4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Letak Geografis Tempat Penelitian Wilayah Kota Salatiga terletak di tengah tengah Kabupaten Semarang. Secara geografis Kota Salatiga memiliki topografi yang bergunung dengan ketinggian sekitar 450 meter di atas permukaan laut. Letak Kota Salatiga cukup strategis karena berada pada jalur transportasi darat utama Jakarta Solo - Surabaya dan terletak di antara dua kota pusat pengembangan yaitu Kota Semarang dan Surakarta. Kota Salatiga dengan pertumbuhan penduduk yang pesat dan penggunaan SDA (Sumber Daya Alam) yaitu air untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang cenderung eksploitatif merupakan tantangan terbesar bagi daerah yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup seperti Kota Salatiga. Jumlah penduduk yang terus meningkat disertai penggunaan SDA berlebihan dapat menjadi tekanan yang besar bagi lingkungan sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun dapat mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta pemanasan global yang semakin meningkat yang mengakibatkan perubahan iklim dan hal ini akan memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup. Banyak persoalan lingkungan yang mulai menjadi topik dunia ketika manusia mulai merasakan dampaknya yang semakin meluas yakni terlihat pada banyaknya bencana yang terjadi di muka bumi ini akibat berbagai aktivitas manusia itu sendiri seperti banjir, tanah longsor, pencemaran air akibat limbah industri dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti ini, lingkungan hidup perlu diatur dan dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Karena dengan kualitas lingkungan yang baik merupakan salah satu modal dasar penting bagi terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal, mencukupi kebutuhan 13

2 generasi saat ini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan generasi yang akan datang. Secara administratif Kota Salatiga terbagi menjadi 4 kecamatan dan 22 kelurahan. Luas wilayah Kota Salatiga tercatat sebesar 5.678,110 hektar atau km². Luas yang ada, terdiri dari 798,932 hektar (14,07 persen) lahan sawah; 4.680,195 hektar atau (82,42 persen) merupakan lahan kering dan 198,983 hektar (3,50 persen) adalah lahan lainnya. Di bawah ini merupakan Tabel Luas Sawah Menurut Jenis Irigasi per Kelurahan Tahun 2012 (ha) di Salatiga (Kauman Kidul, Pulutan dan Kutowinangun) disesuaikan dengan tempat yang diteliti: Tabel 4.1. Luas Sawah Menurut Jenis Irigasi per Kelurahan Tahun 2012 (ha) No Wilayah Irigasi Teknis Kecamatan Sidorejo Setengah Teknis Sederhana Tadah Hujan Jumlah 1 KaumanKidul 42,21 4,90 2,79 0,00 49,89 2 Pulutan 0,00 27,00 43,71 62,44 133,15 Kecamatan Tingkir 3 Kutowinangun 45,63 0,00 0,00 0,00 45,63 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga Data Sekunder, Gambaran Sungai Penerima Pencemaran Limbah Yang Digunakan Sebagai Irigasi Lahan Sawah Yang Diteliti A. Sungai Ngaglik Sungai Ngaglik atau sering disebut Sungai Sebanteng yaitu sungai yang melintasi Kelurahan Ledok, Sidorejo Kidul dan Kutowinangun. Sungai ini melintasi dua industri tekstil yang besar di Kota Salatiga, yaitu PT. Timatex (Tiga Manunggal Tekstil) dan PT. Damatex (Daya Manunggal Tekstil). Oleh kedua pabrik tersebut, Sungai Ngaglik dijadikan badan air penerima pembuangan limbah cair dari kegiatan usahanya. Walaupun hasil analisa air limbahnya dilaporkan setiap bulan masih di bawah baku mutu, namun limbah cair dari kedua pabrik ini mempunyai indikasi kuat sebagai kontributor pencemaran yang menyebabkan dampak penurunan produktivitas padi sawah yang teraliri air dari sungai ini. 14

3 Sungai Ngaglik juga digunakan oleh masyarakat sebagai badan air penerima untuk pembuangan limbah domestik dari kegiatan rumah tangga, perbengkelan, pencucian mobil, dan aktifitas restoran/rumah makan. Untuk dapat membayangkan bagaimana situasi sungai dapat dilihat dari gambar di bawah ini: Gambar 4.1. Sungai Ngaglik Keterangan: Sungai Ngaglik pada waktu intensitas pencemaran berkurang (awal musim penghujan) Sumber: Data Primer, 2013 B. Sungai Banyuputih Sungai Banyuputih atau sering juga disebut Sungai Kedung Ringis, adalah sungai yang melintasi daerah Mangunsari, Banyuputih dan Pulutan, yang kemudian mengalir menuju Rawa Pening. Sepanjang aliran sungai ini terdapat 16 (enam belas) industri tahu skala rumah tangga, dimana hampir semua limbah dari kegiatan produksinya dibuang ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Akibatnya ekosistem sungai, tanah di sekitar aliran, vegetasi dan lingkungan sekitarnya menjadi terganggu, yang pada akhirnya sungai penerima tidak mampu menguraikan limbah tahu secara sempurna sehingga semakin lama akan terjadi degradasi di sepanjang sungai. Limbah pabrik tahu sebenarnya memiliki kandungan organik dengan tingkat protein yang cukup tinggi dan tidak berbahaya bagi tanaman padi sawah. Namun jika konsentrasinya terlalu tinggi dan melebihi batas baku mutu akan menjadi tidak baik bagi produktivitas padi. 15

4 Sebenarnya jika ada pengolahan limbah tahu, maka para petani akan merasa dibantu dengan mendapatkan pupuk dari limbah olahan tersebut. Sungai Banyuputih juga digunakan sebagai tempat pembuangan limbah dari kegiatan peternakan dan pemotongan ayam, muara pembuangan limbah cair dari industri creamer PT. Kievit Indonesia serta pembuangan limbah cair dari Rumah Sakit Umum Kota Salatiga. Dipihak lain masih banyak ditemukan masyarakat yang langsung membuang sampahnya ke aliran Sungai Banyuputih. Di bawah ini adalah gambar Sungai Banyuputih: Gambar 4.2. Sungai Banyuputih Keterangan: Sungai Banyuputih pada waktu intensitas pencemaran berkurang (awal musim penghujan) Sumber: Data Primer, Baku Mutu Kualitas Air Irigasi Dari pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan secara berkala selama satu tahun pada Sungai Ngaglik dan Banyuputih, dapat dipastikan bahwa dalam beberapa aspek kualitas sungai tahun 2013 lebih baik daripada tahun 2012 (KLH, 2013) seperti dalam hal berkurangnya sampah pada kedua sungai dan meningkatnya kualitas air sungai terutama Sungai Banyuputih. Untuk lebih jelasnya kondisi kualitas air sungai yang dipakai irigasi dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya: 16

5 Tabel 4.2. Nilai Rata-rata Hasil Analisa Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2012/2013 Lokasi Sampling No Parameter Satuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Data Sungai Nama Lokasi Koordinat Sungai Banyuputih 1 S 07 19'15.9" / E '12.7" Sungai Banyuputih 2 S 07 19'06.7" / E '10.9" Waktu Pemantauan Jan-Nov Jan-Nov Jan-Nov Jan-Nov Jan-Nov Jan-Nov FISIKA 1 Temperatur C 25,45 25,66 25,87 27,08 25,76 27,19 27,9 25,12 30,44 17,7 26,55 25,61 KIMIA ANORGANIK 2 ph mg/l 7,53 7,32 7,04 7,13 7,68 7,51 8,54 8,14 9,13 8,52 8,28 7,29 3 TSS mg/l 27,6 17,00 55,58 23,00 36,63 36,82 27,44 26,55 19,39 32,36 51,27 23,00 4 BOD mg/l 8,20 7,49 14,20 11,94 10,33 18,18 9,42 10,41 50,15 15,06 9,7 12,03 5 COD mg/l 62,01 20,80 197,27 33,98 81,30 28,70 126,01 70,52 446,18 214,64 312,67 68,86 6 NH3 mg/l 1,19 0,41 1,98 0,48 1,27 0,18 1,68 0,31 5,05 0,44 2,39 0,47 Sumber: Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Salatiga, 2012/2013 Keterangan: dihubungkan dengan kelas klasifikasi dan kriteria mutu, Salatiga masuk dalam kelas IV. Pada lokasi sampling di Sungai Ngaglik terlihat rata-rata di atas baku mutu sungai. Sungai Ngaglik 2 pada Tahun 2012 dan 2013 parameter yang tinggi di atas baku mutu adalah COD (chemical oxygen demand) ini membuktikan bahwa masuknya limbah cair dari industri tekstil memberi pengaruh terhadap peningkatan pencemaran air Sungai. 17 Sungai Banyuputih 3 S 07 19'03.9" / E '11.4" 4.2 Gambaran Umum Partisipan dan Key Informant Partisipan 6 (9) Sungai Ngaglik 1 Sungai Ngaglik 2 Sungai Ngaglik 3 S 07 20'51.5" / E '43.2" S 07 20'48.1" / E '44.4" S 07 20'49.2" / E '47.7" Dalam penelitian ini terdapat 3 orang sebagai partisipan yang merupakan ketua gapoktan dari masing-masing tempat penelitian. Partisipan tersebut ditetapkan sesuai dengan kriteria umum yaitu mereka adalah petani yang menggarap sendiri sawahnya dan sudah menekuni usaha tani padi sawah dengan pengalaman lebih dari 15 tahun, dan yang paling penting di sawah mereka irigasinya memakai air sungai yang tercemar limbah pabrik dan rumah tangga. Selain itu ada kriteria khusus yaitu partisipan mampu menjawab setiap pertanyaan dalam kuisioner yang diberikan secara menyakinkan dan berwawasan luas. Berdasarkan kriteria tersebut, maka ditetapkan bahwa petani yang akan menjadi partisipan adalah Bapak As adi Komjajin dari Gapoktan Sumber Makmur Pulutan, Bapak Muh Fadlil dari Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun, Bapak Agus Thohirin dari Gapoktan Ngudi Raharjo Kauman Kidul. Untuk lebih mengetahui gambaran partisipan di dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel di halaman selanjutnya:

6 Tabel 4.3. Gambaran Umum Partisipan No. Nama Pendidikan Umur (tahun) Luas lahan Gapoktan (ha) Lama menjadi petani (tahun) Pekerjaan 1. As adi Komjajin SPMA Petani Padi Sawah 2. Muh Fadlil SLTA Petani Padi Sawah 3. Agus Thohirin SLTA Petani Padi Sawah Sumber: Data Primer, 2013 Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui pendidikan yang dimiliki ketiga petani yang ditunjuk sebagai partisipan adalah tingkat SLTA, usia petani partisipan pada sampel yang didapat berkisar antara tahun, dengan luas lahan gapoktan yang dikuasai berkisar antara 46 ha - 75 ha dari keseluruhan partisipan, telah memiliki pengalaman menjadi petani berkisar antara tahun dan ketiga petani mengabdikan pekerjaannya memang sebagai petani, kalaupun ada pekerjaan lain itu hanyalah pekerjaan sampingan karena yang utama adalah menjadi petani Key Informant Untuk pengambilan data, selain dari ketiga partisipan yang dipilih juga diambil dari data key informant yang bertujuan untuk melengkapi hasil wawancara dari ketiga partisipan tersebut. Data umum mengenai key informant dapat dilihat di bawah ini: Tabel 4.4. Gambaran Umum Key Informant Nama Keterangan Instansi Mujanari Kepala Penyuluh Pertanian Dinas Hadi Purnomo Sumber: Data Primer, 2013 Kepala Bagian Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Pertanian (Salatiga) Kantor Lingkungan Hidup (Salatiga) Key informant dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti agar lebih terarah pada tujuan penelitian, yang menjadi key informant merupakan Kepala Penyuluh Dinas Pertanian Kota Salatiga untuk melihat dari sisi produktivitas padi dan Kepala Bagian Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan untuk melihat dari sisi kualitas air, dimana kedua orang tersebut dianggap cocok 18

7 dan mampu dengan pengetahuan yang dimiliki untuk dipilih sebagai informasi kunci. 4.3 Persepsi Petani Mengenai Pengaruh Kualitas Air Terhadap Produktivitas Padi Sawah Gapoktan Sumber Makmur di Kelurahan Pulutan - Kecamatan Sidorejo Sawah Gapoktan Sumber Makmur di Kelurahan Pulutan mendapat air irigasi dari Sungai Banyuputih melalui pintu Bendung Siandran, yang setiap musim kemarau harus mengalami pembagian dengan sistem penjadwalan aliran air. Luas wilayah persawahan yang dikuasai Gapoktan Sumber Makmur sebelum ada jalan JLS (Jalan Lingkar Salatiga) adalah 82,3 hektar, setelah ada jalan JLS berkurang menjadi 75 hektar. Hasil panen padi dapat digambarkan dalam ungkapan Pak As adi Komjajin sebagai berikut: Hasil panen padi di tempat ini pada waktu panen, total bobot gabah panen basah 10 ton/ha. Padi yang ditanam adalah Memberamo, dengan dua kali musim panen pada bulan Maret dan Oktober. Sistem tanam rata-rata di sawah ini memakai sistem Jajar Legowo, padi terlihat bagus dan panenan berisi, rapi dengan masa tanam yang serempak dan karena sistem ini tanaman padi menjadi jarang terkena hama tikus. Menanggapi hal di atas, Pak Mujanari sebagai Kepala Penyuluh Pertanian menanggapi seperti di bawah ini: Pada tahun ini (2013), Gapoktan Sumber Makmur di Pulutan diambil dari contoh ubinan 2,5mx2,5m dengan total bobot 6,5 kg. Hal ini dapat dibuktikan data yang dikonversi dari sampel ubinan Dinas Pertanian (2013) 2,5mx2,5m dengan total bobot 6,8 kg, sehingga hasil panen per luas lahan bisa mencapai 10 ton/ha dari rata-rata panen per tahun 2013 (BPS, 2013). Ini merupakan kenaikan dari tahun sebelumnya 8 ton/ha. Kasus pencemaran yang berada di sini adalah kasus pencemaran limbah pabrik tahu. Berkenaan dengan hal ini, Kantor Lingkungan Hidup dalam rapat lingkungan hidup yang selalu kerjasama dengan dinas-dinas terkait, dalam menangani perusahaan-perusahaan yang mengadakan pengolahan limbah industri dari usaha rumah tangga menengah/kecil dan perusahaan besar, sudah memperingatkan namun kasus ini masih juga terjadi. Terlebih dengan melihat pernyataan pak As adi Komjajin sebagai berikut: 19

8 Petani menginginkan supaya pihak pabrik dapat membuat fermentasi limbahnya, sehingga limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk padi mereka. Limbah tahu memiliki kandungan zat-zat yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman padi yaitu kaya akan unsur N; namun bila berlebihan maka tanaman padi akan menjadi cepat kuning, mati dan jika bisa sampai siap panen maka bijinya kopong atau orang di sana menyebutnya ngropok. Menanggapi pernyataan Pak As adi, dari Kantor Lingkungan Hidup Pak Hadi Purnomo mengungkapkan bahwa: Penerapan sistem olah limbah sudah dianjurkan kepada seluruh pemilik industri tahu, bahkan pemilik dianjurkan untuk dapat bekerjasama dengan masyarakat sekitar maupun petani sekitar sawah, dalam hal ini untuk mencapai tujuan sama-sama untung. Pemilik industri diuntungkan dari industrinya dan petani diuntungkan olahan limbah tahu yang difermentasikan dapat dipakai untuk tambahan nutrisi bagi tanaman padi mereka. Karena di dalamnya terkandung kandungan unsur N yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya padi. Saluran sungai yang terkena dampak limbah tidak perlu lagi menambahi pupuk mengandung unsur N lagi, tetapi kalau lahan tanam jauh dari sungai maka harus memberi pupuk mengandung unsur N sesuai aturannya, karena unsur N berfungsi mempercepat pertumbuhan tanaman padi. Pak As adi mengungkapkan sebagai berikut: bawah ini: Jika padi terlalu cepat pertumbuhannya, hal ini justru mengakibatkan tanaman padi akan cepat layu lalu mati dan bila tiba wktunya panen, bijinya kopong atau ngropok. Jika unsur N yang dibawa limbah pabrik tahu itu tidak berlebihan maka tanaman padi menjadi gemukgemuk, bagus, berisi dan subur, tinggal oleh petani dengan diimbangi pupuk unsur P dan K saja. Ungkapan Pak As adi dibenarkan Pak Mujanari seperti yang dikatakan di Limbah tahu sangat baik untuk budidaya padi karena banyak mengandung unsur N yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan padi, maka dari itu untuk mencapai pemanfaatan limbah tersebut dibutuhkan pengelolaan sumber air irigasi yang baik sehingga limbah industri tahu tidak mengalir berlebihan atau malahan mengganggu areal sawah. Pak As adi memberikan usulan bahwa di daerah Pancuran belakang pasar kota seharusnya lebih diperhatikan Pemerintah Kota Salatiga, karena di aliran sungai ini banyak warga dan penghuni pasar sembarangan membuang sampahsampahnya apalagi gelontoran kotoran manusia dialirkan ke sungai. Untuk mengatasi hal tersebut menggunakan cara menutup aliran sungai dengan dilakukan pengecoran untuk membuat jalan di atasnya dan di setiap titik terpilih disediakan bak tempat sampah yang setiap harinya ada petugas pengambil sampah-sampah tersebut. Selama ini para petani hanya memberikan saran-saran atau usulan-usulan ke Dinas Pertanian dan Kantor Lingkungan Hidup, namun 20

9 keterlibatan dalam menangani hal pencemaran limbah, para petani tidak pernah diajak duduk bersama dalam memberikan solusi dan merealisasikan tindakan bersama. Pada bulan Oktober tahun 2013 di area persawahan ini mendapatkan pengucuran dana bantuan dari Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Tengah dalam rangka pembuatan talut irigasi. Bantuan tersebut telah merealisasikan, satu talut sekunder panjang 161 meter dan tersier 285 meter (Data Primer, 2014). Pemberian bantuan ini dengan metode swakelola yaitu dana dari dinas dan pekerja diambil dari petani-petani sekitar tempat sendiri. Dengan adanya pembangunan ini, saat ini air menjadi lebih dapat diatur dan dikelola dengan semestinya. Dari hasil pengamatan dan analisa data di Gapoktan Sumber Makmur ini, kualitas air yang tercemar limbah industri tahu ternyata memiliki pengaruh yang baik terhadap produktivitas padi, dan akan lebih baik lagi jika limbah industri tahu dapat dikelola oleh pemilik industri dengan cara fermentasi sederhana, sehingga pada waktu pencemaran limbah menjadi berlebihan maka tidak akan mengganggu pertumbuhan padi yang akan mengakibatkan produktivitas padi menjadi tidak sesuai harapan Gapoktan Ngudi Raharjo di Kelurahan Kauman Kidul - Kecamatan Sidorejo Sawah Gapoktan Ngudi Raharjo Kauman Kidul bagian Utara, mengambil air yang digunakan untuk irigasinya dari sungai terusan irigasi Sawah Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun dan bagian Selatan mengambil air yang digunakan untuk irigasinya dari Sungai Ngaglik. Luas area lahan sawah gapoktan ini 67 hektar. Pak Agus Thohirin sebagai Ketua Gapoktan Ngudi Raharjo, pada tahun 2011/2012 tepatnya di awal musim penghujan, melihat langsung peristiwa pencemaran limbah pabrik, limbah tersebut berwarna hitam pekat dan mengendap di dasar air seperti aspal. Setelah ditelusuri limbah ini merupakan limbah dari pabrik tekstil ternama di Kota Salatiga. Setelah melihat keadaan tersebut, Pak Agus Thohirin melaporkan keadaan tersebut ke Kantor Lingkungan Hidup Kota Salatiga supaya hal tersebut dapat segera ditangani. Dari laporan tersebut, pabrik 21

10 dipantau dan diingatkan, hasilnya intensitas pencemaran menjadi berkurang walaupun pada setiap awal musim hujan masih juga ada kebocoran limbah, namun tidak mengganggu tanaman padi di sana. Hal ini membuat Pak Agus Thohirin berkata bahwa: Kualitas air irigasi yang baik bagi hasil panen padi adalah yang banyak mengalirkan unsur-unsur hara dan di dalam airnya terdapat banyak ikan-ikan yang hidup dan yang pasti jika digunakan untuk pengairan padi membuat tanaman padi akan memiliki nilai hasil panen yang baik karena memiliki kualitas air yang baik pula. Dalam hal ini Pak Hadi Purnomo menanggapi dari aspek lingkungan hidup: Kualitas air yang baik sesuai dengan standar baku mutu sungai dan dalam hal ini sama dengan atau di bawah baku mutu air, selebihnya air sudah tercemar dan tidak baik untuk dikonsumsi manusia apalagi dipakai untuk irigasi persawahan, karena akan mengurangi nilai gizi dan akan mengandung banyak logam berat. Pada bulan Oktober tahun 2013 di gapoktan ini mendapatkan pengucuran dana bantuan dari Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Tengah untuk pembangunan talut irigasi. Bantuan tersebut digunakan untuk pembangunan satu talut sekunder panjang 266 meter realisasi 280 meter dengan tambahan dana tambahan dan yang tersier 126 meter terealisasi 137 meter dengan adanya tambahan dana bantuan pula (Data Primer, 2014). Dalam pembangunan talut tersebut menggunakan metode swakelola. Hasil panen padi dapat digambarkan dengan melihat penyataan pak Agus Thohirin sebagai berikut: Hasil panen padi di tempat ini, pada waktu panen bobot gabah basah bisa mencapai 8 ton/ha, dengan padi yang ditanam adalah Mekongga, dua kali musim panen pada bulan April dan Oktober. Menanggapi yang di atas, Pak Mujanari memberikan suatu data untuk lebih meyakinkan seperti di bawah ini: Untuk di gapoktan yang diketuai Pak Thohirin diambil sampel padinya dengan luasan ubinan 2,5mx2,5m mendapatkan hasil 6,5 kg. Untuk meyakinkannya dengan mengkonversi dari sampel ubinan 2,5mx2,5m yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dengan total bobot 6,5 kg, sehingga di dapat informasi per hektar bisa mencapai 9 ton/ha dari rata-rata 2 kali panen per tahun 2013 berbeda dari bobot yang diinformasikan oleh petani. Namun hal ini merupakan kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu 8 ton/ha (BPS, 2013) Sistem tanam yang diterapkan di Sawah Gapoktan Ngudi Raharjo paling rata-rata menggunakan sistem Jajar Legowo; padi terlihat bagus, rapi dan masa tanam yang sama menjadi serempak pertumbuhannya, karena perawatannya yang 22

11 efektif. Menggunakan sistem jajar legowo ini, tanaman padi jarang terkena hama tikus dan panenan berisi. Pak Agus Thohirin menambahkan ungkapan: Dengan menerapkan sistem Jajar Legowo ini hama tikus akan semakin malu dilihat di berbagai sisi, apalagi bila ada tempat yang terlihat lego. Setuju dengan pernyataan Pak Thohirin, dalam hal ini Pak Mujanari menambahkan pendapatnya berkaitan tentang sistem tanam Jajar Legowo dari sisi hama dan penyakit, seperti diungkapkan di bawah ini: Dengan sistem tanam Jajar Legowo sangat membantu dalam penanganan hama dan penyakit apalagi dari dulu serangan hama tikus belum juga dapat diberantas hanya bisa dikurangi, sangat efektif digunakan tanpa pemberian obat tikus maupun digropyok. Dari hasil pengamatan dan analisa data di Gapoktan Ngudi Raharjo ini, bahwa kualitas air irigasi yang terkena dampak pencemaran limbah industri tekstil terhadap produktivitas padi bahwa kualitas air yang digunakan di lahan sawah ini memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan terhadap produktivitas padi, bahkan apabila dibiarkan terus dapat menyebabkan kegagalan panen. Harapan dari Pak Thohirin, petani dapat dilibatkan secara langsung dalam forum lingkungan (lebih formalnya di instansi pemerintahan) yang berkaitan dengan penanganan pencemaran dan peningkatan produktivitas padi, dalam hal ini di Kota Salatiga yang dilingkupi oleh banyak sekali industri Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun di Kelurahan Kutowinangun - Kecamatan Tingkir Sawah Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun menggunakan air untuk irigasinya melalui cabang sungai di Pancuran yang diambil dari air sumber Benoyo yang pemisahannya ke Selatan menuju Banyuputih arah Sawah Gapoktan Sumber Makmur Kelurahan Pulutan dan ke Utara ke arah Sawah Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun yang alirannya dapat tambahan air dari Kalisumba dan Kalitaman. Luas lahan yang dikuasai gapoktan ini sebelumnya 46 hektar, karena adanya pembangungan jalan tol maka berkurang menjadi 41 hektar. Kasus pencemaran yang berada di sini adalah pencemaran limbah pasar dan rumah tangga. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Muh Fadlil sebagi berikut: Sungai ini sangat fenomenal karena dikenal sebagai sungai tadah sampah dan panen sampah terbesar dan sungai sampah terpanjang di Kota Salatiga. 23

12 Hal di atas sebenarnya sudah beberapa kali diusulkan beberapa cara penanggulangan limbah ini antara lain menutup sungai di daerah pemukiman dan mengubahnya menjadi jalan, bertujuan untuk mengurangi intensitas sampah yang dibuang ke sungai. Memang membutuhkan dana untuk pembangunan ini, namun usulan hanya sekedar menjadi usulan yang tidak sampai ke dalam forum bersama dan mencapai realisasi solusi. kembali sungai hanya dibersihkan dalam program instansi terkait sekali dalam setahun, namun budaya membuang sampah sembarangan di sungai terus terjadi. Menanggapi apa yang diungkapkan Pak Fadlil, dari pihak Kantor Lingkungan hidup dalam hal ini Pak Hadi Purnomo mengungkapkan sebagai berikut: Pastinya begitu, aliran air ke sawah Kutowinangun telah dijadikan tempat sampah, orangorang di pasar dan pemukiman di sekitar sungai telah membuang sampah dengan sembarangan dan membuang gelontoran, karena hal tersebut maka air terlihat kotor dan terasa bau yang tidak sedap, ini menjadi pencamaran bagi lingkungan. Sebelum adanya pembangunan talut yang bantuan dananya merupakan pemberian dari Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Tengah, para petani di Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun sering panen sampah, namun setelah ada pembangunan talut irigasi sejauh 289 meter (Data primer, 2014), sampah mulai berkurang dan sudah langsung mengalir menjauh dari persawahan gapoktan ini, tetapi menjadi masalah baru bagi persawahan di Gapoktan Ngudi Raharjo Kelurahan Kauman Kidul, karena yang mulanya sampah bisa terkurang di sawah Kutowinangun menjadi mengalir ke talut irigasi yang mengairi Sawah Kauman Kidul bagian Utara. Secara fisik petani di tempat ini sudah mengetahui kualitas air yang dapat berpengaruh yang baik terhadap hasil panen padi. Dalam ini Pak Fadlil mengungkapkan: Bahwa air irigasi yang berkualitas baik itu, diketahui poros mata airnya dengan kondisi air yang jernih dan tidak mengandung limbah. Peristiwa pencemaran di persawahan ini yang sangat menggangu adalah kasus pencemaran pada tahun 1998 saat musim tanam padi tiba, yaitu pencemaran dari limbah pabrik sosis yang setiap hari memotong ayam dengan membuang bulu dan kotoran lainnya. Untuk menghentikannya, para petani membuat kesepakatan dengan pihak pabrik agar pencemaran tersebut segera ditangani oleh pabrik itu sendiri. Menanggapi pernyataan di atas Pak Hadi berkata seperti di bawah ini: Air irigasi yang berkualitas baik bagi tanaman padi itu yang masih masuk ke dalam kriteria standar baku mutu yang sesuai dengan kriteria pengkelasan sebagai mana diungkapkan dalam PP 82/2001 tentang Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 24

13 Usulan dari Pak Muh Fadlil sebagai Ketua gapoktan hampir sama dengan usulan dari Pak As adi yaitu di daerah Pancuran belakang Pasar Raya Kota Salatiga harusnya lebih diperhatikan Pemerintah Kota Salatiga. Menurut Pak Fadlil yang biasa dengan julukannya sebagai Pak Enjoy, setidaknya selain sebagai pusat sampah, aliran sungai menuju Sawah Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun secara tidak langsung mendapatkan gelontoran kotoran manusia sebagai tambahan kesuburan lahan persawahan dan hal ini dapat dimanfaatkan sebagai asupan pupuk tambahan bagi tanaman padi mereka. Hasil panen padi di tempat ini dapat digambarkan dari ungkapan Pak Enjoy sebagai berikut: Hasil panen padi di tempat ini pada waktu panen bobot gabah panen basah bisa mencapai 10 ton/ha, dengan padi yang ditanam adalah Batang Limbang, dua kali musim tanam pada bulan Juni dan Desember. Ungkapan Pak Fadlil atau Pak Enjoy, ditanggapi dengan data yang telah diambil oleh Dinas pertanian untuk BPS Pertanian seperti dikatakan di bawah ini oleh Pak Mujanari: Dari sawah Gapoktan Pak Fadlil diambil sampel ubinan 2,5mx2,5m dan bobot padi yang dihasilkan mencapai 8 kg, ini dipakai untuk data BPS Pertanian Untuk meyakinkannya hasil tersebut dapat mengkonversi sampel ubinan 2,5mx2,5m yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, dengan bobot 8 kg, hasilnya per hektar memang mencapai 10 ton/ha dari rata-rata 2 kali panen per tahun 2013 (BPS, 2013). Ini merupakan kenaikan dari tahun sebelumnya 9 ton/ha, kenaikan hasil panen terjadi pada waktu musim kemarau datang, karena sinar matahari yang cukup dan air yang terjamin. Sistem tanam yang diterapkan di Sawah Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun paling banyak menggunakan Jajar Legowo dan ada yang menggunakan teknik jarak tanam 30cmx40cm. Perlakuan tanam dan perawatan tanaman padi di Sawah Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun cenderung tidak memandang itu teknik organik atau bukan yang terpenting hasilnya bagus dan hasil panennya semakin naik, entah penanganan hama dan penyakitnya menggunakan bahan kimia menjadikan itu bukan suatu masalah, yang terpenting masalah di sawah cepat teratasi sehingga petani bisa melakukan aktifitas lain di luar menanam padi. Berkaitan dengan standar kualitas air Pak Enjoy mengatakan bahwa: 25

14 Baku mutu air sungai merupakan standar untuk memantau kualitas air irigasi akibat dari pencemaran limbah, apakah mengganggu ataukah masih aman bagi irigasi. Jika limbah dapat dikelola dengan baik maka bisa dimanfaatkan sebagai penyokong sumber daya air dalam meningkatkan hasil panen padi di gapoktan ini. Menanggapi hal di atas, Pak Hadi mengungkapkan tanggapannya sebagai berikut: Bagi Kantor Lingkungan Hidup, baku mutu air sungai irigasi merupakan standar untuk melakukan pemilahan kelas air, yang mana pemilahan kelas tersebut dapat diopakai sebagaimana mestinya agar dalam pemilahan tersebut tidak ada penggunaan air secara tumpang tindih. Untuk kelas air yang dipakai untuk irigasi sawah dapat dipakai di semua kelas dari kelas 1-4, namun jangan sampai memakai kelas yang kualitas airnya melebihi batas standar baku mutu air, karena hal tersebut dapat mengganggu lingkungan dan tidak dapat dikonsumsi apapun karena bisa dikatakan sudah tercemar. Dari hasil pengamatan dan analisa data tentang pengaruh kualitas air irigasi yang terkena dampak pencemaran limbah pemukiman terhadap produktivitas padi di Gapoktan Ngudi Makmur ini, bahwa khusus untuk limbah rumah tangga yang bersifat organik, hal ini akan membantu menyuburkan lahan padi sawah dan hal ini dapat mempunyai pengaruh yang baik terhadap produktivitas padi. Sedangkan untuk limbah rumah tangga yang bersifat anorganik, pada kenyataannya memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan terhadap produktivitas padi, sehingga harus selalu dibersihkan dari lahan padi sawah. 26

PERSEPSI PETANI MENGENAI PENGARUH KUALITAS AIR IRIGASI TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI

PERSEPSI PETANI MENGENAI PENGARUH KUALITAS AIR IRIGASI TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI PERSEPSI PETANI MENGENAI PENGARUH KUALITAS AIR IRIGASI TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI (Kasus Pencemaran Irigasi: Sawah Gapoktan Pulutan Kauman Kidul Kutowinangun) FARMERS PERCEPTIONS ABOUT THE EFFECT OF IRRIGATION

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai merupakan sumber air yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia. Sungai juga menjadi jalan air alami untuk dapat mengalir dari mata air melewati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar, jika pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi kegiatan industri sangat potensial untuk menimbulkan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air merupakan unsur utama. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan luas lahan garapan. Pofil tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan luas lahan garapan. Pofil tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Profil petani responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas petani usahatani padi daerah hulu dan hilir di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Secara alamiah, hubungan timbal balik tersebut terdapat antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang peranan penting dalam menurunkan kejadian banyak penyakit yang ditularkan melalui air atau terkait dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan air permukaan dalam hal ini air sungai untuk irigasi merupakan salah satu diantara berbagai alternatif pemanfaatan air. Dengan penggunaan dan kualitas air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando, I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini beras masih merupakan pangan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando, 2007) kebutuhan beras dari tahun-ketahun

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purbalingga adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berada di dekat lereng Gunung Slamet. Jumlah penduduk Purbalingga pada tahun 2013 mencapai 884.683

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budidaya, masyarakat sekitar danau sering melakukan budidaya perikanan jala

BAB I PENDAHULUAN. budidaya, masyarakat sekitar danau sering melakukan budidaya perikanan jala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di permukaan bumi. Secara umum, danau merupakan perairan umum daratan yang memiliki fungsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.2 1. Tempat pelestarian hewan langka orang hutan di Tanjung Puting bertujuan agar Tidak merusak pertanian dan mampu berkembangbiak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENYULUHAN PROGRAM 5T CARA CERDAS PETANI MENGGUNAKAN PESTISIDA GUNA MEMINIMALISASI PENCEMARAN LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN: PKM-M Diusulkan oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air sangat penting bagi kehidupan manusia, hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan kehidupan manusia. Air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Air yang baik adalah air yang memenuhi kriteria standar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapannya sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pembuatan tahu dalam setiap tahapan prosesnya menggunakan air dengan jumlah yang relatif banyak. Artinya proses akhir dari pembuatan tahu selain memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju pembangunan ini menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dielakkan (inevitable) terhadap kualitas

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA NAMA : KELAS : SOAL PENCEMARAN AIR NO : Pilihlah salah satu jawaban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menikmati dan melestarikan hasil pembangunan. disebabkan oleh beberapa kendala yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. menikmati dan melestarikan hasil pembangunan. disebabkan oleh beberapa kendala yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan pertanian di era reformasi menempatkan petani sebagai subjek dalam rangka mencapai tujuan nasional. Tujuan pembangunan pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang ada di kota-kota telah menimbulkan kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap pencemaran, kesehatan dan lingkungan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak krisis pangan. Tanaman pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. NAMA : KELAS : NO : SOAL PENCEMARAN AIR Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. 1. Perhatika pernyataan di bawah ini : i. Perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan produk pertanian strategis yang ketersediaannya di Indonesia berlimpah sepanjang tahun. Konsumsi sayuran masyarakat Indonesia sendiri selalu meningkat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh: ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KRAKAT DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN INDIKATOR NILAI COLIFORM FECAL SETELAH DIBERI PERLAKUAN TANAMAN ENCENG GONDOK (Eichhornia crassipes Mart.Solms) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air atau sungai dapat menjadi sumber malapetaka apabila tidak di jaga, baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat sebagaimana yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar dari makhluk hidup. Air mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satunya yaitu berhubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai sumber protein nabati untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi dalam

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci