Belajar Dari Lukisan Anak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Belajar Dari Lukisan Anak"

Transkripsi

1 Muchammad Bayu Tejo Sampurno Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Abstrak Seni merupakan salah satu media bagi anak untuk bermain, baik bermain dengan lingkungannya sampai bermain dengan imajinasi yang dimilikinya. Seni juga merupakan media pemahaman, yang membantu anak memahami konsep-konsep yang belum diketahuinya. Orang tua dengan berbagai argumennya mulai sadar akan pentingnya seni bagi anak, namun mereka kurang memahami apa yang dibutuhkan anak untuk menunjang kemampuan berkeseniannya. Karya seni yang diciptakan oleh anak tergolong istimewa. Hal tersebut dikarenakan dalam karya seni anak terdapat nilai-nilai yang merupakan esensi dan hakikat dari seni itu sendiri. Dari karya seni anak, dapat diambil ilmu yang penting bagi manusia yaitu mengenai pribadi kreatif yang tidak takut untuk bereksperimen karena anak tidak memperhatikan faktor eksistensi yang sering menjadi masalah orang dewasa. Katakunci: Belajar, seni, lukisan, anak 1. Pendahuluan Budaya instan yang menghalalkan berbagai cara agar mendapatkan eksistensi dari apa yang dihasilkan oleh individu semakin menggerus pribadi asli yang dimiliki manusia. Demi pengakuan, penghargaan, hati nurani tidak dijadikan sebagai kuasa tertinggi dalam mengambil keputusan, termasuk dalam hal mencipta seperti yang disbutkan di atas. Rasa dari dalam hati kalah dengan logika yang merupakan olahan dari kemampuan kognitif manusia. Dewasa ini sedang marak mengenai kasus plagiarisme, mulai dari bidang akademis, bisnis, sampai seni. Seseorang yang mengklaim dirinya sebagai seniman seringkali menciptakan karya atas hasil tiruan, dan memodifikasinya, walaupun tidak semua pekerja seni seperti demikian, dengan kata lain tidak sesuai dengan orisinalitas dirinya. Hal serupa juga terjadi dalam berbagai bidang lainnya. Ada rasa takut yang diakibatkan oleh batasanbatasan berupa pemahaman yang melekat dalam diri manusia sejak masa kanak-kanak, yang secara tidak langsung membuat individu yang mengalaminya terkurung dalam sebuah kotak, tidak berkembang, dengan berbagai alasan yang setelah diresapi menjadi sebuah alasan yang tidak masuk akal. Jika diresapi dan direnungkan, rasa rindu akan spontanitas dan keberanian untuk mencoba hal baru serta keberanian untuk bereksperimen sering muncul, alih-alih rasa itu muncul ketika hendak melakukan sesuatu untuk memotivasi diri, namun pada kenyataannya rasa itu muncul saat ide dan gagasan yang seharusnya milik kita telah dipakai orang lain atau terlambat dituangkan karena suatu hal. Anak-anak hidup dalam dunia mereka sendiri. Dunia yang menyenangkan karena penuh dengan kesenangan, dunia bermain. Di dalam dunia tersebut, dalam beberapa hal anak dituntut oleh lingkungannya untuk melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh anak, biasanya tuntutan ini berasal dari dirinya sendiri yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Jika dicermati, anak-anak tidak memiliki rasa takut dalam melakukan hal baru. Mereka juga melakukannya dengan asyik, dengan spontanitas yang dimilikinya. Hal tersebut terjadi tidak hanya dalam dunia bermain mereka, namun dalam bidang lain termasuk bidang akademis dan seni. Sering kita jumpai di dunia maya mengenai seorang anak yang menjawab soal sesuai dengan kenyataan, bukan berdasarkan batasan, aturan, atau kebenaran versi guru atau instansi. Mereka menjawab pertanyaan dengan kenyataan versi mereka sendiri yang bagi sebagian orang, jawaban versi anak lebih masuk akal daripada jawaban versi Muchammad Bayu Tejo Sampurno (Universitas Gadjah Mada) 1

2 guru, dan sebagian orang tersebut memberikan label yang baik pada anak. Begitu pula dengan seni, anak mengekspresikan karya seni yang dibuatnya dengan spontan, ekspresif, menunjukkan orisinalitas karya mereka yang hal tersebut membuat karya anak menjadi istimewa. Kembali pada permasalahan mengenai bagaimana orang dewasa seakan kehilangan kemampuan anak-anak mereka, maka perlu untuk orang dewasa untuk belajar dari anak-anak, dan salah satu media belajar dari anak-anak adalah belajar dari lukisannya. Dari lukisan anak dapat dilihat banyak aspek yang dibutuhkan oleh orang dewasa. 2. Pembahasan Anak-anak bagaikan hardisk kosong yang menanti untuk diisi mengenai konsep kehidupan yang berada dalam sebuah istilah yang dinamakan ilmu. Anak-anak tidak berjuang sendirian dalam proses penerimaan sebuah konsep. Orang tua menjadi penolong pertama anak yang akan membantu anak memecahkan masalah dan mengajarkan berbagai konsep dalam hidup. Selain orang tua, terdapat guru yang merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan. 1 Setiap orang tua berupaya meningkatkan kecerdasan pada anaknya, namun jarang yang menyadari bahwa kecerdasan sebenarnya mulai dibentuk sejak dini. Perumbuhan otak yang sangat pesat justru terjadi pada awal kehidupan. Itulah sebabnya mengapa orang tua harus memperhatikan hal-hal yang dapat menunjang kecerdasan anak seperti kecukupan akan gizi pada makanan yang dibutuhkan dan stimulasi otak yang dapat menggunakan berbagai cara. Otak merekam apa yang dapat dicatat dari lingkungannya, dari sinilah konsep pemahaman mulai diperkenalkan. Orang tua harus menanggapi respon tersebut mulai dari pengenalan pemahaman konsep dasar kemudian memperkuatnya ke pemahaman pengetahuan dasar. Kemampuan kreativitas berpikir 1 Lihat Supriyadi, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Cakrawala Ilmu, 2011, 11. dalam memahami dunia sekitar secara nyata adalah kemampuan penting, dan ketika ditunjang dengan program yang komprehensif, selain itu proses analisa menjadi terstruktur. Meninjau kembali pengertian belajar sama dengan bermain pada anak dan pengetahuan tidak ada batasnya maka konsep pemahaman pengetahuan dasar kemudian dikembangkan kepemahaman secara spesifik. Seni merupakan salah satu metode dalam proses pemahaman kepada anak yang juga memiliki hubungan erat dengan dunia anak. Seni merupakan media bermain sekaligus belajar bagi anak. Di dalam proses pemahaman, seseorang dapat melakukan beberapa tahap sebagai cara dalam memahami suatu konsep, salah satunya dengan penghayatan. Penghayatan dalam pemahaman diartikan sebagai proses mencerna, menyaring, merasakan, dimana hasilnya akan diterima oleh reseptor otak yang memiliki kuasa untuk menerimanya sebagai sebuah konsep. Pemahaman mengenai suatu konsep merupakan ilmu yang harus dicari dan didapatkan seceptanya untuk dapat memahami ilmu tersebut dengan baik. Kembali pada kaitannya dengan seni, seni menyangkut penghayatan dalam sebuah struktur pengalaman estetis, sedangkan ilmu menyangkut pemahaman rasional-empiris terhadap suatu objek ilmu. 2 Ilmu dapat meletakkan sebuah karya seni menjadi objek pengamatannya, dalam kata lain di dalam karya seni terdapat ilmu yang dapat digunakan sebagai metode pemahaman anak. Karya seni dalam ilmu bukan untuk dihayati, melainkan untuk dipahami secara rasional. Pemahaman terhadap karya seni akan membantu dalam menghayati karya seni tersebut. 3 Namun, tetap terdapat hubungan erat antara penghayatan-pemahaman konsep yang terdapat dalam sebuah karya seni. Oleh karenanya, seni dapat dijadikan sebagai metode pemahaman bagi anak. Pada masa kanak-kanak awal, presentase perkembangan otak berkembang pesat, dimana anak pada usia 0-6 tahun mempunyai potensi perkembangan otak mencapai 80%, sedangkan pada usia tahun hanya berkembang sebanyak 20%. 4 Sementara itu, teori neurosains modern menyatakan bahwa pada masa pertumbuhan tersebut (golden ages) memungkinkan anak untuk mengembangkan kreativitas dan juga terjadi tahapan pra-operasional dalam perkembangan kognitif. Anak pada usia 3-6 tahun mulai 2 Periksa Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, Bandung: Penerbit ITB, 2000, Periksa Jakob Sumardjo, 2000, John W. Santrock, Child Development, Jakarta: Erlangga, 2007,

3 menjelaskan dunia dengan kata-kata dan gambar, meningkatkan pemikiran simbolis serta mendapatkan kemampuan untuk menggambarkan secara mental sebuah objek yang tidak ada. 5 Oleh karenanya, pada usia tersebut anak akan sering melakukan kegiatan seni sebagai media penuangan imajinasinya. Bagi individu yang belum memiliki sense dalam seni, seringkali mereka memandang karya seni terutama karya seni berupa lukisan hanya sebatas pandangan atau penilaian di permukaannya saja. Dengan kata lain, mereka mungkin hanya mengenal aliran realisme, naturalisme, dan mungkin dekoratif dalam penilaiannya mengenai karya seni. Hal tersebut berdampak pada bagaimana pemahaman mereka terhadap bentuk aliran lukisan yang lain. Berkaitan dengan marak diadakannya kompetisi melukis untuk anak-anak, seiring dengan mulai munculnya rasa penting seni bagi anak-anak. Pola pikir orang tua modern yang mulai memperhatikan perkembangan otak kanan anak dalam kaitannya dengan keseimbangan antara otak kiri yang sering dianggap sebagai otak akademis yang berisikan logika, analisis, matematis, dengan otak kanan yang sering dianggap sebagai otak kreatif karena dipenuhi oleh imajinasi, emosi, intuisi, dan spiritual. Hal tersebut bertujuan selain untuk menyeimbangkan atau meningkatkan kemampuan otak kanan anak, juga terkait dengan kemampuan berkesenian anak yang nantinya diharapkan dapat membuahkan hasil dalam sebuah kompetisi melukis yang tengah marak saat ini. Penambaham materi melukis bagai dua sisi mata pisau, memberikan efek positif namun juga memungkinkan untuk memberikan efek negatif pada anak. Pendamping dalam hal ini adalah guru les baik privat maupun sanggar seringkali menciptakan anak ke dalam sebuah aliran yang dinamakan aliran sanggar. Aliran sanggar adalah sebuah aliran dimana hasil karya anak memiliki kemiripan dengan anak lainnya yang ikut dalam sanggar, mulai dari ide dan gagasan sampai simbolisasi bentuk dan warna. Interverensi yang dilakukan oleh guru dalam proses kreatif yang dilakukan anak ketika menciptakan karya seni memiliki dampak buruk pada kreativitas yang dimiliki anak. Guru memberikan interverensi berupa batasan-batasan pemahaman kepada anak, antara lain bentuk manusia harus seperti ini, pohon harus demikian, warna objek harus sesuai, sampai penggunaan warna yang harus digradasi. Memang, hal tersebut akan membuat lukisan anak menjadi lebih bagus, namun salah satu hal yang menjadi ironis adalah interverensi dari guru yang dapat merusak kreativitas dan spontanitas anak. Ketika proses berkarya seni, anak menghasilkan ide-ide yang unik, inovatif, kreatif, dan membuat cara keluar dari permasalahannya sendiri. Hal tersebut akan terwujud apabila anak diberi kebebasan dalam menuangkan ide dan gagasannya ke dalam karya seni nya, baik dalam lukisan ataupun gerakan tari, tanpa adanya interverensi yang berlebih dari pendamping baik guru maupun orang tua. Gambar 1. Ilustrasi kemampuan otak kanan dan kiri manusia 6 Dengan anggapan demikian, orang tua memberikan perhatian ekstra kepada anakanak berupa materi tambahan dalam kaitannya dengan perkembangan otak kanan, salah satunya adalah les melukis baik secara privat maupun dalam sebuah sanggar seni. 5 John W. Santrock, 2007, PTo67E1GkKo2xeRsUo8JKRjeg0Z-Lo-rbqFycRhz77 s0vd7hvsmeasluxk154ha-ianp0w5qu/mitosotakkana nvsotakkiri.jpg diunduh pada 20 September 2014 pukul Gambar 2. Contoh tipe lukisan sanggar AAAM/iCSJOzF1xwU/s1600/1.jpg diunduh pada 20 September 2014 pukul Muchammad Bayu Tejo Sampurno (Universitas Gadjah Mada) 3

4 Pemahaman terhadap objek dan fenomena kepada anak yang dilakukan oleh guru dalam kaitannya dengan kegiatan seni, merupakan hal yang positif jika tidak berlebihan. Guru sebagai pendidik harus mengetahui dan memahami karakter dari masing-masing peserta didiknya guna mendapatkan hasil yang maksimal. Seseorang yang ingin mendidik orang lain harus mempertimbangkan tiga faktor dasar, (1) mengetahui sifat dasar materi yang akan disampaikan, (2) setiap pendidik harus menguasai materi yang akan diajarkan, (3) pendidik tidak berhak menolak mengenai situasi dan kondisi dimana tempat dirinya mengajar. 8 Pembahasan pertama mengenai sifat dasar seni, dimana untuk memahaminya seorang pendidik seni harus memahami seni sesuai dengan kebutuhannya. Seni pada sebagian kalangan merupakan bumbu pelengkap yang sering tidak diketahui keberadaannya. Seni lagilagi bagi sebagian orang merupakan kebutuhan nomor sekian dalam hakekat hidup seseorang, maka dari itu pendidik sebagai tokoh utama dalam kampanye mengenai seni harus paham apa itu seni. Seni dalam sebuah kerajaan yang dinamai pendidikan, sebenarnya terletak pada bagian paling tinggi. Telah diketahui bersama pendidikan dibagi menjadi tiga, pendidikan alam (eksak), sosial, dan estetika. Bagi beberapa kalangan pendidikan estetika belum banyak diketahui dan bagi beberapa kalangan yang tahu mengenai pendidikan estetika, mereka hanya memasukkan seni dalam pendidikan estetika. Memang, estetika adalah rumah bagi seni, namun hal tersebut bukan berarti seni tidak mampu tinggal dalam bidang eksak maupun sosial. Sepertihalnya pendidikan sosial yang meminjam matematika dari pendidikan eksak untuk mengukur sebuah fenomena sosial yang disebut sebagai statistik, sebenarnya bidang eksak dan sosial-pun meminjam seni baik sebagai media penyampaian, metode, dan pemahaman sebuah materi. Kegiatan berkesenian dalam hal ini melukis, memiliki peran penting dalam 8 Ralph Tyler, Basic Principles of Curriculum and Indstruction, dalam Al Hurwitz, dkk., Children and Their Art: Methods for the Elementary School, United States: Thomson Wadsworth, 2007, 1. kehidupan anak, yaitu (1) sebagai media mencurahkan perasaan yang menjadikan warna dan bentuk sebagai ungkapan perasaan, (2) sebagai media berkomunikasi yang komprehensif, pengolahan pikiran sedemikian rupa menjadi sebuah bentuk gagasan yang diekspresikan pada proses melukis, (3) sebagai media untuk melatih ingatan anak, (4) sebagai pengenalan anak pada kreatif dan mengekspresikan emosional diri yang lebih baik, dimana terjadi perpaduan antara emosional dan ide kreatif yang dapat diperoleh pada proses berkarya. Berkaitan dengan fungsi melukis sebagai media untuk melatih ingatan anak, hal tersebut mengingatkan kepada istilah reprsentasi. Melukis adalah menggambar bayangan yang ada di benak, 9 bayangan di benak seniman datang dari suatu peristiwa yang dikenang, baik kenangan indah maupun kenangan yang kurang menyenangkan. Semua ingatan akan muncul ketika anak sedang melukis. Melukis dapat melatih proses berfikir secara menyeluruh yang melatih anak untuk mengemas berbagai peristiwa menjadi suatu catatan visual. Melukis juga berpotensi menawarkan pada semua anak-anak kesempatan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman ke dalam media lukis. Di dalam lukisan anak, terdapat salah satu aspek penting yaitu kreativitas. Kreativitas berkaitan erat dengan karakteristik, ekspresi, dan imajinasi yang dimiliki seorang individu dalam sebuah cara atau metode pemecahan masalah. Kreativitas berasal dari kemampuan merangkai bagian-bagian kecil dalam pikiran menjadi sebuah kesatuan yang merekonstruksi interpretasi mengenai pemecahan masalah tersebut. 10 Anak dibiarkan berpikir kreatif yaitu dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya. Karya seni lahir karena adanya imajinasi seniman yang menghadirkan karya tersebut. Penghadiran karya seni dapat disebut sebagai representasi, karena dalam prosesnya seniman bersinggungan dengan kenyataan objektif di luar dirinya atau kenyataan dalam dirinya sendiri. 11 Persinggungan ini menimbulkan respons atau tanggapan meskipun tidak semua kenyataan menimbulkan respons pada seniman. Mengenai lahirnya karya seni dimana tanggapan tersebut dimiliki oleh seniman dan diungkapkan, direpresentasikan ke luar dirinya. Istilah representasi seni dapat mengandung arti 9 Hajar Pamadhi, dkk., Seni Keterampilan Anak, Yogyakarta: Universitas Terbuka, 2008, Susan Wright, Understanding Creativity in Early Childhood: Meaning-Making and Children s Drawing, London: SAGE, 2010, Jakob Sumardjo, 2000, 76. 4

5 sebuah gambaran yang melambangkan atau mengacu pada kenyataan eksternal, atau dapat berarti pula mengungkapkan ciri-ciri umum yang universal dari alam manusia. 12 Representasionalisme adalah pandangan bahwa seni merupakan suatu cara merepresentasikan sesuatu. Representasionalisme juga merupakan pandangan normatif yang membawa seseorang untuk menempatkan nilai tinggi pada karya sama seperti potret lifelike atau sama seperti aslinya. Sebagian orang menyukai dan memuji potret kehidupan manusia dan lukisan pemandangan sebagai representasi kenyataan. Namun mereka juga beranggapan, seniman bergaya realis tidak hanya sekedar menyalin apa yang mereka lihat, tapi lebuh dari itu dimana mereka mengharapkan untuk menawarkan interpretasi pribadi. Tugas seniman adalah menciptakan kesadaran sosial atas realitas itu sndiri; seniman dituntut menciptakan dunia khayal atau fiksi tertinggi. 13 Gambar 3. Lukisan anak: spontan dan ekspresif 14 Dunia yang direpresentasikan dalam karya seni idealis atau imajinatif adalah dunia yang segar, sebuah rekonstruksi dari kesadaran manusia bahwa dunia memang seperti itu adanya. Kebanyakan orang cenderung untuk berpikir bahwa representasi sebagai penjiplakan karena ketentuan pada umumnya dalam lukisan menginginkan untuk mereprentasi melalui tingkat kemiripan yang tinggi, namun hal tersebut juga tidak melulu diperlukan juga. Gambargambar seni di zaman Mesir kuno seringkali terlihat aneh bagi kita, seolah-olah sang seniman tidak mampu untuk melakukan yang lebih baik. Perbedaan antara 12 Jakob Sumardjo, 2000, Jakob Sumardjo, 2000, Karya Rasya Rizqi Ananda, 8 tahun, dokumentasi penulis. representasi yang kuno (Mesir) dan modern atas manusia bagaimanapun merupakan hasil dari perbedaan ketentuan mengenai representasi. 15 Seni bukan sekadar representasi dunia eksternal, atau sebagai representasi karakteristik umum yang universal dari suatu kenyataan, atau suatu pelarian dari dunia nyata untuk sekadar memasuki dunia transedental. 16 Adalah sebuah kesalahan untuk memikirkan representasi dalam seni visual sebagai upaya sederhana untuk menyalin apa yang dilihat. Gambar 4. Representasi lukisan anak sesuai dengan keinginannya 17 Ernst Gombrich dalam Art and Illusion menyatakan bahwa kekuatan pelukis bukanlah untuk menghasilkan kembali apa yang ada di sana, namun untuk menciptakan sebuah kesan meyakinkan bahwa kita sedang melihat sesuatu yng direpresentasikan. 18 Bahkan kebanyakan representasi yang mirip dengan kehidupan tidak dapat dipikirkan hanya sebagai jiplakan. Pembuatnya mengikuti ketentuan yang mana menentukan bagaimana sesuatu direpresentasikan dan memakai teknik yang mewajibkan kita untuk melihatnya dengan cara tertentu. Anak-anak memiliki visinya sendiri untuk merepresentasikan apa yang dilihat maupun apa yang dipikirkannya ke dalam lukisan. Dengan demikian, setelah menelusuri perkembangan pemikiran karya seni sebagai representasi tiruan kenyataan atau ekspresi subjek atas kenyataan, dapatlah disimpulkan adanya enam pandangan tentang apa yang seharusnya diwujudkan dalam karya seni yaitu, (1) seni merupakan representasi sikap ilmiah atas kenyataan alam dan kenyataan sosial; (2) seni adalah representasi karakteristik general dari alam dan emosi manusia; (3) seni adalah representasi karakteristik general dalam alam dan manusia yang 15 Gordon Graham, Philosophy of The Arts: An Introduction to Aesthetics, London: Routledge, 1997, Jakob Sumardjo, 2000, Karya Rasya Rizqi Ananda, 8 tahun, dokumentasi penulis. 18 Gordon Graham, 1997, 89. Muchammad Bayu Tejo Sampurno (Universitas Gadjah Mada) 5

6 dilihat secara subjektif oleh senimannya; (4) seni adalah representasi bentuk ideal yang melekat pada alam kenyataan dan alam pikiran seniman; (5) seni adalah representasi bentuk ideal yang transedental; (6) seni adalah representasi dunia seni itu sendiri. 19 Pandangan di atas seluruhnya ada di dalam karya seni yang dihasilkan oleh anak. Orang dewasa terlalu terpaku dengan aturan-aturan yang diketahuinya, bukan dipahaminya. Sebagian besar dari mereka masih sering mengalami kebingungan saat ingin merepresentasikan sesuatu. Kebingungan yang dialami tersebut diakibatkan oleh keinginan untuk dianggap atau eksistensi. Hasil dari representasi dari orang dewasa yang dituangkan, selalu sesuai dengan apa yang kita ketahui sebelumnya. Misalnya, representasi mengenai perang, maka yang dilukiskan adalah simbol tentang perang secara nyata, atau dalam keadaan yang mendekatinya, baik dari simbolisasi bentuk maupun warna. Berbeda dengan anak-anak yang merepresentasikan dengan hal yang berbeda sesuai dengan pemahamannya mengenai suatu kejadian. Anak-anak berkarya tidak melihat batasan-batasan tersebut. Mereka berkarya spontan, ekspresif, dan tentu orisinil, yang memang benar-benar hasil olahan ide dan gagasan yang dimilikinya. Hal lain yang didapatkan dari lukisan anak adalah mengenai bagaimana anak mengolah pengalaman seni yang dimilikinya. Pengalaman dalam seni dikategorikan menjadi dua jenis yaitu pengalaman artistik (act of production) dan pengalaman estetik (perception and enjoyment). Pengalaman artistik adalah pengalaman seni yang terjadi dalam proses penciptaan karya seni. 20 Pengalaman ini dirasakan oleh seniman pada saat melakukan aktivitas artistik yang dinamakan proses kreatif. Pengalaman estetik adalah pengalaman yang dirasakan oleh penikmat terhadap karya estetik dalam arti keindahan. 21 Kenikmatan yang dihasilkan oleh keindahan dari sebuah karya seni memiliki tingkat subjektivitas yang tinggi. Seseorang tidak dapat menikmati dan tidak 19 Jakob Sumardjo, 2000, John Dewey, Art as Experience, New York: Perigee Books, 1980, John Dewey, 1980, 46. dapat menerima efek dari karya seni apabila tidak memiliki ketertarikan terhadap seni tersebut. 22 Kenikmatan dalam mengapresiasi karya seni menimbulkan kesenangan pada akal yang nantinya dapat memberikan pengalaman seni. Hakekat seni diletakkan pada intuisi serta perasaan seseorang. 23 Seseorang senantiasa mengacu pada pengalaman sebagai unsur hakiki dalam penilaian estetis. Keindahan dapat dikenal melalui pengalaman, dan terbentuk oleh pengalaman dengan membayangkan sesuatu. 24 Beberapa istilah di atas yang menjadi masalah bagi orang dewasa. Lagi-lagi, sebagian besar dari mereka menganggap seluruh manusia memiliki interpretasi yang benar dan sesuai mengenai istilah-istilah di atas. Namun secara tidak disadari, hal tersebut justru membuat orang menjadi tidak dapat berkembang dan seakan lebih memikirkan bagaimana tanggapan orang lain mengenai dirinya, daripada memperhatikan esensi seni sebagai media pencurahan perasaan. Berbicara mengenai representasi, pengalaman seni, terdapat satu istilah yang erat hubungannya dengan kesenian, yaitu persepsi. Manusia memiliki dua macam persepsi yaitu kesan atau ide; kesan merupakan pengalaman inderawi (realitas lahiriah atau pengamatan), baik dari luar maupun perasaan batin sedangkan ide atau gagasan adalah hasil renungan atau ingatan dari kesan tersebut. Kesan merupakan jenis yang lebih memiliki kekuatan dan kekerasan, sedangkan gagasan adalah citra yang remang-remang tentang keduanya dalam pemikiran dan penalaran. 25 Seniman berupaya mengkomunikasikan idenya lewat benda-benda seni kepada publik. Publik yang menikmati dan menilai karya seni tersebut memberikan nilai-nilai yang merupakan respon estetik publik terhadap benda seni yang mungkin bisa muncul berbeda. Hal ini tergantung pada subjek publik sebagai pemberi nilai. Betapapun seorang seniman banyak menghasilkan karya, namun jika publik seni tidak pernah menganggap bahwa karya itu bernilai, maka karya semacam itu akan lenyap dan tak pernah memiliki arti apapun. 26 Sama halnya dengan representasi, persepsi yang dimiliki oleh anak sesuai dengan masa perkembangannya, namun yang membuatnya istimewa adalah 22 Edmund Burke Feldman, Art as Image and Idea, New Jersey: Prentice Hall, 1967, Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004, Louis O. Kattsoff, 2004, Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat: Kaitnnya dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, Sony Kartika Dharsono, dkk., Pengantar Estetika, Bandung: Penerbit Rekayasa Sains,2004, 55. 6

7 bagaimana cara anak memvisualisasikan, mensimbolisasi bentuk dan warna dalam lukisannya. Hasil karya memiliki nilai-nilai, dan salah satu nilai penting dari karya seni adalah nilai estetis. Seni memiliki nilai estetis atau keindahan yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang. Seni dapat menyebabkan seseorang memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi perasaan terhadap stimulus yang diterima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan banitiah yang muncul ketika menangkap dan merasakan simbolsimbol estetika dari sebuah karya seni. Penikmatan merupakan proses dimensi psikologis, proses interaksi antara aspek intrinsik seseorang terhadap sebuah karya estetik. 27 Hasil dari proses tersebut merupakan penilaian mengenai senang atau tidaknya terhadap keberlangsungan terhadap karya seni. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat relatifitas seseorang dalam menghadapi sebuah sajian karya seni, selain itu juga dipengaruhi dari tingkat intelektual seseorang dan latar belakang budayanya. Standar rasa muncul dari sifat manusia, sejak mereka berbagi sifat yang sama maka secara umum mereka menyukai hal yang sama. Ketika rasa itu datang ke seni, beberapa bentuk tertentu atau kualitas dari struktur asli pikiran manusia sudah memperhitungkan rasa senang atau sebaliknya. 28 Jadi keindahan atau keburukan bukan terdapat dalam sebuah objek, melainkan dari perasaan. Orang tua sebagai pusat kontrol anak, menilai karya seni anak sesuai dengan visi yang dimilikinya, visi orang dewasa. Kebanyakan orang tua menganggap lukisan yang dihasilkan sendiri oleh anak tidak memiliki arti, maka sering muncullah kata-kata seperti menggambar apa kamu itu, nak?, lukisanmu seperti benang ruwet, kuda kok seperti itu, pohon kok daunnya warna merah, salah!, dan kata-kata yang secara tidak langsung memojokkan anak, mengucilkan sisi kreatif dan visi anak terhadap berbagai objek dan fenomena. Jika orang tua memperhatikan 27 Sony Kartika Dharsono, dkk., 2004, Gordon Graham, 1997, 4. secara kritis, pada dasarnya saat anak melakukan proses pemindahan ide dan gagasannya ke dalam bentuk lukisan, pikiran anak dikuasai alam bawah sadar dan dituangkan dalam bentuk simbolis, yang sebagian anak telah mampu mengamati objek di depannya untuk dilukis, akan tetapi dengan goresan yang belum berujud, misalnya lukisan tersebut hanya berupa garis atau goresan cat. Hal tersebut membuat lukisan anak seakan-akan nirmakna, dan meimbulkan sebuah pertanyaan klasik seni macam apa ini?. Berdasarkan teori seni konseptual dari akhir 1960-an dan mengatakan bahwa sesuatu adalah sebuah karya seni jika, dan hanya jika benda yang ditujukan sebagai karya seni memenuhi tiga kriteria : pertama, benda atau karya tersebut harus membuat penonton bertanya apakah ini seni?, yang kedua seniman harus menyatakannya sebagai sebuah karya seni, dan ketiga benda atau karya tersebut harus ditampilkan dalam ruang seni dalam hal ini pameran. Kita bisa merujuk pada Marcel Duchamp dengan karya agungnya yang berjudul Fountain. Karya itu adalah kloset sebagaimana mestinya dan disimpan begitu saja di galeri. Meski awalnya ditolak sebagai karya seni, namun hal tersebut justru menantang setiap orang untuk bertanya apakah ini seni?. Jelas pertanyaan tersebut telah mencakup salah satu syarat disebutnya sebagai karya seni. Selanjutnya, seniman tentu menyebutnya sebagai karya seni, dan seniman meletakkannya dalam ruang publik atau dipamerkan. Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa Fountain karya Duchamp merupakan sebuah karya seni. Gambar 5. Fountain Marcel Duchamp %27_by_Marcel_Duchamp_%28replica%29.JPG diunduh pada 20 September 2014 pukul Muchammad Bayu Tejo Sampurno (Universitas Gadjah Mada) 7

8 Pendekatan Jung yang merepresentasikan ilmu psikologis yang dipelajarinya ke dalam ranah estetika, dimana dirinya menilai sebuah karya seni melalui pendekatan psikologis. Pendekatan yang biasa dilakukan Jung memiliki beberapa masalah atau kekurangan. Untuk individu masalahnya adalah mencegah setiap diskusi substansif pada ada atau tidaknya seni ditinjau dari kualitasnya. Mereka dengan cara pandang Jung lebih ke sisi psikologis atau sisi emosional dalam menilai baik tidaknya sebuah karya seni. Kembali pada kaitannya dengan karya anak, pada saat itu sebenarnya anak telah menciptakan karya seni dengan tingkat orisinalitas yang maksimal. Sesuai dengan teori konspetual yang telah dijabarkan di atas, bagaimana sesuatu dikatakan karya sseni jika benda atau karya tersebut harus membuat penonton bertanya apakah ini seni?, yang kedua seniman harus menyatakannya sebagai sebuah karya seni, dan ketiga benda atau karya tersebut harus ditampilkan dalam ruang seni dalam hal ini pameran. Di dalam syarat tersebut, pertama, membuat penonton bertanya apa ini seni?, sekiranya lukisan yang dihasilkan orisiniloleh anak telah memenuhi syarat tersebut. Diluar kemampuan motorik anak dalam memvisualisasikan ide dan gagasannya, sering kita jumpai lukisan anak yang membuat kita justru bertanya gambar apa ini, seperti yang telah dicontohkan dalam pembahasan sebelumnya. Syarat yang kedua yaitu seniman menyatakan bahwa ini adalah karya seni. Dalam kaitannya dengan anak-anak, sebenarnya mereka menciptakan seni sesuai dengan hakekatnya. Syarat ketiga, karya tersebut harus ditampilkan dalam ruang seni. Anak-anak memiliki dunianya sendiri, pun dengan ruang seni yang diciptakannya sendiri. Anak-anak menganggap dunia ini adalah ruang seni, hal tersebut dapat kita cermati dan pahami apabila melihat dunia anak yang merupakan dunia bermain memiliki kaitan erat dengan dunia seni. Maka dapat dikatakan setelah tiga syarat dapat terpenuhi, karya anak tentu merupakan seni, seni yang terkadang melebihi pikiran orang dewasa. 3. Kesimpulan Ilmu pengetahuan adalah suatu produk pemikiran manusia yang sekaligus menysuaikan antara hukum-hukum pemikiran dengan dunia luar. Ilmu pengetahuan memiliki sebuah kontruksi yang memiliki peran sentral yang disebut konsep. Setiap pembentukan konsep selalu terkait dengan kenyataan (reality), teori (theory), kata-kata (words), dan pemikiran (thought). 30 Kenyataan membutuhkan imajinasi baik dari pengalaman maupun imajinasi spontan untuk jadi kenyataan. Salah satu yang tidak dimiliki oleh orang dewasa, namun dimiliki oleh setiap anak-anak adalah spontanitas dan keberanian. Teori merupakan tingkat pengertian tentang sesuatu yang sudah teruji, sehingga dapat dipakai sebagai titik tolak bagi pemahaman hal lain. 31 Lukisan anak sebagai teori bagi orang dewasa untuk paham mengenai esensi seni, bagaimana berkarya seni, yang pada akhirnya mampu diaplikasikan ke dalam bidangbidang lain yang membantu dalam kehidupan. 30 Periksa Frederick Sontag, Elements of Philosophy, New York: Charles Schribner s Son, 1984, Rizal Muntasyir, dkk., Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013,

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 50 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Perwujudan Karya Seni Kemajuan yang tengah dialami oleh kaum feminis (perempuan) merupakan suatu titik puncak kejenuhan atas ideologi patriarki, penulis sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni merupakan salah satu konsep yang sulit untuk didefinisikan. Karena sulitnya, maka pengertian seni sering merujuk ke arah konsep metafisik, padahal pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seni 1. Pengertian Seni Menurut Soedarso (1988: 16-17) bahwa kata seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, palayanan, donasi, permintaan atau mata pencaharian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di bidang ini fotografer dapat bereksperimen dengan leluasa, menciptakan fotografi seni yang

Lebih terperinci

V. PENUTUP. A. Kesimpulan

V. PENUTUP. A. Kesimpulan V. PENUTUP A. Kesimpulan Menciptakan karya seni memerlukan banyaknya pertimbangan dari berbagai aspek, termasuk keseimbangan antara visualisasi karya yang didukung oleh pemahaman dari aneka referensi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan. Peran dan kesadaran yang dimiliki orang tua untuk menempatkan anak-anak mereka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan 33 BAB III METODE PENCIPTAAN Setiap orang pasti mempunyai kegelisahan terhadap suatu persoalan yang ada didalam dirinya ataupun dilingkungan sekitar, sehingga menumbuhkan gagasan untuk keluar dari kegelisahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: KOMSEP KARYA SENI Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: 19750525 200112 1002 JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA 2013 0 A. Pendahuluan Saat ini kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

Estetika. Gestwicki (2007: 2), estetika (aesthetics) kemampuan untuk merasa melalui perasaan.

Estetika. Gestwicki (2007: 2), estetika (aesthetics) kemampuan untuk merasa melalui perasaan. Estetika Seni Arti kata estetis mengenai keindahan; menyangkut apresiasi keindahan (alam, seni, dan sastra) http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.ph p concerned with beauty or the appreciation of beauty

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Serangga bersayap sisik ini biasanya memiliki sayap yang sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang bersayap indah, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun. Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Dalam masa tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilatari oleh perasaan terhina, keinginan tidak tercapai, persaingan hidup yang kian ketat membuat kita semakin tertekan dan akhirnya berujung munculnya tindakan

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP ASPEK EVALUASI PENDIDIKAN SENI RUPA

RUANG LINGKUP ASPEK EVALUASI PENDIDIKAN SENI RUPA 9.13 Kegiatan Belajar 2 RUANG LINGKUP ASPEK EVALUASI PENDIDIKAN SENI RUPA Kegiatan evaluasi dalam pendidikan dan pembelajaran seni berbeda dengan penilaian mata pelajaran eksakta. Terhadap seni khususnya

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

ESTETIKA KOREOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG KREATIVITAS SENI ANAK USIA DINI

ESTETIKA KOREOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG KREATIVITAS SENI ANAK USIA DINI ESTETIKA KOREOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG KREATIVITAS SENI ANAK USIA DINI Oleh: Joko pamungkas Joko_anoman@yahoo.com PAUD FIP Universitas Negeri Yogykarta Abstrak Estetika koreografi merupakan sarana untuk

Lebih terperinci

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1 C. Hakikat Seni Anak Usia Dini Seni mewakili perasaan dan persepsi tentang dunia anak. Seorang anak menggambar dan menulis untuk mengatur gagasan dan membangun makna dari pengalamannya (Baghban, 2007).

Lebih terperinci

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI Rifka Gayatri 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penulisan ini adalah adakah peranan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bourdieu, P., 2015, Arena Produksi Kultural, Yogyakarta: Kreasi Wacana.

DAFTAR PUSTAKA. Bourdieu, P., 2015, Arena Produksi Kultural, Yogyakarta: Kreasi Wacana. DAFTAR PUSTAKA Buku Bourdieu, P., 2015, Arena Produksi Kultural, Yogyakarta: Kreasi Wacana. Bourdieu, P., 2002, Pascalian Mediations, Cambridge: Polity Press. Bourdieu, P., 1995, Outline of A Theory of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dari hari ke hari semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan tersebut meliputi

Lebih terperinci

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Isi Modul 8. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Isi Modul 8. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk SEJARAH DESAIN Modul ke: Bentuk Dan Isi Modul 8 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Bentuk Dan Isi Abstract Bentuk dan isi merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan hal yang baru. Hal ini senada dengan James J. Gallagher dalam Rachmawati

Lebih terperinci

14. Baum Garten mengungkapkan estetika sebagai suatu ilmu, bahwa estetika adalah ilmu tentang pengetahuan indriawi yang tujuannya adalah keindahan.

14. Baum Garten mengungkapkan estetika sebagai suatu ilmu, bahwa estetika adalah ilmu tentang pengetahuan indriawi yang tujuannya adalah keindahan. Teori Seni 3 Part 5 1. Bagian utama dari ilmu-ilmu seni adalah filsafat seni. Pada mulanya, ilmu ini memang merupakan bagian dari kajian filsafat yang spekulatif. Tetapi dalam perkembangannya, kedudukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK adalah anak yang berusia 4-6 tahun dan musik memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan pribadi anak yang harmonis dalam logika, rasa

Lebih terperinci

KONSEP KARYA. Penari: Oil on Canvas, 90 x 60 cm. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

KONSEP KARYA. Penari: Oil on Canvas, 90 x 60 cm. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: KONSEP KARYA Penari: Oil on Canvas, 90 x 60 cm Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: 19750525 200112 1002 JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA 2013 0 A. Kajian Sumber

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Nina Sundari 1 ABSTRAK Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan 1. Penjelasan Judul Perancangan Pendidikan PAUD saat ini sangatlah penting, sebab merupakan pendidikan dasar yang harus diterima anak-anak. Selain itu untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

11FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah

11FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah Modul ke: Studio Desain 1 Fakultas 11FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi dan kemampuan manusia untuk mengembangkan sangat beragam. Keragaman tersebut antara lain dalam pengembangan kreatifitasnya. Seperti halnya dalam manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Perkembangan dunia kesenirupaan saat ini sudah sangat pesat sekali dengan inovasi bahan dan media dari karya seni rupa yang sudah beragam dan kadang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang dialami setiap manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Keberadaan fitur kamera dan kualitas kamera yang semakin baik pada ponsel memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk mengabadikan setiap momen atau kejadian

Lebih terperinci

ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita

ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER Oleh : Ritter Willy Putra 12120210157 Christina Abigail 12120210195 Daniz Puspita 12120210208 Fifiani Lugito 12120210231 Harryanto 12120210370 Fakultas Seni dan Desain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwih,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwih,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis, karena pada masa usia dini adalah masa keemasan dan fondasi awal bagi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen Estetika Desain Oleh: Wisnu Adisukma Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen inilah yang seringkali muncul ketika seseorang melihat sebuah karya seni. Mungkin karena tidak memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat 226 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan atas hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti, sampailah pada akhir penelitian ini dengan menarik beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Yogyakarta telah lama dikenal sebagai kota pelajar. Hal ini didasarkan dari beberapa faktor, salah satunya adalah dalam segi tingginya kuantitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama yang disebut The Golden Years. Masa keemasan ini dijadikan. ruang dan kesempatan agar mereka memahami mengenai:

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama yang disebut The Golden Years. Masa keemasan ini dijadikan. ruang dan kesempatan agar mereka memahami mengenai: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya anak usia Taman Kanak-kanak (TK) adalah individu yang memiliki potensi dengan pertumbuhan pesat, sehingga pembinaan dan pendidikan dini sangatlah

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pada dasarnya digunakan untuk mewakili perasaan manusia. Melalui seni lukis seseorang dapat menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bentuk visual yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungannya antar sel syarat otak (sinap) terus berkembang. Begitu. melalui pendidikan anak usia dini (Suyanto, 2005:7).

BAB I PENDAHULUAN. hubungannya antar sel syarat otak (sinap) terus berkembang. Begitu. melalui pendidikan anak usia dini (Suyanto, 2005:7). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudjana ( 1989 : 28 ) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tato merupakan salah satu karya seni rupa dua dimensi yang layak untuk dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wahyu Handining Tyas, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wahyu Handining Tyas, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kemajuan suatu Negara, seperti halnya di Indonesia kualitas pendidikan juga harus ditingkatkan supaya tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin modern membuat arus globalisasi menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga mengikuti arus globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan Perancangan desain produk furnitur rak buku dengan gaya pop art, furnitur yang dibuat ialah furnitur rak buku dengan menampilkan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu aspek yang dapat memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan manusia yang berkualitas. Pendidikan memiliki

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan disajikan pembahasan pada produk final hasil

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan disajikan pembahasan pada produk final hasil BAB V PEMBAHASAN Pada bab V ini akan disajikan pembahasan pada produk final hasil pengembangan, di mana wujud akhir dari produk yang dikembangkan setelah direvisi perlu dikaji secara objektif dan tuntas.

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR

PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR Isnanizar Tanjung Guru TK Al-Kausar Surel : tanjung.isnanizar@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa Kegiatan Pembelajaran 3 Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa A. Apresiasi dalam Pendidikan Seni Rupa Salah satu aspek pembelajaran yang cukup penting dalam pendidikan seni rupa adalah

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian BAB I A. Latar Belakang Penelitian Tingkat apresiasi masyarakat tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti rutinitas dari kegiatan Seni Rupa ditengah masyarakat dan pendidikan Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa Kanak-kanak merupakan suatu periode pada saat individu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak ahli menyebut periode ini sebagai golden age

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini merupakan usia perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah tindakan-tindakan yang membawa anak didik kita mengalami dan menghayati nilai-nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI 1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Kenyataan seni selalu menyertai manusia sejak dari permulaan, tidak sedikit membangkitkan kesadaran untuk membawa seni ke dalam proporsi sewajarnya, di

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2017 DESKRIPSI KARYA

Lebih terperinci

EKSPLORASI KEHIDUPAN DALAM SENI LUKIS A.A. NGURAH PARAMARTHA

EKSPLORASI KEHIDUPAN DALAM SENI LUKIS A.A. NGURAH PARAMARTHA EKSPLORASI KEHIDUPAN DALAM SENI LUKIS A.A. NGURAH PARAMARTHA Oleh: I Wayan Setem Staf Pengajar Program Studi Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar Eksplorasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampil berkarya serta mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. tampil berkarya serta mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK adalah anak yang berusia 4-6 tahun yang memiliki kesenangan untuk senantiasa bermain, dengan bebagai macam alat permainan. Musik salah sarana bermain

Lebih terperinci

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK 1 PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK *) Oleh Edi Purwanta **) Pengantar Berbagai pandangan muncul tentang pendidikan, utamanya pendidikan bagi anak.. Masing-masing sangat bergantung pada sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat. 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiiki sifat-sifat yang abadi dengan memuat kebenarankebenaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tema mengenai parodi sebagai bentuk sindiran terhadap situasi zaman, banyak ditemukan sepanjang sejarah dunia seni, dalam hal ini khususnya seni lukis, contohnya Richard

Lebih terperinci

Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam

Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Belajar Matematika Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku yang baru berkat

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan mengolah benda-benda dan kekayaan alam lingkungan sekitar kita menjadi suatu benda yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengemban tugas untuk dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki setiap anak. Anak perlu mendapat bimbingan yang tepat, sehingga memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

Lebih terperinci

PENERAPAN PERMAINAN KONSTRUKTIF DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL SAMBIROTO

PENERAPAN PERMAINAN KONSTRUKTIF DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL SAMBIROTO PENERAPAN PERMAINAN KONSTRUKTIF DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL SAMBIROTO Luluk Iffatur Rocmah Dosen PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Surel: luluk.iffatur@umsida.ac.id

Lebih terperinci