BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Formalin Definisi Formalin Formalin atau formaldehyde merupakan zat yang tidak berwarna dan mudah terbakar dalam suhu ruangan. Formalin memiliki bau yang menyengat dan dapat memberikan sensasi terbakar pada mata, hidung, dan paru-paru dalam konsentrasi yang tinggi. Formaldehid dikenal juga sebagai methanal, methylene oxide, oxymethilene, oxomethane dan methylaldehyde. Formaldehide dapat bereaksi dengan zat kimia lain dan dapat merubah methanol juga karbon monoksida dalam temperatur yang tinggi. 1,14 Formalin sebagai berikut: memiliki rumus kimia CH 2 O dengan rumus bangun O H C H Gambar 1. Rumus kimia formalin Secara alami, tubuh kita memproduksi formaldehid dalam jumlah yank kecil dan tidak menimbulkan efek toksik bagi tubuh. Formaldehid juga bisa kita temukan pada udara yang kita hirup sehari-hari, dalam makanan yang kita makan dan pada beberapa produk yang kita gunakan untuk kulit. Sumber formaldehid yang kita hirup paling besar ditemukan 4

2 pada asap kendaraan yang tidak memiliki konverter katabolik atau pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar mengandung formalin. 1 Dalam kehidupan rumah tangga, formalin juga dihasilkan dari rokok dan produk dari tembakau lainnya, gas yang digunakan untuk memasak, dan pembakaran api yang terbuka. Formalin juga digunakan sebagai pengawet pada beberapa makanan, seperti keju italia, makanan kering, dan ikan. Selain itu formalin juga bisa ditemukan dalam produkproduk yang kita gunakan sehari-hari, seperti antiseptik, obat-obatan, kosmetik, cairan pencuci piring, pelembut pakaian, pembersih karpet, lem, pernis, kertas, plastik, dan beberapa dari tipe produk dari kayu Metabolisme Formalin Formaldehide merupakan zat toksik bagi protoplasma, paparan formalin peroral dalam kurun waktu akut dan kronis dapat memberi manifestasi lokal maupun sistemik dalam jangka waktu panjang maupun pendek. Efek lokal tersebut adalah nekrosis koagulatif, prepisipitasi dan fiksasi jaringan. Sedangkan efek sistemiknya adalah asidosis, yang terjadi akibat adanya metabolisme formaldehid menjadi asam format. 13 Kecepatan metabolisme dan penyimpanan formalin bukan merupakan faktor dari toksisitas formalin. Metabolisme formaldehid menjadi asam format yang dibantu oleh enzim formaldehyde dehydrogenase. Enzim formaldehyde dehydrogenase adalah enzim metabolik utama dalam metabolisme formaldehid. Jika formaldehid tidak dimetabolisme oleh enzim ini maka akan bereaksi silang dengan protein, yaitu antara protein dan rantai tunggal DNA. Sebagian enzim dapat mengkatalisasi reaksi formaldehid menjadi asam format, namun enzim formaldehyde dehydrogenase adalah enzim utama dalam reaksi ini. 1 Formaldehid yang berasal dari dalam atau luar tubuh masuk ke dalam jalur metabolisme enzim formaldehyde dehydrogenase dan akan dieliminasi dari tubuh dalam bentuk asam format atau karbondioksida. 5

3 Aktivitas enzim formaldehyde dehydrogenase tidak meningkatkan respon formaldehid, sehingga tidak meningkatkan terjadinya metabolisme. 1,15,16 Formaldehid yang berasal dari luar dapat masuk tubuh melalui jalur inhalasi, oral dan kontak dengan kulit. Saat formalin masuk ke dalam tubuh secara oral maka akan cepat masuk ke dalam sistem gastrointesial dan dengan cepat diabsorbsi oleh karena sifat formalin yang reaktif dan 1, 16 mudah larut dalam air. Setelah masuk ke dalam tubuh, formaldehid akan dimetabolisme oleh enzim formaldehyde dehydrogenase pada hepar. Di tubuh manusia, formaldehid diubah secara cepat menjadi asam format, oleh karena itu kadarnya tidak terdeteksi didalam darah. Sedangkan asam format dimetabolisme lebih lambat, akibatnya akan terakumulasi di darah. Waktu paruh formaldehid dalam tubuh hanya 1,5 menit dan waktu paruh dari 1, 13, 16 asam format adalah 90 menit. Di dalam sel, asam format dapat menghambat aktivitas sitokrom oksidase. Sitokrom oksidase adalah sebuah enzim yang berperan pada rantai transport elektron terminal di mitokondria dan kompleks protein integral pada membran dalam mitokondria. Penghambatan aktivitas sitokrom oksidase menyebabkan penurunan sintesis adenosin triphospat (ATP) dan memicu hipoksia histotoksik. Hipoksia histotoksik ini dapat berakibat terganggunya pernafasan aerob yang membuat oksigenasi di jaringan menjadi kurang. Kekurangan oksigen tersebut dikompensasi dengan adanya pernapasan anaerob untuk menghasilkan ATP dengan tujuan mempertahankan fungsi sel. Pada metabolisme anaerob terjadi glikolisis yang menghasilkan laktat. Kadar asam format yang tinggi di dalam tubuh secara cepat menyebabkan nekrosis sel-sel hati, ginjal, jantung dan otak. Penyebab kematian sel tersebut paling sering dikarenakan oleh hipoksia jaringan. Kematian sel yang terakumulasi akan menyebabkan kegagalan fungsi organ

4 Ambang Batas Penggunaan Formalin 1, 15, Tabel 1. Ambang batas penggunaan formalin Sumber yang menyatakan Pada Ambang batas American Conference of Governmental and Industrial Hygienist (ACGIH) Udara 0,4 ppm International Programme on Chemical Safety (IPCS) National Institute for Occupational Safety and Health Air Makanan Udara minimal 0,1 mg per liter. per orang dewasa 1,5 14 mg per hari. 2 ppm. CICAD 1) makanan atau minuman 1. 0,02 mg/m3 (2 ppm) 2) makanan asap atau bakar 1 mg/mm3 (1 ppm), 3) bumbu makanan instan / awetan, minuman atau alkohol 0,02 mg/mm3 (2 ppm), 4) uap di tempat terbuka 0,001 mg/m3 (0,1 ppm) 5) uap di tempat tertutup 0,06 mg/m3 (6 ppm) 6) asap di tempat terbuka maupun tertutup 0,005 mg/m3 (0,5 ppm) 7) asap rokok 21 μg/rokok 8) partikel debu di tempat terbuka maupun tertutup 1 mg/m3 (100 ppm).6,33 7

5 2.2. Ginjal Anatomi Ginjal Gambar 2. Anatomi ginjal Ginjal merupakan dua buah organ retroperitoneal berwarna coklat kemerahan yang terletak pada dinding posterior abdomen masing-masing di kanan dan kiri kolumna vertebralis. Ginjal sebelah kiri lebih tinggi daripada ginjal sebelah kanan. Masing-masing ginjal memiliki sebuah ureter yang merupakan suatu tabung muscular yang mengantarkan urin ke vesica urinaria. Pada irisan coronal ginjal memiliki struktur yang terdiri dari korteks renalis dan medulla renalis dengan tonjolan korteks disebut kolumna renalis dan tonjolan medulla disebut papilla renalis. Dimana korteks dan medulla renalis ini tersusun dari nefron, yaitu, unit fungsional dari ginjal. Korteks renalis ditempati oleh korpuskuli renalis, tubuli kontorti, dan bagian permulaan dari tubuli kolektiva. Sedangkan medulla ditempati oleh Ansa henle dan sebagian pars ascendens & descendens tubuli henle serta sebagian besar tubuli kolektiva. 23 Ginjal memperoleh aliran darah dari A. Renalis, dimana arteri ini merupakan cabang dari aorta abdominalis. A. Renalis ini akan bercabang kecil-kecil memasuki ginjal menjadi arteriola afferentia yang berlanjut menjadi arteriola efferentia setelah mencapai capsula bowman. Pembuluh 8

