STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL"

Transkripsi

1 STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : Ayub Aji Munandar F FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

2

3

4

5 ABSTRAKSI STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL Ayub Aji Munandar Taufik Kasturi, S.Psi., M.Si., Ph.D Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap dan mengetahui strategi coping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol. Pengambilan sample dilakukan secara purposive sampling. Jumlah informan dalam penelitian ini, empat remaja perempuan dengan karakteristik: Strategi coping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol, yang bertempat tinggal di Surakarta dan berusia tahun. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi serta dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1.Strategi coping berasal dari lingkungan dari dalam diri dan dari luar untuk memecahkan suatu masalah. 2.Dapat merespon perubahan dalam kondisi stress untuk menjadi lebih baik. 3.Dapat menghadapi tekanan 4.memberikan efek positif yaitu kekuatan psikis pada diri individu. 5.Terungkap beberapa faktor yang mempengaruhi strategi coping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol meliputi: keinginan untuk menjadi lebih baik, mendapatkan dukungan sosial, dan mendapatkan teman-teman yang lebih baik atau positif. Kata kunci : alkohol, remaja perempuan, strategi coping ABSTRACT The purpose of this research was to reveal and to know the coping strategy of female teenagers who consume alcohol. The sampling was conducted through purposive sampling. The amount of informants in this research was four female teenagers with the characteristics: The coping strategy of female teenagers who consume alcohol, who live in Surakarta and their age was years old. This research used a qualitative method with the method of data collection used interview and observation and analyzed descriptively. The results of the research revealed that: 1. The coping strategy derived from the environment, from themselves, and from outside to solve a problem. 2. Being able to respond to the change in a stressed condition to be better. 3. Being able to face pressure 4. Giving a positive effect in the form of physical power in individual. 5. It was revealed some factors influencing the coping strategy of female teenagers who consume alcohol which covered: an intention to be better, to get social support, and to have better or positive friends. Keywords: alcohol, female teenagers, the coping strategy 1

6 1. PENDAHULUAN Penggunaan alkohol bagi remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat dan mempengaruhi kewajiban sosial pada orang yang mengkonsumsinya. Penggunaan alkohol juga dapat berpengaruh pada kerusakan fisik dan organ tubuh jika terlalu sering dikonsumsi oleh tubuh dan alkohol mengalami metabolisme di dalam ginjal, paru-paru, dan otot (Panjaitan, 2003). Alkohol merupakan zat psikoaktif yang dibuat oleh petani dengan memfermentasikan tumbuhan atau hewan tertentu melalui proses yang panjang dengan menjadikan cairan. Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya. Minuman beralkohol sudah dikenal manusia kurang lebih 500 tahun yang lalu. Di Indonesia dikenal beberapa minuman lokal yang mengandung alkohol seperti brem cair, tuak, saguer, dan ciu dan minuman yang banyak mengandung alkohol seperti wine, whisky brandy, sampagne, malaga menurut (Anonim, 2002). Alkohol masuk dalam zat adiktif sesuai dengan yang tertera dalam undang-undang No. 5 Tahun 1997 dan No. 35 Tahun Zat adiktif ini didefinisikan sebagai zat yang didapat secara alamiah atau taman yang mengakibatkan penurunan kesadaran yang menyebabkan timbulnya ketergantungan yang berdampak negative pada diri berpengaruh pada susunan saraf pusat yang berpengaruh pada aktivitas mental. Pada awalnya seseorang pertama kali mengkonsumsi alkohol karena dianggap dapat menjadi solusi dari masalah yang dihadapi. (Santrock, 2002) menyatakan bahwa lima sampai sepuluh persen populasi remaja merupakan anak muda yang berisiko sangat tinggi. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri dengan mencoba hal-hal yang baru, karena masa remaja itu memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri. Koping dilakukan untuk memberikan reakasi terhadap tekanan yang berfungsi untuk memecahkan, mengurangi dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan. Menurut Lazarus (dalam Rostiana, 2003) Strategi koping merupakan penyesuaian diri dari tuntutan 2

7 baik yang berasal dari lingkungan maupun dari dalam dan luar diri sendiri yang dianggap di luar batas kemampuannya yang dilakukan bila ada tuntutan-tuntutan yang dirasa menentang, membebani sumber daya yang dimiliki, dengan melakukan usaha kognitif dan behavioral untuk menurunkan, meminimalisasi dan menahan tuntutan. Hasil wawancara pada subjek berinisial S berusia 20th bertempat tinggal di Purwodadi, menyatakan bahwa subjek tidak akan mengkonsumsi alkohol apabila kondisi minimnya keuangan. Selanjutnya, apabila keluarga mengetahui bahwa subjek mengkonsumsi alkohol maka semua fasilitas yang diberikan kepada subjek akan tidak diberikan lagi. Agar tidak lagi mengkonsumsi alkohol subjek melakukan ibadah secara rutin, menjauhi lingkungan yang mengajarkan subjek untuk mengkonsumsi alkohol. Hasil wawancara subjek berinisial T berusia 19th bertempat tinggal di Sukoharjo, menyatakan bahwa subjek tidak akan mengkonsumsi alkohol apabila subjek tidak mengalami problem dalam hidup subjek. Selanjutnya, apabila keluarga mengetahui bahwa subjek mengkonsumsi alkohol akan kecewa kepada subjek, dan diperintahkan untuk menjauhi temen-temen yang mengkonsumsi alkohol. Agar tidak lagi mengkonsumsi alkohol subjek akan mencari temen yang lebih baik dan lebih mengenal agama. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, masih banyak remaja yang mengkonsumsi alkohol khususnya pada remaja perempuan, maka perlu adanya penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut agar nantinya dapat menjadi informasi serta acuan bagi semua orang, yang masih mengkonsumsi alkohol. Maka dari itu, penelitian ini untuk mengetahui strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol. Tujuan dari penelitian adalah untuk memahami dan mendiskripsikan strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol. Peneliti berharap dengan adanya penelitian yang mengkaji tentang makna strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol, dapat membawa manfaat sebagai berikut : 3

8 1. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan yang berguna untuk perkembangan ilmu psikologi, khususnya dalam kajian psikologi positif, dan psikologi sosial. 2. Bagi Masyarakat Diharapkan dapat memahami gambaran tentang fenomena remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol, serta dapat memberikan suatu ide atau gagasan untuk menciptakan suatu program berkaitan dengan remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperdalam dan mengembangkan khasanah teoritis dalam ilmu psikologi, mengenai makna strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol, serta dapat diajadikan referensi penelitian yang akan datang dengan tema yang sama. Menurut Lazarus (dalam Rostiana, 2003) Strategi coping merupakan penyesuaian diri dari tuntutan baik yang berasal dari lingkungan maupun dari dalam dan luar diri sendiri yang dianggap di luar batas kemampuannya, yang dilakukan bila ada tuntutan-tuntutan yang dirasa menentang, membebani sumber daya yang dimiliki, dengan melakukan usaha kognitif dan behavioral untuk menurunkan, meminimalisasi dan menahan tuntutan. Dalam psikologi kemampuan menghadapi, melawan, mengelola, mengatasi, ataupun menyesuaikan dikenal dengan proses koping. Koping sebagai suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak antara tuntutan-tuntutan (baik yang berasal dari individu, maupun yang berasal dari lingkungan) dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam situasi stressful dan untuk mengurangi tekanan yang bersifat dinamis (Pramudi dan Lasmono, 2003). Tone dan Neale (dalam Putrianti, 2007) mengatakan bahwa koping merupakan cara yang dilakukan individu, baik yang tampak atau tidak tampak untuk menghadapi situasi yang menimbulkan tekanan. Koping dipandang sebagai suatu proses dinamik dari suatu pola perilaku atau pikiran-pikiran seseorang yang secara sadar digunakan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan dalam situasi yang 4

9 menekan atau menegangkan. Menurut Lazarus dan Launier (dalam Tanumidjojo, 2004), koping terdiri atas usaha, baik tindakan psikis maupun intrapsikis untuk mengelola lingkungan dan tuntutan internal dan konflik diantara mereka. Menurut Bradburn (dalam Hapsari, 2002) secara psikis, koping memberikan efek pada kekuatan psikis (perasaan tentang konsep diri dan kehidupan), reaksi emosi, tingkat depresi atau kecemasan, atau keseimbangan antara perasaan yang positif atau negatif. Menurut Breakwell (dalam Hapsari, 2007) strategi koping mempunyai tiga target yang harus ada minimal salah satu diantaranya, yaitu: (1) penghilangan aspek-aspek yang mengancam; (2) pergerakan individu ke dalam situasi yang tidak mengancam; dan (3) perbaikan struktur identitas. Strategi coping yang dimunculkan oleh seorang individu terdiri dari beberapa aspek di dalamnya. Telah banyak peneliti yang telah mencoba untuk menjabarkan aspek-aspek yang terdapat dalam perilaku koping dengan bahasa yang berbeda. Terdapat beberapa aspek strategi koping menurut Carver, dkk (dalam Setianingrum, 2004), yaitu: a. Keaktifan diri. Yaitu tindakan untuk menghilangkan penyebab stress dengan cara bertindak langsung. b. Perencanaan. Yaitu memikirkan bagaimana cara mengatasi stress dengan membuat strategi untuk menenangkan masalah. c. Kontrol diri. Yaitu individu membatasi keterlibatannya dalam aktifitas kompetensi atau persaingan dan tidak bertindak terburu-buru. d. Mencari dukungan sosial. Yaitu mencari nasehat, pertolongan informasi, dukungan moral, simpati dari orang lain. e. Mengingkari. Yaitu situasi pengingkaran terhadap suatu masalah. f. Penerimaan. Yaitu situasi yang penuh dengan stress memaksa seseorang untuk mengatasi masalah tersebut. g. Religiusitas. Yaitu sikap individu menenangkan dan menyelesaikan masalahmasalah secara keagamaan. Dalam menentukan pemilihan bentuk strategi koping yang akan digunakan umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 5

10 a. Jenis Kelamin, menurut penelitian yang dilakukan Lazarus dan Folkman (dalam Pramadi dan Lasmono, 2007) ditemukan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama menggunakan kedua bentuk koping yaitu emotionfocused coping dan problem focused coping. Namun menurut pendapat Billing dan Moos (dalam Pramadi dan Lasmono, 2007), wanita lebih cenderung berorientasi pada tugas dalam menghadapi masalah, sehingga wanita diprediksi akan lebih sering menggunakan emotion-focused coping. b. Tingkat Pendidikan, Menaghan (dalam Pramadi dan Lasmono, 2007) mengatakan bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih realistis dan aktif dalam memecahkan masalah. c. Perkembangan Usia, Pramadi dan Lasmono (2007) menyebutkan bahwa sejumlah struktur psikologis seseorang dan sumber-sumber untuk melakukan strategi koping akan berubah menurut perkembangan usia dan akan membedakan seseorang dalam merespons tekanan. d. Konteks Lingkungan dan Sumber Individual, Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Pramadi dan Lasmono, 2007) sumber-sumber individu seseorang seperti pengalaman, persepsi, kemampuan intelektual, kesehatan, kepribadian, pendidikan dan situasi yang dihadapi sangat menentukan proses penerimaan suatu stimulus yang kemudian dapat dirasakan sebagai tekanan atau ancaman. e. Status Sosial Ekonomi, menurut Westbrook (dalam Pramadi dan Lasmono, 2007) seseorang dengan status sosial ekonomi rendah akan menampilkan strategi koping yang kurang aktif, kurang realistis, dan lebih fatal atau menampilkan respons menolak, dibandingkan dengan seseorang yang status ekonominya lebih tinggi. Pertanyaan Penelitian 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi remaja perempuan mengkonsumsi alkohol? 2. Bagaimana cara untuk keluar dari masalah remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol dengan menggunakan strategi koping? 6

11 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif fenomenologis. Identifikasi gejala penelitian dalam penelitian ini adalah Strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol Informan penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan informan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. karakteristik informan penelitian dalam penelitian ini adalah: remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol berjumlah 4 orang remaja perempuan. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode wawanacara dan observasi. Data yang di peroleh dari hasil wawancara dan observasi dikelompokkan dan di beri kode untuk mendeskripsikan tema-tema yang muncul kemudian digunakan untuk menjawab pertanyaanpenelitian. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menyebutkan, rencana agar dapat keluar dari lingkungan yang mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan dapat keluar dari lingkungan yang mengkonsumsi alkohol, informan harus melakukan koping didalam lingkungan pertemanan, memilih teman-teman yang lebih baik atau positif, agar informan bisa melakukan kehidupan yang lebih sehat tanpa mengkonsumsi alkohol. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaplin (2001) menyatakan bahwa koping sebagai segala perbuatan untuk melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan masalahnya atau tugasnya. Dengan melakukan koping akan lebih mudah untuk merubah hal yang sebelumnya buruk akan menjadi baik lagi. Hal serupa juga diungkapkan oleh Cheng (2001) menjelaskan bahwa koping sebagai proses yang dinamis, individu merubah secara konstan pikiran dan perilaku individu dalam merespon perubahan dalam penilaian terhadap kondisi stress dan tuntutan dalam situasi tersebut. Dalam strategi coping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol memiliki harapan setelah berhenti mengkonsumsi minuman yang beralkohol ini agar dapat berpola hidup yang lebih sehat. Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa harapan setelah berhenti mengkonsumsi alkohol ingin mengembalikan postur tubuh dan menginginkan 7

