BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengolah hasil-hasil dari lingkungannya tersebut, yang kemudian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengolah hasil-hasil dari lingkungannya tersebut, yang kemudian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak dapat terlepas dari pemanfaatan lingkungannya. Untuk itu manusia selalu berusaha untuk mengelola dan mengolah hasil-hasil dari lingkungannya tersebut, yang kemudian mendorong manusia untuk menciptakan suatu alat dan teknologi yang memudahkannya dalam kegiatan tersebut. Mineral merupakan salah satu sumberdaya yang dapat dimanfaatkan manusia yang berasal dari lingkungannya, mineral juga merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, penyebarannya tidak merata dan memiliki ketergantungan antara sumberdaya yang satu dengan sumberdaya yang lainnya. Salah satu cara pemanfaatan sumberdaya mineral dapat dilakukan dengan menambang. Penambangan mineral memiliki dimensi politik, sosial, ekonomi dan internasional yang membuat keberadaannya menjadi suatu daya tarik tersendiri dan dapat digunakan untuk memacu perkembangan wilayah yang bersangkutan. Menurut Katili (1983), adanya berbagai proyek sumberdaya alam berukuran besar di daerah diharapkan akan memainkan peranan penting dalam stabilitas ekonomi karena kegiatan ini diharapkan akan melahirkan efek ganda (multiplier effect) pada kegiatan ekonomi lainnya. Dengan adanya pertambangan, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya melalui adanya kesempatan kerja dan berbagai usaha yang ditimbulkan dari adanya kegiatan pengelolaan 1

2 sumberdaya tersebut. Kegiatan pertambangan ini dapat menimbulkan berbagai dampak dalam kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik maupun kondisi fisik lingkungan pertambangan tersebut. Pengembangan sumberdaya alam ini tidak hanya menstimulasi pertumbuhan ekonomi daerah, namun dapat juga membawa pengaruh yang besar terhadap cara hidup dan struktur masyarakatnya. Keterkaitan pengelolaan sumberdaya alam dengan manusia sebagai subyek sekaligus obyek pembangunan ini sangatlah erat, karena pengelolaan sumberdaya tersebut membutuhkan tenaga yang terdidik, terlatih dan terampil dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam tersebut untuk pembangunan. Untuk keterpaduan antara pembangunan pertambangan dengan pembangunan daerah dan pembangunan di sektor lainnya, diperlukan suatu perencanaan yang matang dan memperhatikan aspek-aspek ekonomi, investasi dan permodalan, masalah IPTEK, SDM, dan lingkungan. Secara umum perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan keterbatasan dan pembatasan yanga ada guna mencapai suatu tujuan secara efisien dan efektif (Djoko Sujarto, 1985). Berdasarkan UU No 5 Tahun 1974, pemerintah pusat menguasai dan mengontrol hampir semua sumber pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumberdaya alam (SDA) di sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya, selama itu daerah-daerah yang kaya sumberdaya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak (Yafiz, 1999). Juga pinjaman dan bantuan luar negeri, 2

3 penanaman modal asing (PMA), dan tata niaga di dalam negeri diataur sepenuhnya oleh pemerintah pusat sehingga hasil yang diterima daerah lebih rendah daripada potensi ekonominya (Basri, 1994; Sondakh, 1999). Namun setelah diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 dan disempurnakan dengan UU No. 32 Tahun 2004, maka daerah berwenang untuk mengelola sumberdaya alam yang tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan adanya perimbangan keuangan terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh daerah tersebut dengan pusat. Ketentuan ini memberikan suatu pemahaman bahwa daerah memiliki hak sekaligus kewenangan dalam pemanfaatan sumberdaya yang ada secara optimal bagi kepentingan masyarakat. Pada dasarnya Indonesia memiliki sumberdaya yang luar biasa karena dikaruniai sumberdaya alam yang melimpah. Dengan UU No 22 dan 25, potensi yang ada itu seharusnya dapat mendorong pembangunan di daerah, termasuk menciptakan lapangan kerja dan nilai tambah yang tinggi. Daerah yang kuat dapat dikembangkan dengan baik dan berkelanjutan, sedangkan daerah yang lemah atau miskin sumberdaya alam dapat dibantu dan dipacu pertumbuhannya. Ekonomi daerah akan dapat berjalan apabila daerah itu dapat mengoptimalkan kegiatannya untuk mensejahterakan masyarakatnya. Namun harus diakui bahwa dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, terjadi berbagai permasalahan yang menimbulkan konflik antara pusat-daerah, antar daerah, pemerintah vs masyarakat, antar lembaga pemerintah, pemerintah vs dunia usaha, masyarakat vs dunia usaha. 3

4 Permasalahan ini terjadi karena perbedaan persepsi dalam hal Kewenangan, Kepentingan, dan Keinginan. Sektor pertambangan merupakan salah satu faktor penunjang yang vital bagi pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Muara Enim, dengan sumberdaya alamnya yang melimpah dan didukung suasana ekonomi dan pemerintah yang kondusif, maka tidaklah mengherankan apabila sektor pertambangan ini memegang peranan yang sangat besar dalam menyumbang Pendapatan asli Daerah (PAD) Muara Enim. Sektor pertambangan menyumbang 32,05% pada tahun 2002 dan 32,07% pada tahun 2004 dalam Struktur ekonomi Kabupaten Muara Enim, dan menyumbang sekitar 61% dari total PDRB. Sektor energi dan sumberdaya mineral di Indonesia sampai dengan saat ini masih memberikan kontribusi yang tinggi terhadap proses pembangunan nasional. Kontribusi yang diberikan oleh sektor ini tidak hanya dalam bentuk sumbangan devisa terhadap negara, tetapi juga dapat dilihat dari multiplier effect yang telah diciptakan oleh industri-industri migas maupun pertambangan di daerah-daerah. Salah satu multiplier effect yang disumbangkan oleh kegiatan pertambangan dan industri yang bergerak di sektor energi dan sumberdaya mineral yang akan menjadi objek penelitian yaitu PT Bukit Asam adalah melalui program Pembangunan Masyarakat. Program-program Pembangunan Masyarakat yang dilaksanakan oleh industri pertambangan tersebut selain merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR), juga dalam kerangka mempersiapkan life after mining/operation bagi daerah maupun masyarakat sekitarnya. 4

5 Dana yang dianggarkan untuk pelaksanaan Program ini mencapai 1% dari laba bersih perusahaan atau sekitar Rp. 4 Miliar dan disalurkan kepada masyarakat melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTBA, untuk mendorong perkembangan wilayah dengan penambahan fasilitas dan membantu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar Perumusan Masalah Penelitian Dengan adanya kegiatan pertambangan batu bara oleh PTBA dan adanya program Pembangunan Masyarakat yang memiliki keberpihakan pada masyarakat ini, diharapkan tercipta kehidupan masyarakat yang memiliki kesejahteraan dan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik dan mandiri. Namun sampai saat ini belum terlihat adanya perubahan yang signifikan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar daerah tambang pada khususnya dan masyarakat Kabupaten Muara Enim pada umumnya. Pertambangan yang diusahakan PTBA tersebut dirasakan banyak orang menempa masyarakat bermental buruh dan tergantung pada kegiatan tersebut, disamping masih kurangnya struktur dan infrastruktur yang dapat menunjang perekonomian masyarakat dan perkembangan suatu wilayah. Hal ini sungguh ironis karena terlihat kesenjangan antara penduduk asli dengan penduduk yang bekerja pada perusahaan tambang tersebut, begitu pula jika kita amati bagaimana ketersediaan sarana dan pra-sarana yang berada di sekitar permukiman pekerja tambang level atas dengan pekerja level bawah dan masyarakat biasa. 5

6 Berkaitan dengan uraian yang telah dipaparkan tersebut dan dari studi pendahuluan di daerah penelitian, timbul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap program Pembangunan Masyarakat PTBA? 2. Bagaimana dampak program Pembangunan Masyarakat PTBA terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim? Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas memerlukan jawaban yang pencarian dan pengkajiannya merupakan suatu pemandu pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan peneliti di daerah penelitian. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sebuah masukan bagi pemerintah Kabupaten Muara Enim dalam menetapkan kebijakan pembangunan khususnya yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan suatu wilayah. Berdasarkan pada latar belakang penelitian dan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul Dampak Program Pembangunan Masyarakat PTBA Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim. 6

7 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Mengacu pada latar belakang penelitian dan perumusan masalah serta keterbatasan yang ada, maka secara rinci dan operasional tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat terhadap program Pembangunan Masyarakat PTBA 2. Mengetahui dampak program Pembangunan Masyarakat PTBA terhadap kondisi Sosial Ekonomi masyarakat di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan dan manfaat sebagai berikut : 1. Diharapkan dapat memberi pengetahuan mengenai pengaruh kebijakan pemerintah terhadap pengelolaan Sumberdaya tambang di daerah dan sejauh mana kegiatan tersebut mempengaruhi perkembangan wilayah tersebut. 2. Diharapkan dapat menjadi masukan kepada pemerintah Kabupaten Muara Enim dalam pemanfaatan sumberdaya khususnya kegiatan pertambangan dan penggalian untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus sebagai masukan bagi manajemen PTBA (persero)tbk. dalam memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pelayanan dan pendapatan masyarakat di sekitar perusahaan. 7

8 3. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pengembangan penelitian sejenis di kemudian hari. 4. Sebagai salah satu persyaratan akademis dalam menyelesaikan program sarjana S-1 Geografi, pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Tinjauan Pustaka Geografi dan Pembangunan Wilayah Geografi pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari tentang permukaan bumi beserta isinya serta hubungan antara keduanya. Didalam kajiannya geografi membicarakan fenomena alam dan non alam (manusia) yang dikaji dalam lingkup keruangan (Sujali, 1989). Bintarto (1986), mengemukakan geografi mempelajari hubungan kausal gejala muka bumi baik fisik atau makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan. Inilah yang mencerminkan pembahasan pokok penelitian dari sudut pandang geografi yang mempermasalahkan hal-hal yang bersumber pada hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya yang merupakan objek dari penelitian. Cristanto (1992) mengemukakan bahwa perencanaan pengembangan wilayah sebagai suatu kegiatan perencanaan objeknya adalah wilayah, mempunyai sifat integratif dan komprehensif. Integratif karena berkaitan dengan tipe-tipe perencanaan pembangunan pedesaan. Sementara komprehensif karena perencanaannya meliputi aspek sosial, ekonomi, fisik dan teknik dari objek 8

9 perencanaan yaitu wilayah. Sifat komprehensif inilah yang selanjutnya menuntut dikembangkannya suatu kerjasama interdisiplin ilmu yang terkait didalamnya. Pengembangan wilayah perlu dikaitkan dengan pengembangan pembangunan sektoral sehingga potensi wilayah dapat dimanfaatkan untuk perkembangan daerah yang sekaligus pula akan meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan antar daerah. Pengembangan wilayah ini dilakukan melalui pengenalan potensi-potensi wilayah sehingga setiap wilayah berkembang sesuai dengan spesialisasi potensinya (Sumadibyo, 1994). Untuk kepentingan penelitian geografi atas masalah-masalah pembangunan dapat dibedakan menjadi tiga macam : 1. Analisis ekologikal, menganalisis hubungan manusia dan lingkungan. 2. Analisis khorologikal, menganalisis distribusi dan diferensiasi keruangan dalam suatu wilayah. 3. Analisis organisasi keruangan, menganalisis terjadinya pola-pola tertentu di dalam suatu ruang (penekanan pada organisasi gejala-gejala didalam ruang, seperti jaringan transportasi, pusat pelayanan dan hirarki kota) (Hiedrink dan Murtomo, 1988 dalam Rahma Hayati). Penelitian ini akan menggunakan pendekatan khorologikal karena akan menganalisis distribusi keruangan dari adanya kegiatan pertambangan / penggalian dan dampakya terhadap masyarakat sekitar dalam aspek sosial ekonomi dan diferensiasi pada ISEW (Index of Sustainable Economic Welfare) masyarakat. 9

10 Corporate Social Responsibility Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCD), definisi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Dalam melakukan usahanya, perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun juga kewajiban yang bersifat etis. Etika bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Dalam keadaan bersaing ketat memperebutkan pasar demi mengejar keuntungan semaksimal mungkin, tentu mudah terjadi pelanggaran etika, yaitu pelanggaran asas-asas etika umum atau kaidah-kaidah dasar moral, diantaranya : 1. Kewajiban berbuat baik (beneficence) 2. Kewajiban tidak berbuat sesuatu yang menimbulkan kerugian (nonmaleficence) 3. Menghormati otonomi manusia (respect for person) 4. Berlaku adil (justice, fairness). Untuk itulah diperlukan tatakelola perusahaan yang baik, atau yang lebih dikenal dengan Good Corporate Governance (GCG), agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk. 10

11 Terdapat lima prinsip GCG yang dapat dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu : 1. Transparency (Keterbukaan Informasi) Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholder-nya. 2. Accountability (Akuntabilitas) Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban, dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi. 3. Responsibility (Pertanggungjawaban) Bentuk pertanggungjawaban perusahaanadalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya termasuk masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini,diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggungjawab selain kepada shareholder juga kepada stakeholder lainnya. 11

12 4. Independency (Kemandirian) Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara professional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. 5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran) Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil diantara beragam kepentingan dalam perusahaan Pembangunan Masyarakat Salah satu cara memahami pengertian suatu konsep adalah dengan cara mengetahui definisinya. Sehubungan dengan hal tersebut, ternyata Pembangunan Masyarakat (PM) mempunyai definisi yang sangat banyak, bahkan hampir setiap negara mempunyai definisinya masing-masing terhadap PM. Menurut PBB, PM adalah suatu proses yang merupakan usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional. Menurut Christenson dan Robinson (1989), PM adalah suatu proses dimana masyarakat yang tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk melaksanakan suatu tindakan sosial dengan ataupun tanpa intervensi) untuk 12

13 mengubah situasi ekonomi, sosial, kultural dan atau lingkungan mereka. Secara umum Pembangunan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan. Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Program Pembangunan Masyarakat memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat (community based), berbasis sumberdaya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu: sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan. Sasaran pertama yaitu kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama (cooperation), kesemuanya berjalan secara simultan. Dipandang dari terminologi yang digunakan, konsep PM juga sering dikatakan mengandung potensi kontradiksi. Hal ini disebabkan karena dalam konsep community terkandung tiga elemen penting, yaitu lokalitas (local ecology), kehidupan sosial yang terorganisasi dan solidaritas sosial. Di lain pihak, dalam konsep development terkandung unsur perubahan kondisi sosial ekonomi. Unsurunsur yang terkandung dalam kedua konsep tersebut dapat berjalan seiring dan saling mendukung, tetapi dapat juga sebaliknya. Sebagai contoh hubungan yang 13

14 Saling mendukung adalah perubahan kehidupan ekonomi dalam suatu masyarakat dapat mengakibatkan melemahnya solidaritas sosial Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang juga mengkaji mengenai Pembangunan Masyarakat dibeberapa perusahaan dan dampaknya bagi masyarakat. Penelitian ini memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu selain mengkaji dinamika program Pembangunan Masyarakat dalam hubungannya dengan status otonomi daerah, dikaji juga dampaknya dengan menggunakan variabel ISEW. Berikut tabel 1.1. yang merinci beberapa penelitian yang memiliki kesamaan fokus penelitian dalam kajian Pembangunan Masyarakat. 14

15 Judul Tujuan Peneliti & tahun Kajian Program - Mengetahui dan Herman Pembangunan mempelajari efektifitas Mayori Masyarakat PT. Program Pembangunan (2000) Exspan Nusantara di Masyarakat PT. Kabupaten Musi Exspan Nusantara Banyuasin sebagai mitra Pemerintah di Kabupaten Musi banyuasin Evaluasi Dampak Program Pembangunan Masyarakat PT. Koba Tin Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka - Mengetahui Dampak Program Pembangunan Masyarakat PT. Koba Tin - Mendeskripsikan faktoor-faktor yang mempengaruhi dampak Program Pembangunan Masyarakat PT. Koba Tin Suparman Effendi (2003) Metode Deskriptif Kualitatif Deskriptif Kualitatif Hasil Program yang ada belum dapat menunjukkan Program Pembangunan Masyarakat yang sesungguhnya, karena: - Sebagian besar bantuan dana ari perusahaan - Konstruksi fisik sebagian besar dikerjakan oleh kontraktor dari luar - Prosentase bantuan ekonomi sangat kecil - Masyarakat belum mempunyai kontrol langsung terhadap program yang ada - Berdampak Positif, antara lain : Peningkatan pemasaran hasil usaha, kegiatan keagamaan, penghasilan dan intensitas usaha masyarakat - Berdampak Negatif, yaitu tidak semua program bantuan usaha berhasil, faktor yang mempengaruhinya adalah kondisi fisik desa, usia dan tingkat pendidikan masyarakat 15

16 Program Pembangunan Masyarakat (Pembangunan Masyarakat) PT. Adaro-Pama Indonesia di Kabupaten Tabalong Evaluasi Program Pembangunan Masyarakat PT. Kaltim Prima Coal Kabupaten Kutai Timur - Mendeskripsikan alasan perusahaan melakukan Program Pembangunan Masyarakat - Mendeskripsikan dan mengkaji proses penyusunan dan pengesahan/pengangga ran Program-program Pembangunan Masyarakat tersebut - Mengidentifikasi faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perumusan usulan Program Pembangunan Masyarakat - Mengevaluasi efektivitas Program Pembangunan Masyarakat PT. KPC - Mengkaji manfaat Program Pembangunan Masyarakat PT. KPC bagi masyarakat - Mengkaji manfaat Program Pembangunan Syawalludin Noor (2003) Nani Nuraini (2006) Deskriptif Kualitatif Deskriptif Kualitatif Kuantitatif - Pembentukan Program Pembangunan Masyarakat murni dari inisiatif perusahaan - Faktor-faktor yang mempengaruhi perumusan usulan Program Pembangunan Masyarakat : i. Eksternal : Potensi dan kondisi ekologis dan sosial budaya masyarakat, kebutuhan masyarakat, keterkaitan program, nilai program ii. Internal : Dampak yang ditimbulkan oleh operasional kemampuan/ketersediaan dana perusahaan - Tercapainya efektivitas Program Pembangunan Masyarakat PT. KPC karena adanya respon pemerintah, serta adanya konsistensi peran/fungsi masing-masing pihak didalam implementasi program - Manfaat Program dirasakan secara langsung oleh target 16

17 Dampak Program Pembangunan Masyarakat PTBA Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan Masyarakat PT. KPC terhadap lingkup tugas Pemerintah Daerah - Menganalisis dampak Program Pembangunan Masyarakat PTBA terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat - Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat terhadap program Pembangunan Masyarakat PTBA Agusti Abdillah (2008) Deskriptif Kualitatif group, dan secara tidak langsung program tersebut telah berkontribusi terhadap lingkup tugas Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Hasil yang diharapkan : - Dampak Program Pembangunan Masyarakat PTBA terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat - Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Masyarakat PTBA 17

18 1.5. Kerangka Pemikiran Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 yang mewajibkan setiap BUMN untuk melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Keterlibatan PTBA sebagai Persero Terbuka dalam melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dilandasi kepada kepedulian dan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility). Dalam Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor pada Bab III Pasal 8 Ayat 1.a, 2.a dan 3.a dikatakan bahwa besarnya dana untuk program kemitraan yang berasal dari penyisihan laba perusahaan setelah pajak adalah sebesar 1% sampai dengan 3%, sedangkan dana untuk program Bina Lingkungan maksimal sebesar 1%, yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang saham (RUPS). Dengan pengalokasian dana yang cukup besar untuk pelaksanaan Program Pembangunan Masyarakat ini, PTBA akan memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap wilayah dan masyarakat setempat. Dampak tersebut berupa dampak demografi (perpindahan penduduk dan penyerapan tenaga kerja), sosial (kesehatan dan pendidikan) dan ekonomi (perubahan mata pencaharian dan pendapatan). Adapun dampak sosial ekonomi yang dianalisis berdasarkan komponen komponen yang telah ditetapkan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah memberikan arahan pelaksanaan Program Commuinity Development yang 18

19 diharapkan dapat dijadikan masukan dalam pembangunan di daerah penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut ini : Profil Perusahaan PTBA Corporate Social Responsibility PTBA Teknologi Manajemen Pemanfaatan Sumberdaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Dana Pembangunan Kemitraan dengan Prioritas Tenaga Tim Pengawas Masyarakat sebesar Masyarakat Kerja Putra Independen!% Laba/tahun Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat Pemanfaatan Dana Pembangunan Masyarakat Program yang dilaksanakan 19

20 1.6. Batasan Operasional Evaluasi adalah analisis pengaruh dan dampak suatu proyek, kegiatan, program maupun kebijaksanaa, dibandingkan dengan rencana yang telah dirumuskan dan terutama dinyatakan dalam tujuan-tujuannya Corporate Social Responsibility adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas Pembangunan Masyarakat adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan yang dilakukan PTBA (persero) Tbk. Dampak adalah setiap perubahan yang terjadi baik positif maupun negatif dalam lingkungan masyarakat akibat adanya program Pembangunan Masyarakat PTBA (persero) Tbk. terhadap masyarakat sekitar Pertambangan adalah salah satu upaya dalam pemanfaatan sumberdaya alam dengan cara melakukan pencarian dan pembuktian, penggalian, pengolahan dan pemurnian, serta pemasarannya untuk dapat digunakan dalam industri selanjutnya 20

21 Potensi Pertambangan adalah kemampuan yang dimiliki pertambanagn, meliputi jenis, ketersediaan baik kualitas maupun kuantitas, dan distribusi bahan galian Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atas aspek fungsional Pembangunan merupakan suatu proses menuju keadaan yang dianggap lebih baik dari keadaan sekarang dan sebelumnya, yang di dalamnya terdapat kegiatan perencanaan Perencanaan adalah usaha yang secara sadar, terorganisasi dan terus menerus dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu Pengembangan Wilayah merupakan suatu tindakan untuk memanfaatkan sumberdaya dalam suatu wilayah secara optimal sesuai dengan fungsinya untuk kesejahteraan manusia Tingkat kesejahteraan masyarakat adalah penghasilan atau dampak yang diperoleh dari kegiatan pembangunan, baik yang ditunjukkan oleh adanya kepemilikan tabungan, kepuasan terhadap hasil maupun proses pembangunan itu sendiri 21

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu kegiatan yang menjadi bagian dari program corporate social responsibility

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan dikembangkan. Citra pada dasarnya merupakan salah satu harapan yang ingin dicapai perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibat karakter perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan sekarang ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan

Lebih terperinci

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TRANSPARANSI AKUNTABILITAS RESPONSIBILITAS INDEPENDENSI KEWAJARAN & KESETATARAAN Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PT Nusa Raya Cipta Tbk (yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PENDAHULUAN A. Latar Belakang : 1. Perusahaan asuransi bergerak dalam bidang usaha yang menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukkan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilikinya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pembangunan yang meningkat dalam segala bidang menyebabkan banyak sekali perubahan yang terjadi dalam masyarakat baik itu cara hidup, pola pikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara maju, untuk mewujudkan cita-cita tersebut dibutuhkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara maju, untuk mewujudkan cita-cita tersebut dibutuhkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki citacita menjadi negara maju, untuk mewujudkan cita-cita tersebut dibutuhkan suatu kerja sama dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, tuntutan terhadap paradigma Good Governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakan lagi. Istilah Good Governance sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan yang lain. Kehidupan manusia di bumi ini adalah suatu sistem, yang saling berkaitan satu sama lain,

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ( Corporate Social Responsibility ANDRI HELMI M, SE., MM.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ( Corporate Social Responsibility ANDRI HELMI M, SE., MM. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ( Corporate Social Responsibility ANDRI HELMI M, SE., MM. 1 Definisi CSR Definisi CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN Dalam rangka menerapkan asas asas Tata Kelola Perseroan yang Baik ( Good Corporate Governance ), yakni: transparansi ( transparency ), akuntabilitas ( accountability

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) masih menjadi fokus utama dalam pengembangan usaha di Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang

Lebih terperinci

Kasus Terungkapnya Skandal PT. Waskita Karya. pelaksanaan implementasi Good Corporate Governance (GCG) BUMN,

Kasus Terungkapnya Skandal PT. Waskita Karya. pelaksanaan implementasi Good Corporate Governance (GCG) BUMN, Nama : Titin Kartini NPM : 14.06.1.0047 Kelas : Akuntansi C Kasus Terungkapnya Skandal PT. Waskita Karya Kasus : Terungkapnya skandal PT. Waskita Karya, salah satu BUMN Jasa Kontruksi yang diduga melakukan

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pemerintah pusat sehingga dengan demikian pembangunan daerah diupayakan sejalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) akan terjamin

Lebih terperinci

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan Good Governance is Commitment and Integrity Definisi Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan Sistem Proses Struktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disebut CSR sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pajak secara umum terdiri atas dua fungsi, yaitu fungsi budgetair

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pajak secara umum terdiri atas dua fungsi, yaitu fungsi budgetair BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pajak secara umum terdiri atas dua fungsi, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend. Fungsi budgetair berarti bahwa pajak merupakan sumber pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari stakeholder pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang semakin cepat telah membawa perubahan-perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang semakin cepat telah membawa perubahan-perubahan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Derasnya arus globalisasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin cepat telah membawa perubahan-perubahan dan menciptakan paradigma baru di dalam

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Konseptualisasi CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-1 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya mewujudkan kesejahteraan

Lebih terperinci

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN Untuk memberikan gambaran yang jelas pada visi tersebut, berikut ada 2 (dua) kalimat kunci yang perlu dijelaskan, sebagai berikut : Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara atau BUMN berdasar UU No. 19 Th 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan suatu negara, pemerintah membutuhkan dana yang besar. Terlebih dalam proses pembangunan, dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance BAB 5 PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance pada PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), maka dapat disimpulkan, sebagai berikut : 1. Penerapan Good Corporate

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Good Corporate Governance Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate Governance in IndonesialFCGl

Lebih terperinci

Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik

Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik Kami memiliki komitmen untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) sebagai pedoman dalam pengelolaan Perseroan pada setiap aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan ekonomi dunia yang sedang dilanda krisis ekonomi global menyebabkan banyak perusahaan (korporasi) di Indonesia diambang kehancuran. Krisis ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah menghantarkan bangsa Indonesia memasuki suasana kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah perbaikan

Lebih terperinci

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9 Tim GCG Hal : 1 of 9 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 1.1 Definisi Good Corporate Governance 3 1.2 Prinsip Good Corporate Governance 3 1.3 Pengertian dan Definisi 4 1.4 Sasaran dan Tujuan Penerapan GCG 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulai populernya istilah tata kelola perusahaan yang baik atau yang lebih dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang tentunya mempunyai peranan sangat penting terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan lingkungan di Indonesia saat ini sangat penting diperhatikan oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 22 TAHUN : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar

Lebih terperinci

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN 1 BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang semakin pesat. Tantangan yang dihadapi oleh para pelaku bisnis pun semakin beragam, mulai

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial atau yang biasa disebut dengan CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan

Lebih terperinci

Good Governance. Etika Bisnis

Good Governance. Etika Bisnis Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentu sangat perlu akan kehadiran sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentu sangat perlu akan kehadiran sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Entitas perbankan sudah bukan hal yang baru lagi bagi masyarakat di Indonesia, banyak ragam dan jenis layanan yang ditawarkan oleh perbankan. Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan (stakeholders).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi adalah sesuatu hal yang pasti. Perkembangan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) DAFTAR ISI DAFTAR ISI SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) i ii I. PENDAHULUAN 1 II. PEMEGANG SAHAM 3 II.1 HAK PEMEGANG SAHAM 3 II.2 RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) 3 II.3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan muncul sebagai suatu alat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia

I. PENDAHULUAN. Perusahaan muncul sebagai suatu alat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan muncul sebagai suatu alat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang tidak terbatas, perusahaan mendatangkan keuntungan materi bagi siapa pun yang berhasil

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, FINAL DRAFT 15092011 LEMBARAN DAERAH PROVINSI JA R.AN WA BARAT TAHUN 2013 NOMO PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BIDANG MINYAK DAN GAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan

BAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan memiliki badan usaha sendiri yang bergerak dalam berbagai bidang. Badan usaha yang berada langsung dibawah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Profitabilitas

Lebih terperinci

mengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006).

mengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan donimasi mesin sebagai alat produksi. Revolusi ini melahirkan industri dan kapitalisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan daerah (sebagai bagian integral dari pembangunan nasional) pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB III VISI, MISI DAN NILAI BAB III VISI, MISI DAN NILAI VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SIAK Dalam suatu institusi pemerintahan modern, perumusan visi dalam pelaksanaan pembangunan mempunyai arti yang sangat penting mengingat semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan, pencemaran air, urbanisasi, perusakan pencemaran laut dan pantai, dan

BAB I PENDAHULUAN. lahan, pencemaran air, urbanisasi, perusakan pencemaran laut dan pantai, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dampak dari kerusakan lingkungan masih terpusat pada perusakan hutan dan lahan, pencemaran air, urbanisasi, perusakan pencemaran laut dan pantai, dan imbas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 TAHAPAN I (2005-2009) TAHAPAN I (2010-2014) TAHAPAN II (2015-2019) TAHAPAN IV (2020-2024) 1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama setengah abad terakhir ini, dunia bisnis telah menjadi institusi paling berkuasa. Setiap institusi yang paling dominan di masyarakat

Lebih terperinci