Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota Depok yang bermula dari sebuah kecamatan yang berada dalam lingkungan wilayah Parung, Kabupaten Bogor yang kemudian banyak dibangun perumahan oleh Perum Perumnas maupun Pengembang lainnya diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas indonesia (UI) di wilayah kecamatan tersebut sehingga meningkatkan arus perdagangan dan jasa serta transportasi yang memerlukan peningkatan pelayanan publik. Maka Pemerintah selanjutnya membentuk Kota Administrasi Depok melalui Peraturan Pemerintah nomor 43 Tahun 1981 yang mencakup 3 (tiga) kecamatan dan 17 (tujuh belas) desa. Selama 17 tahun Kota Administrasi Depok berkembang dengan pesat baik di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Di bidang pemerintahan semua desa berubah menjadi kelurahan dan dengan adanya pemekaran kelurahan Depok memiliki 3 (tga) kecamatan dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan. Selanjutnya melalui UU no 15 Tahun 1999 Depok menjadi Kotamadya Dt II. Pasca 2000 Depok berkembang menjadi 6 (enam) kecamatan dan 63 (enam puluh tiga) kelurahan, menunjukkan intensitas perkembangan yang sangat tinggi selain di sektor Pemerintahan, maupun di sektor industri, ekonomi dan perdagangan. Adanya berbagai perguruan tinggi ternama di kota Depok disamping perkembangan di sektor ekonomi, perdagangan dan jasa serta industri meningkatkan arus urbanisasi ke kota ini yang membawa dampak peningkatan pembangunan perumahan dan permukiman. Dengan laju pembangunan yang demikian cepat maka diprediksi kawasan terbangun di wilayah ini sampai tahun 2011 akan meluas mendekati 53% luas kota dan ruangruang terbuka hijau akan menyusut sampai tinggal 47% saja. Pertumbuhan ekonomi kota Depok dipengaruhi oleh 2 (dua) lapang usaha yang dominan yaitu industri pengolahan dan perdagangan. Hal ini membawa kota Depok mejadi daerah memiliki banyak industri berskala besar, menengah dan kecil, sentrasentra perdagangan yang bertaraf modern dan tradisional serta kawasan industri perdagangan. Kondisi ini disamping memberikan dampak positif namun juga menimbulkan dampak negatif yakni terciptanya kawasankawasan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 1

2 yang rawan gangguan keamanan dan ketertiban, serta meningkatnya resiko bahaya kebakaran yang dapat menyebabkan dampak kerugian cukup besar bagi masyarakat, dunia usaha bahkan pendapatan daerah dari segi perekonomian dan sosial. Mengantisipasi peningkatan bahaya kebakaran ini diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran baik dari segi pengaturan, organisasi dan tata laksana, sumber daya manusia dan peralatan termasuk infrastruktur pendukungnya yang berbasis pada potensi bahaya baik kebakaran maupun bencana lainnya. Terkait dengan masalah bahaya kebakaran, kantor pemadam kebakaran kota Depok yang sebelumnya merupakan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) yang berada langsung dibawah Departemen Pekerjaan Umum, maka sejak per tanggal 09 Februari tahun 2004 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kota Depok, terbentuklah Kantor Pemadam Kebakaran. Perkembangan selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka instansi kantor pemadam kebakaran ini berubah menjadi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok. Perubahan ini tentunya menimbulkan konsekuensi logis terhadap peningkatan kemampuan sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia untuk memenuhi tugas pokok fungsi yang diemban selaku salah satu Organisasi Perangkat Daerah. Sementara itu perkembangan di bidang pengaturan penanganan terhadap bahaya kebakaran oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum telah menerbitkan berbagai Peraturan Menteri (PerMen) di mana salah satunya yang sangat terkait dengan penanganan kebakaran di perkotaan adalah Peraturan Menteri nomor 25/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK). Pedoman Teknis RISPK bertujuan untuk terwujudnya kesiapan, kesiagaan dan keberdayaan masyarakat, pengelola bangunan serta instansi terkait dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bencana lainnya. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 2

3 Berdasarkan data sensus sementara (2010), jumlah penduduk Depok sebanyak 1,7 juta jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 450 ribu. Jumlah bangunan di Kota Depok berdasarkan klasifikasi bangunan tempat tinggal, campuran dan bukan tempat tinggal adalah sebagai berikut; Bangunan tempat tinggal sebanyak lebih kurang bangunan, sedangkan jumlah bangunan campuran sebanyak lebih kurang , dan jumlah bangunan bukan tempat tinggal sebanyak lebih kurang Berdasarkan data empiris tahun 2001 hingga tahun 2008 dari enam kecamatan atau 63 kelurahan di Kota Depok diperkirakan 30 kelurahan (47,5%) merupakan daerah rawan kebakaran. Selanjutnya dampak kejadian kebakaran berdasarkan tahun 2001 hingga 2005 pertumbuhan kejadian menyebabkan terjadinya kerugian material meningkat rata rata 30% per tahun dari hanya Rp , (2001) menjadi Rp , (2005) sebagai akibat peningkatan kepadatan penduduk dan kerapatan bangunan serta nilai ekonomis/aset terbakar yang cukup bernilai. Ditinjau dari rata rata kejadian, kebakaran di Kota Depok periode rata rata terjadi 76 kali kebakaran dengan mayoritas rumah tinggal 48,8%, lainnya 39,3% dan industri 11,87%. Sedangkan dalam periode terjadi 95 kejadian, sehingga dapat dikatakan terjadi peningkatan kejadian yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan bahwa kondisi sarana prasarana yang tersedia belum seimbang antara kebutuhan dan pertumbuhan kotanya. Uraian perkembangan kelembagaan dan kejadian terhadap bahaya kebakaran dan bencana lainnnya, nampaknya yang dibutuhkan bukan hnaya persoalan bagaimana penanggulangan bahaya kebakaran, melainkan juga bagaimana usaha pencegahan agar tidak terjadi tingkat kerugian material yang tinggi dan lebih dari itu adalah perasaan nyaman penduduk atas keamanan kota terhadap bahaya bencana. Kajian yang pernah diungkapkan oleh I Made Sandi (Geografi, UI, 1975) bahwa kota hendaknya memenuhi persyaratan ATLAS, yakni; aman, tertib, lancar, dan seimbang, sehingga menjadikan kota memiliki daya dukung yang baik dan berkelanjutan dengan memperhatikan faktor ekologi kota. Apabila kondisi tersebut tercapai dan salah satunya merupakan kontribusi Dinas Pemadam Kebakaran, maka untuk mampu meyakinkan dan menimbulkan psikologis penduduk dan pelaku ekonomi kota Depok terhadap keamanan kota, diperlukan dukungan personil dan sarana prasarana yang seimbang Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 3

4 berdasarkan peraturan dan standard opersional yang berlaku. Oleh karena itu sudah saatnya posisi Damkar harus menjadi ujung tombak pertumbuhan strategis kota dalam rangka menumbuh kembangkan pertumbuhan kesejahteraan dan ekonomi penduduk kota. Ilustrasi yang dapat dianalogkan adalah, tidak ada satupun investor yang akan menanamkan modalnya jika perasaan akan kemanan kota dipersepsikan rendah. Dalam rangka peningkatan upaya penanganan terhadap bahaya kebakaran di wilayah Kota Depok dan dengan mengacu kepada PerMen tersebut, Pemerintah Daerah Kota Depok dalam hal ini Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok telah menyusun Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kota Depok sebagai pedoman tehnis pelaksanaan di lapang secara berkelanjutan dan bersinambungan. Oleh karena itu dalam rangka peningkatan upaya penanganan terhadap bahaya kebakaran di wilayah Kota Depok, maka Pemerintah Daerah Kota Depok dalam hal ini Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok bermaksud menyusun Rencana Strategis (Renstra) untuk periode kerja tahun , sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai turunan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok dan memperhatikan serta sejalan dengan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran sebagai salah satu bahan dasar pemenuhan kebutuhan rencana strategis ini. 1.2 Dasar Hukum Dasar hukum yang mandasari ketentuan mengenai pencegahan dan penanggulangan kebakaran meliputi : UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 4

5 UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) Undangundang no 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG) Peraturan Pemerintah (PP) no 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG RTRW Kota Depok PerMen PU no 20/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan (revisi dari Kepmeneg PU no 11/KPTS/2000) PerMen PU no 25/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Permen Dalam Negeri no. 62 tahun 2008, tentang Standard Pelayanan Minimal Permen Dalam Negeri no.16 tahun 2009 tentang Standard Kualifikasi Aparatur Pemadam Kebakaran di Daerah PerMen PU no 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan (revisi dari Kepmeneg PU no 10/KPTS/2000) Perda Kota Depok no.10 tahun 2010 tentang Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran. Permen Dalam Negeri no.54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah no.8 tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Undangundang RI no 24 Tahun 2007 mengenai Kebencanaan; Undangundang no 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; Undangundang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; PP no 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG; PERMEN PU no 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; PERMEN PU no 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 5

6 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok dimaksudkan sebagai upaya untuk menyusun pedoman kerja jangka menengah Proteksi Kebakaran Kota Depok melalui peningkatan efektivitas pencegahan dan penanggulangan kebakaran, pembangunan infrastruktur pendukung termasuk sumber air untuk pemadaman dan estimasi pengadaan peralatan, dan kelengkapannya. Dengan adanya Rencana Strategis maka upaya atau tindakan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran dapat diprogramkan secara sistematis dan berkesinambungan. Alur proses rencana strategis Dinas pemadam Kebakaran mengikuti ketetapan berdasarkan Permen Dalam Negeri no.54/2010 sbb; RenstraKL dan RenstraKL SKPD Kabupaten/ dan Provinsi Renstra Kabupaten/ Kota Kota Perumusan visi dan misi SKPD Perumusan Strategi dan kebijakan Rancangan RenstraSKPD Nota Dinas Pengantar Kepala SKPD perihal penyampaian Rancangan RenstraSKPD kepada Bappeda Penelaahan RTRW Penelaahan KLHS Perumusan Isuisu strategis berdasarkan tusi Analisis Gambaran pelayanan SKPD SPM Perumusan Tujuan Perumusan sasaran Perumusan rencana kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif berdasarkan rencana program prioritas RPJMD Perumusan indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD Rancangan RenstraSKPD Pendahuluan Gambaran pelayanan SKPD isuisu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan kebijakan rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD. Pengolahan data dan informasi Tujuan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok disusun untuk membuat pedoman perencanaan yang diacu dalam penyusunan Rencana Kerja selama 5 tahun, dalam rangka mewujudkan system proteksi kebakaran yang efektif, berbasis potensi bahaya sehingga Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 6

7 mampu meningkatkan kesiapan, kesiagaan dan keberdayaan masyarakat, pengelola bangunan, serta dinas terkait dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran serta bencana lainnya Sistematika Penulisan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok ditulis secara deskriptif dengan mengacu pada Permen Dalam Negeri no.54 tahun Sedangkan sistematika penulisannya terdiri atas 6 (Enam) Bab dan di setiap Bab terdapat beberapa Sub Bab kecuali bab VI ditambah dengan lampiranlampiran, yaitu sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN BAB II. GAMBARAN PELAYANAN OPD BAB III. ISUISU STRATEGIS BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB VI. PENUTUP LAMPIRANLAMPIRAN Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 7

8 BAB II GAMBARAN UMUM PELAYANAN DINAS PEMADAM KEBAKARAN KOTA DEPOK 2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran Depok merupakan penyempurnaan dari yang sebelumnya, dengan perubahan signifikan dari status UPTD meningkat berubah menjadi KANTOR dan dalam waktu relatif singkat meningkat lagi statusnya menjadi DINAS. Hal ini menandakan satu antisipasi positif Pemerintah Kota Depok dalam menjawab tantangan ke depan di mana Kota Depok dengan sungguh sungguh ingin menyediakan sebuah pelayanan prima bagi warga kotanya, khususnya dibidang layanan keselamatan terhadap bahaya kebakaran yang meliputi Pencegahan,Penanggulangan Kebakaran dan bencana lainnya. Salah satu pengembangan mutu layanan yangtelah dilakukan melalui studi mengenai Konsep Wilayah Kebakaran (WMK) dan penentuan lokasi Pos Pemadam (fire station). dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dengan cara mendekatkan (mendistribusikan) pusatpusat layanan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok tersebar lebih merata menjangkau wilayah cakupan kerja Dinas Pemadam Kebakaran ke dalam satuan satuan wilayah imajiner (konseptual) yang lebih kecil yang disebut WMK, dimana batasbatas wilayah WMK ini ditentukan berdasarkan kebutuhan pasokan air untuk memadamkan kebakaran. Dengan kata lain, WMK adalah sebuah wilayah imajiner yang membagibagi sebuah wilayah perkotaan/daerah dengan karakteristik besarnya kebutuhan pasokan air pemadam yang sama. Selanjutnya, WMKWMK tersebut akan dilayani oleh pospos kebakaran yang mampu menghantarkan rantai pasokan air sesuai tingkat resiko WMKnya ke bangunan yang terbakar untuk memadamkan. Untuk dapat menghantarkan air dalam jumlah yang tepat, dalam waktu yang singkat, dan secara efisien (dengan biaya efektif) diperlukan pendistribusian pospos Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 8

9 pemadam kebakaran yang dapat mengcover seluruh wilayah dalam waktu respon yang telah ditentukan (maksimum 15 menit). Dengan demikian satu WMK bisa dilayani satu pos atau lebih dari satu pos. Lebih lanjut, untuk keperluan administratif rentang komando organisasi Dinas Pemadam Kebakaran, perlu dibentuk sektorsektor (UPT) DPK, yang dipimpin oleh seorang Kepala Sektor (UPT) setingkat dengan esselon IV/a yang membawahi 2 s/d 3 pos Pemadam Kebakaran (atau membawahi 2 s/d 3 wilayah kecamatan) di kota Depok. Setiap pos pemadam dilengkapi dengan 2 mobil pumper, sementara pos pemadam yang sekaligus berfungsi sebagai kantor sektor berisi 2 (dua) unit mobil pemadam kebakaran,mobil tangga,mobilkomando, dan ambulance sesuai karakteristik daerah/wilayah yang dilayaninya, lengkap dengan sarana prasarana lainnya seperti bangunan, sarana olah raga, tandon air dan sebagainya. Struktur organisasi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok nomor 08 tahun 2008 adalah sebagai berikut (Gmb.2.1). KEPALA DINAS SUBAG UMUM DAN PEP SEKRETARIAT SUBAG KEUANGAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA PRASARANA KEBAKARAN BIDANG PENGENDALIAN OPERASI KEBAKARAN BIDANG PENCEGAHAN & PENYULUHAN KEBAKARAN SIE SARANA TEKNIS KEBAKARAN SIE PRA SARANA TEKNIS KEBAKARAN SIE PENANGGUL ANGAN KEBAKARAN SIE PENYELAMAT AN DAN EVAKUASI KEBAKARAN SIE PENCEGAHAN KEBAKARAN SIE PENYULUHAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL UPT Gmb. 2.1 Skema organisasi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 9

10 Berdasarkan Peraturan daerah tersebut di atas, kedudukan Dinas Pemadam Kebakaran merupakan unsur penunjang pemerintah Kota yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas di bawah Sekretaris daerah. Tugas pokok adalah membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintah dibidang pemadam kebakaran. Untuk dapat menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana tersebut di atas, Dinas Pemadaman Kebakaran mempunyai fungsi; 1. Perumusan kebijakan tehnis di bidang pemadam kebakaran. 2. Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah kota. 3. Pengelolaan urusan ketata usahaan. Tugas pokok dan fungsi unsur organisasi perangkat daerah Pemadam Kebakaran sebagai ditetapkan dalam Keputusan Walikota No. 28 Th tentang rician Tugas, Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok, secara rinci dapat dijabarkan di bawah ini. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan dan tugas pembantuan dibidang pencegahan dan Penanggulangan Operasional Pemadaman Kebakaran. Untuk melaksanakan tugas pokok ini, Kepala Dinas mempunyai fungsi : (1) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyusunan rencana strategis ( Renstra ) Dinas sesuai dengan rencana strategis ( Renstra ) Kota; (2) Pelaksanaan perumusan bahan Kebijakan Teknis dibidang manajemen pencegahan dan penanggulangan bencana ; (3) Pelaksanaan perumusan bahan kebijakan teknis dibidang pencegahan dan penyuluhan kebakaran, bidang pengendalian operasional kebakaran dan bidang sarana dan prasarana kebakaran; (4) Pelaksanaan pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian urusan kesekretariatan, kepegawaian dan rumah tangga dinas; Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 10

11 (5) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan bidang teknis meliputi bidang penyuluhan dan pencegahan kebakaran, bidang penanggulangan kebakaran, bidang sarana dan prasarana kebakaran; (6) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian penggunaan anggaran dinas; (7) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP); (8) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian produk hukum sesuai dengan bidang tugasnya; (9) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan bidang tugasnya. Sekretariat (1) Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan administrasi umum, Administrasi keuangan, pengkoordinasian perencanaan dan evaluasi bidang bidang serta penyusunan pelaporan Dinas. (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Sekretariat mempunyai fungsi : a. Penyusunan program kerja sekretariat sesuai dengan Renstra Dinas; b. Penghimpunan dan pengelolaan data, penyusunan Renstra Dinas; c. Penyelenggaraan administrasi umum; d. Penyusunan evaluasi dan laporan Dinas; e. Penyelenggaraan upaya pemecahan masalah Sekretariat; f. Pengkoordinasian upaya pemecahan masalah Dinas; g. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan Sekretariat; h. Pengkoordinasian perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan Dinas; i. Penyelenggaraan urusan umum, kepegawaian, kerumah tanggaan dan asset Dinas; j. Pengelolaan keuangan Dinas; k. Penyelenggaraan analisis dan pengembangan kinerja Bagian; Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 11

12 l. Pengkoordinasian analisis dan pengembangan kinerja Dinas; m. Pelaksanaan tugastugas lain sesuai bidang tugasnya yang diberikan oleh Kepala Dinas. Sekretariat, terdiri dari : a. Sub Bagian Umum, Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan; b. Sub Bagian Keuangan. Sub Bagian Umum (1) Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan administrasi umum, perencanaan, evaluasi dan pelaporan kegiatan Dinas. (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut dalam ayat (1) pasal ini, Sub Bagian Umum mempunyai fungsi : a. Penyusunan program kerja Sub Bagian Umum sesuai dengan program kerja sekretariat; b. Pengumpulan, pengolahan data dan informasi, menginventarisasi permasalahanpermasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan tugastugas urusan umum dan perencanaan evaluasi serta pelaporan; c. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan Sub Bagian; d. Pelaksanaan administrasi kepegawaian; e. Pelaksanaan pemberian pelayanan naskah dinas, kearsipan, perpustakaan, komunikasi, pengetikan/penggandaan/pendistribusian serta penerimaan tamu, kehumasan dan protokoler; f. Pelaksanaan kebutuhan dan perawatan sarana/prasarana serta kebersihan kantor dan lingkungan; g. Pelaksanaan pemberian infomasi dan komunikasi; h. Pengelolaan perpustakaan dinas; i. Pengkoordinasian penyusunan bahanbahan kebijakan dari Bidang; j. Pelaksanaan pengurusan perjalanan dinas, kendaraan dinas, keamanan kantor serta pelayanan kerumahtanggaan yang lainnya; Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 12

13 k. Penyiapan bahan koordinasi dan petunjuk teknis kebutuhan, pengadaan, inventarisasi, pendistribusian, penyimpanan, perawatan dan penghapusan perlengkapan/sarana kerja Dinas; l. Penyelenggaraan analisis dan pengembangan kinerja Sub Bagian dan pengkoordinasian analisis dan pengembangan kinerja Dinas; m. Pelaksanaan penyusunan renstra Dinas; n. Pelaksanaan penyusunan rencana anggaran Dinas; o. Penyusunan program kerja tahunan Dinas; p. Penyusunan rancangan produk hukum Dinas; q. Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah ( LAKIP ) Dinas; r. Pelaksanaan analisis dan pengembangan kinerja Sub Bagian; s. Pelaksanaan tugas lain sesuai bidang tugasnya yang diberikan oleh Sekretaris. Sub Bagian keuangan (1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan keuangan Dinas. (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut dalam ayat (1) pasal ini, Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi : a. Pengumpulan, pengolahan data dan informasi, inventarisasi permasalahanpermasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan urusan keuangan; b. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan Sub Bagian; c. Penyiapan bahan kebijakan dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan urusan keuangan; d. Penyimpanan berkasberkas keuangan dalam rangka pelayanan administrasi keuangan di lingkungan Dinas; e. Pelaksanaan analisis dan pengembangan kinerja Sub Bagian; f. Pelaksanaan tugas lain sesuai bidang tugasnya yang diberikan oleh Sekretaris. Bidang Pencegahan dan Penyuluhan Kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 13

14 (1) Bidang Pencegahan dan Penyuluhan Kebakaran mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan dan tugas pembantuan dibidang pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan pencegahan dan penyuluhan kebakaran serta peningkatan peran serta masyarakat. (2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Bidang Pencegahan dan Penyuluhan Kebakaran mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja Bidang Pencegahan dan Penyuluhan Kebakaran mengacu pada rencana strategi dinas; b. Pelaksanaan pengkajian bahan perumusan kebijakan teknis dibidang pencegahan dan penyuluhan kebakaran; c. Pelaksanaan penyusunan standarisasi dan prosedur tetap dibidang pencegahan dan penyuluhan kebakaran; d. Pelaksanaan pengumpulan data sebagai bahan kajian penyelenggaraan penyuluhan dan pencegahan kebakaran; e. Pelaksanaan pembinaan, pengkoordinasian, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kegiatan penyuluhan dan pencegahan; f. pelaksanaan pengembangan, peningkatan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran; g. pelaksanaan penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan bidang penyuluhan dan pencegahan kebakaran; h. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang Pencegahan dan Penyuluhan Kebakaran terdiri dari : a. Seksi Pencegahan Kebakaran; b. Seksi Penyuluhan Kebakaran dan Peran Serta Masyarakat. Seksi Pencegahan Kebakaran (1) Seksi Pencegahan Kebakaran mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pencegahan kebakaran. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 14

15 (2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Seksi Pencegahan Kebakaran mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan Seksi Pencegahan Kebakaran mengacu pada rencana kerja Bidang Pencegahan dan Penyuluhan Kebakaran; b. Pelaksanaan penghimpunan data sebagai bahan kajian pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan pencegahan kebakaran dan proteksi kebakaran pada bangunan gedung; c. Pelaksanaan teknis penyelenggaraan pencegahan kebakaran dan proteksi kebakaran pada bangunan gedung; d. Pelaksanaan kegiatan koordinasi, pengawasan dan pengendalian pencegahan kebakaran dan proteksi kebakaran pada bangunan gedung; e. Pelaksanaan penyusunan rekomendasi teknis keselamatan bangunan gedung dari bahaya kebakaran; f. Pelaksanaan penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan Seksi Pencegahan Kebakaran; g. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya. Seksi Penyuluhan dan Peran Serta Masyarakat (1) Seksi Penyuluhan dan Peran Serta Masyarakat mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan bidang penyuluhan kebakaran dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan kebakaran. (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Seksi Penyuluhan dan Peran Serta Masyarakat mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan rencana kegiatan seksi Penyuluhan dan Peran Serta Masyarakat mengacu pada rencana kerja Bidang pencegahan dan penyuluhan kebakaran; b. Pelaksanaan penghimpunan data sebagai bahan kajian penyelenggaraan kegiatan penyuluhan dan peran serta masyarakat; c. Pelaksanaan teknis penyelenggaraan penyuluhan dan peran serta masyarakat; d. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan penyuluhan dan peran serta masyarakat; Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 15

16 e. Pelaksanaan koordinasi dalam penyelenggaraan penyuluhan dan peran serta masyarakat; f. Pelaksanaan penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan Seksi Penyuluhan dan Peran Serta Masyarakat; g. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang Pengendalian Operasional Kebakaran (1) Bidang Pengendalian Operasional Kebakaran mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan dan tugas pembantuan dibidang pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan penanggulangan kebakaran, penyelamatan dan evakuasi kebakaran. (2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Bidang Pengendalian Operasional Kebakaran mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja Bidang Pengendalian Operasional Kebakaran mengacu pada rencana strategi dinas; b. Pelaksanaan kajian bahan perumusan kebijakan teknis, standarisasi dan prosedur tetap dibidang pengendalian operasional kebakaran; c. Pelaksanaan pengumpulan data sebagai bahan kajian penyelenggaraan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan Pengendalian Operasional Kebakaran; d. Pelaksanaan pembinaan, pengkoordinasian, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kegiatan Pengendalian Operasional Kebakaran; e. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian hydrant kebakaran dan sumber air lainnya; f. Pelaksanaan penyusunan sistem komunikasi informasi dan peta wilayah rawan kebakaran; g. Pelaksanaan penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan bidang Pengendalian Operasional Kebakaran; h. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang Pengendalian Operasional Kebakaran, terdiri dari : a. Seksi Penanggulangan Kebakaran; Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 16

17 b. Seksi Penyelamatan dan Evakuasi Kebakaran. Seksi Penanggulangan Kebakaran (1) Seksi Penanggulangan Kebakaran mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan penanggulangan kebakaran. (2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Seksi Penanggulangan Kebakaran mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan Seksi Penanggulangan Kebakaran mengacu pada rencana kerja Bidang pengendalian operasional Kebakaran; b. Pelaksanaan penanggulangan kebakaran dan penanganan benda berbahaya yang mudah terbakar ( Hazardous Material ) c. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi penanggulangan kebakaran skala kota dan penanggulangan kebakaran antar wilayah; d. Pelaksanaan penghimpunan data sebagai bahan kajian pelaksanaan penanggulangan kebakaran dan penanganan benda berbahaya yang mudah terbakar ( Hazardous Material ); e. Pelaksanaan teknis penyelenggaraan penanggulangan kebakaran dan penanganan benda berbahaya ( Hazardous Material ); f. Pelaksanaan kegiatan pengkoordinasian, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan penanggulangan kebakaran dan penanganan benda berbahaya yang mudah terbakar; g. Pelaksanaan penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan Seksi Penanggulangan Kebakaran; h. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya. Seksi Penyelamatan dan Evakuasi Kebakaran (1) Seksi Penyelamatan dan Evakuasi Kebakaran mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan penyelamatan dan evakuasi kebakaran. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 17

18 (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Seksi Penyelamatan dan Evakuasi Kebakaran mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan rencana kegiatan Seksi Penyelamatan dan Evakuasi Kebakaran mengacu pada rencana kerja Bidang Pengendalian Operasional Kebakaran; b. Pelaksanaan penghimpunan data sebagai bahan kajian penyelenggaraan kegiatan penyelamatan dan evakuasi kebakaran; c. Pelaksanaan teknis penyelenggaraan penyelamatan dan evakuasi kebakaran; d. Pelaksanaan koordinasi dalam penyelenggaraan penyelamatan dan evakuasi kebakaran; e. Pelaksanaan penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan Seksi Penyelamatan dan Evakuasi Kebakaran; f. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya Bidang Sarana dan Prasarana Kebakaran (1) Bidang Sarana dan Prasarana Kebakaran mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan dan tugas pembantuan dibidang pengendalian dan evaluasi pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran. (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Bidang Sarana dan Prasarana Kebakaran mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja Bidang Sarana dan Prasarana Kebakaran mengacu pada rencana strategis dinas; b. Pelaksanaan kajian bahan perumusan kebijakan teknis dibidang sarpras kebakaran; c. Pelaksanaan pengumpulan data sebagai bahan kajian penyusunan kebijakan perencanaan, pengendalian dan evaluasi bidang sarana dan prasarana kebakaran; d. Pelaksanaan penyusunan bahan petunjuk teknis bidang sarana dan prasarana kebakaran; e. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian bidang sarana dan prasarana kebakaran; f. Pelaksanaan penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan Bidang Sarana dan Prasarana Kebakaran; Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 18

19 g. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang Sarana dan Prasarana Kebakaran, terdiri dari : a. Seksi Sarana Teknis Kebakaran; b. Seksi Prasarana Teknis Kebakaran. Seksi Sarana Teknis Kebakaran (1) Seksi Sarana Teknis Kebakaran mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan sarana teknis Kebakaran. (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Seksi Sarana Teknis Kebakaran mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja Seksi Sarana Teknis Kebakaran mengacu pada rencana strategis Bidang sarana dan prasarana kebakaran; b. Pelaksanaan pengumpulan data sebagai bahan kajian penyelenggaraan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan pengadaan dan pemeliharaan sarana teknis kebakaran; c. Pelaksanaan bembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan sarana teknis kebakaran; d. Pelaksanaan penyusunan kajian sebagai bahan perumusan kebijakan penyelenggaraan pembinaan, pengawasan pengendalian perencanaan pengadaan dan pemeliharaan sarana teknis Kebakaran; e. Pelaksanaan pengkoordinasian dalam penyelenggaraan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan pengadaan dan pemeliharaan sarana teknis kebakaran; f. Pelaksanaan penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan Seksi Sarana Teknis Kebakaran; g. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya. Seksi Prasarana Teknis Kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 19

20 (1) Seksi Prasarana Teknis Kebakaran mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan prasarana teknis Kebakaran. (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Seksi Prasarana Teknis Kebakaran mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja seksi Prasarana Teknis Kebakaran mengacu pada rencana kerja Bidang Sarana dan Prasarana Kebakaran; b. Pelaksanaan pengumpulan data sebagai bahan kajian penyelenggaraan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan perencanaan pengadaan dan pemeliharaan prasarana teknis Kebakaran; c. Pelaksanaan pembinaan pengkoordinasian, pengawasan dan pengendalian perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan prasarana teknis Kebakaran; d. Pelaksanaan perumusan bahan kebijakan teknis dibidang prasarana teknis kebakaran; e. Pelaksanaan penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan Seksi Prasarana Teknis Kebakaran; f. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) (1) Untuk menyelenggarakan sebagian tugas dinas dibidang Pemadam Kebakaran, dibentuk UPTD Pemadam Kebakaran sesuai dengan kebutuhan. (2) Pembentukkan susunan organisasi, tugas pokok dan fungsi UPTD Pemadam Kebakaran ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Walikota sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional (1) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan dinas secara profesional sesuai dengan kebutuhan. (2) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dalam melaksanakan tugas pokok bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 20

21 (3) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada pasal 21 keputusan ini, terdiri atas sejumlah tenaga dalam jenjang fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilan. (4) Setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk diantara tenaga fungsional yang ada dilingkungan dinas. (5) Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan sifat, jenis, kebutuhan dan beban kerja. (6) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Tata Kerja (1) Halhal yang menjadi tugas pokok dinas merupakan satu kesatuan yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan; (2) Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dinas sebagai Pelaksana Pemerintah Kota dibidang Pemadam Kebakaran, kegiatan operasionalnya diselenggarakan oleh Bidang, Seksi, UPTD dan Kelompok Jabatan Fungsional menurut bidang tugas masingmasing; (3) Kepala Dinas baik teknis operasional maupun teknis administratif berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah dan dalam melaksanakan tugas pokoknya menyelenggarakan hubungan fungsional dengan instansi yang berkaitan dengan fungsinya; (4) Setiap pimpinan satuan organisasi dilingkungan dinas, dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi; (5) Setiap pimpinan satuan organisasi dilingkungan dinas, wajib memimpin dan memberi bimbingan serta petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan Sumberdaya Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi, saat ini sumberdaya yang tersedia adalah Armada pemadam kebakaran yang dimiliki berjumlah 10 unit. Jumlah ideal Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 21

22 armada pemadam kebakaran sesuai dengan standar Asia yaitu setiap satu mobil pemadam kebakaran mampu melayani penduduk. Jika standard ini yang digunakan, maka diperlukan sekitar 140 unit mobil. Adapun personil petugas Damkar yang disiagakan sebanyak 16 anggota. Saat ini belum memiliki mobil pemadam kebakaran yang difasilitasi dengan tangga untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di gedung bertingkat di Kota Depok yang kian marak tumbuh di Kota Depok. Saat ini, peralatan pemadam kebakaran yang dimiliki Damkar Kota Depok masih standar, hanya untuk menangani kebakaran dalam skala kecil seperti penanganan kebakaran di pemukiman dan rumah penduduk. Daftar inventaris dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kode Bidang Barang Uraian Jumlah Satuan / Volume 01 TANAH 3 Bidang m² PERALATAN DAN MESIN 02 a. Alatalat Besar unit 03 b. Alatalat angkutan 21 unit 04 c. Alatalat Bengkel dan Alat Ukur unit 05 d. Alatalat Pertanian/Peternakan unit 06 e. Alatalat Kantor dan Rumah Tangga 466 unit 07 f. Alatalat Studio dan Komunikasi 38 unit 08 g. Alatalat Kedokteran unit 09 h. Alatalat Laboratorium unit 10 i. Alatalat Keamanan unit GEDUNG DAN BANGUNAN 11 a. Bangunan Gedung 1 Unit m² 12 b. Bangunan Monumen Unit m² JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN 13 a. Jalan dan Jembatan Ruas m² 14 b. Bangunan Air/Irigasi Unit m² 15 c. Instalasi Unit m² 16 d. Jaringan Unit m² ASET TETAP LAINNYA 17 a. Buku Perpustakaan Buah 18 b. Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan 1 Buah 19 c. Hewan Ternak dan Tumbuhan Ekor 20 KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN Unit m² Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 22

23 Dilain pihak untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran serta kecepatan penanganan kebakaran, sudah tersedia Unit Pelaksana Teknis (UPT) Damkar di dua kecamatan yakni UPT Cimanggis dan Cinere. Adapun personil yang tersedia pada Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok per Agustus 2010 adalah sbb; Kepala Dinas : 1 orang Sekretaris : 1 orang Kepala Bidang : 3 orang Kepala Subbidang : 2 orang Kepala Seksi : 6 orang Kepala UPTD : 2 orang Kasubag : 2 orang (eselon IVb) Pelaksana : 23 orang Anggota : 46 orang Total personil : 86 orang Sedangkan sumberdaya aparatur berdasarkan tingkat pendidikan dapat digambarkan sbb; 1. Strata dua : 5 orang 2. Stara satu : 7 orang 3. Diploma 3 : 2 orang 4. SMA : 50 orang 5. SLTP : 9 orang Selanjutnya sumberdaya aparatur berdasarkan keikut serta pendidikan dan pelatihan Manajemen Keselamatan Kebakaran Bangunan yang terselenggara adalah sebagai berikut; 1. Gedung : 1 orang 2. Gedung Tinggi : 10 orang 3. Diklat dasar Juru Padam : 51 orang 4. Diklat Pemadam 2 : 10 orang 5. Diklat Fire Rescue Program 45 JP: 6 orang 6. Diklat Inspektur Kebakaran : 2 orang Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 23

24 7. Diklat Operator mobil : 10 orang 8. Jumlah : 84 orang 2.3. Kinerja Pelayanan Ukuran yang digunakan dalam menilai kinerja pelayanan Dinas Pemadam Kebakaran merujuk kepada penjelasan Lampiran.1 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 54 tahun 2010 per tanggal 21 Oktober 2010, yang tertuang dalam tabel.t.1.a.1. Aspek, Fokus dan Indikator Kinerja Menurut Bidang Urusan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota. Adapun satuan ukuran kinerja tersebut sbb; Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten (Jmlh mobil pemadam kebakaran/ pddk)% = 10% Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) = 19 menit Berdasarkan rujukan diatas, maka perkembangan kinerja pelayanan Dinas Pemadam Kebakaran dalam tiga tahun terakhir adalah sebagai berikut; No Tahun Cakupan pelayanan bencana kebakaran kota Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) rerata menit Potensial kecamatan 20 menit kecamatan 19 menit kecamatan 19 menit Adapun jumlah kejadian dan rumah tinggal kebakaran di wilayah Kota Depok pada tahun 2010 dapat digambarkan sebagai berikut; Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 24

25 Berdasarkan rincian data diatas, respon time terhadap kejadian dan kebakaran diatas ratarata 14 menit dan lama pemadaman ratarata adalah satu jam 12 menit. Secara umum data based kejadian di Kota Depok dapat diuraikan di bawah ini; Data kejadian kebakaran Mencermati data tersebut (Tabel 2.1) maka ratarata dalam setahun terjadi sekitar 76 kali kebakaran dengan mayoritas rumah tinggal sebesar 48,8%, diikuti lainlain 39,3% dan industri 11,87%. Disamping terlihat terjadi kecenderungan kenaikan kerugian akibat kebakaran. Selanjutnya dalam menangani kebakaran, antara Kota Depok dengan tetangga baik DKI, Kab. Bogor, Bekasi maupun Tangerang telah terjalin kerjasama penanganan kebakaran (mutual aid). Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 25

26 No Tahun Tabel 2.1 Kejadian kebakaran di wilayah Kota Depok dan perbatasan Jenis kejadian kebakaran Kerugian Industri Rmh tinggal Lainlain Jumlah Materi (Rp) Jiwa , ` , , , 2 org , Jumlah , Sumber : Kantor Pemadam Kebakaran Kota Depok Data kejadian kebakaran selama dua tahun terakhir beserta kelurahan dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut. Dalam tabel berikut Kelurahan dengan frekwensi kebakaran tinggi maupun kelurahan dengan potensi kebakaran tinggi dituliskan dengan warna merah tebal. No Kecamatan (jml keb thn ) Tabel 2.2 Frekuensi Kejadian Kebakaran di kota Depok Jumlah Kelurahan Nama Kelurahan 1 Beji (8) 6 Kel. Beji Kel. Kukusan Kel. Tanah Baru Kel. Beji Timur Kel. Kemiri Muka Kel. Pondok Cina 2 Bojong Sari (5) 7 Kel. Bojongsari Kel. Duren Mekar Kel. Duren Seribu Kel. Curug Kel. Pondok Petir Kel. Serua Kel. Bojongsari Baru 3 Cilodong (7) 5 Kel Sukamaju Kel. Cilodong Kel. Kalibaru Kel. Kalimulya Kel. Jatimulya 4 Cimanggis (14) 6 Kel. Cisalak Pasar Kel. Mekarsari Kel. Tugu Kel. Pasirgunung Sltn Kel. Harjamukti Kel. Curug 5 Cinere (7) 4 Kel. Cinere Kel. Gandul Kel. Pangkalan Jati Kel. Pangkalan J. Baru Kepadatan penduduk* Jmlah Kej Kebakarn 2009* 2010** Data TA Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 26

27 6 Cipayung (7) 5 Kel. Cipayung Kel Cipayung Jaya Kel. Ratu Jaya Kel. Pondok Terong Kel. Pondok Jaya 7 Limo (1) 4 Kel. Meruyung Kel. Grogol Kel. Krukut Kel. Limo 8 Pancoran Mas (16) 6 Kel. Pancoranmas Kel. Depok Kel. Depok Jaya Kel. Rangkapan Jaya Kel. Rangkapan J. Baru Kel Mampang Sawangan (3) 7 Kel. Sawangan Kel. Pengasinan Kel. Bedahan Kel. Pasir Putih Kel. Sawangan Baru Kel. Cinangka Kel. Kedaung 10 Sukmajaya (10) 6 Kel. Sukmajaya Kel. Mekarjaya Kel. Baktijaya Kel. Abadijaya Kel. Tirtajaya Kel. Cisalak 11 Tapos (17) 7 Kel. Leuwinanggung Kel. Sukatani Kel. Sukamaju Baru Kel. Jatijajar Kel. Cilangkap Kel. Cimpaeum Kel. Tapos Data TA Dari tabel 2.2 tersebut, kecamatankecamatan yang memerlukan perhatian lebih dalam hal perlindungan bahaya kebakaran (diurutkan dalam frekwensi kejadian ) adalah Kecamatan Tapos(17), Pancoran Mas (16), Cimanggis(14), Sukmajaya (10) Beji (8), dan seterusnya hingga Limo (1 kali kebakaran) (lihat tabel 2.3). Pembangunan pos dapat mempertimbangan penggunaan data statistik kejadian kebakaran ini untuk menentukan lokasi dengan kerawanan kejadian yang tinggi. Sebagai contohadalah pembangunan pos di Kecamatan Pancoran Mas dengan lokasi pos berada di daerah dekat dengan kelurahan Depok Jaya yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk tertinggi (224 orang/km2) dan kejadian kebakaran yang tinggi (7 kali dalam ). Tabel 2.3 Kejadian kebakaran tiap kecamatan. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 27

28 No Nama Kecamatan Frekuensi Kebakaran ( ) Kelurahan dg kebakaran terbanyak dlm kecamatan 1 Tapos 17 Sukamaju Baru (4) 2 Pancoran Mas 16 Depok(1), Depok Jaya (7) 3 Cimanggis 14 Harjamukti (4), Tugu (3) 4 Sukmajaya 10 Baktijaya(3), Mekarjaya (3) 5 Beji 8 Beji (3) 6 Cipayung 7 Cipayung Jaya (3) Pondok Terong (2) 7 Cilodong 7 Cilodong (3) 8 Cinere 7 Cinere (6) 9 Bojong Sari 5 Pondok Petir (2) 10 Sawangan 3 11 Limo 1 Data bencana lainnya Selain kebakaran, sejumlah bencana alam terjadi di Kota Depok, oleh karena itu perlu diantisipasi. Data BPS tahun 2005, di kot Depok telah terjadi 2 (dua) kali angin topan (di Kecamatan Pancoran Mas dan Kecamatan Sukmajaya), 2 (dua) kali banjir (Kec. Sawangan dan Cimanggis). Dengan data kerusakan dan jumlah korban tertera pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3. Data sebelumnya, dengan mengacu pada data BPS Kecamatan Depok dalam Angka diperoleh data sebagai berikut : Kecamatan Sawangan : 2 kali banjir Kecamatan Pancoran Mas : 2 kali angin topan Kecamatan Sukmajaya Kecamatan Beji dan Limo Kecamatan Cimanggis : 2 kali angin topan : tidak ada data : terdapat data sebagai berikut Tabel 2.4 Data bencana di Kec. Cimanggis (2005) Kelurahan kebakaran banjir tanah longsor Angin ribut Lainlain Cilangkap 3 kali 2 kali 2 kali 1 kali Cimpaen 1 kali 2 kali Sukamaju baru 2 kali Curug 6 kali 1 kali Sukatani 2 kali Harjamukti 1 kali Cisalak Pasar 1 kali 2 kali Tugu 2 kali 10 kali 1 kali Pasirgunung Sel 2 kali 5 kali 2 kali Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 28

29 Akibat kejadian bencana telah terjadi kerusakan pada bangunan baik berat, sedang maupun ringan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.3. Selanjutnya dalam rangka upaya penanganan kebakaran efektif perlu diidentifikasi mengenai jumlah dan jenis bangunan yang ada di wilayah kota Depok, yang meliputi bangunan perumahan, industri, pariwisata, perkantoran, hotel dsb. Hal ini penting karena masingmasing jenis bangunan memiliki potensi spesifik dikaitkan dengan bahaya kebakaran. Contoh konkrit dampak bencana seperti yang pernah terjadi di Kecamatan Sawangan (lihat Tabel 2.4). Selanjutnya akibat bencana kerusakan bangunan Kota depok tahun 2005 sebagai salah satu ilustrasi yang mampu menunjukkan fakta bahwa kecamatan merupakan daerah paling rawan bencana, di mana jumlah bangunan rusak berat tertinggi (secara rinci lihat Tabel. 2.5). Tabel 2.5 Jumlah kerusakan bangunan akibat bencana alam Kota Depok 2005 No code Kecamatan Rusak berat Rusak ringan Hancur Sarana lain Jumlah 010 Sawangan Pancoran Mas Sukmajaya Cimanggis Beji 060 Limo Kota Depok Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Derah Tingkat II Bogor, tanggal 16 Mei 1994 Nomor 135/SK.DPRD/03/1994 tentang Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 7 Juli 1997 nomor 135/Kep.Dewan 06/DPRD/1997 tentang Persetujuan Atas Pembentukan Kotamadya Dati II Depok dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat, maka Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 29

30 pembentukan Kota Depok sebagai wilayah administrative baru di Provinsi Jawa Barat ditetapkan dengan Undangundang Republik Indonesia nomor 15 Tahun Berdasarkan Undangundang tersebut, dalam rangka pengembangan fungsi kotanya, sesuai dengan potensinya dan guna memenuhi kebutuhan pada masamasa mendatang, terutama untuk prasarana dan sarana fisik kota, serta untuk kesatuan perencanaan, pembinaan wilayah, dan penduduk yang berbatasan dengan wilayah Kota Depok, maka wilayah Kota Depok tidak hanya terdiri dari wilayah Kota Depok, tetapi pada akhir terjadi perluasan yang sebelumnya merupakan sebagian wilayah Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan dan sebagian wilayah Kecamatan Bojonggede yang terdiri dari Desa Pondok Terong, Desa Ratujaya, Desa Pondokjaya, Desa Cipayung dan Desa Cipayung Jaya. Sehingga wilayah Kota Depok terdiri dari 6 (enam) Kecamatan, yakni Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Beji dan Limo. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan serta pelayanan masyarakat di Kota Depok. Sampai dengan tahun 2009 Kota Depok mempunyai 63 Kelurahan, 846 Rukun Warga (RW) dan 4675 Rukun Tetangga (RT). Selanjutnya berdasarkan Perda Kota Depok No. 08 Tahun 2007, kota Depok terdiri dari 11 kecamatan dengan 63 kelurahan, masingmasing kecamatan terdiri dari 4 7 kelurahan tiap kecamatan. Perkembangan Kota Depok yang cukup pesat sebagai kota budaya dan pusat perdaganagan merubah paradigma dalam pelayanan pencegahan bencana dan pengendaliannya. Oleh karena itu Sistem layanan yang pada mulanya bertumpu pada pemadaman, berubah dengan masuknya unsur pencegahan dan pembinaan masyarakat. Dengan meningkatnya pemakaian dan transportasi bahan yang mengandung racun dan bahaya lainnya termasuk bahan mudah meledak (eksplosif), bahan radioaktif dsb, yang bisa membahayakan publik maka perhatian perlu pula dicurahkan kepada penanggulangan benda / bahan berbahaya (dikenal sebagai hazmat atau hazardous materials). Selanjutnya dengan meningkatnya kejadian bencana di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia, semakin meningkat tuntutan akan aspek Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 30

31 penyelamatan terhadap bencana perkotaan lainnya, yang sebelumnya masih dianggap sebagai layanan minor biasa, seperti menolong korban jatuh dari ketinggian, kecelakaan akibat keruntuhan jembatan, kejadian banjir, genangan air dsb. Meningkatnya berbagai tuntutan berkaitan dengan masalah kebakaran dan bencana lainnya dewasa ini maka hal ini kemungkinan berdampak pada perubahan visi dan misi, serta tugas pokok dan fungsi (tupoksi) OPD dan nama lembaga tersebut di masa mendatang. Secara skematis tuntutan tantangan masa depan instansi pemadam kebakaran dapat dijelaskan pada skema di bawah ini. Tuntutan Misi Institusi Pemadam Kebakaran Ke depan Saat ini Institusi Pemadam Kebakaran kedepan Pemadaman kebakaran Pencegahan kebakaran Pembinaan masyarakat Penyelamatan terhadap bencana lainnya (banjir, gempa, longsor, jembatan / bangunan runtuh, angin ribut, kerusuhan massa, genangn air dll) Penanganan benda berbahaya IMPLIKASI 1. Reorientasi keberadaan IPK 2. Peningkatan peran dan kinerja 3. Pembinaan SDM 4. Pembinaan prasarana dan sarana 5. Peraturan pendukung Gmb 2.2 Tuntutan misi IPK kedepan 2.5. Realisasi Anggaran Perkembangan anggaran Dinas Pemadam Kebakaran dari tahun 2006 hingga tahun 2009 meningkat ratarata 42%, per tahun, di mana besaran angka rencana anggaran tahun 2006 Rp , meningkat menjadi Rp , di tahun Namun reliasasi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 31

32 penggunaan anggaran hanya berkisar 90% setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2007 hanya mampu melaksanakan realisasi anggaran 67%. Oleh karena itu berdasarkan pengalaman masa lalu, maka realisasi di tahun tahun berikutnya diharapkan mampu menyerap seratus prosen terhadap anggaran. Umumnya keslitan pemanfaatan anggaran terdiri dari persoalan jatuh tempo penarikan anggaran yang mundur waktu pelaksanaannya dari keuangan negara, dan terjadi perubahan spesifik kendala. Secara rinci rencana dan realisasi anggaran Dinas Pemadam Kebakaran dapat di lihat pada tabel berikut ini, Tabel.2.6 Realisasi Anggaran Dinas Pemadam Kebakaran Tahun Rencana (rp) Realisasi (rp) % Pencapaian , , , ,68 Sumber data: Bappeda Draft Awal RPJMD Kota Depok Terjadi penurunan anggaran sebesar 15% pada tahun 2009 dibandingkan tahun Meskipun demikian realisasi penggunaan anggaran di kedua tahun tersebut relatif tetap. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 32

33 BAB III ISUISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Pasca 2000 Depok berkembang menjadi 6 (enam) kecamatan dan 63 (enam puluh tiga) kelurahan, menunjukkan intensitas perkembangan yang sangat tinggi selain di sektor Pemerintahan, maupun di sektor industri, ekonomi dan perdagangan. Adanya berbagai perguruan tinggi ternama di kota Depok disamping perkembangan di sektor ekonomi, perdagangan dan jasa serta industri meningkatkan arus urbanisasi ke kota ini yang membawa dampak peningkatan pembangunan perumahan dan permukiman. Dengan laju pembangunan yang demikian cepat maka diprediksi kawasan terbangun di wilayah ini sampai tahun 2011 akan meluas mendekati 53% luas kota dan ruangruang terbuka hijau akan menyusut sampai tinggal 47% saja. Mencermati data Tabel 2.1 dan tabel.2.2 pada bab sebelumnya, ratarata dalam setahun terjadi sekitar 76 kali kebakaran dengan mayoritas rumah tinggal sebesar 48,8%, diikuti lainlain 39,3% dan industri 11,87%. Disamping terlihat terjadi kecenderungan kenaikan kerugian akibat kebakaran. Pada tahun 2009 terjadi 21 kejadian kebakaran, dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 75 kejadian, sungguh suatu perkembangan yang mengkuatirkan bagi pencegahan kerugian material maupun kelancaran roda ekonomi Kota Depok. Meskipun sebenarnya dalam menangani kebakaran, antara Kota Depok dengan tetangga baik ibukota DKI Jakarta maupun Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi serta Kota Tangerang telah terjalin kerjasama penanganan kebakaran (mutual aid), namun belum dapat dikatakan memadai penanganannya akibat minimnya sarana prasarana dan personil yang ada dan ketersediaan lintas kerjasama kota, sehingga permasalahan yang timbul adalah bagaimana mengadakan kesesuaian jumlah dan kualitas sarana prasarana dan personil sesuai dengan kebutuhan. Melihat perkembangan pemanfaatan ruang, dalam draft RTRW Kota Depok (sumber: halaman II6 Rancangan Awal RPJMD Kota Depok ) kawasan terbangun mencapai 69,57% luas wilayah Kota Depok ( Ha). Proporsi kawasan terbangunan didominasi 4 sektor jenis pemanfaatan lahan, yakni; perumahan formal dan swadaya (51,07%), Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 33

34 kemudian sarana pelayan umum (6,22%), Industri dan perdagangan (4,13%) dan perdagangan, niaga dan jasa (3,63%). Dari sisi pengunaan lahan, RTRW Kota Depok mencatat proporsi lahan terbangun meningkat pesat dalam lima tahun terakhir, sekitar Ha atau 46,49% pada tahun 2005 menjadi sebesar ,99 Ha (52,30%) pada tahun 2030, atau rata rata pertumbuhan lahan terbangun mencapai 3,14% per tahun. Jika pengembangan Kota dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk Kota Depok berdasarkan proyeksi tahun 2010 sebagaimana tabel 3.1. di bawah ini, nampak Tabel.3.1 Proyeksi Penduduk Kota Depok Tahun Proyeksi (jiwa) Sumber data: RPJMD Kota Depok bahwa disamping dominasi penggunaan lahan yang semakin tinggi terhadap kawasan terbangun, juga dibarengi dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi mencapai 2,46%, sehingga dalam konteks keamanan terhadap bencana kebakaran perlu antisipasi pencegahan yang lebih kearah preventif ketimbang penanggulangan. Ditinjau dari pola guna lahan Kota Depok, terjadi perubahan penggunaan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun selama kurun waktu tujuh tahun ( ) meningkat sebesar 22,03% atau sekitar 3,67% pertahun atau dari Ha pada tahun 2002 menjadi ,6 Ha pada tahun 2010, sehingga komposisi lahan pada tahun 2010 menjadi 52,23% lahan terbangun dan 47,64% lahan non terbangun di dalamnya termasuk lahan untuk jalan sebesar Ha atau 10,03% dari total luas wilayah Kota Depok sebesar Ha (sumber data: Data Pokok Pembangunan Berbasis Peta Tematik Kota Depok 2010, halaman 2829). Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 34

35 Selanjutnya jika ditinjau dari intensitas pemanfaatan ruang yang diklasifikasikan dari tingkatan sangat tinggi hingga rendah, satu kecamatan (Cinere) masuk kategori tinggi dan enam kecamatan berada pada kategori tinggi, selebihnya sedang hingga rendah. Bila dikaitkan dengan frekuensi kebakaran per kecamatan, maka nampak bahwa intensitas pemanfaatan ruang tinggi dengan frekuensi kebakaran tidak secara signifikan berkorelasi, hal lain yang menyebabkan adalah kesadaran akan keamanan penggunaan peralatan yang dapat memicu kebakaran dan kondisi bangunan yang kurang memperhatikan persyaratan bahaya kebakaran menjadi pemicu kejadian, kesulitan penganangan dalam mengatasi kejadian dipicu pula dari luas jalan yang kurang menunjang percepatan waktu tanggap dan pemulihan kondisi. Secara rinci dapat di lihat pada tabel di bawah ini. No Nama Kecamatan Tabel 3.2 Kejadian kebakaran tiap kecamatan. Frekuensi Kebakaran ( ) Kelurahan dengan kebakaran terbanyak dalam kecamatan Intensintas pemanfaatan ruanag 1 Tapos 17 Sukamaju Baru (4) Rendah 2 Pancoran Mas 16 Depok(1), Depok Jaya (7) Tinggi 3 Cimanggis 14 Harjamukti (4), Tugu (3) Tinggi 4 Sukmajaya 10 Baktijaya(3), Mekarjaya (3) Tinggi 5 Beji 8 Beji (3) Tinggi 6 Cipayung 7 Cipayung Jaya (3) Pondok Rendah Terong (2) 7 Cilodong 7 Cilodong (3) Tinggi 8 Cinere 7 Cinere (6) Sangat tinggi 9 Bojong Sari 5 Pondok Petir (2) Sedang 10 Sawangan 3 Sedang 11 Limo 1 Tinggi Sejalan dengan perkembangan kawasan bangunan dan jumlah penduduk, Kota diharapkan mampu memberikan fungsi aman, tertib, lancar dan seimbang dalam menyediakan sarana dan prasarana baik infrastruktur maupun sosial ekonomi. Kenyataannya daya dukung transportasi hasil evaluasi kinerja jalan antara periode tahun melalui perhitungan V/A, diperoleh ruas jalan dengan nilai V/C rasio > 0,8 yang berarti pada beban puncak terjadi kemacetan dan ketidak nyamanan penggunaan jalan, dalam empat tahun terakhir ke tahun 2009 telah terjadi peningkatan jumlah ruas jalan mengalami kemacetan pada saat beban puncak, makna dalam Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 35

36 kaitan bencana kebakaran adalah apabila kejadian terjadi saat beban puncak jalan, maka upaya penanganan akan menjadi sangat beresiko. Persoalan yang perlu mendapat perhatian adalah penyebaran UPTD dan personil lapangan serta peralatan yang sesuai dengan kebutuhan jaman, khususnya menantisipasi semakin bertumbuhnya bangunan berlantai tinggi pada lokasi strategis maupun di wilayah pelosok. Selanjutnya mengacu kepada pengertian bahwa Wilayah Manajemen kebakaran dibentuk oleh pengelompokan hunian yang memiliki kesamaan kebutuhan proteksi kebakaran dalam batas wilayah yang ditentukan secara alamiah maupun buatan. Hal tersebut berpedoman berdasarkan Kepmeneg PU no 11/KPTS/2000 (direvisi menjadi Permen PU no 20/PRT/M/2009) ada beberapa hal yang menjadi batasan antara lain mengenai waktu tanggap (response time), radius daerah layanan, jarakjarak perlindungan dari lokasi sektor pemadam dan halhal lain yang memberikan kontribusi terhadap wilayah jangkauan layanan. Hal hal tersebut adalah menyangkut analisis risiko kebakaran yang meliputi kebutuhan sumber air dan klasifikasi risiko bahaya kebakaran. Dari sini dapat dikatakan bahwa unsure utama yang penting dalam perencanaan WMK adalah penentuan penyediaan air untuk pemadaman kebakaran. Jika mengacu kepada uraian di atas, maka persoalan potensial yang perlu mendapat perhatian dalam upaya penanggulangan bahaya kebakaran adalah tersedianya kecukupan sumberdaya air sebagai faktor pendukung utama dalam penangan kejadian di lapang. Perkembangan struktur kota juga diimbangi dengan pertambahan jalan dari dan menuju pelosok bangunan dan sarana kota, semakin rendah kualitas jangkuan dan aksesisbilitas menuju lokasi sasaran kejadian, maka semakin sulit pencapaian segera penanggulangan bencana yang dikenal sebagai waktu tanggap. Waktu tanggap terhadap pemberitahuan kebakaran adalah total waktu dari saat menerima berita pengiriman pasukan dan sarana pemadaman kebakaran ke lokasi kebakaran sampai dengan kondisi siap untuk melaksanakan pemadaman kebakaran. Waktu tanggap terdiri atas waktu pengiriman pasukan dan sarana pemadam kebakaran (dispatch time), waktu perjalanan menuju lokasi kebakaran, dan waktu menggelar sarana pemadam kebakaran sampai siap untuk melaksanakan pemadaman (lihat Kepmen PU Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 36

37 no 11/KPTS/2000 sebagai referensi). Untuk kondisi di Indonesia, waktu tanggap tidak lebih dari 15 (lima belas) menit. Oleh karena itu persoalan penanganan kebakaran sangat berkaitan dengan pelayanan yang dilakukan oleh sektor lainnya, semakin holistik dan sistimatik koordinasi kerja lintas sektoral, maka semakin diharapkan pelayanan dasar sektor kebakaran dan bencana dapat dilaksanakan dengan baik. Kerangka kerja penangan bencana kebakaran dibagi berdasarkan satuan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) yakni, wilayah hunian yang memiliki kebutuhan air pemadam kebakaran yang relatif homogen. Hal ini dapat diartikan bahwa daerah itu relatif homogen dilihat dari ukuran bangunan, jenis bahan bangunan dan tingkat Angka Resiko Kebakarannya. Kondisi ideal perencanaan WMK adalah bila setiap unit hunian dalam wilayah itu merupakan satuan unit terbakar (fire cell) yang terpisah satu sama lain. Dengan cara demikian diperoleh Jumlah Pasokan Air Kebakaran yang terdefinisi dengan baik. Sebagaimana yang terjadi pada kondisi pemukiman di Indonesia pada umumnya dan, khususnya kotakota besar, biasanya wilayah permukiman belum tertata dengan baik akibat pertumbuhan yang cepat, terutama yang dilakukan masyarakat secara swadaya, seperti misalnya suatu kawasan padat hunian dengan permukiman rumah tinggal yang padat, berimpitan, dengan jarak pemisahan api (fire separation) relatif dekat. Kondisi seperti tidak ideal seperti ini memerlukan pendekatan (asumsi) khusus untuk penentuan Perkiraan Laju Kebutuhan Air Kebakaran dan penentuan WMK. Untuk itu digunakan asumsi beberapa rumah tinggal di kawasan padat penduduk dapat diperhitungan sebagai satu fire cell. Berdasarkan statistik, pada saat kebakaran kampung padat penduduk, kendaraan pumper datang pada saat kebakaran misalnya mencapai 10 rumah, maka jumlah 10 rumah itu dianggap sebagai satu fire cell, dengan ukuran (luas, dan volume), serta jenis bahan bangunan, dan angka resiko kebakaran (ARK) sama. Untukm itu, persoalan penanganan apabila terjadi bencana kebakaran menjadi semakin kompleks. Pentingnya menyadarkan masyarakat pada hunian padat mengatasi gawat darurat apabila terjadi kebakaran dapat menjadi salah satu jalan keluar yang bersifat preventif terhadap dampak yang lebih luas. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 37

38 Penangan bencana kebakaran tidak terlepas dengan unsur penunjang lainnnya, antara lain ketersedian air sebagai bahan baku utama mengatasi pemadaman. Selain faktor Pasokan Air Kebakaran, penentuan WMK juga dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah. Kendalakendala yang disebabkan kondisi geografis seperti misalnya sungai, danau (situ), rel kereta api, jalan tol, dan sebagainya menjadi penentu apakah satu permukiman dapat digabungkan dengan permukiman lainnya ke dalam satu WMK. Wilayah pemukiman penduduk di kota Depok dibelah dua oleh jalan Tol Jagorawi. Sebagian kecil ada di timur jalan tol (5%). Sementara sisanya (95%) ada di sebelah barat jalan Tol Jagorawi. Ketidak merataan penyebaran pemukiman penduduk juga menjadi salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam menempatkan satuan pemadam kebakaran kota, disamping pertimbangan arah pengembangan pemukiman penduduk kota yang telah diuraikan di atas. Kondisi jalan di Kota Depok berdasarkan data Dinas Bina Marga tahun 2009, panjang jalan mencapai 503,24 km dengan rincian 14,31 km (2,8%) merupakan jalan negara, 19,16 km (3,8%) jalan provinsi dan 467,77 km jalan kota (93,4%). Kondisi status jalan kota terdiri dari jalan utama, jalan penghubung dan jalan lingkungan, di mana status jalan lingkungan mendominasi panjang jalan di Kota Depok. Saat ini Dinas Pemadam Kebakaran memiliki 10 unit kendaraan besar untuk kapasitas jalan lebar enam meter (minimal jalan penghubung), hal ini akan menyulitkan operasional penanggulangan bencana kebakaran jika terjadi pada wilayah bangunan yang hanya memiliki lebar jalan empat meter ke bawah, oleh karena itu kebutuhan kendaraan pemadam kebakaran ukuran kecil diperlukan untuk mengatasi penanganan pada daerah tersebut. Disamping itu, tumbuh suburnya bangunan bertingkat lebih dari tiga lantai juga sudah mulai bertebaran di Kota Depok, ada dua persoalan yang dihadapi pada kondisi bangunan seperti ini, yakni, diperlukan kendaraan operasional yang dilengkapi tangga tinggi dan kesiapan bangunan memenuhi persyaratan ijin bangunan dengan ketersediaan alat pemadam kebakaran ukuran gedung, untuk itu perlu dilakukan koordinasi kerja antara dinas terkait yang membawahi perijinan bangunan maupun lainnya dengan Dinas Pemadam Kebakaran, dalam rangka melakukan tindakan preventif terhadap bahaya laten kebakaran. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 38

39 3.2 Telaahan Visi, Misi, Pemerintah Kota Depok Langkah awal pelaksanaan tugas Dinas Pemadam Kebakaran kota Depok tidak terlepas dari statuta Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Depok Tahun yang mengacu kepada arahan Rencana pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) Kota Depok Tahun untuk pembangunan daerah tahap kedua. Perumusan visi dan misi Kota Depok ini dilakukan untuk menjawab permasalahan umum daerah yang berlaku saat ini, dan prediksi kondisi umum daerah yang diperkirakan akan berlaku. Visi Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Kota Depok serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Kota Depok tahun yng hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Depok adalah : Terwujudnya Kota Depok yang maju dan sejahtera. Misi Sebagai penjabaran visi Pemerintah Kota Depok diatas disusunlah misi pembangunan Kota Depok dalam rangka mewujudkan visi Terwujudnya Kota Depok yang maju dan sejahtera, dengan rincian sebagai berikut: 1. Mewujudkan pelayanan publik yang professional, berbasis teknologi informasi; 2. Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi local; 3. Mewujudkan infrastruktur dan lingkungan yang nyaman; 4. Mewujudkan SDM unggul, kreatif dan religius. Memperhatikan Visi dan Misi Kota Depok, maka peran dan fungsi Dinas Pemadam kebakaran menduduki posisi yang strategis dalam pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam melindungi dan mencegah terjadi bencana kebakaran yang dapat menimbulkan dampak kerugian material dan non material yang besar. Makna maju dan sejahtera dalam ungkapan visi Kota Depok di atas dalam konteks penugasan kerja bencana, berarti usaha preventif lebih Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 39

40 penting daripada penanggulangan kejadian, dan ini dituangkan dalam misi Kota depok butir satu yang menekankan pelayanan publik yang profesional dan perlu ditunjang dengan teknologi tinggi. Misi kedua menunjukkan bahwa pencegahan bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, namun juga pelibatan masyarakat yang komprehensif dan sistemik melalui berbagai kegiatan diseminasi dan sosialisasi terus menerus terhadap tanggap darurat bencana. Sedangkan pelaksanaan misi ketiga dan keempat merupakan bentuk koordim\nasi lintas sektoral di mana usaha pencegahan terhadap bencana kebakaran perlu melibatkan SKPD lainnya karena terdapat bagian tugas pokok fungsi yang otoritasnya tidak dimiliki oleh Dinas Pemadam Kebakaran. Melihat capaian di masa datang, peran dan fungsi Dinas Pemadam Kebakaran ke depan tidak lagi berperan untuk menanggulangi kejadian bencana dan kebakaran, melainkan berperan memberikan rasa nyaman bagi keseluruhan kehidupan penduduk kota terhindar dari bencana. Oleh karena itu keterpaduan program lintas sektoral menjadi salah satu kata kunci dalam mewujudkan Kota Depok yang aman sejahtera bagi penduduknya, sesuai bunyi misi ke empat kota Depok, yakni mewujudkan infrastruktur dan lingkungan yang nyaman. Dengan demikian maka tuntutan misi Dinas Pemadam kebakaran ke depan dap[at digambarkan sebagai berikut; TUNTUTAN MISI KEDEPAN Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 40

41 Saat ini INSTANSI PEMADAM KEBAKARAN Pemadaman kebakaran Pencegahan kebakaran Pembinaan masyarakat Penyelamatan terhadap bencana lainnya (banjir, gempa, longsor, jembatan / bangunan runtuh, angin ribut, kerusuhan massa, genangn air dll) IMPLIKASI 1. Re0rientasi keberadaan IPK 2. Peningkatan peran dan kinerja 3. Pembinaan SDM 4. Pembinaan prasarana dan sarana 5. Peraturan pendukung kedepan Penanganan benda berbahaya 3.3 Telaahan Renstra Kota Gmb 1.4 Tuntutan misi kedepan Memperhatikan Rencana Strategis Pembangunan Kota Depok , maka Issueissue strategis yang berkaitan dengan tugas pokok fungsi Dinas Pemadam Kebakaran dapat dijelaskan secara ringkas melalui tabel di bawah ini. No ISSUE STRATEGIS PERMASALAHAN STRATEGIS 1 Pelayanan Publik Kualitas pelayanan publik baik dalam pelayanan perijinan perlu ditingkatkan Integritas dan profesionalitas aparatur pemerintah daerah perlu ditingkatkan Daya dukung infrastruktur pelayanan publik perlu ditingkatkan 2 Pendidikan Akses sebagian penduduk terhadap fasilitas pendidikan dan keterampilan yang masih rendah Ketersediaan tenaga kerja terdidik, terampil dan siap pakai 3 Kependudukan Laju pertumbuhan penduduk dari migrasi penduduk yang cukup tinggi 4 Sarana dan Prasarana Perhubungan/Transportasi Terdapat titik kemacetan dan kerusakan jalan yang menurunkan tingkat aksesibilitas jaringan jalan Masih terbatasnya ruas jalan khususnya akses barattimur Kota Depok Masih terbatasnya akses ke sentra ekonomi unggulan Perlu ditingkatkannya kinerja moda angkutan dan terminal 5 Pelayanan Sampah Meningkatnya cakupan layanan persampahan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 41

42 Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah 6 Pelayanan Air Bersih Meningkatnya cakupan layanan air bersih Meningkatnya kemandirian dalam penyediaan sarana air bersih 7 Penanganan Banjir Keberadaan titik banjir dan kinerja jaringan drainase Berkurangnya daerah resapan air dan alih fungsi RTH menjadi kawasan terbangun Sumber: Hasil Analisis, 2010 Atas dasar issue strategis Kota Depok tersebut di atas, maka kinerja Dinas Pemadam Kebakaran diarahkan untuk; 1. Meningkatkan pelayanan publik untuk mencapai waktu tanggap yang lebih baik atau menuju ke angka 15 menit sesuai standard nasional untuk penanganan kebakaran, 2. Meningkatkan capacity building masyarakat dalam memandirikan dan memperkuat basis masyarakat untuk menangan lebih dini apabila terjadi bencana, 3. Mengantisipasi pertumbuhan penduduk yang biasanya sejalan dengan pertumbuhan rumh tinggal terhadap rawan bencana, 4. Mengsinkronisasikan pertumbuhan jalan dengan sarana prasana kedinasan dalam rangka menciptakan kondisi aman bencana 5. Melakukan koordinasi bahaya kebakaran dan rawan bencana lainnnya dengan dinas terkait, baik dalam hal sampah sebagai pemicu bencana dan lainnnya, serta kebutuhan hidran berkaitan dengan penyediaan air minum kota. 3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Struktur penyebaran Permukiman penduduk terbelah oleh jalan tol, pada sisi timur jalan Tol Jagorawi, pemukiman hanya mencakup 5% dari total pemukiman. Wilayah pertama adalah wilayah Harjamukti (lihat peta 3.1 Peta Wilayah Timur Tol Jagorawi, dibatasi garis merah tebal) yang dibatasi sungai kali Sunter di bagian timur dengan wilayah Gunung PutriBogor, Jalan Tol outer ringroad JatiAsih. Akses menuju daerah ini dari kota Depok sangat terbatas, dan di sebelah timur jalan tol Jagorawi itu menjadi terbatas, hanya melalui satu jalan kolektor yaitu jalan Trans Yogi. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 42

43 Gmb 3.1 Peta Wilayah Harjamukti dan Leuwinanggung (Catatan Harjamukti merah tebal, Leuwinanggung biru tebal) Wilayah yang kedua adalah wilayah Leuwinanggung yang dibatasi sungai Cikeas. Wilayah ini bahkan hanya dilayani oleh jalan lingkungan, sehingga pergerakan mobil kebakaran menuju wilayah ini sangat terbatas. (lihat peta dengan garis biru tebal). Kedua wilayah ini, Harjamukti dan Leuwinanggung didominasi oleh bangunan perumahan dengan kepadatan sedangrendah (lihat Peta 3.2 Kepadatan Bangunan KDB Kota Depok). Karena letaknya yang dipisahkan jalan tol, sehingga akses ke kedua wilayah ini menjadi terbatas, maka sebaiknya kedua wilayah ini berada dalam WMK tersendiri, terpisah dari WMK di sebelah barat jalan tol. Pelayanan pemadaman dikoordinir dari sektor Cimanggis dengan layanan utama berasal dari mutual aid dengan kabupaten Bogor (Wil WMK Gunung Putri Bogor). Peranan Dinas Kebakaran Depok sektor Cimanggis untuk daerah ini dikonsentrasikan pada Pencegahan dan Pembentukan Peran Serta Masyarakat. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 43

44 Gmb 3.2 Peta Kepadatan Bangunan KDB Kota Depok. (Catatan kuningcoklat KDB tinggi,kuning tua KDB sedang, kuning muda KDB rendah) Permukiman penduduk terbesar terletak pada sisi barat jalan Tol Jagorawi (95%). wilayah terbesar kota Depok yang berada di sebelah barat jalan Tol Jagorawi ini, terbagi oleh dua buah sungai besar yaitu sungai Ciliwung dan sungai Sawangan. Dengan demikian sekurangnya diperlukan 3 Wilayah Manajemen Kebakaran untuk wilayah kota Depok bagian barat jalan Tol Jagorawi. Secara keseluruhan, depok didominasi oleh pemukiman dengan kepadatan bangunan (KDB) mengengah/sedang. Wilayah Depok bagian utara seperti daerah Gandul, Sawangan dan Cimanggis. Sementara Depok bagian selatan seperti Sawangan selatan, Bojongsari Selatan, Permukiman ini tumbuh, berkembang secara alami oleh masyarakat, dan belum ada pengaturan oleh pemerintah, jalan lingkungan yang tidak tertata atau terpola (lihat foto udara dilingkari hitam). Untuk daerah permukiman yang merupakan daerah pengembangan, maka wilayah itu mempunyai pola aksesibilitas jalan raya yang lebih tertata (lihat foto udara dilingkari biru). Hal lain yang perlu dikaji adalah Wilayah Perdagangan (Komersial) Margonda Strip, satu kendala geografis lagi adalah jalan kereta api yang membelah kota Depok dari utara ke selatan. Jalan kereta api ini membentuk satu wilayah manajemen kebakaran yang berbentuk pita (strip). Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 44

45 Wilayah ini berada di sepanjang jalan MargondaCitayam. Wilayah ini dibatasi sungai Ciliwung (di timur) dan rel kereta api (di barat). Wilayah ini diatur menjadi satu WMK, meskipun jenis hunian di wilayah ini sangatlah bervariasi dari ukuran maupun resiko kebakaran. Beberapa bangunan besar ada di daerah ini, diantaranya Pasar Kemiri Muka, Pusat Perbenjaan Goro, Depok Plaza, Pusat perbelanjaan Ramayana, ITC Depok, Hero, Borobudur, beberapa hotel, Universitas Indonesia, Rumah sakit Hermina, RS Harapan Depok, disamping pertokoanpertokoan disepanjang jalan Margonda. Wilayah ini merupakan permukiman padat, sehingga Pasokan Air memerlukan asumsiasumsi tersendiri, selain juga bangunanbangunan besar yang ada di Margonda strip ini. Wilayah Industri Pengolahan merupakan bagian lainnnya dari Kota Depok mempunyai beberapa wilayah yang berkembang sebagai wilayah industri pengolahan, seperti misalnya di Jatijajar, Cimanggis, dan beberapa di Sawangan. Karena wilayahwilayah ini ada dan sudah berkembang sebelum RTRW kota Depok tersusun, maka kondisi ini menimbulkan kesulitan tersendiri bagi Dinas Pemadam Kebakaran Depok. Wilayah ini didominasi oleh bangunan besar (luas dan volume tinggi) yang digunakan sebagai plant pengolahan, manufaktur, dan juga sebagai bangunan gudang penyimpanan dengan timbunan material tinggi. Strategi yang tepat DPK dan kesiagaan tinggi manajemen pabrik menjadi dasar bagi perlindungan kebakaran di kawasan ini. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 45

46 Gmb 3.3 Peta Wilayah dengan pemukiman padat di sekitar Margonda Strip. Padat tidak tertata (lingkaran hitam) dan permukiman tertata Pesona Depok (lingk biru) Proteksi Kawasan Khusus, di Kota Depok terdapat Kawasankawasan khusus seperti pemerintahan, pasar, rumah sakit, militer dan sebagainya perlu menjadi perhatian dalam hal penempatan pos dan pasokan air. Kawasan militer biasanya lebih tertutup, sehingga tidak banyak dibahas. Kawasan pemerintahan utama kota Depok berpusat di kawan pusat di Jalan Margonda. Perlindungan kebakaran menjadi satu bagian dari proteksi kebakaran di seluruh kawasan bisnis Raya Margonda. Bangunan/Kawasan khusus lainnya yang perlu diperhatikan adalah bangunan pasar, khususnya pasar tradisional, yang melibatkan kegiatan ekonomi banyak orang khususnya dari masyarakat bawah. Beberapa bangunan pasar yang didapatkan datanya dari Depok Dalam Angka 2009 diantaranya dapat dilihat secara rinci dalam tabel 3.3. di bawah ini. Pasar Tugu mempunyai kerawanan yang tinggi karena mempunyai kepadatan penghunian yang paling tinggi (6m2/pedagang). Selain kepadatan perlu juga diperhatikan jumlah PKL. Dari jumlah PKL Pasar Cisalak (620) dan Pasar Kemiri Muka (620) mencerminkan kerawanan yang Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 46

47 tinggi karena dapat menjadi hambatan akses ke bangunan pasar. Sementara Pasar Kemiri Muka mempunyai luasan yang paling besar dengan kepadatan terendah. Gmb 3.4 Peta wilayah kawasan industri di kota Depok Catatan : Konsentrasi wilayah industri terdapat di Raya Bogor Cimanggis, dan Sawangan Tabel 3.3 Daftar Bangunan Pasar dan Luasannya No Nama Pasar Bangunan Luasan Jml pedagang* m2/pedagang* Los Kios PKL 1 Cisalak Agung Depok 2 Timur Musi Kemiri Muka Tugu Reni Jaya Sukatani Sumber Depok Dalam Angka 2009, * dihitung satu los/kios/pkl satu pedagang Oleh karena itu pertimbangan untuk perencanaan proteksi kebakaran bangunan bernilai strategisekonomi,perlu dipikirkan keamanannya melalui pembentukan pos mobil kebakaran yang dapat ditempatkan (urutan prioritas) di dekat pasar. Atau dengan urutan prioritas Tugu, Pasar Cisalak, Pasar Kemiri Muka, Pasar Agung,Pasar Sukatani,, dan Pasar Musi. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 47

48 3.5 Penentuan Isuisu Strategis Basis penentuan jumlah dan lokasi pos pemadam Daerahdaerah strategis bernilai ekonomis tinggi di kota depok khususnya bangunan industri pengolahan terdapat di antaranya di kecamatan Cimanggis dan kecamatan Tapos. Wilayah industri di kecamatan Tapos ini terdapat pada jalan Raya Bogor antara Jatijajar dan Cilangkap. Demikian pula adanya kawasan terbangun untuk daerah industri pengolahan yang ada di wilayah kecamatan Cimanggis terdapat daerah industri dekat dengan jalan Tol Jagorawi dan Jalan Puri Tunggal. Proteksi eksisting diberikan oleh UPT Cimanggis (utama) dari Mako Kota Kembang. Catatan untuk Mako Kota Kembang, akses langsung ke daerah Cimanggis terhambat oleh lebar jalan yang tidak mencukupi. Hal ini akan menyebabkan waktu kedatangan mobil pemadam dari Mako akan lebih lambat. Dengan mengacu RTRW 2010, dimana Cimanggis strip ini akan dikembangkan menjadi wilayah utama industri, maka diantisipasi penambahan pos kebakaran di daerah ini. Selain itu, UPT wilayah ini juga harus mencakup wilayah Tapos yang memiliki pertimbangan tertentu untuk penempatan pos Pemadam Kebakaran. Sebagai usulan, pos tambahan (prioritas) utama, dengan dua mobil pumper, ditempatkan di sepanjang Jalan Raya Bogor. Dan pos kedua (additional), dengan satu mobil pumper, dibangun di wilayah VVIP Tapos. Kedua pos tambahan ini dapat diintegrasikan menjadi bagian dari UPT Cimanggis. Daerah strategis ekonomi tinggi lainnya adalah Margonda Strip (lihat peta 3.3) sebuah kawasan perdagangan perhotelan yang padat di sepanjang jalan Margonda. Daerah ini mempunyai keterbatasan terkendala secara geografis untuk memperoleh layanan pos pemadam kebakaran. Wilayah ini dibatasi oleh jalur kereta api di sebelah barat dan sungai ciliwung di sebelah kiri. Dengan kendala geografis tersebut maka akses menuju derah ini menjadi terbatas, sementara nilai strategis ekonomis daerah ini tinggi. Di daerah Margonda strip ini terdapat bangunan UI, Pasar kemiri muka, pusat pertkoan dan hotel, serta kantor walikota Depok. Bulatan merah pada gambar di bawah ini, menunjukkan usulan lokasi pos pemadam kebakaran. Untuk Margonda Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 48

49 strip ini diusulkan dilayani oleh dua buah pos pemadam dengan lokasi pos disekitarjalan margonda sekitar pasar kemiri muka. Satu pos lagi terletak di pertemuan jl. Margonda dan jl. Citayam. Pos ini selain membantu Margonda strip juga mengcover daerah Pancoran Mas, dan Sukmajaya. Penempatan Pos kebakaran di BojongSari dipilih di jalan arteri Cinangka untuk memudahkan pergerakan dan menggurangi travel time kendaraan pemadam menuju lokasi kebakaran di kecamatan BojongSari dan Sawangan. Demikian pula penempatan Pos di Cipayung dipilih di jalan Raya Keadilan untuk mengcover daerahdaerah pasir putih,cipayung, dan sawangan (lihat gmb.5). Gmb 3.5. Peta usulan Lokasi Pos di kota Depok. Merah eksisting pos, hijau diusulkan, kuning Pos PK milik UI sebagai bantuan Basis penentuan jumlah dan kualifikasi mobil unit Pada setiap pos pemadam, idealnya tersedia 2 (dua) mobil unit dengan dilayani oleh 6 (enam) orang personil per mobil unit. Kebutuhan mobil unit sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.4 di bawah ini adalah 17 unit. Saat ini sudah tersedia 10 (sepuluh) unit terdiri atas : Kapasitas 5000 liter : 2 unit, kapasitas 4000 liter : 4 unit dan kapasitas 3000 liter : 4 unit. Untuk kebutuhan 10 Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 49

50 tahun kedepan diperlukan minimal 7 (tujuh) mobil unit minimum guna menjangkau layanan waktu tanggap (response time) 15 menit Basis penentuan jumlah dan kualifikasi SDM Salah satu indikator utama dalam penentuan jumlah personil adalah kebutuhan jumlah mobil pemadam, karena ada dasar kebutuhan jumlah personil yang menangani mobil pemadam tersebut. Dalam Permen no 20/M/2008 setiap unit mobil pemadam dilayani oleh 6 (enam) orang personil. Saat ini baru 3 (tiga) personil yang dialokasikan melayani 1 (satu) mobil unit, kecuali di Mako dilayani oleh 4 (empat) orang. Dengan demikian apabila digunakan jumlah ini, dan dengan proyeksi ada 4 (empat) pos pemadam atau lebih tepat sector pemadam, dengan kebutuhan mobil pemadam sebagaimana tercantum pada Tabel 5.3, maka jumlah pesonil yang dibutuhkan seluruhnya adalah 132 orang. Dengan jumlah personil yang ada pada saat ini berjumlah 46 orang, maka kebutuhan personil atau kekurangannya adalah 86 orang. (Lihat Tabel 5.5). Standar kualifikasi aparatur pemadam kebakaran, sesuai dengan Permendagri no 16/2009 terdiri atas : a. Pemadam 1, Pemadam 2, dan Pemadam 3 b. Inspektur Muda Kebakaran c. Inspektur Madya Kebakaran d. Inspektur Utama Kebakaran e. Penyuluh Muda Kebakaran f. Penyuluh Madya Kebakaran g. Investigator Muda Kebakaran h. Investigator Madya Kebakaran i. Instruktur Muda Kebakaran j. Instruktur Madya Kebakaran k. Operator Mobil kebakaran l. Montir Mobil Kebakaran m. Caraka Mobil Kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 50

51 n. Operator Komunikasi Kebakaran Perlu inventarisasi mengenai kualifikasi jenis jabatan dan jumlah yang ada pada saat ini di Dinas Kebakaran Kota Depok dalam rangka pembinaan dan pengembangan SDM kedepan. Proyeksi mengenai hal tersebut melalui perhitungan matematis dengan memperhatikan cakupan wilayah, maka besarnya kebutuhan realistis SDM dapat digambarkan sebagaimana dicantumkan pada Tabel 3.5, sehingga pada akhirnya defisit personil adalah besarnya Kekurangan personil di mana besaran kebutuhan dikurangi tenaga personil yang ada saat ini atau dengan kata lain 258 personil 50 personil = 208 personil Tabel 3.4 Kebutuhan realistis personil berbasis jumlah mobil unit No Lokasi / Rencana kebutuhan personil basis jml mobil unit Yang ada Kecamatan Jml unit Jml org Jml shift Total org saat ini 1 Cimanggis Cinere Bojongsari Cipayung Beji Cilangkap Sawangan Total 14 unit 168 org 30 org 6 MAKO / Dinas 4 mobil pompa mobil tangga mobil rescue mobil komando mbl submersible mobil ambulans Total 9 unit Total seluruhnya 23 unit Sumber : Permen PU No 20/PRT/M/2009 dan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok Kebutuhan Pasokan Air untuk Pemadaman Perencanaan dan penanggulangan kebakaran secara menyeluruh diawali dengan penentuan kebutuhan pasokan air untuk wilayah Kota Depok. Untuk itu wilayah Kota Depok perlu dibagibagi dalam daerahdaerah kewenangan penanggulangan kebakaran yang disebut sebagai area Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 51

52 manajemen kebakaran (fire management area, WMK) yang sesuai dengan ketentuan dalam Kepmeneg PU no 11/KPTS/2000 yang kini direvisi menjadi Permen PU no 28/M/2009. WMK dibentuk berdasarkan kelompok hunian yang memiliki kebutuhan proteksi kebakaran yang sama dalam batasbatas wilayah yang dibuat alami maupun ditentukan oleh manusia. Selanjutnya sistem notifikasi atau pemberitahuan akan adanya kebakaran dapat dibuat atau ditetapkan lewat sistem komunikasi emergency di tiap WMK. Perkiraan pasokan air yang dibutuhkan ditentukan di masingmasing WMK berdasarkan karakteristik tipikal seperti kepadatan bangunan, jumlah penduduk, jenis dan jumlah bangunan yang ada dalam rangka memperoleh kapasitas air yang dibutuhkan dan laju layanan maksimum. Setelah batas WMK ditetapkan, maka selanjutnya ditentukan kebutuhan pasokan air untuk jenis bangunan yang dilindungi, dengan bangunan terbesar diambil sebagai basis perhitungan. Salah satu metoda sederhana adalah mengacu ke NFPA 1231 yang diadopsi oleh Kepmeneg PU no 11/KPTS/2000. Pasokan air total yang dihitung dengan metoda NFPA 1231 memberikan suatu estimasi berapa banyak air yang dibutuhkan untuk pemadaman kebakaran dalam bangunan yang disurvey jika bangunan tersebut terbakar seluruhnya. Semakin besar bangunan semakin banyak air yang dibutuhkan. Berdasarkan standar NFPA 1231 kebutuhan aliran air minimum untuk pemadaman kebakaran adalah sebagaimana tertera pada Tabel 3.4 berikut. Kerapkali kapasitas sebagaimana tertera pada Tabel 3.4 tersebut kurang memadai. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman banyak bangunan dan kondisi yang berpotensi kebutuhan yang melebihi 1000 galon /menit atau 4000 liter /menit. Namun peralatan yang dimiliki Dinas Kebakaran belum semuanya memungkinkan untuk itu. Jika suatu bahaya paparan menimbulkan permasalahan khusus misalnya penyimpanan cairan atau gas flamabel, adanya bahaya eksplosi) dapat diprkirakan diperlukan pasokan air tambahan untuk memproteksi bahaya paparan tersebut yang ditambahkan sebagai ekstra gpm terhadap laju layanan yang sebelumnya telah ditentukan. Kebutuhan pasokan air total dan laju layanan di atas didasarkan pada jumlah air maksimum yang diperlukan untuk mengendalikan banguan yang seluruhnya terbakar. Keberhasilan pemadaman tergantung pada penggunaan air tersebut secara tepat dalam proses pemadaman api yang berkembang cepat. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 52

53 Jika upaya pemadaman oleh mobil pemadam awal berlangsung sukses, api dapat dikendalikan cepat, dan penyebaran api ke bangunan lain dapat dihindari. Rumus yang umum dipakai untuk menentukan laju aplikasi pasokan air (application rate) adalah : (Panjang x lebar x tinggi ) : 100 = gpm Perhitungan pasokan air total, laju layanan, dan laju penerapan didasarkan pada volume total bangunan. Terkait dengan laju penerapan maksimum yang dibutuhkan untuk serangan awal yang efektif, ditentukan dari ruang terbuka terbesar dari bangunan tersebut, bukan seluruh bangunan untuk tujuan pra kebakaran. Tabel 3.5 Kebutuhan air minimum untuk pemadaman kebakaran Tipe hunian Kebutuhan air minimum Bangunan tunggal tanpa bahaya paparan Bangunan tunggal dengan bahaya paparan Bangunan jamak titik air tunggal tanpa bahaya paparan Bangunan jamak titik air tunggal dengan bahaya paparan 2000 galon (8000 liter) 3000 galon (12000 liter) 3000 galon (12000 liter) 3000 galon (12000 liter) Tabel 3.6 Laju layanan berdasarkan pasokan air total (NFPA 1231) Pasokan air total yang dibutuhkan Laju layanan yg dibutuhkan Sampai 2500 galon ( liter) 250 galon / menit (1000 liter/ menit) galon ( liter) 500 galon /menit ( 2000 liter/menit) galon ( liter) 750 galon / menit (3000 liter / menit) galon atau lebih ( liter atau lebih) 1000 galon / menit (4000 liter / menit) Sumber Air untuk Pemadaman dan proyeksi kedepan Saat ini di wilayah Kota Depok terdapat 157 titik hidran kota dan 1 (satu) terminal tandon air di Situ Lio, Kecamatan Pancoran Mas. Perlu diketahui di wilayah kota Depok terdapat 24 situ yang digunakan sebagai sumber air untuk pemadaman kebakaran. Disamping itu terdapat sungai Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 53

54 sungai, yang meskipun sulit dijangkau namun dapat digunakan, serta kolam air. Direncanakan pada tahun 2011 akan dikembangkan 3 (tiga) terminal air lagi yakni di Cipayung, Mampang dan Cilodong Delivery pasokan air pemadam kebakaran. Berdasarkan data sumber air yang dapat digunakan untuk layanan pemadam kebakaran, dari sumber PDAM, DPK, maupun dari data RTRW Kota Depok 2010, tersedia beberapa sumber air yang potensial, dimana cadangan airnya dapat dimanfaatkan untuk layanan Dinas Pemadam Kebakaran. Kendala utama adalah akses menujusumber air yang relative sempit dan kelas jalan yang tidak sesuai untuk tonase mobil pumper/tangker. Selain itu juga perlu dibangun (belum tersedia) lapisan perkerasan di dekat sumber tempat mobil DPK berhenti dan mengambil air. Selanjutnya diperlukan juga bangunanair, untuk sumur intake untuk memasukkan selang guna pengambilan air dari setu/sungai yang pada saat ini masih belum dibangun/ditetapkan. Sumber air, kondisi lingkungan sekitar sumber, dan akses ke sumber, investasi, pemeliharaan, dan sebagainya merupakan pertimbanganpertimbangan dalam memilih sumber pasokan dan metode memperoleh pasokan air. Setu Setu yang airnya digolongkan potensial sebagai sumber air pemadam kebakaran adalah setu yang memiliki cadangan air yang tidak kering sepanjang tahun, khususnya pada muslim kemarau. Beberapa setu semacam ini diantaranya Setu Rawa Besar kel. Depok Jaya Kec. Pancoran Mas, Setu Pengasinan kel. Pasir Putih Kec. Sawangan. Untuk dapat memanfaatkan setu, dapat digunakan beberapa cara: a. Pengambilan langsung. Mobil Pemadam (pumper maupun tangker) mendekati setu pada landasan perkerasan yang disediakan. Keuntungan system ini diperlukan investasi paling rendah dan pemeliharaan paling murah. Kerugiannya: kebanyakan jalan akses ke tepi setu pada umumnya sempit. Selain itu, pompa yang dioperasikan untuk menyedot air (dengan priming) yang ada di mobil cenderung tidak dipakai, terabaikan dan rusak. Demikian pula dengan selang isap terbuat dari karet berdiameter 6 inci yang disediakan, jarang dipakai. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 54

55 b. Pembuatan Pompa dan Jaringan Pipa hidran air baku DPK. Tekanan air dalam pipa tinggi (> 6 bar) untuk dapat mendorong valve inlet yang terdapat tangki mobil pumper maupun tangker. Metode ini mensyaratkan pompa yang berukuran besar (flow maupun tekanan) yang relative mahal harganya. Pompa diharuskan bekerja kontinyu sepanjang pengisian tangki mobil (410 menit). Untuk Pompa dengan sumber listrik, tidak akan ada masalah untuk on off dalam tempo 612 menit, tetapi bila digunakan pengerak disel, mematikan dan menghidupkan mesin diesel menjadi masalah serius. c. Pembuatan Pompa dan Reservoir Tangki Gravitasi dilengkapi jaringan pipa hidran air baku DPK. Jaringan pipa pasokan air pemadam yang mengunakan air setu yang ditamung dalam tangki gravitas dapat menjadi sarana yang dapat dipertimbangkan. Keuntungannya, jaringan pipa bertekanan rendah (sedang) antara 35 bar. Pompa tidak beroperasi menerus. Kerugian, diperlukan mobil DPK yang mempunyai pompa isap yang andal, pompa priming hingga selang isap. Biasanya fasilitas isap dengan priming serta selang isap jarang sekali digunakan. Pada umumnya petugas pemadam lebih banyak menggunakan portable pump atau floating pump untuk memperoleh air dari sumber langsung. Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu adanya upaya pengembangan jaringan pipa air pemadam kebakaran Situ Rawa Besar. Hal ini pada dasarnya upaya untuk memanfaat seluruh potensi yang ada terhadap kebutuhan pasokan air yang semakin berkembang sesuai dengan perkembangan kota. Secara umum peta wilayah pengembangan yang dapat diusulkan di masa depan dapat diilustrasikan berdasarkan gambar di bawah ini. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 55

56 Gmb 3.5 Usulan Pengembangan jaringan pipa air pemadam kebakaran Situ Rawa Besar Melayani kawasan bisnis Margonda dan Perumahan padat penduduk Depok Jaya Jaringan PDAM dan Tandon Air. Pembuatan tendon air dapat merupakan solusi yang murah, khususnya bila terdapat cukup lahan di tepi jalan di sepanjang jalur pipa pasokan air bersih PDAM (berdiameter > 4 inci). Jaringan ini dipilih karena menjangkau ke perumahanperumahan, maupun bangunan lainnya. Tandon air yang dibuat sekurangnya berukuran 12 m3 (3 tangki mobil 4 m3). Peta di bawah ini memperlihatkan jaringan pipa eksisting dari PDAM Tirta Kahuripan. Terlihat bahwa jalur pasokan air bersih PDAM ini hampoir pada semua jalan arteri diantaranya jalan Raya Cinangka, Raya Cinere, Jl. Keadilan, CitayamMargonda, Jl. Raya Sawangan, Jl. Dewi Sartika, dan juga Raya BogorCimanggis. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 56

57 Gmb 3.6 Peta jaringan pipa eksisting PDAM Kota Depok Sumber : Masterplan Jaringan Air Bersih Kota Depok, Lap Akhir PT Lemtek Konsultan Indonesia Waduk dan Saluran air baku/irigasi. Berdasarkan laporan Master Plan Jaringan Air Bersih Kota Depok, salah satu alternatif untuk memperoleh air baku adalah pembangunan waduk penampungan. Waduk ini terutama diusulkan dibangun pada DAS Sungai Angke dan Sungai Pesanggrahan. Dinas Pemadam Kebakaran, dalam hal ini dapat menjadi bagian dari pengguna dari pembangunan waduk tersebut. Penggunaan saluran tertutup berupa jaringan pipa air baku secara bersama gabungan antara PDAM dan DPK serta jaringan cabangnya dapat menjadi pertimbangan sumber pasokan yang handal dan murah. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 57

58 Tabel 3.7 PlusMinus waduk/bendung sebagai sumber air pemadam kebakaran. Faktor positif Integrated. Pembangunan waduk dapat dimanfaatkan bersama, baik oleh PDAM maupun oleh DPK. Demikian pula dengan rencana pemipaan air baku dimana pada titiktitik tertentu dapat dilengkapi dengan tap hidran khusus untuk mobil tangker/pumper DPK. Cost effective. Pemanfaatan bersama secara otomatis meninggkatkan nilai kegunaan prasarana waduk beserta jaringan pemipaan sehingga dari sisi biaya akan lebih efektif. Reliable. Sumber air baku berupa waduk akan lebih reliable khususnya pada musim kering, karena sungai Angke dan Sungai Pesanggrahan telah melalui survey kecukupan debit. Low Maintenance Cost. Sistem penyediaan air secara passive (bendung dan jaringan pipa) membutuhkan biaya pemeliharaan yang relative rendah nbila dibandingkan dengan system aktif (jaringan pipa dan pompa). Faktor negatif Coverage. Wilayah Timur kota Depok (Cimanggis, Cilangkap dan Tapos) belum dapat menikmati pasokan waduk ini karena letaknya ada di tengah dan barat wilayah Depok. Perlu usaha lain untuk mencukupkan kebutuhan air wilayah Timur yang relatif tinggi (industri). Timelineness. Waktu pembangunan waduk yang relatif lama. Demikian pula dengan jaringan pipa air baku ataupun saluran irigasi terbuka. High Initial Cost. Hambatan utama realisasi rencana pembangunan bendung dan waduk adalah pada faktor biaya yang relative tinggi. Skema pembiayaan termasuk adanya block grant dari pemerintah pusat atau pinjaman lunak dari swasta/negara lain perlu digali dan diusahakan. Gambar.3.7. Lokasi Pengembangan Waduk di sepanjang sungai Angke dan sungan Pesanggrahan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok 58

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang Undang No. 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 40 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

KOTA DEPOK TH NO. 08 TENTANG PEMBENTU. Menimbang. Pemerintahan. di wilayah. dan. dengan. Mengingat. Lembaran. Negara. Nomor 3828); Negara

KOTA DEPOK TH NO. 08 TENTANG PEMBENTU. Menimbang. Pemerintahan. di wilayah. dan. dengan. Mengingat. Lembaran. Negara. Nomor 3828); Negara LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTU UKAN KECAMATAN DI KOTA DEPOK TH. 2007 Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJADINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN PADA DINAS KESEHATAN Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA DEPOK.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA DEPOK. 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 5. Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN Menimbang Mengingat WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN KECAMATAN CINERE PADA DINAS PEMADAM KEBAKARAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PENANGGULANGAN KEBAKARAN, BENCANA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 106 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 106 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 106 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 77 TAHUN 2016

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 77 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJADINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 113 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 113 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 113 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG FUNGSI BADAN, SEKRETARIAT, BIDANG DAN RINCIAN TUGAS SUB BAGIAN, SEKSI SERTA TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAN PEMADAM KEBAKARAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR TAHUN 2012 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMADAM KEBAKARAN KECAMATAN BOJONGSARI PADA DINAS PEMADAM KEBAKARAN WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN KECAMATAN BUAHBATU KOTA BANDUNG. 2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kecamatan Buahbatu Kota Bandung

BAB II GAMBARAN PELAYANAN KECAMATAN BUAHBATU KOTA BANDUNG. 2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kecamatan Buahbatu Kota Bandung 214-218 BAB II GAMBARAN PELAYANAN KECAMATAN BUAHBATU KOTA BANDUNG 2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kecamatan Buahbatu Kota Bandung 2.1.1. Struktur Organisasi Kecamatan Buahbatu Kota Bandung Berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 79 TAHUN 2016 SALINAN TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BANYUWANGI

- 1 - BUPATI BANYUWANGI - 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013-2015 Disusun oleh: Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :60 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 11 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 250 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 11 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 250 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 11 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 250 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN ORGANISASI PADA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Rencana Strategis (Renstra) Perubahan Tahun

Rencana Strategis (Renstra) Perubahan Tahun DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MERANGIN Rencana Strategis (Renstra) Perubahan Tahun 2014-2018 PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT 1 WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PEMUKIMAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 86 TAHUN 2016

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 86 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 SABID UAK SADAYU A NG T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA PARIAMAN KOTA PARIAMAN TAHUN 2010-0

Lebih terperinci

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 2016 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA DEPOK

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 2016 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA DEPOK RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 06 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 07 PEMERINTAH KOTA DEPOK Nama OPD :.05.0. -DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN Halaman dari 0 Indikator Rencana Tahun 06 (Tahun Rencana).05.

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 2016 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA DEPOK

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 2016 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA DEPOK RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 06 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 07 PEMERINTAH KOTA DEPOK Nama OPD :.4.0. -DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL Halaman dari Indikator Rencana Tahun 06 (Tahun Rencana)

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WAY KANAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DUMAI

BERITA DAERAH KOTA DUMAI KOTA DUMAI BERITA DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 43 Tahun 2008 Seri : D Nomor 42 PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 98 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 43 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 43 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN KOTA MATARAM

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 91 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KELURAHAN DI LINGKUNGAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BANYUWANGI

- 1 - BUPATI BANYUWANGI - 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 93 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA PADA DINAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA Menimbang

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG TAHUN 2016 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2016 Jalan Sukabumi No. 17 Bandung Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ( TUPOKSI)

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ( TUPOKSI) TUGAS POKOK DAN FUNGSI ( TUPOKSI) Menghadapi era globalisasi dimana tingkat hubungan antar daerah sudah semakin transparan dan saling mempengaruhi, maka dibutuhkan suatu kelembagaan pemerintahan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kecamatan merupakan salah satu ujung tombak dari Pemerintahan Daerah yang langsung berhadapan (face to

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 104 TAHUN 2016

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 104 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJADINAS KESEHATAN WALIKOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAH RAGA, KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI LIMA PULUH KOTA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI LIMA PULUH KOTA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI LIMA PULUH KOTA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 92 TAHUN 2016

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 92 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS WORKSHOP PADA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG Menimbang Mengingat WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR-UNSUR ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2014

KOTA BANDUNG TAHUN 2014 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2014 JALAN SUKABUMI NO 17 BANDUNG Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN KOTA BANDUNG TAHUN 2014

RENCANA KERJA DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN KOTA BANDUNG TAHUN 2014 RENCANA KERJA DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN KOTA BANDUNG TAHUN 2014 DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN KOTA BANDUNG 2013 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Direktorat Bina Penataan Bangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

WALIKOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KELURAHAN DI LINGKUNGAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembentukan,

Lebih terperinci

BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI TOBA SAMOSIR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI TOBA SAMOSIR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN Menimbang BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI TOBA SAMOSIR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS JALAN DAN DRAINASE LINGKUNGAN WILAYAH III PADA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN,TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KEBAKARAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT 1 WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 126 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 769 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KANTOR PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN SERANG DITERBITKAN OLEH BAGIAN

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 71 2016 SERI : D PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS PEMADAM KEBAKARAN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG

Lebih terperinci

TaH, Jum RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

TaH, Jum RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG TaH, Jum 8-2-08 RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya - 1 - Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 91 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH TERPADU PADA DINAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung

Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 14 tahun 2007 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Kelurahan dan Kecamatan di Lingkungan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

Tugas dan Fungsi Kecamatan Katapang

Tugas dan Fungsi Kecamatan Katapang Tugas dan Fungsi Kecamatan Katapang Struktur Organisasi, tugas pokok dan fungsi Kecamatan katapang sesuai dengan Peraturan Bupati Bandung Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN CILACAP DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PASAR TUGU, PASAR CISALAK, PASAR AGUNG DAN PASAR KEMIRI MUKA PADA DINAS PERDAGANGAN

Lebih terperinci

2.1. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI SKPD

2.1. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI SKPD GAMBARAN PELAYANAN SKPD Bab ini menjabarkan tentang Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi, Sumber Daya SKPD, Kinerja Pelayanan SKPD, serta Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD. BAB 2 2.1.

Lebih terperinci