6 balik pada ginjal mengikuti arterinya, muara dari aliran darah ginjal adalah dua buah V. Renalis dari masing-masing ginjal kanan dan kiri. Vena renalis dextra akan langsung bermuara pada vena cava inferior, sedangkan V. Renalis sinistra akan bermuara pada vena cava inferior bersama-sama dengan pembuluh darah balik dari glandula suprarenalis sinistra, testis, diaphragma dan dinding abdomen. 23 Ginjal memperoleh innervasi dari plexus aorticorenalis dengan sifat vasomotornya untuk pembuluh-pembuluh darah. Sedangkan rasa sakit hanya dirasa jika datangnya dari pelvis renalis dan bagian permulaan ureter dan dibawa oleh n.splanchnicus (afferent sympatis) ke medulla spinalis Fisiologi Ginjal Ginjal merupakan organ berpembuluh darah sangat banyak (sangat vaskuler) yang tugasnya adalah menyaring/ membersihkan darah. Kecepatan aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau liter/hari, darah akan disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke dalam tubulus. Cairan ini diproses dalam Tubulus hingga akhirnya menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari dan dikeluarkan melalui organ uropoetika. Selain sebagai penyaring darah, ginjal memiliki fungsi primer yaitu mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus. 24 Unit fungsional terkecil ginjal adalah nefron. Nefron memiliki fungsi dasar untuk membersihkan plasma darah dari hasil akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan lain-lain. Nefron terdiri dari sebuah penyaring yang disebut korpuskula (badan malphigi) yang akan berlanjutkan menjadi saluran-saluran (tubulus). Satu korpuskula terdiri dari gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula bowman. Setiap glomerulus memperoleh aliran darah dari arteriola afferent. Dinding kapiler glomerulus mempunyai pori-pori yang 9

7 berguna untuk filtrasi darah. Proses penyaringan ini terjadi karena adanya tekanan darah yang mendorong cairan plasma darah. Hasil filtrasi glomerulus akan masuk ke dalam tubulus ginjal. Kemudian darah yang telah tersaring akan kembali ke pembuluh darah melalui arteriola efferent. 24 Ginjal memiliki fungsi sebagai berikut : 25 a. Pengeluaran zat sisa organik, seperti urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian hemoglobin dan hormon. b. Mengatur konsentrasi ion-ion penting bagi tubuh, yaitu, natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. c. Mengatur keseimbangan asam dan basa dalam tubuh. d. Mengatur produksi sel darah merah. e. Mengatur tekanan darah. f. Mengeluarkan zat-zat beracun Histopatologi Ginjal Gambar 3. Histologi ginjal 10

8 Struktur histologi tubulus proksimal yang normal terdiri dari epitel kolumner dengan batas sel yang tidak jelas, berinti bulat dan besar. Pada permukaan selnya terdapat brush border. 26 Kerusakan ginjal akibat zat toksik, salah satunya formalin, dapat diketahui dari perubahan struktur histologi, yaitu nekrosis tubular akut (NTA). Nekrosis ini secara morfologi ditandai dengan dekstruksi epitel tubulus proksimal. Sel epitel pada tubulus proksimal peka pada keadaan anoksia dan mudah hancur akibat kontak dengan bahan-bahan yang diekskresikan melalui ginjal. Pada NTA nefrotoksik terlihat gambaran korteks ginjal pucat, ginjal membesar dan edem, kongesti piramid, vakuolisasi sitoplasma sel epitel tubulus dan terbanyak di tubulus proksimal. 26 Sedangkan gambaran mikroskopisnya akan tampak degenerasi tubulus proksimal berupa edema epitel tubulus. Dimana epitel tersebut mengandung debris namun membrana basalis tetap utuh Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan ginjal Beberapa faktor dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, diantaranya sebagai berikut: 1. Usia Seiring bertambahnya usia maka proses degenerasi akan semakin berlanjut, sehingga semakin tua usia seseorang maka resiko kerusakan ginjalnya akan semakin besar. 2. Jenis Kelamin Jenis kelamin berhubungan erat dengan proses hormonal dalam tubuh, kemungkinan besar metabolisme dan reaksi kimia dalam tubuh bergantung pada jenis kelamin seseorang. 11

9 3. Nutrisi Nutrisi sangat penting bagi fisiologis organ, bila terjadi malnutrisi maka akan berpengaruh pada kerusakan ginjal. 4. Obat atau zat kimia toksik beserta dosisnya Beberapa jenis obat atau zat kimia bisa menyebabkan kerusakan pada ginjal, seperti, Gentamisin yang menyebabkan kerusakan dan nekrosis pada ginjal, Acetaminophen dapat menyebabkan tubular nekrosis, Aminoglikoksida yang menyebabkan gagal ginjal, kemudian obat golongan Anti Inflamasi Non-Steroid (NSAID) mengakibatkan nekrosis papiler ginjal serta formalin yang akan dibahas pada penelitian ini. Dosis juga berpengaruh, dimana semakin tinggi dosis semakin merusak ginjal. 5. Alkohol 26, Paparan alkohol baik jangka panjang maupun pendek bisa menyebabkan kerusakan pada ginjal. 6. Penyakit Proses fisiologi ginjal sangat dipengaruhi pula dengan adanya penyakit-penyakit yang diderita oleh seseorang, baik penyakit pada ginjal itu sendiri maupun penyakit sistemik yang berpengaruh langsung pada ginjal. 7. Stress Stress berpengaruh dalam sistem hormonal pada tubuh, sehingga stress juga dapat berpengaruh pada kerusakan ginjal Ureum Ureum merupakan produk sisa hasil metabolisme protein yang utama. Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati melalui suatu proses katabolisme protein. Kadar ureum dalam darah merupakan gambaran 12

10 keseimbangan antara pembentukan ureum dengan ekskresi ureum oleh ginjal. Nilai rujukan kadar ureum dalam darah manusia dewasa adalah mg/dl. Sedangkan pada tikus mg/dl. Kenaikan kadar ureum 14, 27, , 31, 32 Naiknya kadar ureum adalah hal yang tidak normal. Kenaikan ureum dalam darah bisa disebabkan oleh beberapa keadaan, diantaranya: a. Peningkatan katabolisme protein jaringan disertai dengan keseimbangan nitrogen yang negative b. Pemecahan protein darah yang berlebihan c. Pengurangan ekskresi urea karena peurunan laju filtrasi glomerulus d. Pengaruh zat kimia toksik 2.4. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin di dalam otot. Secara metabolik kreatinin merupakan komponen tidak aktif yang kemudian berdifusi ke dalam plasma dan diekskresikan ke dalam urin. Batas rujukan kreatinin plasma pada manusia adalah mg/dl. Sedangkan pada tikus batas nilai rujukannya adalah 0,578-1,128 mg/ dl. 25,27 Kenaikan kadar kreatinin 14, 27, Kenaikan kadar kreatinin dalam darah dapat diakibatkan oleh beberapa keadaaan, diantaranya: a. Hipoksia jaringan b. Penurunan laju filtrasi glomerulus c. Pada penyakit metabolik tertentu d. Zat kimia toksik 13

11 2.5. Kerangka Teori Formalin peroral ¼ dosis lethal Absorbsi GIT Hepar Enzim Formaldehid Dehidrogenase Hambat aktivitas Citokrom Oksidase di mitokondria Asam Format Sintesis ATP terhambat Kadar Oksigen turun Hipoksia Nekrosis sel Ginjal rusak fungsi ginjal menurun Paru-paru CO2 H2O Diet tinggi protein Kadar Ureum Kadar Kreatinin plasma Konsumsi air berkurang dehidrasi Zat kimia toksik Penurunan laju filtrasi ginjal Peningkatan katabolisme protein Gambar 4. Kerangka teori 14

12 2.6. Kerangka Konsep Formalin peroral Kadar ureum plasma Kadar kreatinin plasma Gambar 5. Kerangka konsep 2.7. Hipotesis Terdapat kenaikan kadar ureum dan kreatinin plasma tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar terhadap pemberian formalin peroral ¼ dosis lethal selama 2 minggu dibandingkan yang tidak diberi formalin. 15

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat obat ini adalah

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Pewarna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Pewarna BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B Rhodamine B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

Struktur bagian dalam ginjal

Struktur bagian dalam ginjal Sitem perkemihan Sistem perkemihan Terdiri atas: dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan uretra Fungsi ginjal pembentukan urine Yang lain berfungsi sebagai pembuangan urine Fungsi lain ginjal: Pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidup manusia secara langsung atau tidak terpapar bahan kimia. Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari diketahui berbahaya. Bahaya

Lebih terperinci

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan

Lebih terperinci

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke

Lebih terperinci

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i HISTOLOGI URINARIA dr. Kartika Ratna Pertiwi 132319831 SISTEM URINARIA Sistem urinaria terdiri atas - Sepasang ginjal, - Sepasang ureter - Kandung kemih - Uretra Terdapat pula - Sepasang arteri renalis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Formalin A.1 Definisi Formalin Formalin adalah substansi yang terdiri dari 37% formaldehyde dan 63% air. Nama lain formalin adalah Formic Aldehyde; Paraform; Formol; Formalin

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

BAB VII SISTEM UROGENITALIA BAB VII SISTEM UROGENITALIA Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tawas banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam pangan. Tawas paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran. Tujuan penambahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi - - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl1ekskresi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parasetamol (asetaminofen) merupakan salah satu obat analgesik dan antipiretik yang banyak digunakan di dunia sebagai obat lini pertama sejak tahun 1950 (Sari, 2007).

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fluorida adalah anion monovalen. 13. secara cepat saat lambung kosong dan fluorida sudah mencair. Adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fluorida adalah anion monovalen. 13. secara cepat saat lambung kosong dan fluorida sudah mencair. Adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 FLUORIDA Fluorida adalah anion monovalen. 13 Fluorida terdapat pada banyak makanan terutama teh, minuman anggur, dan duri ikan. Fluorida yang dikonsumsi manusia akan diabsorbsi

Lebih terperinci

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Fungsi homeostatik ginjal Proses penyaringan (filtrasi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Perkemihan Sistem perkemihan melibatkan kerja beberapa organ yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. 1. Ginjal a. Letak Manusia memiliki 2 buah ginjal. Ginjal

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2 1. Fungsi sistem ekskresi adalah... Membuang zat sisa pencernaan Mengeluarkan enzim dan hormon Membuang zat sisa metabolisme tubuh Mengeluarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer berupa gambaran histologi ginjal dan kadar kreatinin hewan coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing berukuran satu kepalan tangan, dan terletak tepat di bawah tulang rusuk. Setiap hari kedua ginjal menyaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam mengaja kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh. Ginjal berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis makanan yang terdapat di masyarakat tidak jarang mengandung bahan kimia berbahaya serta tidak layak makan, penggunaan bahan kimia berbahaya yang marak digunakan

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Indikator Pencapaian: MATERI IX SISTEM EKSKRESI Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Materi Mahluk hidup dalam hidupnya melakukan metabolisme. Metabolisme ini selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam tubuh manusia. Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. 10 Selama proses pencernaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal 1. Mekanisme Filtrasi Ginjal Glomerulus adalah bagian kecil dari ginjal yang mempunyai fungsi sebagai saringan yang setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Subjek penelitian ini adalah anak yang diperoleh dari induk tikus Rattus norvegicus galur Sprague-dawley yang telah diinduksi hipoksia iskemik pada usia kehamilan 7

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Ekskresi Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Pengertian & Fungsi Proses Ekskresi Penegrtian : Proses pengeluaran zat-zat sisa hasil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat. 3 TINJAUAN PUSTAKA Alpukat Tanaman alpukat berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18, namun secara resmi antara tahun 1920-1930 (Anonim 2009). Kata

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... Energi kimia menjadi energi gerak Energi cahaya menjadi energi potensial

Lebih terperinci

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta 1 SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta Proses pengeluaran zat 2 1. Defekasi : yaitu proses pengeluaran zat sisa hasil pencernaan makanan. 2. Sekresi : yaitu proses

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1 1. Organ ekskresi pada manusia yang berfungsi mengubah amonia menjadi urea adalah... Paru-paru Hati Kulit Ginjal Kunci Jawaban : B Pembahasan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman serbuk instan adalah minuman yang diproduksi oleh suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman tersebut dijual dan dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rutin, dengan waktu dan cara yang tepat. 2 Kebiasaan menyikat gigi, terutama

BAB I PENDAHULUAN. rutin, dengan waktu dan cara yang tepat. 2 Kebiasaan menyikat gigi, terutama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit gigi merupakan masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah. 1,2,3 Masalah ini dapat dicegah dengan menyikat gigi secara rutin, dengan waktu

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus BAB VI PEMBAHASAN Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus yang lahir dan dirawat di bangsal NICU dan PBRT RSUP Dr Kariadi yang memenuhi kriteria penelitian dan telah dilakukan

Lebih terperinci

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring meningkatnya taraf hidup manusia dewasa ini, maka kebutuhan akan berbagai hal juga mengalami peningkatan seperti kebutuhan akan sandang, papan, pangan, kesehatan,

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) Defriana, Aditya Fridayanti, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Boraks pada saat ini sering sekali diberitakan melalui media cetak maupun elektronik karena penyalahgunaannya dalam bahan tambahan makanan. Berdasarkan dari

Lebih terperinci

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menjelaskan proses pembentukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Anatomi Ginjal Ginjal adalah organ dalam sistem urinarius yang berbentuk seperti kacang dan terletak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisis Urinalisis merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. Urinalisis berasal dari

Lebih terperinci

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP TUGAS MATA KULIAH NUTRISI TANAMAN FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP Oleh : Dewi Ma rufah H0106006 Lamria Silitonga H 0106076 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 Pendahuluan Fosfor

Lebih terperinci

Bab. Sistem Ekskresi. A. Sistem Ekskresi pada Manusia B. Sistem Ekskresi pada Hewan

Bab. Sistem Ekskresi. A. Sistem Ekskresi pada Manusia B. Sistem Ekskresi pada Hewan Bab 7 Sumber: www.gcarlson.com Ginjal merupakan salah satu organ ekskresi yang menghasilkan urine. Sistem Ekskresi Hasil yang harus Anda capai: menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latihan fisik merupakan pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasnya, air bersih adalah air

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan hewan akutik yang memilki tulang belakang (vertebrata) yang berhabitat di dalam perairan. Ikan bernapas dengan insang, bergerak dan menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari makanan dan minuman olahan. Berbagai makanan yang dijual di toko, warung dan para pedagang keliling hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir- akhir ini sering dibicarakan tentang boraks yang terdapat pada beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran beberapa bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. struktur parenkhim masih normal. Corpusculum renalis malpighi disusun oleh komponen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. struktur parenkhim masih normal. Corpusculum renalis malpighi disusun oleh komponen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan pada Parenkhim Ginjal 4.1.1 Perubahan pada Copusculum Malphigi Ginjal Gambaran kualitatif corpusculum malphigi ginjal pada kelompok tikus normal tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Formalin (CH 2 O) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari hidrogen, oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, methanal, methylen

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI SISTEM EKSKRESI PADA VERTEBRATA

SISTEM EKSKRESI SISTEM EKSKRESI PADA VERTEBRATA SISTEM EKSKRESI SISTEM EKSKRESI PADA VERTEBRATA Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang pertanian tetapi dapat memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Residu pestisida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperurisemia merupakan keadaan meningkatnya kadar asam urat dalam darah di atas normal ( 7,0 mg/dl) (Hidayat 2009). Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatic dengan mengatur