12 hidup yang sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Lazarus dan Launier dalam Tanumidjojo (2004) menyatakan bahwa koping terdiri atas usaha, baik tindakan psikis maupun intrapsikis untuk mengelola lingkungan dan tuntutan internal dan konflik diantara mereka. Usaha yang dibangun oleh diri sendiri dengan keadaan yang ikhlas dan memiliki niat yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan hasil yang maksimal dan mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat menambah semangat tersendiri untuk menjadi lebih baik lagi. Hal ini serupa juga diungkapkan oleh Bradburn dalam Hapsari (2002) menjelaskan bahwa secara psikis, koping memberikan efek pada kekuatan psikis (perasaan tentang konsep diri dan kehidupan), reaksi emosi, tingkat depresi atau kecemasan, atau keseimbangan antara perasaan yang positif atau negatif. Bahwa yang mendukung saat keluar dari mengkonsumsi alkohol pertama niat dari diri informan sendiri terus kemudian teman-teman yang selalu memberi motifasi untuk tidak lagi mengkonsumsi alkohol dan terutama informan memikirkan kesehatan didalam kehidupan kedepanya yang semakin buruk atau semakin tidak sehat dikehidupan sehari-hari saat mengkonsumsi alkohol. Seperti yang di ungkapkan oleh Hawari (2007) yang menyatakan bahwa penyalahgunaan alkohol sebagai perilaku menyimpang yang merupakan gambaran dari kepribadian antisosial atau gangguan tingkah laku pada remaja. Hal ini disebabkan karena anggapan dan cara pandang remaja yang longgar tentang suatu bentuk kenakalan akan membuat mereka cenderung melakukan kenakalan yang salah satunya adalah penyalahgunaan alkohol. Mungkin dengan cara mengkonsumsi alkohol masalah atau stress bisa hilang, tetapi dalam beberapa kejadian atau fenomena dilingkungan remaja alkohol membawa dampak yang sangat buruk untuk kelangsungan hidup remaja untuk psikis atau pun kesehatan tubuh remaja. Sejalan dengan pendapat Farihat (2009) bahwa proses penggunaan alkohol pada remaja putri, menemukan bahwa penggunaan alkohol disebabkan karena coba-coba dan rasa ingin tahu serta untuk menunjukkan rasa solidaritas antar teman yang memberikan minuman beralkohol tersebut. Hasil penelitian menyebutkan, saat pertama kali remaja perempuan mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan 8

13 dapat diketahui bahwa informan saat pertama kali mengkonsumsi alkohol pada waktu masih berada dibangku sekolah SMA atau pertama kali masuk perkuliahan, masa remaja ini dimana masih mencari jati diri dan mudah terpengaruh lingkungan teman. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2002) menyatakan bahwa lima sampai sepuluh persen populasi remaja merupakan anak muda yang berisiko sangat tinggi. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri dengan mencoba hal-hal yang baru, karena masa remaja itu memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri. Remaja sangat mudah untuk terpengaruh dalam lingkungan yang buruk seperti mengkonsumsi alkohol, karena remaja masih sangat sulit untuk mengontrol ego dan emsosi yang sedang dialami remaja. Hal serupa juga diungkapkan oleh Farihat (2009) menjelaskan bahwa dalam masa pencarian jati diri, remaja cenderung untuk mencoba hal baru dan rasa ingin tahu seperti mengonsumsi narkotika dan alkohol karena untuk menghilangkan stress dan ikut-ikutan teman, lingkungan dan lemahnya perhatian orang tua. Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa alasan mengapa mengkonsumsi alkohol karena bujukan dan ajakan teman untuk mengkonsumsi alkohol, terkadang juga karena stress kemudian memliki rasa penasaran terhadap hal yang baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Ali dan Asrori (2008) menyatakan bahwa remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, melainkan juga belum dapat diterima secara penuh untuk masuk golongan orang dewasa, sehingga remaja cenderung mengalami ketidakstabilan emosi dan kejiwaannya. Remaja merasa tenang dan nyaman jika keinginanya untuk menghilangkan stress dengan mengkonsumsi alkohol dapat di terima oleh lingkunganya seperti, dilingkungan pertemanan dan lingkungan tempat tinggal, karena kestabilan emosi remaja belum bisa dikendalikan dengan baik memiliki ego yang tinggi. Secara sosial, salah satu perkembangan remaja ditandai oleh semakin berkurangnya ketergantungan kepada orang tua dan lebih memilih untuk mengenal hal baru di dunia luar melalui interaksi dengan teman sekolah, teman sebaya maupun pergaulan dengan masyarakat luas. 9

14 4. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Strategi coping merupakan penyesuaian diri yang berasal dari lingkungan maupun dari dalam dan luar diri sendiri dengan melakukan usaha kognitif dan behavioral, meliputi tahap perencanaan kedepanya dengan memilih lingkungan yang baik seperti memilih teman yang berlatar belakang positif dan kontrol diri dengan harapan yang lebih baik, dengan hidup sehat tanpa mengkonsumsi alkohol. 2. Faktor-faktor yang mendukung Informan keluar dari masalah mengkonsumsi alkohol terutama dari diri sendiri, kemudian dari faktor lingkungan pertemanan yang selalu memberikan masukan-masukan yang positif agar dapat keluar dari mengkonsumsi alkohol, dan juga dapat motifasi dari orangorang yang disayang seperti pacar, sahabat dan keluarga yang dapat mendorong informan menjadi lebih baik dan bisa menjaga kesehatan tanpa mengkonsumsi alkohol lagi. 3. Bagaimana cara yang dilakukan informan keluar dari masalah mengkonsumsi alkohol terutama dari diri sendiri, kemudian dari faktor lingkungan pertemanan yang selalu memberikan masukan-masukan yang positif agar dapat keluar dari mengkonsumsi alkohol, dan juga dapat motifasi dari orang-orang yang disayang seperti pacar, sahabat dan keluarga yang dapat mendorong informan menjadi lebih baik dan bisa menjaga kesehatan tanpa mengkonsumsi alkohol lagi. Saran 1. Informan (remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol) Dengan strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol remaja akan bisa berubah kehidupanya dengan memilih teman-teman yang baik atau berlatar belakang yang positif jauh dari alkohol, dan berniat berubah dari diri sendiri terlebih dahulu, sehingga remaja akan memiliki masa depan yang baik dan selalu hidup sehat. 10

15 2. Penulis dan peneliti berikutnya Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan informasi untuk penelitian sejenis. Peneliti selanjutnya dapat memperdalam tema penelitian yang sama dengan kriteria proses strategi koping yang berbeda. PERSANTUNAN Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini yakni terutama kepada kelima informan yang telah bersedia menjadi responden penelitian. Kemudian kepada dosen pembimbing dan para dosen penguji. DAFTAR PUSTAKA Ali, M. & M, Asrori. (2008). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Anonim, a. (2002). Penyalahgunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya. Bandung : RSJP. Chaplin, J.P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cheng, (2001). Stres, Coping, dan Penyakit. Jakarta: Arta Karya. Farihat, (2009), Remaja, Edisi sebelas. Jakarta: Erlangga. Hapsari, (2007). Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan Strategi Koping. Jurnal Universitas Diponegoro. 3, (2) Hapsari, R.A. Karyani, U. dan Taufik. (2002). Perjuangan Hidup Pengungsi Kerusuhan Etnis (Studi Kualitatif tentang Bentuk-Bentuk Perilaku Coping pada Pengungsi di Madura). Indigenous. Surakarta: Fakultas Psikkologi UMS. Hawari, D. (2007). Penyalahgunaan Dan ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, & Zat adiktif. Jakarta: Gaya Baru. Panjaitan, R. G. P. (2003). Uji Pengaruh Alkohol Terhadap Perkembangan Embiro Mencit Putih. Skripsi. Padang: Universitas Andalas. 11

16 Pramadi, A. & Lasmono, H. K. (2007). Koping Stres Pada Etnis Bali, Jawa, dan Sunda. Anima Indonesian Psychological Journal. 18, (4), Rostiana. (2003). Strategi koping penderita hiv/aids. Bogor: Ghalia Indonesia. Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. Setyaningrum. (2004). Strategi Koping Menghadapi Kecemasan pada Pasien Paraplegia. Skripsi tidak diterbitkan : Surakarta : Fakultas Psikologi: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tanumidjojo, Y. Lestari Basoeki S., Ananta Yudiarso. (2004). Stres dan Perilaku Coping Pada Penderita Diabetes Mellitus Tiper II. jurnal Anima Indonesian Psychological. 19, (4)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol bagi remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat dan mempengaruhi

Lebih terperinci

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress 1. Definisi Coping Stress Lazarus dan Folkman (Sugianto, 2012) yang mengartikan coping stress sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol dalam masyarakat sangat mengkhawatirkan dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada penggunaan alkohol dilingkungan

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAHASISWA NON MUSLIM UNTUK STUDI DI PERGURUAN TINGGI ISLAM NASKAH PUBLIKASI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAHASISWA NON MUSLIM UNTUK STUDI DI PERGURUAN TINGGI ISLAM NASKAH PUBLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAHASISWA NON MUSLIM UNTUK STUDI DI PERGURUAN TINGGI ISLAM NASKAH PUBLIKASI Oleh : Hadi Kurnianto F.100 110 108 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 PENGAMBILAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 13 GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Anies Andriyati Devi 1 Dra.Retty Filiani 2 Dra.Wirda Hanim, M.Psi 3 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga banyak membutuhkan potensi sumber daya manusia. Tidak terkecuali remaja sebagai penerus bangsapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Stres merupakan akibat dari interaksi (timbal-balik) antara rangsangan lingkungan dan respons individu. Stres seringkali dianggap sebagai sesuatu yang berkonotasi negatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya kecanduan alkohol, obat-obatan terlarang, Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan alkohol dan

BAB I PENDAHULUAN. misalnya kecanduan alkohol, obat-obatan terlarang, Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan alkohol dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang unik, penuh teka-teki, dilematis dan sangat rentan. Pada masa ini seorang remaja mengalami perubahan fisik dan kimiawi/hormonal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara fisik maupun psikologis. Mulai dari masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun belum dapat dikategorikan dewasa. Masa remaja merupaka masa transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap masalah yang muncul akan selalu memerlukan penyelesaian, baik penyelesaian dengan segera maupun tidak. Penyelesaian masalah merupakan sesuatu yang harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki pekerjaan dan penghasilan sendiri adalah keinginan setiap individu yang telah memasuki masa dewasa. Hal ini juga menjadi salah satu tuntutan pada tugas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa. Pada masa remaja terjadi kematangan secara kognitif yaitu interaksi dari struktur

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAHASISWA NON MUSLIM UNTUK STUDI DI PERGURUAN TINGGI ISLAM SKRIPSI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAHASISWA NON MUSLIM UNTUK STUDI DI PERGURUAN TINGGI ISLAM SKRIPSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAHASISWA NON MUSLIM UNTUK STUDI DI PERGURUAN TINGGI ISLAM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Coping 1. Pengertian Strategi Coping Coping berasal dari kata cope yang dapat diartikan menghadang, melawan ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental Mengatasi Stress/Coping Stress Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK61112 Aulia Kirana, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan

Lebih terperinci

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Alfan Nahareko F 100 030 255 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat komplek dan urgent, permasalahan ini menjadi marak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap pasangan menikah pasti menginginkan agar perkawinannya langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan akan kelanggengan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai untuk anastesi yang dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa ini harus dilalui oleh setiap orang. Namun ternyata tidak mudah dan banyak terdapt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dan remaja akan membentuk perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa merupakan proses yang berkesinambungan dan melibatkan keseluruhan lapisan masyarakat. Generasi muda sebagai salah satu unsur lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data dari WHO tercatat 91 juta orang yang terjejas karena penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya kecelakaan dan tindak kriminal di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS

STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : DESI SULISTYO WARDANI F 100 050 031 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Mahasiswa merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga bahagia merupakan dambaan bagi semua keluarga. Untuk menjadi keluarga bahagia salah satu syaratnya adalah keharmonisan keluarga. Keharmonisan keluarga

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah Ujian Nasional, stres, stressor, coping stres dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siapa lagi yang akan dimintai bantuan kecuali yang lebih mampu. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. siapa lagi yang akan dimintai bantuan kecuali yang lebih mampu. Ketika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang hidup di dunia ini tidak pernah lepas dari permasalahan. Berbagai permasalahan datang silih berganti mulai dari yang ringan sampai yang berat. Pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa usia lanjut merupakan periode terakhir dalam perkembangan kehidupan manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi fisik,

Lebih terperinci

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : NUARI YAMANI

Lebih terperinci

REGULASI EMOSI PASCA PUTUS CINTA PADA REMAJA TAHAP AKHIR

REGULASI EMOSI PASCA PUTUS CINTA PADA REMAJA TAHAP AKHIR REGULASI EMOSI PASCA PUTUS CINTA PADA REMAJA TAHAP AKHIR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: PURWATMOKO PANDAMING TYAS F 100 060 138 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Sendy Puspitasari F 100 040 029 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam peningkatan kualitas SDM adalah gizi yang baik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, mengatur asam-basa darah, mengontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah di mana peneliti

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat berbentuk positif atau negatif. Konformitas menurut Brehm dan Kassin (dalam Sarwana, 2009) adalah kecenderungan

Lebih terperinci

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA C.02 STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA Rilla Sovitriana Fakultas Psikologi, UPI YAI rilla.sovitriana@gmail.com Abstraksi. Subjek (A) adalah seorang remaja putri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skripsi merupakan salah satu jenis karya ilmiah di perguruan tinggi yang dikerjakan oleh mahasiswa program sarjana (S1), sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan individu demi mengharapkan suatu misi yang diinginkan, dengan bekerja individu akan mendapatkan dan merasakan kepuasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan minum minuman keras di kalangan remaja merupakan fenomena yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan minum minuman keras di kalangan remaja merupakan fenomena yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan minum minuman keras di kalangan remaja merupakan fenomena yang sering sekali terjadi di Indonesia. Banyaknya remaja yang minum minuman keras akan menghambat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan zaman yang terus berubah (Junaedi dkk, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan zaman yang terus berubah (Junaedi dkk, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya perilaku kenakalan anak tidak terlepas dari peran orang tua dan masyarakat dalam membimbing dan mengarahkan anak. Keluarga sebagai tempat pengasuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang

Lebih terperinci

PERSEPSI REMAJA TENTANG POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DI BANDA ACEH

PERSEPSI REMAJA TENTANG POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DI BANDA ACEH PERSEPSI REMAJA TENTANG POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DI BANDA ACEH PERCEPTION OF ADOLESCENTS ON FAMILY COMMUNICATION PATTERNS AND EMOTIONAL INTELLIGENCE IN BANDA ACEH Meilisa Andriani¹;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit Lupus. Penyakit ini merupakan sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu masa dalam tahap perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja diartikan sebagai

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESIF PADA PECANDU ALKOHOL SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

PERILAKU AGRESIF PADA PECANDU ALKOHOL SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat PERILAKU AGRESIF PADA PECANDU ALKOHOL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : ANDIKA GURUH PRABOWO F.100 120 142

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

Rio Jamaludin F

Rio Jamaludin F HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA SKRIPSI Disusun guna memenuhi syarat kelulusan S-1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh Rio Jamaludin F

Lebih terperinci

PROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh:

PROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh: PROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh: Novrisa Putria Gusti Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK This research was motivated by

Lebih terperinci

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI WARIA PADA PRIA TRANSEKSUAL

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI WARIA PADA PRIA TRANSEKSUAL PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI WARIA PADA PRIA TRANSEKSUAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI PENGERTIAN Dasar pemikiran: hubungan pikiran/mind dengan tubuh Merupakan bidang kekhususan dalam psikologi klinis yang berfokus pada cara pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (dalam Sarwono, 2007), remaja adalah suatu masa ketika: 1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN KETERBUKAAN DIRI PADA REMAJA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)

SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN KETERBUKAAN DIRI PADA REMAJA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM) SITUASI PSIKOLOGIS KELUARGA DALAM MEMBANGUN KETERBUKAAN DIRI PADA REMAJA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, yang diistilahkan dengan adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi mental remaja dan anak di Indonesia saat ini memprihatinkantebukti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi mental remaja dan anak di Indonesia saat ini memprihatinkantebukti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi mental remaja dan anak di Indonesia saat ini memprihatinkantebukti dari data kesehatan 2007 yang mengalami gangguan kesehatan mental dan emosional pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres merupakan bagian yang tidak terhindar dari kehidupan. Stres mempengaruhi kehidupan setiap orang bahkan anak-anak. Kebanyakan stres diusia remaja berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami GGK,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Adapun istilah lainnya yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif

Lebih terperinci