EKSISTENSI MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS DALAM MENJALANKAN JABATAN

Transkripsi

1 EKSISTENSI MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS DALAM MENJALANKAN JABATAN Oleh : I Ketut Banesa Wahyu Pradana NPM : Pembimbing I : I Nyoman Sumardika, SH.,M.Kn Pembimbing II : Ni Gusti Ketut Sri Astiti, SH. ABSTRACT A Notary's position is public or public office because the Notary is appointed and dismissed by the government. Although a Notary is a public/public official who is appointed and dismissed by the government, but a Notary is not a government employee/government with a salary from the government. Notary public/public officials who also participate in carrying out government in the field of law but do not get a salary from the government, but entitled to receive honorarium. The formulation of the issues raised are (1) How does the examination procedure against the notaries before the Honorary Board of Notary? (2) Does the presence of the Notary Public Assembly in conducting a notary examination constitute a form of legal protection against a notary? Problems that will be discussed will be studied based on normative point of view, in accordance with legal research that is used is normative then approach problem used in this thesis is approach of legislation and conceptual approach The result of the research shows that the procedure of examination of Notary before the Honorary Council of Notary, consisting of stage of report submission, calling stage, examination stage by regional examiner board, examination stage by regional examiner board, and inspection stage by central examiner board. The presence of the Notary Public Honor Council in examining the Notary is a form of legal protection against Notary Public, the Honorary Council of Notary is one representative representing the minister of law and human rights with the authority that is attributive in order to conduct supervision and supervision of the notary public officials in carrying out the code of ethics His profession. The Honorary Council of Notary serves to protect Notary's profession, not protect the person of Notary, so, the protected is his profession, not the Notary. Thus, when a Notary conducts or allegedly commits a crime which has nothing to do with the duty of the Notary's office, the Investigator does not need to seek MKN approval to inspect it. On the other hand, if MKN Territory (MKNW) receives a request for approval of a Notary's examination of an alleged offense, the MKNW must reject it by reason of "not authorized" to grant approval or rejection of the examination of the case. Keywords: Honorary Council of Notaries, Notaries, Legal Protection PENDAHULUAN Jabatan Notaris adalah jabatan umum atau publik karena Notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, Notaris menjalankan tugas negara, dan akta yang 1

2 dibuat, yaitu minuta (asli akta) adalah merupakan dokumen negara. Pejabat umum adalah pejabat yang diangkat dan diberhentikan oleh kekuasaan umum (pemerintah) dan diberi wewenang serta kewajiban untuk melayani publik dalam hal hal tertentu, karena itu ia ikut melaksanakan kewibawaan pemerintah. Notaris merupakan pejabatan umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Akta yang dibuat dihadapan Notaris merupakan bukti otentik, bukti paling sempurna, dengan segala akibatnya. Lahirnya Undang Undang Jabatan Notaris (UUJN) Nomor 30 Tahun 2004 yang diundangkan di Jakarta pada tanggal 6 Oktober 2004, sebagaimana ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117 yang terdiri dari 13 Bab dan 92 Pasal tersebut semakin mempertegas posisi penting Notaris sebagai pejabat Landasan filosofis lahirnya Undang Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 adalah terwujudnya jaminan kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran, dan keadilan. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah prosedur pemeriksaan terhadap Notaris dihadapan Majelis Kehormatan Notaris? Apakah kehadiran Majelis Kehormatan Notaris dalam melakukan pemeriksaan terhadap Notaris merupakan bentuk perlindungan hukum terhadap Notaris? METODE PENELITIAN Tujuan penelitian dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah: a) Untuk melatih diri dalam penulisan karya ilmiah, b) Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya dalam bidang penelitian, c) Untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang ilmu hukum. Sementara tujuan khusus adalah a) Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan terhadap Notaris dihadapan Majelis Kehormatan Notaris; dan b) Untuk mengetahui kehadiran Majelis Kehormatan Notaris dalam melakukan pemeriksaan merupan bentuk perlindangan hukum terhadap Notaris. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah menggunakan tipe penelitian hukum normatif, yaitu suatu tipe penelitian dengan mengkaji suatu peraturan perundang undangan yang berlaku dan berkompeten untuk digunakan 2

3 sebagai dasar dalam melakukan pemecahan masalah. Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan perundang undangan (statute approach) dilakukan untuk meneliti aturan aturan hukum yang menjadi fokus penelitian, khususnya mengenai perlindungan hukum terhadap Notaris. Bahan hukum dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah bahan bahan hukum yang mengikat berupa peraturan perundang undangan yakni Undang Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia 1945, Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, pada Pasal 1 angka 1 Undang Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN), KUHAP, Kitab Undang undang Hukum Perdata, Ikatan Notaris Indonesia Nomor 01/MOU/PP INI/V/2006 tentang Pembinaan dan Peningkatan Profesionalisme di Bidang Penegakan Hukum, sedangkan bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai hal hal terkait dengan penulisan tentang perlindungan hukum terhadao notaris dalam menjalankan jabatan yang berupa buku buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum. Teknik yang digunakan didalam pengumpulan bahan hukum yaitu dengan cara menginventarasasikan, kategori dengan buku buku dan peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Didalam pengumpulan bahan hukum teknik yang digunakan yaitu teknik pengutipan. Bahan hukum yang terkumpul dikutip yang sesuai dengan dengan permasalahan yang dibahas hasil kutipan tersebut dituangkan dalam bentuk karya ilmiah. Bahan bahan hukum yang dikumpulkan, kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan interpretasi hukum agar dapat menjawab permasalahan yang diajukan.interpretasi hukum yang digunakan untuk menganalis bahan bahan hukum dalam skripsi ini adalah interpretasi sistematik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebagai negara hukum, Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan. Asas legalitas yang dianut dalam hukum pidana sebagai aktualisasi paradigma supremasi hukum. Pemeriksaan terhadap Notaris dilakukan tanpa tekanan dan paksaan dari penyidik atau petugas. Apabila Notaris diperiksa sebagai tersangka dan tidak terbukti adanya unsur pidana, maka penyidik wajib menerbitkan Surat Perintah 3

4 Pemberhentian Penyidikan (selanjutnya disebut SP3) secepatnya setelah pemeriksaan baik saksi, tersangka maupun alat bukti dinyatakan selesai. Hak Ingkar yang dimiliki Notaris terkait perkara pidana tidaklah dapat dipergunakan, sebab dihadapan hukum setiap warga negara yang baik wajib memberikan kesaksian yang sebenar benarnya dan tak lain daripada yang sebenarnya. Dan dalam hal ini peranan hakim sangatlah diperlukan apakah Notaris tersebut perlu atau tidak dalam memberikan kesaksian dalam proses peradilan. Majelis Kehormatan Notaris adalah salah satu perwakilan yang mewakili menteri hukum dan hak asasi manusia dengan kewenangan yang bersifat atributif guna mengadakan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris sebagai pejabat publik dalam menjalankan kode etik profesinya.majelis Kehormatan Notaris berperan melindungi profesi Notaris, bukan melindungi person Notaris, jadi, yang dilindungi adalah profesinya, bukan Notarisnya. Dengan demikian, ketika seorang Notaris melakukan atau diduga melakukan suatu tindak pidana yang tidak ada kaitannya dengan tugas jabatan Notaris, maka Penyidik tidak perlu meminta persetujuan MKN untuk memeriksanya. Sebaliknya kalau MKN Wilayah (MKNW) menerima permohonan persetujuan pemeriksaan Notaris atas dugaan tindak pidana di luar pelaksanaan tugas jabatan Notaris, maka MKNW harus menolaknya dengan alasan tidak berwenang memberikan persetujuan atau penolakan pemeriksaan atas kasus tersebut. Menurut ketentuan Undang Undang Jabatan Notaris dinyatakan, bahwa pengawasan terhadap notaris dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan membentuk Majelis Pengawas. Pengawasan tersebut meliputi perilaku notaris dan pelaksanaan Jabatan Notaris. Dengan demikian, Majelis Pengawas, menggunakan Kode Etik yang telah dibuat oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI), sebagai bahan pengawasan terhadap notaris. Majelis Pengawas akan mengambil tindakan apabila ada pengaduan dari masyarakat mengenai perilaku notaris yang menyimpang. Jika seorang notaris yang diawasi terus menerus melakukan pelanggaran maka dilakukan penindakan. Untuk ini notaris yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku dengan melihat pelanggaran yang dilakukannya. UUJN menyebutkan bahwa sanksi yang paling ringan adalah teguran lisan. Sanksi kedua adalah teguran tertulis, dan yang ketiga, sanksinya adalah pemberhentian sementara maksimal 6 bulan. Sanksi yang terakhir adalah pemecatan terhadap jabatannya baik dengan hormat atau tidak hormat. 4

5 Bahwa instrument untuk ingkar bagi Notaris ditegaskan sebagai salah satu kewajiban Notaris yang tersebut dalam Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJN, sehingga Kewajiban Ingkar untuk Notaris melekat pada tugas jabatan Notaris. Sebagai suatu kewajiban harus dilakukan, berbeda dengan hak ingkar, yang dapat dipergunakan atau tidak dipergunakan, tapi kewajiban ingkar mutlak dilakukan dan dijalankan oleh Notaris, kecuali ada undang undang yang memerintahkan untuk menggugurkan kewajiban ingkar tersebut. Perlindungan hukum didefinisikan sebagai jaminan perilndungan hak yang diberikan oleh hukum kepada mereka yang berhak secara normatif menurut ketentuanketentuan suatu peraturan hukum. Pembatasan pemihakan hukum terhadap hak hak subyek hukum hanya sepanjang hal itu memang diatur, jika tidak demikian maka konteks perilndungan yang dimaksud berada di luar hukum. Menurut Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris tidak ada satu pasal yang khusus mengatur tentang perlindungan hukum terhadap Notaris. Pada dasarnya perlindungan hukum tersebut hanya tersirat pada dalam Pasal 66 tentang pengawasan terhadap Notaris yang bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi Notaris di dalam menjalankan tugas dan jabatannya selaku Pejabat Umum, pengawasan tersebut sangat diperlukan, agar dalam melaksanakan tugas dan jabatannya Notaris wajib menjunjung tinggi martabat jabatannya SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan sebelumnya pada pembahasan dari permasalahan yang diajukan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1) Prosedur pemeriksaan terhadap Notaris dihadapan Majelis Kehormatan Notaris, yaitu terdiri dari tahap pengajuan permohonan, tahap pemanggilan, tahap pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa Notaris Wilayah, dan tahap pengambilan keputusan. Adapun isi keputusan dari MKNW yaitu menyetujui pemanggilan terhadap Notaris yang bersangkutan dalam kedudukannya sebagai saksi atau tersangka dan menolak pemanggilan terhadap Notaris yang bersangkutan sebagai saksi atau tersangka karena dalam menjalakan jabatan telah memenuhi ketentuan perundang undangan. 2) Kehadiran Majelis Kehormatan Notaris dalam melakukan pemeriksaan terhadap Notaris merupakan bentuk perlindungan hukum terhadap profesi dan jabatan Notaris. Khususnya terhadap Notaris yang telah menjalankan jabatan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. 5

6 Dengan demikian, ketika seorang Notaris melakukan atau diduga melakukan suatu tindak pidana yang tidak ada kaitannya dengan profesi dan jabatan Notaris, maka Penyidik tidak perlu meminta persetujuan MKN untuk memeriksanya. Sebaliknya kalau MKN Wilayah (MKNW) menerima permohonan persetujuan pemeriksaan Notaris atas dugaan tindak pidana di luar pelaksanaan tugas profesi dan jabatan Notaris, maka MKNW wajib menolaknya dengan alasan tidak berwenang memberikan persetujuan atau penolakan pemeriksaan atas kasus tersebut. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1) Notaris sebagai pejabat umum dengan landasan filosofis harus bercermin kepada Undang Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 jo UU No 2 tahun 2014 dan kode etik profesi agar dapat terwujudnya jaminan kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran, dan keadilan bagi masyarakat yang menggunkan jasa hukum Notaris; 2) Profesi dan Kedudukan lembaga Majelis Kehormatan Notaris ini seharusnya dibentuk secara berjenjang, mulai dari tingkat daerah, wilayah, dan pusat. Hal ini dilakukanagar lembaga dapat dengan cepat menanggapi dan memutuskan kasus yang terjadi. Selain itu,diperlukan adanya suatu pengaturan mengenai upayahukum banding atas putusanyang dikeluarkan oleh MKN. Hal ini diharapkan dapatmenjamin perlindungan hukum bagi jabatan Notaris dan sekaligus memberikan kesempatan untuk melakukan upaya banding bagi pihak pihak yang merasa dirugikan atas putusan MKN tersebut. DAFTAR BACAAN Abdulkadir Muhammad, 1997, Etika Profesi Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Habib Adjie, 2009, Undang Undang Jabatan Notaris (UUJN) sebagai Unifikasi Hukum Pengaturan Notaris, Bandung, CV. Manndar Maju. HGSL. Tobing, 1996, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta, Erlangga. R. Sugondo Notodisoerjo, 1982, Hukum Notariat di Indonesia suatu penjelasan, Jakarta, Raja Grafindo. Soesanto, 1982, Tugas, Kewajiban dan Hak hak Notaris, Wakil Notaris, Pradnya Paramita, Jakarta Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Undang Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN). 6

7 Denpasar, Juli 2017 Menyetujui Pembimbing I Pembimbing II (I Nyoman Sumardika, SH.,M.Kn) (Ni Gusti Ketut Sri Astiti, SH.) NIK NIK