BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pengembangan industri kecil dan menengah tertuang dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pengembangan industri kecil dan menengah tertuang dalam"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan industri kecil dan menengah tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Pengembangan industri kecil dan menengah diwujudkan melalui pengembangan sentra industri dan kompetensi inti daerah. Pengembangan sentra industri merupakan bentuk dari penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia yang diatur secara khusus dalam Undang-undang No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Sentra industri didefinisikan oleh Richardson (1971) sebagai pengelompokan industri sejenis dalam satu kawasan. Pengelompokan industri sejenis berarti menggunakan bahan baku sejenis, mengerjakan proses produksi yang sama hingga menghasilkan produk yang sejenis. Argumentasi ini diperkuat oleh Becattini (1990) yang menyebutkan bahwa sentra industri merupakan wilayah sosial yang ditandai dengan adanya komunitas masyarakat dan perusahaan yang bersatu secara alami dan karena adanya faktor sejarah dalam suatu wilayah. Sentra industri bukan hanya melibatkan perusahaan sebagai pelaku akan tetapi juga melibatkan masyarakat dalam prosesnya. Strategi pengembangan industri kecil dan menengah dengan menggunakan konsep sentra industri mampu meningkatkan kemampuan inovasi dan daya saing global dari para pelaku usaha (Tambunan, 2009). Inovasi terus berkembang karena faktor lingkungan yang bergerak pada bidang yang sama. Inovasi dijelaskan oleh 1

2 Higgins (1995) sebagai cara bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saing hingga menghasilkan uang dari kreativitas. Peningkatan kemampuan inovasi oleh perusahaan dalam sentra industri secara tidak langsung berdampak pada perekonomian industri tersebut. Hal ini dijelaskan pula oleh Marshall (1919, dalam Hartanto, 2004) bahwa di dalam sebuah ruang geografis tertentu, industri akan mendapatkan keuntungan yang lebih bila dibandingkan dengan industri yang berada di luar dan berdiri sendiri. Pembentukan sentra industri akan membatasi eksternalitas ekonomi yang dihasilkan dan akan mengurangi/menurunkan biaya produksi perusahaan yang tergabung dalam sentra. Keuntungan yang didapatkan antara lain penghematan internal dan eksternal. Penghematan internal berkaitan dengan penghematan biaya oleh setiap unit perusahaan dan penghematan eksternal ketika para pelaku usaha mampu melahirkan efisiensi secara kolektif (Marijan, 2005). Keuntungan dari sentra industri membuat pengembangannya dilakukan di setiap wilayah Kabupaten/Kota salah satunya Kota Palembang. Pengembangan sentra industri di Kota Palembang sesuai dengan Keputusan Walikota Palembang Nomor 144/KPTS/DISPERINDANGKOP/2016 yang menetapkan lima sentra industri kecil dan menengah. Penetapan ini disesuaikan dengan potensi dan kegiatan yang sudah berjalan di wilayah tersebut. Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Palembang tercatat setidaknya lebih dari 300 unit usaha yang tersebar di kelima sentra tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: 2

3 Tabel 1.1 Data Jumlah Unit Usaha Sentra IKM Kota Palembang Tahun 2015 No Sentra IKM Jumlah Unit Usaha 1 Sentra IKM Songket 21 2 Sentra IKM Tenun Sentra IKM Ukiran Kayu Khas Palembang 15 4 Sentra IKM Barang Jadi dari Rotan 15 5 Sentra IKM Makanan Khas Palembang 150 Sumber: Disperindangkop Kota Palembang, 2015 Jumlah IKM pada beberapa sentra tidak mengalami peningkatan akan tetapi mengalami pengurangan seperti yang terjadi pada sentra ukiran kayu. Berdasarkan data Disperindagkop tahun 2015, penurunan unit usaha sebesar 50 persen dan penurunan penjualan hingga 40 persen terjadi di sentra ukiran kayu. Dari kelima sentra industri, Sentra IKM Songket merupakan sentra yang memiliki jumlah unit usaha yang stabil dan cenderung meningkat. Sentra IKM Songket juga menjadi salah satu landmark dari Kota Palembang. Berdasarkan hasil penelitian Oksadham (2011), perkembangan sentra IKM Songket telah berdiri lama sejak awal abad 19, sehingga telah dikenal oleh masyarakat. Motif, nilai budaya dan sejarah menjadi daya tarik tersendiri dari kain songket. Secara geografis Sentra IKM Songket terletak di Kelurahan 30 Ilir dan Kelurahan 32 Ilir. Sentra ini berada di kawasan tepian Sungai Musi yang diatur dalam RTRW Kota Palembang sebagai kawasan strategis sosial budaya. Kawasan ini juga menjadi aset potensial untuk pemasaran aset wisata Palembang dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata. Kedua fungsi kawasan ini semakin memperkuat daya tarik Sentra IKM Songket, yang secara tidak langsung berdampak pada penjualan. 3

4 Pengembangan Sentra IKM Songket menjadi bagian penting dalam pembangunan Kota Palembang. Pentingnya pengembangan sentra berkaitan dengan tenaga kerja yang berperan di dalamnya. Sehingga, sebelum melakukan pengembangan diperlukan kajian terlebih dahulu mengenai sentra itu sendiri salah satunya adalah karakteristik sentra industri. Berdasarkan hal ini, maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik sentra industri, pengembangan inovasi dan kondisi ekonomi rumah tangga pengrajin. Sehingga berdasarkan latar belakang di atas maka penulisan skripsi yang dilakukan mengangkat judul Karakteristik, Inovasi dan Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Pengrajin Sentra IKM Songket Kota Palembang Rumusan Masalah Sentra IKM Songket merupakan sentra berbasis budaya yang dapat menjadi kekuatan baru perekonomian. IKM berbasis budaya memiliki potensi untuk berkembang yang besar. Ditambahkan pula IKM berbasis budaya memiliki daya saing yang lebih tinggi. Meningkatkan daya saing industri memerlukan proses inovasi. Inovasi akan memancing kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru dan menciptakan nilai tambah. Keberadaan Sentra IKM Songket akan menimbulkan perubahan dalam berbagai bidang salah satuya adalah bidang ekonomi. Perubahan dari sisi ekonomi ini terutama dirasakan oleh tenaga kerja yaitu pengrajin. Kondisi ekonomi berhubungan dengan pendapatan yang didapatkan setelah menjadi pengrajin. 4

5 Adanya pendapatan ini dapat mempengaruhi kondisi ekonomi rumah tangga dari tiap pengrajin. Melalui latar belakang persoalan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. seperti apa karakteristik sentra industri pada Sentra IKM Songket? 2. bagaimana pengembangan inovasi pada Sentra IKM Songket sebagai wujud dari kreativitas? 3. Bagaimana kondisi ekonomi rumah tangga pengrajin songket Sentra IKM Songket? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis karakteristrik Sentra IKM Songket. 2. Menganalisis pengembangan inovasi pada Sentra IKM Songket sebagai bentuk dari kreativitas. 3. Menganalisis kondisi ekonomi rumah tangga pengrajin songket di Sentra IKM Songket Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan memberi manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Memberikan pengetahuan mengenai potensi yang ada di Sentra IKM Songket. 5

6 2. Memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai perkembangan Sentra IKM Songket. 3. Sebagai masukan arahan untuk membuat kebijakan bagi pemerintah atau pembuat kebijakan untuk menentukan strategi yang dapat mendorong perkembangan Sentra IKM Songket di Kota Palembang Keaslian Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan dari tema yang diangkat. Penelitian terdahulu yang dipilih memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan inovasi pada sentra industri adalah Innovation in Industrial districts: evidence from Italy. Penelitian ini mengambil lokasi di Sentra Industri Kaus Kaki Castel Goffredo Italia dengan tujuan yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengetahui pengembangan inovasi yang ada pada sentra industri tersebut. Pembeda antara kedua penelitian adalah penelitian di Italia ini dilakukan dengan fokus inovasi pada perusahaan outsourcing. Selain itu metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu ekonometrik. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah pada sentra industri terdapat perkembangan secara terus menerus yang mengarah pada inovasi. Inovasi pada Sentra Industri Kaus Kaki Castel Goffredo Italia dibedakan menjadi perusahaan yang fokus pada kompetensi inti dan perusahaan yang fokus pada kegiatan yang menghasilkan nilai tambah. Penelitian terdahulu lainnya berkaitan dengan sentra industri, dimana penelitian ini juga melihat karakteristik sentra industri. Penelitian ini berjudul 6

7 Identifikasi Karakteristik Klaster pada Sentra Industri Batik Wijirejo dan Wukirsari di Kabupaten Bantul. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi karakteristik klaster dari dua sentra industri batik. Perbandingan yang dilakukan atas dasar tiga penilaian yaitu pola penyerapan tenaga kerja, kapasitas produksi, dan keterkaitan spasial. Data primer digunakan sebagai sumber data utama melalui wawancara mendalam pada 43 pengusaha di kedua sentra industri. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan dianalisis secara deskriptif komparasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah walaupun kedua klaster berada pada wilayah administrasi yang sama serta memiliki spesifikasi produk yang sejenis akan tetapi memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan antar dua klaster ini dilihat dari sisi produk, pola klaster, keterkaitan antar pengusaha, maupun hubungan industrial yang tercipta. Ditemukan empat pola klaster pada masingmasing sentra industri yaitu pola mendominasi tidak berhubungan, tidak mendominasi berhubungan, kawasan industri terspesialisasi, dan model jaringan sosial. Dari segi penyerapan tenaga kerja, seluruh usaha yang ada pada Sentra Industri Batik Wijirejo merupakan milik perseorangan yang mempekerjakan tenaga kerja secara profesional, sedangkan pada Sentra Batik Wukirsari terbentuk menjadi perkumpulan kelompok dari pengrajin batik. Dominasi produk pada Sentra Industri Batik Wijirejo berupa batik cap dan/atau kombinasi dan pada sentra Batik Wukirsari memiliki karakteristik produk yang spesifik yaitu berupa batik tulis dengan motif klasik. Penelitian terdahulu lainnya adalah Perkembangan Industri Kerajinan Kampoeng Batik Laweyan Terhadap Kondisi Perekonomian Wilayah Kelurahan 7

8 Laweyan di Kota Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan variasi karakteristik usaha sentra industri Kampoeng Batik Laweyan, mengetahui tingkat perkembangan sentra industri Kampoeng Batik Laweyan di daerah penelitian, dan mengetahui pengaruh keberadaan sentra industri Kampoeng Batik Laweyan terhadap kondisi perekonomian wilayah daerah penilitian. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis tabel frekuensi, scalling, dan multiplier effect. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar pengusaha batik di daerah penelitian merupakan penduduk asli Kelurahan Laweyan. Permasalahan yang muncul seperti kenaikan harga bahan baku, keterbatasan modal dan tenaga kerja. Industri Kampoeng Batik Laweyan dalam 5 tahun terakhir ini dapat dikatakan mengalami perkembangan meskipun tidak terlalu besar seperti modal yang meningkat, permintaan yang meningkat, jumlah produksi yang meningkat dan pendapatan usaha yang meningkat, sedangkan tenaga kerja cenderung tetap dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Indikator tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. keberadaan Sentra Industri Kampoeng Batik Laweyan memberikan kontribusi terhadap perekonomian masyarakat Kelurahan Laweyan antara lain dalam penyerapan tenaga kerja pada industri batik dan mendorong berkembangnya sektor ekonomi lain. Sektor ekonomi lain yang berkembang adalah sektor perdagangan dan jasa. 8

9 Tabel 1.2 Penelitian Terkait No Pengarang Tahun 1 Marco Capasso, Andrea Morrison, Nur Vita Yulianti, 2015 Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian Innovation in industrial districts: evidence from Italy Indentifikasi Karakteristik Klaster pada Sentra Industri Batik Wijirejo dan Wukirsari Kabupaten Bantul 1. Memahami sejauh mana perusahaan merespon tantangan baru 2. Mengidentifikasi faktor penentu inovasi yang berfokus pada peran strategi perusahaan outsourcing 1. Mengidentifikasi formasi keterkaitan dan pola klaster antara Sentra Industri Batik Wijirejo dengan Sentra Industri Batik Wukirsari 2. Mengidentifikasi pola penyerapan tenaga kerja antara Sentra Industri Batik Wijirejo dengan Sentra Industri Batik Wukirsari 3. Mengidentifikasi kapasitas produksi dan jenis produk yang dihasilkan antara Sentra Industri Batik Wijirejo dengan Sentra Industri Batik Wukirsari Metode penelitian yang digunakan adalah teknik ekonometrik khususnya OLS dan model Tobit. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Analisis deskriptif komparasi 1. Sentra industri yang ada terus berkembang dengan inovasi yang dilakukan 2. Perusahaan yang ada dibedakan berdasarkan inovasi fokus pada kompetensi inti dan kegiatan dengan nilai tambah tinggi 1. Pola klaster pada Sentra Batik Wijirejo adalah dominant-unrelated dan kawasan industri yang terspesialisasi, pada Sentra Batik Wukirsari yaitu undominant-related dan model jaringan sosial. 2. Pada Sentra Batik Wijirejo merupakan usaha milik perseorangan yang mempekerjakan tenaga kerja profesional. Pada Sentra Batik Wukirsari terbentuk menjadi perkumpulan dari para pengrajin batik. 3. Dominasi produk pada Sentra Batik Wijirejo berupa batik cap dan/atau kombinasi sedangkan pada Sentra Batik Wukirsari memiliki karakteristik produk yang spesifik yaitu batik tulis dengan motif klasik. 9

10 Lanjutan tabel 1.2 Pengarang No Tahun 3 Fian Permana, 2013 Judul Tujuan Metode Hasil Peneitian Perkembangan Industri Kerajinan Kampoeng Batik Laweyan Terhadap Kondisi Perekonomian Wilayah Kelurahan Laweyan di Kota Surakarta. Sumber: Pengolahan data, Mendeskripsikan variasi karakteristik usaha sentra industri Kampoeng Batik Laweyan. 2. Mengetahui tingkat perkembangan sentra industri Kampoeng Batik Laweyan di daerah penelitian. 3. Mengetahui pengaruh keberadaan Sentra Industri Kampoeng Batik Laweyan terhadap kondisi perekonomian wilayah di daerah penilitian. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis tabel frekuensi, scalling, dan multiplier effect. 1. Sebagian besar pengusaha batik di daerah penelitian merupakan penduduk asli Kelurahan Laweyan. Permasalahan yang muncul seperti kenaikan harga bahan baku, keterbatasan modal dan tenaga kerja. 2. Industri Kampoeng Batik Laweyan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami perkembangan pada modal, permintaan, jumlah produksi, dan pendapatan. 3. Keberadaan Sentra Industri Kampoeng Batik Laweyan memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kelurahan Laweyan. 10

11 1.6. Tinjauan Pustaka Sentra Industri Industri merupakan suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang jadi atau barang setengah jadi (Dumairy, 1996). Industri dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu industri besar, menengah, kecil dan rumah tangga. Untuk sentra industri yang dikaji termasuk dalam kelompok industri kecil hingga industri menengah. Hal ini dikarenakan pembentukan sentra industri lebih fokus kepada industri kecil dan menengah (IKM). Menurut Richardson (1971), sentra industri merupakan pengelompokan industri sejenis dalam suatu kawasan. Sentra industri sejenis ini dapat dalam berbagai skala usaha yang berbeda walaupun pada umumnya skala usaha yang sama, namun tetap dengan penekanan jenis industri yang sama. Menurut Becattini (1990), sentra industri merupakan wilayah sosial yang ditandai dengan adanya komunitas masyarakat dan perusahaan yang bersatu secara alami dan adanya faktor sejarah dalam suatu wilayah. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa adanya sentra industri dikarenakan faktor sejarah yang melatarbelakanginya. Selain itu sentra industri terbentuk karena adanya kesesuaian antara proses produksi industri dan karakter sosial budaya masyarakat. Terdapat tiga hal utama yang mendasari terbentuknya sentra industri yaitu terdapatnya sejumlah perusahaan pada wilayah yang sama dengan spesifikasi khusus termasuk proses produksinya dan karakter sosial budaya khusus dari masyarakat yang terus berkembang (Becattini, 1990). 11

12 Karakteristik lebih rinci dari terbentuknya sentra industri berdasarkan Becattini (1990), dapat dilihat dari beberapa hal yaitu: 1. Perusahaan didominasi oleh IKM dan dimiliki oleh masyarakat lokal setempat dengan skala ekonomi yang masih relaltif rendah hingga menengah. 2. Perusahaan atau industri yang ada merupakan industri yang membutuhkan beberapa tahapan dalam produksi. 3. Terciptanya hubungan yang kuat dan jaringan ke pasar, serta adanya kontrak dan komitmen antara pasar dan penyedia bahan baku dalam jangka waktu tertentu. 4. Pencipta image sentra industri secara khusus. 5. Terbentuknya iklim persaingan antara perusahaan dalam sentra industri, dapat pula terjadi kombinasi antara kompetisi dan kerjasama secara bersamaan. 6. Tenaga kerja yang fleksibel, dan mudah beradapatasi berasal dari dalam sentra industri 7. Pasar dari sentra industri tidak dalam skala yang besar, homogen dan dapat membentuk suatu aglomerasi pasar. 8. Perusahaan lokal yang melakukan inovasi secara bottom-up berdasarkan kehidupan keseharian, sosial budaya dan proses produksi. 9. Peran serta dari pihak luar berupa organisasi yang memenuhi infrastruktur, pelatihan, pemasaran, bantuan teknis dan keuangan. Pihak pemerintah lokal berupa kebijakan pendukung dan promosi. 12

13 Berdasarkan Becattini (1990), dapat disimpulkan bahwa karakteristik sentra industri merupakan kumpulan dari industri sejenis dalam satu wilayah yang terbentuk didukung dengan adanya faktor sejarah. Industri yang terdapat pada sentra industri berskala industri kecil dan menengah. Berbagai hubungan dan pasar yang terbentuk pada industri cenderung homogen atau membentuk suatu pola tertentu. Hubungan yang terbentuk dapat antar pelaku industri dalam sentra industri maupun pihak luar Pendekatan Geografi dalam Konteks Sentra Industri Geografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala yang ada di permukaan bumi, baik yang sifatnya fisik maupun menyangkut mahluk hidup lain beserta permasalahnnya melalui pendekatan kelingkungan, keruangan, maupun kompleks wilayah untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan suatu pembangunan (Bintarto, 1984). Pendekatan yang digunakan dalam mempelajari geografi terdiri dari tiga hal yaitu pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan keruangan berkaitan dengan sifat dan karakteristik yang ditimbulkan dalam suatu ruang, pendekatan kelingkungan menekankan pada aspek manusia yang terlibat dan menjadi fokus utama dalam proses interaksi, serta pendekatan komplek wilayah merupakan gabungan antara pendekatan kelingkungan dan keruangan (Bintarto, 1987). Berdasarkan penelitian Permana (2013), menyatakan bahwa pada suatu sentra industri terdapat tiga pendekatan geografi sekaligus. Pendekatan keruangan digunakan untuk menganalisa aktivitas keruangan yang terjadi di daerah penelitian 13

14 berikut dengan karakteristiknya. Pendekatan kelingkungan menganalisa hubungan keberadaan sentra industri terhadap kondisi sekitarnya dalam hal ini termasuk kondisi masyarakat dan lingkungan. Pendekatan kompleks wilayah digunakan untuk menganalisa keterkaitan sentra industri dengan wilayah di sekitarnya, yaitu keterkaitan dengan daerah asal tenaga kerja hingga daerah pemasaran produk. Pada sentra industri juga terdapat suatu interaksi yang memberikan keuntungan bagi para pelaku industri seperti kerjasama, inovasi hingga dampak ekonomi. Pada penelitian ini pendekatan yang lebih ditekankan adalah pendekatan kompleks wilayah. Hal ini dikarenakan dalam suatu industri yang terdiri dari berbagai elemen saling berinteraksi dan memberikan berbagai dampak Inovasi dalam Sentra Industri Berdasarkan Becattini (1990), perusahaan industri akan melakukan inovasi sebagai bentuk dari proses pengembangan industri itu sendiri. Inovasi merupakan kemampuan menerapkan kreativitas untuk memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya produk. Kreativitas sendiri merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide baru dan untuk menemukan cara baru dalam memecahkan persoalan dalam menghadapi peluang (Suryana, 2003). Inovasi dapat dikatakan sebagai bentuk penerapan dari kreativitas yang dimiliki. Aplikasi inovasi dalam industri dinyatakan oleh Schumpeter (1936), sebagai bentuk dari mengenalkan barang baru atau kualitas baru dari produk yang bertujuan memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan memberi peran dalam pembangunan ekonomi. Pengaruh dari inovasi ini dapat berwujud teknologi, 14

15 produk atau proses baru, keuntungan lebih dari sebelumnya dan inovasi diikuti pula oleh proses peniruan oleh perusahaan lain. Persyaratan minimum untuk sebuah inovasi terdiri dari produk, proses, metode pemasaran dan organisasi haruslah baru atau terdapat peningkatan secara signifikan. Terdapat beberapa alasan pentingnya inovasi bagi suatu perusahaan industri menurut Keeh (2007), yaitu: 1. Teknologi berubah sangat cepat seiring dengan adanya produk baru, proses dan layanan baru dari pesaing sehingga harus menyesuaikan diri dengan inovasi teknologi baru. 2. Perubahan lingkungan menuntut produk atau layanan lama harus digantikan dengan yang baru dalam waktu cepat yang bisa terjadi karena ada pemikiran kreatif yang menimbulan inovasi. 3. Keahlian yang inovatif dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan konsumen sekaligus mempertahankan mereka. 4. Dibutuhkan metode penggunaan produk, proses yang baru dan lebih baik serta layanan yang lebih cepat secara terus menerus. 5. Inovasi berdampak pada pertumbuhan yang lebih lebih cepat, meningkatkan segmen pasar dan menciptakan posisi industri yang lebih baik Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Pengrajin Sentra IKM Songket terdiri dari industri dengan kategori industri kecil dan menengah. Perekonomian pada sektor industri kecil dinyatakan lebih mandiri. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan industri kecil secara langsung dan memperbaiki kesejahteraan golongan ekonomi menengah kebawah. Perbaikan kesejahteraan ini 15

16 terwujudkan dengan harapan industri kecil dapat menyerap tenaga kerja dan memperbaiki distribusi pendapatan (Siahaan, 2008). Menghitung ekonomi rumah tangga dapat menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran (Tarigan, 2005). Pendekatan pendapatan menghitung seluruh pendapatan yang masuk pada rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Menurut (Bangun, 1982), pendapatan rumah tangga adalah sejumlah penghasilan rill dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama. Pendapatan rumah tangga adalah hasil keseluruhan dari pendapatan kepala rumah tangga, pendapatan ibu rumah tangga yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Pendekatan pengeluaran dihitung berdasarkan jumlah nilai pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan seluruh pengeluaran rumah tangga yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selama sebulan baik berupa barang atau jasa yang dihitung dalam satuan rupiah (Kurniasi, 2005). Sentra IKM Songket berhubungan langsung dengan kondisi ekonomi rumah tangga dalam hal ini rumah tangga tenaga kerja. Tenaga kerja yang menjadi fokus penelitian ini adalah pengrajin songket. Sehingga, kondisi ekonomi rumah tangga pengrajin songket di Sentra IKM Songket Kota Palembang dillihat berdasarkan dua pendekatan yaitu pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. 16

17 1.7 Landasan Teori 1. Dalam menjawab tujuan pertama pada penelitian ini menggunakan konsep sentra industri berdasarkan Richardson (1971), Becattini (1990), dan Taufiq (2004) untuk menjelaskan karakteristik sentra industri Songket. Menurut Richardson (1971), sentra industri merupakan pengelompokan industri sejenis dalam suatu kawasan. Menurut Becattini (1990), sentra industri merupakan wilayah sosial yang ditandai dengan adanya komunitas masyarakat dan perusahaan yang bersatu secara alami dan karena adanya faktor sejarah dalam suatu wilayah. Menurut Taufiq (2004), sentra industri merupakan pusat aktivitas kegiatan usaha pada lokasi atau kawasan tertentu, dimana terdapat pelaku usaha yang menggunakan bahan baku atau sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama atau sejenis. 2. Dalam menjawab tujuan kedua menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Becattini (1990) dan OECD (2005), untuk menganalisis pengembangan inovasi pada Sentra IKM Songket. Menurut Becattini (1990), perusahaan dalam sentra industri akan melakukan inovasi sebagai bentuk dari proses pengembangan industri itu sendiri. 17

18 Menurut OECD (2005), persyaratan umum inovasi adalah terdapat perubahan atau pembaharuan pada produk, proses, metode pemasaran dan organisasi dari industri tersebut. Suatu industri dapat dikatakan telah melakukan inovasi ketika memenuhi minimal satu dari keempat kriteria inovasi. Secara lebih rinci dijelaskan dalam Oslo Manual, OECD (2005): Inovasi Produk Inovasi produk dalam suatu industri dilihat dari produk yang dihasilkan seperti keunikan, keragaman, desain, kombinasi warna, hingga daya tahan. Inovasi Proses Inovasi dalam proses termasuk perubahan secara signifikan dalam teknik, peralatan, maupun software dalam proses pembuatan produk. Inovasi Pemasaran Inovasi pemasaran adalah pelaksanaan metode pemasaran baru dalam industri yang melibatkan perubahan dalam desain produk, kemasan, penempatan produk, promosi produk hingga harga. Inovasi Organisasi Inovasi organisasi adalah pelaksanaan metode baru dalam organisasi untuk bisnis perusahaan serta hubungan eksternal. 18

19 3. Dalam menjawab tujuan ketiga, penelitian ini menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Tarigan (2005), Bangun (1982), dan Kurniasi 2005). Menurut Tarigan (2005), menghitung ekonomi rumah tangga berdasarkan dua pendekatan yaitu pendekatan pendapatan menghitung seluruh pendapatan yang masuk pada rumah tangga dalam kurun waktu tertentu Menurut Bangun (1982), pendapatan rumah tangga adalah hasil keseluruhan dari pendapatan kepala rumah tangga, pendapatan ibu rumah tangga yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Menurut Kurniasi (2005), pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan seluruh pengeluaran rumah tangga yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selama sebulan baik berupa barang atau jasa yang dihitung dalam satuan rupiah (Kurniasi, 2005) 1.8 Kerangka Pemikiran Sentra industri merupakan bentuk pengembangan dari industri khususnya industri kecil dan menengah. Pengembangan ini dilakukan pula di Kota Palembang dengan kebijakannya adalah menetapkan lima sentra industri yang salah satu dari sentra industri tersebut adalah Sentra IKM Songket. Sentra industri Songket ini merupakan sentra industri yang sudah cukup lama berkembang di Kota Palembang 19

20 jauh sebelum ditetapkan secara resmi oleh pemerintah karena faktor sejarah yang berkembang pada sentra industri ini. Adanya hubungan antara kegiatan industri, sejarah serta karakteristik sosial budaya yang berkembang pada kawasan sentra industri ini maka digunakan teori dari Becattini (1990) untuk melihat karakteristik dari Sentra IKM Songket. Karakteristik sentra industri secara umum dilihat dari tiga aspek yaitu proses produksi industri, karakteristik sosial budaya dan sejarah. Adanya hubungan antara proses produksi dan keseharian sosial budaya dalam sentra industri pada akhirnya menimbulkan suatu inovasi yang juga sebagai wujud pengembangan dari industri itu sendiri. Inovasi berdasarkan OECD (2005) dapat dilihat dari empat aspek yaitu inovasi produk, inovasi proses, inovasi pemasaran dan inovasi organisasi. Industri dapat dikatakan melakukan inovasi ketika minimal memenuhi satu dari inovasi tersebut. Berkembangnya sentra industri dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar salah satunya pada Sentra IKM Songket. Tenaga kerja pada Sentra IKM Songket hampir seluruhnya adalah pengrajin. Para pengrajin ini mendapatkan pendapatan dengan menjadi tenaga kerja di industri songket. Pendapatan ini tentu akan berpengaruh pada ekonomi rumah tangga dari tiap-tiap pengrajin. Adanya pendapatan dengan menjadi pengrajin akan membawa perubahan tertentu bagi kondisi ekonomi rumah tangga tersebut. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka untuk menjawab tujuan dari penelitian ini akan secara berurut dari tujuan pertama. Tujuan pertama akan menghasilkan karakteristik Sentra IKM Songket. Setelah mengetahui karakteristik 20

21 secara rinci dari sentra industri maka dapat dilihat pengembangan inovasi yang terjadi. Pada Sentra IKM Songket akan dikaji pengembangan inovasi dari empat hal yaitu produk, proses, pemasaran dan organisasi. Berdasarkan teori sentra industri akan memberikan pendapatan bagi tenaga kerjanya. Pendapatan ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi rumah tangga masing-masing tenaga kerja. Sentra IKM Songket memiliki faktor sejarah yang kuat dalam perkembangannya. Perkembangan ini sejalan dengan perkembangan kain songket di Kota Palembang. Kain Songket awalnya hanya ditenun oleh putri bangsawan dan digunakan oleh orang kerajaan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman kain songket dipasarkan secara bebas dan masyarakat umum juga bisa untuk menenun songket. Perkembangan ini membentuk karakteristik sosial budaya tersendiri di masyarakat khususnya di Sentra IKM Songket sebagai titik awal perkembangan jual beli songket oleh masyarakat umum. Karakateristik ini berhubungan dengan budaya turun temurun dalam usaha songket termasuk dalam proses produksi. Seiring dengan terus berkembangnya industri songket para pengusaha memerlukan inovasi untuk dapat terus bertahan dan menjawab permintaan pasar. Inovasi ini dapat dilihat dari segi produk, proses, manajemen dan organisasi. Perkembangan Sentra IKM Songket dengan diiringi pengembangan inovasi dari para pengusaha tentu memberikan perubahan terhadap suatu kondisi tertentu. Kondisi ekonomi rumah tangga para pengrajin yang menjadi tenaga kerja di Sentra IKM Songket akan dilihat secara lebih rinci. Kondisi ekonomi rumah tangga pengrajin dilihat dari pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Secara lebih jelas kerangka pemikiran tergambarkan dalam Gambar 1.1 di bawah ini. 21

22 Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 22

23 1.9 Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian ini dibedakan menjadi tiga berdasarkan tujuannya, yaitu sebagai berikut: 1. Akan ditelaah lebih lanjut mengenai karakteristik Sentra IKM Songket Kota Palembang, maka pertanyaan penelitian yang diangkat adalah bagaimana sejarah terbentuknya sentra industri? Bagaimana perkembangan jumlah pengusaha dan showroom di sentra industri? Bagaimana sebaran lokasi showroom songket? Bagaimana karakteristik usaha yang ada di sentra industri? Berapa banyak modal yang diperlukan serta omset yang didapatkan? Bagaimana tahapan proses produksi songket? Berapa jumlah tenaga kerja yang ada? Bagaimana proses pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha? Kemana saja produk songket dipasarkan? Bagaimana sistem permodalan dan kemitraan dari industri songket? Siapa yang menjadi mitra dari para pengusaha? 2. Akan ditelaah lebih lanjut mengenai pengembangan inovasi pada Sentra IKM Songket, maka pertanyaan penelitian yang diangkat adalah inovasi apa saja yang telah dilakukan oleh para pengusaha? Apakah terdapat pengembangan inovasi produk pada Sentra IKM Songket? Apakah terdapat pengembangan inovasi proses pada Sentra IKM Songket? Apakah terdapat pengembangan inovasi pemasaran pada Sentra IKM Songket? Apakah terdapat pengembangan inovasi organisasi pada Sentra IKM Songket? 23

24 3. Akan ditelaah lebih lanjut mengenai kondisi ekonomi rumah tangga pengrajin Sentra IKM Songket, maka pertanyaan penelitan yang diangkat adalah bagaimana kondisi tenaga kerja dengan adanya Sentra IKM Songket? Bagaimana kondisi ekonomi rumah tangga pengrajin dilihat dari pendekatan pendapatan? Bagaimana sumbangan pendapatan oleh pengrajin terhadap pendapatan rumah tangga? Bagaimana kondisi ekonomi rumah tangga pengrajin dilihat dari pendekatan pengeluaran? 24

KARAKTERISTIK, INOVASI, DAN KONDISI EKONOMI RUMAH TANGGA PENGRAJIN SENTRA IKM SONGKET KOTA PALEMBANG

KARAKTERISTIK, INOVASI, DAN KONDISI EKONOMI RUMAH TANGGA PENGRAJIN SENTRA IKM SONGKET KOTA PALEMBANG KARAKTERISTIK, INOVASI, DAN KONDISI EKONOMI RUMAH TANGGA PENGRAJIN SENTRA IKM SONGKET KOTA PALEMBANG Yustikarani Julianti Pambudi Yustikarani.J.Pambudi@gmail.com Joni Purwohandoyo junipurwo@ugm.ac.id Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan wilayah dalam skala nasional cenderung berorientasi pada sistem top down yang di dalam penerapannya memiliki berbagai kekurangan. Menurut Wahyuni (2013),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kebijakan pembangunan nasional masa sekarang mengacu pada pembangunan pada semua sektor dengan arahan pembangunan wilayah secara komprehensif di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan hasil kerajinan yang memiliki nilai seni yang tinggi. Batik Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda. Saat

Lebih terperinci

KEMITRAAN USAHA DALAM KLASTER INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA TUGAS AKHIR

KEMITRAAN USAHA DALAM KLASTER INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA TUGAS AKHIR KEMITRAAN USAHA DALAM KLASTER INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA TUGAS AKHIR Oleh: AZWAR AMIN L2D 002 390 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pemerintah mencanangkan pendekatan kluster sebagai alternatif kebijakan dalam mengembangkan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Pendekatan kluster dinilai

Lebih terperinci

No mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yan

No mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5404 KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. Pelaksanaan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 40) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang industri merupakan suatu program pemerintah untuk mencapai pembangunan nasiaonal. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada negara berkembang salah satu yang menjadi prioritas utama dalam melaksanakan kegiatan negaranya adalah pembangunan nasional di segala bidang, tidak terkecuali

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik sudah diakui masyarakat internasional sebagai warisan budaya Indonesia. Selain sebagai karya kreatif yang sudah berkembang sejak jaman dahulu serta sebagai hasil

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TUGAS AKHIR

PENGELOMPOKAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TUGAS AKHIR PENGELOMPOKAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TUGAS AKHIR Oleh: PATI GAMALA L2D 002 427 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu penyumbang terbesar perekonomian Indonesia. UMKM di negara berkembang seperti di Indonesia, sering dikaitkan

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami dinamika. Dinamika pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2011 hingga 2016 cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini dunia telah memasuki era industri pada gelombang keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Industri ini telah mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah hanya hanya berperan sebagai pembuat kebijakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah hanya hanya berperan sebagai pembuat kebijakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Paradigma konsep pembangunan ekonomi di Indonesia berubah dari government driver growth manjadi public driven growth mulai tahun 80 an. Dampak dari perubahan

Lebih terperinci

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN: 2460-6553 Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung 1 Siti Laila Aprilia, 2 Ria Haryatiningsih, 3 Noviani 1,2,3 ProdiIlmu Ekonomi, Fakultas IlmuEkonomidanBisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat 15 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia mengalami kegoncangan sejak adanya krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat luas dan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usaha kecil dan Menengah (UKM) merupakan stimulus atau pendorong bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM) keberadaannya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu negara tidak terlepas dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. Wirausaha berperan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran era pertanian ke era industrialisasi dan semakin majunya era

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran era pertanian ke era industrialisasi dan semakin majunya era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran era pertanian ke era industrialisasi dan semakin majunya era komunikasi serta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari pola pikir dalam masyarakat.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA

STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA Tim Peneliti: M. Azzam Manan, DTP Kusumawardhani, Ujud Tahajuddin, Hayaruddin Siahaan, Rochmawati LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah industri pada Industri Kreatif menimbulkan banyak penafsiran,

BAB I PENDAHULUAN. Istilah industri pada Industri Kreatif menimbulkan banyak penafsiran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif telah bergulir selama 10 tahun terakhir ini dan selalu hangat dibicarakan baik oleh pemerintah, swasta maupun pelaku sendiri. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil merupakan salah satu jenis industri yang potensial karena memiliki kontribusi besar dalam pembangunan. Industri kecil mampu menyerap banyak tenaga kerja,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KLUSTER PADA SENTRA INDUSTRI BATIK WIJIREJO DAN WUKIRSARI KABUPATEN BANTUL

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KLUSTER PADA SENTRA INDUSTRI BATIK WIJIREJO DAN WUKIRSARI KABUPATEN BANTUL IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KLUSTER PADA SENTRA INDUSTRI BATIK WIJIREJO DAN WUKIRSARI KABUPATEN BANTUL Nur Vita Yulianti nurvitayulianti@yahoo.com Dodi Widiyanto dodi_ppw@yahoo.com ABSTRACT The objective

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada BAB I ini akan dijelaskan secara umum mengenai bagaimana latar belakang pemilihan judul proyek, rumusan masalah yang mempengaruhi bagaimana desain proyek nantinya, tujuan proyek,

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015 Yang Terhormat: Para Pejabat Eselon I dan Eselon II Kementerian Perindustrian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan, yang biasanya selalu dilakukan

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi (Tambunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia merupakan tahap paling menentukan bagi perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dengan perkataan lain dapat diterangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN WORKSHOP NASIONAL PENGEMBANGAN GULA KELAPA DAN AREN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN Oleh : Adisatrya Suryo Sulisto Anggota Komisi VI DPR RI Purwokerto, 16-17 Desember 2015 POTENSI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro selama ini terbukti dapat

I. PENDAHULUAN. pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro selama ini terbukti dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia merupakan pemain utama dalam kegiatan perekonomian, dan merupakan akselerator dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bukittinggi yang berada di provinsi Sumatra Barat yang pada masa kolonial

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bukittinggi yang berada di provinsi Sumatra Barat yang pada masa kolonial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kota Bukittinggi yang berada di provinsi Sumatra Barat yang pada masa kolonial Belanda disebut dengan Fort de kock ini pernah menjadi ibu kota Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma pembangunan ekonomi Indonesia sejak pertenghan tahun 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public driven growth. Semenjak itu pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat ini belum juga berakhir. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya permasalahan permasalahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang mewujud dalam bentuk keahlian tertentu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang mewujud dalam bentuk keahlian tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki relevansi yang langsung dengan perkembangan pengetahuan dan keterampilan yang mewujud dalam bentuk keahlian tertentu yang bermanfaat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pengembangan usaha mikro sangat relevan dan sejalan dengan arus pemikiran global yang sedang berkembang saat ini. Pembangunan berkelanjutan dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH TUGAS AKHIR 111 Periode April September 2010 LAPORAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH DI KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG Disusun untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Untuk mewujudkan cita cita tersebut diatas satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Untuk mewujudkan cita cita tersebut diatas satu sasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat baik materiil maupun sprituil berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Untuk

Lebih terperinci

EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR

EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR Oleh : A. CANDRA WASONO PUTRO L2D 003 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga Negara Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memandang pentingnya keberadaan UMKM, yaitu (1) kinerja UMKM

BAB I PENDAHULUAN. memandang pentingnya keberadaan UMKM, yaitu (1) kinerja UMKM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah.peran penting tersebut telah mendorong

Lebih terperinci

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, SEGMENTASI PASAR DAN MODAL USAHA TERHADAP LABA USAHA INDUSTRI KERAJINAN MEUBEL DI SAMBI BOYOLALI

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, SEGMENTASI PASAR DAN MODAL USAHA TERHADAP LABA USAHA INDUSTRI KERAJINAN MEUBEL DI SAMBI BOYOLALI PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, SEGMENTASI PASAR DAN MODAL USAHA TERHADAP LABA USAHA INDUSTRI KERAJINAN MEUBEL DI SAMBI BOYOLALI Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG OLEH: YUDA HADI PRAYOKO NIM

INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG OLEH: YUDA HADI PRAYOKO NIM INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG OLEH: YUDA HADI PRAYOKO NIM. 10.11.4594 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Industri marmer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di Indonesia, Pelaku usaha semakin banyak jumlahnya dan produk yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling berlomba

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri batik merupakan sektor industri kreatif yang memberikan kontribusi cukup besar bagi PDB Indonesia. Selain itu, produk batik telah diakui dunia sebagai salah

Lebih terperinci

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: HENDRA YUDHO PRAKOSO L2D 004 318 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh : SURYO PRATOMO L2D 004 354 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami kesulitan. Keadaan ini tidak hanya terjadi pada industri besar atau menengah saja, melainkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah wilayah. Ketahanan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan. Di negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP- 481 Oleh: RINAWATI NUZULA L2D 000 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR

PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR Oleh: INDRIYANI L2D 001 434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Negara Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang besar dengan jumlah tenaga kerja yang banyak, hal ini menjadi masalah yang perlu dihadapi. Dikarenakan daya dukung ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian. Bab ini berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penyedia dan pemenuh kebutuhan pangan di Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul memiliki banyak industri kerajinan yang dapat ditawarkan menjadi objek wisata alternative meliputi bermacam wisata alam, budaya, pendidikan dan lainnya.

Lebih terperinci

PERAN INSTITUSI LOKAL DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Studi Kasus: Proses Difusi Inovasi Produksi Pada Industri Gerabah Kasongan Bantul, DIY)

PERAN INSTITUSI LOKAL DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Studi Kasus: Proses Difusi Inovasi Produksi Pada Industri Gerabah Kasongan Bantul, DIY) PERAN INSTITUSI LOKAL DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Studi Kasus: Proses Difusi Inovasi Produksi Pada Industri Gerabah Kasongan Bantul, DIY) TUGAS AKHIR Oleh : ELISA NUR RAHMAWATI L2D000418 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengolahan bidang pangan menjadi konsentrasi yang cukup besar untuk dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya permintaan pangan seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi aktivitas pariwisata internasional merupakan salah satu instrumen kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk mendiversivikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini sektor Usaha kecil menengah semakin menggeliat sebagai penopang ekonomi nasional. Hal tersebut terlihat dari pengalaman yang mampu melewati masa krisis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pariwisata menjadi suatu industri yang berpotensial dalam meningkatkan perekonomian suatu negara. Kegiatan pariwisata tidak hanya berekreasi atau melihat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK JARINGAN USAHA PADA KLASTER INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK JARINGAN USAHA PADA KLASTER INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK JARINGAN USAHA PADA KLASTER INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR Oleh: DESY AGRIANZA L2D 002 392 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. kategori tersebut dapat digolongkan menjadi pekerja informal. Berdasarkan data BPS

Bab I. Pendahuluan. kategori tersebut dapat digolongkan menjadi pekerja informal. Berdasarkan data BPS Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pekerja formal dapat digolongkan berdasarkan penduduk yang berusaha dengan dibantu buruh tetap dan juga karyawan atau buruh, tidak termasuk dalam kategori tersebut

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua.

Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua. SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN SRIWIJAYA EXHIBITION III TANGGAL, 6-9 OKTOBER 2015 Yth. Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Yth. Ketua Dekranasda Provinsi Sumatera Selatan beserta jajarannya.

Lebih terperinci

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta, Cirebon

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL. PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL. BARITO KEC.SEMARANG TIMUR TUGAS AKHIR Oleh: LEONARD SIAHAAN L2D 005 373

Lebih terperinci

BAB V. 1. Product innovation berpengaruh signifikan dan positif terhadap brand. konsumen dari produk yang bersangkutan.

BAB V. 1. Product innovation berpengaruh signifikan dan positif terhadap brand. konsumen dari produk yang bersangkutan. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV dapat disimpulkan bahwa: 1. Product innovation berpengaruh signifikan dan positif terhadap brand image tenun tradisional

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah memberikan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari segi jumlah unit usaha dan daya serap tenaga kerja. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal dengan keanekaragaman kesenian dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion adalah batik. Daerah

Lebih terperinci