripsi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba Serta Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna, seperti informasi mengenai likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. laporan tahunan (annual report) perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. laporan tahunan (annual report) perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan data sekunder berupa laporan tahunan (annual report) perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi dominan. Konvensi seperti konservatisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penilaian kinerja perusahaan selalu menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan antara dua belah pihak yaitu antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan antara dua belah pihak yaitu antara pihak yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank dapat dikatakan sebagai suatu lembaga dan juga sebagai suatu industri. Bank dikatakan sebagai suatu lembaga yang menghubungkan antara dua belah pihak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik menghadapi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan. Pengelolaan

Lebih terperinci

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY DAFTAR ISI Hal BAB I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Maksud dan Tujuan... 1 3. Referensi... 2 4. Daftar Istilah... 3 BAB II. DEWAN KOMISARIS... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu perusahaan yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Bank berfungsi sebagai perantara keuangan, maka dalam hal ini faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif, perusahaan berusaha memperbaiki kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif, perusahaan berusaha memperbaiki kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif, perusahaan berusaha memperbaiki kinerja dan mengembangkan usaha untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan manufaktur

Lebih terperinci