Kalibrasi dan Validasi Model Hidrologi Hujan-Aliran dengan Menggunakan
|
|
- Widya Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kalibrasi dan Validasi Model Hidrologi Hujan-Aliran dengan Menggunakan Data Satelit Sigit Sutikno*, Manyuk Fauzi, dan Mutia Mardhotillah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau Intisari Permasalahan umum yang seringkali dihadapi dalam analisis hidrologi adalah keterbatasan data hujan maupun data debit. Pemodelan hidrologi hujan-aliran menggunakan data satelit merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Integrated Flood Analysis System (IFAS) merupakan salah satu alat dan metode yang bisa digunakan untuk pemodelan hidrologi dengan memanfaatkan data satelit. IFAS dikembangkan berbasis sistem informasi geografis untuk menentukan sistem daerah aliran sungai (DAS) dan mengestimasi parameter-parameter standar dalam analisis limpasan sehingga hasilnya bisa ditampilkan berdasarkan data-data satelit yang ada. Ada sebelas parameter hidrologi yang dikalibrasikan pada pemodelan ini. Sensitivitas parameterparameter tersebut terhadap respon hidrologi pada tahap kalibrasi model dikaji dalam penelitian ini. Penelitian ini mengambil studi kasus di DAS Rokan dengan stasiun AWLR Lubuk Bendahara yang mempunyai luas DAS 3196 km 2. Datadata satelit yang dipakai untuk pemodelan adalah data pada periode waktu 2003 hingga Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan satu seri data dari tahun 2005 hingga Hasil validasi model didapatkan nilai-nilai koefisien korelasi (R), kesalahan volume (VE), dan koefisien efisiensi (CE) masing-masing adalah 0.647, , dan Nilai-nilai parameter tersebut menunjukkan bahwa penggunaan data satelit cukup handal untuk pemodelan hidrologi hujan-aliran dan bisa dijadikan salah satu alternatif untuk analisis hidrologi pada daerah yang tidak terdapat data pencatatan dari stasiun hidrologi. Kata Kunci: model hidrologi, data satelit, IFAS LATAR BELAKANG Permasalahan umum yang seringkali dihadapi daerah-daerah di Indonesia dalam analisis hidrologi adalah dalam hal ketersediaan data yang sangat terbatas baik data hujan maupun data debit. Analisis dengan menggunakan model hidrologi merupakan suatu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun demikian tidak setiap model hidrologi bisa diaplikasikan di Indonesia karena kebanyakan model yang ada dikembangkan di luar negeri yang belum tentu cocok dipakai. Beberapa model juga membutuhkan data yang detil sehingga kemungkinan akan mengalami 481
2 kesulitan untuk diaplikasikan di Indonesia karena keterbatasan data. Pemanfaatan data satelit untuk pemodelan hidrologi hujan-aliran merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Beberapa tahun terakhir ini penggunaan data satelit untuk analisis dan pemodelan hidrologi berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi penginderaan jauh berbasis satelit. Beberapa penelitian terkini yang telah berhasil memanfaatkan teknologi ini diantaranya adalah Harris, dkk. (2007), Li, dkk. (2009), Sugiura, dkk. (2009), Khan, dkk. (2011), dan Kartiwa dan Murniati (2011). Penelitian ini menggunakan alat bantu software IFAS (Integrated Flood Analysis System) untuk pemodelan hidrologi hujan-aliran dengan menggunakan data satelit. IFAS merupakan program (software) yang bisa digunakan untuk pemodelan hidrologi yang dikembangkan oleh International Centre for Water Hazard and Risk Management (ICHARM), Jepang. Penelitian ini mengambil studi kasus di DAS Rokan dengan stasiun AWLR Lubuk Bendahara yang mempunyai luas DAS 3196 km 2. Untuk menguji kehandalan model, penelitian ini melakukan kalibrasi dan validasi model hidrologi yang dibuat. Ada sebelas parameter hidrologi yang harus dikalibrasikan pada pemodelan ini. Sensitivitas parameter-parameter tersebut terhadap respon hidrologi pada tahap kalibrasi model dikaji dalam penelitian ini. IFAS Distributed Model Integrated Flood Analysis System (IFAS) dikembangkan berbasis sistem informasi geografis untuk membuat jaringan sungai yang ditampilkan dalam bentuk kotakkotak kecil yang disebut cell dan mengestimasi parameter-parameter standar dalam analisis limpasan sehingga hasilnya bisa ditampilkan berdasarkan data-data satelit dan data-data curah hujan yang ada di lapangan. Program IFAS menggunakan model tangki yang dimodifikasi sebagai dasar pemodelannya, yang disebut PWRI Distributed Model. Skema model tangki yang dipakai dalam model ini seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Seperti ditunjukkan pada Gambar 1., model ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu surface model, ground water model, dan river channel model (Fukami, 2009). Gambar 1. Skema model tangki PWRI Distributed Model dalam IFAS 482
3 Model Permukaan (Surface Model) Model permukaan adalah sebuah model yang digunakan untuk membagi hujan menjadi aliran permukaan (surface flow), aliran antara (subsurface flow), dan infiltrasi (infiltration). Skema aliran-aliran tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Aliran permukaan dan aliran antara dihitung berdasarkan Hukum Manning, sedangkan infiltrasi dihitung berdasarkan Hukum Darcy. Parameter-parameter yang ada dan harus dikalibrasikan pada model permukaan adalah kapasitas infiltrasi akhir (SKF), tinggi tampungan maksimum (HFMXD), tinggi aliran antara (HFMND), tinggi dimana infiltrasi terjadi (HFOD), koefisien kekasaran permukaan (SNF), koefisien pengaturan aliran antara (FALFX), dan tinggi tampungan awal (HIFD). Gambar 2. Konsep skema aliran pada model permukaan Model Air Tanah (Ground Water Model) Skema aliran pada model air tanah seperti ditunjukan pada Gambar 3. Aliran yang ada pada model air tanah terdiri atas aliran air tanah tak tekan (unconfined groundwater flows) dan aliran air tanah tekan (confined groundwater flows). Parameter-parameter yang ada dan harus dikalibrasikan pada model air tanah adalah koefisien pengaturan aliran antara (AUD), koefisien aliran dasar (AGD), tinggi tampungan dimana aliran antara terjadi (HCGD), dan tinggi tampungan awal (HIGD). Gambar 3. Konsep model tangki pada model air tanah 483
4 Model Alur Sungai (River Channel Model) Skema aliran pada model alur sungai seperti ditunjukan pada Gambar 4. Model ini dihitung berdasarkan persamaan Manning. Gambar 4. Konsep model tangki pada model alur sungai Evaluasi Ketelitian Model Keandalan dalam pemodelan hidrologi dievaluasi dengan menggunakan beberapa indikator statistik diantaranya adalah koefisien korelasi (R), selisih volume (VE), dan koefisien efisiensi (CE) (Hambali, 2008). Koefisien korelasi (R) adalah harga yang menunjukkan besarnya keterkaitan antara nilai observasi dengan nilai simulasi. Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini. ( ( Qcal Qcalrerata )( Qobs Qobsrerata ) R =... (1) 2 2 Qcal Qcal ) ( Qobs Qobs ) rerata dengan R adalah koefisien korelasi, Qcal adalah debit terhitung (m 3 /sekon), Q cal rerata adalah debit terhitung rerata (m 3 /sekon), Qobs adalah debit terukur (m 3 /sekon), dan Qobs rerata adalah debit terukur rerata (m 3 /sekon). Kategori tingkat korelasi untuk berbagai nilai seperti ditunjukkan pada Tabel 1 (Hambali, 2008). Tabel 1. Kriteria Nilai Koefisien Korelasi Nilai Koefisien Korelasi (R) Interpretasi 0.7 < R < 1.0 Derajat asosiasi tinggi 0.4 < R < 0.7 Hubungan substansial 0.2 < R < 0.4 Korelasi rendah R < 0.2 Diabaikan Selisih volume atau volume error (VE) aliran adalah nilai yang menunjukkan perbedaan volume perhitungan dan volume terukur selama proses simulasi. Selisih volume (VE) aliran dikatakan baik apabila dapat menunjukkan angka tidak lebih dari 5%. Selisih volume (VE) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini. rerata 484
5 N Qobsi Qcali i= 1 i= 1 VE = 100% N... (2) Qobsi i= 1 N dengan VE adalah selisih volume, Qcal i adalah debit terhitung (m 3 /sekon), dan Qobs i adalah debit terukur (m 3 /sekon). Koefisien Efisiensi (CE) adalah nilai yang menunjukkan efisiensi model terhadap debit terukur, cara objektif yang paling baik dalam mencerminkan kecocokan hidrograf secara keseluruhan. Koefisien Efisiensi (CE) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini. CE = i= 1 N i= 1 N ( Qobs Qcal ) ( Qobs Qobs i i i 2 rerata... (3) 2 ) dengan CE adalah koefisien efisiensi, Qcal i adalah debit terhitung (m 3 /sekon), Qobs i adalah debit terukur (m 3 /sekon), dan Q obs rerata adalah debit terukur rerata (m 3 /sekon). Koefisien efisiensi memiliki beberapa kriteria seperti terlihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Kriteria Nilai Koefisien Efisiensi Nilai Koefisien Efisiensi (CE) Interpretasi CE > 0.75 Optimasi sangat efisien 0.36 < CE < 0.75 Optimasi cukup efisien CE < 0.36 Optimasi tidak efisien Kalibrasi Model Kalibrasi model merupakan suatu proses mengoptimalkan atau secara sistematis menyesuaikan nilai parameter model untuk mendapatan satu set parameter yang memberikan estimasi terbaik dari debit sungai yang diamati. Dengan kata lain, proses optimalisasi nilai parameter untuk meningkatkan koherensi antara respons hidrologi DAS yang teramati dan tersimulasi. Dalam penelitian ini, sistem IFAS memiliki beberapa parameter yang dapat dikalibrasikan dengan menggunakan referensi dari data hidrologi daerah yang diamati (data terukur). Jika tidak memiliki data terukur maka harus menggunakan nilai paramater standar. Pada Tabel 3 (Fukami, 2009) ditunjukkan penjelasan mengenai cara memilih parameter yang akan dikalibrasi berdasarkan ketersediaan data terukur. 485
6 Tabel 3 Data Sungai Terukur Pengaturan Parameter IFAS Berdasarkan Ketersediaan Data Terukur Data Hidrologi Terukur Ada Tidak Ada 1. Kalibrasi bisa dilakukan 1. Parameter river course pada parameter surface dan bisa disesuaikan Ada groundwater 2. Menggunakan nilai 2. Parameter river course bisa standar parameter surface disesuaikan dan groundwater Tidak Ada 1. Kalibrasi bisa dilakukan pada parameter surface dan groundwater 2. Menggunakan nilai standar parameter river course 1. Menggunakan nilai standar semua parameter model Validasi Model Menurut Indarto (2010), validasi adalah proses evaluasi terhadap model untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat ketidakpastian yang dimiliki oleh suatu model dalam memprediksi proses hidrologi. Pada umumnya, validasi dilakukan dengan menggunakan data di luar periode data yang digunakan untuk kalibrasi. METODOLOGI STUDI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada DAS Rokan dengan stasiun AWLR Lubuk Bendahara. Stasiun Lubuk Bendahara secara administrasi terletak di Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Stasiun ini memiliki luas daerah aliran sebesar 3196 km2. Data-data yang digunakan dalam penelitian terdiri atas data satelit dan data hasil pengukuran di lapangan. Data satelit yang digunakan untuk pemodelan berupa data curah hujan, elevasi, tata guna lahan, dan data tanah tahun 2003, 2004, 2005 dan Sedangkan data pengukuran di lapangan yang dibutuhkan adalah data hidrologi pada DAS Rokan yang berupa data debit harian dari Automatic Water Level Recorder (AWLR) Stasiun Lubuk Bendahara tahun 2003, 2004, 2005 dan Tahapan Penelitian Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data satelit yang bisa diunduh secara langsung di internet dengan menggunakan alat bantu IFAS. Data-data tersebut adalah data elevasi, data tata guna lahan, data tanah, dan data hujan. Jenis data elevasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah GTOPO30 yang mempunyai ukuran grid horisontal 1 km. Data tata guna lahan yang digunakan adalah GLCC yang disediakan oleh USGS (United States Geological Survey) dengan resolusi 1 km. Data tanah yang digunakan adalah GNV25 Soil Water (UNEP). Data GNV25 486
7 merupakan data tanah yang berisi kapasitas kemampuan tanah menyimpan air (soil water holding capacity). Data curah hujan yang digunakan adalah GsMaP_ MVK+ untuk periode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2006 dan validasi untuk periode 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2004 dan 1 Januari 2005 sampai 31 Desember Pemodelan hidrologi dilakukan dengan menggunakan data-data satelit yang telah dikumpulkan tersebut. Nilai parameter-parameter hidrologi awal ditentukan oleh IFAS berdasarkan data-data satelit yang telah diunduh tersebut. Hasil pemodelan ini berupa output hidrograf pada setiap grid pada daerah penelitian. Output hidrograf pada lokasi dimana AWLR berada kemudian dibandingkan dengan data terukur dari AWLR tersebut dengan menghitung nilai koefisien korelasi, selisih volume, dan koefisien efisiensi. Proses kalibrasi dilakukan dengan cara coba ulang terhadap parameter-parameter hidrologi dengan berpedoman pada ketentuan yang ada pada Tabel 3 sedemikian sehingga hidrograf yang dihasilkan memiliki korelasi yang optimal terhadap data lapangan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien R, VE, dan CE. Parameter-parameter optimal yang dihasilkan dari kalibrasi tersebut kemudian dipakai untuk validasi model yaitu dengan running model pada periode waktu yang lain. Untuk validasi model, penelitian ini menggunakan periode waktu tahun 2004 dan Selanjutnya output hidrograf dievaluasi menggunakan nilai koefisien R, VE, dan CE untuk mengetahui tingkat validitas model. HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal Simulasi Pada kondisi awal simulasi, parameter-parameter hidrologi yang digunakan untuk simulasi adalah parameter default yang ditentukan oleh IFAS berdasarkan datadata satelit yang digunakan untuk pemodelan. Simulasi ini dilakukan untuk periode empat tahun yang dimulai dari tanggal 1 Januari 2003 jam sampai dengan 31 Desember 2006 jam Hasil simulasi model ini berupa hidrograf hujan aliran beserta dengan rekaman data hujan satelit seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Perbandingan antara output hidrograf hasil simulasi dengan hidrograf terukur di lapangan menunjukkan nilai R, VE, dan CE masing-masing adalah 0.551, %, dan Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil simulasi model memiliki hubungan substansial dengan data terukur (0.4 < R < 0.7), nilai volume hasil simulasi dengan volume terukur jauh berbeda ( VE > 5% ), dan efisiensi model terhadap debit terukur sangat efisien (CE > 0.75). Seperti ditunjukkan pada Gambar 5. bahwa debit hasil simulasi sudah mengikuti bentuk trend dari debit terukur di lapangan, namun akurasinya masih belum baik. Untuk meningkatkan akurasi dan korelasi, maka perlu dilakukan kalibrasi terhadap parameter-parameter hidrologi. 487
8 Gambar 5 Hidrograf hasil simulasi pada kondisi awal sebelum kalibrasi peride empat tahun (1 Januari 2003 sampai dengan 31 Desember 2006) Seperti ditunjukkan pada Gambar 5. di atas, bahwa pada bulan September hingga Desember 2013 tidak ada data satelit yang terekam pada model sehingga menyebabkan debit hasil simulasi menjadi sangat kecil. Hal ini sangat kontradiktif dengan kondisi yang ada di lapangan dimana debit hasil pencatatan AWLR rata-rata cukup besar. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh karena sensor satelit perekam data hujan sedang tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, untuk analisis berikutnya data pada tahun 2013 ini tidak digunakan. Kalibrasi Model Proses kalibrasi model dilakukan dengan cara coba-ulang terhadap parameterparameter hidrologi. Dengan berpedoman pada Tabel 3., ditentukan bahwa parameter-parameter dari surface tank dan underground water tank yang harus dikalibrasikan karena data terukur yang tersedia hanya data AWLR tanpa data penampang sungai dilapangan. Parameter-parameter yang harus dikalibrasikan pada surface tank adalah SKF, HFMXD, HFMND, HFOD, SNF, FALFX, dan HIFD. Pada underground water tank adalah AUD, AGD, HCGD, dan HIGD. Periode data yang digunakan untuk proses kalibrasi adalah dari tanggal 1 Januari 2005 hingga 31 Desember Perbandingan hidrograf hasil simulasi untuk kondisi awal simulasi sebelum dilakukan kalibrasi pada periode data dari tanggal 1 Januari 2005 hingga 31 Desember 2006 seperti disajikan pada Gambar 6. Yang sudah dikalibrasi ditunjukkan pada Gambar
9 Gambar 6 Hidrograf hasil simulasi pada kondisi awal sebelum kalibrasi peride data dua tahun (1 Januari 2005 sampai dengan 31 Desember 2006) Gambar 7 Hidrograf hasil simulasi setelah kalibrasi peride data dua tahun (1 Januari 2005 sampai dengan 31 Desember 2006) Pada kondisi awal sebelum kalibrasi periode data dua tahun menunjukkan nilai korelasi dengan data lapangan R, VE, dan CE masing-masing adalah 0.545, %, dan Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil simulasi model memiliki hubungan substansial dengan data terukur (0.4 < R < 0.7), nilai volume hasil simulasi dengan volume terukur jauh berbeda ( VE > 5% ), dan efisiensi model terhadap debit terukur cukup efisien (0.36 < CE < 0.75). Setelah dilakukan kalibrasi terhadap parameter-parameter hidrologi, nilai-nilai R, VE, dan CE menunjukkan hubungan yang makin baik dengan data lapangan, yaitu 0.627, 1.007%, dan Parameter tersebut menunjukkan bahwa hasil simulasi model memberikan peningkatan korelasi dan pengurangan selisih volume yang cukup signifikan dengan data pengururan di lapangan. 489
10 Validasi Model Untuk menguji validitas model pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan parameter-parameter hidrologi hasil dari kalibrasi dan dengan menggunakan seri data yang berbeda pada proses kalibrasi. Seri data yang digunakan untuk validasi adalah data tahun 2004 pada DAS Rokan. Hasil validasi model dengan menggunakan data tahun 2004 ditunjukkan pada Gambar-8. Perbandingan antara hidrograf hasil simulasi dengan hidrograf terukur menunjukkan nilai-nilai R, VE, dan CE masingmasing adalah 0.647, , dan Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil validasi model memiliki hubungan substansial dengan data terukur (0.4 < R < 0.7), nilai volume hasil simulasi dengan volume terukur jauh berbeda ( VE > 5% ), dan efisiensi model terhadap debit terukur cukup efisien (0.36 < CE < 0.75). Kondisi ini menunjukkan bahwa penggunaan data satelit cukup baik digunakan untuk pemodelan hidrologi untuk mengatasi permasalah ketersediaan data pada daerah yang tidak ada stasiun pengukuran hidrologi. Gambar 8 Validasi hidrograf hasil simulasi model dengan data lapangan tahun 2004 Analisis Sensitivitas Parameter Hidrologi Pada IFAS Ada sebelas parameter hidrologi yang muncul pada pemodelan hidrologi menggunakan data satelit dalam IFAS, delapan diantaranya harus dikalibrasikan. Cukup banyaknya parameter hidrologi yang harus dikalibrasi akan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses coba-ulang untuk mendapatkan kondisi yang optimal. Untuk itu perlu dianalisis sensitivitas masing-masing parameter untuk mengetahui parameter-parameter utama yang mempengaruhi output simulasi. Untuk analisis sensitivitas ini, diambil contoh kasus data tahun 2006 untuk simulasi. Hasil simulasi pengaruh perubahan berbagai jenis parameter hidrologi terhadap nilai R, VE, dan CE dalam IFAS disajikan pada Tabel 4. Seperti ditunjukkan pada tabel, parameter yang paling sensitif terhadap output model adalah HCGD karena cukup mempengaruhi besaran nilai R dan VE. Parameter sensitif berikutnya adalah SKF, HFMXD, HFOD, AGD, dan HIGD dimana parameter-parameter tersebut sensitif terhadap perubahan VE. Sedangkan parameter yang tidak sensitif adalah HFMND dan AUD. Parameter ini tidak menjadi fokus utama dalam proses kalibrasi. 490
11 Namun demikian, analisis sensitivitas ini masih perlu dilakukan lebih detil dengan interval perubahan parameter yang lebih rapat sedemikian sehingga tingkat perubahan pengaruhnya bisa dinilai terhadap tingkat perubahan masing-masing parameter. Untuk itu, penelitian lanjutan masih perlu dilakukan untuk menjelaskan permasalahan tersebut. Tabel 4 Hasil analisis sensitivitas pada parameter IFAS Perubahan Surface Tank Underground Water Tank Hasil Evaluasi Parameter SKF HFMXD HFMND HFOD HIFD SNF FALFX AUD AGD HCGD HIGD R VE (%) CE Sensitif terhadap Kondisi awal ,1 0,01 0,005 0,0 0,7 0,8 0,1 0, Simulasi Awal SKF 0,0001 0,1 0,01 0,005 0,0 0,7 0,8 0,1 0, VE HFMXD 0,0005 0,05 0,01 0,005 0,0 0,7 0,8 0,1 0, VE HFMND 0,0005 0,1 0,005 0,005 0,0 0,7 0,8 0,1 0, tidak sensitif HFOD 0,0005 0,1 0,01 0,0001 0,0 0,7 0,8 0,1 0, VE AUD 0,0005 0,1 0,01 0,005 0,0 0,7 0,8 0,09 0, tidak sensitif AGD 0,0005 0,1 0,01 0,005 0,0 0,7 0,8 0,1 0, VE HCGD 0,0005 0,1 0,01 0,005 0,0 0,7 0,8 0,1 0,003 1, R, VE HIGD 0,0005 0,1 0,01 0,005 0,0 0,7 0,8 0,1 0, , VE KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Penelitian tentang kalibrasi dan validasi penggunaan data satelit untuk pemodelan hidrologi ini mengasilkan kesimpulan sebagaimana diuraikan berikut ini. 1. Pemodelan hidrologi hujan-aliran menggunakan data satelit bisa dijadikan salah satu alternatif untuk analisis hidrologi pada daerah yang tidak terdapat data pencatatan dari stasion hidrologi. Dengan tanpa kalibrasi, pemodelan sudah menunjukkan korelasi yang relatif cukup baik dengan nilai R, VE, dan CE masing-masing adalah 0.545, %, dan untuk dua tahun simulasi. 2. Setelah dilakukan kalibrasi terhadap parameter-parameter hidrologi, nilainilai R, VE, dan CE menunjukkan hubungan yang makin baik dengan data lapangan, yaitu 0.627, 1.007%, dan Hasil validasi model didapatkan nilai-nilai R, VE, dan CE masing-masing adalah 0.647, , dan Hal ini menunjukkan bahwa, jika ada data pengukuran lapangan minimal 1 tahun, maka pemodelan hidrologi menjadi lebih baik karena bisa dilakukan kalibrasi. 3. Parameter HCGD (tinggi tampungan dimana aliran antara terjadi) merupakan parameter yang paling sensitif terhadap output model karena cukup mempengaruhi besaran nilai R dan VE. Parameter sensitif berikutnya adalah SKF, HFMXD, HFOD, AGD, dan HIGD dimana parameter-parameter tersebut sensitif terhadap perubahan VE. Sedangkan parameter yang tidak sensitif adalah HFMND dan AUD. 491
12 Rekomendasi Rekomendasi yang bisa disampaikan dari proses penelitian ini adalah sebagai berikut ini. 1. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang difokuskan pada aplikasi penggunaan data satelit untuk pemodelan hidrologi. Penelitian lanjutan yang perlu dilakukan tahap berikutnya adalah pemodelan hidrologi menggunakan data satelit untuk aplikasi yang lebih luas seperti untuk studi kasus banjir dan ketersediaan air. 2. Untuk mengetahui tingkat pengaruh sensitivitas parameter hidrologi yang lebih detil, perlu dilakukan penelitian lanjut dengan menggunakan interval perubahan parameter yang lebih kecil REFERENSI Fukami, K., Sugiura, T., Magome, J. dan Kawakami, T, 2009, Integrated Flood Analysis System (IFAS Version 1.2) User s Manual. Jepang: ICHARM. Harris A., Rahman, Hossain F., Yarborough L., Bagtzoglou, dan Easson G., 2007, Satellite-based Flood Modeling Using TRMM-based Rainfall Products, Sensors, ISSN , MDPI. Hambali, R Analisis Ketersediaan Air dengan Model Mock. Bahan Ajar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Indarto, Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi, Bumi Aksara, Jakarta. Khan S., Hong Y, Wang J, Yilmaz K.K, Gourley J.J, Adler R,Brakenridge R, Policelli F, Habib S, dan Irwin D, 2011, Satellite Remote Sensing and Hydrologic Modeling for Flood Inundation Mapping in Lake Victoria Basin: Implications for Hydrologic Prediction in Ungauged Basins, IEEE Transactions Geoscience and Remote Sensing, Vol. 49, No.1, January Kartiwa, B., Murniati, E., 2011, Application of RS, GIS and Hydrological Model for Flood Mapping of Lower Citarum Watershed, Indonesia, Sentinel Asia Joint Project Team Meeting, 12 th -14 th July 2011, Putra Jaya, Malaysia. Li Li, Hong Y, Wang J, Adler R, Policelli F, Habib S, Irwin D, Korme T, Okello L, 2008, Evaluation of the real-time TRMM-based multi-satellite precipitation analysis for an operational flood prediction system in Nzoia Basin, Lake Victoria, Africa, Springer Science+Business Media B.V Sugiura T., Fukami T., Fujiwara N., Hamaguchi K., Nakamura S., Hironaka S., Nakamura K., Wada T., Ishikawa M., Shimizu T., Inomata K., Itou K., 2009, Development of Integrated Flood Analysis System (IFAS) and its Applications, 7th ISE& 8th HIC, Chile. 492
MODEL HIDROLOGI UNTUK ANALISIS BANJIR BERBASIS DATA SATELIT
MODEL HIDROLOGI UNTUK ANALISIS BANJIR BERBASIS DATA SATELIT Yohanna Lilis Handayani 1, Sigit Sutikno 2, Fitriani 3, Ariani Kurnia 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau ylilis_h@yahoo.com
Lebih terperinciHYBRID DATA HUJAN ARR DAN SATELIT GUNA PENINGKATAN EFEKTIFITAS MODEL IFAS
HYBRID DATA HUJAN ARR DAN SATELIT GUNA PENINGKATAN EFEKTIFITAS MODEL IFAS Yuli Hendra 1, Manyuk Fauzi 2, dan Sigit Sutikno 3 1,2, dan 3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau yuli.hendra18@gmail.com
Lebih terperinciPEMODELAN HIDROLOGI HUJAN-ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT HASIL PENGINDERAAN JAUH (Studi Kasus DAS Tapung Kiri)
PEMODELAN HIDROLOGI HUJAN-ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT HASIL PENGINDERAAN JAUH (Studi Kasus DAS Tapung Kiri) Hamiduddin, Sigit Sutikno, Manyuk Fauzi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPEMODELAN HUJAN-ALIRAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ROKAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH
PEMODELAN HUJAN-ALIRAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ROKAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH Mutia Mardhotillah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru-Riau email: mutia.mardhotillah16@gmail.com
Lebih terperinciPENGGUNAAN DATA HUJAN SATELIT UNTUK PEMODELAN HIDROLOGI DAS INDRAGIRI
PENGGUNAAN DATA HUJAN SATELIT UNTUK PEMODELAN HIDROLOGI DAS INDRAGIRI Hasniati Hasan, Sigit Sutikno, Manyuk Fauzi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN DATA HUJAN SATELIT UNTUK PEMODELAN HIDROLOGI (STUDI KASUS DAS PULAU BERHALO) Yunan Isnaini, Sigit Sutikno, Yohanna Lilis Handayani
KAJIAN PEMANFAATAN DATA HUJAN SATELIT UNTUK PEMODELAN HIDROLOGI (STUDI KASUS DAS PULAU BERHALO) Yunan Isnaini, Sigit Sutikno, Yohanna Lilis Handayani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPenggunaan Data Satelit Untuk Pemodelan Hidrologi Dan Analisis Banjir Di Sub-DAS Rokan Stasiun Lubuk Bendahara
Penggunaan Data Satelit Untuk Pemodelan Hidrologi Dan Analisis Banjir Di Sub-DAS Rokan Stasiun Lubuk Bendahara Ariani Karunia 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Sigit Sutikno 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik
Lebih terperinciModel Hidrologi Berbasis Data Satelit Untuk Analisis Banjir Studi Kasus Sub-Das Rokan Stasiun Pasir Pengaraian
Model Hidrologi Berbasis Data Satelit Untuk Analisis Banjir Studi Kasus Sub-Das Rokan Stasiun Pasir Pengaraian Fitriani 1), Sigit Sutikno 2), Yohanna Lilis Handayani 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciPERMODELAN HUJAN DEBIT PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO DENGAN DISTRIBUTED MODEL MENGGUNAKAN INTEGRATED FLOOD ANALYSIS SYSTEM (IFAS)
PERMODELAN HUJAN DEBIT PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO DENGAN DISTRIBUTED MODEL MENGGUNAKAN INTEGRATED FLOOD ANALYSIS SYSTEM (IFAS) Hary Puji Astuti dan Umboro Lasminto Program Studi Magister Teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Studi Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah Utara ke arah Selatan dan bermuara pada sungai Serayu di daerah Patikraja dengan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... iii LEMBAR PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix INTISARI... xi ABSTRACT... xii BAB 1 PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan daerah dimana seluruh airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya
Lebih terperinciTahun Penelitian 2005
Sabtu, 1 Februari 27 :55 - Terakhir Diupdate Senin, 1 Oktober 214 11:41 Tahun Penelitian 25 Adanya peningkatan intensitas perubahan alih fungsi lahan akan berpengaruh negatif terhadap kondisi hidrologis
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Banjir adalah salah satu bencana alam yang sering terjadi. Kerugian jiwa dan material yang diakibatkan oleh bencana banjir menyebabkan suatu daerah terhambat pertumbuhannya
Lebih terperinciEKSTRAKSI MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI WILAYAH KOTA PEKANBARUUNTUK ANALISIS HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
EKSTRAKSI MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI WILAYAH KOTA PEKANBARUUNTUK ANALISIS HIDROGRAF SATUAN SINTETIK Fatiha Nadia 1), Manyuk Fauzi 2), dan Ari Sandhyavitri 2) 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Abstrak... Kata Pengantar... Ucapan Terimakasih... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Indentifikasi Masalah... 2 1.3 Rumusan Masalah...
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung terbagi menjadi 3 Wilayah Sungai (WS), yaitu : (1) WS
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung terbagi menjadi 3 Wilayah Sungai (WS), yaitu : (1) WS Seputih-Sekampung, (2) WS Mesuji-Tulang Bawang, (3) WS Semangka, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
37 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Gambar 8. Lokasi Penelitian 38 B. Bahan
Lebih terperinciMODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI
MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI Puji Harsanto 1, Jaza ul Ikhsan 2, Barep Alamsyah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan,
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI... VII DAFTAR GAMBAR... X DAFTAR TABEL... XIV DAFTAR LAMPIRAN... XVI DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gabungan antara karakteristik hujan dan karakteristik daerah aliran sungai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Curah hujan tidak bekerja sendiri dalam membentuk limpasan (runoff). Gabungan antara karakteristik hujan dan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) sangat mempengaruhi
Lebih terperinciKALIBRASI MODEL HIDROLOGI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN PADA SUB DAS KAMPAR KANAN DALAM PROGRAM HEC-HMS
KALIBRASI MODEL HIDROLOGI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN PADA SUB DAS KAMPAR KANAN DALAM PROGRAM HEC-HMS Ferry Virgiawan 1), Bambang Sujatmoko 2), Mudjiatko 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciANALISA DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN EPA Storm Water Management Model (SWMM) di Sub DAS Kampar Kiri (Studi Kasus: Desa Lipat Kain, Kampar Kiri) ABSTRACT
ANALISA DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN EPA Storm Water Management Model (SWMM) di Sub DAS Kampar Kiri (Studi Kasus: Desa Lipat Kain, Kampar Kiri) Robby Aulia Syuhada 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Bambang Sujatmoko
Lebih terperinciKEANDALAN ANALISA METODE MOCK (STUDI KASUS: WADUK PLTA KOTO PANJANG) Trimaijon. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru
Jurnal Teknobiologi, 1(2) 2010: 70-83 ISSN: 208-5428 KEANDALAN ANALISA METODE MOCK (STUDI KASUS: WADUK PLTA KOTO PANJANG) Trimaijon Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan
Lebih terperinciBab V Analisa dan Diskusi
Bab V Analisa dan Diskusi V.1 Pemilihan data Pemilihan lokasi studi di Sungai Citarum, Jawa Barat, didasarkan pada kelengkapan data debit pengkuran sungai dan data hujan harian. Kalibrasi pemodelan debit
Lebih terperincidilakukan pemeriksaan (validasi) data profil sungai yang tersedia. Untuk mengetahui
55 4.2 Validasi Data Profil Sungai Sebelum dilakukan pengujian model sistem polder Pluit pada program, maka harus dilakukan pemeriksaan (validasi) data profil sungai yang tersedia. Untuk mengetahui validasi
Lebih terperinciSungai dan Daerah Aliran Sungai
Sungai dan Daerah Aliran Sungai Sungai Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai Perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya
Lebih terperinciKampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract
KESESUAIN MODEL HIDROGRAF SATUAN SINTETIK STUDI KASUS SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI SIAK BAGIAN HULU Nurhasanah Junia 1), Manyuk Fauzi 2), Imam Suprayogi ) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciMisal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det
DEBIT ANDALAN Debit Andalan (dependable discharge) : debit yang berhubungan dgn probabilitas atau nilai kemungkinan terjadinya. Merupakan debit yg kemungkinan terjadinya sama atau melampaui dari yg diharapkan.
Lebih terperinciPENELUSURAN BANJIR (STAGE HYDROGRAPH) MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK
PENELUSURAN BANJIR (STAGE HYDROGRAPH) MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN (Studi Kasus: DAS Siak) 1 Manyuk Fauzi, 1 Imam Suprayogi, 2 Ashral 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Lebih terperinciBab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan
Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan IV.1 Bagan Alir Metodologi Penelitian Bagan alir metodologi penelitian seperti yang terlihat pada Gambar IV.1. Bagan Alir Metodologi Penelitian menjelaskan tentang
Lebih terperinciPENENTUAN PARAMETER MODEL NRECA UNTUK PULAU NATUNA
PENENTUAN PARAMETER MODEL NRECA UNTUK PULAU NATUNA Oleh : Teddy W Sudinda *) Abstrak Ketersediaan data debit sungai di P. Natuna sangat kurang dan jarang bila dibandingkan dengan P. Jawa. Oleh karena itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
Lebih terperinciPEMODELAN SPASIAL BANJIR LUAPAN SUNGAI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH DI DAS BODRI PROVINSI JAWA TENGAH
PEMODELAN SPASIAL BANJIR LUAPAN SUNGAI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH DI DAS BODRI PROVINSI JAWA TENGAH Nugraha Saputro nggonzales9@gmail.com Taufik Heri Purwanto taufik_hp@yahoo.com
Lebih terperinciGambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah
15 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di sepanjang daerah rendaman Sungai Cisangkuy di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. (Sumber : Foto
Lebih terperinciAplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-27 Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin Devy Amalia dan Umboro Lasminto Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk Daerah Irigasi Banjaran meliputi Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Selatan,
Lebih terperinciTIK. Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi
HIDROLOGI TERAPAN MODEL HIDROLOGI TIK Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi 1 Model dalam SDA Dalam kegiatan analisis hidrologi untuk berbagai kepentingan dalam
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii MOTTO iv DEDIKASI v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Curah Hujan Data curah hujan yang terekam pada alat di SPAS Cikadu diolah menjadi data kejadian hujan harian sebagai jumlah akumulasi curah hujan harian dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memperkirakan debit aliran sungai pada periode banjir sering dilakukan pada pekerjaan perancangan bangunan air seperti perancangan tanggul banjir, jembatan, bendung
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTERISTIK DAS (Studi Kasus DAS Tempe Sungai Bila Kota Makassar)
KAJIAN KARAKTERISTIK DAS (Studi Kasus DAS Tempe Sungai Bila Kota Makassar) Angelica Mega Nanda 1, Eko Prasetyo Nugroho 2, Budi Santosa 3 1 Mahasiswi Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Segijapranata
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. paket program HEC-HMS bertujuan untuk mengetahui ketersediaan air pada suatu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Konsep Dasar dan Metode Penggunaan model Soil Moisture Accounting (SMA) yang terdapat dalam paket program HEC-HMS bertujuan untuk mengetahui ketersediaan air pada suatu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian terletak di Bandar Lampung dengan objek penelitian DAS Way
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di Bandar Lampung dengan objek penelitian DAS Way Kuala Garuntang (Sungai Way Kuala) dan DAS Way Simpang Kiri (Sub DAS Way
Lebih terperinciKALIBRASI PARAMETER TERHADAP DEBIT BANJIR DI SUB DAS SIAK BAGIAN HULU
KALIBRASI PARAMETER TERHADAP DEBIT BANJIR DI SUB DAS SIAK BAGIAN HULU Wibowo Suarno Putra 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Manyuk Fauzi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciKajian Model Hidrograf Banjir Rencana Pada Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kajian Model Hidrograf Banjir Rencana Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Studi Kasus Daerah Aliran Sungai (DAS) Bedadung di Kabupaten Jember Nanang Saiful Rizal, ST. MT. Jl. Karimata 49 Jember - JATIM Tel
Lebih terperinciANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak
Analisa Debit Banjir Sungai Bonai Kabupaten Rokan Hulu ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU S.H Hasibuan Abstrak Tujuan utama dari penelitian
Lebih terperinciAPLIKASI MODEL IFAS UNTUK MEMBANDINGKAN DEBIT DARI TIGA DAS (Studi Kasus: Kabupaten Boyolali dan Klaten Jawa Tengah) ANDI RISNAYANTI
APLIKASI MODEL IFAS UNTUK MEMBANDINGKAN DEBIT DARI TIGA DAS (Studi Kasus: Kabupaten Boyolali dan Klaten Jawa Tengah) ANDI RISNAYANTI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinci(Simulated Effects Of Land Use Against Flood Discharge In Keduang Watershed)
perpustakaan.uns.ac.id SIMULASI PENGARUH TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT BANJIR DI DAS KEDUANG (Simulated Effects Of Land Use Against Flood Discharge In Keduang Watershed) SKRIPSI Disusun Sebagai Salah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Cikapundung yang merupakan salah satu anak sungai yang berada di hulu Sungai Citarum. Wilayah ini terletak di Desa Dayeuhkolot,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.
39 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. PETA LOKASI PENELITIAN Gambar 7. Lokasi
Lebih terperinciKompetensi. Model dalam SDA. Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi MODEL KOMPONEN MODEL
HIDROLOGI TERAPAN MODEL HIDROLOGI Kompetensi Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi Model dalam SDA Dalam kegiatan analisis hidrologi untuk berbagai kepentingan
Lebih terperinciPENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS)
Taufiq, dkk., Pengaruh Tanaman Kelapa Sawit terhadap Keseimbangan Air Hutan 47 PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS) Mohammad Taufiq 1),
Lebih terperinciBakuan Kompetensi Sub-Bidang Hidrologi Umum. Ahli Hidrologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrologi Umum Tingkat Muda
Bakuan Kompetensi Sub-Bidang Hidrologi Umum Ahli Hidrologi Tingkat Muda Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrologi Umum Tingkat Muda 1. Mengetahui siklus dan berbagai jenis data 2. Mampu melaksanakan
Lebih terperinciGambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Sub DAS Cikapundung yang merupakan salah satu Sub DAS yang berada di DAS Citarum Hulu. Wilayah Sub DAS ini meliputi sebagian Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data hidrologi merupakan data yang menjadi dasar dari perencanaan kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan bangunan irigasi, bagunan
Lebih terperinciPerkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran
Jurnal Vokasi 2010, Vol.6. No. 3 304-310 Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran HARI WIBOWO Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Jalan Ahmad Yani Pontianak
Lebih terperinciIII. FENOMENA ALIRAN SUNGAI
III. FENOMENA ALIRAN SUNGAI 3.1. Pengantar Pada bab ini akan ditinjau permasalahan dasar terkait dengan penerapan ilmu hidrologi (analisis hidrologi) untuk perencanaan bangunan di sungai. Penerapan ilmu
Lebih terperinciBAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.
BAB III METODA ANALISIS 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bekasi dengan luas 127.388 Ha terbagi menjadi 23 kecamatan dengan 187 desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. Sungai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa dengan panjang sungai sekitar 600 km, melewati dua wilayah provinsi yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi
Lebih terperinciAPLIKASI STORM WATER MANAGEMENT MODEL (SWMM) UNTUK DAERAH ALIRAN SUNGAI DELUWANG SITUBONDO JAWA TIMUR
APLIKASI STORM WATER MANAGEMENT MODEL (SWMM) UNTUK DAERAH ALIRAN SUNGAI DELUWANG SITUBONDO JAWA TIMUR Nadajadji Anwar 1), Mahendra Andiek M 2) 1) Dosen Teknik Sipil ITS Surabaya 2) Mahasiswa S2 Teknik
Lebih terperinciMODEL HIDROLOGI. (continuous flow) dan debit/hidrograf. besar/banjir (event flow). Contoh: : SSARR, SHE, MOCK, NASH, HEC-HMS
MODEL HIDROLOGI Tiruan proses hidrologi untuk keperluan analisis tentang keberadaan air menurut aspek jumlah, waktu, tempat, probabilitas dan runtun waktu (time series). Rainfall runoff model: jumlah/waktu
Lebih terperinciKalibrasi Satu Dan Dua Parameter Pada Debit Banjir Di Sub-DAS Rokan Menggunakan Program HEC-HMS
Kalibrasi Satu Dan Dua Parameter Pada Debit Banjir Di Sub-DAS Rokan Menggunakan Program HEC-HMS Yesy Dian Permatasari 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Sigit Sutikno 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii MOTTO... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi ABSTRAK... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan...1
Lebih terperinciANALISIS LIMPASAN LANGSUNG MENGGUNAKAN METODE NAKAYASU, SCS, DAN ITB STUDI KASUS SUB DAS PROGO HULU
ANALISIS LIMPASAN LANGSUNG MENGGUNAKAN METODE NAKAYASU, SCS, DAN ITB STUDI KASUS SUB DAS PROGO HULU Agreista Vidyna Qoriaulfa 1, Annisa Ratna Putri 1, Huriyah Fadhillah 1, Puji Harsanto 2, Jazaul Ikhsan
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Umum Proses penelitian dalam mendapatkan nilai indeks banjir mengikuti metodologi seperti yang diuraikan pada Gambar 3.1 di bawah ini. Proses dimulai dengan penggunaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Curah hujan merupakan salah satu parameter atmosfer yang sulit untuk diprediksi karena mempunyai keragaman tinggi baik secara ruang maupun waktu. Demikian halnya dengan
Lebih terperinciKebutuhan Informasi Perencanaan Sumberdaya Air dan Keandalan Ketersediaan Air yang Berkelanjutan di Kawasan Perdesaan
Kebutuhan Informasi Perencanaan Sumberdaya Air dan Keandalan Ketersediaan Air yang Berkelanjutan di Kawasan Perdesaan M. Yanuar J. Purwanto a dan Sutoyo b Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk akan berdampak secara spasial (keruangan). Menurut Yunus (2005),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan kegiatan penduduk akan berdampak secara spasial (keruangan). Menurut Yunus (2005), konsekuensi keruangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (raifall depth) akan dialihragamkan menjadi aliran, baik melalui
Lebih terperinciPEMODELAN HUJAN DEBIT DAERAH ALIRAN SUNGAI DELUWANG DENGAN PEMBAGIAN SUB CATCHMENT AREA BERDASARKAN ORDE SUNGAI
PEMODELAN HUJAN DEBIT DAERAH ALIRAN SUNGAI DELUWANG DENGAN PEMBAGIAN SUB CATCHMENT AREA BERDASARKAN ORDE SUNGAI Mahendra Andiek M 1), Prof.Dr. Ir. Nadjadji Anwar, M.Sc 2) 1) Mahasiswa Program Magister
Lebih terperinciANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU
ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU Rismalinda Prodi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian Email : rismalindarisdick@gmailcom Abstrak Kabupaten Rokan Hulu terletak
Lebih terperinciBAB III METODA ANALISIS
BAB III METODA ANALISIS 3.1 Metodologi Penelitian Sungai Cirarab yang terletak di Kabupaten Tangerang memiliki panjang sungai sepanjang 20,9 kilometer. Sungai ini merupakan sungai tunggal (tidak mempunyai
Lebih terperinciANALISIS BANJIR TAHUNAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SONGGORUNGGI KABUPATEN KARANGANYAR
ANALISIS BANJIR TAHUNAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SONGGORUNGGI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir
III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan
Lebih terperincidalam ilmu Geographic Information (Geomatics) menjadi dua teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai aktivitas manusia memungkinkan terjadinya perubahan kondisi serta menurunnya kualitas serta daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan rumah berbagai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Rumusan Masalah
BAB III METODOLOGI 3.1. Rumusan Masalah Rumusan Masalah merupakan peninjauan pada pokok permasalahan untuk menemukan sejauh mana pembahasan permasalahan tersebut dilakukan. Berdasarkan hasil analisa terhadap
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR
ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PENGESAHAN iii MOTTO iv PERSEMBAHAN v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii DAFTAR NOTASI xviii BAB 1 PENDAHULUAN
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN MODEL NAM (NEDBOR AFSTROMNINGS MODEL) UNTUK PREDIKSI KETERSEDIAAN AIR PADA DAS HO
ANALISIS KELAYAKAN MODEL NAM (NEDBOR AFSTROMNINGS MODEL) UNTUK PREDIKSI KETERSEDIAAN AIR PADA DAS HO Oleh Sumiati dan Wayan Tika Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pusat bisnis dan ekonomi Indonesia, banyak orang tergiur untuk tinggal dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja cerita banjir
Lebih terperinciPEMETAAN BAHAYA BANJIR JAKARTA (FLOOD HAZARD MAPPING) WCPL-
11 Desember 2013 PEMETAAN BAHAYA BANJIR JAKARTA (FLOOD HAZARD MAPPING) 1 Pendahuluan (1) Peta berbasis data historis banjir Kekurangan Resolusi rendah Konsistensi data diragukan karakteristik dan Mekanisme
Lebih terperinciPenggunaan SIG Untuk Pendeteksian Konsentrasi Aliran Permukaan Di DAS Citarum Hulu
Penggunaan SIG Untuk Pendeteksian Konsentrasi Aliran Permukaan Di DAS Citarum Hulu Puguh Dwi Raharjo puguh.draharjo@yahoo.co.id The analysis of water flow consentration in the river system is the important
Lebih terperinciPEMODELAN SEDIMENTASI PADA TAMPUNGAN BENDUNG TIBUN KABUPATEN KAMPAR
PEMODELAN SEDIMENTASI PADA TAMPUNGAN BENDUNG TIBUN KABUPATEN KAMPAR Bambang Sujatmoko, Mudjiatko dan Mathias Robianto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya, Km 1,5 Simpang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN... iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN.... xii INTISARI...
Lebih terperinciREKAYASA HIDROLOGI II
REKAYASA HIDROLOGI II PENDAHULUAN TIK Review Analisis Hidrologi Dasar 1 ILMU HIDROLOGI Ilmu Hidrologi di dunia sebenarnya telah ada sejak orang mulai mempertanyakan dari mana asal mula air yang berada
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hampir pada setiap musim penghujan di berbagai provinsi di Indonesia terjadi banjir yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Salah satu wilayah yang selalu mengalami banjir
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. Banjir pada dasarnya adalah surface runoff yang merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. The Hydrologic Cycle
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Banjir di Perkotaan Banjir pada dasarnya adalah surface runoff yang merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. The Hydrologic Cycle Sun Rain Clouds Rain Formation PRECIPITATION
Lebih terperinciANALISIS POLA ALIRAN DAN POLA SEDIMENTASI PADA WADUK SEI PAKU KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR ABSTRACT
ANALISIS POLA ALIRAN DAN POLA SEDIMENTASI PADA WADUK SEI PAKU KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR Joy Freester 1), Mudjiatko 2), Bambang Sujatmoko 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI TONDANO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA I DAN HSS LIMANTARA
ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI TONDANO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA I DAN HSS LIMANTARA Sharon Marthina Esther Rapar Tiny Mananoma, Eveline M. Wuisan, Alex Binilang Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan sebuah fenomena yang dapat dijelaskan sebagai volume air yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa, termasuk genangan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Data 5.1.1 Analisis Curah Hujan Hasil pengolahan data curah hujan di lokasi penelitian Sub-DAS Cibengang sangat berfluktuasi dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember
Lebih terperinciANALISIS VOLUME TAMPUNGAN KOLAM RETENSI DAS DELI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN
JURNAL REKAYASA SIPIL (JRS-UNAND) Vol. 13 No. 2, Oktober 2017 Diterbitkan oleh: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas (Unand) ISSN (Print) : 1858-2133 ISSN (Online) : 2477-3484 http://jrs.ft.unand.ac.id
Lebih terperinciHasil dan Analisis. Simulasi Banjir Akibat Dam Break
Bab IV Hasil dan Analisis IV. Simulasi Banjir Akibat Dam Break IV.. Skenario Model yang dikembangkan dikalibrasikan dengan model yang ada pada jurnal Computation of The Isolated Building Test Case and
Lebih terperinciAgrium, April 2014 Volume 18 No 3
Agrium, April 1 Volume 1 No 3 OPTIMASI MODEL HIDROLOGI MOCK DAERAH TANGKAPAN AIR WADUK SEMPOR Hilda Julia Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: cemara.hilda@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrograf dapat digambarkan sebagai suatu penyajian grafis antara salah satu unsur aliran dengan waktu. Selain itu, hidrograf dapat menunjukkan respon menyeluruh Daerah
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN SISTEM POLDER PADA KAWASAN MUSEUM BANK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM XP SWMM
40 BAB IV PEMODELAN SISTEM POLDER PADA KAWASAN MUSEUM BANK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM XP SWMM 4.1 Deskripsi Wilayah Studi 4.1.1 Pendahuluan Museum Bank Indonesia merupakan salah satu bangunan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada pada saluran drainase sekunder komplek boulevard hijau, kelurahan pejuang, kecamatan medan satria, bekasi utara.yang dimana
Lebih terperinciAPLIKASI SIG UNTUK EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE SUB DAS GAJAHWONG KABUPATEN BANTUL
APLIKASI SIG UNTUK EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE SUB DAS GAJAHWONG KABUPATEN BANTUL Arief Kelik Nugroho e-mail : ariefkeliknugroho@gmail.com Abstrak Kondisi lahan daerah aliran sungai dalam kondisi
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian
Lampiran 1. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian Lampiran 2. Peta Tutupan Lahan Lokasi Penelitian Lampiran 3. Tutupan Lahan Bagian Hilir Lampiran 4. Trial-Error Parameter Model Tangki Parameter model tangki
Lebih terperinci