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.2 1. Rhodamin-B termasuk bahan kimia yang bersifat... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.2 Korosif Beracun Karsingenik Radioaktif Rhodamin B termasuk bahan kimia yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,

Lebih terperinci

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, pengembangan obat obat baru terus dilakukan dengan upaya untuk meningkatkan potensi obat obatan yang ada. Adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang demikian pesatnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jus sayuran. Sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi minuman

BAB 1 PENDAHULUAN. jus sayuran. Sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi minuman BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman kemasan atau disebut juga cup drink tidak hanya berisi air putih biasa tetapi kini berisi minuman berflavor seperti teh, kopi, jus buah, dan jus sayuran.

Lebih terperinci

PENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI Pengertian Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh merugikan suatu zat/bahan kimia pada organisme hidup atau ilmu tentang racun. Bahan toksik atau racun adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,

Lebih terperinci

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK BAB 1 PENDAHULUAN Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang berpotensi fatal dan dapat menyebabkan pasien mengalami penurunan kualitas hidup baik kecacatan maupun kematian. Pada penyakit ginjal

Lebih terperinci

Kesetimbangan asam basa tubuh

Kesetimbangan asam basa tubuh Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri atas volume urin, persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium urin. Selanjutnya, hasil penelitian disajikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin 3 TINJAUAN PUSTAKA Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin Ginjal merupakan salah satu organ yang penting bagi makhluk hidup. Ginjal memiliki berbagai fungsi seperti pengaturan keseimbangan air dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembusukan 2.1.1 Definisi Pembusukan adalah proses campuran dari proses internal dan external. Proses internal yang terjadi yaitu autolysis yang terjadi pada sel tubuh akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab paling penting dari kematian dan cacat tubuh di banyak negara di seluruh dunia (Guyton & Hall, 1997). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan merkuri (Hg) (Widodo, 2008). Merkuri (Hg) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan merkuri (Hg) (Widodo, 2008). Merkuri (Hg) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kegiatan penambangan emas secara tradisional yang dilakukan oleh mayarakat Indonesia menggunakan metode amalgamasi yaitu pengikatan emas dengan menggunakan merkuri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ginjal sering disebut buah pinggang. Bentuknya seperti kacang dan letaknya disebelah belakang rongga perut, kanan dan kiri dari tulang punggung. Ginjal kiri letaknya

Lebih terperinci

2. Sumsum Ginjal (Medula)

2. Sumsum Ginjal (Medula) 1. GINJAL Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 2/17/2016 2 Sistem traktus urinarius terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya di dalam masyarakat Indonesia. Sebab, obat-obatan tradisional lebih

BAB I PENDAHULUAN. budaya di dalam masyarakat Indonesia. Sebab, obat-obatan tradisional lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat-obatan alami secara luas sudah digunakan menjadi budaya di dalam masyarakat Indonesia. Sebab, obat-obatan tradisional lebih akrab dan lebih mudah diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol disebut juga etil alkohol atau alkohol yang merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, dan tak berwarna. Etanol merupakan jenis alkohol yang

Lebih terperinci

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Membran sel Membran nukleus Retikulum endoplasma Aparatus golgi Mitokondria lisosom Kurnia Eka Wijayanti 60 % dari berat tubuh

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang berfungsi dalam proses penyaringan dan pembersihan darah. Ginjal menjalankan fungsi vital sebagai pengatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran kencing sebagai organ penting dalam ekskresi urin terdiri dari: 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran kencing sebagai organ penting dalam ekskresi urin terdiri dari: 2 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Dan Fisiologi Saluran Kencing Saluran kencing sebagai organ penting dalam ekskresi urin terdiri dari: 2 buah ginjal, 2 buah ureter, 1 buah vesica urinaria, 1 buah urethra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208 PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN NAMA : ERICA PUSPA NINGRUM NIM : J1C111208 KELOMPOK : II (DUA) ASISTEN : TAUFIK NOOR KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci