BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Pengetahuan Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2007). Pengetahuan merupakan suatu hasil dari tindakan mengingat suatu hal, diantaranya mengingat hal yang telah pernah dialami secara sengaja ataupun tidak dan hal ini akan terjadi bila seseorang melakukan pengamatan atau kontak terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, Wahit Iqbal, dkk, 2007). Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan pengetahuan dalam penelitian ini adalah hasil dari tahu dan tindakan dari mengingat suatu hal serta akan terjadi bila seseorang melakukan pengamatan atau kontak terhadap suatu objek tertentu Tingkatan Pengetahuan di dalam Domain Kognitif Pengetahuan dalam domain kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthetic) dan evaluasi (evaluation) (Efendi, 2009). 10

2 11 1. Tahu (know) Tahu merupakan pengingat pada suatu materi yang telah didapatkan sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini diantaranya mengingat kembali (recall) hal spesifik dari seluruh materi yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. 2. Memahami (comprehension) Suatu kemampuan memaparkan kembali mengenai hal yang telah diketahui dan dapat menginterprestasikan hal tersebut secara tepat. 3. Aplikasi (application) Aplikasi merupakan kemampuan menerapkan materi yang telah dipahami dalam kondisi atau situasi sebenarnya. 4. Analisis (analysis) Kemampuan untuk membagi suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi tetap memiliki keterkaitan satu sama lain dan dalam satu organisasi. 5. Sintesis (synthetic) Sintesis merupakan kemampuan untuk menghubungkan atau menyatukan bagianbagian dalam suatu struktur keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian ini ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sendiri atau yang telah ada sebelumnya.

3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), dipengaruhi oleh dua faktor antara lain faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal Faktor internal terdiri dari pendidikan, pekerjaan, usia, minat dan pengalaman. a. Pendidikan Pendidikan merupakan hal yang sangat penting sebagai sarana untuk mendapatkan informasi misalnya di bidang kesehatan sehingga memberikan pengaruh positif bagi kualitas hidup seseorang. Pendidikan mempengaruhi seseorang untuk berperan serta dalam pembangunan dan umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah dalam menerima informasi. b. Pekerjaan Individu umumnya akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung ataupun tidak di lingkungan pekerjaan. c. Usia Usia merupakan hal yang memberikan pengaruh pada daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir seseorang, sehingga seseorang akan semakin mudah dalam menerima informasi. d. Minat Minat akan menuntun seseorang untuk mencoba dan memulai hal baru sehingga pada akhirnya akan mendapatkan pengetahuan yang lebih dari sebelumnya.

4 13 e. Pengalaman Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sebagai cara untuk mendapatkan kebenaran dengan mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh di masa lalu untuk memecahkan masalah. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri dari lingkungan dan informasi. 1. Lingkungan Lingkungan merupakan segala sesuatu atau objek yang ada di sekitar individu tersebut baik biologis, fisik dan spiritual. Lingkungan ini akan memberikan pengaruh pada proses masuknya pengetahuan bagi individu yang berada di lingkungan tersebut. 2. Informasi Salah satu faktor yang dapat memudahkan individu dalam memperoleh pengetahuan yaitu melalui informasi yang di berbagai media Interpretasi Tingkat Pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2010), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil persentase diperoleh perhitungan jumlah soal yang benar, dibagi jumlah soal kemudian dikalikan 100%.

5 14 1. Baik apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 76%- 100%. 2. Cukup apabila responden menjawab pertanyaan dengan sebanyak 56%-75%. 3. Kurang apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak <56% Remaja Pengertian Remaja Menurut WHO (2014), remaja merupakan periode pertumbuhan manusia setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa dan ditandai dengan kecepatan pertumbuhan yang luar biasa serta telah memasuki usia tahun. Remaja adalah kelompok masyarakat yang memiliki vitalitas, potensi, kekuatan, energi dan semangat yang luar biasa sehingga bisa dikembangkan untuk hal-hal yang positif (Surbakti, 2009). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa remaja (usia tahun) merupakan periode pertumbuhan manusia setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa serta memiliki vitalitas, potensi, kekuatan, energi dan semangat yang luar biasa.

6 Karakteristik Perkembangan Remaja Karakteristik perkembangan remaja dibagi menjadi 3 yaitu perkembangan biologis, perkembangan psikologis dan perkembangan sosial. 1. Perkembangan biologis Masa pubertas merupakan suatu tanda daripada perkembangan biologis yang dialami oleh remaja. Pubertas ini merupakan suatu periode ketika karakteristik seksual primer dan sekunder remaja berkembang dan matang. Remaja perempuan akan mengalami pubertas saat usia 8-14 tahun dan biasanya berakhir dalam tiga tahun, sedangkan remaja pria akan mengalami pubertas pada usia antara 9 dan 16 tahun dan berakhir pada usia 18 atau 19 tahun (Muscari, 2005). Remaja laki-laki akan mengalami pertambahan tinggi badan kira-kira 10 cm per tahun, sedangkan perempuan akan mengalami pertambahan tinggi kurang lebih 9 cm per tahun. Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak height velocity) pada remaja perempuan terjadi pada usia 12 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 14 tahun (Anderson, 2009). Masa pubertas pada remaja menurut Steinberg (2009) dan Henderson (2005), ditandai dengan perubahan organ seks sekunder diantaranya pada remaja perempuan akan mengalami perubahan ukuran dan bentuk payudara, menstruasi, pinggul membesar, tubuh mulai berbentuk, timbulnya bau badan dan jerawat serta tumbuhnya rambut halus di ketiak dan kemaluan. Remaja laki-laki akan mengalami pertambahan ukuran pada organ genitalia, suara akan berubah menjadi lebih berat, kumis mulai tumbuh dan jakun mulai tampak, tumbuh rambut halus di ketiak dan kemaluan serta dada akan menjadi lebih lebar dan bidang.

7 16 2. Perkembangan psikologis. Perkembangan ini dibagi berdasarkan masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun) dan akhir (usia 18 sampai 20 tahun) (Anderson, 2009): a. Remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun) Karakteristik psikologis yang muncul yaitu krisis identitas, jiwa yang labil, pentingnya teman dekat atau sahabat, berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, kadang-kadang berlaku kasar, menunjukkan kesalahan orang tua, dan mencari orang lain yang disayangi selain orangtua. b. Remaja pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun) Saat ini akan terjadi perubahan psikologis yaitu mengeluh orang tua terlalu ikut campur dalam kehidupannya, sangat memperhatikan penampilan, berusaha mendapatkan teman baru, dan sangat memperhatikan kelompok bermain secara selektif dan kompetitif. c. Remaja akhir (usia 18 sampai 20 tahun) Remaja akan mengalami perubahan psikologis yaitu lebih menghargai orang lain, mampu memikirkan ide, bangga dengan hasil yang dicapai dan emosi lebih stabil. 3. Perkembangan sosial Masa remaja merupakan masa berkembangnya social cognition, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya. Selain itu, terjadi perkembangan sikap conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).

8 17 Sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh kelompok teman sebaya akan mempengaruhi pribadi remaja tersebut (Syamsu, 2011) Kehamilan Remaja 1. Pengertian kehamilan remaja Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak dapat diabaikan (Sarwono, 2008). Kehamilan remaja merupakan kehamilan yang terjadi saat usia 16 sampai 20 tahun (Sutarsa, 2009). Menurut beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa dalam penelitian ini kehamilan remaja adalah keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita yang diawali dengan proses pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan yang dialami oleh remaja dengan rentang usia 16 sampai 20 tahun. 2. Proses terjadinya kehamilan Kehamilan akan terjadi karena adanya fertilisasi. Fertilisasi merupakan proses bertemunya sel telur (ovum) dengan sel sperma. Sel sperma akan masuk ke dalam vagina untuk bertemu dengan sel telur melalui proses kopulasi. Lelaki normal memproduksi sperma sebanyak juta dalam satu kali ejakulasi. Sel sperma tersebut masuk ke dalam vagina dan akan berenang menuju tuba Fallopi (Chopra, 2005). Jika sel sperma tersebut bertemu dengan sel telur makan akan terjadi fertilisasi. Fertilisasi ini akan menghasilkan zigot. Zigot tersebut akan melekat

9 18 pada endometrium, proses ini disebut implantasi. Setelah proses ini terjadi, dimulailah proses kehamilan yang akan berlangsung selama 9 bulan 10 hari. Janin setelah mencapai usia tersebut akan siap untuk dilahirkan (Manuaba, 2007). 3. Etiologi kehamilan remaja Kehamilan pada remaja terjadi disebabkan oleh dua faktor yang mendasari perilaku seks pada remaja yaitu, harapan untuk menikah pada usia yang relative muda (20 tahun) dan makin berkembangnya arus informasi yang menimbulkan rangsangan seksual terutama remaja di perkotaan, sehingga mendorong remaja melakukan seks pranikah yang berdampak kehamilan di luar pernikahan pada remaja (Manuaba, 2007). Menurut Rachmawati (2010), kehamilan remaja disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor sosiodemografik, karakteristik keluarga, dan status perkembangan. a. Faktor sosiodemografik Faktor sosiodemografik ini terdiri dari kemiskinan, kebiasaan, seksualitas aktif, penggunaan kontrasepsi dan perkembangan media informasi. b. Karakteristik keluarga Keluarga yang memiliki budaya melakukan perjodohan terhadap anaknya akan menjadi pemicu terjadinya kehamilan remaja. Perjodohan tersebut akan memaksa remaja untuk melakukan pernikahan di usia dini sehingga kemungkinan kehamilan di usia remaja akan semakin tinggi.

10 19 c. Status perkembangan Kurangnya pengetahuan dan pemikiran tentang masa depan, adanya rasa ingin mencoba dan kebutuhan terhadap perhatian merupakan pemicu terjadinya kehamilan remaja. 4. Resiko kehamilan remaja Arus informasi menuju globalisasi mengakibatkan perubahan perilaku remaja yang makin menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi, sehingga angka kehamilan remaja atau penyakit hubungan seksual semakin meningkat (Syafrudin dan Hamidah, 2009). Resiko kehamilan pada usia dini adalah rahim dan panggul belum mencapai ukuran dewasa, ditinjau dari segi gizi kehamilan pada remaja merupakan hal yang beresiko. Gizi yang diperlukan oleh para remaja yang hamil ini berkompetisi antara kebutuhan mereka terhadap pertumbuhan dan perkembangan dan perkembangan janin. Anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah, kematian bayi dan penyakit menular seksual meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia 16 tahun (Depkes RI, 2008) Menurut Manuaba (2007), risiko kehamilan remaja secara fisik antara lain keguguran, persalinan prematur, mudah terjadi infeksi, anemia kehamilan, keracunan kehamilan dan kematian ibu tinggi. a. Keguguran Keguguran sebagian besar dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga non profesional dapat menimbulkan efek samping yang serius seperti

11 20 tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dpat menimbulkan kemandulan. b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan Kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan makin tingginya kelahiran premature, berat badan lahir rendah, dan cacat bawaan. c. Mudah terjadi infeksi Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas. d. Anemia kehamilan Nilai kesejahteraan sosial ekonomi yang rendah merupakan penyebab nasional dari anemia kehamilan selain faktor biologis atau fisik. e. Keracunan kehamilan (gestosis) Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil, dalam bentuk pre-eklamsia atau eklamsia. Pre-eklamsia dan eklamsia memerlukan perhatian yang serius karena dapat menyebabkan kematian. f. Kematian ibu tinggi Remaja yang stress akibat kehamilannya sering mengambil jalan pintas untuk melakukan gugur kandung oleh tenaga dukun. Angka kematian karena pengguguran kandungan yang dilakukan dukun cukup tinggi, akan tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan infeksi. Selain risiko yang telah disebutkan di atas, terdapat risiko kehamilan remaja secara psikologis yang dikemukakan oleh Syafrudin dan Hamidah (2009), yaitu

12 21 perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau lingkungan masyarakat; tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri; dan beban psikis jika kehamilan tersebut tidak diakehendaki oleh ayah sebenarnya atau tidak diketahui siapa ayah sebenarnya. Menurut Kusmiran (2011), risiko kehamilan remaja secara psikologis yaitu remaja akan menghadapi berbagai macam masalah yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya Pengetahuan Dasar Siswa tentang Kehamilan Remaja Kehamilan remaja terjadi karena adanya rangsangan seksual yang mendorong remaja melakukan hubungan seksual sebelum waktunya. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki oleh remaja terkait kesehatan reproduksi (Manuaba, 2007). Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan. Informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggungjawab mengenai proses reproduksi (Surbakti, 2009). Pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh remaja adalah (Sitepu, 2014): 1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja), usia perkawinan serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya 2. Penyebab penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi

13 22 3. Bahaya penggunaan obat-obatan/ narkoba pada kesehatan reproduksi 4. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual, kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya 5.Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif Pengetahuan dasar tesebut diharapkan dapat menekan kejadian kehamilan di kalangan remaja saat ini. Selain itu, remaja sebaiknya mengetahui pengetahuan kehamilan remaja meliputi konsep dasar, penyebab, risiko yang ditimbulkan serta tanda dan bahaya (Muscari, 2005) Metode Pendidikan Kesehatan Metode adalah cara yang akan dipakai untuk melaksanakan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2006). Pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Achjar, 2011). Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan kesehatan adalah cara yang dipakai dalam upaya pembelajaran kepada masyarakat untuk meningkatkan kesehatannya. Tujuan penggunaan metode adalah adanya perubahan perilaku sasaran. Perubahan perilaku tersebut dapat berupa (kognitif), sikap (afektif), maupun tindakan (motorik) atau kombinasi dari komponen tersebut (Departemen Kesehatan RI,

14 ). Menurut Notoatmojo (2010) beberapa metode promosi atau pendidikan kesehatan antara lain metode individu, kelompok dan massa. 1. Metode individu Metode individu merupakan metode pendidikan kesehatan yang digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Bentuk pendekatan ini antara lain melalui bimbingan dan wawancara. 2. Metode kelompok Metode ini harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Metode kelompok di bedakan menjadi 2 yaitu kelompok besar dan kelompok kecil. a. Kelompok kecil Metode yang digunakan pada kurang dari 15 peserta yaitu metode pendidikan sebaya (peer education), metode bermain peran (role play) dan metode demonstrasi. b. Kelompok besar Metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan seminar dengan peserta lebih dari 15 orang. 3. Metode massa Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik.

15 Metode Peer Education Pengertian Peer Education Peer education atau sering juga disebut dengan pendidikan sebaya adalah metode pendidikan yang dilaksanakan antar kelompok sebaya, dipandu oleh seorang fasilitator yang juga berasal dari kelompok tersebut atau yang mengerti kelompok itu (KPA, 2012). Peer education merupakan metode yang semakin populer memberikan informasi dan nasihat kepada remaja di sekolah dan pengaturan berbasis masyarakat (Education Scotland, 2011). Pendidikan sebaya didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik cenderung berhubungan dengan orang lain dan lebih percaya dengan teman sebaya dibandingkan dengan seseorang yang lebih berpengalaman atau profesional seperti orangtua ataupun guru mereka (Community Health and Development at the University of Kansas, 2014) Manfaat Peer Education Peer education memiliki manfaat yaitu bagi peserta, masyarakat dan peer educator. 1. Manfaat peer education bagi peserta Peer education memberikan pengetahuan budaya dengan mempengaruhi normanorma sosial yang mengarah pada perubahan perilaku kesehatan yang positif dan menghubungkan peserta menuju pelayanan kesehatan serta dengan menyediakan sumber dukungan social (Preyde, 2007; Kobetz et al., 2005).

16 25 2. Manfaat peer education bagi masyarakat Manfaat dari model peer educator kepada masyarakat yaitu untuk pengembangan kapasitas masyarakat. Program peer educator dikembangkan dengan masukan dari masyarakat, yang dilaksanakan di lingkungan masyarakat dan dipimpin oleh anggota masyarakat. Hal ini akan meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat akan program dapat timbul, menyebabkan anggota masyarakat merasa bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan mereka, dan diberdayakan mengambil tindakan untuk melakukannya (Plescia et al., 2008). 3. Manfaat peer education bagi peer educator Peer educator juga dapat terinspirasi untuk mengejar karir dalam perawatan kesehatan. Hal ini menguntungkan individu, tetapi juga menciptakan peluang untuk membangun tenaga kerja kesehatan yang lebih representatif dari populasi yang dilayaninya (Auger and Verbiest, 2007) Kelebihan dan Kekurangan Peer Education Kelebihan dan kekurangan peer education yaitu sebagai berikut (Community Health and Development at the University of Kansas, 2014) : 1. Kelebihan peer education Program pendidikan sebaya bekerja dengan baik dalam situasi tertentu, tetapi mungkin tidak menjadi pilihan yang tepat pada orang lain. Beberapa kelebihan program pendidikan sebaya adalah: a. Biaya sumber daya yang rendah

17 26 Metode ini sering menggunakan relawan dan telah hampir tidak ada biaya overhead, program pendidikan sebaya tersebut dapat dijalankan dengan biaya yang minimal b. Potensi maksimal dalam komunikasi Relawan yang juga adalah bagian dari masyarakat dapat menyebarkan informasi tentang program-program dengan mudah dan cepat, serta perkataan mereka akan lebih dipercaya. c. Pengetahuan pendidik dan peserta didik Kesetaraan yang terjadi antara peserta didik dan pendidik baik secara usia maupun kesetaraan lainnya, akan menimbulkan kesamaan pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari penerapan metode ini. 2. Kekurangan peer education Kekurangan peer education antara lain : a. Remaja akan menjadi kurang konsentrasi karena pemberi materi merupakan teman sendiri sehingga hasil yang didapat kurang signifikan b. Beberapa remaja memiliki sifat malu untuk mengungkapkan masalahnya atau bertanya kepada teman sendiri karena takut kelemahannya diketahui oleh orang lain c. Tidak semua peer educator mampu menjawab semua pertanyaan dari temannya

18 Karakteristik Peer Educator Peer education memiliki karakteristik khusus yaitu jumlah anggota yang relatif kecil, ada kepentingan yang bersifat umum dan dibagi secara langsung, terjadi kerja sama dalam suatu kepentingan yang diharapkan dan adanya pengertian pribadi dan saling hubungan yang tinggi antara anggota dalam kelompok (Imron, 2012). Proses pendidikan dalam hal ini bersifat tidak menggurui, belajar dari realitas atau pengalaman dan dialogis. Semua individu berada dalam posisi atau kedudukan yang sama sebagai sumber informasi (Rahardjo, 2008) Kriteria Peer Educator Peer educator adalah orang yang menjadi narasumber bagi kelompok sebayanya. Syarat-syarat menjadi peer educator antara lain (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, 2008) : 1. Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya 2. Berminat pribadi menyebarluaskan informasi kesehatan 3. Lancar membaca dan menulis 4. Memiliki ciri-ciri kepribadian antara lain: ramah, lancar dalam mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar serta senang menolong. Seorang peer educator atau dalam aplikasinya disebut dengan fasilitator merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi teman

19 28 sebayanya, memiliki perilaku yang cenderung tidak menghakimi, mempunyai sifat kepemimpinan dan mempunyai rasa percaya diri (Imron, 2012). Fasilitator dalam melakukan tugasnya memposisikan dirinya sebagai narasumber yang kedudukannya setara dengan peserta, berkontribusi untuk memberikan informasi, menarik kesimpulan, memberikan feedback dan respon sesuai dengan peer education. Kegiatan ini menjadi pendekatan yang sesuai untuk mengkomunikasikan isu-isu terkini yang sulit dilakukan di dalam ruang kelas (Rahardjo, 2008) Prosedur Peer Education Peer education merupakan metode pendidikan yang dilakukan pada kelompok kecil. Kelompok ini dibentuk dari maksimal 10 orang anggota (FHI, 2010). Pelaksanaan aktivitas peer education ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Tenaga kesehatan yang telah menerima pelatihan sebelumnya menentukan materi pelajaran, menentukan peserta teman sebaya dan membaginya dalam beberapa kelompok teman sebaya. 2. Tenaga kesehatan tersebut bersama-sama dengan kelompok teman sebaya yang telah ditentukan memilih individu untuk menjadi fasilitator pada masing-masing kelompok (fasilitator dipilih dari kelompok teman sebaya yang lebih mampu atau dari individu di luar kelompok sebaya yang telah ditentukan). 3. Individu yang telah ditentukan sebagai fasilitator akan dilatih oleh tenaga kesehatan sehingga mereka siap untuk menyebarkan informasi kepada teman

20 29 sebaya. Jumlah dan lama pelatihan tidak ditentukan tetapi sesuai dengan materi yang akan diberikan. 4. Setelah fasilitator siap, mereka kembali ke kelompok atau lingkungannya untuk menyebarkan informasi yang telah diperoleh dari tenaga kesehatan. Fasilitator tersebut memberikan bimbingan berupa pejelasan, praktik, atau pemberian petunjuk-petunjuk teknik terkait informasi yang telah diperoleh sehingga teman sebaya mampu memahami dan melakukan tugas pembelajaran yang diberikan. 5. Jumlah pertemuan dalam penyebaran informasi juga tidak dibatasi tetapi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai fasilitator. 6. Tenaga kesehatan akan melakukan monitor terhadap pelaksanaan metode peer education dan akan memberi penekanan pada materi atau waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. 7. Fasilitator akan melaporkan hasil pembelajaran termasuk perkembangan dan masalah yang mungkin dihadapi fasilitator (laporan hasil pembelajaran dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung atau di luar ruangan agar dapat menyampaikan secara leluasa) kepada tenaga kesehatan (Yaumi, 2013) Fokus Perhatian Proses Peer Education Hal yang menjadi perhatian khusus pada saat proses peer education yaitu (KPA, 2012) : a. Informasi yang disampaikan jelas dan tidak berbelit-belit b. Mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti peserta, tanpa menggunakan istilah-istilah yang rumit

21 30 c. Saran yang diberikan bersifat konkrit atau mudah untuk dijalankan dan dapat diukur keberhasilannya d. Ciptakan komunikasi yang bersifat dua arah dan berikan selalu kesempatan peserta untuk bertanya e. Ciptakan suasana tenang, tidak tegang, tetapi tetap serius f. Hindari tempat yang menimbulkan kebisingan g. Selalu memperhatikan situasi, tempat, waktu, dan lingkungan sekitarnya Metode Ceramah Pengertian Metode Ceramah Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah peserta, yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Roymond, 2008). Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar (Maulana, 2007). Jadi dapat disimpulkan pengertian metode ceramah dalam penelitian ini yaitu metode pengajaran secara lisan kepada sejumlah peserta yang disampaikan oleh seorang pembicara Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah 1. Kelebihan metode ceramah Metode ceramah memiliki beberapa kelebihan yaitu diantaranya (Maulana, 2007): a. Dapat dipergunakan pada kelompok yang besar

22 31 b. Tidak terlalu melibatkan banyak alat bantu c. Pembicara umumnya mudah dalam menguasai peserta d. Mudah dilaksanakan 2. Kekurangan metode ceramah Kekurangan dari metode ceramah ini yaitu (Suyanto, 2013): a. Membuat peserta pasif b. Peserta tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya dalam menyampaikan gagasan c. Membendung daya kritis peserta d. Sukar mengontrol sejauh mana penerimaan belajar peserta e. Bila terlalu lama, peserta akan mudah bosan Prosedur Pelaksanaan Metode Ceramah Prosedur pelaksanaan ceramah yaitu sebagai berikut (Eliza, 2007): 1. Pembicara wajib memperkenalkan diri kepada peserta ceramah, mengemukakan hal yang ingin dicapai dan tujuan serta harapan dari penyampain informasi nantinya 2. Melakukan penjelasan secara sistematis mengenai isi ceramah yang akan diberikan 3. Seorang pembicara harus memiliki suara yang cukup keras dan jelas, memiliki irama yang berbeda sehingga tidak membosankan bagi peserta yang mendengarkan serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti 4. Selama pemberian ceramah dapat diselingi dengan humor

23 32 5. Materi yang diberikan dapat menggunakan alat peraga apabila peserta mengalami kesulitan dalam memahami maksud pembicara. Pemberian materi dapat dilakukan selama menit. 6. Pembicara hendaknya menciptakan suasana yang menyenangkan 7. Setelah materi diberikan berikan, berikan waktu kepada peserta untuk bertanya misalnya selama tiga menit 8. Pembicara wajib menjawab pertanyaan dengan meyakinkan tidak ada kesan yang menimbulkan keraguan bagi peserta 9. Pembicara melakukan tinjauan kembali mengenai materi yang telah disampaikan kepada peserta dengan cara memberikan pertanyaan bagi peserta terkait dengan materi yang diberikan 10. Seorang pembicara hendaknya mengakhiri ceramah dengan baik misalnya dengan beramahtamah terhadap peserta dan mengucapkan terimakasih atas partisipasi sebagai peserta Pengaruh Metode Peer Education dan Metode Ceramah terhadap Pengetahuan Siswa Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang dapat membantu individu dalam meningkatkan derajat kesehatannya, sehingga diperlukan suatu alat bantu yang disebut dengan metode pendidikan kesehatan. Penggunaan metode dalam proses pendidikan ini bertujuan untuk membantu agar pesan yang disampaikan lebih jelas dan sasaran dapat menerima pesan secara jelas pula, dengan memanfaatkan

24 33 seluruh panca indera sehingga mempermudah sasaran menerima pesan yang disampaikan (Achjar, 2010 ). Peer Education merupakan salah satu metode kelompok yang jumlah anggota relatif kecil, adanya kepentingan yang bersifat umum dan dibagi secara langsung, terjadi kerjasama dalam suatu kepentingan yang diharapkan, adannya pengertian pribadi, serta saling hubungan yang tinggi antar anggota dalam kelompok yang bisa digunakan dalam pendidikan kesehatan. Informasi yang terkandung dalam peer group tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sasaran pendidikan kesehatan (Imron, 2012). Metode ceramah merupakan metode kelompok yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara lisan yang dilakukan oleh seorang pembicara dengan atau tanpa alat peraga. Metode ceramah ini memiliki tujuan belajar yang ingin dicapai berkenan dengan ranah kognitif (Eliza, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Komang Suryaningsih tahun 2013 bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas peer education dan metode ceramah terhadap pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna dari peer education dan ceramah terhadap pengetahuan mengenai HIV/AIDS.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2005) Lawrence Green

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nurudin Santoso,ST.MT Oleh : Kelas I A Briana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hamil Usia Dini Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan yang terjadi pada remaja putri berusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu mendapat perhatian khusus secara global. Hal ini diperjelas dengan diangkatnya

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 IDENTITAS RESPONDEN : 1. NAMA : 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari alat dan fungsi reproduksi, baik pada laki-laki maupun perempuan, yang merupakan bagian integral dari sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang rentan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami masa-masa remaja. Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja adalah periode perkembangan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja (adolescence)

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP 3 Pajangan Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : 1 X 40 (1 x Pertemuan) Standar Kompetensi 1. Memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian MA Yasua Kebonagung Kabupaten Demak, berdiri pada tahun 2007 dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Pendidikan seksualitas remaja Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Alasan pentingnya pendidikan seksualitas remaja Manfaat pendidikan seksualitas remaja Pendidikan seksualitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Desember 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih.

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih. UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT Kepada Yth. Responden Di Tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Niswaniyah NIM : 2013-31-076

Lebih terperinci

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2) P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:209-217 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual dapat diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan dan Melahirkan 1. Kehamilan Pembuahan atau konsepsi fertilisasi adalah salah satu proses dari fungsi reproduksi pada manusia, atau usaha untuk melanjutkan keturunan.

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial.secara

Lebih terperinci

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMAN

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh ke arah kematangan. sering disebut masa pubertas (Widyastuti dkk, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh ke arah kematangan. sering disebut masa pubertas (Widyastuti dkk, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Teori 2.1.1. Remaja a. Pengertian Remaja Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik,

Lebih terperinci

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN 2007) 1. Pendahuluan Isu strategis dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Seksual pra nikah 2.1.1. Pengertian Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, perilaku seksual pranikah pada remaja jumlahnya meningkat yang terlihat dari data survey terakhir menunjukkan kenaikan 8,3% dari total remaja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka. 1. Pengetahuan. Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah Seluruh responden merupakan remaja yang rentang usianya antara 15-19 tahun di RW 19 Kelurahan Jebres. Sebagian besar responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Remaja adalah masa di mana individu mengalami perkembangan semua aspek dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peralihan dari masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran orang tua baik ayah maupun ibu, dalam pertumbuhan dan perkembangan anak menuju dewasa sangat berpengaruh dan dapat menentukan bagaimana kesehatan anak di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008 PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA Nanang E.G. 15 Juli 2008 Siapakah remaja? Masa puber, Adolesensi atau akil baliq Secara biologis 12-21 tahun Banyak mengalami perubahan psikis dan fisik Anak-anak bukan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang diseluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kehamilan pada remaja disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia 62 juta remaja sedang tumbuh di tanah air. Artinya satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja di bawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi.

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Ovulasi Dalam Rangka Program Kehamilan Di Desa Jenggrik Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Ovulasi Dalam Rangka Program Kehamilan Di Desa Jenggrik Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Ovulasi Dalam Rangka Program Kehamilan Di Desa Jenggrik Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Level Of Knowledge About Women Ages Lush Ovulatory Program In Order

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, ini berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Remaja terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (knowledge) a. Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu sasaran program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja di Indonesia sekitar 27,6%,

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama di kalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya

Lebih terperinci

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja Wanita 1. Tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak. 2. Bertambah besar buah dada. 3. Bertambah besarnya pinggul. Pria 1. Tumbuh rambut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, pada masa remaja seseorang akan mengalami pubertas. Pubertas adalah masa ketika seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandan-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja merupakan fenomena internasional yang belum terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization (WHO) menetapkan tema untuk Hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefenisikan remaja sebagai masa dimana individu berkembang pada saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sampai mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan unsur dasar yang penting dalam kesehatan umum, baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada masa pubertas. Masa Pubertas adalah suatu keadaan terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Remaja 1.1. Pengertian Remaja Menurut Hurlock (2003), istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolescence) di mulai sejak usia 10 tahun sampai 19 tahun. Salah

Lebih terperinci

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI KELAS X DAN XI TENTANG KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) DI MAN 1 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2015 Yusnidar 1*) 1 Dosen Politeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM RUJUKAN 1. Definisi Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting sekali dalam perkembangan seseorang remaja putri. Pada tahap ini remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari

Lebih terperinci