BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

Transkripsi

1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pajak merupakan iuran dari rakyat kepada negara tanpa kontraprestasi langsung yang dapat dipaksakan guna memenuhi kebutuhan rutin negara. Pajak yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi Regularend (pengatur). Fungsi budgetair (sumber keuangan negara) artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran baik pengeluaran rutin maupun untuk pembangunan. Fungsi budgetair merupakan fungsi utama pajak yaitu fungsi dimana pajak digunakan sebagai alat untuk menghimpun dana dari masyarakat secara optimal untuk membiayai berbagai kepentingan dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. Fungsi pajak sebagai fungsi regularend (pengatur) artinya bahwa pajak digunakan sebagai alat untuk mengukur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Fungsi regularend juga disebut sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Kurang lebih 2/3 penerimaan negara saat ini dihasilkan dari pajak. Pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar ketika sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa diharapkan lagi. Penerimaan dari sumber 1

2 daya alam memiliki umur yang terbatas, suatu saat akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk (Widyawati, 2013). Seperti yang diketahui bahwa pajak merupakan salah satu sumber penerimaan yang sangat penting dalam menopang keberlanjutan pembangunan negara. Setiap tahun pemerintah senantiasa meningkatkan pajak guna membiayai pembangunan yang dilaksanakan. Semakin besar penerimaan negara dari pajak, maka semakin besar pula kemampuan keuangan negara dalam pembiayaan pembangunan. Sebaliknya, semakin kecil penerimaan negara dari pajak, maka semakin kecil juga kemampuan keuangan negara dalam pembiayaan pembangunan (Mukhlis, 2014). Sesuai amanat dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, pendapatan negara terdiri atas penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak dan hibah. Berdasarkan struktur pendapatan negara dan hibah yang baru maka penerimaan perpajakan terdiri dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya serta pajak perdagangan internasional yang terdiri dari bea masuk dan bea keluar. Sedangkan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) terdiri dari penerimaan SDA (migas dan non-migas), bagian pemerintah atas laba BUMN, PNBP lainnya serta penerimaan BLU (Badan Layanan Umum). Penerimaan perpajakan dan PNBP juga diklasifikasikan sebagai penerimaan dalam negeri. 2

3 Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tahun anggaran 2009 sampai dengan tahun anggaran 2011 dimana proporsi penerimaan yang berasal dari sektor pajak merupakan penerimaan negeri yang paling besar terhadap seluruh pendapatan negara. Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Dalam Negeri, (triliun rupiah) Tahun Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Total Pajak , , ,1 706, ,7 320,6 979, ,9 227,2 847, ,3 268,9 992, ,7 286, ,3 Sumber: Penerimaan yang berasal dari sektor pajak direncanakan akan terus ditingkatkan guna dapat terus membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Masih banyak wajib potensial yang belum terdaftar sebagai wajib pajak aktual. Ketidaktaatan dalam membayar pajak tidak hanya terjadi pada lapisan pengusaha saja tetapi terjadi pada pekerjaan professional. Sedangkan perkembangan usaha kecil dan menengah sangat dinamis yang barangkali jauh meninggalkan jangkauan pajak. Meskipun jaring pengaman bagi wajib pajak berupa Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP) agar melaksanakan kewajiban perpajakannya sudah dipasang, terutama bagi usaha kecil menengah masih lepas dari jeratan pajak (Amilia, 2014). Selain hal tersebut, yang menjadi 3

4 masalah besar dalam perpajakan adalah terletak pada kemauan masyarakat untuk membayarkan kewajiban pajaknya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Tatiana dan Priyo (2009), kemauan untuk membayar pajak merupakan kewajiban yang mesti dilaksanakan oleh setiap warga negara mengingat hasil dari pembayaran pajak inilah yang digunakan untuk melakukan segala kegiatan pemerintahan, selain itu juga untuk membiayai pembangunan dan perawatan fasilitas umum yang dapat digunakan oleh warga itu sendiri. Kemauan membayar pajak merupakan hal yang penting dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak. Kemauan membayar pajak (willingness to pay tax) dapat diartikan sebagai suatu nilai yang rela dikontibusikan oleh seseorang (yang ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara dengan tidak mendapat jasa timbale (kontraprestasi) secara langsung. Kemauan wajib pajak dalam membayar pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu, kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, pelayanan fiskus yang berkualitas, dan persepsi wajib pajak atas efektifitas sistem perpajakan. Pada kenyataannya, sebagian wajib pajak tidak mengerti peraturan perpajakan yang ada. Tidak hanya itu, masih banyak juga wajib pajak yang menunggu ditagih baru membayarkan pajaknya, seperti peraturan pajak pada 4

5 periode lama. Hal ini tentunya dapat menurunkan jumlah penerimaan pajak negara. Sejak terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) dikenal dengan istilah Self Assessment System yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. Dengan dianutnya Self Assessment System, maka selain bergantung pada kesadaran dan kejujuran wajib pajak, pengetahuan teknis pajak yang memadai juga memegang peran penting agar wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban membayarkan pajakannya dengan baik dan benar. Karena melalui sistem ini, setiap wajib pajak diwajibkan mengisi sendiri dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) dengan benar, lengkap, dan jelas (Nugroho, 2012). Tingkat kesadaran wajib pajak akan memberikan peran penting dalam kemauan wajib pajak dalam membayar pajak. Kesadaran wajib pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak mengerti, memahami dan melaksanakan berbagai macam ketentuan perpajakan yang ada dengan benar. Tingkat kesadaran wajib pajak yang rendah cenderung akan membuat wajib pajak berusaha untuk membayar kewajiban pajaknya lebih kecil dari yang seharusnya atau bahkan menghindarkan diri dari kewajiban pembayaran pajak, sehingga dibutuhkan peran serta aparat pemerintah dalam upaya meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak sehingga penerimaan pajak akan berjumlah sesuai dengan yang direncanakan. Tingkat kesadaran wajib pajak terhadap arti 5

6 penting perpajakan bagi pembiayaan penyelenggaraan dan pembangunan sarana dan prasarana publik akan memperlancar proses pemungutan pajak. Penilaian positif masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakan masyarakat untuk membayarkan kewajiban pajaknya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan (2007) dalam Sudewo (2012) dijelaskan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak, maka makin mudah pula bagi mereka untuk mengetahui dan memahami peraturan perpajakan. Wajib pajak yang sudah mengetahui dan memahami peraturan perpajakan, termasuk sanksi administrasi dan pidana fisik, diharapkan secara sadar, memenuhi kewajiban membayar pajaknya. Pada kenyataanya, banyak wajib pajak orang pribadi terutama yang melakukan pekerjaan bebas yang memiliki tingkat pendidikan rendah dapat mempunyai penghasilan yang besar tetapi tidak membayarkan kewajiban pajaknya. Berkaitan dengan tingkat penghasilan, pada kenyataan yang apabila ditinjau secara langsung, banyak wajib pajak dengan berbagai tingkat penghasilan masih enggan untuk membayarkan kewajiban pajaknya terutama para wajib pajak yang memiliki penghasilan rendah. Hal inilah yang menjadi menarik untuk diteliti berkaitan dengan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan wajib pajak apakah berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak atau tidak. Beberapa penelitian yang mendasari penelitian ini adalah penelitian ini adalah Tatiana dan Priyo (2009) dan Anggraeni (2011) yang menggunakan tiga 6

7 variabel serta Sapti, Agus, dan Umi (2012) yang menggunakan empat variabel dalam penelitian mereka yaitu Kesadaran Membayar Pajak, Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan, dan Persepsi yang Baik atas Efektifitas Sistem Perpajakan, Serta Tingkat Kepercayaan Terhadap Sistem Pemerintahan dan Hukum. Sedangkan dalam penelitian ini, dilakukan penambahan dua variabel independen yaitu tingkat penghasilan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak sehingga diharapkan memberikan tambahan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan wajib pajak dalam membayar pajak. Variabel tingkat penghasilan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak ini merupakan variabel variabel dari penelitian yang dilakukan oleh Sudewo (2012) yang meneliti tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Responden dari penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas, yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang memiliki keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terkait oleh suatu hubungan kerja ( UU KUP, 2007 ). Hal tersebut tentunya akan menyebabkan adanya kemungkinan wajib pajak yang melakukan pekerjaan bebas akan menghindari kewajibannya membayar pajak. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti apakah kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum, tingkat penghasilan wajib pajak serta tingkat pendidikan wajib pajak 7

8 akan berpengaruh terhadap kemauan untuk membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas. Berdasarkan uraian diatas, penulis memilih judul penelitian yaitu Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka adapun rumusan masalah dari penelitian ini, diantaranya yaitu: 1. Apakah kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak? 2. Apakah pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak? 3. Apakah persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak? 4. Apakah tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak? 5. Apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak? 6. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak? 8

9 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. 2. Untuk mengetahui apakah pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. 3. Untuk mengetahui apakah persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. 4. Untuk mengetahui apakah tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. 5. Untuk mengetahui apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. 6. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap keamuan membayar pajak. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat diantaranya: 1. Bagi Wajib Pajak Penelitian ini dapat memberikan berbagai macam informasi mengenai perpajakan, sehingga wajib pajak lebih mengetahui tentang pajak, dan dapat meningkatkan kemauan wajib pajak dalam membayar pajak karena pajak yang dipungut sangatlah penting untuk digunakan dalam 9

10 pembangunan sebuah negara yang dimana pembangunan tersebut dilakukan untuk menyejahterakan rakyat negara tersebut. 2. Bagi Pemerintah Dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan kemauan wajib pajak dalam membayar pajak Memberi masukan kepada Direktorat Jenderal Pajak agar mampu memberikan sosialisasi mengenai pajak dan penerimaan sehingga ke depan mampu meningkatkan kemauan dan kepatuhan membayar pajak 3. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya, dan tentunya menambah wawasan khususnya di bidang perpajakan Memberi masukan terhadap Akademisi agar mampu memberikan sosialisasi mengenai pajak dan penerimaan sehingga ke depan mampu meningkatkan kemauan masyarakat sekaligus meningkatkan kepatuhan pajak. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terdiri dari 5 bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN 10

11 Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang menjadi dasar penelitian ini. Dari teori tersebut akan digunakan untuk menganalisis penelitian ini. Bab ini terdiri dari landasan teori, penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, kerangka pemikiran, dan hipotesis BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan tentang deskripsi obyek penelitian, analisis data, interpretasi dan pembahasan BAB V : PENUTUP Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan, keterbatasan masalah, dan saran. 11