Buku Panduan. Sistem Peringatan Dini dan Aksi Dini Banjir di DAS Bengawan Solo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Buku Panduan. Sistem Peringatan Dini dan Aksi Dini Banjir di DAS Bengawan Solo"

Transkripsi

1

2 Buku Panduan Sistem Peringatan Dini dan Aksi Dini Banjir di DAS Bengawan Solo Flood Early Warning Early Action System (FEWEAS) in Bengawan Solo Watershed 2

3 Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga Buku Panduan penggunaan aplikasi Sistem Peringatan Dini dan Aksi Dini Banjir di DAS Bengawan Solo ini telah dapat diselesaikan. Buku panduan ini merupakan petunjuk praktis agar masyarakat pengguna terutama di wilayah Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo mendapatkan gambaran secara jelas dalam memanfaatkan dan menerapkan aksi dini dalam mengantisipasi terjadinya banjir di masa mendatang. Terimakasih disampaikan kepada Palang Merah Indonesia (PMI), International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, PT Zurich Insurance Indonesia), dan PT. Jasatirta 1 atas dukungannya sehingga terciptanya suatu aplikasi yang dinamakan FEWEAS (Flood Early Warning-Early Action System). 3

4 Terima kasih juga disampaikan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur atas dukungan dan bantuannya terutama dalam sosialisasi aplikasi FEWEAS ini. FEWEAS (Flood Early Warning and Early Action System) adalah suatu aplikasi sistem informasi peringatan dini dan aksi dini untuk mengantisipasi bencana, terutama banjir, di suatu wilayah tertentu dengan resolusi tinggi (3km) dan akurat. Sistem informasi ini berbasis website dan aplikasi android / ios. Informasi yang disampaikan antara lain prediksi jangka pendek, jangka menengah, dan pengamatan. Informasi prediksi jangka pendek diantaranya adalah prediksi status siaga banjir, genangan, tinggi muka air, dan cuaca dalam interval 1 hingga 3 jam untuk 3 hari ke depan. Informasi prediksi jangka menengah diantaranya prediksi kerentanan 4

5 banjir dalam interval 10 harian (dasarian) untuk 5 tahun mendatang. Sedangkan informasi pengamatan meliputi pengamatan cuaca real time dari stasiun pengamat cuaca otomatis dan tinggi muka air dari stasiun pencatat tinggi muka air otomatis yang tersebar di wilayah cakupan. Selain informasi prediksi kondisi kebencanaan, aplikasi FEWEAS juga memberikan rekomendasi aksi mitigasi bencana untuk mengurangi resiko dampak berdasarkan informasi prediksi yang disampaikan oleh aplikasi tersebut. Agar informasi prediksi kebencanaan dapat tersampaikan secara massal, aplikasi FEWEAS juga dilengkapi fitur CAP yang berguna bagi pengambil keputusan dalam mengumumkan informasi status siaga dan terkirim secara otomatis melalui web, aplikasi android/ios, maupun SMS. Dalam aplikasi ini pun terdapat usulan adaptasi yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kerentanan bencana (banjir) dari 5

6 mulai hulu hingga hilir untuk 5 tahun mendatang. Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini, untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat memberi manfaat dalam menerapkan informasi FEWEAS di DAS Bengawan Solo untuk mewujudkan masyarakat yang siap siaga terhadap banjir. Bandung, September 2016 Penulis, Dr. Armi Susandi 6

7 Daftar Isi Kata Pengantar...3 Daftar Isi...7 Daftar Gambar...9 Bab 1. Pendahuluan...12 Bab 2. Petunjuk Teknis Informasi di Website Beranda Utama Pengamatan Curah Hujan Pengamatan Tinggi Muka Air Prediksi Cuaca Prediksi Banjir Prediksi Iklim Informasi Android dan ios Beranda Utama

8 2.2.2 Fitur Prediksi Genangan Fitur Prediksi Cuaca Fitur Prediksi Iklim Fitur Pengamatan Curah Hujan Fitur Tinggi Muka Air Fitur Aksi Dini pada Feweas Bengawan Solo Fitur Adaptasi pada Feweas Bengawan Solo Rehabilitasi dan Konservasi Pendayagunaan Sumber Daya Air Pengendalian Daya Rusak Air Common Alerting Protocol (CAP) Informasi curah hujan Sebagai informasi untuk Pertanian...60 PENUTUP

9 Daftar Gambar Gambar 2. 1 Tampilan beranda utama bagian I...17 Gambar 2. 2 Tabel siaga banjir...18 Gambar 2. 3 Tampilan beranda bagian Gambar 2. 4 Tampilan beranda bagian Gambar 2. 5 Fitur pengamatan curah hujan...22 Gambar 2. 6 Grafik pengamatan curah hujan...23 Gambar 2. 7 Fitur pengamatan tinggi muka air...24 Gambar 2. 8 Prediksi Curah Hujan...26 Gambar 2. 9 Prediksi Temperatur Udara...27 Gambar Prediksi Tekanan Udara...28 Gambar Prediksi Kelembaban...29 Gambar Prediksi Arah dan Kecepatan Angin...30 Gambar Prediksi banjir jangka pendek...31 Gambar Prediksi genangan...33 Gambar Indeks Kerentanan Banjir...34 Gambar Prediksi Iklim...35 Gambar Instalasi Feweas dari Google Play dan App 9

10 Store...37 Gambar Tampilan Beranda Utama...38 Gambar Tampilan prediksi genangan...39 Gambar Prediksi Cuaca...40 Gambar Prediksi iklim...41 Gambar Fitur Pengamatan Curah Hujan...42 Gambar Fitur Tinggi Muka Air...44 Gambar Contoh aksi dini untuk merespon status Siaga...46 Gambar Aksi Siaga Prediksi curah hujan...47 Gambar Kategori curah hujan...48 Gambar Grafik dan lokasi stasiun curah hujan...49 Gambar Status siaga dan aksi terhadap pengamatan tinggi muka air...50 Gambar Daerah rehabilitasi dan konservasi...52 Gambar Daerah pengendalian daya rusak air...54 Gambar Daerah Pengendalian Daya Rusak Air...56 Gambar Contoh adaptasi di tahun 2018 pada aplikasi FEWEAS

11 Gambar Halaman CAP pada FEWEAS...58 Gambar Tampilan CAP...59 Gambar Tampilan halaman prediksi iklim...60 Gambar Prediksi curah hujan dasarian di desa Samomoro...61 Gambar Tampilan lebih besar untuk Prediksi curah hujan dasarian Tahun 2016 di desa Samomoro

12 Bab 1. Pendahuluan DAS Bengawan Solo memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam mendukung kehidupan masyarakat disekitarnya. Sebagai DAS terbesar di pulau jawa dengan luas km2, DAS ini melewati 17 kabupaten dan 3 kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan kepadatan penduduk di sekitar DAS Bengawan Solo mencapai 1028 orang/km2. Sumber air dari DAS ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan sehari-hari, industri, pertanian dan kebutuhan peternakan. DAS Bengawan Solo hampir setiap tahunnya mengalami bencana banjir. Banjir disebabkan oleh faktor-faktor alam dan kegiatan manuasi yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam yang menyebabkan menurunnya fungsi ekosistem DAS, Faktor alamiah terutama disebabkan karena curah hujan yang sangat tinggi, kondisi topografi dan kondisi tangkapan air DAS, 12

13 sedangkan faktor manusia diantaranya disebabkan karena perubahan penggunaan lahan. Pemerintah setempat telah membangun beberapa infrastruktur dalam rangka mengontrol banjir seperti Dam Gajah Mungkur yang berlokasi di kota Surakarta dan menggunakan sistem FFDAS (Flood Forecasting and Warning System) di Dam Wonogiri sebagai sistem pendukung dalam mengamati dan memprediksi banjir yang kemudian menghasilkan peringatan (warning action). Informasi ini belum dapat diimplementasikan di seluruh daerah sekitar Bengawan Solo, hal ini disebabkan karena kekurangan infrastruktur dan sistem pengendalian banjir. Sebagai contoh kejadian banjir besar yang terjadi pada 25 Desember 2007 yang menyebabkan banjir besar akibat intensitas curah hujan yang besar sekitar mm/hari di setiap bagian Bengawan Solo. Selain curah hujan, faktor lain seperti kekurangan sistem drainase dan infrastruktur 13

14 pengendalian banjir serta informasi sistem prediksi dan peringatan (Hidayat, 2008). Untuk mempersiapkan masyarakat yang siaga terhadap banjir di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Perum Jasa Tirta 1, dengan dukungan dan pendanaan dari program "Masyarakat Tangguh Banjir" (kerjasama antara Palang Merah Indonesia, International Federation of Red Cross and Red Crescent Societis, PT Zurich Insurance Indonesia) mengembangkan Sistem Peringatan dan Aksi Dini terhadap Banjir yang disebut dengan FEWEAS (Flood Early Warning-Early Action System). Fitur-fitur yang ada dalam aplikasi FEWEAS antara lain informasi prediksi jangka pendek, jangka menengah, dan pengamatan. diantaranya Informasi adalah prediksi prediksi jangka status siaga pendek banjir, genangan, tinggi muka air, dan cuaca dalam interval 1 14

15 hingga 3 jam untuk 3 hari ke depan. Informasi prediksi jangka menengah diantaranya prediksi kerentanan banjir dalam interval 10 harian (dasarian) untuk 5 tahun mendatang. Sedangkan informasi pengamatan meliputi pengamatan cuaca real time dari stasiun pengamat cuaca otomatis dan tinggi muka air dari stasiun pencatat tinggi muka air otomatis yang tersebar di wilayah cakupan. Selain itu, rekomendasi aksi mitigasi bencana dan usulan adaptasi perubahan iklim juga dapat ditemukan dalam aplikasi tersebut. Dalam bab berikutnya akan dibahas untuk masing-masing fitur dalam aplikasi FEWEAS tersebut. 15

16 Bab 2. Petunjuk Teknis Pada kegiatan ini telah dikembangkan sistem peringatan dini banjir berdasarkan informasi cuaca dan iklim dengan resolusi dan ketepatan tinggi. Sistem ini berupa aplikasi berbentuk website, android dan ios. Pada dasarnya, penggunaan sistem informasi ini dapat dilakukan oleh berbagai kalangan karena tampilan dan informasi yang disediakan bersifat pengguna-friendly dan informatif. Informasi yang disediakan berupa pengamatan dan prediksi cuaca, prediksi iklim, dan prediksi banjir. Berikut petunjuk teknis terkait pemanfaatan sistem informasi peringatan dini di Bengawan Solo. 2.1 Informasi di Website Tampilan informasi di website terdiri dari beberapa bagian, yaitu beranda utama, pengamatan curah hujan, pengamatan tinggi muka air, prediksi cuaca, prediksi 16

17 iklim dan info anda. Berikut penggunaan teknis untuk sistem informasi website : Beranda Utama Di beranda utama terbagi menjadi 3 bagian. Pada bagian pertama (gambar 2.1) terdapat informasi umum DAS Bengawan Solo dan tabel siaga banjir untuk 17 kabupaten dan 3 kota di DAS Bengawan Solo. Informasi dapat ditampilkan dalam 2 bahasa, yaitu inggris dan indonesia. Informasi Umum Siaga banjir Gambar 2. 1 Tampilan beranda utama bagian I 17

18 Tabel siaga banjir di beranda utama terdiri dari informasi simbol status, lokasi, status, tinggi muka air maksimum serta waktu kejadian. Gambar 2.2 menunjukan tampilan siaga banjir. Gambar 2. 2 Tabel siaga banjir 18

19 Pada tabel siaga banjir terdapat informasi mengenai tinggi muka air di 17 kabupaten dan 3 kota yang terdapat disekitar DAS Bengawan Solo. 4 simbol pada tabel siaga banjir menunjukan tingkat status di daerah tersebut. Tinggi muka air masih ditoleransi oleh masyarakat, air tidak banyak masuk kerumah. Beberapa area jalan tergenang Siaga 3 tetapi belum terlalu menganggu aktivitas Tinggi muka air berpotensi sejajar dengan rumah warga, sulit untuk berjalan diatas genangan, beberapa kerusakan dan aktivitas Siaga 2 masyarakat mulai terganggu Ketinggian air di dalam rumah sama dengan di luar, banyak rumah terendam, aktivitas masyarakat sudah tidak dapat dilakukan. Siaga 1 Simbol-simbol tersebut dapat diklik dan akan di-link 19

20 langsung ke daerah tujuan, sedangkan pada kolom waktu menunjukan waktu tinggi muka air maksimum tersebut terjadi. Gambar 2. 3 Tampilan beranda bagian 2 Pada bagian beranda utama juga terdapat beberapa fitur seperti pengamatan curah hujan, pengamatan tinggi muka air, prediksi cuaca, prediksi iklim, prediksi banjir dan info anda. Masing-masing fitur dapat diklik dan akan mengarah ke masing-masing parameter. Pada bagian 3 terdapat informasi mengenai lembaga 20

21 yang terlibat dalam kegiatan ini serta kontak yang dapat dihubungi. Masyarakat juga dapat mengirim pesan ke administrator dengan mengisi kolom kontak kami. Gambar 2. 4 Tampilan beranda bagian Pengamatan Curah Hujan Pada fitur pengamatan curah hujan ditampilkan data curah hujan dari ARR (Automatic Rainfall Recorder) di 26 21

22 titik sekitar DAS Bengawan Solo (ikon biru), apabila ikon biru pada website diklik, maka akan muncul grafik intensitas curah hujan di stasiun tersebut. Grafik pada fitur ini dibagi menjadi 4 kategori, yaitu putih (ringan), sedang (biru), lebat (orange) dan merah (sangat lebat). Ikon biru adalah titik pengamatan curah hujan Jasa Tirta I Grafik curah hujan dan tingkat kesiagaan Gambar 2. 5 Fitur pengamatan curah hujan 22

23 Gambar 2. 6 Grafik pengamatan curah hujan Pengamatan Tinggi Muka Air Pada fitur pengamatan tinggi muka air ditampilkan data tinggi muka iar dari AWLR (Automatic Water Level Recorder) di 26 titik sekitar DAS Bengawan Solo (ikon biru), apabila ikon biru pada website diklik, maka akan muncul grafik tinggi muka air di stasiun tersebut. Grafik pada fitur ini dibagi menjadi 4 kategori, yaitu putih (ringan), sedang (biru), lebat (orange) dan merah (sangat lebat). 23

24 Ikon biru adalah titik pengamatan tinggi muka air Jasa Tirta I Grafik tinggi muka air dan tingkat kesiaga an Gambar 2. 7 Fitur pengamatan tinggi muka air Prediksi Cuaca Pada fitur prediksi cuaca terdapat beberapa parameter yang dapat dipilih oleh pengguna, parameter tersebut terdiri dari curah hujan, temperatur, tekanan, kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Seluruh parameter tersedia setiap 3 jam dengan akurasi dan ketepatan tinggi. Berikut fitur-fitur dalam menu prediksi cuaca: 1. Prediksi Curah Hujan Prediksi curah hujan ditampilkan setiap 3 jam untuk 2 24

25 hari depan. Curah hujan yang dihasilkan merupakan akumulasi atau kemungkinan curah hujan selama 3 jam terakhir, contoh curah hujan pada pukul merupakan akumulasi kemungkinan terjadinya curah hujan dari pukul , sedangkan legenda pada webiste menunjukan intensitas curah hujan yang terjadi. Prediksi curah hujan dapat dioverlay dengan arah angin dengan mengklik parameter arah angin dibagian kanan website. Selain itu prediksi curah hujan di suatu kabupaten atau kota dapat dilihat dengan mengklik kabupaten atau kota di website. Untuk melihat prediksi kedepan atau kebelakang serta simulasinya, pengguna dapat mengatur waktu di bagian bawah peta. 25

26 Pengaturan tanggal Parameter prediksi cuaca Gambar 2. 8 Prediksi Curah Hujan 2. Prediksi Temperatur Prediksi temperatur yang tersedia per 3 jam untuk 2 hari kedepan. Prediksi ini merupakan nilai temperatur pada jam tersebut, sedangkan legenda sebelah kiri menunjukan nilai dari temperatur dengan satuan oc. Selain itu prediksi temperatur di suatu kabupaten atau kota dapat dilihat dengan mengklik kabupaten atau kota di website. Untuk melihat prediksi kedepan atau 26

27 kebelakang serta simulasinya, pengguna dapat mengatur waktu dibagian bawah peta. Pengaturan tanggal Parameter prediksi cuaca Gambar 2. 9 Prediksi Temperatur Udara 3. Prediksi Tekanan Udara Prediksi tekanan yang tersedia per 3 jam untuk 2 hari kedepan. Prediksi ini merupakan nilai tekanan pada jam tersebut, sedangkan legenda sebelah kiri menunjukan nilai dari tekanan dengan satuan hpa. Selain itu prediksi tekanan di suatu kabupaten atau kota dapat dilihat dengan mengklik kabupaten atau kota di website. Untuk melihat prediksi kedepan atau kebelakang serta simulasinya, pengguna dapat mengatur waktu di bagian 27

28 bawah peta. Pengaturan tanggal Parameter prediksi cuaca Gambar Prediksi Tekanan Udara 4. Prediksi Kelembaban Prediksi kelembaban yang tersedia per 3 jam untuk 2 hari kedepan. Prediksi ini merupakan nilai kelembaban pada jam tersebut, sedangkan legenda sebelah kiri menunjukan nilai dari kelembaban dengan satuan persen, semakin tinggi nilai kelembaban maka kandungan uap air dalam udara semakin besar. Selain itu prediksi kelembaban di suatu kabupaten atau kota dapat dilihat dengan mengklik kabupaten atau kota di 28

29 website. Untuk kebelakang serta melihat prediksi simulasinya, kedepan pengguna atau dapat mengatur waktu dibagian bawah peta. Pengaturan tanggal Parameter prediksi cuaca Gambar Prediksi Kelembaban 5. Prediksi Kecepatan dan Arah Angin Prediksi kecepatan dan arah angin yang tersedia per 3 jam untuk 2 hari kedepan. Prediksi ini merupakan nilai kecepatan dan arah angin pada jam tersebut, sedangkan legenda sebelah kiri menunjukan nilai dari kecepatan angin dengan satuan m/s. Selain itu prediksi kecepatan dan arah angin di suatu kabupaten atau kota dapat 29

30 dilihat dengan mengklik kabupaten atau kota di website. Untuk melihat prediksi kedepan atau kebelakang serta simulasinya, pengguna dapat mengatur waktu dibagian bawah peta. Pengaturan tanggal Parameter prediksi cuaca Gambar Prediksi Arah dan Kecepatan Angin Prediksi Banjir Pada menu prediksi banjir terdapat beberapa fitur yang tersedia yaitu prediksi banjir jangka pendek, prediksi genangan dan prediksi banjir jangka panjang (indeks kerentanan banjir). Berikut petunjuk tenis penggunaan menu prediksi banjir: 30

31 1. Prediksi banjir jangka pendek Peta daerah berstatus siaga Informasi prediksi tinggi muka air Gambar Prediksi banjir jangka pendek Fitur ini menampilkan daerah berstatus siaga yang ditunjukkan oleh ikon segitiga kuning. Terdapat 3 titik pos yaitu pos sungai walikan, pos karanggeneng dan pos sungai samin. Pada peta, pengguna dapat mengklik ikon kuning untuk menampilkan prediksi tinggi muka air di masing-masing pos air. Grafik prediksi muka air dapat diperbesar dengan mengklik Tampilkan lebih besar dan disimpan dalam beberapa format. 31

32 2. Prediksi genangan Prediksi genangan merupakan salah satu hasil yang dikeluarkan oleh model WMS-GSSHA. Model ini melibatkan berbagai parameter diantaranya elevasi, tata guna lahan, jenis tanah dan curah hujan. Pada peta ditampilkan genangan tinggi muka air dalam bentuk kontur. Prediksi ini dihasilkan setiap jam untuk 2 hari kedepan. Legenda disebelah kiri peta menunjukan tinggi genangan yang terjadi. Untuk melihat prediksi kedepan atau kebelakang serta simulasinya, pengguna dapat mengatur waktu dibagian bawah peta. 32

33 Pengaturan tanggal Gambar Prediksi genangan 3. Prediksi banjir jangka panjang (Indeks Kerentanan Banjir) Peta pada fitur ini menginformasikan indeks banjir dengan skala desa, apabila desa diklik, maka akan muncul grafik kerentanan banjir dari bulan Januari hingga Desember dari skala 0 hingga 10. Indeks banjir ditampilkan per 10 harian (dasarian) hingga Legenda indeks di kiri peta merupakan kategori tingkat 33

34 kerentanan dari tidak rentan hingga sangat rentan dengan variasi warna yang ditampilkan. Pengguna juga dapat mengganti waktu untuk melihat tingkat kerentanan kedepan maupun kebelakang. Pengguna juga dapat memilih hasil untuk berbagai dasarian (1 sampai 3) di berbagai bulan hingga Grafik yang dihasilkan dapat disimpan dalam berbagai format seperti png, jpg, dsb dengan mengklik simbol disebelah kanan grafik. Simpan grafik Grafik kerentanan Gambar Indeks Kerentanan Banjir 34

35 2.1.6 Prediksi Iklim Prediksi iklim menampilkan prediksi curah hujan dasarian hingga Prediksi iklim merupakan salah satu keluaran dari model SCM (Smart Climate Model) Berikut tampilan prediksi iklim. Simpan grafik Grafik kerentanan Gambar Prediksi Iklim Peta pada website menyediakan prediksi iklim secara spasial menggunakan kontur. Apabila pengguna mengklik 1 desa, akan muncul grafik curah hujan selama 1 tahun di panel sebelah kanan. Legenda untuk curah hujan ditunjukan dengan warna (satuan milimeter) dan 35

36 dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu hujan tinggi, menengah dan rendah. Pengguna juga dapat mengganti waktu untuk melihat tingkat curah hujan kedepan maupun kebelakang. Pengguna juga dapat memilih hasil untuk berbagai dasarian (1 sampai 3) di berbagai bulan hingga Grafik yang dihasilkan dapat disimpan dalam berbagai format seperti png, jpg, dsb dengan mengklik simbol disebelah kanan grafik. 2.2 Informasi Android dan ios Aplikasi Feweas juga tersedia dalam platform android dan ios. Pengguna dapat mengunduh aplikasi ini dengan memasukan kata kunci FEWEAS DAS Bengawan Solo di google play maupun app store seperti pada gambar

37 Gambar Instalasi Feweas dari Google Play dan App Store Pada dasarnya aplikasi android dan ios memiliki beberapa fitur, diantaranya: Beranda Utama Di beranda utama terdapat beberapa fitur-fitur yang dapat dipilih dengan mengklik simbol. Selain itu di beranda utama juga terdapat informasi mengenai tinggi muka air di 17 kabupaten dan 3 kota di sekitar DAS 37

38 Bengawan Solo. Dengan mengklik salah satu daerah pada tabel tersebut, maka tampilan akan langsung mengarah ke peta daerah tersebut. Berikut tampilan dari beranda utama untuk sistem android dan ios. Gambar Tampilan Beranda Utama 38

39 2.2.2 Fitur Prediksi Genangan Gambar Tampilan prediksi genangan Pada fitur prediksi genangan, pengguna dapat mengkilik ikon prediksi genangan dan memilih lokasi atau daerah untuk melihat tingginya genangan di suatu lokasi Fitur Prediksi Cuaca Pada fitur prediksi cuaca, pengguna dapat mengklik ikon prediksi cuaca di panel sebelah kiri. Pengguna juga dapat mengatur waktu untuk melihat hasil prediksi sebelum, 39

40 hari ini maupun kedepannya. Di fitur ini pengguna dapat melihat parameter lain dengan memilih parameter yang diinginkan. Terdapat 5 jenis parameter, yaitu curah hujan, tekanan, temperatur, kelembaban dan kecepatan dan arah angin. Prediksi ini tersedia setiap 3 jam untuk 2 hari kedepan. Gambar Prediksi Cuaca 40

41 2.2.4 Fitur Prediksi Iklim Gambar Prediksi iklim Untuk melihat hasil prediksi iklim, pengguna dapat mengklik ikon prediksi iklim di panel kiri android maupun ios. Pengguna dapat mengklik daerah yang diinginkan untuk melihat grafik curah hujan dasarian (10 harian) dari bulan Januari hingga Desember sampai tahun

42 2.2.5 Fitur Pengamatan Curah Hujan Pada fitur pengamatan curah hujan ditampilkan data curah hujan dari ARR (Automatic Rainfall Recorder) di 26 titik sekitar DAS Bengawan Solo (ikon merah), apabila ikon merah pada website diklik, maka akan muncul grafik intensitas curah hujan di stasiun tersebut. Gambar Fitur Pengamatan Curah Hujan Grafik pada fitur ini dibagi menjadi 4 kategori, yaitu putih (ringan), sedang (biru), lebat (orange) dan merah 42

43 (sangat lebat). Grafik tersebut dapat disimpan dalam berbagai format seperti png, jpg dll dengan mengklik ikon Fitur Tinggi Muka Air Pada fitur pengamatan tinggi muka air ditampilkan data tinggi muka iar dari AWLR (Automatic Water Level Recorder) di 26 titik sekitar DAS Bengawan Solo (ikon merah), apabila ikon merah pada android atau ios diklik, maka akan muncul grafik tinggi muka air di stasiun tersebut. Grafik pada fitur ini dibagi menjadi 4 kategori, yaitu putih (ringan), sedang (biru), lebat (orange) dan merah (sangat lebat). Grafik tersebut dapat disimpan dalam berbagai format seperti png, jpg dll dengan mengklik ikon. 43

44 Gambar Fitur Tinggi Muka Air 2.3 Fitur Aksi Dini pada Feweas Bengawan Solo Fitur aksi dini di feweas bengawan solo bertujuan untuk memudahkan para pengguna dalam menerjemahkan arti dari setiap peringatan yang dihasilkan. Fitur ini mengandung simbol status siaga serta tindakan yang harus dilakukan oleh pengguna. Berikut status siaga dan aksi dini banjir: 44

45 Simbol Siaga 3 Status Siaga Aksi Dini Banjir Tinggi muka air masih Masyarakat di sekitar sungai ditoleransi oleh masyarakat, air bersiaga untuk kemungkinan tidak banyak masuk ke rumah. rendaman Beberapa area jalan tergenang Memindahkan barang berharga ke tetapi belum terlalu tempat yang lebih aman menganggu aktivitas Siaga 2 Tinggi muka air berpotensi Sudah ada yang melakukan sejajar dengan rumah warga, evakuasi sulit untuk berjalan diatas Memindahkan barang genangan, beberapa kerusakan berharga/elekronik ke lantai atas dan aktivitas masyarakat mulai atau titipkan ke tetangga terganggu Tinggal di lantai atas rumah Masyarakat di sekitar sungai mulai mengungsi Siaga 1 Ketinggian air di dalam rumah Memindahkan barang sama dengan di luar, banyak berharga/elekronik ke lantai atas rumah terendam, aktivitas atau titip tetangga masyarakat sudah tidak dapat Tinggal di lantai atas rumah dilakukan Masyarakat di sekitar sungai mulai mengungsi Cadangan makanan mulai digunakan Selain fitur aksi dini banjir, fitur-fitur lain seperti cuaca dan pengamatan juga memiliki status dan aksi yang harus dilakukan oleh para pengguna. 45

46 Gambar Contoh aksi dini untuk merespon status Siaga Contoh aksi dini dapat dilihat pada halaman beranda di aplikasi FEWEAS berdasarkan status siaga yang disampaikan. Setiap status siaga memiliki aksi-aksi dini tertentu. Berikut status siaga dan aksi dini dari fitur cuaca dan pengamatan: 46

47 Gambar Aksi Siaga Prediksi curah hujan Legenda pada prediksi curah hujan dibagi menjadi 5 kategori yaitu sangat ringan, ringan, sedang, lebat dan sangat lebat, masing-masing kategori memiliki tindakantindakan antisipasi, berikut detail dari masing-masing kategori: 47

48 Hindari pohon tinggi, kaca, bangunan rentan. Hindari berkendaraan dengan kecepatan tinggi, jalan licin Apabila terjadi hujan sedang, tidak membahayakan, sediakan jas hujan apabila bepergian Gambar Kategori curah hujan Selain untuk prediksi, hasil pengamatan di lokasi seperti aws dan awlr yang dipasang oleh jasa tirta 1 juga memiliki status siaga. Berikut status siaga dan aksi dari hasil pengamatan diperlihatkan Gambar

49 1. Pengamatan Curah Hujan Stasiun Pengamatan Curah Hujan Grafik Pengamatan Curah Hujan Gambar Grafik dan lokasi stasiun curah hujan Pada grafik curah hujan, masing-masing stasiun dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan intensitas curah hujan. Untuk kategori hujan sangat lebat, pengguna disarankan untuk menghindari pohon tinggi, kaca dan bangunan yang rentan, sedangkan untuk hujan lebat, para pengguna disarankan untuk menghindari berkendaraan dengan kecepatan tinggi karena jalan yang licin. 49

50 2. Pengamatan Tinggi Muka Air Gambar Status siaga dan aksi terhadap pengamatan tinggi muka air Pada fitur pengamatan tinggi muka air di masing-masing lokasi pintu air, status siaga dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: Siaga hijau: Bila Hujan yang terjadi menyebabkan terjadinya debit air meningkat di Pintu - Pintu Air tetapi kondisinya masih belum kritis dan membahayakan. Meski demikian bila status siaga III sudah ditetapkan, masyarakat sebaiknya mulai berhati-hati dan mempersiapkan segala sesuatunya 50

51 dari berbagai kemungkinan bencana banjir. Siaga kuning: Bila Hujan yang terjadi menyebabkan debit air mulai meluas, maka akan ditetapkan Siaga II, penanggung jawab untuk siaga II ini adalah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Siaga merah: Bila Hujan yang terjadi menyebabkan terjadinya debit air meningkat di Pintu - Pintu Air tetapi kondisinya masih belum kritis dan membahayakan. Meski demikian bila status siaga III sudah ditetapkan, masyarakat sebaiknya mulai berhati-hati dan mempersiapkan segala sesuatunya dari berbagai kemungkinan bencana banjir. 2.4 Fitur Adaptasi pada Feweas Bengawan Solo Pada aplikasi FEWEAS juga dapat ditemukan fitur usulan adaptasi yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kerentanan banjir di wilayah DAS Bengawan Solo. Usulan adaptasi untuk Feweas Bengawan Solo dibagi menjadi 3 bagian yaitu konservasi, pendayagunaan 51

52 Sumber Daya Air (SDA) dan Pengendalian daya rusak air. Berikut penjelasan untuk kegiatan adaptasi di Bengawan Solo Rehabilitasi dan Konservasi Gambar Daerah rehabilitasi dan konservasi Kegiatan rehabilitasi dan konservasi merupakan salah satu langkah dalam menghadapi kerentanan di Bengawan Solo. Berdasarkan peta kerentanan banjir di 52

53 DAS Bengawan Solo, usulan adaptasi diimplementasikan hingga tahun Sebagai contoh, untuk kegiatan rehabilitasi dan konservasi dapat dilakukan di tahun 2016 untuk daerah tangkapan air di lereng pegunungan Kabupaten Blora, Kabupaten Madiun, Kabupaten Bojonegoro. Sedangkan pada tahun 2017, indeks kerentanan banjir dapat diturunkan dengan melakukan konservasi di sekitar Gunung Lawu dan Rawa Jombor. Dan pada tahun 2018, konservasi dapat lebih ditingkatkan lagi di wilayah lereng pegunungan Kabupaten Madiun, Pegunungan Kendeng Kabupaten Rembang, dan Gunung Lawu Kabupaten Lawi seperti terlihat pada Gambar Pendayagunaan Sumber Daya Air Selain konservasi, usulan adaptasi untuk mengurangi tingkat kerentanan banjir juga dapat dilakukan dengan melakukan pendayagunaan sumber daya air. Pendayagunaan sumber daya air bertujuan agar 53

54 pemanfaatan sumber daya air dapat lebih bermanfaat. Sebagaimana tingkat kerentanan banjir selalu berubah setiap tahun, maka usulan pendayagunaan sumber daya air juga akan terus ditingkatkan setiap tahun. Gambar Daerah pengendalian daya rusak air Sebagai contoh, dapat dilihat pada Gambar 2.30 usulan adaptasi berupa pembangunan waduk serbaguna dan waduk Jipang dapat dilakukan di Kabupaten Ngawi pada tahun Selain itu juga dapat dilakukan pembangunan waduk Tawun di Kabupaten Tuban dan 54

55 jaringan irigasi di Rawa Jero Kabupaten Gresik. Pada tahun 2018, revitalisasi jaringan irigasi dapat dilakukan di Kabupaten Sukoharjo, pembangunan waduk Bendo di Kabupaten Ponorogo dan Bendungan Jero di Kabupaten Lamongan Pengendalian Daya Rusak Air Usulan adaptasi yang ketiga adalah pengendalian daya rusak air. Pengendalian daya rusak air bertujuan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh fenomena lokal seperti erosi. Untuk mengurangi tingkat kerentanan banjir hingga 2019, maka beberapa usulan adaptasi yang berkenaan dengan pengendalian daya rusak air dapat diimplementasikan. Tahun 2016, usulan adaptasi dapat berupa penetapan kawasan rawan longsor di Kabupten Rembang, perbaikan tanggul dan prasarana lain yang rusak di Kabupaten Gresik, dan perbaikan tanggul dan prasarana yang rusak di Kabupaten Ponorogo. Pada tahun 2017, perbaikan tanggul dan prasarana yang rusak di Kabupaten Ngawi, 55

56 pengerukan sedimen waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri, serta perbaikan irigasi dan pengendalian banjir di Kota Surakarta. Pada tahun 2018, adaptasi yang dapat dilakukan diantaranya perawatan parepet di Kabupaten Blora, perbaikan tanggul dan prasarana yang ruask di Kabupaten Boojonegoro dan Kabupaten Madiun (Gambar 2.31). Gambar Daerah Pengendalian Daya Rusak Air 56

57 Pengguna dapat menemukan fitur adaptasi pada aplikasi FEWEAS seperti terlihat pada Gambar Pada halaman tersebut, pengguna akan dapat memilih tahun adaptasi yang didasarkan pada peta kerentanan banjir di DAS Bengawan Solo dari mulai hulu hingga hilir. Gambar Contoh adaptasi di tahun 2018 pada aplikasi FEWEAS 2.5 Common Alerting Protocol (CAP) CAP merupakan informasi/pesan suatu untuk format berbagai penyampaian jenis peringatan bencana yang disederhanakan agar mudah dipahami 57

58 oleh khalayak umum untuk segala jenis perangkat penyampaian informasi/pesan. Beberapa manfaat dalam penggunaan CAP adalah: Mempercepat proses otorisasi peringatan kebencanaan Menyederhanakan alur keberjalanan informasi Men-standardisasi peringatan kebencanaan dari setiap badan Gambar Halaman CAP pada FEWEAS Halaman CAP dapat dilihat pada aplikasi FEWEAS seperti terlihat pada Gambar Dengan CAP, pengguna dapat memberikan format laporan berdasarkan kondisi 58

59 real time. Berikut tampilan dari CAP seperti terlihat pada Gambar Curah hujan tinggi Masukan lokasi dari pengguna Gambar Tampilan CAP Pada CAP, pengguna diminta untuk memasukan kondisi yang terjadi secara real time, kondisi tersebut meliputi kejadian, tanggal kejadian, deskripsi kejadian dan lokasi kejadian. 59

60 2.5 Informasi curah hujan Sebagai informasi untuk Pertanian Selain kebencanaan, aplikasi FEWEAS juga dapat dimanfaatkan dalam perencanaan aktivitas pertanian. Fitur yang dapat digunakan untu hal tersebut adalah prediksi iklim (curah hujan) interval 10 harian (dasarian) untuk waktu hingga tahun 2019 dengan tampilan halaman seperti pada Gambar Gambar Tampilan halaman prediksi iklim Dengan informasi prediksi curah hujan ini, para petani dapat merencanakan masa tanam mulai dari waktu yang tepat untuk pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, 60

61 pemberian pupuk hingga masa panen. Dalam fitur prediksi iklim tersebut, pengguna dapat melihat prediksi curah hujan 10 harian di suatu desa tertentu dengan cara klik di salah satu desa tersebut. Maka akan keluar tampilan grafik prediksi curah hujan di sebelah kanan yang dapat dicetak seperti terllihat pada Gambar Grafik tersebut dapat diperbesar seperti terliht pada Gambar Grafik prediksi curah hujan tersebut dapat dipilih sesuai tahun yang diinginkan, misalnya 2016, 2017, 2018, atau Gambar Prediksi curah hujan dasarian di desa Samomoro 61

62 Gambar Tampilan lebih besar untuk Prediksi curah hujan dasarian Tahun 2016 di desa Samomoro 62

63 PENUTUP Demikian yang dapat kami paparkan mengenai panduan aplikasi Flood Early Warning Early Action System (FEWEAS) untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang menjadi pokok bahasan dalam buku ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan yang perlu untuk terus diperbaiki. Terima kasih pada semua pihak yang sudah mendukung, terutama Palang Merah Indonesia (PMI), International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, PT Zurich Insurance Indonesia), PT. Jasatirta 1, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur atas dukungannya dalam pengembangan aplikasi FEWEAS ini. Kami berharap para pembaca yang budiman sudi kiranya 63

64 memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya buku panduan ini. Semoga buku ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya. 64

BUKU PANDUAN FLOOD EARLY WARNING EARLY ACTION SYSTEM. Institut Teknologi Bandung. Sistem Peringatan Dini dan Aksi Dini Banjir di Bengawan Solo

BUKU PANDUAN FLOOD EARLY WARNING EARLY ACTION SYSTEM. Institut Teknologi Bandung. Sistem Peringatan Dini dan Aksi Dini Banjir di Bengawan Solo FLOOD EARLY WARNING EARLY ACTION SYSTEM Sistem Peringatan Dini dan Aksi Dini Banjir di Bengawan Solo BUKU PANDUAN User Guide Institut Teknologi Bandung FLOOD EARLY WARNING EARLY ACTION SYSTEM BUKU PANDUAN

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Daftar Gambar... 4 Bab 1. Pendahuluan... 5 Bab 2. Metode Prediksi Iklim, Pola Tanam dan... 6 2.1 Pemodelan Prediksi Iklim... 6 2.2 Pengembangan Peta Prediksi Curah Hujan... 8

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Daftar Gambar... 4 Bab 1. Pendahuluan... 5 Bab 2. Metode Prediksi Iklim, Pola Tanam dan... 6 2.1 Pemodelan Prediksi Iklim... 6 2.2 Pengembangan Peta Prediksi Curah Hujan... 8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa, Indonesia dengan panjang sekitar 548,53 km. Wilayah Sungai Bengawan Solo terletak di Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa dengan panjang sungai sekitar 600 km, melewati dua wilayah provinsi yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. juga tidak luput dari terjadinya bencana alam, mulai dari gempa bumi, banjir,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. juga tidak luput dari terjadinya bencana alam, mulai dari gempa bumi, banjir, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak bencana alam yang terjadi di dunia. Indonesia pun juga tidak luput dari terjadinya bencana alam, mulai dari gempa bumi, banjir, tanah longsor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai karakteristik alam yang beragam. Indonesia memiliki karakteristik geografis sebagai Negara maritim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah

Lebih terperinci

PENELITIAN MODEL PENGELOLAAN BENCANA BANJIR DI BENGAWAN SOLO

PENELITIAN MODEL PENGELOLAAN BENCANA BANJIR DI BENGAWAN SOLO PENELITIAN MODEL PENGELOLAAN BENCANA BANJIR DI BENGAWAN SOLO Tahun Anggaran 2011 PENELITIAN MODEL PENGELOLAAN BENCANA BANJIR DI WILAYAH BENGAWAN SOLO 1. Latar Belakang Banjir merupakan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan suatu waduk merupakan salah satu upaya manusia untuk mencukupi kebutuhan dan menjaga ketersediaan air sepanjang tahun sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kompilasi dan Kontrol Kualitas Data Radar Cuaca C-Band Doppler (CDR) Teknologi mutakhir pada radar cuaca sangat berguna dalam bidang Meteorologi untuk menduga intensitas curah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atmosfer bumi selalu mengalami perubahan dari waktu - kewaktu. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika intensitasnya terlalu besar dapat

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut berasal dari perairan Danau Toba. DAS Asahan berada sebagian besar di wilayah Kabupaten Asahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 163 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat enam terrain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan Kota Surakarta memiliki pengalaman banjir pada Tahun 2009 yang tersebar di wilayah Solo utara. Cakupan banjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi bencana cukup besar. Hal ini dikarenakan kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 (tiga)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cakupan batas DAS Lamong berada di wilayah Kabupaten Lamongan, Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong yang membentang dari Lamongan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah katulistiwa dengan morfologi yang beragam dari daratan sampai pegunungan tinggi. Keragaman morfologi ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam merupakan suatu fenomena alam yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal ini, bencana alam dapat menyebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

BAB VI PENATAAN RUANG KAWASAN BENCANA BANJIR[13]

BAB VI PENATAAN RUANG KAWASAN BENCANA BANJIR[13] Kuliah ke 7 PERENCANAAN KOTA BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 410-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB VI PENATAAN RUANG KAWASAN BENCANA BANJIR[13] Bencana banjir dapat dikatagorikan sebagai proses alamiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Bab 5 5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan 5.2.1 Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Perhatian harus diberikan kepada kendala pengembangan,

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO i PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO Penelitian Untuk Skripsi S-1 Progam Studi Geografi

Lebih terperinci

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN PENGAMATAN CUACA DAN PENGELOLAAN DATA IKLIM MELALUI AUTOMATIC WEATHER STATION (AWS) TELEMETRI UNTUK PEMANTAUAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PERKEBUNAN BBP2TP SURABAYA - Latitude 7 34'2.85"S dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi 2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI... VII DAFTAR GAMBAR... X DAFTAR TABEL... XIV DAFTAR LAMPIRAN... XVI DAFTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara kepulauan yang secara astronomis terletak di sekitar garis katulistiwa dan secara geografis terletak di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Peristiwa ini terjadi akibat volume air di suatu badan air seperti sungai atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Jumlah Bencana Terkait Iklim di Seluruh Dunia (ISDR, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Jumlah Bencana Terkait Iklim di Seluruh Dunia (ISDR, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air di bumi ini sebagian besar terdapat di laut dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), air juga hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5292 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI I. UMUM Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun 1989, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena Geosfer dengan sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surakarta. Banjir dapat terjadi akibat volume air yang berada di sungai

BAB I PENDAHULUAN. surakarta. Banjir dapat terjadi akibat volume air yang berada di sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana banjir yang datang secera tiba tiba sering kali tidak diketahui / terpantau oleh petugas dan masyarakat disekitar wilayah surakarta. Banjir dapat terjadi akibat

Lebih terperinci

STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO. Oleh : Rhenny Ratnawati *)

STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO. Oleh : Rhenny Ratnawati *) STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO Oleh : Rhenny Ratnawati *) Abstrak Sumber air pada DAS Bengawan Solo ini berpotensi bagi usaha-usaha pengelolaan dan pengembangan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Banjir yang sering terjadi di beberapa daerah merupakan peristiwa alam yang tidak dapat dicegah. Peristiwa banjir merupakan akibat misalnya curah hujan yang tinggi dan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1 I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 menyatakan bahwa Sumber Daya Air dengan luas areal irigasi lebih dari 3.000 Ha atau yang mempunyai wilayah lintas propinsi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta terletak di tengah kota atau kabupaten di karesidenan Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta terdiri

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna Wonogiri merupakan satu - satunya bendungan besar di sungai utama Bengawan Solo yang merupakan sungai

Lebih terperinci

12/12/2013 L/O/G/O.

12/12/2013 L/O/G/O. L/O/G/O www.themegallery.com 1 2 3 1 2 1. SEBAGIAN BESAR KAWASAN UTARA BERUPA DATARAN RENDAH di bawah muka laut pasang 2. 13 SUNGAI DARI BODETABEK MENGALIR KE JAKARTA Bermuara di Teluk Jakarta 3. PENURUNAN

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL Joni Ardianto 1)., Stefanus Barlian S 2)., Eko Yulianto, 2) Abstrak Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering membawa kerugian baik harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Sungai Sragi terletak pada perbatasan antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pemalang. Di bagian hulu sungai, terdapat percabangan membentuk dua alur sungai yaitu

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di dunia. Hal ini juga terjadi di Indonesia, dimana banjir sudah menjadi bencana rutin yang terjadi setiap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI

3 BAB III METODOLOGI 3-1 3 BAB III METODOLOGI 3.1 PENGUMPULAN DATA Untuk pengumpulan data yang dipergunakan dalam Tugas Akhir ini didapatkan dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh langsung dari catatancatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan iklim adalah salah satu isu lingkungan global yang paling penting dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini. Rata-rata temperatur global tahunan di daratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir bukanlah fenomena baru di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Sudah menjadi pemandangan rutin tahunan di Ibu Kota dan beberapa kota di Indonesia ketika musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana telah mengakibatkan suatu penderitaan yang mendalam bagi korban serta orang yang berada di sekitarnya. Kerugian tidak hanya dialami masyarakat yang terkena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bendungan adalah sebuah struktur konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air sungai sehingga terbentuk tampungan air yang disebut waduk. Bendungan pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 141 BT. Letak lintang yang berada di 6 LU 11 LS memberi pengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. 141 BT. Letak lintang yang berada di 6 LU 11 LS memberi pengaruh pada BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia secara astronomis terletak di 6 LU 11 LS dan 95 BT 141 BT. Letak lintang yang berada di 6 LU 11 LS memberi pengaruh pada kondisi iklim Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jumlah manusia yang menghuni permukaan bumi kian hari kian meningkat, tetapi kondisi tersebut berlaku sebaliknya dengan habitat hidup manusia, yaitu lahan.

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI SERAM BAGIAN BARAT

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI SERAM BAGIAN BARAT BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI SERAM BAGIAN BARAT Alamat: Jl. Hutitetu, Kec. Kairatu, Kab. Seram Bagian Barat e-mail: staklim.kairatu@bmkg.go.id Kode Pos 97566 TINJAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan sempadannya mulai dari awal mata air sampai di muara dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan Danau Singkarak terletak di dua kabupaten yaitu KabupatenSolok dan Tanah Datar. Kedua kabupaten ini adalah daerah penghasil berasdan menjadi lumbung beras bagi Provinsi

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian mitigasi. 2. Memahami adaptasi

Lebih terperinci

[ PTLWB - BPP Teknologi ] 2012

[ PTLWB - BPP Teknologi ] 2012 [ F 2.44 ] Pengembangan Sistem Informasi Hujan dan Genangan "Sijampang" Sebagai Aplikasi Cerdas Untuk Memprediksi Potensi Bahaya Banjir Secara Cepat [ Udrekh ] [ PTLWB - BPP Teknologi ] 2012 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan Iklim (2011) menyebutkan bahwa dampak perubahan iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bendung, embung ataupun bendungan merupakan bangunan air yang banyak dibangun sebagai salah satu solusi dalam berbagai masalah yang berhubungan dengan sumber daya

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS HIDROLOGI UNTUK PERKIRAAN DEBIT BANJIR (Studi Kasus Kota Solo)

KAJIAN ANALISIS HIDROLOGI UNTUK PERKIRAAN DEBIT BANJIR (Studi Kasus Kota Solo) KAJIAN ANALISIS HIDROLOGI UNTUK PERKIRAAN DEBIT BANJIR (Studi Kasus Kota Solo) Ag. Padma Laksitaningtyas Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Email:

Lebih terperinci

bagaimana risiko wilayah kita?

bagaimana risiko wilayah kita? http.//inarisk.bnpb.go.id InaRISK adalah portal hasil kajian risiko yang menggunakan arcgis server sebagai data services yang menggambarkan cakupan wilayah ancaman bencana, populasi terdampak, potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waduk (reservoir) merupakan bangunan penampung air pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian, perikanan, regulator air

Lebih terperinci

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR 2.1 Faktor Penyebab Banjir Banjir adalah aliran/genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM INFORMASI KALENDER TANAM TERPADU VERSI 1.3

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM INFORMASI KALENDER TANAM TERPADU VERSI 1.3 PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM INFORMASI KALENDER TANAM TERPADU VERSI 1.3 BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO ARTIKEL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu bencana yang sering melanda beberapa daerah di Indonesia khususnya pada daerah dataran rendah seperti Jakarta, Bekasi, Semarang, Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejalan dengan hujan yang tidak merata sepanjang tahun menyebabkan persediaan air yang berlebihan dimusim penghujan dan kekurangan dimusim kemarau. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan berhadapan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara letak geografis Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki 2 musim.

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara letak geografis Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki 2 musim. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Berlakang Secara letak geografis Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki 2 musim. Salah satunya yaitu musim penghujan. Tingkat curah hujan yang tinggi selalu terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di pulau Jawa. Menampung air dari

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di pulau Jawa. Menampung air dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di pulau Jawa. Menampung air dari area seluas 16,000 km 2 dan mengalirkannya ke laut Jawa (Jawa Timur) setelah mengalir sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 232 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah data dan hasil analisis penelitian diperoleh kemudian di dukung oleh litelature penelitian yang relevan, maka tiba saatnya menberikan penafsiran dan pemaknaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan airnya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim menyebabkan musim hujan yang makin pendek dengan intensitas hujan tinggi, sementara musim kemarau makin memanjang. Kondisi ini diperparah oleh perubahan penggunaan

Lebih terperinci

DESAIN PENGENDALIAN PINTU AIR DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC)

DESAIN PENGENDALIAN PINTU AIR DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC) J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 13, No. 1, Mei 2016, 13-22 DESAIN PENGENDALIAN PINTU AIR DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC) Moh. Fahmi Muzaki 1, Erna Apriliani 2, Sri Suprapti H 3 1,2,3

Lebih terperinci