KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM HUKUM WARIS ISLAM DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA KOTA JAMBI
|
|
- Dewi Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM HUKUM WARIS ISLAM DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA KOTA JAMBI Oleh :Abdul Hariss, SH.,MH. 1 Dan Nurfauzia, SH 2 Abstract In the area of Jambi known also foster child. Foster child is a child who clearly origins appointed with the consent of the family of both parties and confirmed by the village head.adopted children are urgently needed in domestic life that has no biological children and is considered as a child of their own children, but in the future after the adult child or the adoptive parents already have a biological child or the adoptive parents died arise various problems of foster child, both at the time to establish a marriage or in terms of inheritance In Islamic law which is used as the foundation of society customary inheritance law does not define the city of Jambi's adopted son as heir adoptive parents, but in reality there that give step-son inheritance, although eventually when there will be a problem. Key Note : inheritance law A. Pendahuluan Untuk hidup tenang, sejahtera dan terpenuhi kebutuhan hidup orang perorangan, maka antar orang tersebut saling mengikatkan diri, yang salah satunya adalah ikatan perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Perkawinan itu sendiri menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di tanah air Indonesia yaitu Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Pasal 1-nya adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan yang dilakukan mempunyai beberapa tujuan yang suci dan mulia, yang salah satunya adalah mendapatkan keturunan guna menyambung hidup di masa depan dan jaminan di akhirat nanti bahwa do a anak yang saleh yang sampai ke orang tuanya yang telah meninggal dunia. Dengan pentingnya kebutuhan akan anak dalam kehidupan rumah tangga hingga ada orang yang telah mengikatkan perkawinan yang sakral harus mencari pasangan lain atau yang paling parahnya lagi sampai harus bercerai. Guna tetap langgengnya suatu ikatan perkawinan dan mendapatkan seorang atau lebih anak, maka jalur yang dirasa cukup baik adalah dengan mengangkat anak dari orang lain. 1 Abdul Hariss, SH.,MH. adalah adalah Wakil Dekan III Dan Dosen Tetap PS Ilmu Hukum Fakultas HukumUniversitas Batanghari Jambi. 2 Nurfauzia, SH adalah adalah Dosen Tetap PS Ilmu Hukum Fakultas HukumUniversitas Batanghari Jambi. 43
2 Menurut ketentuan hukum adat yang berlaku di tanah air Republik Indonesia yang bersumber dari Kitab Suci masing-masing warga masyarakat sesuai dengan semboyannya Adat bersendikan Sara, Sara bersendikan Kitabullah, yang tak lekang di panas dan tak lapuk di hujan membenarkan adanya pengangkatan anak dalam suatu keluarga. Hukum Adat Jambi yang mendasarkan Kitab Suci Al Qur an, menjelaskan mengenai anak angkat : Di daerah Jambi dikenal anak angkat, anak pungut dan anak ambilan. Anak angkat ialah anak yang asal usulnya jelas diangkat dengan persetujuan keluarga kedua belah pihak dan dikukuhkan oleh Kepala Kampung. Anak pungut ialah yang asal usulnya tidak jelas dan dipungut tanpa suatu upacara. Sedangkan anak ambilan ialah anak yang diambil sewaktu masih dalam kandungan tanpa suatu upacara. Biasanya orang tua angkat menanggung biaya kelahirannya. (B. Bastian Tafal, 1983,114) Sebagaimana diketahui bahwa anak angkat itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan rumah tangga yang tidak punya anak kandung dan dianggap sebagai anak sendiri sebagaimana anak kandung, tetapi dimasa yang akan datang setelah si anak dewasa atau orang tua angkat telah memiliki anak kandung atau orang tua angkat meninggal dunia timbul berbagai permasalahan terhadap anak angkat ini, baik pada waktu untuk melangsungkan perkawinan ataupun dalam hal waris mewaris. Anak angkat ini sama hak dan kewajibannya dengan anak kandung dalam suatu keluarga, tetapi setelah orang tua angkat meninggal dunia, banyak problem yang dihadapi, terutama dalam hal pembagian harta pewaris, karena dalam kenyataannya ada anak angkat yang mendapat bagian waris dan ada pula yang tidak mendapatkan waris sama sekali. Begitu pula halnya yang terjadi di daerah Provinsi Jambi yang masih kuat memakai hukum adatnya. Dikarenakan hukum adat Jambi mendasarkan hukum Islam, maka dalam hal pewarisan lebih dominan menerapkan ketentuan hukum Islam, sedangkan dalam hukum Islam tidak diatur bahwa anak angkat mendapat bagian harta warisan. B. Perumusan Masalah Untuk mengetahui kedudukan anak angkat dalam hal pewarisan, perlu dikaji batasan sebagai berikut. 1. Bagaimana kedudukan anak angkat dalam Hukum Waris Islam di wilayah hukum Pengadilan Agama Kota Jambi? 2. Permasalahan apasaja yang timbul dalam pewarisan terhadap anak angkat di wilayah hukum Pengadilan Agama Jambi? 3. Bagaimana upaya penanggulangan yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi tersebut? C. Pembahasan 44
3 1. Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Waris Islam Di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kota Jambi Anak angkat itu adalah : Anak yang ada akibat suatu perbuatan dari seseorng mengambil/menjadikan orang lain sebagai anaknya tanpa melepaskan ikatan kekeluargaan anak itu dari orang tua aslinya, baik ia masih kanak-kanak (belum dewasa) maupun sudah dewasa, mempunyai kewajiban yang sama dengan anak kandung dengan melalui upacara adat. (B. Bastian Tafal, 1983,46) Hak anak angkat sama dengan hak anak kandung dari orang yang mengangkatnya, seperti : a. Hak mendapatkan kasih sayang; b. Hak untuk pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan; c. Hak untuk mendapatkan pendidikan; d. Hak untuk dilindungi dari rasa takut; e. Hak untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat; f. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; dan g. Hak-hak lain sebagai seorang anak. Ada dua status hukum yang terkait dengan permasalahan anak angkat : Dalam kewarisan menurut ulama fikih, dalam Islam ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang saling mewarisi, yakni karena hubungan kekerabatan atau seketurunan (al -qarabah), karena hasil perkawinan yang sah (al - musaharah); dan karena faktor hubungan perwalian antara hamba sahaya dan wali yang memerdekakannya atau karena faktor saling tolong menolong antara seseorang dengan orang yang diwarisinya semasa hidupnya. Anak angkat tidak termasuk dalam tiga faktor di atas; dalam arti bukan satu kerabat atau satu keturunan dengan orang tua angkatnya, bukan pula lahir atas perkawinan yang sah dari orang tua angkatnya dan bukan pula karena hubungan perwalian. Oleh karena itu, antara dirinya dan orang tua angkatnya itu tidak berhak saling mewarisi satu sama lain. Jika ia akan mewarisi, maka hak waris mewaris hanya berlaku antara dirinya dengan orang tua kandungnya secara timbal balik, atas dasar al-qarabah dan al-musaharah atau mungkin kalau ada karena saling tolong menolong dengan yang meninggal semasa hidupnya. Namun mengingat hubungan yang sudah akrab antara anak angkat dengan orang tua angkatnya, apalagi kalau yang diangkat itu diambil dari keluarga dekat sendiri, serta memperlihatkan jasa baiknya terhadap rumah tangga orang tua angkatnya, maka Islam tidak menutup kemungkinan sama sekali anak angkat mendapat bagian dari harta peninggalan orang tua angkatnya. Caranya adalah dengan hibah atau wasiat yang ditulis atau diucapkan oleh ayah angkatnya sebelum meninggal dunia. Ketentuan wasiat dalam hukum Islam adalah paling banyak sepertiga harta warisan. (H. Nasrun Haroen, Dkk., 2000, 155) Warga masyarakat di Kota Jambi berasal dari berbagai suku di tanah air, namun demikian bagi yang beragama Islam tunduk pada ketentuan hukum Islam dan hukum adatnya tidak terlepas dari ketentuan hukum Islam itu sendiri. 45
4 Di wilayah Kota Jambi inipun banyaklah keluarga terutama yang belum mempunyai anak mengangkat anak orang lain menjadi anaknya. Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa menurut hukum Islam, anak angkat bukanlah sebagai ahli waris dari orang tua angkatnya, sehingga dia tidak berhak untuk mewarisi harta yang ditinggalkan pewaris orang tua angkatnya, namun dia bisa dapat harta benda dari orang tua angkatnya apabila dia menerima hibah langsung dari orang tua angkatnya. Namun dalam kenyataannya, ada anak angkat yang menerima harta waris dari orang tua angkatnya. Apabila ada keluarga yang mewariskan harta peninggalan kepada anak angkat tidaklah dilarang, tetapi disuatu saat nanti akan banyak menghadapi permasalahan dari pihak keluarga orang tua angkatnya. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya beberapa kasus pewarisan yang diantaranya pewarisan terhadap anak angkat yang masuk dan diselesaikan di Pengadilan Agama Jambi. Ternyata keseluruhan kasus pewarisan terhadap anak angkat yang masuk ke Pengadilan Agama Jambi itu tidak ada pewarisan terhadap anak angkat yang diterima, sehingga kasus tersebut dimenangkan oleh para penggugat yaitu dari pihak keluarga orang tua angkatnya. Tidak pernahnya anak angkat memenangkan kasus pewarisan dari orang tua angkatnya di Pengadilan Agama Jambi adalah dikarenakan : a. Secara Hukum Memang Tidak Berhak Anak Angkat Mewaris Karena para pihak menganut ajaran agama Islam dan tunduk pada ketentuan hukum adat yang mendasari hukum Islam, maka mereka mau tidak mau menaati keputusan Hakim bahwa anak angkat tidak berhak mewaris, apalagi orang tua angkatnya masih memiliki ahli waris yang sah. b. Para ahli waris tidak mengetahui telah adanya Pewarisan Dikarenakan anak angkat telah lama hidup dengan orang tua angkatnya hingga orang tua angkat itu meninggal dunia, anak angkat secara serta merta menguasai harta peninggalan orang tua angkatnya tanpa memberitahukan kepada seluruh ahli waris dari orang tua angkatnya. Karena diketahui oleh para ahli waris bahwa anak angkat telah mewarisi harta yang merupakan haknya, maka mereka menuntut pengembalian harta-harta tersebut dari penguasaan anak angkat hingga perkaranya ada sampai ke Pengadilan Agama Jambi. c. Ada ahli waris yang tidak setuju diberikan Pewarisan Ada kalanya beberapa orang ahli waris dari orang tua angkat tidak setuju bahwa anak angkat harus mewaris, maka apabila pewarisan terhadap anak angkat itu tetap dilakukan, maka ahli waris yang tidak setuju menuntut pengembalian harta waris itu kepada anak angkat tersebut dan hal ini dapat dibenarkan secara hukum, yang akhirnya anak angkat tidak jadi mewaris. Anak angkat menurut hukum waris Islam di wilayah hukum Pengadilan Agama Jambi tidak berkedudukan sebagai ahli waris sehingga tidak berhak untuk mewaris harta peninggalan orang tua angkatnya. Namun demikian anak 46
5 angkat masih ada kesempatan untuk mendapat warisan apabila mendapat wasiat dari pewaris untuk menerima sebagian harta waris miliknya. Dibenarkannya pemberian harta waris dengan cara wasiat ini didasarkan atas ketentuan Al Qur an dan Hadis Rasulullah S.A.W. Adapun ketentuan Al Qur an tertuang pada Surat Al Baqarah ayat 180 sampai 182, Surat Al Maidah ayat 106 dan Surat Al Baqarah ayat 240. Tetapi harta waris yang diwasiatkan tidaklah lebih dari 1/3 (sepertiga) dari keseluruhan harta waris. Dalam kenyataannya, kasus anak angkat yang mendapat warisan melalui wasiat belum pernah sampai ke Pengadilan Agama Jambi. 2. Permasalahan Yang Ditemui Dalam Pewarisan Terhadap Anak Angkat Di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Jambi Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa secara hukum Islam yang dijadikan landasan hukum waris adat masyarakat Kota Jambi tidak menentukan anak angkat sebagai ahli waris orang tua angkatnya, namun dalam kenyataan ada yang memberikan warisan kepada anak angkat walaupun akhirnya disuatu saat akan terjadi suatu permasalahan. Permasalahan yang dihadapi dengan tidak berhaknya anak angkat mewarisi harta orang tua angkatnya di Kota Jambi adalah berupa : a. Anak angkat tidak mau lagi mengurus orang tua angkatnya Ada sebahagian anak angkat yang merasa bahwa dirinya tidak bakal dapat mewarisi harta orang tua angkatnya, mereka meninggalkan orang tua angkatnya dan/atau tidak mau lagi mengurusnya, padahal orang tua angkat itu tidak lagi punya anak kandung dan sudah kesulitan untuk mengurus dirinya sendiri. Hal ini sama dengan istilah habis manis sepah dibuang. Selain itu ada pula mereka yang mau mengurus orang tua angkatnya tetapi tidak sepenuhnya, yaitu kapan saja mereka sempat baru dilakukan, apabila tidak sempat mereka membiarkan orang tua angkat itu mengurus dirinya sendiri. Dilain pihak, apabila si anak angkat itu benar-benar tidak mendapat bagian dari harta peninggalan orang tua angkatnya, hubungan antara si anak angkat dengan ahli waris dari orang tua angkat tidak lagi erat seperti keluarga sendiri, melainkan sama hubungan seseorang dengan orang lain. b. Tidak dapatnya anak angkat memproleh harta dari orang tua angkatnya Dalam kenyataannya setelah meninggalnya orang tua angkat, si anak angkat tidak mendapatkan sama sekali harta peninggalan orang tua angkatnya atau ada yang mendapat bagian harta waris malah digugat oleh ahli waris dari orang tua angkat yang tidak setuju dengan hal itu, sehingga si anak angkat tidak jadi mendapat bagian harta warisan dari orang tua angkatnya, di samping itu dengan gugatan yang terjadi hingga ke Pengadilan Agama, si anak angkat harus mengeluarkan biaya dan/atau mengalami kerugian moril. c. Putusnya hubungan silaturahmi 47
6 Ada kalanya dengan tidak menerima harta warisan dari orang tua angkat atau setelah menerima bagian malah digugat oleh ahli waris yang berhak, menimbulkan dendam atau ketidak senangan, yang berakibat si anak angkat dan ahli waris orang tua angkat memutuskan hubungan silaturahmi yang telah mereka jalani dalam waktu lama semasa hidup orang tua angkat. 3. Upaya Penanggulangan Yang Ditempuh Dalam Mengatasi Permasalahan Pewarisan Terhadap Anak Angkat Di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Jambi Dengan adanya suatu permasalahan, menunjukkan adanya ketidak adilan dalam suatu perbuatan yang dilakukan atau kekurangan yang dialami. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi tersebut, maka upaya penanggulangan yang ditempuh adalah dengan cara : a. Mengarahkan anak angkat harus mengingat jasa baik orang tua angkatnya Selama hidup orang tua angkat, menyayangi dan memenuhi segala kebutuhan hidup anak angkat sebagaimana selayaknya antara anak dengan orang tua kandungnya sendiri, sehingga supaya anak angkat tidak lupa dengan jasa baik orang tua angkatnya tersebut, anak angkat selalu diberikan arahan untuk mengingat jasa dari orang tua angkatnya tersebut. b. Memberikan sedikit harta waris bagian dari ahli waris Supaya anak angkat tidak kecil hati ataupun marah karena tidak mendapatkan bagian harta peninggalan orang tua angkat yang selalu diurusnya, maka ahli waris orang tua angkat yang berhak menerima warisan memberikan sedikit bagiannya kepada anak angkat tersebut. c. Penyelesaian pertikaian secara kekeluargaan Dikarenakan timbul suatu pertikaian antara anak angkat dengan ahli waris dari orang tua angkatnya, maka pertikaian yang terjadi tidak perlu diselesaikan hingga ke pengadilan, cukup diselesaikan secara kekeluargaan atau rembuk keluarga guna mencapai kesepakatan yang tidak merugikan salah satu pihak. Dengan demikian, hubungan silaturahmi tidak akan pernah terputus. D. Penutup 1. Anak angkat menurut hukum waris Islam di wilayah hukum Pengadilan Agama Jambi tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari orang tua angkatnya, sehingga dia tidak mendapatkan harta warisan orang tua angkatnya tersebut. 2. Permasalahan yang dihadapi karena tidak mewarisnya anak angkat dari orang tua angkatnya di wilayah hukum Pengadilan Agama Jambi adalah berupa : a. Anak angkat tidak mau lagi mengurus orang tua angkatnya; b. Tidak dapatnya anak angkat memperoleh harta waris dari orang tua angkatnya; 48
7 c. Putusnya hubungan silaturahmi. 3. Upaya penanggulangan yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan yang ditemui akibat tidak mewarisnya anak angkat dari orang tua angkatnya di wilayah hukum Pengadilan Agama Jambi adalah dengan cara : a. Mengarahkan anak angkat harus mengingat jasa baik orang tua angkatnya; b. Memberikan sebagian bagian dari ahli waris; dan c. Penyelesaian pertikaian secara kekeluargaan. E. Daftar Pustaka Asy ari, S. Imam. Petunjuk Teknis Menulis Naskah Ilmiah, Usaha Nasional, Surabaya, Departemen Agama RI, Bahan Penyuluhan Hukum, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam 1999/2002, Jakarta. Haroen, H. Nasrun, Dkk. Ensklopedi Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru Va Hoeve, Jakarta, Hazairin. Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Qur an dan Hadith, Tinta Mas, Jakarta, Lubis, Suhrawardi K. dan Simanjuntak, Komis. Hukum Waris Islam, Sinar Grafika, Jakarta, Nasution, S dan Thomas, M. Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, Makalah, Bumi Aksara, Jakarta, Rahman, H. Abdul dan Rafiq, Ahmad. Fiqih 2, Armico, Bandung, Ramulyo, M. Idris. Hukum Kewarisan Islam, Ind-Hill CO, Jakarta, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam Dengan Kewarisan Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, Salman, H.R. Otje dan Haffas, Mustofa. Hukum Waris Islam, PT. Refika Aditama, Bandung, Tafal, B. Bastian. Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat, CV. Rajawali, Jakarta, Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, Zaini, Mudaris. Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,
HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM
Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011), pp. 139-148. HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM
TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM Oleh : Abdul Hariss ABSTRAK Keturunan atau Seorang anak yang masih di bawah umur
Lebih terperinciHAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM
HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM Oleh : Putu Ari Sara Deviyanti Made Suksma Prijandhini Devi Salain Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan
Lebih terperinciHAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA
HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA Oleh : Ni Wayan Manik Prayustini I Ketut Rai Setiabudhi Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Adopted
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Bahwa setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting dalam hidupnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1
BAB I PENDAHULUAN Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Lebih terperincib. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan
BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan
BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup bermasyarakat, karena sebagai individu, manusia tidak dapat menjalani kehidupannya sendiri untuk mencapai
Lebih terperinciPERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA DENGAN MASYARAKAT JAWA DI KOTA PEMATANG SIANTAR SERTA AKIBAT HUKUMNYA.
1 PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA DENGAN MASYARAKAT JAWA DI KOTA PEMATANG SIANTAR SERTA AKIBAT HUKUMNYA Boher Siahaan 1, Yansalzisatry 1, As Suhaiti Arief 1 1 Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah
1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN
BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN A. Sekilas Tentang Bapak Kasun Sebagai Anak Angkat Bapak Tasral Tasral dan istrinya
Lebih terperinciHAK ANAK ANGKAT TERHADAP PEMBAGIAN WARISAN
HAK ANAK ANGKAT TERHADAP PEMBAGIAN WARISAN Oleh : Putu Novita Darmayanti I Made Dedy Priyanto Hukum Pemerintahan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT The presence of a child can be the glue husband-wife
Lebih terperinciKEDUDUKAN ANAK YANG PINDAH AGAMA UNTUK MEWARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Oleh : Dessy Gea Herrayani Made Suksma Prijandhini Devi Salain
KEDUDUKAN ANAK YANG PINDAH AGAMA UNTUK MEWARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Oleh : Dessy Gea Herrayani Made Suksma Prijandhini Devi Salain Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTARCT This
Lebih terperinciBAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis implementasi Hukum Islam terhadap ahli waris non-muslim dalam putusan hakim di Pengadilan Agama
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WANITA DAN ANAK YANG PERKAWINANNYA TIDAK TERCATAT DI INDONESIA. Sukma Rochayat *, Akhmad Khisni **
Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol. 12. No. 1 Maret 2017 Perlindungan Hukum Terhadap Wanita Dan Anak ( Sukma Rochayat) PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WANITA DAN ANAK YANG PERKAWINANNYA TIDAK TERCATAT DI INDONESIA
Lebih terperinciH.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6
BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk selanjutnya disebut UUP memberikan definisi perkawinan sebagai ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak
TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1 Abstrak Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perkawinan di bawah tangan masih sering dilakukan, meskipun
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI A. Analisis Terhadap Deskripsi Pembagian Warisan Oleh Ibu Senen dan Bapak Kasiran Kepada Ahli Waris Pengganti Di Desa Kasiyan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
Lebih terperinciBAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 2.1 Pengertian Perkawinan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Lebih terperinciALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL
ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL Muchamad Arif Agung Nugroho Fakultas Hukum Universitas Wahid Hasyim Semarang agungprogresif@gmail.com ABSTRAK Perkawinan heteroseksual merupakan suatu perikatan
Lebih terperincidigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.
DAMPAK PEMBATALAN PERKAWINAN AKIBAT WALI YANG TIDAK SEBENARNYA TERHADAP ANAK DAN HARTA BERSAMA MENURUT HAKIM PENGADILAN AGAMA KEDIRI (Zakiyatus Soimah) BAB I Salah satu wujud kebesaran Allah SWT bagi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi
Lebih terperinciBentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA) Sumber: LN 1974/1; TLN NO. 3019 Tentang: PERKAWINAN Indeks: PERDATA. Perkawinan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA
BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA A. Pengertian Harta Bersama 1. Pengertian Harta Bersama Menurut Hukum Islam Dalam kitab-kitab fiqih tradisional, harta bersama diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya
BAB I PENDAHULUAN Saat ini di Indonesia masih terdapat sistem hukum waris yang beraneka ragam, yaitu sistem hukum waris Adat, hukum waris Islam, dan hukum waris Barat (KUHPerdata). Sistem hukum waris Adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,
BAB I PENDAHULUAN Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran, perkawinan, dan kematian. Dengan adanya kelahiran maka berakibat pada timbulnya hak dan kewajban baik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah
Lebih terperinciS I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2
1 S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 B. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata kuliah ini mempelajari hukum waris
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI
AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI Oleh : DODI HARTANTO No. Mhs : 04410456 Program studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin
BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
Lebih terperinciDwi Astuti S Fakultas Hukum UNISRI ABSTRAK
KAJIAN YURIDIS PASAL 43 AYAT 1 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN SETELAH ADANYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP KEDUDUKAN ANAK DI LUAR NIKAH Dwi Astuti S Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nikah dalam bahasa arab ialah bergabung dan berkumpul, dipergunakan juga dengan arti kata wata atau akad nikah, tetapi kebanyakan pemakaiannya untuk akad nikah.nikah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah setiap orang tentu akan meninggal, baik ia seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan
Lebih terperincimelakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hamba- Nya melalui hasil pernikahan guna meneruskan kehidupan selanjutnya. Secara umum anak adalah seorang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama
58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan
Lebih terperinciThe Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict
The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict Heniyatun 1 *, Puji Sulistyaningsih 2, Bambang Tjatur Iswanto 3 1,2,3 Hukum/Fakultas Hukum, *Email: heniyatun@ummgl.ac.id Keywords:
Lebih terperinciBAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN
BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN 1. Akibat Hukum Terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban Anak dalam Perkawinan yang Dibatalkan a. Kedudukan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling
BAB 1 PENDAHULUAN Allah SWT menciptakan manusia dari dua jenis yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia mempunyai kehidupan jiwa yang selalu menyendiri. Namun manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat dipisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagaimana yang dinyatakan pada Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah lepas dari interaksi dengan sesama. Bahkan
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM PEWARISAN MENURUT HUKUM ADAT SUKU MELAYU JAMBI, HUKUM ISLAM DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA TESIS Oleh : F I T R I A 0 8 0 6
Lebih terperinciSISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA
SISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA Oleh : Ni Made Ayu Ananda Dwi Satyawati Suatra Putrawan Bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati merupakan makhluk sosial, yang mana tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya manusia akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu hal yang terpenting di dalam realita kehidupan umat manusia. Perkawinan dikatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum masingmasing agama
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.
42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia di dunia ini yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik antara satu dengan
Lebih terperinciPerjanjian Jual Beli Duku dengan Sistem Ijon Antara Pembeli dengan Masyarakat Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi
PERJANJIAN JUAL BELI DUKU DENGAN SISTEM IJON ANTARA PEMBELI DENGAN MASYARAKAT KECAMATAN MARO SEBO KABUPATEN MUARO JAMBI H. Abdul Hariss 1 Abstrak In addition to fruit ahead duku ripe fruit buds to take
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena ia tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami isteri saja tetapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang
Lebih terperinciTINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *
Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas Nomor : 23a/DIKTI/Kep./2004 Tgl 4 Juni 2004 TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN Dahlan Hasyim * Abstrak Perkawinan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Setiap pasangan (suami-istri) yang telah menikah, pasti berkeinginan untuk mempunyai anak. Keinginan tersebut merupakan naluri manusiawi dan sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih sayang sebagai sebuah rahmat dari-nya. Dimana semua itu bertujuan agar manusia dapat saling berkasih
Lebih terperinciHUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN
HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya
Lebih terperinciFH UNIVERSITAS BRAWIJAYA
NO PERBEDAAN BW/KUHPerdata Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 1 Arti Hukum Perkawinan suatu persekutuan/perikatan antara seorang wanita dan seorang pria yang diakui sah oleh UU/ peraturan negara yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan totalitas latar belakang dari sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap harta yang ditinggalkan oleh seseorang baik yang bersifat harta benda bergerak maupun harta benda
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA A. Analisis Terhadap Kebiasaan Pembagian Waris Di Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan
Lebih terperinciSKRIPSI TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA WARISAN ORANG TUA ANGKAT PERSPEKRIF HUKUM ADAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KLATEN)
SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA WARISAN ORANG TUA ANGKAT PERSPEKRIF HUKUM ADAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KLATEN) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial ataupun mahluk pribadi tidak dapat hidup seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA WARISAN ORANG TUA ANGKAT PERSPEKRIF HUKUM ADAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KLATEN)
TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA WARISAN ORANG TUA ANGKAT PERSPEKRIF HUKUM ADAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KLATEN) NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas
Lebih terperinciTESIS KEDUDUKAN JANDA MEWARIS DALAM SISTEM PERKAWINAN PADA GELAHANG DI BALI
TESIS KEDUDUKAN JANDA MEWARIS DALAM SISTEM PERKAWINAN PADA GELAHANG DI BALI KADEK SEPTIA NINGSIH, S.H. 031414253091 PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLNGGA SURABAYA 2016 i ADLN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang : Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Pengadilan Agama berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, merupakan salah satu badan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS
64 BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS A. Implikasi Yuridis Pasal 209 KHI Kedudukan anak angkat dan orang tua angkat dalam hokum kewarisan menurut KHI secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1994), hlm 453 Lembaga perkawinan adalah lembaga yang mulia dan mempunyai kedudukan yang terhormat dalam hukum Islam dan Hukum Nasional Indonesia. Allah SWT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan segala
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Perkawinan adalah ikatan yang suci antara pria dan wanita dalam suatu rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan segala kelebihan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan
1 BAB I PENDAHULUAN Pada hakekatnya manusia diciptakan untuk hidup berpasang-pasangan oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan melangsungkan perkawinan. Perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan. Sarana bagi terciptanya kerukunan dan kebahagiaan. Tujuan ikatan perkawinan adalah untuk dapat membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa pewarisan adalah perihal klasik dan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Apabila ada seseorang meninggal dunia, maka pada saat itulah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perkawinan Adat 1. Pengertian Perkawinan Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Sebab perkawinan itu tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan orang lain untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk berpasang-pasangan, manusia pun tak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Seperti yang telah dikemukakan oleh Aristoteles, seorang filsuf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia memiliki kodrat
Lebih terperinciLex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013
HAK MEWARIS DARI ORANG YANG HILANG MENURUT HUKUM WARIS ISLAM 1 Oleh : Gerry Hard Bachtiar 2 A B S T R A K Hasil penelitian menunjukkan bagaimana asas-asas kewarisan menurut hukum waris Islam serta Hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan undian dengan hadiah yang memiliki nilai materil (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian berhadiah ini umumnya
Lebih terperinciBAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo
BAB I 1. LATAR BELAKANG Salah satu kebutuhan hidup manusia selaku makhluk sosial adalah melakukan interaksi dengan lingkungannya. Interaksi sosial akan terjadi apabila terpenuhinya dua syarat, yaitu adanya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF Salah satu dampak menurunnya moral masyarakat, membawa dampak meluasnya pergaulan bebas yang mengakibatkan banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan, termasuk salah satu aspek yang diatur secara jelas dalam Al-Qur an dan Sunnah Rasul. Hal ini membuktikan bahwa masalah kewarisan cukup penting
Lebih terperinciPERNYATAAN. : Keabsahan Perkawinan Cino Buto di Tanah Datar Sumatera Barat Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Gustia Wulandari Nomor Pokok Mahasiswa : Jenis Penulisan TA Judul Penulisan TA : Skripsi : Keabsahan Perkawinan Cino Buto di Tanah Datar Sumatera Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus terkait dengan perkawinan yaitu
BAB I PENDAHULUAN Lembaga perkawinan adalah lembaga yang mulia dan mempunyai kedudukan yang terhormat dalam hukum Islam dan Hukum Nasional Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus terkait
Lebih terperinciHUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA
HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA Dalam peradilan atau dalam hukum Indonesia juga terdapat hukum waris adat. Selama ini, khususnya sebelum munculnya UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai salah satu asas hidup yang utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna bahkan Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARTA SUAMI - ISTRI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARTA SUAMI - ISTRI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN Oleh Made Topan Antakusuma Dewa Gde Rudy I Nyoman Darmadha Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, dalam perkawinan akan terbentuk suatu keluarga yang diharapkan akan tetap bertahan hingga
Lebih terperinciKEBIJAKAN SANKSI PIDANA TERHADAP ORANG TUA YANG TIDAK MELAKSANAKAN PENETAPAN UANG NAFKAH ANAK OLEH PENGADILAN PASCA PERCERAIAN
KEBIJAKAN SANKSI PIDANA TERHADAP ORANG TUA YANG TIDAK MELAKSANAKAN PENETAPAN UANG NAFKAH ANAK OLEH PENGADILAN PASCA PERCERAIAN Oleh : Sumaidi ABSTRAK Negara Indonesia mengatur secara khusus segala sesuatu
Lebih terperinciBAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama
Lebih terperinciHAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK AKIBAT ADANYA PERCERAIAN (SUATU KASUS DI PN DENPASAR)
HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK AKIBAT ADANYA PERCERAIAN (SUATU KASUS DI PN DENPASAR) Oleh : I Made Wiyasa I Ketut Artadi I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinci