Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap Perkembangan Pola Pikir Seseorang dalam Berbahasa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap Perkembangan Pola Pikir Seseorang dalam Berbahasa"

Transkripsi

1 1 Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap Perkembangan Pola Pikir Seseorang dalam Berbahasa Muhammad Romyan Fauzan, S.S. 1. Latar Belakang Masalah Akar kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu budhaya, sebagai bentuk jamak dari kata budhi, yang memiliki arti makna akal. Oleh karena itu kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-ikhwal yang berkenaan dengan akal atau budi Hasan (Mutakin, 2006:78). Kebudayaan tidak lain daripada keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial atau homo socius, yang lantas digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapinya serta untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan Suparlan (Mutakin, 2006:79). Wujud kebudayaan memuat tiga konsep nilai, yaitu (1) kompleks ide, gagasan, konsep, pikiran, dan pengetahuan; (2) kompleks aktifitas atau kegiatan dan organisasi sosial, dan (3) kompleks teknologis, peralatan, atau sistem kebendaan (Mutakin, 2006:83). Ketiga konsep nilai tersebut memuat segala hal yang dapat dilihat seperti peralatan atau juga yang abstrak seperti kompleks ide, pikiran. Jika kita runut keseluruhan, bahwa kebudayaan itu mengandung banyak hal dan mencakup kehidupan manusia secara utuh. Budaya Kontemper adalah budaya ketika orang-orang terpengaruh dengan modernisme dalam kehidupannya. Kontemporerisme dalam keberadaan perkembangan budaya bisa dilihat dari adanya pergeseran kebudayaan lokal yang dimiliki sebuah negara, khususnya di Indonesia yang banyak sekali terpengaruh

2 2 oleh kebudayaan modern dari luar. Ada istilah yang berbeda untuk budaya kontemporer ini, Piliang menyebutkan budaya kontemporer ini sebagai budaya global, menurut Piliang (2011:209) budaya global adalah konsep yang menjelaskan tentang mendunianya berbagai aspek kebudayaan, yang di dalam ruang global tersebut terjadi proses penyatuan, kesalingberkaitan dan kesalingberhubungan. Pernyataan tersebut semakin menguatkan bahwa posisi budaya pada saat ini ada dalam posisi yang sangat rentan. Hal ini berkaitan dengan adanya imperialisme budaya dalam berbagai bidang dan menyebabkan tergerusnya budaya lokal yang dimiliki negara ini. Isi kebudayaan yang bersifat universal mempunyai hubungan yang penting dalam terciptanya komunikasi dalam segi kehidupan apa pun. Malinowski (Mutakin, 2006:83) menyatakan bahwa manusia purba seperti Homo erectus atau Phitecantropus erectus yang hidup berkelompok sekitar 8-10 individu telah mampu menjalin kerjasama dan komunikasi antar sesamanya dengan menggunakan sistem suara-suara berkembang yang mengandung makna-makna tertentu sebagai medianya. Hal itu bisa diartikan bahwa pada jaman dahulu, bahasa sudah digunakan walau menggunakan simbol-simbol dalam bunyibunyian. Secara urut, dapat disimpulkan tujuh unsur kebudayaan yang paling konkret menuju yang paling abstrak (1) sistem teknologi, (2) mata pencaharian (sistem ekonomi), (3) sistem organisasi sosial, (4) sistem pengetahuan, (5) sistem kesenian, (6) sistem religi, (7) sistem bahasa atau sistem simbol. Budaya tidak akan pernah bisa dilepaskan dari bahasa, karena pada kenyataannya, kebudayaan berkembang seiring pertukaran, peminjaman, atau pemungutan bahasa dalam satu budaya dengan budaya lainnya. Manusia sebagai

3 3 makhluk individu sekaligus makhluk sosial mempunyai kemampuan lebih dalam berkomunikasi dengan adanya bahasa. Kemampuan berbahasa ini ditopang dengan adanya perkembangan budaya yang terus menerus memberi produk bahasa yang bercampur dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Kebudayaan tersebut secara tidak langsung akan mengubah pola pikir seseorang dalam berbahasa. Perkembangan teknologi yang semakin imperialis menyebabkan pola pikir dalam berbahasa pun mengikuti kebudayaan global. Globalisasi menyebabkan terciptanya kata-kata baru dan memungkinkan adanya perubahan dalam gaya berbahasa dari sudut pandang mana pun. Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yang dimaksud dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf tersebut sependapat bahea bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam tanda-tanda yang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya bangunan, kedokteran, kesehatan, geografi, dan sebagainya. Tetapi mengenai hakikat bahasa, apakah bahasa mirip realitas atau tidak, mereka belum sepakat. Kebudayaan sendiri menggolongkan bahasa menjadi sesuatu hal yang tidak nyata, karena berisi gagasan, ide, dan hasil pemikiran. Tetapi hal itu menjadi masalah ketika ditampilkan dalam sebuah teks yang tentu saja bisa terlihat nyata. Hal-hal yang bertentangan di atas tidak akan pernah dilepaskan dari bahasa dan individu sebagai penggunanya. Di Indonesia bahasa sangat dipengaruhi oleh berbagai bidang kehidupan, baik ekonomi, teknologi, pertanian, dan bidang lainnya. Masalah-masalah yang ditimbul ini tidak akan selesai sampai kapan pun, karena bahasa berhubungan langsung dengan perkembangan dunia.

4 4 Individu sebagai pengguna bahasa, tentu saja berkaitan langsung dalam memperguanakan bahasa dari waktu ke waktu. Bahasa Indonesia digunakan dalam berbagai lingkup kehidupan, misalnya dalam pendidikan, sebagai pengantar bahasa dalam pembelajaran atau dalam buku-buku teks yang digunakan. Bahasa hingga saat ini sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, hal itu bisa disebabkan oleh berbagai macam hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia adalah ruh yang dipunyai bangsa ini, tetapi pada kenyataannya, posisi bahasa Indonesia dalam kebudayaan semakin terkikis oleh pengaruh teknologi yang semakin menjadikan kebudayaan kontemporer sebagai hal yang utama. Pada akhirnya, perkembangan bahasa Indonesia akan semakin dipengaruhi oleh kebudayaan asing. Oleh karena itu, penulis melihat pola pikir sesorang dalam berbahasa sangat dipengaruhi oleh adanya perkembangan budaya yang ada dan itu akan menjadi masalah ketika budaya global menjadi penguasa kehidupan. 2. Batasan Masalah Batasan masalah yang akan dikaji oleh penulis tidak akan lepas dari variabel yang ditulis dalam judul. Batasan masalah terdiri dari (1) bagaimana budaya kontemporer mempengaruhi pola pikir seseorang, dan (2) bagaimana pengaruh budaya kontemporer terhadap perkembangan bahasa Indonesia (3) bagaimana pemecahan masalah problematika bahasa dalam budaya kontemporer. Dari batasan masalah tersebut dapat diketahui bahwa betapa besarnya pengaruh kebudayaan terhadap individu seseorang dan juga otomatis terhadap perkembangan bahasanya.

5 5 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini tidak akan berbeda jauh dengan batasan masalah yang dikaji oleh penulis, yaitu (1) mendeskripsikan pengaruh budaya kontemporer terhadap pola pikir seseorang, (2) mendeskripsikan pengaruh budaya kontemporer terhadap perkembangan bahasa Indonesia, (3) mengajukan pemecahan masalah yang berhubungan dengan problematika bahasa dalam budaya kontemporer. pendeskripsian itu dilakukan berdasarkan adanya fakta bahwa istilah-istilah yang digunakan dalam bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan global yang semakin berkembang.

6 6 BAB II Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap Perkembangan Pola Pikir Seseorang dalam Berbahasa 2.1 Budaya Kontemporer dan Budaya Lokal Kontemporer adalah pada waktu atau masa yang sama; pada masa kini (KBBI, 2008:805). Kebudayaan adalah segala hal atau bentuk baik berwujud benda maupun berkenaan dengan sistem non-benda yang dihasilkan oleh manusia dalam skala individu atau kelompok yang didasarkan pada kemampuan, akal, ide, atau kelompok yang didasarkan pada kemampuan akal, ide, atau gagasannya (Mutakin, 2006:78). Jika disatukan dua pengertian tersebut, bisa dikatakan bahwa budaya kontemporer adalah segala hal yang dihasilkan manusia baik berwujud ataupun tidak, yang berasal dari kemampuan akal, ide, atau gagasan pada masa kini. Budaya kontemporer sering juga disebut dengan budaya global. Kebudayaan tidak akan pernah lepas dari namanya budaya lokal, yang semakin hari semakin ditakutkan akan kehilangan jati dirinya. Banyak persoalan yang timbul ketika budaya kontemporer semakin merebak di kalangan masyarakat. Budaya lokal sebagai tiang budaya yang dipunyai bangsa ini semakin ditakutkan akan kehilangan jatidirinya, hal itu menjadi sesuatu hal yang wajar mengingat dalam kehidupan sekarang, budaya kontemporer menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Tidak hanya di negara Indonesia yang mempunyai ribuan kekhasan dalam budaya lokal, di negara lain pun akan terjadi hal yang sama, bahwa budaya kontemporer adalah bentuk imperialisme baru

7 7 yang mengharuskan seseorang menjadi sama dengan orang lainnya. Baik dilihat dari apa yang dipakainya sehari-hari, ataupun berhubungan dengan apa pun. Budaya lokal adalah karakter bangsa, jika hal ini mengalami pengikisan karena adanya budaya kontemporer, otomatis karakter bangsa pun akan terkikis dari waktu ke waktu. Hal inilah yang menjadi acuan bagaimana caranya mengubah budaya kontemporer itu menjadi sesuatu hal yang bermanfaat bagi perkembangan budaya lokal. Di daerah-daerah mungkin individu lebih mementingkan kebaruan dalam dirinya dibandingkan mempertahankan hal yang berasal dari nenek moyangnya, dalam hal ini adalah kebudayaan lokal yang dipunyainya. Kebaruan yang tidak lain adalah budaya kontemporer itu bisa menjadi pembunuh perlahan dari kebudayaan lokal yang dipunyai bangsa ini. Oleh karena itu, penulis akan membahas bagaimana budaya kontemporer itu bisa menjadi bagian pemanfaatan dari budaya lokal yang sudah seharusnya dilestarikan. 2.2 Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap Pola Pikir Seseorang Pola pikir adalah kerangka yang dibentuk oleh pikiran dan menjadi mindset yang terus berubah dari waktu ke waktu seiring perkembangan diri seseorang. Individu sebagai pembentuk pola pikir yang paling sempurna di muka bumi ini sangat bisa terpengaruh oleh perkembangan budaya saat ini. Kenapa hal itu terjadi? Banyak penyebab terjadinya perubahan dalam tingkah laku yang menyebabkan pola pikir seseorang berubah juga. menurut Mutakin (2006:5) menyatakan bahwa kepribadian merupakan pengorganisasian yang dinamis yang berkenaan dengan sistem-sistem psiko-fiskal dalam individu, yang terlibat dalam

8 8 menentukan keunikan individu dalam cara-cara atau kiat-kiat untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Pendidikan sangat mempengaruhi individu seseorang dalam berpikir. Makmun (1996:40) menyatakan bahwa kepribadian menunjukkan kepada kualitas total perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Kata unik yang dimaksudkan adalah menjelaskan bahwa kualitas perilaku itu bersifat khas sehingga dapat dibedakan satu indicidu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh struktur organisasi ciri-ciri jiwa raganya (psychophysysical system) yang terbentuk secara dinamis. Uraian tersebut menjelaskan bahwa kualitas pola pikir seseorang akan timbul manakala ia telah menunjukkan kualitas total dari hasil pola pemikirannya. Budaya sebagai sesuatu hal yang dimiliki oleh tiap individu jelas tidak akan lepas dari kualitas seseorang dalam berpikir. Budaya kontemporer pada saat ini hampir mempengaruhi tiap ikhwal individu, hal itu berkenaan dengan kedinamisan jiwaraga yang dipunyainya dan kehidupan sehari-hari yang tidak akan pernah lepas dari kebudayaan yang terjadi pada masa kini. Masalah yang timbul adalah ketika pola pikir seseorang itu menjadi salah kaprah, ketika meninggalkan kebudayaan yang ia miliki dari nenek moyangnya. Kebudayaan yang dimiliki tiap individu sangat bergantung dari lingkungan di mana ia tinggal. Banyak fakta menunjukkan bahwa pola pikir seseorang yang tinggal di desa kemudian pindah ke kota mengalami banyak perubahan. Mindset pikiran orang tersebut dipengaruhi oleh adanya kedinamisan perkembangan kebudayaan yang semakin hari semakin bercampur baur.

9 9 Kebudayaan kontemporer menyanjung tinggi pola pikir yang sama terhadap sesuatu. Menurut Piliang (2011:368) tampaknya untuk memahami identitas dalam era pluralisme kebudayaan dewasa ini orang harus menelusuri jalan yang berliku. Identitas sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seseorang menjadi semu maknanya ketika berbagai hantaman modernisme semakin tak bisa dibendung untuk memenuhi kebutuhannya yang mencapai tingkat ideal, walau pada kenyataannya keidealan itu hanya bisa dimiliki oleh sudut pandang. Identitas dalam diri seseorang menjadi hilang ketika imperialisme kebudayaan modern semakin merebak di seantero negeri ini. Piliang juga menyatakan bahwa perjuangan identitas di dalam wacana pluralisme bagaikan perjuangan mengarungi sebuah padang pasir. Padang pasir adalah sebuah metafora kebudayaan bagi perjuangan identitas-dalam mempresentasikan batas marginal sebuah kebudayaan, pengetahuan serta nilai-nilai yang menopangnya dalam wacana pluralisme, representasi ini sekaligus menjadi tempat lenyapnya orisinalitas kebudayaan tersebut (Piliang, 2011:370). Orisinalitas kebudayaan yang dimaksud tidak lain adalah kebudayaan lokal yang dipunyai setiap individu dalam sebuah daerah. Perkembangan modernisme yang semakin merajalela memaksa individu untuk berlaku dalam rel yang sama sebagai pengikut tetap kebudayaan kontemporer. Wacana pluralisme yang semakin merebak menjadikan pola pikir seseorang dalam sebuah kebudayaan menjadi absurd. Identitas yang dimiliki individu menjadi semu ketika melihat perkembangan pluralisme yang tidak bisa dibatasi. Kebudayaan juga akan semakin dinamis ke arah yang belum tentu positif jika tidak menanggulanginya dengan baik. Kebudayaan lokal yang dimiliki setiap daerah dan tentu saja di

10 10 dalamnya ada individu-individu akan terkikis habis seiring perkembangan imperialisme kebudayaan modern. Hal itu tak akan menjadi masalah besar ketika hanya segelintir orang yang menjadi korban, tetapi kenyataan berkata lain, ketika individu-individu sudah melupakan kebudayaan lokal mereka sendiri dan tentu akan mengubah pola pikir mereka dalam setiap perilaku kehidupannya. Pola pikir seseorang menentukan kualitas orang itu. Hal tersebut bisa dipahami mengingat apa yang diungkapkan seseorang bisa menjadi nilai tersendiri bagi orang itu. Pengungkapan itu tidak akan pernah bisa dilepaskan dari bahasa. Bahasa yang dikuasai seseorang bisa dipengaruhi oleh pola pikir yang dimilikinya. 2.3 Pengaruh Budaya Kontemporer Terhadap Pola Pikir Seseorang dalam Berbahasa Kristeva membedakan antara dua praktik pembentukan makna, yaitu (1) signifikansi, yaitu makna yang dilembagakan dan dikontrol secara sosial (tanda di sini berfungsi sebagai refleksi dari konvensi dan kode-kode sosial yang ada), dan (2) signifiance, yaitu makna yang subversif dan kreatif. Signifiance adalah proses penciptaan yang tanpa batas dan tak berbatas, pelepasan rangsangan-rangsangan dalam diri manusia melalui pengungkapan bahasa. ia merupakan sebuah perjalanan menuju menuju batas-batas terjauh dari subjek, batas terjauh dari konvensional moral, tabu dan kesepakatan sosial dalam satu masyarakat (Piliang, 2011:262). Kristeva melihat benar berbagai kemungkinan dalam kebahasaan yang terjadi di masyarakat sekarang ini. Revolusi bahasa akan terjadi ketika signifiance sebagai makna subversif dan kreatif menjadi hal yang wajar terjadi dalam kebahasaan sebuah bangsa. Indonesia sebagai bangsa yang berjatidiri, berkarakter

11 11 bahasa Indonesia sangat mungkin untuk melakukan revolusi bahasa di luar kesadaran para pemakainya. Kebudayaan sebagai titik puncak peradaban tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam perkembangan bahasa. Media komunikasi yang paling jelas adalah bahasa. Imperialisme budaya kontemporer telah memaksa seluruh segi bidang kehidupan, termasuk bahasa, untuk mengikuti perkembangan yang ditimbulkan oleh para penguasa imperialisme. Bahasa Indonesia mengalami banyak perubahan dari tahun ke tahun, revolusi bahasa terjadi mengingat penelitian dalam bahasa pun tidak akan pernah terlepas dari adanya perkembangan yang semakin global. Kebudayaan kontemporer dalam bahasa terjadi secara bertahap, menurut penulis beberapa tahapan ini patut dicermati mengingat bahasa sebagai tolak ukur perilaku individual dalam mengungkap sesuatu dalam kehidupannya. Tahap-tahap perkembangan budaya yang berpengaruh terhadap kebahasaan seseorang bisa dilihat dari beberapa hal berikut: a. Adanya kebudayaan kontemporer yang menuntut seseorang untuk sama dengan orang lain dalam menggunakan bahasa yang bersifat kekinian b. Kebahasaan yang berkembang disesuaikan dengan perkembangan budaya kontemporer c. Bahasa seseorang bergantung pada lingkungan yang ditempatinya d. Kebudayaan lokal yang terkikis habis dan di dalamnya ada budaya bahasa daerah yang semakin hari semakin hilang ditelan modernitas e. Bahasa tak lagi menjadi ruh seperti yang diucapkan dalam sumpah pemuda karena adanya modernitas dalam bahasa

12 12 Kerangka kebudayaan bisa digunakan sebagai dasar atau pangkal analisis dari segala macam fenomena kebudayaan yang ada atau yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Sistem Budaya Sistem Sosial Sistem Peralatan (Kompleks kebendaan/fisik material) Bagan Kerangka Kebudayaan (Koentjaraningrat dalam Mutakin, 2006:85) Bagan tadi sekaligus menampilkan kebudayaan dilihat dari (1) dimensi wujudnya yang meliputi tiga kompleks sistem nilai, yang digambarkan oleh tiga lingkaran konsentris, di mana lingkaran yang paling dalam adalah yang menggambarkan komplek sistem nilai ide atau gagasan, sedangkan lingkaran kedua menggambarkan kompleks sistem sosial (aktivitas dan organisasi sosial) dan lingkaran terluar menggambarkan kompleks sistem teknologi (peralatan atau kebendaan fisik material).

13 13 Ketiga lingkaran konsentris tadi terbagi menjadi 7 sektor, yang menggambarkan isi kebudayaan dan meliputi tujuh kebudayaan universal yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan dari ketiga dimensi kebudayaan itu. Pada poin ke tujuh terdapat unsur bahasa, yang mana berhubungan dengan kajian makalah ini. Unsur bahasa bermuatan: 1. Sistem budaya, ide, atau gagasan, yang meliputi kaidah-kaidah tata bahasa, norma-norma ujaran, dan aturan pemakaian dan seterusnya. Sistem ini berhubungan dengan ilmu linguistik. Perubahan-perubahan yang ada dalam tatabahasa, norma-norma ujaran dan pemakaiannya tidak pernah bisa dilepaskan dari budaya, ide atau gagasan. Hal ini dikarenakan perkembangan budaya selalu menjadi tolok ukur perkembangan bahasa. 2. Sistem sosial (aktifitas dan organisasi), yang meliputi komunikasi, interaksi, antar individu dan antar kelompok, balai bahasa, lembaga pembinaan bahasa, kongres bahasa, bulan bahasa, lembaga-lembaga pendidikan bahasa, dan seterusnya. Sistem sosial ini secara tidak langsung akan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa di Indonesia. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi, berinteraksi dalam sebuah kelompok. 3. Sistem peralatan (fisik material), yang meliputi sarana telekomunikasi, percetakan, perpustakaan, mikrofilm, dan sejenisnya. Bahasa selalu ada dalam media telekomunikasi baik cetak ataupun maya. Hal ini dikarenakan apa yang disampaikan dalam sarana-sarana tersebut tidak lepas dari bahasa yang digunakan. 2.4 Pemecahan Problematika Kebahasaan dalam Kebudayaan Kontemporer

14 14 Problematika dalam kebahasaan selalu berlangsung dari waktu ke waktu. Roland Barthes, meskipun pada awalnya merupakan pemikir semiotika struktural pewaris Saussure, pada perkembangan selanjutnya merupakan seseorang yang cukup lantang menyatukan kritik terhadap semiotika struktural sendiri. Seperti halnya Kristeva, barthes tak percaya lagi pada makna tunggal yang diklaim oleh semiotik konvensional (Piliang, 2011:263). Semiotik sebagai salah satu ilmu yang dikaji dalam kebahasaan mengalami berbagai perubahan. Para ahli bahasa melihat perkembangan bahasa dengan berbagai sudut pandang, dengan berbagai kajian keilmuan yang mereka miliki dan pada akhirnya memiliki sebuah konsep tentang kebahasaan pada saat itu. Saussure dengan dengan strukturalismenya mengurai sesuatu yang lain dalam ilmu linguistik dan uraian yang dikajinya tidak akan pernah bisa dilepaskan dari perkembangan budaya pada saat itu. Perkembangan bahasa berlangsung secara simultan dan dinamis dengan perkembangan budaya. Arus globalisasi yang diciptakan manusia tentu mempunyai efek pada manusia yang lain, baik secara individu atau kelompok. Kebudayaan kontemporer bisa dipandang sebagai sesuatu hal yang positif dan negatif. Sesuatu hal yang negatif akan menimbulkan masalah manakala manusia melihatnya secara keseluruhan, dari hal yang terbesar sampai yang terkecil. Bahasa berkembang dalam kebudayaan yang terjadi setiap waktu. Masalah-masalah kebudayaan itu akan menyebabkan masalah pola pikir seseorang terhadap bahasanya. Pemecahan masalah dalam ranah kebudayaan memanglah bukan sesuatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Tetapi kesalahan terbesar dalam hidup itu

15 15 adalah diam tak melakukan apa pun, dalam hal ini berhubungan dengan perkembangan bahasa yang terjadi dalam kebudayaan kontemporer. Beberapa langkah bisa diterapkan untuk meminimalisir terjadinya pola pikir hedonis dalam berbahasa. a. Memanfaatkan budaya kontemporer sebagai media untuk melestarikan budaya lokal. Pemanfaatan budaya kontemporer sangat mungkin, teknologi yang berkembang setiap waktu bisa dijadikan media untuk melestarikan budaya lokal. Misalnya di sekolah, teknologi internet yang disajikan bisa dimanfaatkan untuk membuat blog tentang kebudayaan yang pada akhirnya bisa dibaca dan diingat oleh seluruh pengguna internet tersebut. Lingkup lebih besar lagi adalah menggunakan teknologi sebagai media pengenalan budaya lokal antar negara. b. Meningkatkan kesadaran dalam karakter kebahasaan Indonesia pada ranah pendidikan. Pendidikan merupakan tiang dalam sebuah negara. Negara yang berkarakter tidak pernah lepas dari kebudayaan pendidikan yang semakin dikembangkan bahkan disebarluaskan seluas-luasnya dengan cara apa pun. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam perkembangan budaya sebuah negara. Indonesia sebagai negara berkembang yang di dalamnya terdiri dari berbagai macam bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bisa memanfaatkan pendidikan ini sebagai media pembelajaran dan pelestarian bahasa yang berkesinambungan. Walau tak mudah dilaksanakan, pendidikan yang dalam hal ini dipegang oleh sistem pemerintahan, bisa menjadikan budaya berbahasa Indonesia yang berkarakter dalam

16 16 pelaksanaannya. Perlu kesadaran yang tinggi di tiap aspek pendidikan, terutama berhubungan dengan pentingnya kesadaran sumber daya manusia yang berbahasa Indonesia. Kesadaran dalam berbahasa harus diciptakan oleh pemerintah sendiri hingga seluruh lapisan masyarakat menjadi individu-individu yang sadar akan pentingnya bahasa. c. Mempelajari nilai-nilai kabudayaan lokal sebagai akar karakter manusia Indonesia seutuhnya. Kebudayaan lokal semakin tergeser posisinya oleh kebudayaan kontemporer, hal ini dikarenakan pandangan individu terhadap kebudayaan kontemporer seperti lebih penting dibandingkan melestarikan kebudayaan lokal. Untuk itu diperlukan kerja keras untuk mempelajari lagi apa saja yang terkandung dalam kebudayaan lokal sebagai nilai yang menjadi ruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Kebudayaan kontemporer takkan hilang, oleh karena itu kita harus bisa memanfaatkannya dengan baik. d. Menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan keadaan peradaban tanpa melepaskan peraturan yang terkait di dalamnya. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak mungkin lagi diterapkan dalam kebudayaan kontemporer yang berlangsung di negara ini. Pengaruh bahasa asing yang semakin menjalar ke seluruh lapisan masyarakat menimbulkan efek yang kurang menyenangkan bagi para peneliti bahasa. Ketakutan itu muncul seiring ketidakpedulian di seluruh kalangan masyarakat di luar ahli-ahli bahasa dalam kecintaannya terhadap bahasa Indonesia.

17 17 BAB III KESIMPULAN 1. Pendeskripsian pengaruh budaya kontemporer terhadap pola pikir seseorang merupakan salah satu kajian dalam makalah ini, dari uraian yang telah disajikan dalam bab 2 tadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh budaya kontemporer terhadap pola pikir seseorang sangat besar. Hal itu dirasakan sangat tampak dari adanya berbagai perubahan pola pikir pada kehidupan orang banyak. Budaya keindonesiaan dalam hal ini kelokalan hilang ditelan peradaban kebudayaan kontemporer yang menjunjung tinggi homogentias. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah konkrit dalam pemecahan masalah perubahan pola pikir yang seharusnya masih bisa berpijak dalam tatanan budaya lokal yang saat ini mulai tersisihkan. Hal itu bisa dilakukan dengan adanya pemanfaatan budaya kontemporer, misalnya teknologi sebagai media pelestarian budaya lokal yang ada dan akan berdampak positif terhadap pola pikir yang semakin mencintai kebudayaan lokal. Individu di masyarakat pun dengan sendirinya akan menyadari betapa hebat kebudayaan lokal yang dimiliki negara ini. 2. Pendeskripsian pengaruh budaya kontemporer terhadap perkembangan bahasa Indonesia merupakan hal lain yang diteliti dalam makalah ini. Bahasa sebagai bagian dari kebudayaan secara keseluruhan tentu menjadi efek lain dari adanya perkembangan budaya kontemporer. Oleh karena itu, perlu pemahaman lebih untuk lebih bisa memanfaatkan sisi lain dari kebudayaan kontemporer ini dalam bidang bahasa. Indonesia mempunyai bahasa yang seharusnya dijunjung tinggi, dan itu pula yang harus diperjuangkan dalam keadaan yang serba global ini.

18 18 Pendidikan adalah salah satu cara terbaik dalam menangani perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan karakter bahasa Indonesia. 3. Pemecahan masalah yang berhubungan dengan problematika bahasa dalam budaya kontemporer. Hampir sama dengan bahasan sebelumnya, pada hakikatnya masalah bahasa akan timbul seiring dengan perkembangan budaya secara keseluruhan. Kebudayaan yang mementingkan homogenitas dalam berbagai hal memaksa individu sebagai pengguna bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia atau pun bahasa daerah, untuk lebih bisa memperjuangkan lagi kesadaran betapa bahasa menjadi ruh dalam menjalani kehidupan keseharian. Bahasa merupakan karakter yang akan menjadi tolak ukur majunya sebuah bangsa. Oleh karena itu, perlu kesadaran sumber daya manusia yang sadar pentingnya berbahasa dalam pelestarian bahasa yang dimiliki bangsa ini. Hal itu bisa dilakukan dalam berbagai bidang, berbagai kelompok, dan berbagai segi perilaku kehidupan yang ada di negara kita. Penggunaan bahasa Indonesia yang seutuhnya, mengikuti arus tapi tak melupakan hulu sebagai bangsa yang berkarakter bahasa Indonesia.

19 19 Daftar Pustaka Makmun, Abin Syamsudin Psikologi Pendidikan. Bandung:Rosda. Mutakin, Anwar Individu, Masyarakat, dan Perubahan Sosial. Bandung:Rosda. Piliang, Yasraf Amir Dunia yang Dilipat. Bandung:Penerbit Matahari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa memahami manusia sebagai makhluk budaya Mahasiswa mampu mengapresiasi kebudayaan Mahasiswa memahami problematika kebudayaan MANUSIA MANUSIA Apa

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah tindakan yang fundamental, yaitu perbuatan yang menyentuh akar-akar kehidupan bangsa sehingga mengubah dan menentukan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL Nama : Heru Hermawan NPM : 13110283 Kelas : 1KA34 PROGRAM PASCA SARJANA : SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semangat perjuangan bangsa Indonesia merupakan kekuatan mental spiritual yang dapat melahirkan sikap perilaku heroik dan patriotik serta menumbuhkan kekuatan,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin PERNYATAAN Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21 Tanggal Penyerahan Makalah : 25 Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang berbeda-beda, namun saling

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang berbeda-beda, namun saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang berbeda-beda, namun saling melengkapi satu sama lain. Menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (Darwis,2008:40) kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan secara umum diakui sebagai unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Lebih-lebih suatu bangsa yang sedang membangun watak dan kepribadiannya yang

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA Diajukan oleh: Muhammad choirul mustain 11.11.4897 Kelompok D(S1-TI) Dosen: Tahajudin S, Drs Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis danpendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,penelitian dilakukan dengan melihat konteks permasalahan secara utuh, dengan fokus penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini berangkat dari pengamatan dan kesan penulis ketika melihat sikap dan tingkah laku anak muda yang cenderung tidak mengenal dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan tidak akan tercipta jika tidak ada manusia yang melestarikanya, karena manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Kebudayaandan Peradaban Peradaban adalah suatu bentuk masayarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter

Lebih terperinci

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS. Modul ke: IDENTITAS NASIONAL Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI identitas nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk budaya, berbicara mengenai makhluk budaya tentu saja kita akan kembali membahas tentang asal muasal manusia atau hakikat dari manusia

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Budaya dan manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk memahami hakikat kehidupan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Analisis melalu komponen-komponen visual yang ditemukan pada karakter sticker LINE messenger Chocolatos pada tataran denotatif dan konotatif telah selesai dijelaskan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak

Lebih terperinci

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1 Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1 Sebagai seorang akademisi yang sangat memperhatikan aspek-aspek pengajaran dan pengembangan kebudayaan, E.K.M. Masinambow merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini sangatlah kompleks, salah satunya memudarnya semangat nasionalisme. Para pemuda pada zaman kolonialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia tidak lepas dari pesatnya perkembangan investasi asing atau yang biasa disebut dengan Penanaman modal asing

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 Agus sudarsono 1 VII. KEBUDAYAAN 2 A. BUDAYA DAN KEBUDAYAAN Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat beranekaragam baik jumlahnya maupun keanekaragamannya. Karena keanekaragamannya itulah yang

Lebih terperinci

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan Budaya merupakan suatu hal yang dihasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mengkristal atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Manusia dengan memiliki akal menjadikannya mahluk yang sempurna, sehingga dapat berkehendak melebihi potensi yang dimiliki oleh mahluk lainnya, hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Fokus Penelitian, Penegasan Istilah. A. Latar Belakang Di era globalisasi

Lebih terperinci

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi D E F I N I S I Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi atau akal. Kebudayaan berarti hal-hal

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni Drs. Ermansyah, M.Hum. 2014 Manusia makhluk Tuhan yang mempunyai akal. Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki

Lebih terperinci

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut?

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut? BAB I 1.Latar Belakang Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era globalisasi,negara Indonesia tetap berpegang

Lebih terperinci

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu bersifat abstrak yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dengan gagasan atau sistem ide yang di dalamnya terdapat sebuah pikiran manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bidang sastra tidak terlepas dengan kajian-kajian serta peroses terbentuknya suatu karya sastra. Karya sastra yang dikaji biasanya berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang dipegang teguh secara bersama. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah merupakan wujud ideal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak terkecuali bangsa Indonesia yang merupakan negara berkembang. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nama perkakas berbahan bambu merupakan nama-nama yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh penutur bahasa Sunda. Dalam hal ini, masyarakat Sunda beranggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERAN KEBUDAYAAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERAN KEBUDAYAAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERAN KEBUDAYAAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN Nama : Heru Hermawan NPM : 13110283 Kelas : 1KA34 PROGRAM PASCA SARJANA : SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Manusia dan Kebudayaan Drs. Ermansyah, M.Hum. 2013 Manusia sebagai Makhluk Budaya Manusia makhluk Tuhan yang mempunyai akal. Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN MEREKONSTRUKSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI PENGUAT KARAKTER BANGSA Citra Maya Pusvitasari Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP PGRI NGAWI cietmay_puu@rocketmail.com ABSTRAK Bahasa Indonesia saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang kaya dengan adat dan istiadat, budaya serta suku memiliki berbagai macam tradisi. Salah satunya adalah Mesatua Bali (Mendongeng), sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arti budaya

BAB I PENDAHULUAN. Arti budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia, yang juga berstatus daerah istimewa. Yogyakarta terletak 450 km arah timur kota jakarta dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dunia modern menuntut sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dunia modern menuntut sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada zaman modern ini merupakan bagian dari kebutuhan primer manusia. Pendidikan mempunyai peran yang semakin penting karena peradaban dunia modern

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR CRITICAL BOOK ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR D I S U S U N OLEH : NAMA : RINI FATMAWATI ZEGA NIM : 4132240011 KELAS : FISIKA NONDIK 2013 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk BAB I Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk 1.1 Bagaimana Kabar Seni Pertunjukan Dulmuluk Dewasa Ini? Seni adalah bagian dari kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai perwujudan keberakalan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi lisan merupakan warisan budaya nenek moyang yang merefleksikan karakter masyarakat pendukung tradisi tersebut. Signifikansi tradisi lisan dalam kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia selalu berubah menuruti perkembangan pola pikirnya. Dahulu kita mengenal adanya peradaban nomaden yang masih sangat mengandalkan alam untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan manusia, karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk terbentuknya kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA Era global menuntut kesiapan segenap komponen Bangsa untuk mengambil peranan sehingga pada muara akhirnya nanti dampak yang kemungkinan muncul, khususnya dampak negatif dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah Negara dengan latar belakang budaya yang majemuk. mulai dari kehidupan masyarakat, sampai pada kehidupan budayanya. Terutama pada budaya keseniannya.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. ditemukannya teknologi pencitraan tiga dimensi. Video game memiliki efek

BAB VI PENUTUP. ditemukannya teknologi pencitraan tiga dimensi. Video game memiliki efek BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Paparan, analisis, dan argumentasi pada Bab-bab sebelumnya menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Video game merupakan permainan modern yang kehadirannya diawali sejak

Lebih terperinci

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA EMPAT MACAM MAKHLUK : 1. Alam 2. Tumbuhan 3. Binatang 4. Manusia Perbedaan Manusia dengan makhluk lainnya adalah : manusia mempunyai akal budi yang merupakan kemampuan berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci