BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang"

Transkripsi

1 BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang 6.1. Kebijakandan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang, meliputi : 1. Pengembangan KawasanLindung 2. Pengembangan Kawasan Budidaya Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung, meliputi : 1. Pencapaian luas kawasan lindung sebesar 45%. Strategi : a. meningkatkan fungsi kawasan lindung di dalam dan di luar kawasan hutan; b. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah fungsi; c. Alih fungsi secara bertahap kawasan hutan cadangan dan hutan produksi terbatas menjadi hutan lindung; dan d. membatasi pengembangan prasarana wilayah di sekitar kawasan lindung untuk menghindari tumbuhnya kegiatan perkotaan yang mendorong alih fungsi kawasan lindung; e. menetapkan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS). 2. Menjaga dan meningkatkan kualitas kawasan lindung. Strategi : a. Optimalisasi pendayagunaan kawasan lindung hutan dan non hutan melalui jasa lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; b. Pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan pada kawasan lindung; c. Pencegahan kerusakan lingkungan akibat kegiatan budidaya; d. Rehabilitasi lahan kritis di kawasan lindung; e. Penyusunan arahan insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi dalam hal alih fungsi dan/atau penerbitan izin pembangunan dan/atau kegiatan di dalam kawasan lindung. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 1

2 Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya, meliputi : 1. Mempertahankan lahan sawah berkelanjutan serta peningkatan produktivitas pertanianguna menjaga ketahanan pangan Jawa Barat dan nasional. Strategi : a. Pengukuhan kawasan pertanian berlahan basah dan beririgasi teknis sebagai kawasan lahan sawah berkelanjutan yang tidak dapat dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya lainnya. b. Revitalisasi dan rehabilitasi jaringan irigasi teknis yang tidak berfungsi optimal untuk menjaga keberlangsungan pasokan air bagi lahan sawah. c. Pemeliharaan jaringan irigasi teknis dan setengah teknis melalui kerjasama antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat. d. Peningkatan produktivitas lahan sawah tadah hujan. e. Peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan dengan sistem pola tanam yang mendukung pelestarian unsur hara dan kesuburan tanah, serta disesuaikan dengan perubahan iklim global. f. Stabilisasi pasokan dan harga sarana produksi pertanian serta harga jual gabah untuk mempertahankan pertanian tanaman pangan. g. Penyusunan dan penetapan pedoman pengendalian alih fungsi lahan sawah berkelanjutan. 2. Mendorong pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau kecil dengan pendekatan keterpaduan ekosistem, sumberdaya, dan kegiatan pembangunan berkelanjutan. Strategi : a. Penyiapan pranata pengelolaan pesisir, laut dan pulau kecil. b. Penetapan batas zonasi laut. c. Rehabilitasi kawasan pelestarian ekologi pesisir dan pulau kecil serta kawasan perlindungan bencana pesisir. d. Pengembangan perikanan budidayadan pemanfaatan hutan bakau secara lestari dan terpadu. e. Pengembangan perikanan tangkap. f. Pengendalian eksploitasi barang muatan kapal tenggelam. g. Pengendalian pencemaran di kawasan pesisir dan laut. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 2

3 h. Pengendalian penguasaan tanah timbul oleh masyarakat dan/atau kelompok masyarakat. 3. Optimalisasi potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam guna mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah yang belum berkembang karena keterbatasan dayadukung dan dayatampung lingkungan. Strategi : a. Peningkatan aksesibilitas dan mobilitas serta pengembangan ekonomi di kawasan budidaya wilayah tertinggal b. Peningkatan akses kawasan budidaya ke jaringan arteri primer dan kolektor primer c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung di pusat kegiatan lokal perkotaan dan perdesaan d. Peningkatan produktivitas dan komoditas unggulan serta pengembangan keterkaitan hulu dan hilir. 4. Mengutamakan pembangunan hunian vertikal pada kawasan permukiman perkotaan guna optimalisasi dan efisiensi ruang budidaya yang semakin terbatas, terutama pada kawasan yang perlu dikendalikan perkembangannya. Strategi : a. Penyediaan lingkungan siap bangun untuk pembangunan hunian vertikal di perkotaan dengan peran swasta dan masyarakat. b. Pembangunan rumah susun bersubsidi bagi golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah di kawasan perkotaan. c. Revitalisasi kawasan permukiman kumuh perkotaan menjadi kawasan hunian vertikal. d. Pemanfaatan hunian vertikal bagi golongan menengah ke atas di perkotaan. e. Sosialisasi perubahan persepsi dan budaya masyarakat untuk dapat beradaptasi dengan pola hidup pada hunian vertikal. 5. Mengamankan kepentingan pertahanan dan keamanan negara. Strategi : a. Menetapkan Kawasan Strategis Nasional dengan fungsi khusus Pertahanan dan Keamanan. b. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar Kawasan Strategis Nasional untuk menjaga fungsi Pertahanan dan Keamanan. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 3

4 c. Mengembangkan Kawasan Lindung dan/atau Kawasan budidaya tidak terbangun disekitar Kawasan Strategis Nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya terbangun. d. Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan/tni. 6.2.Rencana Pengembangan Wilayah (WP) Provinsi Jawa Barat Wilayah Jawa Barat ditetapkan menjadi 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP) yang merupakan ruang dalam menempatkan rencana pembangunan antar wilayah dan antar sektor yang akan dilakukan hingga tahun Sudut pandang pengembangan WP, pada awalnya merujuk pada isu strategis kewilayahan yang terbagi dalam 5 (lima) wilayah kerja koordinasi pembangunan di Jawa Barat, yang terdiri dari Wilayah Priangan Timur, Wilayah Cekungan Bandung, Wilayah Purwakarta, Wilayah Bogor dan Wilayah Cirebon. Secara garis besar isu strategis kewilayahan ini menggambarkan kondisi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antar wilayah, dalam hal ini kesenjangan antarwilayah baik antar Kabupaten/Kota maupun antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Selanjutnya ditetapkan kebijakan pembangunan kewilayahan, dalam hal ini salah satunya adalah berdasarkan WP yang ditentukan berdasarkan potensi wilayah, aglomerasi pusat-pusat permukiman perkotaan dan kegiatan produksi serta perkembangan daerah sekitarnya tetap dipertahankan. WP juga mengacu pada skenario pengembangan wilayah sesuai target pencapaian penataan ruang dan arah pengembangan ekonomi. Wilayah Pengembangan (WP), ditetapkan dalam 6 (enam) wilayah, meliputi WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, WP Priangan Timur dan Pangandaran, dan WP Sukabumi dan sekitarnya, serta WP Kawasan Khusus (KK) Cekungan Bandung. Rencana WP dilaksanakan berdasarkan penetapan tema, sektor unggulan, fokus pengembangan, serta pengembanganinfrastruktur wilayah di setiap WP. Rencana Wilayah Pengembangan dapat dilihat pada Gambar 6.1 dan penentuan Wilayah Pengembangan dapat dilihat pada Tabel 6.1. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 4

5 Gambar 6.1. Rencana Wilayah Pengembangan (WP) Gambar 6.2. Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Barat PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 5

6 Tabel 6.1. Penentuan Wilayah Pengembangan (WP) Wilayah Pengembangan (WP) Tema Pengembangan Arah Pengembangan Sektor Unggulan dan Potensial Wilayah WP Bodebekpunjur WP Purwasuka WP Ciayumajakuning Mengendalikan perkembangan wilayah fisik Mendorong pengembangan kawasan dengan tetap mengendalikan sawah di Pantura Mendorong pengembangan wilayah gerbang timur Jawa Barat Melengkapi fasilitas pendukung PKNp dan PKL Mengembangkan infrastruktur strategis Mengembangkan perdagangan jasa, industri non polutan dan industri kreatif, pariwisata Investasi padat modal yg efisien lahan, air baku, energi, teknologi tinggi, non-polutif Pengendalian pemanfaatan lahan di kaw. konservasi, pelibatan swasta & masyarakat dalam kegiatan ekonomi, peningkatan SDM lokal Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan protein hewani) Melengkapi fasilitas pendukung PKW dan PKL Mengembangkan infrastruktur strategis Mengembangkan pertanian tanaman pangan, agroindustri, industri manufaktur non polutif dan non ekstraktif, industri kreatif dan multimedia, bisnis kelautan yang berdaya saing tinggi dan berorientasi ekspor Melengkapi fasilitas pendukung PKN, PKW dan PKL Mengembangkan infrastruktur strategis Pariwisata, manufaktur, perdagangan, pertambangan, dan agrowisata industri perikanan, jasa, agribisnis Pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, bisnis kelautan, industri pengolahan, pariwisata, dan pertambangan. Agribisnis, perikanan, periwisata agroindustri, pertambangan, Pola ruang PKN dalam bentuk ring (Ring 1: Jasa perdagangan dan transportasi, Ring 2: Industri berbasis lokal, Ring 3: Penyedia bahan baku) Mengembangkan wisata budaya, religi dan alam Mendorong agribisnis yang didukung sektor industri, perikanan laut dan darat, pertanian tanaman pangan, kehutanan, perkebunan & peternakan di kawasan pinggiran Mendorong pengembangan hutan mangrove, rumput laut dan perikanan tambak Pengendalian perikanan tangkap di kawasan pesisir WP Priatim - Mendorong Melengkapi fasilitas pendukung Pertanian, perkebunan, PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 6

7 Wilayah Pengembangan (WP) Tema Pengembangan Arah Pengembangan Sektor Unggulan dan Potensial Wilayah Pangandaran perkembangan PKW Tasikmalaya dan PKNp Pangandaran, serta pengembangan secara terbatas kawasan Daerah bagian Selatan. PKW dan PKL perikanan tangkap, Mengembangkan infrastruktur pariwisata, industri strategis pengolahan, pertambangan mineral Mengembangkan pariwisata Pangandaran dsk WP Sukabumi dsk WP KK Cekungan Bandung Mendorong perkembangan koridor Sukabumi- Cianjur dan PKNp Palabuhanratu, serta membatasi perkembangan di bagian selatan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Mengendalikan pembangunan dengan mengoptimalkan fungsi pemerintahan di tingkat pusat dan daerah Mengembangkan sektor dan komoditas unggulan dengan meningkatkan akses sentrasentra produksi Melengkapi fasilitas pendukung PKW dan PKL Mengembangkan infrastruktur strategis Mengembangkan agribisnis, industri non-polutif dan tidak mengganggu resapan air, wisata pantai dan agro, dan wisata minat khusus. Pengembangan bisnis kelautan yang berwawasan lingkungan dengan memanfaatkan modal investasi untuk menghasilkan daya saing global Melengkapi fasilitas pendukung PKN, PKW dan PKL Mengendalikan pengembangan kegiatan di kawasan perkotaan Mengembangkan kawasan pinggiran PKN dengan tetap menjaga fungsi lindung kawasan Mengembangkan pembangunan dan hunian vertikal Pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, bisnis kelautan, dan pertambangan mineral. Pertanian hortikultura, industri non-polutif, industri kreatif, perdagangan dan jasa, pariwisata, perkebunan dengan meningkatkan manajemen pembangunan yang berkarakter lintas Kabupaten/Kota yang secara kolektif berbagi peran membangun dan percepatan perwujudan PKN Metropolitan Bandung Raya Sumber: Buku RTRW Provinsi Jawa Barat, BAPPEDA Provinsi Jawa Barat PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 7

8 6.3. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Pengembangan kawasan lindung di Jawa Barat bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan di Jawa Barat. Berdasarkan jenis dan kriteria kawasan lindung tersebut, maka rencana pola ruang kawasan lindung Provinsi Jawa Barat 2029 adalah : a. menetapkan kawasan lindung provinsi seluas 45% dari luas seluruh wilayah Daerah yang meliputi kawasan lindung hutan dan kawasan lindung di luar kawasan hutan, serta ditargetkan untuk dicapai pada tahun b. mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidroorologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air c. mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung. Kawasan lindung Provinsi Jawa Barat meliputi : a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, terdiri atas: 1. kawasan hutan lindung 2. kawasan resapan air b. kawasan perlindungan setempat, terdiri atas: 1. sempadan pantai 2. sempadan sungai 3. kawasan sekitar waduk dan danau/situ 4. kawasan sekitar mata air 5. ruang terbuka hijau kota c. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri atas: 1. kawasan cagar alam PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 8

9 2. kawasan suaka margasatwa 3. kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya 4. kawasan mangrove 5. taman nasional 6. taman hutan raya 7. taman wisata alam 8. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan d. kawasan rawan bencana alam, terdiri atas: 1. kawasan rawan tanah longsor 2. kawasan rawan gelombang pasang 3. kawasan rawan banjir e. kawasan lindung geologi, terdiri atas : 1. kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars 2. kawasan rawan bencana alam geologi 3. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah f. kawasan lindung lainnya, terdiri atas : 1. taman buru 2. kawasan perlindungan plasma nutfah 3. terumbu karang 4. kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang dilindungi 5. kawasan yang sesuai untuk hutan lindung tersebar di luar kawasan hutan negara, yang memiliki skor > 175, yang dihasilkan dari analisis hutan lindung kriteria SK Mentan No. 837/KPTS/Um/11/1980. Adapun kriteria setiap komponen kawasan lindung dapat dilihat pada tabel 6.2. Sedangkan luas kawasan lindung kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 6.3. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 9

10 Tabel 6.2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan di Bawahnya Kawasan Hutan (Kesatuan Pemangku Hutan, Kawasan Resapan Air, Kawasan Perlindungan Setempat) PASAL 29 KAWASAN PERLINDUNGAN DIBAWAHNYA KAWASAN HUTAN NO. KOTA/KABUPATEN KESATUAN PEMANGKU HUTAN Pasal 29 KAWASAN RESAPAN AIR Pasal 29 KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT Pasal 30 WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor V 2 Kabupaten Bogor Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V 3 Kota Bekasi V 4 Kabupaten Bekasi V Sempadan Pantai 5 Kota Depok V 6 Kabupaten Cianjur Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang V Sempadan Pantai 8 Kabupaten Karawang V Sempadan Pantai 9 Kabupaten Purwakarta Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon V Sempadan Pantai 11 Kota Cirebon V Sempadan Pantai 12 Kabupaten Indramayu Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai 13 Kabupaten Majalengka Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V 14 Kabupaten Kuningan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V V 15 Kabupaten Sumedang Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai 17 Kabupaten Tasikmalaya Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai 18 Kota Tasikmalaya V 19 Kabupaten Ciamis Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai 20 Kota Banjar V WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi V 21 Kabupaten Sukabumi Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai Sebagian Kabupaten Cianjur V WP KK Cekungan Bandung 22 Kota Bandung Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V 23 Kabupaten Bandung Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V 24 Kabupaten Bandung Barat V 25 Kota Cimahi V PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 10

11 Tabel 6.3. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan di Bawahnya Kawasan Sekitar Waduk/Danau/Situ, Kawasan Sekitar Mata Air, RTH PASAL 30 KAWASAN PERLINDUNGAN DIBAWAHNYA NO. KOTA/KABUPATEN KAWASAN SEKITAR WADUK DAN DANAU/SITU WP Bodebekpunjur KAWASAN SEKITAR MATA AIR 1 Kota Bogor V V 2 Kabupaten Bogor Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ V V Kemang, Waduk Lido dan Waduk Cikaret, 3 Kota Bekasi V V 4 Kabupaten Bekasi Waduk Cibeureum V V 5 Kota Depok Situ Bojongsari V V 6 Kabupaten Cianjur Wdk. Cirata V V WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang V V 8 Kabupaten Karawang Situ Kamojang V V 9 Kabupaten Purwakarta Wdk. Ir.H.Djuanda, Wdk. Cirata V V WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon Waduk Sedong dan Situ Patok V V 11 Kota Cirebon V V 12 Kabupaten Indramayu Waduk Cipancuh dan Situ Bolang V V 13 Kabupaten Majalengka Waduk Sindang Pano, Waduk V V Sangyang, Situ Anggrarahan dan Situ Rancabeureum 14 Kabupaten Kuningan Waduk Darma, Waduk Wulukut V V dan Waduk Dadap Berendung 15 Kabupaten Sumedang Waduk Jatigede V V WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut Situ Bagendit V V 17 Kabupaten Tasikmalaya V V 18 Kota Tasikmalaya Situ Gede V V 19 Kabupaten Ciamis V V 20 Kota Banjar V V WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi V V 21 Kabupaten Sukabumi V V Sebagian Kabupaten Cianjur V V WP KK Cekungan Bandung 22 Kota Bandung V V 23 Kabupaten Bandung Wdk. Cileunca dan Situ V V Sipatahunan 24 Kabupaten Bandung Barat Wdk. Cirata, Saguling, Situ V V Ciburuy, Situ Lembang 25 Kota Cimahi V V RTH PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 11

12 NO. KOTA/KABUPATEN KAWASAN CAGAR ALAM Tabel 6.4. Kawasan Suaka Alam (Pasal 31) PASAL 31 KAWASAN SUAKA ALAM KAWASAN SUAKA MARGASATWA KAWASAN SUAKA ALAM LAUT KAWASAN PANTAI MANGROVE WP Bodebekpunjur 1 Kabupaten Bogor Cagar Alam Arca Domas, Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar Alam Dungus Iwul, Cagar Alam Talaga Warna 2 Kabupaten Bekasi Muara Gembong 3 Kabupaten Cianjur Cagar Alam Talaga Warna, Cagar Alam Takokak, Cagar Alam Cadas Malang, dan Cagar Alam Bojong Larang Jayanti, Cagar Alam Gunung Simpang WP Puwasuka 4 Kabupaten Subang Cagar Alam Gunung Tangkubanparahu Muara Bobos dan Blanakan 5 Kabupaten Karawang Tanjung Sedari 6 Kabupaten Purwakarta Cagar Alam Burangrang WP Ciayumajakuning 7 Kabupaten Cirebon Eretan 8 Kabupaten Indramayu Eretan 9 Kabupaten Sumedang Cagar Alam Gunung Jagat WP Priangan Timur - Pangandaran 10 Kabupaten Garut Cagar Alam Papandayan (perluasan) dan Cagar Alam Kawah Kamojang, Cagar Alam Talaga Bodas dan Leuweung Sancang 11 Kabupaten Tasikmalaya Suaka Margasatwa Sindangkerta 12 Kabupaten Ciamis Cagar Alam Pananjung Pangandaran dan Cagar Alam Panjalu/Koorders WP Sukabumi 13 Kabupaten Sukabumi Cagar Alam Sukawayana, Cagar Alam Cibanteng WP KK Cekungan Bandung 14 Kabupaten Bandung Cagar Alam Gunung Simpang, Cagar Alam Telaga Patengan, Cagar Alam Gunung Malabar, Cagar Alam Cigenteng Cipanji I/II, Cagar Alam Yung Hun, dan Cagar Alam Gunung Tilu, Cagar Alam Papandayan (perluasan) dan Cagar Alam Kawah Kamojang, Cagar Alam Gunung Tangkubanparahu Suaka Margasatwa Gunung Sawal Suaka Margasatwa Cikepuh Suaka Alam Laut Leuweung Sancang Suaka Alam Laut Pangandaran PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 12

13 Tabel 6.5. Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Cagar Budaya NO. KOTA/KABUPATEN PASAL 32 KAWASAN PELESTARIAN ALAM PASAL 33 KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN ILMU PENGETAHUAN PELESTARIAN ALAM TAMAN WISATA ALAM WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor V Istana Bogor, Batu Tulis dan Gedung Negara Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilaya 2 Kabupaten Bogor Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Taman Wisata Alam Gunung Salak Endah, Taman Wisata Alam Talaga Warna dan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Budaya Sindangbarang, Kampung Adat Lemah Duhur, dan Gua Gudawang, terletak 3 Kota Bekasi V V 4 Kabupaten Bekasi V V 5 Kota Depok Taman Hutan Raya V V Pancoran Mas 6 Kabupaten Cianjur Taman Nasional Taman Wisata Alam Istana Cipanas, Megalitikum Gunung Gede Jember Gunung Padang dan Kawasan Pangrango Makam Rd. Aria Wiratanudatar di Cikundul WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang Taman Wisata Gunung v Tangkubanparahu 8 Kabupaten Karawang Taman Wisata Alam Curug Santri Kawasan Situs Candi Jiwa, Makam Syech Quro dan Komplek Monumen Rengasdengklok 9 Kabupaten Purwakarta V Kawasan Makam Syech Tb. Ahmad Bakri dan Gedung Negara Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah II WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon V Makam Sunan Gunungjati 11 Kota Cirebon V Gua Sunyaragi, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan, Makam Sunan Gunung Jati dan Gedung Negara Badan Koordinasi Pemerintahan Wil.III 12 Kabupaten Indramayu V Pulau Biawak 13 Kabupaten Majalengka Taman Nasional V V Gunung Ciremai 14 Kabupaten Kuningan Taman Nasional Taman Wisata Alam Museum Linggarjati Gunung Ciremai Linggarjati 15 Kabupaten Sumedang Taman Hutan Raya Gunung Kunci dan Palasari Taman Wisata Alam Gunung Tampomas WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut Taman Wisata Alam Kawah Kamojang, Taman Wisata Alam Gunung Kunci, Komplek Museum Prabu Geusan Ulun dan Komplek Makam Dayeuh Luhur Candi Cangkuang, Kampung Dukuh, Kawasan Makam Syech Muhidin dan Gedung Negara PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 13

14 Papandayan, Taman Wisata Alam Gunung Guntur dan Taman Wisata Alam Talaga Bodas Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah IV 17 Kabupaten Tasikmalaya V V 18 Kota Tasikmalaya V Kampung Naga dan Kawasan Makam Syech Abdul Muchyi Pamijahan 19 Kabupaten Ciamis Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran Ciung Wanara Karang Kamulyan, Situ Lengkong Panjalu, dan Kampung Kuta 20 Kota Banjar V V WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi V V 21 Kabupaten Sukabumi Taman Nasional Taman Wisata Alam Kampung Ciptagelar Gunung Gede Sukawayana Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Sebagian Kabupaten V V Cianjur WP KK Cekungan Bandung 22 Kota Bandung Taman Hutan Raya Ir. H Juanda 23 Kabupaten Bandung Taman Hutan Raya Ir. H Juanda, Taman Wisata Alam Curug Dago Taman Wisata Alam Telaga Patengan dan Taman Wisata Alam Cimanggu, Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Taman Wisata Gunung Tangkubanparahu Kawasan Gedung Sate, Gedung Pakuan, Gedung Merdeka dan Gedung Indonesia Menggugat Situs Gunung Kendan, Candi Bojong Menje dan Kawasan Makam Syech Mahmud 24 Kabupaten Bandung Barat Taman Hutan Raya Ir. H Juanda, 25 Kota Cimahi V V Observatorium Bosscha dan Kampung Budaya Gua Pawon PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 14

15 Tabel 6.6. Kawasan Rawan Bencana Alam NO. KOTA/KABUPATEN PASAL 34 KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM KAWASAN TANAH LONGSOR KAWASAN GELOMBANG PASANG KAWASAN RAWAN BANJIR WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor 2 Kabupaten Bogor V 3 Kota Bekasi 4 Kabupaten Bekasi V V 5 Kota Depok 6 Kabupaten Cianjur V WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang V V 8 Kabupaten Karawang V V 9 Kabupaten Purwakarta V WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon V V V 11 Kota Cirebon V 12 Kabupaten Indramayu V V 13 Kabupaten Majalengka V V 14 Kabupaten Kuningan V 15 Kabupaten Sumedang V WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut V 17 Kabupaten Tasikmalaya 18 Kota Tasikmalaya V 19 Kabupaten Ciamis V V 20 Kota Banjar V WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi 21 Kabupaten Sukabumi V Sebagian Kabupaten Cianjur WP KK Cekungan Bandung 22 Kota Bandung 23 Kabupaten Bandung V V 24 Kabupaten Bandung Barat V 25 Kota Cimahi PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 15

16 Tabel 6.7. Kawasan Lindung Geologi NO. KOTA/KABUPATEN PASAL 35 KAWASAN LINDUNG GEOLOGI KAWASAN KONSERVASI Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi GEOLOGI Cagar Alam Geologi Kawasan Kars Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Kawasan Rawan Gempa Bumi Tektonik Kawasan Rawan Gerakan Tanah WP Bodebekpunjur 1 Kabupaten Bogor V Kawasan Gunung V V Salak, Kawasan Gunung Gede- Pangrango 2 Kabupaten Bekasi V 3 Kabupaten Cianjur V Kawasan Gunung V V Gede-Pangrango WP Puwasuka 4 Kabupaten Subang Kawasan Gunung V V Tangkubanparahu 5 Kabupaten Karawang V 6 Kabupaten Purwakarta V V V WP Ciayumajakuning 7 Kabupaten Cirebon V Kawasan Gunung Ciremai 8 Kabupaten Majalengka V V 9 Kabupaten Kuningan V 10 Kabupaten Sumedang V WP Priangan Timur - Pangandaran 11 Kabupaten Garut V Kawasan Gunung V V Guntur, Kawasan Gunung Papandayan, Kawasan Gunung Galunggung 12 Kabupaten Tasikmalaya V 13 Kota Tasikmalaya Kawasan Geologi V Kawasan Gunung V V Pasirgintung Galunggung 14 Kabupaten Ciamis Kawasan Geologi Rancah V V V WP Sukabumi 15 Kabupaten Sukabumi Kawasan Geologi Ciletuh WP KK Cekungan Bandung 16 Kabupaten Bandung Kawasan Geologi Batu Obsidian Nagreg 17 Kabupaten Bandung Barat Kawasan Geologi Pasir Pawon dan Gua Pawon Kawasan Kars Kawasan Kars Kawasan Gunung Salak, Kawasan Gunung Gede- Pangrango Kawasan Gunung Patuha, Kawasan Gunung Wayang Windu, dan Kawasan Gunung Talagabodas Kawasan Gunung Tangkubanparahu V V V V PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 16

17 Tabel 6.8. Kawasan Lindung Geologi NO. KOTA/KABUPATEN PASAL 35 KAWASAN LINDUNG GEOLOGI (Lanjutan) KAWASAN ZONA SESAR AKTIF KAWASAN RAWAN TSUNAMI WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor 2 Kabupaten Bogor 3 Kota Bekasi 4 Kabupaten Bekasi 5 Kota Depok 6 Kabupaten Cianjur Rawan Tsunami WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang 8 Kabupaten Karawang 9 Kabupaten Purwakarta WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon 11 Kota Cirebon 12 Kabupaten Indramayu 13 Kabupaten Majalengka Sesar Baribis 14 Kabupaten Kuningan Sesar Baribis 15 Kabupaten Sumedang WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut Rawan Tsunami 17 Kabupaten Tasikmalaya Rawan Tsunam 18 Kota Tasikmalaya 19 Kabupaten Ciamis Rawan Tsunami 20 Kota Banjar WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi 21 Kabupaten Sukabumi Sesar Cimandiri Rawan Tsunami Sebagian Kabupaten Cianjur WP KK Cekungan Bandung 22 Kota Bandung 23 Kabupaten Bandung 24 Kabupaten Bandung Barat 25 Kota Cimahi Sesar Lembang, Sesar Cimandiri PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 17

18 Tabel 6.9. Kawasan Perlindungan Alam, Kawasan Terumbu Karang, dan Kawasan Koridor Satwa atau Biota Laut NO. KOTA/KABUPATEN PASAL 37 KAWASAN PERLINDUNGAN ALAM PLASMA NUTFAH PASAL 38 KAWASAN TERUMBU KARANG PASAL 39 KAWASAN KORIDOR BAGI SATWA ATAU BIOTA LAUT YANG DILINDUNGI WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor Kebun Raya Bogor 2 Kabupaten Bogor Taman Safari Indonesia, Taman Buah Mekarsari, dan Gunung Salak Endah 3 Kota Bekasi 4 Kabupaten Bekasi Muara Gembong 5 Kota Depok 6 Kabupaten Cianjur Taman Bunga Nusantara dan Kebun Raya Cibodas WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang Pantai Bobos 8 Kabupaten Karawang Pantai Cilamaya 9 Kabupaten Purwakarta Kawasan Jatiluhur- Sanggabuana WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon 11 Kota Cirebon 12 Kabupaten Indramayu Muara Cimanuk dan P. Biawak 13 Kabupaten Majalengka Gunung Ageung 14 Kabupaten Kuningan Kebun Raya Kuningan 15 Kabupaten Sumedang WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut Pantai Cimapang- Rancabuaya Pantai Majakerta dan P. Biawak Pantai Santolo, Cilauteureun sampai Cagar Alam Sancang, dan Cikelet 17 Kabupaten Tasikmalaya Pantai Cipatujah sampai Karangtawulan 18 Kota Tasikmalaya G. Cakrabuana, Sirah Cimunjul dan G. Galunggung 19 Kabupaten Ciamis Pantai Majingklak, Karang Kamulyan, Panjalu dan Cukang Taneuh 20 Kota Banjar WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi 21 Kabupaten Sukabumi Pantai Pangumbahan dan Perairan Sukawayana Sebagian Kabupaten Cianjur WP KK Cekungan Bandung 22 Kota Bandung Kebun Binatang Bandung 23 Kabupaten Bandung Kawah Putih dan G.Patuha 24 Kabupaten Bandung Barat 25 Kota Cimahi Pantai Krapyak, Pantai Timur dan Barat Cagar Alam Pananjung, serta Pantai Karang Jaladri Pantai Karang Hawu, Cisolok, Citepus, Surade, Ciracap, dan Ciwaru tempat bertelur penyu Pantai Keusik Luhur Pantai Ciracap dan Ujung Genteng PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 18

19 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya yang menjadi kewenangan provinsi dan merupakan kawasan strategis provinsi, dapat berupakawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian pangan, kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan lainnya Kawasan Hutan Produksi Dengan memperhatikan kriteria kawasan budidaya hutan produksi yang terdapat dalam RTRWN maka arah pengembangan kawasan budidaya hutan produksi adalah : 1. Meningkatkan pembangunan lintas sektor dan subsektor, serta kegiatan ekonomi sekitarnya 2. Meningkatkan fungsi lindung 3. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya hutan 4. Meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah setempat 5. Meningkatkan kesempatan kerja terutama masyarakat setempat 6. Mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di daerah setempat Kawasan Hutan Rakyat Arah pengembangan kawasan budidaya hutan rakyat adalah sebagai berikut : 1. Mengarahkan pengembangan kawasan budidaya hutan rakyat pada kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. 2. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya hutan 3. Mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di daerah setempat PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 19

20 Kawasan Pertanian Pangan Kawasan budidaya pertanian pangan merupakan kawasan yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Karena memiliki fungsi yang demikian krusial maka arahan pengembangan pertanian difokuskan pada : 1. Mempertahankan kawasan pertanian pangan irigasi teknis 2. Mendukung ketahanan pangan provinsi dan nasional 3. Meningkatkan produktivitas melalui pola intensifikasi, diversifikasi, dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi tanah dan perubahan iklim 4. Ditunjang dengan pengembangan infrastruktur sumberdaya air yang mampu menjamin ketersediaan air 5. Meningkatkan kesejahteraan petani dan pemanfaatan yang lestari. Pengembangan kawasan pertanian pangan merujuk pada ketentuan sebagai berikut: 1. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian 2. Terutama berada dalam di lahan beririgasi teknis 3. memiliki kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan hortikultura dan memperhatikan aspek penetapan kawasan hortikultura sesuai ketentuan peraturan perundangan. Kawasan pertanian pangan irigasi teknis, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kota Bogor, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar Kawasan Perkebunan Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk: 1. meningkatkan pembangunan lintas sektor dan subsektor, serta kegiatan ekonomi sekitarnya 2. meningkatkan pendapatan daerah 3. meningkatkan kesempatan kerja masyarakat setempat PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 20

21 4. mendorong terciptanya keterkaitan sektor hulu dan hilir perkebunan yang dapat menstimulasi pengembangan ekonomi wilayah 5. meningkatkan nilai ekspor 6. mendukung keberlanjutan ekosistem di wilayah sekitarnya, terutama yang berfungsi lindung. Kawasan perkebunan, ditetapkan dengan ketentuan: 1. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan 2. memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan Kawasan perkebunan, tersebar di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung Barat, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Indramayu, Subang, dan Purwakarta Kawasan Perikanan Pengembangan kawasan perikanan, meliputi: a. pengembangan kawasan budidaya air tawar; b. pengembangan kawasan budidaya air payau; c. pengembangan kawasan budidaya air laut; dan d. pengembangan kawasan industri pengolahan perikanan. Pengembangan kawasan perikanan, dilaksanakan untuk: a. meningkatkan produksi ikan; b. meningkatkan konsumsi ikan; c. meningkatkan ekspor hasil pertanian; d. meningkatkan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja; e. meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan dan udang; dan f. meningkatkan pengelolaan dan pelestarian sumberdaya perikanan. Kawasan Perikanan, tersebar di Kabupaten Bekasi, Subang, Karawang, Indramayu, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kota Bandung, Bogor, dan Sukabumi PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 21

22 Kawasan Pertambangan Pengembangan kawasan pertambangan di perdesaan dilakukan dengan menjaga kualitas lingkungan seingga kemantapan sektor pertambangan yang sudah tercapai terus terjaga dan ditingkatkan sehingga pada tahapan ini adalah masa pemeliharaan pasokan pertambangan, mantapnya desa mandiri pertambangan, mantapnya kemampuan masyarakat dalam pembangunan sektor pertambangan. Pengembangan kawasan pertambangan secara kewilayahan dalam bentuk Wilayah Pertambangan yang terdiri dari Wilayah Pencadangan Negara (WPN), Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) maupun Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), diarahkan untuk: 1. Meningkatkan pendapatan daerah dan perekonomian wilayah 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan 3. Mendorong peningkatan nilai tambah barang tambang untuk ekspor 4. Mendorong upaya pengendalian pemanfaatan kawasan pertambangan secara lestari, baik untuk pertambangan skala besar maupun skala kecil 5. Meningkatkan penerapan penambangan yang memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja 6. Meningkatkan penanggulangan kerusakan lahan di wilayah kerja pertambangan 7. Mendukung keberlanjutan ekosistem di wilayah sekitar kawasan 8. Mengembangkan alih teknologi penambangan bagi masyarakat sekitar kawasan Kriteria kawasan pertambangan yang dimaksud adalah kawasan yang: 1. Memiliki sumberdaya dan potensi pertambangan yang berwujud padat, cair atau gas berdasarkan data geologi, setelah dikoreksi oleh ruang yang tidak diperbolehkan, dan masih layak untuk dieksploitasi secara ekonomis 2. Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan pertambangan secara berkelanjutan dan bukan merupakan daerah rawan bencana dengan kerentanan bencana tinggi 3. Merupakan bagian proses upaya mengubah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil 4. Tidak mengganggu fungsi kelestarian lingkungan hidup dan masyarakat sekitarnya 5. Tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Penetapan kawasan pertambangan dilaksanakan : 1. Secara transparan, partisipatif dan bertanggungjawab; PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 22

23 2. Secara terpadu dengan memperhatikan pendapat dari instansi pemerintah terkait dan masyarakat, dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya, serta berwawasan lingkungan 3. memperhatikan aspirasi kabupaten/kota NO. Tabel Rencana Kawasan Budidaya Hutan Produksi, Kawasan Pertanian, Kawasan Perkebunan KOTA/KABUPATEN RENCANA KAWASAN BUDIDAYA KAWASAN HUTAN PRODUKSI Pasal 41 KAWASAN PERTANIAN PANGAN IRIGASI TEKNIS Pasal 42 KAWASAN PERKEBUNAN Pasal 43 WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor V 2 Kabupaten Bogor V V V 3 Kota Bekasi V 4 Kabupaten Bekasi V V 5 Kota Depok V 6 Kabupaten Cianjur V V V WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang V V V 8 Kabupaten Karawang V V 9 Kabupaten Purwakarta V V V WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon V 11 Kota Cirebon V 12 Kabupaten Indramayu V V V 13 Kabupaten Majalengka V V 14 Kabupaten Kuningan V V 15 Kabupaten Sumedang V V V WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut V V V 17 Kabupaten Tasikmalaya V V V 18 Kota Tasikmalaya V 19 Kabupaten Ciamis V V V 20 Kota Banjar V WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi 21 Kabupaten Sukabumi V V V Sebagian Kabupaten Cianjur WP KK Cekungan Bandung 22 Kota Bandung V 23 Kabupaten Bandung V V V 24 Kabupaten Bandung Barat V V 25 Kota Cimahi V PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 23

24 NO. Tabel6.11. Rencana Kawasan Budidaya Kawasan Peternakan, Pesisir Laut dan Pulau Kecil, Kawasan Perikanan, dan Kawasan Pariwisata KOTA/KABUPATEN RENCANA KAWASAN BUDIDAYA KAWASAN PESISIR LAUT DAN PULAU KECIL Pasal 45 KAWASAN PETERNAKAN Pasal 44 KAWASAN PERIKANAN Pasal 46 KAWASAN PARIWISATA Pasal 50 WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor V Kawasan Wisata Agro 2 Kabupaten Bogor V V Kawasan Wisata Agro 3 Kota Bekasi 4 Kabupaten Bekasi V V V Kawasan Industri dan Bisnis Kawasan Wisata Agro 5 Kota Depok 6 Kabupaten Cianjur V V V Kawasan Wisata Agro WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang V V V Kawasan Wisata Agro 8 Kabupaten Karawang V V V Kawasan Industri dan Bisnis Kawasan Wisata Agro 9 Kabupaten Purwakarta V V Kawasan Wisata Agro WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon V V V Kawasan Wisata Agro 11 Kota Cirebon V 12 Kabupaten Indramayu V V V 13 Kabupaten Majalengka V V Kawasan Wisata Agro 14 Kabupaten Kuningan V V Kawasan Wisata Agro 15 Kabupaten Sumedang V V Pesisir Cirebon Kawasan Wisata Budaya WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut V V V Kawasan Wisata Agro 17 Kabupaten Tasikmalaya V V V Kawasan Wisata Agro 18 Kota Tasikmalaya 19 Kabupaten Ciamis V V V 20 Kota Banjar Kawasan Wisata Agro WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi V Kawasan Wisata Agro 21 Kabupaten Sukabumi V V V Kawasan Wisata Agro Sebagian Kabupaten Cianjur WP KK Cekungan Bandung 22 Kota Bandung V Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan 23 Kabupaten Bandung V V Kawasan Wisata Agro, Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan 24 Kabupaten Bandung Barat V V Kawasan Wisata Agro Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan 25 Kota Cimahi Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 24

25 Kawasan Industri Pembangunan lokasi industri ditetapkan dengan ketentuan : a. Kewajiban perusahaan industri berlokasi di kawasan industri kecuali untuk industri yang memerlukan lokasi khusus, industri mikro, kecil dan menengah, serta industri di kabupaten/kota yang belum memiliki kawasan industri,sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan b. Memenuhi ketentuan teknis, tata ruang dan lingkungan untuk kegiatan industri, serta efisien, memberikan kemudahan dan dayatarik bagi investasi c. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menjamin pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan d. Tidak mengubah kawasan pertanian berlahan basah dan beririgasi teknis; dan menyediakan lahan bagi kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah Dengan mempertimbangkan hasil analisis ekonomi untuk Jawa Barat maka arahan pengembangan bagi kawasan industri ditekankan pada : 1. Mengoptimalkan kawasan industri yang telah ada di koridor Cikarang-Cikampek 2. Mengembangkan kawasan industri di koridor Bandung-Cirebon dan koridor Sukabumi-Bogor 3. Mendorong pengembangan industri kreatif dan telematika di WP KK Cekungan Bandung 4. Memprioritaskan pengembangan industri yang berteknologi tinggi, ramah lingkungan, dan membangkitkan kegiatan ekonomi 5. Memprioritaskan pengembangan industri yang menerapkan manajemen dan kendali mutu, clean development mechanism, serta produksi bersih 6. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan industry mikro, kecil, dan menengah yang ramah lingkungan, hemat lahan dan dapat menyerap tenaga kerja lokal Pembangunan lokasi industri yang dilakukan di luar kawasanindustri atau zona industri, ditetapkan dengan ketentuansebagai berikut: a. memperhatikan keseimbangan dan kelestarian sumberdaya alam serta mencegah timbulnya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup b. dilengkapi dengan unit pengolahan limbah c. memperhatikan pasokan air bersih dari sumber air permukaan d. industri ramah lingkungan dan memenuhi kriteria ambang limbah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan e. pengelolaan limbah secara terpadu untuk industri dengan lokasi berdekatan PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 25

26 Dalam hal pengembangan kawasan industri yang telah ada untuk mengoptimalkan fungsi kawasan industri di Jawa Barat, ditetapkan beberapa kawasan industri baik yang sudah operasional maupun yang belum operasional, diantaranya : 1. Kawasan Industri MM2100 Industrial Town, Cibitung Kab. Bekasi 2. Kawasan Industri EJIP (NEGAI), Cikarang, Cibarusah, Kab. Bekasi 3. Kawasan Industri Bekasi International Industrial Estate, Desa Sukaresmi, Kab. Bekasi 4. Kawasan Industri Jababeka Cikarang & Cilegon, Cikarang dan Cilegon, Kab. Bekasi 5. Kawasan Industri Lippo Cikarang Industrial Park, Cikarang, Kab. Bekasi 6. Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya Industrial Estate, Cikarang, Kab. Bekasi 7. Kawasan Industri Gobel, Cibitung, Kab. Bekasi 8. Kawasan Industri Marunda Centre-International Warehouse & Industrial Estate, Kab. Bekasi 9. Kawasan Industri Sentul, Kab. Bogor 10. Kawasan Industri Cibinong Centre Industrial Estate, Kec. Citeureup- Klapanunggal, Kab. Bogor 11. Kawasan Industri KIIC, Kec. Teluk Jambe, Kab. Karawang 12. Kawasan Industri Taman Niaga Karawang Prima, Kec. Teluk Jambe, Kab. Karawang 13. Kawasan Industri Indotaisei Kota Bukit Indah, Kec. Cikampek, Kab. Karawang 14. Kawasan Industri Kujang Cikampek, Kec. Cikampek, Kab. Karawang 15. Kawasan Industri Mandalapratama Permai, Kec. Cikampek. Kab. Karawang 16. Kawasan Industri Mitrakarawang, Kec. Ciampel, Kab. Karawang 17. Kawasan Industri Karawang 2000 Industrial Estate, Kab. Karawang 18. Kawasan Industri Suryacipta City of Industry, Kec. Ciampel, Kab. Karawang 19. Kawasan Industri Kota Bukit Indah-Industrial City, Kab. Karawang dan Kab. Purwakarta 20. Kawasan Industri Lion, Kec. Campaka, Kab. Purwakarta PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 26

27 21. Kawasan Industri Ciambar, Kab. Sukabumi. 22. Kawasan Industri Rancaekek Industrial Estate, Kab. Sumedang dan Kab. Bandung Kawasan Pariwisata Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Pengembangan kawasan pariwisata di Jawa Barat diarahkan kepada tiga jalur wisata unggulan, yaitu kawasan wisata unggulan jalur utara, tengah dan selatan. Kawasan wisata unggulan yang terletak pada jalur utara adalah : a. Kawasan Wisata Industri dan Bisnis Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang b. Kawasan Wisata Agro di Kabupaten Bekasi, KabupatenKarawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang dan Kabupaten Cirebon c. Kawasan Wisata Budaya Pesisir Cirebon Kawasan wisata yang terletak di jalur tengah adalah : a. Kawasan Eko Wisata Puncak, Kebun Raya Cibodas, Gunung Gede-Pangrango, Talaga Warna, Gunung Tangkubanparahu, Gunung Ciremai, Gunung Halimun dan Pegunungan di kawasan Bandung Selatan b. Kawasan Wisata Agro Kabupaten Bogor, Kota Bogor,Kabupaten Cianjur, Kota Sukabumi, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung c. Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan di WP KK Cekungan Bandung d. Kawasan Wisata Kriya dan Budaya Priangan Kawasan wisata yang terletak di jalur selatan adalah : a. Kawasan Eko Wisata Palabuhanratu, Cipatujah,Hutan Sancang, Ujunggenteng, Rancabuaya, Cilauteureun dan Cijayanti b. Kawasan Wisata Agro di Kabupaten Sukabumi, KabupatenGarut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Banjar c. Kawasan Wisata Minat Khusus Daerah bagian Selatan d. Kawasan Wisata Rekreasi Pantai Pangandaran PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 27

28 Kawasan Budidaya lainnya - Kawasan Perdagangan dan Jasa Sektor perdagangan dan jasa juga merupakan sektor yang menjadi unggulan dalam setiap wilayah pengembangan. Sektor ini akan difokuskan untuk dikembangkan pada kawasan perkotaan (PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL) Jawa Barat sesuai dengan fungsinya. Kawasan perdagangan dan jasa yang dimaksud adalah kawasan perdagangan dan jasa yang berada pada simpul perkotaan setingkat PKN/ PKNp untuk melayani kegiatan lintas provinsi atau berada pada simpul perkotaan setingkat PKW/ PKWp untuk melayani kegiatan lintas kabupaten/kota. Kawasan ini juga memiliki prasarana berupa jaringan jalan, pelabuhan laut dan/atau bandar udara, prasarana listrik, telekomunikasi dan air baku. Selain itu, kawasan perdagangan dan jasa hendaknya juga memiliki fasilitas penunjang kegiatan ekonomi kawasan. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa diarahkan pada: 1. Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa guna mewujudkan pusatpusat kegiatan PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL sebagai kawasan perkotaan sesuai dengan fungsinya 2. Membatasi perluasan kegiatan perdagangan di perkotaan pada kawasan yang telah berkembang pesat dan kawasan yang berfungsi lindung 3. Peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal, regional, nasional dan internasional 4. Peningkatan sistem distribusi penyediaan kebutuhan pokok masyarakat yang efektif dan efisien 5. Peningkatan perlindungan konsumen, pasar tradisional dan kesadaran penggunaan produksi dalam negeri 6. Penguatan akses dan jaringan perdagangan ekspor - Kawasan Permukiman Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 28

29 Pengembangan kawasan permukiman di Jawa Barat dirumuskan dalam bentuk indikasi arahan peraturan zonasi berupa pengaturan pengembangan fungsi kawasan perkotaan untuk PKN dan pengembangan fungsi kawasan perkotaan untuk PKW. Kawasan pengembangan permukiman perkotaan merujuk pada kriteria berikut: 1. Pengembangan permukiman perkotaan di kawasan rawan bencana alam dan bencana alam geologi, dilaksanakan dengan persyaratan teknis 2. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana gunung api 3. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan 4. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung 5. Sesuai kriteria teknis kawasan peruntukan permukiman yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan Arahan pengembangan kawasan permukiman perkotaan adalah: a. mengembangkan kawasan permukiman vertikal pada kawasan perkotaan dengan intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi b. kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi, mencakup kawasan perkotaan yang menjadi kota inti PKN c. mengendalikan kawasan permukiman horizontal pada kawasan perkotaan dengan intensitas pemanfaatan ruang menengah, termasuk kota mandiri dan kota satelit d. kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang menengah, mencakup kawasan perkotaan selain yang berfungsi sebagai kota inti PKN. - Ruang Terbuka Hijau (RTH) RTH menurut RTRWN adalah area memanjang/ jalur dan/ atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dengan memperhatikan definisi dan pembahasan mengenai RTH maka arahan pengembangan RTHadalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan luasan RTH minimal 30% dari luasan kawasan perkotaan. 2. Menegaskan dan melindungi kawasan-kawasan yang termasuk ke dalam RTH. Adapun komponen RTH di kawasan perkotaan Jawa Barat dibagi menjadi dua PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 29

30 komponen besar, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. 3. Komponen RTH yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah: a. RTH privat, meliputi : 1. pekarangan rumah tinggal 2. halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha 3. taman dan taman di atap bangunan (roof garden) 4. lapangan olahraga b. RTH publik, meliputi : 1. RTH taman dan hutan kota, meliputi : a) taman RT, taman RW, taman kelurahan dan taman kecamatan b) taman kota c) hutan kota d) sabuk hijau (green belt) 2. RTH jalur hijau jalan, meliputi : a) pulau jalan dan median jalan b) jalur pejalan kaki c) ruang di bawah jalan layang 3. RTH fungsi tertentu, meliputi : a) RTH sempadan rel kereta api b) jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi c) RTH sempadan sungai d) RTH sempadan pantai e) RTH pengamanan sumber air baku/mata air f) lapangan olahraga g) Taman Pemakaman - Kawasan Budidaya Perdesaan a. Kawasan Permukiman Pengembangan kawasan permukiman perdesaan, diarahkanpada pengembangan ruang permukiman horisontal denganmempertimbangkan kegiatan dalam kawasan perdesaan,mencakup kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan,peternakan, perikanan, pengelolaan sumberdaya alam,pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatanekonomi. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 30

31 b. Kawasan Agribisnis Pengembangan agribisnis dimulai dengan penataan dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi di setiap subsistem agribisnis di perdesaan. Dari segi sistem agribisnis yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: (1) penataan agribisnis yang ada (2) perbaikan subsistem agribisbnis yang bermasalah (3) revitalisasi agribisnis untuk pembangunan ekonomi (4) mengubah proporsi peran agribisnis dalam struktur PDRB Provinsi Jawa Barat, dan (5) realokasi sumber daya, pendanaan, dan wilayah pertumbuhan agribisnis. Revitalisasi agribisnis dalam kerangka pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Barat terkait dengan koreksi, pemantapan, dan pengembangan, kebijakan yang telah dibuat. Koreksi dilakukan untuk menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem yang lebih luas, bukan hanya identik dengan sektor pertanian primer. Dengan menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem, konsekuensinya akan mengubah proporsi peran agribisnis dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Implikasi lebih lanjut dari reposisi ini adalah realokasi sumber daya ekonomi yang lebih berat ke pengembangan agribisnis. c. Kawasan Wisata Perdesaan Pengembangan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan keunggulan daya tarik wisata di wilayah perdesaan melalui pengembangan produk wisata yang unik, tradisional dan mencerminkan jati diri masyarakat Jawa Barat yang berakar pada alam dan budaya, peningkatan kinerja objek dan daya tarik wisata yang berdaya saing serta pemanfaatan potensi sumber daya alam secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Selain itu, dilakukan juga peningkatan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (community based development) serta kualitas sarana dan prasarana pariwisata dengan standar internasional. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 31

32 - Kawasan Industri Kecil Menengah (IKM) Aspek industri diarahkan untuk meningkatkan konsolidasi dan jejaring (networking), melalui peningkatan peran sektor industri kecil dan menengah (IKM), Industri Kreatif, IKM berorientasi ekspor dan IKM berbasis sumberdaya lokal serta ramah lingkungan, dalam struktur industri, peningkatan kemitraaan antarindustri, dan peningkatan tumbuhnya industri-industri andalan masa depan Jawa Barat sebagai kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi. Arahan pengembangan kawasan IKM dilakukan dengan penataan sentra-sentra industri yang sudah ada dengan tetap menjaga aspek ramah lingkungan. - Kawasan Peternakan Kawasan peternakan mencakup penetapan lokasi yangdigunakan untuk kepentingan pengembangan peternakantermasuk penyediaan rumah potong hewan, berupapenyediaan lahan yang memenuhi persyaratan teknispeternakan dan kesehatan hewan. Pengembangan kawasan peternakan diselenggarakan dalamrangka mencukupi kebutuhan pangan, barang dan jasa asalhewan secara mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan, bagipeningkatan kesejahteraan peternak dan masyarakatsekitarnya.pengembangan kawasan peternakan dapat dilaksanakansecara tersendiri dan/atau terintegrasi dengan budidayatanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan bidang lainnya yang terkait. - Kawasan Pesisir dan Laut Rencana pengembangan kawasan pesisir Jawa Barat terdiri dari arah pengembangan kawasan permukiman, arah pengembangan kawasan bisnis kelautan dan arah pengembangan kawasan wisata. Arah pengembangan wilayah pesisir Jawa Barat dibedakan ke dalam 2 (dua) wilayah, yaitu wilayah pesisir utara dan wilayah pesisir selatan Jawa Barat. a. Kawasan Permukiman Permukiman di wilayah pesisir utara dan selatan Jawa Barat memiliki karakteristik dan masalah yang berbeda, namun secara umum permasalahan PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 32

33 permukiman berupa permukiman kumuh dan keterbatasan sarana prasarana dasar permukiman. Secara mendasar, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan permukiman di wilayah pesisir meliputi : Prinsip pengembangan; Pemilihan lokasi; Kualitas lingkungan; Aksesibilitas; Kepadatan penduduk; Dominasi kegiatan. Prinsip pengembangan permukiman pesisir mengacu pada prinsip keberlanjutan, harmonis, faktor hukum dan peraturan, daya dukung lingkungan, kondisi eksisting dan profil demografi, kondisi fisik lingkungan, kebutuhan, pelayanan sosial, kepuasan penghuni, supply demand, visi masa depan, isu strategis, konsultasi publik, monitoring dan review program. Wilayah pesisir yang dapat dikembangkan sebagai lokasi permukiman antara lain : 1. Wilayah pantai terbuka Tipe permukiman yang dapat dikembangkan adalah permukiman kepadatan rendah, menengah dan tinggi, mengacu pada kriteria kesesuaian lahan. Contoh wilayah ini antara lain pada pantai berpasir dengan kemiringan landai. 2. Wilayah pantai tertutup Batasan pengembangan kawasan permukiman didasarkan pada aspek lokasi, mitigasi bencana, serta dukungan adanya sistem jaringan transportasi serta diselaraskan dengan rencana pengembangan lainnya. Contoh wilayah ini antara lain teluk, laguna, estuari, dan lain-lain. Proses penentuan kawasan permukiman di wilayah pesisir adalah berdasarkan : Kriteria pemilihan lokasi mencakup kriteria fisik-ekologis, kriteria kebijakan, dan kriteria sosial budaya. Kriteria perencanaan kawasan permukiman di wilayah pesisir mengacu pada kriteria perencanaan tapak kawasan dan pertimbangan masalah lingkungan, mencakup analisis makro dan mikro iklim, analisis daerah rawan banjir dan pasang surut, perencanaan drainase, analisis persediaan air di kawasan, perbandingan PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 33

34 tapak kawasan, analisis dampak lingkungan dan data penunjang rencana tapak permukiman. Pengembangan kawasan permukiman nelayan di kawasan pesisir Jawa Barat diarahkan sebagai berikut : Wilayah pesisir utara, dilaksanakan melalui pengembangankawasan permukiman yang dilengkapi sarana dan prasaranadasar serta berada di luar kawasan kerusakan pesisir danrawan bencana pesisir; dan Wilayah pesisir selatan, dilaksanakan melalui penataankawasan permukiman berbasis mitigasi bencana, sertapeningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasarpermukiman yang terintegrasi. b. Kawasan Bisnis Kelautan Bisnis kelautan meliputi perikanan laut, pariwisata bahari, pertambangan, industri maritim, angkatan laut, bangunan kelautan, dan jasa kelautan. Pengembangan bisnis kelautan Jawa Barat didasarkan pada potensi sumber daya laut, penetapan lokasi-lokasi potensial dan pemanfaatan sumber daya kelautan. Pengembangan kawasan bisnis kelautan diarahkan pada : a. mengembangkan kawasan di bidang perikanan laut,meliputi : 1. kawasan pelabuhan perikanan; 2. kawasan perikanan tangkap; 3. kawasan perikanan budidaya; dan 4. kawasan industri pengolahan perikanan. b. mengembangkan kawasan di bidang pertambangan denganmemperhatikan faktor nilai tambah, potensi bahan galian,faktor pembatas, dayadukung dan dayatampung lingkunganserta kebijakan Pemerintah; c. mengembangkan kawasan di bidang industri maritime dengan memperhatikan : 1. kondisi wilayah hinterland; 2. persaingan dengan wilayah sekitar; 3. lokasi strategis terhadap aglomerasi aktivitasperekonomian masyarakat; 4. kebutuhan permintaan lahan industri; 5. kecenderungan industri yang berkembang; 6. ketersediaan prasarana transportasi regional; 7. ketersediaan jaringan utilitas; 8. keberlanjutan dan berwawasan lingkungan; PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 34

35 9. sumberdaya manusia; dan 10. jaminan keamanan. d. mengembangkan infrastruktur perhubungan laut, mencakup pelabuhan utama untuk kapal cepat maupun ferry yang menghubungkan antarpulau serta pelayaran rakyat untuk pengangkutan barang dan jasa; dan e. mengembangkan jasa kelautan, meliputi dukungan jasa finansial dan jasa bisnis informasi. c. Kawasan Wisata di Wilayah Pesisir Kawasan wisata di Jawa Barat dikembangkan dengan prinsip pengembangan ekowisata, agrowisata dan wisata budaya, yang didukung ketersediaan infrastruktur yang memadai dan memperhatikan perkembangan kondisi fisik wilayah terkini. Sehingga menghasilkan pengembangan kawasan wisata yang memiliki aksesibilitas tinggi dengan dukungan kebijakan dan investasi wisata, serta berpotensi dapat memberikan efek pengembangan kegiatan lain yang tentunya mendukung kegiatan wisata itu sendiri. Arah pengembangan kawasan wisata di wilayah pesisir Jawa Barat terdiri dari: mengembangkan kawasan wisata pesisir, laut dan pulaukecil yang mempertahankan konservasi lingkungan dankeberadaan kehidupan sosial masyarakat setempat; mengembangkan kawasan wisata di wilayah pesisir utara dengan prioritas pada pengembangan Kawasan Wisata Budaya Pesisir Cirebon; dan mengembangkan kawasan wisata bahari di wilayah pesisir selatan yang ditetapkan berdasarkan perwilayahan pengembangan pariwisata secara nasional, meliputipengembangan Kawasan Pantai Pangandaran, Kawasan Palabuhanratu, dan Pantai Rancabuaya. - Kawasan Pertahanan dan Keamanan Rencana kawasan pertahanan keamanan mencakup penetapan lokasi yang digunakan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan, yang bertujuan mengamankan dan menjaga fungsi kawasan pertahanan keamanan. Sedangkan sasaran rencana pengamanan tersebut adalah agar terkendalinya kegiatan pembangunan di kawasan pertahanan keamanan, serta terjaminnya kepentingan pertahanan keamanan. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 35

36 Kawasan pertahanan keamanan merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk kepentingan kegiatan pertahanan dan keamanan yang terdiri dari kawasan pendidikan dan/atau latihan militer TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Udara, TNI Angkatan Laut dan Kepolisian, kawasan pangkalan TNI angkatan Udara (Lanud), kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal), serta kawasan militer dan kepolisian lainnya. Kawasan pertahanan keamanan ditetapkan berdasarkan lokasi yang telah ditentukan oleh TNI sebagai daerah latihan militer atau daerah pengamanan militer. Kawasan pertahanan keamanan ditetapkan berdasarkan lokasi yang telah ditentukan oleh TNI sebagai daerah latuhan militer atau daerah pengamanan militer. a. Penetapan lokasi kawasan pendidikan dan/atau latihan militer TNI Angkatan Darat Lokasi kawasan pendidikan dan/atau latihan militer Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, meliputi : 1. Kota Depok Kecamatan Pancoran Mas Kelurahan Cilodong 2. Kabupaten Bogor kecamatan Pamijahan Desa Gunung Bunder, Kecamatan Cibinong Desa Kalibaru, Kecamatan Parung Desa Cogreg 3. Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Batujajar Desa Galanggang, Kecamatan Cisarua Situ Lembang, Kecamatan Cipatat Desa Sumur Bandung 4. Kota Cimahi Gunung Bohong dan Kecamatan Cimahi Tengah Desa Setia Manah 5. Kabupaten Bandung Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Nagreg, dan Kecamatan Cimenyan Desa Sindanglaya 6. Kabupaten Sukabumi Kecamatan Ciracap Desa Cibenda 7. Kabupaten Purwakarta Kecamatan Sukasari Desa Kertamanah 8. Kabupaten Karawang Kecamatan Pangkalan Gunung Sanggabuwana b. Penetapan kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara Kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara, meliputi: 1. Lanud Husein Sastranegara Kecamatan Andir, Kota Bandung 2. Sulaeman Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung 3. Suryadarma Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 36

37 4. Atang Sanjaya Kecamatan Semplak, Kabupaten Bogor 5. Penggung Kota Cirebon 6. Sukani Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka 7. Nusawiru Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis 8. Wiryadinata Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Tasikmalaya 9. Pameungpeuk, Kecamatan pameungpeuk Kabupaten Garut 10. Kawasan pendidikan/latihan militer TNI AU Detasemen Bravo di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. c. Penetapan kawasanpangkalan TNI Angkatan Laut Kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut, meliputi : 1. Lanal Bandung di Kota Bandung, 2. Posal Palabuhanratu dan Puslatpur Marinir TNI AL Antralim di Kabupaten Sukabumi, 3. Posal Pangandaran di Kabupaten Ciamis, 4. Lanal Cirebon di Kota Cirebon, 5. Posal Gebang di Kabupaten Cirebon, 6. Posal Eretan di Kabupaten Indramayu, 7. Posal Blanakan di Kabupaten Subang, 8. Kawasan latihan pendaratan di Pantai Santolo Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut Kawasan Pos Polair, meliputi : 1. Pos Polair Cirebon dengan Sub Pos Kejawanan, Gebang,Bondet, Dadap, Eretan,Mayangan, dan Ciparage 2. Pos Polair Pelabuhanratu dengan Sub Pos Cisolok,Ujunggenteng, dan Ciwaru 3. Pos Polair Pangandaran dengan Sub Pos Kalipucang,Pangandaran, Parigi, Batukaras, dan Pameungpeuk d. Penetapan lokasi kawasan pendidikan/latihan POLRI Kawasan pendidikan/latihan POLRI, meliputi : PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 37

38 1. SPN Cisarua, Lembang di Kabupaten Bandung Barat berada dibawah naungan Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat 2. SPN Lido di Kabupaten Bogor berada di bawah naungan Kepolisian Daerah Metro Jaya 3. Secapa Polri di Kota Sukabumi berada di bawah naunganlembaga Pendidikan dan Latihan Markas Besar Polri e. Penetapan lokasi kawasan militer lainnya Kawasan militer dan kepolisian lainnya, meliputi : 1. Kodam, Korem, dan Koramil 2. Komando Pendidikan dan Latihan TNI-AD dan Satuan Pelaksana dibawahnya, seperti Pusdik Kav, Pusdiktop, Pusdikzi, dan Pusdik Ajen 3. Pusat Kesenjataan Kavaleri/Pusserkav, Pussen Armed, Pussen Arhanud, dan Pusenif 4. Secapa TNI AD dan Resimen Induk Komando Daerah Militer/Rindam 5. Pangkalan Peluncuran Roket di Pameungpeuk, Kabupaten Garut PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 38

39 Tabel 6.12 Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah NO. KOTA/KABUPATEN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALAN Pasal 54 ayat 3a WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor Pembangunan jalan tol Bogor Ring Road, Depok-Antasari, Jagorawi-Cinere, Cimanggis- Cibitung,Cikarang Tanjungpriok, Bekasi- Cawang-Kampung Melayu dan Serpong- Cinere. 2 Kabupaten Bogor Pembangunan jalan lingkar leuwiliang. RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP) PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA PERHUBUNGAN ENERGI PERMUKIMAN AIR Pasal 54 ayat 3b Pasal 54 ayat 3d Pasal 54 ayat 3e Pasal 54 ayat 3c Pembangunan dan penyelenggaraan terminal type A, KA Perkotaan, Peningkatan Jalur KA Antara Kota Bogor-Sukabumi, Pembangunan shortcut jalur KA Perkotaan Parung Panjang-Citayam, Angkutan Massal Perkotaan, Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. Peningkatan rel ganda KA Perkotaan Parung Panjang-Tenjo, KA Perkotaan, Optimalisasi fungsi Pangkalan Udara Atang Sanjaya, infrastruktur pengendali banjir Peningkatan kondisi jaringan irigasi Pembangunan Waduk Ciawi, Narogong, Genteng, Sodong, Tanjung, Parung Badak, Cijuray, dan Cidurian, infrastruktur pengendali banjir, PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 39 pemanfaatan sampah sebagai energi di TPA pipanisasi gas regional dan gas kota lapangan panas bumi eksisting di lapangan panas bumi Awi Bengkok dan Gunung Salak prospek panas bumi di lapangan panas bumi hunian vertikal, Pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo dengan cakupan pelayanan. hunian vertikal Peningkatan ketersediaan air bersih perkotaan dan pengembangan Instalasi Pengolahan Air (IPA)/Water OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI Pasal 54 ayat 3f Kawasan Sentul, Industri Pusat Kawasan Industri Cibinong, terletak di Citeureup- Cileungsi- Klapanunggal-

40 Angkutan Massal Perkotaan, Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. 3 Kota Bekasi Peningkatan/ Pembangunan rel ganda KA Perkotaan Manggarai- Cikarang (lintas Manggarai- Jatinegara-Bekasi), KA Perkotaan, Angkutan Massal Perkotaan, Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. 4 Kabupaten Bekasi Pelabuhan Laut, Pembangunan dan penyelenggaraan terminal type A, KA Perkotaan, Angkutan Massal Peningkatan kondisi jaringan irigasi. infrastruktur pengendali banjir Peningkatan kondisi jaringan irigasi infrastruktur pengendali banjir Peningkatan kondisi jaringan irigasi PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 40 Ciseeng dan Gunung Pancar prospek panas bumi di lapangan panas bumi Gunung Gede- Pangrango pemanfaatan sampah sebagai energi di TPA pemanfaatan sampah sebagai energi di TPA pipanisasi gas regional dan gas kota pemanfaatan sampah sebagai energi di TPA pipanisasi gas regional dan gas kota Treatment Plant(WTP), Pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo dengan cakupan pelayanan, Pembangunan Pasar Induk Regional. hunian vertikal, Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh. hunian vertikal, Peningkatan ketersediaan air bersih perkotaan dan pengembangan Instalasi Pengolahan Air Gunungputri Kawasan Industri MM2100, terletak di Cibitung Kawasan Industri EJIP (NEGAI), terletak di Cikarang, Cibarusah

41 Perkotaan, Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. 5 Kota Depok Pembangunan dan penyelenggaraan terminal type A, KA Perkotaan, Angkutan Massal Perkotaan, Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. Pembangunan Waduk Limo infrastruktur pengendali banjir Peningkatan kondisi jaringan irigasi pemanfaatan gas alam (SPPBE, LNG Terminal, PLTG, dan LPG plant) pemanfaatan sampah sebagai energi di TPA pipanisasi gas regional dan gas kota (IPA)/Water Treatment Plant(WTP) hunian vertikal, Pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo dengan cakupan pelayanan, Peningkatan kualitas lingkungan Kawasan Industri Internasional Bekasi, terletak di Desa Sukaresmi Kawasan Industri Jababeka terletak di Cikarang, Kawasan Industri Lippo Cikarang, terletak di Cikarang Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya, terletak di Cikarang, Kawasan Industri Gobel, terletak di Cibitung Pusat Kawasan Industri dan Pergudangan Bertaraf Internasional Marunda PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 41

42 6 Kabupaten Cianjur Angkutan Massal Perkotaan, Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. UMUM infrastruktur pengendali banjir Peningkatan kondisi jaringan irigasi prospek panas bumi di lapangan panas bumi Gunung Gede- Pangrango permukiman kumuh PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGI Pasal 54 ayat 3d pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi Pengembangan Desa mandiri energi PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMANPasal 54 ayat 3e kawasan siap bangun atau lingkungan siap bangun, pengolahan air limbah yang memperhatikan baku mutu limbah cair dan merupakan sistem yang terpisah dari pengelolaan air limbah industri secara terpusat, terutama pada kawasan perumahan padat, pusat bisnis dan sentra industri, Penataan jaringan drainase perkotaan, Pembangunan kawasan olahraga terpadu di PKN, PKW dan pembangunan sarana olahraga di PKL, Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKN, Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL, Pembangunan pusat kebudayaan di PKN dan PKW, Pengendalian permukiman di kawasan Puncak untuk mendukung fungsi konservasi kawasan, Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, permukiman kumuh nelayan, desa di kawasan perbatasan dengan Provinsi Banten dan DKI, serta kawasan rawan bencana, Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan pengelolaan bencana, Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar, Pembangunan Puskesmas. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 42

43 Tabel Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Lanjutan) NO. KOTA/KABUPATEN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALAN Pasal 55 ayat 3a RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP) PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIR ENERGI Pasal 55 ayat 3c Pasal 55 ayat 3d PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN Pasal 55 ayat 3b WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang Optimalisasi fungsi Pangkalan Udara Kalijati. 8 Kabupaten Karawang Pembangunan jalan lingkar Karawang Pembangunan Pelabuhan Laut Internasional Cilamaya, Penyediaan Terminal Tipe A, Pembangunan Shortcut Jalur KA Antar Kota Cibungur - Tanjungrasa Pembangunan Waduk Sadawarna, Cilame, Talagaherang, Cipunagara, Kandung dan Bodas prospek panas bumi di lapangan panas bumi Sagalaherang dan Tangkubanparahu, jaringan pipanisasi gas (gas pipeline) dan gas kota, secara terkoordinasi pemanfaatan gas alam (SPPBE, PLTG, dan LPG Plant). jaringan pipanisasi gas (gas pipeline) dan gas kota, secara terkoordinasi pemanfaatan gas alam (SPPBE, PLTG, dan LPG Plant). PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN Pasal 55 ayat 3e Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan industri OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI Pasal 55 ayat 3f Kawasan Industri KIIC, terletak di Kecamatan Teluk Jambe Kawasan Industri Taman Niaga Karawang Prima, terletak di Kecamatan Teluk Jambe Kawasan Industri Indotaisei Kota Bukit Indah, PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 43

44 9 Kabupaten Purwakarta Pembangunan Shortcut Jalur KA Antar Kota Cibungur Tanjungrasa. Umum PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALANPasal 55 ayat 3a Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGANPasal 55 ayat 3b PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 44 Pengembangan jaringan pipanisasi gas (gas pipeline) dan gas kota. Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan industri terletak di Kecamatan Cikampek Kawasan Industri Kujang Cikampek, terletak di Kecamatan Cikampek Kawasan Industri Mandalapratama Permai, terletak di Kecamatan Cikampek Kawasan Industri Mitra karawang, terletak di Kecamatan Ciampel Kawasan Industri Karawang 2000 Kawasan Industri Suryacipta, terletak di Kecamatan Ciampel Kawasan Industri Kota Bukit Indah Kawasan Industri Kota Bukit Indah Kawasan Industri Lion, terletak di Kecamatan Campaka

45 Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Cikampek-Purwakarta, Peningkatan jalur KA lintas Cikampek-Padalarang, termasuk peningkatan spoor emplasemen, Pembangunan rel ganda parsial antara Purwakarta-Ciganea, Elektrifikasi rel ganda KA Antar Kota Cikarang-Cikampek, Peningkatan keandalan sistem jaringan KA lintas utara Jakarta-Cikampek, Pembangunan jalur KA cepat lintas Jakarta-Surabaya, Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIRPasal 55 ayat 3c Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk dan danau/situ, infrastruktur pengendali banjir, Peningkatan kondisi jaringan irigasi. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGIPasal 55 ayat 3d pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi, pemanfaatan batubara untuk industri, Desa mandiri energi PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN Pasal 55 ayat 3e kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun, Penataan permukiman kumuh, Peningkatan pelayanan air bersih berupa pembangunan IPA/WTP dan jaringan pipa distribusi, pengolahan air limbah, Penataan jaringan drainase perkotaan, Peningkatan pengelolaan persampahan, Pembangunan kawasan olahraga di PKW dan sarana olahraga di PKL, Pembangunan Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL, Pembangunan pusat kebudayaan di PKW, Pembangunan Pasar Induk Regional di PKW Cikampek-Cikopo, Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, permukiman kumuh nelayan dan kawasan rawan bencana, Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan pengelolaan bencana, Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar, Pembangunan Puskesmas. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 45

46 Tabel6.12 Rencana Wilayah Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Lanjutan) NO. KOTA/KABUPATEN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALAN Pasal 56 ayat 3a RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP) PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN SUMBERDAYA AIR ENERGI TELEKOMUNIKASI Pasal 56 ayat 3b Pasal 56 ayat 3c Pasal 56 ayat 3d Pasal 56 ayat 3e WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon PLTU, Sumber Energi Panas Bumi Gunung Kromong, pemanfaatan batubara untuk industri dan pembangkit listrik. 11 Kota Cirebon Pembangunan jalan Optimalisasi tol Kanci-Pejagan, fungsi Bandara Pembangunan jalan Cakrabuwana lingkar selatan. (Penggung) sebagai Pusat Persebaran Tersier, Penyediaan Terminal Tipe A, Peningkatan kapasitas dan fungsi Pelabuhan Internasional Arjuna, 12 Kabupaten Indramayu Terminal Tipe B PLTU, pemanfaatan V V PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN Pasal 56 ayat 3f Pembangunan tempat pengelolaan sampah regional, Pembangunan dan pengembangan Pasar Induk Regional. Pengembangan hunian vertikal V Pembangunan dan pengembangan Pasar Induk Beras Regional OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI Pasal 56 ayat 3g PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 46

47 13 Kabupaten Majalengka Pembangunan jalan lingkar Kadipaten Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), terletak di Kertajati sebagai Pusat Persebaran Sekunder, batubara untuk industri dan pembangkit listrik. V Pembangunan kawasan permukiman di Kertajati Aerocity Pengembangan Kawasan Industri Kertajati Aerocity 14 Kabupaten Kuningan Terminal Tipe B Pembangunan Waduk Lapangan Cinunjang 15 Kabupaten Sumedang Pembangunan Waduk Cipasang, Kadumanik, Cipanas, dan Cipanas Saat, Pembangunan Daerah Irigasi Rengrang UMUM PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 47 Pengembangan Sumber Energi Panas Bumi Sangkan Hurip Gunung Ciremai PLTA Waduk Jatigede, Sumber Energi Panas Bumi Tampomas. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALANPasal 56 ayat 3a Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGANPasal 56 ayat 3b sistem angkutan umum massal di PKN Cirebon, Pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA lintas utara-selatan yang menghubungkan Kota Indramayu Jatibarang, Pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA lintas utara-selatan yang menghubungkan Kota Kadipaten-Cirebon, Reaktivasi jalur KA Antar Kota Cirebon-Kadipaten-Kertajati, Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas utara yang menghubungkan kota-kota Cikampek-Jatibarang-Cirebon, Peningkatan prasarana lalulintas dan angkutan jalan. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIRPasal 56 ayat 3c Revitalisasi dan optimalisasi waduk dan danau/situ, infrastruktur pengendali banjir, Peningkatan kondisi jaringan irigasi. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGIPasal 56 ayat 3d jaringan pipa gas regional dan gas kota, V V

48 pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi, Desa mandiri energi. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMANPasal 56 ayat 3f kawasan siap bangun /lingkungan siap bangun, Peningkatan pelayanan air bersih berupa pembangunan IPA/WTP dan jaringan pipa distribusi, Peningkatan sistem pengelolaan air limbah, Penataan jaringan drainase perkotaan, Penataan permukiman kumuh, Pembangunan kawasan olahraga terpadu di PKN dan PKW dan sarana olahraga di PKL, Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKN, Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL, Pembangunan pusat kebudayaan di PKN dan PKW, Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, desa perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, permukiman kumuh nelayan, dan kawasan rawan bencana, Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan pengelolaan bencana, Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar, Pembangunan Puskesmas. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 48

49 Tabel 6.12.Rencana Wilayah Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Lanjutan) NO. KOTA/KABUPATEN RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP) PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALAN Pasal 57 ayat 3a PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN Pasal 57 ayat 3b PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIR Pasal 57 ayat 3c PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGI Pasal 57 ayat 3d PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI Pasal 57 ayat 3e PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN Pasal 57 ayat 3f WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut Pembangunan Waduk Cibatarua, Pembangunan Daerah Irigasi Leuwigoong 17 Kabupaten Tasikmalaya Optimalisasi fungsi Bandara Nusawiru di Pangandaran sebagai Pusat Persebaran Tersier dan Pangkalan Udara Cibeureum 18 Kota Tasikmalaya Pengelolaan Terminal Tipe A Pembangunan Waduk Ciwulan Pengembangan pemanfaatan sumber energi panas bumi Kawah Drajat, Kawah Kamojang, Papandayan, Cilayu, Ciarinem, Cikuray dan Guntur Masigit Pengembangan pemanfaatan sumber energi panas bumi Karaha Bodas, Gunung Galunggung, Cipacing, Ciheras, Cigunung, Cibalong, Cipanas-Ciawi dan Cakrabuana PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 49 V V V Peningkatan sistem pengelolaan air limbah di Pangandaran V 19 Kabupaten Ciamis Pembangunan Waduk Pengembangan Lapangan Gagah pemanfaatan sumber Jurit, Sukahurip, energi panas bumi Hyang, Cikembang Gunung Sawal dan Leuwikeris 20 Kota Banjar V Peningkatan sistem pengelolaan air OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI Pasal 57 ayat 3g

50 UMUM limbah di Pangandaran PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALANPasal 57 ayat 3a Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGANPasal 57 ayat 3b Reaktivasi jalur KA Antar Kota Banjar-Cijulang, Reaktivasi jalur KA Cikajang-Cibatu, Pembangunan dan peningkatan sitem jaringan jalur KA lintas utara-selatan antara Galunggung-Tasikmalaya, Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIRPasal 57 ayat 3c Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk dan danau/situ, infrastruktur pengendali banjir, Peningkatan kondisi jaringan irigasi. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGIPasal 57 ayat 3d pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi, infrastruktur pemanfaatan gas alam, Desa mandiri energi. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMANPasal 57 ayat 3f kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun, sistem pelayanan air bersih, Penataan permukiman kumuh, Penataan jaringan drainase perkotaan, Pembangunan kawasan olahraga di PKW dan sarana olahraga di PKL, Pembangunan Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL, Pembangunan pusat kebudayaan di PKNp, Pembangunan pusat rekreasi terpadu skala nasional dan internasional di PKNp, Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, permukiman kumuh nelayan, desa di wilayah perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan kawasan rawan bencana, Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan penanggulangan bencana, Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar, Pembangunan Puskesmas. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 50

51 Tabel Rencana Wilayah Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Lanjutan) NO. KOTA/KABUPATEN WP Sukabumi PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALAN Pasal 58 ayat 3a 20 Kota Sukabumi Pembangunan Jalan Lingkar Sukabumi PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN Pasal 58 ayat 3b Pembangunan Terminal Tipe A RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP) PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIR Pasal 58 ayat 3c PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGI Pasal 58 ayat 3d PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI Pasal 58 ayat 3e V PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN Pasal 58 ayat 3f kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun, sistem pelayanan air bersih, Peningkatan sistem pengelolaan air limbah di Palabuhanratu. OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI Pasal 58 ayat 3g 21 Kabupaten Sukabumi Pembangunan Jalan Lingkar Sukabumi Sebagian Kabupaten Cianjur Pembangunan jalan lingkar Pembangunan Pangkalan Udara Citarate Pembangunan Waduk Citepus, Waduk Ciletuh, Waduk Cikarang, Waduk Cikaso, Waduk Warungkiara dan Waduk Cibareno Pembangunan Waduk Cibuni dan Pengembangan lapangan panas bumi Cisolok- Cisukarame PLTA pump V V kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun, sistem pelayanan air bersih, Penyediaan TPA sampah regional. kawasan siap Pembangunan Kawasan Industri Ciambar PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 51

52 Cianjur Waduk Cimaskara storage Cisokan, bangun dan Prospek panas lingkungan siap bumi di bangun, Tanggeung- Cibungur dan sistem pelayanan Cipanas-Pacet air bersih. UMUM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALANPasal 58 ayat 3a: Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGANPasal 58 ayat 3b Pembangunan Terminal Tipe B di Palabuhanratu, Peningkatan kapasitas pelabuhan laut perikanan samudera di Palabuhanratu, Peningkatan sarana dan prasarana lalulintas angkutan jalan dan alur pelayaran di wilayah Sukabumi Selatan, Pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA lintas utara-selatan yang menghubungkan kota-kota Bogor-Sukabumi-Cianjur-Padalarang, Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIRPasal 58 ayat 3c Revitalisasi dan optimalisasi fungsi situ dan embung, infrastruktur pengendali banjir, Peningkatan kondisi jaringan irigasi. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGIPasal 58 ayat 3d pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi, pemanfaatan batubara untuk pembangkit listrik, infrastruktur pemanfaatan gas alam, Desa mandiri energi. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMANPasal 58 ayat 3f permukiman perkotaan yang memperhatikan prinsip konservasi, Penataan permukiman kumuh, Penataan jaringan drainase perkotaan, Pembangunan kawasan olahraga di PKW dan sarana olahraga di PKL, Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKNp, Rumah Sakit Tipe B di PKW, dan Rumah Sakit Tipe C di PKL, Pembangunan pusat kebudayaan di PKW dan PKNp, Pembangunan pasar induk regional di Palabuhanratu, Pembangunan pusat bisnis kelautan di PKNp, Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, desa perbatasan dengan Provinsi Banten, permukiman kumuh nelayan, dan kawasan rawan bencana, Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan penanggulangan bencana, Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar, Pembangunan Puskesmas. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 52

53 Tabel6.12 Rencana Wilayah Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Lanjutan) NO. KOTA/KABUPATEN WP KK Cekungan Bandung PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALAN Pasal 59 ayat 3a RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP) PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIR ENERGI Pasal 59 ayat 3c Pasal 59 ayat 3d PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN Pasal 59 ayat 3b 22 Kota Bandung Pembangunan/ pengembangan perkotaan 23 Kabupaten Bandung Pembangunan jalan lingkar Majalaya dan Banjaran 24 Kabupaten Bandung Barat KA Pembangunan Waduk Sukawana, Santosa, Ciwidey, Cimeta, Cikapundung, Citarik dan Tegalluar energi dari sampah TPA, jaringan pipanisasi gas regional dan gas kota. Peningkatan energi panas bumi di Cibuni, Patuha, Wayang Windu, Kamojang, Papandayan, Tampomas, Gunung Malabar, energi dari sampah TPA, jaringan pipanisasi gas regional dan gas kota. Peningkatan energi panas bumi di Tangkubanparahu energi dari sampah TPA, PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN Pasal 59 ayat 3e Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan perkotaan, industri dan pendidikan Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan perkotaan, industri dan pendidikan Pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI Pasal 59 ayat 3f Pengembangan Kawasan Industri Rancaekek PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 53

54 jaringan pipanisasi gas regional dan gas kota. 25 Kota Cimahi energi dari sampah TPA, jaringan pipanisasi gas regional dan gas kota. UMUM Pembangunan jalan tol Soreang- Pasirkoja, jalan tol dalam Kota Bandung (Terusan Pasteur- Ujungberung- Cileunyi) dan Ujungberung- Gedebage- Majalaya, Pembangunan jalan alternatif Bandung- Lembang, Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis. Pembangunan jalur ganda KA Perkotaan Kiaracondong- Rancaekek- Cicalengka, Elektrifikasi jalur KA Perkotaan Padalarang- Kiaracondong- Cicalengka, Reaktivasi jalur KA Perkotaan Rancaekek- Jatinangor- Tanjungsari, Reaktivasi jalur KA Perkotaan Cikudapateuh- Soreang-Ciwidey, Pembangunan DT Bandung Urban Railway Transport Development, Electrification Padalarang- Cicalengka Line, Pembangunan Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk dan danau/situ, infrastruktur pengendali banjir, Peningkatan kondisi jaringan irigasi. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 54 pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bioenergi, Pemanfaatan batubara untuk industri, Desa mandiri energi. Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan perkotaan, industri dan pendidikan Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor, Peningkatan pengelolaan persampahan, revitalisasi TPA Leuwigajah, optimalisasi TPK Sarimukti, dan operasionalisasi Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Legok Nangka, Peningkatan pelayanan air bersih, Peningkatan pengolahan air limbah, Penataan permukiman kumuh, Penataan jaringan drainase perkotaan, Pembangunan kawasan olahraga terpadu di PKN dan PKW dan sarana olahraga di PKL, Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKN, Rumah Sakit Tipe B di

55 Terminal Tipe A, sistem angkutan umum massal perkotaan, Optimalisasi fungsi Bandara Husein Sastranegara sebagai Pusat Persebaran Tersier, Peningkatan prasarana lalulintas dan angkutan jalan. PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL, Pembangunan pusat kebudayaan di PKN dan PKW, Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, dan kawasan rawan bencana, Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi terutama di WP KK Cekungan Bandung bagian utara dan selatan, Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar, Pembangunan Puskesmas. PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 55

56 Tabel Keterkaitan Fungsional Antar WP KETERKAITAN FUNGSIONAL ANTAR WP NO. KOTA/KABUPATEN RENCANA KETERKAITAN FUNGSIONAL ANTAR WP DALAM PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN INFRASTRUKTUR WILAYAH Pasal 60a 1. WP Bodebekpunjur Pembangunan jalan Tol Cileunyi- Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan jalan Tol Cikopo/Cikampek- Palimanan (Cikapali) Pembangunan jalan kolektor primer lintas utara Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis Pembangunan jalur KA Antar Kota Rancaekek-Jatinangor- Tanjungsari-Kertajati-Kadipaten- Cirebon Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Purwakarta-Bandung Pembangunan jalur KA cepat lintas Jakarta-Bandung Pembangunan rel ganda parsial jalur KA Cisomang-Cikadondong Peningkatan kondisi jaringan irigasi di bagian utara Pembangunan pipanisasi gas alam jalur South Sumatera West Java (SSWJ) dan Trans Line Jawa Barat 2. WP Puwasuka Pembangunan jalan Tol Cileunyi- Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) RENCANA KETERKAITAN FUNGSIONAL ANTAR WP DALAM PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN INFRASTRUKTUR WILAYAH Pasal 60b PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 56 RENCANA KETERKAITAN FUNGSIONAL ANTAR WP DALAM PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN INFRASTRUKTUR WILAYAH Pasal 60c RENCANA KETERKAITAN FUNGSIONAL ANTAR WP DALAM PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN INFRASTRUKTUR WILAYAH Pasal 60d Pembangunan jalan Tol Ciawi- Sukabumi, jalan Tol Sukabumi-Ciranjang, dan jalan Tol Ciranjang-Padalarang Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis Pembangunan jalan poros barat di jalur Palabuhanratu- Cikidang-Cibadak-Bogor- Depok-Jakarta Revitalisasi jalur KA Antar Kota Bandung-Sukabumi- Bogor

57 dan jalan Tol Cikopo/Cikampek- Palimanan (Cikapali) Pembangunan jalan kolektor primer lintas utara Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis Pembangunan jalur KA Antar Kota Rancaekek-Jatinangor- Tanjungsari-Kertajati-Kadipaten- Cirebon Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Purwakarta-Bandung Pembangunan jalur KA cepat lintas Jakarta-Bandung Pembangunan rel ganda parsial jalur KA Cisomang-Cikadondong Peningkatan kondisi jaringan irigasi di bagian utara Pembangunan pipanisasi gas alam jalur South Sumatera West Java (SSWJ) dan Trans Line Jawa Barat 3. WP Ciayumajakuning Pembangunan jalan Tol Cileunyi- Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan jalan Tol Cikopo/Cikampek- Palimanan (Cikapali) Pembangunan jalan kolektor primer lintas utara Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis Pembangunan jalur KA Antar Kota Rancaekek-Jatinangor- Tanjungsari-Kertajati-Kadipaten- Cirebon Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Purwakarta-Bandung Pembangunan jalan Tol Cileunyi-Nagreg-Ciamis- Banjar Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Bandung- Tasikmalaya-Banjar Peningkatan jalan poros timur di jalur Pangandaran-Ciamis- Cikijing-Cirebon Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 57

58 4. WP Priangan Timur - Pangandaran Pembangunan jalur KA cepat lintas Jakarta-Bandung Pembangunan rel ganda parsial jalur KA Cisomang-Cikadondong Peningkatan kondisi jaringan irigasi di bagian utara Pembangunan pipanisasi gas alam jalur South Sumatera West Java (SSWJ) dan Trans Line Jawa Barat Pembangunan jalan Tol Cileunyi- Nagreg-Ciamis-Banjar Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Bandung-Tasikmalaya-Banjar Peningkatan jalan poros timur di jalur Pangandaran-Ciamis- Cikijing-Cirebon Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 58 Pembangunan jalan lintas selatan Peningkatan status jalan lintas selatan menjadi jalan nasional Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis Penyelesaian penanganan jalan dan jembatan di bagian selatan Pembangunan jalan poros tengah di jalur Bandung- Pangalengan-Rancabuaya 5. WP Sukabumi Pembangunan jalan lintas selatan Peningkatan status jalan lintas selatan menjadi jalan nasional Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis Penyelesaian penanganan jalan dan jembatan di bagian selatan Pembangunan jalan poros tengah di jalur Bandung- Pangalengan-Rancabuaya 6. WP KK Cekungan Bandung Pembangunan jalan Tol Cileunyi- Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan jalan Tol Cikopo/Cikampek- Palimanan (Cikapali) Pembangunan jalan kolektor primer lintas utara Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis Pembangunan jalan Tol Cileunyi- Nagreg-Ciamis-Banjar Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Bandung-Tasikmalaya-Banjar Peningkatan jalan poros timur di jalur Pangandaran-Ciamis- Pembangunan jalan lintas selatan Peningkatan status jalan lintas selatan menjadi jalan nasional Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis Penyelesaian penanganan jalan dan jembatan di bagian selatan Pembangunan jalan Tol Ciawi- Sukabumi, jalan Tol Sukabumi- Ciranjang, dan jalan Tol Ciranjang-Padalarang Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis Pembangunan jalan poros barat di jalur Palabuhanratu-Cikidang- Cibadak-Bogor-Depok-Jakarta Revitalisasi jalur KA Antar Kota Bandung-Sukabumi-Bogor Pembangunan jalan Tol Ciawi- Sukabumi, jalan Tol Sukabumi- Ciranjang, dan jalan Tol Ciranjang-Padalarang Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis Pembangunan jalan poros barat di jalur Palabuhanratu-Cikidang-

59 Pembangunan jalur KA Antar Kota Rancaekek-Jatinangor- Tanjungsari-Kertajati-Kadipaten- Cirebon Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Purwakarta-Bandung Pembangunan jalur KA cepat lintas Jakarta-Bandung Pembangunan rel ganda parsial jalur KA Cisomang-Cikadondong Peningkatan kondisi jaringan irigasi di bagian utara Pembangunan pipanisasi gas alam jalur South Sumatera West Java (SSWJ) dan Trans Line Jawa Barat Cikijing-Cirebon Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis Pembangunan jalan poros tengah di jalur Bandung- Pangalengan-Rancabuaya Cibadak-Bogor-Depok-Jakarta Revitalisasi jalur KA Antar Kota Bandung-Sukabumi-Bogor PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 59

60 Gambar 6.3. Peta Rencana Pengembangan Infrastruktur Strategis PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 60

61 Gambar 6.4. Peta Rencana Infrastruktur Jalan dan Perhubungan PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 61

62 Gambar 6.5. Peta Rencana Infrastruktur Sumber Day Air dan Irigasi PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 62

63 Gambar 6.6. Peta Rencana Infrastruktur Energi Terbarukan PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 63

64 Gambar 6.7. Peta Rencana Infrastruktur Permukiman PT. ECOTERRA MULTIPLAN VI - 64

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 NOVEMBER 2010 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ARAHAN PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN I. KAWASAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN KAWASAN LINDUNG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN KAWASAN LINDUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Rencana Tata Ruang Wilayah diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai

Lebih terperinci

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha)

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha) Tabel 1.1. Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d 2005 No Fungsi Kawasan Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Keterangan I Kawasan Produksi & Lindung 627.499,78

Lebih terperinci

L.III - 1 BUPATI SUKABUMI, H. SUKMAWIAJAYA

L.III - 1 BUPATI SUKABUMI, H. SUKMAWIAJAYA L.III - 1 LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI 2012-2032 RENCANA POLA RUANG KABUPATEN A. PETA RENCANA POLA RUANG KABUPATEN

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029 BAB V RENCANA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI 5.1. Lokasi dan Jenis Kawasan Strategis Provinsi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) memuat penetapan Kawasan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 1 2006 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029 BAB IV RENCANA POLA RUANG Rencana pola ruang wilayah provinsi meliputi rencana pola ruang kawasan lindung dan rencana pola ruang kawasan budidaya yang memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa kawasan lindung adalah bagian

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa kawasan lindung adalah bagian ruang

Lebih terperinci

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Gubernur Jawa Barat, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

A. SISTEM PERKOTAAN PROVINSI PKL PERKOTAAN. PKL PERDESAAN 1 Kota Bekasi 2 Kab Bekasi. NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp

A. SISTEM PERKOTAAN PROVINSI PKL PERKOTAAN. PKL PERDESAAN 1 Kota Bekasi 2 Kab Bekasi. NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 NOVEMBER 2010 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2029 A. SISTEM PERKOTAAN PROVINSI

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2029 I. UMUM Jawa Barat bagian Selatan telah sejak lama dianggap

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2011 2031 UMUM Ruang wilayah Kabupaten Karawang dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional Coffee Morning Jakarta, 1 November 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT NOMOR 2 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT NOMOR 2 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT NOMOR 2 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa ruang mempunyai arti penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Arahan pemanfaatan ruang wilayah di Provinsi Jawa Barat berpedoman pada rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan penetapan Kawasan Strategis Provinsi (KSP), melalui

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999) Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999) TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN

Lebih terperinci

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara digunakan sebagai merupakan acuan dalam pelaksanaan pengendalian

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK,TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK,TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR - 1 - PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK,TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha) B A B KONDISI GEOGRAFIS 3.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44 70º83 Lintang Selatan dan 107º21 108º21 Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K Latar Belakang Dasar Hukum Pengertian Peran BIG dalam Penyusunan

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Dalam rangka mewujudkan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, diperlukan keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang dalam berbagai konteks keruangan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa fungsi utama Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur sebagai konservasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

2017, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran No.77, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Nasional. Wilayah. Rencana Tata Ruang. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011-2031 I. UMUM Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara

Lebih terperinci

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan

Lebih terperinci

Contoh Tabel Pemeriksaan Mandiri Materi Muatan Rancangan Perda Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Contoh Tabel Pemeriksaan Mandiri Materi Muatan Rancangan Perda Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi LAMPIRAN II A PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM RANGKA PENETAPAN PERATURAN DAERAH TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL. PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/96;

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (6) Undang-Undang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 1999 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR-PUNCAK-CIANJUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 1999 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR-PUNCAK-CIANJUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 1999 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR-PUNCAK-CIANJUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa fungsi utama Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang 4 TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang Ruang (space) dalam ilmu geografi didefinisikan sebagai seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfer, tempat hidup tumbuhan, hewan dan manusia (Jayadinata

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat Undang-undang Nomor 24 Tahun

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci Rangkuman tentang Muatan Rencana Rinci Di Susun Oleh : Nama : Nadia Nur N. Nim : 60800114049 Kelas : C1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

Lebih terperinci

Kriteria Dan Indikator Pengelolaan Kawasan Lindung Dalam Rangka Perwujudan Green Province Jawa Barat

Kriteria Dan Indikator Pengelolaan Kawasan Lindung Dalam Rangka Perwujudan Green Province Jawa Barat Kriteria Dan Indikator Pengelolaan Kawasan Lindung Dalam Rangka Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Sekolah Ilmu Dan Teknologi Hayati ITB 2012 KATA PENGANTAR Provinsi Hijau (Green Province) Jawa Barat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, 30 Juni 30 Juni 2008 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa pengaturan

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci