BAB I PENDAHULUAN. terutama tercermin pada fungsi-fungsi manajerial yang dijalankan. menghasilkan barang atau jasa.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. terutama tercermin pada fungsi-fungsi manajerial yang dijalankan. menghasilkan barang atau jasa."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan hidupnya selalu akan menjadi anggota dari berbagai macam organisasi. Organisasi-organisasi ini mempunyai persamaan dasar, walaupun dapat berbeda satu dengan yang lainnya dalam beberapa hal, seperti organisasi perusahaan atau departemen pemerintah. Persamaan ini terutama tercermin pada fungsi-fungsi manajerial yang dijalankan. Usaha atau perusahaan adalah suatu organisasi dengan sumber daya dasar (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja, digabung dan diproses untuk menyediakan barang atau jasa (output) untuk pelanggan. Tujuan dari kebanyakan perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan. Keuntungan atau laba (profit) adalah selisih antara uang yang diterima pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan, dan biaya yang dikeluarkan untuk input yang digunakan guna menghasilkan barang atau jasa. (Wahyuni, 2009) Perusahaan yang mampu berkompetisi dapat mengelola biaya secara efisien dan efektif, sehingga dapat memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan memenuhi kesejahteraan para karyawannya. Perusahaan untuk berkompetisi harus memiliki keunggulan agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya.

2 2 Contoh keunggulan tersebut adalah perusahaan dapat mengerti permintaan konsumen, mempertahankan kualitas produk dan mengelola biaya secara efisien dan efektif. (Jennie, 2010) Jennie (2010), berpendapat bahwa perusahaan harus dapat menghadapi dan memenangkan persaingan, karena itu tugas perusahaan bukan sekedar memproduksi dan memasarkan produknya, namun mempertimbangkan besar kecilnya biaya yang akan terjadi agar biayanya efisien dan efektif. Penekanan terhadap biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik dapat mengakibatkan rendahnya biaya produksi sehingga biaya lebih efisien dan efektif. Nasa (2012), berpendapat bahwa seiring tumbuhnya arus ekonomi yang berkembang pesat dan ketat, maka persaingan tidak dapat dikesampingkan. Persaingan yang semakin ketat ini, mengharuskan perusahaan mengambil tindakan yang tepat agar dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan sesuai dengan konsep going concern. Dengan demikian untuk menjamin kelangsungan hidupnya, perusahaan melakukan berbagai kebijakan untuk mencapai tujuan utamanya. Dimana tujuan tersebut adalah memaksimalkan laba (profit oriented) yang dicapai melalui peningkatan penjualan produk perusahaan dan efisiensi biaya. Perusahaan dalam mempertahankan kontinuitasnya merupakan suatu permasalahan internal yang dihadapi perusahaan. Kontinuitas tersebut akan

3 3 terjamin bila perusahaan mampu menghasilkan laba yang memadai. Dengan demikian perlu adanya manajemen yang baik untuk mencapai laba yang optimal dan meningkatkan produktivitas dengan memanfaatkan dan mengelola berbagai faktor produksi seoptimal mungkin sehingga akan mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. (Nasa, 2012) Handoko (1984), menjelaskan bahwa efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Ini merupakan konsep matematik, atau merupakan perhitungan rasio antara keluaran atau output dan masukan atau input. Seorang manajer efisien adalah seseorang yang mencapai keluaran yang lebih tinggi (hasil, produktivitas, performance) dibanding masukan-masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin, dan waktu) yang digunakan. Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, seorang manajer efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metoda (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan. Seorang manajer seharusnya memandang perencanaan dan pengendalian pengeluaran sebagai suatu keharusan untuk mempertahankan tingkat biaya yang wajar demi mendukung tercapainya dari program-program yang telah direncanakan perusahaan. Perencanaan dan pengendalian biaya seharusnya difokuskan pada kaitan antara pengeluaran dan keuntungan yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Pengedalian biaya seharusnya diperketat untuk tujuan-

4 4 tujuan dimasa depan dan operasi yang direncanakan, dan pertanggungjawaban secara organisasi. Esensi dari pengendalian biaya adalah konsep standar. Standar disini adalah jumlah pengeluaran yang seharusnya terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti program kerja, produk, kebijakan manajer, dan variable-variabel lingkungan. (Welsch, Hilton & Gordon, 2000) Perusahaan manufaktur, untuk mencapai biaya produksi yang efektif dan efisien maka dibutuhkan suatu pengendalian biaya yang akan dilaksanakan yaitu pengendalian biaya produksi. Pengendalian tersebut memerlukan standar, biaya sebagai dasar yang dipakai untuk tolak ukur ini adalah biaya standar. Biaya standar merupakan alat yang penting didalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Edison & Sapta, 2010) Carter (2005), menjelaskan bahwa standar berguna dalam menyusun anggaran. Dengan biaya standar, anggaran untuk volume dan bauran produk apapun dapat dibuat dengan andal dan cepat. Keandalan ditingkatkan karena standar didasarkan pada analisis dari proses produksi. Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun anggaran berkurang karena kebutuhan produksi didokumentasikan dalam standar untuk masing-masing produk. Menurut Carter dan Usry (2005), biaya standar adalah biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau yang di antisipasi. Kemudian menurut Mulyadi (2005), sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Jika biaya standar ditentukan dengan realistis, hal

5 5 ini akan membantu pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan. Suatu biaya standar telah ditentukan maka selanjutnya dilakukan perbandingan-perbandingan periodik antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar yaitu dengan maksud untuk mengukur pelaksanaan dan mengoreksi biaya-biaya, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan varians atau selisih. Yang mana varians itu sendiri merupakan perbedaan yang terjadi akibat perbandingan antara biaya aktual dengan biaya yang direncanakan (biaya standar). Dalam analisisnya, ketika perusahaan mengalami kerugian hal ini disebabkan karena biaya aktual lebih besar dari biaya standar. Sedangkan apabila perusahaan mengalami keuntungan maka biaya aktual lebih kecil dari biaya standar. (Edison & Sapta, 2010) Pengendalian biaya produksi dilakukan dengan cara membandingkan antara biaya yang dikorbankan masih dalam batas-batas kewajaran atau sebaliknya. Terjadinya penyimpangan harus diketahui dengan cepat dan dianalisa sehingga dapat diambil tindakan secara cepat dan seefektif mungkin, penentuan biaya standar serta analisis biaya dari fungsi akuntansi biaya adalah untuk pengendalian biaya. (Nasa, 2012) Pengendalian biaya produksi ini dengan menerapkannya sistem biaya standar merupakan salah satu metode yang sangat penting dalam aktivitas

6 6 ekonomi perusahaan manufaktur. Yang pada akhirnya, perusahaan akan dapat membandingkan atau mengevaluasi antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya yang direncanakan (biaya aktual versus biaya standar), untuk mengetahui suatu perbedaan atau penyimpangan didalam proses atau sistem pembiayaan. Dari penyimpangan yang terjadi nantinya, akan dapat diketahui bahwa apakah biaya produksi tersebut efisien dan efektif atau tidak. Sehingga biaya standar ini sangat membantu manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan biaya produksi. (Edison & Sapta, 2010) Jennie (2010), berpendapat bahwa biaya standar merupakan sebagai acuan atau patokan untuk membandingkan hasil yang dicapai dengan yang diharapkan oleh perusahaan sebelumnya. Informasi yang mengenai selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya ini disajikan kepada pihak manajemen untuk dipakai sebagai dasar penentuan sebab-sebab terjadinya selisih. Sistem biaya standar ini memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan lain. Dari hasil penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Marsiana Jennie pada tahun 2010 dengan judul evaluasi biaya standar dalam pengendalian biaya produksi: studi kasus pada PT. PG. Rajawali, Subang, menyimpulkan bahwa biaya standar yang diterapkan sangat berperan dalam

7 7 pengendalian biaya produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari tercapainya efisiensi biaya produksi dilihat dari proses produksi dapat berjalan dengan baik dan sesuai tujuan dimana penyimpangan yang terjadi pada hasil produksi sedikit dan masih dalam batas kewajaran. Dari penelitian terdahulu di atas, menjelaskan bahwa biaya standar sangat penting dalam aktivitas produksi yang dapat menjadi pengendalian biaya produksi dalam suatu perusahaan. Tentu banyak perusahaan yang ingin adanya efektivitas dan efisiensi dalam biaya produksinya sebagai suatu perusahaan manufaktur, salah satunya PT. Borobudur. PT. Borobudur merupakan perusahaan manufaktur yang berdiri pada tahun 1979 yang mulai memproduksi obat herbal siap pakai pada tahun tersebut. Seiring perkembangan, pada tahun 2000, produk berbahan herbal dikembangkan untuk produk kosmetik dalam sediaan cream, gel, dan beragam sediaan lainnya. Perusahaan ini telah memproduksi berbagai macam produk yang berkaitan dengan bidang kesehatan. Namun, perusahaan ini memproduksi secara natural (bahan alami) produknya yaitu obat-obatan herbal (jamu), seperti kapsul, pil, cream, dan lain-lain yang bahan bakunya secara alami dan tidak mengandung bahan-bahan kimia. Berbagai macam produk dihasilkan oleh PT. Borobudur ini, misalnya footis. Footis merupakan suatu produk yang dihasilkan sebagai produk kesehatan dari PT. Borobudur ini. Jenis produk ini berbentuk cream lembut untuk

8 8 merawat atau menyembuhkan salah satu bagian tubuh manusia. Sesuai namanya footis berkaitan dengan anggota tubuh kita, yaitu kaki. Footis ini berkhasiat untuk perawatan kaki yaitu membantu melembabkan kulit pada telapak kaki dan tumit (menyembuhkan daerah kaki yang kering dan pecah-pecah). Berkaitan dengan biaya standar yang di uraikan dari awal, perusahaan sangat penting menerapkan biaya standar dalam pengendalian biaya produksinya. Seperti yang dijelaskan juga di atas mengenai PT. Borobudur dan produk footis, tentu PT. Borobudur menginginkan efektivitas dan efisiensi dalam biaya produksinya. Namun pengendalian biaya produksi di PT. Borobudur tidak mengacu biaya standar, akan tetapi menurut penjelasan pihak manajemen terkait, pengendalian biaya produksi mengacu terhadap rata-rata penjualan, artinya apabila penjualan meningkat maka biaya produksi meningkat sehingga pengendalian biaya produksi nantinya bisa ditekan untuk periode selanjutnya. Kemudian untuk biaya variabel harus diteliti kenapa terjadinya perubahan/fluktuasi biaya, sehingga biaya variabel tidak berubah secara signifikan. Secara teori akuntansi, suatu perusahaan menerapkan biaya standar untuk kepentingan pengendalian biaya produksi agar biaya produksi dapat ditekan sehingga laba yang didapat lebih maksimal. Begitu juga halnya dengan PT. Borobudur seharusnya menerapkan biaya standar dalam pengendalian biaya produksinya. Karena biaya standar mempunyai peran penting dalam

9 9 pengendalian biaya produksi. Namun fakta di lapangan, perusahaan ini belum menerapkan biaya standar, khusunya untuk produk footis. Berdasarkan latar belakang tersebut, dengan belum diterapkannya biaya standar pada harga/biaya produksi pada produk footis, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul : BIAYA STANDAR DAN PENERAPANNYA SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI FOOTIS (STUDI KASUS PADA PT. BOROBUDUR SEMARANG). 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah akan diungkapkan dalam pertanyaan penelitian yang dilandasi oleh pemikiran teoritis. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu : Bagaimana penerapan biaya standar di PT. Borobudur pada produk footis? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Mengimplementasikan perhitungan biaya standar di PT. Borobudur pada produk footis

10 Batasan Masalah Penelitian ini membahas tentang biaya standar dan penerapannya sebagai alat pengendalian biaya produksi footis pada PT. Borobudur Semarang. pembahasan penelitian ini menitik beratkan pada penerapan biaya standar produksi untuk bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik. Kemudian membandingkan biaya produksi aktual dengan biaya standar yang telah ditentukan. Untuk data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi periode bulan Juni 2013 sebagai biaya produksi standar dan periode bulan Juli 2013 sebagai biaya produksi aktual. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya adalah : 1. Bagi perusahaan Dapat memberikan manfaat mengenai penerapan biaya standar yang mana di dalam praktiknya biaya standar tersebut membantu perencanaan dan pengendalian operasi

11 11 2. Bagi peneliti Hasil penelitian ini merupakan penerapan ilmu pengetahuan khususnya tentang akuntansi biaya yang bergerak dibidang perusahaan manufaktur dan diharapkan bisa menjadi tambahan pengalaman tentang aplikasi dari ilmu yang telah diperoleh peneliti selama menjalani perkuliahan di fakultas ekonomi dan bisnis jurusan akuntansi, Universitas Dian Nuswantoro 3. Bagi mahasiswa akuntansi Hasil peneltian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan mengenai penerapan ilmu akuntansi khususnya akuntansi biaya 4. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi bagi para peneliti selanjutnya di masa yang akan datang

12 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Biaya Produksi Menurut Carter dan Usry (2005), biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut Carter (2009), biaya produksi juga disebut biaya manufaktur atau biaya pabrik, biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. bahan baku langsung dan tenaga kerja, keduanya disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut biaya konversi. Biaya produksi terdiri dari beberapa elemen biaya yang mana biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang akan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang menghasilkan suatu produk yang di inginkan (Carter, 2005). Adapun pendefinisian dari elemen-elemen biaya tersebut adalah : 1. Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk.

13 13 2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. 3. Overhead pabrik juga disebut overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu, overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. 4. Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut diklasifikasikan menjadi biaya overhead pabrik. 5. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang secara tidak langsung ditelusuri ke konstruksi atau komposisi produk jadi Biaya Standar Definisi Menurut Matz dan Usry (1992), biaya standar (standar cost) adalah biaya yang ditetapkan terlebih dahulu untuk memproduksi satu unit atau sejumlah unit produk selama periode tertentu di masa mendatang. Biaya standar juga merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi

14 14 berjalan dan/atau yang diantisipasikan. Biaya aktual untuk setiap jenis bahan baku langsung, upah pekerja dan overhead pabrik setiap departemen dibandingkan dengan biaya standar. Dari perbandingan ini tentu kita melihat adanya perbedaan. Perbedaan atau selisih ini dianalisis dan diidentifikasi sebagai varians. Witjaksono (2006), menjelaskan bahwa sistem akuntansi biaya dituntut tidak saja mampu mengukur biaya aktual suatu organisasi di masa lampau (biaya historis), tapi juga mampu informasi mengenai proyeksi atau estimasi biaya serupa di masa mendatang. Untuk memenuhi kebutuhan tersebutlah dikembangkan sistem akuntansi biaya standar, sering disingkat dengan biaya standar (standar cost). Biaya standar didefinisikan sebagai patok duga (benchmark) yang secara efektif dan efisien ditetapkan dimuka (predetermined) untuk biaya-biaya yang seharusnya dikonsumsi oleh suatu produk. Horngren dan Foster (1992), berpendapat bahwa biaya standar adalah biaya ditetapkan sebelumnya dengan seksama yang biasanya dinyatakan atas dasar per unit. Standar ini merupakan biaya target, yaitu biaya yang harus dicapai. Biaya standar membantu untuk menyusun anggaran, menilai prestasi kerja, menghitung harga pokok produksi, dan menghemat biaya pembukuan. Biaya standar ini merupakan batu landasan penyusunan anggaran fleksibel dan sistem umpan balik.

15 15 Menurut Mulyadi (2005), definisi biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor tertentu. Kata-kata biaya yang seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang ditentukan di muka merupakan pedoman di dalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya. Jika biaya yang sesungguhya menyimpang dari biaya standar, maka yang dianggap benar adalah biaya standar, sepanjang asumsi-asumsi yang mendasari penentuannya tidak berubah. Menurut Carter (2005), biaya yang dialokasikan ke unit produksi bisa berupa biaya aktual atau biaya standar. Dalam sistem biaya aktual atau sistem biaya historis, informasi biaya diakumulasikan ketika biaya terjadi, tetapi penyajian atas hasilnya ditunda sampai semua operasi untuk periode akuntansi tersebut telah selesei dilakukan. Kemudian dalam sistem biaya standar, produk, operasi, dan proses dihitung biayanya berdasarkan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya dari sember daya yang akan digunakan dan harga yang telah ditentukan sebelumnya dari sumber daya tersebut. Carter (2009), menjelaskan bahwa biaya standar (standard cost) adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah tertentu produk selama suatu periode tertentu. Biaya standar adalah biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau

16 16 yang diantisipasi. Suatu biaya standar memiliki dua komponen: standar fisik, yang merupakan kuantitas standar dari input per unit output; dan standar harga, yang merupakan biaya standar atau tarif standar per unit input Manfaat Biaya Standar Biaya standar ini membantu perencanaan dan pengendalian operasi. Biaya standar ini digunakan untuk : 1. Menetapkan anggaran Dengan biaya standar, anggaran untuk volume dan bauran produk apapun dapat dibuat dengan andal dan cepat. Keandalan ditingkatkan karena standar didasarkan pada analisis dari proses produksi. Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun anggaran berkurang karena kebutuhan produksi didokumentasikan dalam standar untuk masing-masing produk. 2. Mengendalikan biaya dengan memotivasi karyawan dan mengukur efisiensi operasi Pengendalian biaya yang efektif bergantung pada pemahaman manajemen atas proses yang memicu biaya dan atas motivasi karyawan yang mengendalikan proses-proses tersebut. Ketika hasil tersedia dalam bentuk laporan varians biaya standar, manajer eksekutif dan operasi menjadi lebih sadar akan biaya. 3. Menyederhanakan prosedur perhitungan biaya dan mempercepat laporan biaya

17 17 Biaya standar menyederhanakan perhitungan biaya dengan cara mengurangi pekerjaan klerikal. Sistem biaya standar yang lengkap disertai dengan standarisasi produksi. Ketika proses produksi menjadi terstandarisasi, maka pekerjaan klerikal menurun. 4. Membebankan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi Arsip biaya standar yang lengkap, dirinci per komponen dan operasi, menyederhanakan pembebanan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Biaya persediaan dapat dengan mudah ditentukan dengan cara mengalikan kuantitas dari setiap produk. 5. Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual Ketika harga pasar dari suatu produk tidak dapat dengan segera diobservasi, seperti untuk kasus produk baru atau produk yang berbeda dengan produk pesaing, maka biaya produk biasanya digunakan sebagai titik awal dalam menentukan harga jual. Dalam menghitung biaya standar memerlukan standar fisik. Dua jenis standar fisik adalah standar dasar dan standar sekarang. Standar dasar adalah tolok ukur yang digunakan untuk membandingkan kinerja yang diperkirakan dengan kinerja aktual. Standar ini serupa dengan angka indeks yang digunakan untuk mengukur hasil-hasil berikutnya. Standar sekarang terdiri atas :

18 18 1. Standar aktual yang diperkirakan, mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi yang diperkirakan. Standar ini merupakan estimasi yang paling dekat dengan hasil aktual 2. Standar normal, mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi normal. Standar ini mencermikan hasil yang menantang namun dapat dicapai 3. Standar teoritis, mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi yang maksimum atau ideal. Standar ini lebih merupakan cita-cita yang dituju dan bukannya kinerja yang dapat dicapai sekarang Varians Biaya Standar Definisi Varians Menurut Mulyadi (2005), penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari analisis ini diselidiki penyebab terjadinya, untuk kemudian dicari jalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan. Analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berbeda dengan analisis selisih biaya overhead pabrik. dalam analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung hanya dikenal dua macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standar; sedangkan dalam analisis selisih biaya overhead pabrik dikenal tiga macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya,

19 19 kapasitas standar, dan kapasitas normal (kapasitas yang terakhir ini digunakan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik). Carter (2009), menjelaskan bahwa untuk setiap jenis bahan baku, operasi tenaga kerja, dan overhead pabrik yang dibebankan ke setiap departemen, pusat biaya, atau aktivitas, biaya aktual dibandingkan dengan biaya standar. Perbedaannya dianalisis dan diidentifikasikan sebagai varians biaya standar. Jika biaya aktual melebihi biaya standar, maka variansnya adalah tidak menguntungkan., karena kelebihan tersebut memiliki dampak yang tidak menguntungkan terhadap laba. Sebaliknya, jika biaya standar melebihi biaya aktual, maka variansnya adalah menguntungkan, karena memiliki dampak yang menguntungkan terhadap laba. Analisis tersebut tidak sampai disini. Suatu varians biaya standar adalah suatu pertanyaan dan bukannya jawaban. Untuk mengendalikan biaya, manajer sebaiknya menentukan alasan dari varians yang signifikan dengan cara melakukan investigasi atas penyebabnya. Tindakan yang efektif hanya dapat diambil jika penyebabnya diketahui Jenis-jenis Standar dan Varians Carter (2009), dari jenis-jenis standar dan varians yang ada, proses menentukan varians biaya standar adalah sebagai berikut :

20 20 1. Standar dan varians bahan baku Ada dua standar dikembangkan untuk biaya bahan baku, yaitu: 1. Standar harga bahan baku Harga standar memungkinkan untuk : a. Memantau kinerja dari departemen pembelian dan mendeteksi pengaruhnya pada biaya bahan baku; b. Mengukur dampak dari kenaikan atau penurunan harga bahan baku terhadap laba Menurut Mulyadi (2005), harga yang dipakai harga standar dapat berupa : a. Harga yang diperkirakan akan berlaku dimasa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun; b. Harga yang berlaku pada saat penyusunan biaya standar; c. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang Pada umumnya harga standar bahan baku ditentukan pada akhir tahun dan pada umumnya digunakan selama tahun berikutnya, tetapi pada harga standar ini dapat diubah bila terjadi penurunan atau kenaikan harga yang bersifat luar biasa.

21 21 Rumus : - metode satu selisih St = (HSt x KSt) - (HS x KS) - metode dua selisih SH = (HSt - HS) x KS - metode tiga selisih SHK = (HSt - HS) x (KSt KS) Keterangan: St = total selisih SH = selisih harga SHK = selisih harga/kuantitas HSt = harga standar HS = harga sesungguhnya KSt = kuantitas standar KS = kuantitas sesungguhnya (sumber: Mulyadi, 2005) 2. Standar kuantitas bahan baku (standar penggunaan bahan baku) Standar kuantitas atau penggunaan pada umumnya dikembangkan berdasarkan spesifikasi yang dibuat oleh insinyur dan/atau desainer. Dalam perusahaan kecil atau menengah, pengawas atau supervisor departemen menspesifikasikan jenis, kuantitas, dan kualitas dari bahan baku yang dibutuhkan dan operasi yang akan dilakukan. Standar kuantitas sebaiknya ditetapkan setelah analisis atas ukuran, bentuk, dan kualitas produk yang paling ekonomis serta penggunaan bahan baku dengan berbagai kualitas yang berbeda. Varians kuantitas bahan baku (varians penggunaan) dihitung dengan cara membandingkan kuantitas aktual dari bahan baku yang digunakan dengan kuantitas standar yang diperbolehkan, serta keduanya diukur dengan biaya standar. Kuantitas standar yang diperbolehkan adalah kuantitas bahan baku yang

22 22 dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk (kuantitas standar yang dperbolehkan per unit) dikalikan dengan jumlah aktual dari unit yang diproduksi selama periode tersebut. Unit yang diproduksi setara dengan unit ekuivalen produksi untuk bahan baku. Rumus : - metode dua selisih SK = (KSt - KS) x HSt Keterangan: SK = selisih kuantitas/efisiensi KSt = kuantitas standar KS = kuantitas sesungguhnya HSt = harga standar (sumber: Mulyadi, 2005) 2. Standar dan varians tenaga kerja Ada dua standar yang dikembangkan untuk biaya tenaga kerja langsung : 1. Standar tarif, upah, atau biaya Standar tarif mungkin didasarkan pada perjanjian tawar-menawar kolektif yang menentukan upah per jam, tarif per unit, dan bonus. Tanpa adanya kontrak serikat kerja, maka standar tarif ditentukan oleh upah yang disetujui. Karena tarif cenderung untuk didasarkan pada perjanjian yang pasti, maka varians tarif tenaga kerja jarang terjadi. Jika terjadi, biasanya varians tersebut disebabkan oleh kondisi jangka pendek yang tidak biasa. Untuk memastikan keadilan dalam tarif yang dibayarkan untuk setiap operasi yang dilakukan, digunakan rating pekerjaan. Ketika suatu tarif direvisi atau suatu perubahan diotorisasi secara temporer, maka hal tersebut harus

23 23 dilaporkan dengan segera ke departemen penggajian untuk menghindari penundaan, pembayaran yang tidak benar, dan pelaporan yang salah. Perbedaan yang terjadi antara tarif standar dan tarif aktual menimbulkan varians tenaga kerja (varians upah atau varians biaya). Tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar : a. Perjanjian dengan organisasi karyawan; b. Data upah masa lalu, yang digunakan sebagai tarif upah standar adalah ratarata terhitung dan rata-rata tertimbang atau median upah karyawan masa lalu; c. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal. Rumus : - metode satu selisih St = (JKSt x TUSt) - (JKS x TUS) - metode dua selisih STU = (TUSt - TUS) x JKS - metode tiga selisih STE = (JKSt - JKS) x (TUSt - TUS) Keterangan: St = total selisih STE = selisih tarif/efisiensi STU = selisih tarif upah TUSt = tarif upah standar TUS = tarif upah sesungguhnya JKSt = jam kerja standar JKS = jam kerja sesungguhnya (sumber: Mulyadi, 2005) 2. Standar efisiensi, waktu, atau penggunaan Menentukan standar efisensi tenaga kerja adalah fungsi terspesialisasi yang dikerjakan dengan baik oleh insinyur industrial, menggunakan studi waktu dan gerakan. Standar ini didasarkan pada kinerja aktual dari seorang pekerja atau

24 24 sekelompok kerja yang memiliki keahlian rata-rata menggunakan usaha rata-rata ketika melakukan operasi manual atau ketika bekerja pada mesin yang beroperasi dalam kondisi normal. Varians efisiensi tenaga kerja dihitung diakhir periode pelaporan dengan cara membandingkan jam aktual yang digunakan dengan jam standar yang diperbolehkan, keduanya diukur dengan tarif tenaga kerja standar. Rumus : - metode dua selisih SEU = (JKSt - JKS) x TUSt Keterangan: SEU = selisih efisiensi upah JKSt = jam kerja stanar JKS = jam kerja sesungguhnya TUSt = tarif upah standar (sumber: Mulyadi, 2005) 3. Standar dan varians biaya overhead Pertama, anggaran overhead pabrik dibuat, dengan cara mengestimasikan setiap pos dari overhead yang diperkirakan akan terjadi disetiap departemen, pusat biaya atau aktivitas, pada tingkat aktivitas tertentu yang telah ditentukan sebelumnya, biasanya kapasitas normal atau kapasitas aktual yang diperkirakan. Selanjutnya, dari anggaran biaya departemen jasa dialokasikan ke departemen pengguna berdasarkan jumlah jasa yang direncanakan. Jika suatu departemen produksi memiliki banyak pusat biaya, atau jika perhitungan biaya berdasarkan aktivitas digunakan, maka alokasi biaya ke departemen jasa tersebut atau ke aktivitas. Ketika semua overhead yang dianggarkan telah dialokasikan, maka overhead langsung dan tidak langsung

25 25 yang dianggarkan untuk setiap departemen dan aktivitas produksi, serta pusat biaya lainnya ditotalkan. Total tersebut kemudian dibagi dengan tingkat dasar alokasi yang telah ditentukan sebelumnya, dan hasilnya adalah tarif overhead pabrik standar untuk setiap departemen produksi atau pusat biaya. Di akhir dari setiap bulan atau periode lainnya, biasanya satu bulan, overhead pabrik yang terjadi secara aktual dibandingkan dengan total overhead standar yang dibebankan ke barang dalam proses. Perbedaannya adalah varians overhead pabrik keseluruhan. Rumus : - metode satu selisih Varians = BOP(sesungguhnya) BOP(yang di bebankan) - metode dua selisih a. selisih terkendalikan = BOP(sesungguhnya) BOP(tetap pada kapasitas normal) BOP(variabel pada jam standar) b. selisih volume = jam tenaga kerja(kapasitas normal) jam tenaga kerja(standar) x tarif BOP(tetap) - metode tiga selisih a. selisih pengeluaran = BOP(sesungguhnya) BOP(tetap pada kapasitas normal) BOP(variabel pada jam sesungguhnya) b. selisih kapasitas = jam tenaga kerja(kapasitas normal) jam tenaga kerja(sesungguhnya) x tarif BOP(tetap)

26 26 c. selisih efisiensi = jam tenaga kerja(standar) jam tenaga kerja(sesungguhnya) x tarif BOP(variabel dan tetap) - metode empat selisih a. selisih pengeluaran = BOP(sesungguhnya) BOP(tetap pada kapasitas normal) BOP(variabel pada jam sesungguhnya) b. selisih kapasitas = jam tenaga kerja(kapasitas normal) jam tenaga kerja(sesungguhnya) x tarif BOP(tetap) c. selisih efisiensi variabel = selisih efisiensi x tarip BOP variabel d. selisih efisiensi tetap = selisih efisiensi x tarif BOP tetap (sumber: Mulyadi, 2005)

27 Penelitian Terdahulu Berikut adalah hasil penelitian terdahulu, yang telah dilakukan sebelumnya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Marsiana Evaluasi Biaya Biaya standar yang diterapkan Jennie (2010) Standar dalam sangat berperan dalam Pengendalian Biaya Produksi Studi Kasus pada pengendalian biaya produksi, ini dapat dilihat dari tercapainya efisiensi biaya PT. Rajawali, Subang PG. produksi dilihat dari proses produksi dapat berjalan dengan baik dan sesuai tujuan dimana penyimpangan yang terjadi pada hasil produksi sedikit dan masih dalam batas kewajaran. 2 Edison dan Pengaruh Biaya Pengendalian yang dilakukan Untung Sapta (2010) Standar terhadap Pengendalian oleh PT. ITP, sebagai akibat penggunaan sistem biaya

28 28 Biaya Produksi Studi Kasus pada PT. ITP, Tbk standar untuk pengendalian biaya bahan baku dapat dikatatakan efektif dan terjadi efisiensi dalam pemakaian bahan baku. Begitu juga halnya dengan pengendalian biaya tenaga kerja langsung dan pengendalian biaya overhead pabrik. 3 Lim Ade Nasa (2012) Penerapan Biaya Standar terhadap Pengendalian Biaya Produksi Studi Kasus pada Peranan biaya standar ternyata sangat membantu sekali bagi manajemen dalam usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya CV. Sejahtera produksi agar lebih efektif dan Bandung efisien, sebaiknya biaya standar dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya produksi tetap diteruskan.

29 Kerangka Konseptual (Pemikiran) Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini, yaitu : Biaya Produksi : - Biaya Bahan Baku - Biaya Tenaga Kerja - Biaya Overhead Pabrik Biaya Produksi Standar Biaya Produksi Aktual Varians Analisis Evaluasi/melakukan tindak lanjut Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

30 30 Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi (Carter dan Usry, 2005). Biaya produksi terdiri dari tiga elemen biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. sebelum aktivitas produksi dilakukan, pihak manajemen membuat standar dari ketiga elemen biaya produksi tersebut, yang bertujuan agar selama proses produksi berlangsung, biaya yang ditentukan sebelumnya dapat menekan biaya produksi aktual atau biaya yang sesungguhnya terjadi dari aktivitas produksi. Ketika biaya produksi standar telah ditentukan dan telah terlihat biaya produksi aktualnya, kemudian dibandingkan kedua biaya tersebut antara biaya produksi standar dengan biaya produksi aktualnya. Ketika dibandingkan, akan terjadi perbedaan atau selisih yang disebut dengan varians. Ketika biaya produksi standar lebih besar daripada biaya produksi aktual, maka variansnya adalah favorable atau menguntungkan. Sebaliknya, ketika biaya produksi aktual lebih besar daripada biaya produksi standar, maka variansnya adalah unfavorable atau tidak menguntungkan. Ketika terjadi selisih atau varians favorable atau unfavorable, maka pihak manajemen perusahaan melakukan analisis mengenai penyebab terjadiya selisih tersebut, Jennie (2010). Analisis ini bertujuan agar ketika terjadi penyimpangan atas selisih tersebut dapat segera diatasi. Yang pada akhirnya, pihak manajemen melakukan evaluasi atau melakukan tindak lajut untuk perbaikan atas

31 31 penyimpangan yang terjadi. Sehingga bahan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai patokan atau tolak ukur penerapan biaya produksi standar untuk periode produksi berikutnya. Untuk kedepannya, selisih yang merugikan dapat ditekan kembali sehingga biaya produksi semakin efektif dan efisien. 2.3 Tahap - Tahap Penelitian Tahap-tahap utama yang akan dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap perumusan masalah Tahap pertama dalam penelitian ini adalah menentukan topik, judul, latar belakang, serta merumuskan masalah dan tujuan dari penelitian 2. Tahap pencarian data penelitian Tahap kedua ini adalah tahap dimana peneliti melakukan observasi ke objek penelitian atau perusahaan terkait untuk mencari data yang akan digunakan dalam proses perhitungan nantinya. Peneliti datang ke perusahaan, kemudian menemui pihak manajemen (divisi/staf terkait penelitian) untuk meminta data produksi terkait produk yang diteliti

32 32 3. Tahap penghitungan biaya produksi Langkah selanjutnya dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui indentifikasi perusahaan seperti biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses produksinya. Pada tahap ini juga dilakukan studi pustaka dan studi lapangan untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini. Setelah seluruh data mengenai biaya produksi perusahaan didapatkan, ditelusurilah biaya-biaya tersebut berdasarkan sifat-sifatnya, biaya-biaya produksi tersebut dipisahkan menurut biaya langsung dan biaya tidak langsung untuk memproduksi suatu produk Tahap selanjutnya adalah menerapkan biaya produksi standar yang ditentukan di awal, untuk kemudian membandingkannya dengan biaya produksi aktual Menurut Mulyadi (2005), cara menentukan biaya standar adalah : a. Biaya bahan baku standar - Kuantitas standar, dengan cara penyelidikan teknis dan analisis catatan masa lalu dalam bentuk menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu, menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang buruk dimasa lalu, dan menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik - Harga standar, pada umumnya ditentukan dari daftar harga pemasok, katalog atau informasi yang sejenis dan informasi lain yang tersedia yang

33 33 berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga-harga tersebut dimasa depan. Jika biaya angkut dan biaya pengurusan bahan baku yang lain dibebankan kepada bahan baku, maka harga standar tersebut harus juga memperhitungkan biaya-biaya tersebut. Begitu juga potongan pembelian yang diperkirakan akan diperoleh dari pemasok harus dikurangkan dari harga beli bruto dalam penerapan harga standar b. Biaya tenaga kerja standar - Jam tenaga kerja standar, dengan cara menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok (cost sheet) periode yang lalu, membuat test-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan, mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan nyata yang diharapkan, dan mengadakan taksiran yang wajar, yang didasasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk - Tarif upah standar, dengan cara perjanjian dengan organisasi karyawan, data upah masa lalu, dan perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal c. Biaya overhead pabrik standar Tarif overhead standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang di anggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal. Agar tarif overhead standar ini dapat bermanfaat untuk pengendalian biaya, maka tarif ini harus dipisahkan ke dalam tetap dan variabel. Untuk pengendalian

34 34 biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas 4. Tahap analisa biaya produksi Langkah selanjutnya adalah menganalisa atas terjadinya selisih atau varians dari pembandingan biaya produksi standar dengan biaya produksi aktual. Varians yang terjadi dianalisa mengenai faktor penyebab terjadinya selisih tersebut, kemudian melakukan perbaikan atau tindak lanjut dari selisih yang terjadi. Perhitungan varians atau selisih antara biaya produksi standar dengan biaya produksi aktual adalah : - Varians biaya bahan baku menggunakan metode tiga selisih, dengan ketentuan : a. Jika harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya, maka perhitungan selisih harga adalah : SH = (HSt - HS) x KS SK = (KSt - KS) x HS SHK = (HSt - HS) x (KSt - KS) model tiga selisih ini lebih di teliti dalam membebankan selisih harga kepada manajer fungsi pembelian dan selisih kuantitas kepada manajer fungsi produksi karena adanya join variance (selisih gabungan)

35 35 b. Jika harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya, maka perhitungan selisih harga dengan model tiga selisih adalah : SH = (HSt - HS) x KS SK = (KSt - KS) x HSt SHK = nol (tidak ada join variance) c. Jika harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya, maka perhitungan selisih harga dan kuantitas dengan model tiga selisih adalah : SH = (HSt - HS) x KSt SK = (KSt - KS) x HS SHK = nol (tidak ada join variance) - Varians biaya tenaga kerja langsung menggunakan metode tiga selisih, dengan ketentuan : a. Jika terjadi join variance : STU = (TUSt -TUS) x JKSt SEU = (JKSt - JKS) x TUSt STE = (JKSt - JKS) x (TUSt - TUS) b. Jika tidak terjadi join variance : STU = (TUSt - TUS) x JKS SEU = (JKSt - JKS) x TUSt STE = nol

36 36 - Varians biaya overhead pabrik menggunakan metode satu selisih : Varians BOP = BOP(sesungguhnya) BOP(yang dibebankan) 5. Tahap penarikan simpulan dan saran Tahap selanjutnya adalah menarik kesimpulan apakah biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan menguntungkan atau tidak sehingga ketika diketahui variansnya bisa dievaluasi dan diperbaiki untuk periode selanjutnya.

37 37 BAB III OBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini, objek yang akan diteliti adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur obat-obat herbal (jamu), yaitu PT. Borobudur. Perusahaan ini berada di daerah Semarang dan termasuk perusahaan yang bergerak aktif dalam racikan obat-obatan untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan kesehatan. Tepatnya, PT. Borobudur ini berlokasi di jl. Hasanudin No.1 Tanah Mas, Semarang. Pada penelitian kali ini, peneliti mengambil salah satu produk yang dihasilkan di perusahaan tersebut, yaitu produk footis. Produk ini bermanfaat untuk perawatan kaki dan tumit (menyembuhkan daerah kaki yang kering dan pecah-pecah). Produk ini berbentuk cream dengan cara penggunaannya mengolesi pada daerah kaki dan tumit yang bermasalah. Namun berkaitan dengan kajian biaya standar pada penelitian kali ini, PT. Borobudur tentunya memiliki biaya produksi sebagai biaya-biaya dalam proses produksi atau aktivitas operasinya. Dengan demikian, seharusnya perusahaan ini memiliki biaya yang dianggarkan sebelum proses produksi berlangsung selama satu periodenya, atau biaya yang dianggarkan tersebut adalah biaya standar.

38 38 Biaya standar yang diterapkan dalam perusahaan tersebut akan memiliki tujuan untuk mengendalikan biaya produksi. Dimana ketika biaya standar itu diterapkan, maka perusahaan akan mengendalikan biaya produksi dengan efektif dan efisien agar tidak melampaui biaya yang telah dianggarkan sebelumnya (biaya standar). Hal ini tentunya mengindikasikan bahwa penerapan biaya standar sangat berperan aktif dalam mengendalikan biaya produksi dalam suatu perusahaan. Namun, sebagaimana yang diungkapkan di latar belakang, bahwa PT. Borobudur belum mengaplikasikan atau menerapkan biaya standar, khususnya pada produk footis. Penulis sebagai peneliti yang akan melakukan observasi langsung akan mengenali dan menganalisis bagaimana biaya standar itu diterapkan dalam pengendalian biaya produksi di PT. Borobudur sebagai objek penelitian kali ini.

39 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah PT. Borobudur Semarang PT. Borobudur merupakan perusahaan manufaktur yang berdiri pada tahun 1979 yang mulai memproduksi obat herbal siap pakai pada tahun tersebut. Seiring perkembangan, pada tahun 2000, produk berbahan herbal dikembangkan untuk produk kosmetik dalam sediaan cream, gel, dan beragam sediaan lainnya. Perusahaan ini telah memproduksi berbagai macam produk yang berkaitan dengan bidang kesehatan. Namun, perusahaan ini memproduksi secara natural (bahan alami) produknya yaitu obat-obatan herbal, seperti kapsul, pil, cream, dan lain-lain yang bahan bakunya secara alami dan tidak mengandung bahan-bahan kimia. Berbagai macam produk dihasilkan oleh PT. Borobudur ini, misalnya footis. Footis merupakan suatu produk yang dihasilkan sebagai produk kesehatan dari PT. Borobudur ini. Jenis produk ini berbentuk cream lembut untuk merawat atau menyembuhkan salah satu bagian tubuh manusia. Sesuai namanya footis berkaitan dengan anggota tubuh kita, yaitu kaki. Footis ini berkhasiat untuk perawatan kaki yaitu membantu melembabkan kulit pada telapak kaki dan tumit (menyembuhkan daerah kaki yang kering dan pecah-pecah).

40 40 Proses produksi dikerjakan secara modern menggunakan teknologi mesin dengan standar proses yang benar dan dikontrol oleh tenaga terlatih dibidangnya, sehingga menghasilkan produk layak jual, berkualitas, higienis serta aman untuk dikonsumsi. Semua kegiatan yang dijalankan perusahaan diterapkan sesuai dengan quality management system ISO 9001/ serta sesuai dengan persyaratan GMP (Good Manufacturing Practices) atau CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik). Borobudur Extraction Center menggunakan teknologi modern buatan Jerman standar Eropa dalam memproses ekstrak kental dan ekstrak kering. Perusahaan juga telah memfasilitasi Laboratorium R&D (Research and Development) untuk mengembangkan produk baru dan memperbaiki produk yang telah ada untuk mencapai hasil yang terbaik. Setiap perkembangan teknologi yang digunakan untuk memproses dan kualitas produk yang dihasilkan, telah di buktikan keamanan dan khasiatnya sebelum diproduksi. Laboratorium R&D juga difasilitasi beberapa peralatan, perlengkapan dan didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya. Prosedur jaminan kualitas masing-masing produk sesuai dengan standar farmasi. Dimana laboratorium QC dilengkapi dengan peralatan canggih dan modern seperti : 1. HPLC (High Performance Liquid Chromatography) 2. Spectrophotometer UV-Vis

41 41 3. TLC Densitometer 4. Photostability Chamber 5. Laminar Air Flow 6. Tablet Hardness Tester 7. Viscometer 8. Autoclave 9. Moisture Analyzer 10. High Performance Microscope 11. Disintegration Tester Untuk meyakinkan produk terbukti aman dikonsumsi secara mikrobiologis, bagian QC juga dilengkapi dengan laboratorium mikrobiologi dimana semua produk termasuk bahan mentah dan bahan jadi telah melalui proses Quality Control sehingga aman dikonsumsi dan benar-benar telah diuji pada setiap batchnya Struktur Organisasi Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana didalamnya terdapat satu kesatuan yang terdiri dari beberapa orang untuk melakukan tugas dan fungsinya masing-masing. Meskipun berbeda tugas dan fungsi, tujuannya tetap sama. Adapun struktur organisasi PT. Borobudur Semarang akan ditunjukkan pada gambar berikut :

42 42 Prod. I Ka.Sie. Produksi I Ka. Bag Produksi Staf Gudang Rempah Ka.Sie. Produksi II Prod. II Ka.Sie Packing Ka. Bag QC Staff QC Ka. Bag QA Staff QA Ka. Sie R&D Product Staf R&D Kemasan Operational Manager Ka. Sie Personalia Ka. Sie Gudang Ka. Sie Teknik PPIC Staff PPIC (Prod. & Inv. Control) Staff PPIC (Material Control) Staff Registrasi Direktur Staff Doc Control Ka. Bag. Extraction Ka. Sie. Produksi & Teknik Ka. Div. Finance & Purchasing Finance & Purchasing Manager Ka. Bag. Purchasing Ka. Bag. Fin. & Acc. Manager Luar Pulau GM Marketing Marketing Manager Manager Eksport Manager Cabang Ka. Sie. Gudang Produk Jadi Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Borobudur Semarang Manager Product

43 43 Tugas dan fungsi dari masing-masing diatas adalah sebagai berikut: 1. Direktur merupakan pemilik perusahaan yang mempunyai kewenangan penuh atas kebijakan dan prosedur yang ada di perusahaan. 2. Operational Manager bertanggung jawab atas kegiatan operasional perusahaan dan membuat keputusan atau kebijakan demi keberlangsungan operasi yang dijalankan. Operational manager mempunyai bawahan yaitu kepala bagian produksi, kepala bagian QC (quality control), kepala bagian QA (quality assurance), kepala seksi R&D (research and development) produk dan kemasan, kepala seksi bagian (personalia, gudang, dan teknik), kepala bagian extraction yang mempunyai bawahan kepala seksi produksi dan teknik, PPIC (production planning and inventory control) yang mempunyai staf pengawasan produksi dan persediaan dan staf pengawasan bahan baku, kemudian terdapat staf registrasi dan pengawasan dokumen perusahaan. 3. Kepala Divisi Keuangan dan Pembelian bertanggung jawab atas kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan administrasi (keuangan) serta mempunyai hak untuk memberikan kebijakan/keputusan berkaitan dengan aktivitas pembelian yang dilakukan oleh perusahaan. Kepala devisi keuangan dan pembelian ini mempunyai bawahan yaitu manager keuangan dan pembelian sebagai orang yang mengelola kegiatan operasional berkaitan dengan keuangan dan pembelian, dan dibawahi oleh kepala bagian pembelian dan kepala bagian keuangan dan akuntansi.

44 44 4. General Manager Marketing bertanggung jawab atas kegiatan pemasaran produk dan mempunyai wewenang dalam pembuatan kebijakan/keputusan yang berkaitan dengan pemasaran tersebut. General manager marketing ini mempunyai bawahan yaitu marketing manager sebagai orang yang mengelola operasi pemasaran dan dibawahi oleh manager luar pulau, manager ekspor, manager cabang, manager produk, dan kepala seksi gudang produk jadi sebagai orang-orang yang bertanggung jawab dan mengatur pemasaran produk di berbagai bagian wilayah baik lokal maupun internasional Proses Produksi Footis Proses produksi adalah proses dimana mengolah/mengubah bahan mentah menjadi barang jadi atau dari suatu input menjadi output yang dihasilkan. Dalam proses produksi produk footis yang dihasilkan oleh PT. Borobudur, terdapat serangkaian proses/tahap dalam pengolahan dari bahan mentah menjadi produk jadi. Proses produksi dilakukan secara prosedural sebagaimana yang telah diterapkan oleh perusahaan ini. Bahan baku utama dari footis terdiri dari lima macam bahan utama yaitu portulacae herba extract, aloe vera gel, centellae herba extract, oleum simmodsia chinesis, dan basis cream ad. Untuk lebih jelasnya proses produksi footis terdapat pada gambar 4.2.

45 45 portulacae herba extract, aloe vera gel, centellae herba extract, oleum simmodsia chinesis, dan basis cream ad Mesin Mixer Produk berbentuk cream (footis) Mesin (pengisian tube) Packaging Footis Gambar 4.2 Proses Produksi Footis Proses produksi footis dimulai dari mencampurkan lima macam bahan yaitu portulacae herba extract, aloe vera gel, centellae herba extract, oleum simmodsia chinesis, dan basis cream ad. Kemudian kelima macam bahan dimasukkan ke dalam mesin mixer sebagai alat pencampuran dari kelima macam bahan tersebut. Setelah melalui proses pencampuran hingga dinyatakan proses tersebut selesei, maka terbentuklah gel/cream dari hasil pencampuran diatas. Kemudian tahap selanjutnya adalah cream tersebut dimasukkan kedalam tube (tabung kemasan) sesuai takaran yang telah ditentukan oleh perusahaan. Menurut komposisi yang tertera di kemasan footis, takaran kelima macam bahan untuk menghasilkan satu kemasan produk footis adalah :

46 46 1. Portulacae herba extract 2,1 gram 2. Aloe vera gel 2,1 gram 3. Centellae herba extract 1,5 gram 4. Oleum simmodsia chinesis 1,5 gram 5. Basis cream ad 60 gram Kemudian proses selajutnya adalah packaging atau pengemasan produk yang dilakukan secara manual (tanpa mesin), yaitu memasukkan kemasan tube kedalam dus sebagai pembungkus produk. Setelah proses produksi dilewati, maka footis dalam kemasan siap untuk dipasarkan dan digunakan oleh masyarakat sebagai penunjang kebutuhan akan kesehatan Peralatan Produksi Dalam proses produksi yang dilakukan oleh PT. Borobudur ini, tentunya terdapat peralatan produksi dalam menunjang kegiatan proses terjadinya dari suatu inputan menjadi output yang dihasilkan. Peralatan tersebut mempunyai spesifikasi dan fungsi yang berbeda-beda pula di dalam proses yang tengah berlangsung. Adapun beberapa peralatan produksi tersebut sebagaimana yang terinci dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Peralatan Produksi Footis No Nama Peralatan Fungsi Peralatan 1 Mesin Mixer Mesin ini berfungsi sebagai alat pencampur (blender) bahan-bahan herbal, yang menghasilkan ekstrak atau cream sesuai

47 47 output yang ingin dihasilkan sesuai prosedur yang dilaksanakan 2 Mesin (pengisian tube) Setelah ekstrak atau cream yang dihasilkan oleh mesin mixer pada tahap awal, selanjutnya mesin (pengisian tube) ini berfungsi sebagai alat untuk memasukkan ekstrak atau gel kedalam suatu tube (tabung) sesuai takaran atau volume tube (tabung) tersebut 3 Tube (tabung isi) Tube ini terbuat dari bahan plastik yang berbentuk tabung, yang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menampung ekstrak atau cream yang dihasilkan, dengan kata lain tube ini bisa disebut sebagai suatu kemasan produk dari output yang dihasilkan 4 Dus Dus ini terbuat dari bahan lunak (kertas) yang berfungsi sebagai pembungkus (dus) tube, dengan kata lain dus ini adalah suatu kemasan produk footis yang siap dipasarkan nantinya Sumber : PT. Borobudur Semarang 4.2 Penetapan Biaya Produksi Standar pada produk footis Dalam proses kegiatan produksi, suatu perusahaan tentunya membutuhkan perhitungan biaya produksi yang tepat untuk menentukan harga pokok produksinya. Suatu perusahaan pastinya menginginkan kecermatan dan ketepatan dalam perhitungan biaya produksinya itu agar setiap biaya yang

48 48 dikeluarkan dalam proses produksinya tidak berlebih, yang akan mengakibatkan kurang efisiennya biaya sehingga laba yang didapat sedikit. Maka dari itu, perusahaan harus pintar mensiasati pengeluaran sebagai suatu bentuk pengendalian. Biaya standar merupakan suatu patokan biaya atau perencanaan, yang sekaligus berfungsi sebagai pengendalian biaya produksi. Pengendalian ini dilakukan agar biaya produksi bisa lebih efektif dan efisien, sehingga laba akan lebih optimal sebagai tujuan dari perusahaan profit oriented. Untuk itu suatu perusahaan seharusnya menerapkan biaya standar dalam proses produksinya sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi. Disamping itu pula, perusahaan akan mendapat suatu gambaran yang jelas dalam proses pengambilan keputusan mengenai biaya produksi untuk periode yang akan datang. Perusahaan sangat penting menerapkan biaya standar, termasuk untuk PT. Borobudur Semarang. Seperti yang dijelaskan di latar belakang masalah mengenai PT. Borobudur dan produk footis, tentu PT. Borobudur menginginkan efektivitas dan efisiensi dalam biaya produksinya. Namun pengendalian biaya produksi di PT. Borobudur tidak mengacu biaya standar, akan tetapi menurut penjelasan pihak manajemen terkait, pengendalian biaya produksi mengacu terhadap rata-rata penjualan, artinya apabila penjualan meningkat maka biaya produksi meningkat sehingga pengendalian biaya produksi nantinya bisa ditekan untuk periode selanjutnya. Kemudian untuk biaya variabel harus di teliti kenapa

49 49 terjadinya perubahan/fluktuasi biaya, sehingga biaya variabel tidak berubah secara signifikan. Namun, dengan menggunakan metode biaya standar akan membantu PT. Borobudur dalam proses perencanaan dan pengendalian biaya produksi. Sebagaimana yang dijelaskan pula, biaya standar merupakan suatu alat penting dalam kegiatan produksi meskipun biaya standar juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya sebagai suatu bentuk pengendalian biaya. Dalam hal ini, penentuan biaya produksi standar akan dibagi menjadi tiga bagian, antara lain: biaya bahan baku standar, biaya tenaga kerja standar, dan biaya overhead pabrik standar Biaya Bahan Baku Standar Biaya bahan baku standar merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan-bahan menjadi produk jadi/output yang siap pakai atau siap dipasarkan. Penetapan biaya bahan baku standar footis di PT. Borobudur Semarang dilakukan dengan menganalisa data historis pembelian bahan-bahan seperti portulacae herba extract, aloe vera gel, centellae herba extract, oleum simmodsia chinesis, dan basis cream ad sebagai bahan baku produksi footis, dengan menghitung pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu. Biaya bahan baku standar ini dibagi menjadi harga standar bahan baku dan kuantitas standar bahan baku.

50 50 1. Harga Standar Bahan Baku Penyusunan biaya standar bahan baku footis ditentukan berdasarkan data yang digunakan pada periode bulan Juni 2013, harga bahan baku yang dipakai sebagai standar adalah harga pembelian bahan baku pada periode bulan Juni. Hal ini dilakukan karena data yang ada pada bulan Juni tersebut dijadikan standar untuk penentuan biaya produksi standar footis di PT. Borobudur Semarang. Berikut rincian harga pembelian bahan baku pada bulan Juni 2013 yang dijadikan harga standar bahan baku pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Harga Standar Bahan Baku (Footis) No Nama Bahan Baku Harga Standar (Rp/kg) 1 Portulacae Herba Extract ,00 2 Aloe Vera Gel ,00 3 Centellae Herba Extract ,00 4 Oleum Simmodsia Chinesis ,00 5 Basis Cream Ad ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Terdapat 5 macam bahan baku dalam proses produksi footis, dimana harga pembelian per kilogramnya telah terinci pada tabel di atas. Namun dari data yang didapat, dari 5 macam bahan tersebut ada 3 macam bahan yang langsung di import dari luar negeri dan harga per kilogramnya, yaitu portulacae herba extract USD 65,00; aloe vera gel USD 21,00; dan oleum simmodsia chinesis USD 160,00. Pada bulan Juni 2013 menurut informasi kurs tengah Bank Indonesia bahwa kurs dolar amerika terhadap rupiah pada saat itu adalah berkisar antara Rp 9.923,00; Rp 9.960,00; Rp

51 ,00; hingga mencapai angka Rp ,00 per dolar amerika karena diakibatkan melemahnya nilai dari rupiah tersebut. Perlu ditekankan bahwa nilai tukar rupiah sangat berfluktuasi setiap harinya sehingga kurs yang dinyatakan benar adalah ketika proses import barang dilakukan. Untuk itu, disini penulis mengambil nilai tukar sebesar Rp ,00 per dolar amerika. Pengambilan ini sangat beralasan karena untuk import bahan baku itu sendiri terkadang PT. Borobudur Semarang mengimport dari bulan-bulan sebelum periode produksi yang akan datang berlangsung. Sebagai tambahan informasi juga bahwa pada bulan Mei 2013, menurut nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika yang disajikan oleh Bank BNI 46 yaitu nilai tukar rupiah pada level Rp 9.865,00 per dolar amerika. Kemudian untuk harga dari ketiga macam bahan baku yang di import diatas sudah termasuk PPN (pajak penambah nilai) dan biaya angkut/biaya transportasi seperti yang diklaim oleh PT. Borobudur Semarang. 2. Kuantitas Standar Bahan Baku Standar kuantitas bahan baku yang digunakan dalam proses produksi footis berdasarkan jumlah pemakaian bahan baku dalam memproduksi footis yaitu sebanyak 900 tube yang dihasilkan setiap bulannya. Dalam satu tube yang dihasilkan terdapat komposisi bahan dengan takaran dimana portulacae herba extract 2,1 gram; aloe vera gel 2,1 gram; centellae herba extract 1,5 gram; oleum simmodsia chinesis 1,5 gram;

52 52 dan basis cream ad 60 gram. Dengan demikian kuantitas standar setiap bulannya untuk 900 tube akan dirincikan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Kuantitas Standar Bahan Baku (Footis) No Bahan Baku Komposis/tube Tube/bulan Kuantitas Standar (Kg) 1 Portulacae Herba Extract 2,1 gram 900 1,89 2 Aloe Vera Gel 2,1 gram 900 1,89 3 Centellae Herba Extract 1,5 gram 900 1,35 4 Oleum Simmodsia Chinesis 1,5 gram 900 1,35 5 Basis Cream Ad 60 gram Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Bahan Baku Tabel 4.4 Total Standar Biaya Bahan Bahan Baku (Footis) Kuantitas Standar (Kg) Harga Standar (Rp) Total Standar Biaya Bahan Baku (Rp) Hasil Produksi (Tube) Standar Biaya Bahan Baku per Tube (Rp) = ( 1 x 2 ) 4 5 = ( 3 / 4 ) Portulacae Herba Extract 1, , , ,00 Aloe Vera Gel 1, , , ,00 Centellae Herba Extract 1, , , ,00 Oleum Simmodsia Chinesis 1, , , ,00 Basis Cream Ad , , ,00 Total 6.606,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Berdasarkan tabel 4.4 telah diketahui bahwa besarnya biaya bahan baku standar per tube adalah sebesar Rp 6.606,00. PT. Borobudur Semarang dalam sebulan memproduksi sebanyak 60,48 kilogram untuk kelima macam bahan baku yang digunakan, dengan total harga pembelian sebesar Rp ,00 yang menghasilkan 900 tube produk footis setiap bulannya Biaya Tenaga Kerja Standar Selama proses produksi dilakukan, tentunya ada keterlibatan para pekerja dalam mengolah ataupun mengawasi jalannya kegiatan produksi. Disamping biaya bahan baku standar sebagai suatu inputan, terdapat pula biaya tenaga kerja

53 53 standar yang berfungsi sebagai upah pegawai dengan kapasitas jam kerja yang telah disepakati bersama. Lebih jelasnya, untuk penetapan biaya tenaga kerja standar ini dibagi menjadi jam tenaga kerja standar dan tarif upah standar. 1. Jam Tenaga Kerja Standar Penetapan jam tenaga kerja standar pada PT. Borobudur Semarang, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bersama yang ditentukan di awal yaitu 8 jam kerja per hari. Perusahaan mengklaim bahwa efektivitas bekerja dalam sebulan adalah 22 hari kerja sesuai prosedural dengan catatan masuk kerja 5 hari (senin-jumat) dalam seminggu. Kemudian PT. Borobudur Semarang hanya mempekerjakan 2 orang untuk kegiatan produksi yang menghasilkan produk footis ini. Hal ini tentu harus diperjelas bahwa PT. Borobudur Semarang tidak hanya memproduksi footis saja atau hanya satu produk, akan tetapi perusahaan memproduksi sekitar 50 macam produk yang mana setiap produk bisa di produksi oleh jumlah pegawai dan jam kerja yang sama tetapi tetap mengacu sesuai pada prosedur produksi perusahaan. Untuk itu pada produk footis ini di targetkan hanya memproduksi 900 tube saja dalam sebulan, ketika terjadi perubahan target atau tidak adanya produksi itu disesuaikan dengan kondisi pasar sebagai distribusi footis ini. Untuk rincian penetapan jam kerja standar ini dapat dilihat pada tabel berikut:

54 54 Jumlah Pekerja Jam Kerja Standar per hari Tabel 4.5 Jam Tenaga Kerja Standar (Footis) Jumlah hari Total Jam Kerja dalam sebulan Jumlah Produksi (Tube) Standar Jam TKL per tube = (1 x 2 x 3) 5 6 = ( 4 / 5 ) ,3911 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total jam kerja yang dibutuhkan selama produksi dalam satu bulan adalah 352 jam kerja. Dengan perhitungan tersebut, akan didapat jam kerja standar untuk per tube nya sebesar 0,3911 jam per tube. 2. Tarif Upah Standar Penetapan tarif upah standar pada PT. Borobudur Semarang, ditentukan berdasarkan atas tarif upah minimum regional (UMR) atau tarif upah minimum pegawai (UMP) pada saat kesepakatan kontrak kerja yang disepakati bersama. Perusahaan menginformasikan bahwa untuk tarif upah minimum regional (UMR) untuk daerah semarang pada saat terjadi kontrak kerja sampai yang berlaku hingga saat ini adalah sebesar Rp ,00 upah ini berlaku untuk kedua pekerja yang terlibat dalam proses produksi footis ini. Rincian penetapan tarif upah standar ini akan terlihat pada tabel berikut: Jumlah Pekerja Tarif Upah Standar per bulan (Rp) Tabel 4.6 Tarif Upah Standar (Footis) Total Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp) Total Jam Kerja Sebulan Tarif Upah Standar per jam (Rp) = (1 x 2) 4 5 = (3 / 4) , , ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang

55 55 Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tarif upah standar untuk dua orang pekerja adalah sebesar Rp 6.869,88 per jam, kemudian dibulatkan menjadi Rp 6.870,00. Kemudian rincian total biaya tenaga kerja langsung standar akan dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar (Footis) Standar Jam TKL per Tube Tarif Upah Standar per jam (Rp) Total Standar Biaya Tenaga Kerja per Tube (Rp) = ( 1 x 2 ) 0, , ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Dari hasil diatas, diketahui bahwa total biaya tenaga kerja standar pada produk footis per tube-nya adalah sebesar Rp 2.686,85 yang kemudian dibulatkan menjadi Rp 2.687, Biaya Overhead Pabrik Standar Perhitungan biaya overhead pabrik standar disini penulis menggunakan dalam satuan tarif dan jam kerja. Tarif ini mewakili bagian tarif biaya dari tarif overhead, sedangkan jam berkaitan dengan dasar aktivitas yang digunakan untuk membebankan overhead ke unit-unit produk. Adapun rumus untuk menghitung biaya overhead standar sebagai berikut: Biaya Overhead Standar = (Total biaya overhead / Jam kerja TKL) x jam/unit Untuk perhitungan secara rinci mengenai besarnya standar biaya overhead, akan disajikan pada tabel berikut ini:

56 56 Tabel 4.8 Biaya Standar Overhead Pabrik Variabel (Footis) Keterangan Biaya (Rp/tube) Biaya Bahan Penolong 2.252,00 Biaya Listrik 450,00 Biaya Telepon 50,00 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 569,00 Biaya Reparasi dan Pemeliharaan 770,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Tabel 4.9 Biaya Standar Overhead Pabrik Tetap (Footis) Keterangan Biaya (Rp/tube) Biaya Penyusutan Mesin, Kendaraan dan Bangunan 4.858,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Berdasarkan dari hasil perhitungan tabel diatas, maka biaya produksi standar untuk satu tube adalah : 1. Biaya bahan baku standar 6.606,00 2. Biaya tenaga kerja langsung standar 2.687,00 3. Biaya overhead pabrik standar 8.949, Biaya Produksi Footis PT. Borobudur Semarang Perhitungan Biaya Produksi Footis menurut PT. Borobudur Semarang Perhitungan biaya produksi footis meliputi perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya-biaya lain yang dikategorikan sebagai biaya overhead pabrik (BOP). Dalam perhitungan biaya produksi langsung seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dihitung berdasarkan pemakaian bahan

57 57 baku dan penggunaan tenaga kerja yang secara langsung ikut terlibat dalam proses produksi footis ini. Sedangkan untuk perhitungan biaya overhead pabrik dihitung tidak secara rinci karena dalam proses produksi PT. Borobudur Semarang tidak hanya memproduksi satu produk atau footis saja, akan tetapi perusahaan memproduksi sekitar hampir 50 macam produk yang diproduksi setiap bulan atau setiap periode produksi berlangsung. Ini berarti untuk penekanan biaya overhead pabrik, menurut penulis dihitung secara rata-rata per produk yang dihasilkan. Dengan demikian, total biaya overhead per item misalnya biaya listrik, dihitung dan dibagi secara rata untuk setiap produk dari keseluruhan produk yang di produksi PT. Borobudur Semarang. Footis sebagai salah satu produk yang dihasilkan oleh PT. Borobudur Semarang. dalam memproduksi footis ini, dibutuhkan 5 macam bahan baku dimana setiap tube (satu kemasan footis) memiliki komposisi dengan takaran yaitu portulacae herba extract 2,1 gram; aloe vera gel 2,1 gram; centellae herba extract 1,5 gram; oleum simmodsia chinesis 1,5 gram; dan basis cream ad 60 gram. Untuk setiap bulannya perusahaan menargetkan sebanyak 900 tube untuk produk ini. Target ini sewaktu-waktu bisa berubah sesuai kondisi/permintaan pasar. Namun, perusahaan megklaim sejauh ini footis diproduksi hanya 900 tube saja dan belum berubah sejak produk ini diproduksi dan didistribusikan. Dalam penelitian ini, data yang akan digunakan atau diolah adalah data produksi pada bulan Juli Sesuai yang telah dijelaskan diatas, target produksi footis tidak berubah setiap bulannya termasuk pada bulan Juli. Namun

58 58 perubahan terjadi pada biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, yang diakibatkan perubahan harga dan pengurangan jam kerja pada bulan tersebut. Berikut rincian perhitungan biaya produksi footis menurut PT. Borobudur Semarang pada tabel Tabel 4.10 Perhitungan Biaya Produksi Footis menurut PT. Borobudur Semarang per Juli 2013 Keterangan Total Biaya (Rp) Biaya Bahan Baku ,00 Biaya Tenaga Kerja ,00 Tube ,00 Dus ,00 Bensin ,00 Listrik ,00 Telepon ,00 Reparasi dan Pemeliharaan ,00 Jumlah ,00 Jumlah Produksi per bulan (tube) 900 Biaya per tube ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Berdasarkan Tabel 4.10, berikut adalah ulasan rincian untuk masingmasing biaya : 1. Biaya Bahan Baku Dalam proses produksi footis, bahan baku yang digunakan adalah 5 macam bahan baku sesuai takaran per tube-nya yaitu portulacae herba extract 2,1 gram; aloe vera gel 2,1 gram; centellae herba extract 1,5 gram; oleum simmodsia chinesis 1,5 gram; dan basis cream ad 60 gram. Kelima macam bahan baku ini dicampur (blender) dengan mesin mixer yang nantinya menghasilkan gel/cream (footis). Namun sebagaimana yang telah dijelaskan diawal pada bagian biaya bahan baku, dari kelima macam

59 59 bahan baku tersebut terdapat tiga macam bahan baku yang langsung di import dari luar negeri. Ketiga macam bahan baku tersebut adalah portulacae herba extract, aloe vera gel, dan oleum simmodsia chinesis. Tentunya dengan ini, harga ketiga macam bahan baku tersebut dipengaruhi oleh faktor kurs rupiah terhadap dolar (USD). Diketahui bahwa nilai tukar rupiah (kurs) pada bulan Juli 2013 menurut kurs tengah Bank Indonesia adalah pada kisaran Rp ,00 Rp ,00 per dolar amerika dan ditutup pada level Rp ,00/10.220,00 per dolar amerika. Melemahnya rupiah terhadap dolar amerika disebabkan oleh tingginya permintaan valas oleh nasabah korporasi/retail, termasuk untuk repatriasi dividen dan hasil investasi. Untuk itu disini penulis mengambil kurs rupiah terhadap dolar amerika yaitu pada level Rp ,00 per dolar amerika sebagai kurs tengah dari kisaran kurs fluktuatif yang terjadi. Kuantitas bahan baku yang digunakan pada bulan Juli tidak berubah dari bulan Juni yang lalu karena dalam lingkup target yang sama yaitu 900 tube tiap bulan. Kuantitas bahan baku yang digunakan untuk produksi 900 tube per bulannya yaitu : - portulacae herba extract 1,89 kilogram - aloe vera gel 1,89 kilogram - centellae herba extract 1,35 kilogram - oleum simmodsia chinesis 1,35 kilogram - basis cream ad 54 kilogram

60 60 Untuk perhitungan biaya bahan baku pada bulan Juli 2013 dapat dilihat secara rinci pada tabel berikut ini: Tabel 4.11 Biaya Bahan Baku per Juli 2013 No Nama Bahan Baku Harga Kuantitas Total per kg (Rp) (Kg) Biaya (Rp) 1 Portulacae Herba Extract ,00 1, ,00 2 Aloe Vera Gel ,00 1, ,00 3 Centellae Herba Extract ,00 1, ,00 4 Oleum Simmodsia Chinesis ,00 1, ,00 5 Basis Cream Ad , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Berdasarkan Tabel 4.9, PT. Borobudur Semarang memproduksi footis selama bulan Juli 2013 sebanyak 900 tube dengan total biaya bahan baku sebesar Rp , Biaya Tenaga Kerja PT. Borobudur Semarang dalam kegiatan produksinya tentu memakai para pekerja selama keberlangsungan proses produksi. Inilah yang dinamakan biaya tenaga kerja sebagai biaya upah pekerja dengan jam kerja yang telah ditentukan atau disepakati bersama. Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya tenaga kerja yang langsung terlibat dalam proses produksi. Kemudian biaya tenaga kerja tidak langsung bisa diartikan sebagai biaya tenaga kerja yang tidak ikut terlibat langsung dalam proses produksi, misalnya sopir perusahaan yang bertugas mendistribusikan barang/produk ke pasaran.

61 61 Untuk biaya tenaga kerja tidak langsung, khusus untuk produk footis itu sendiri, perusahaan memakai tenaga kerja tidak langsung yaitu sopir dan kenek. Sopir dan kenek ini masing-masing 1 orang yang bertugas sebagai mengambil/mengangkut bahan baku dan mendistribusikan produk ke pasaran. Menurut perusahaan, tugas tersebut dilakukan selama 2 hari dalam sebulan atau sekali periode produksi. Sehingga bayaran atau upah untuk sopir dan kenek dihitung per hari sebagai pekerja panggilan jika dibutuhkan saja. Untuk upah itu sendiri yaitu sopir sebesar Rp ,00 dan kenek sebesar Rp ,00 per harinya. Dengan demikian, total biaya tenaga kerja tidak langsung pada produk footis selama sebulan adalah : Tabel 4.12 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung (Footis) Keterangan Upah Jumlah Upah per hari (Rp) Hari Kerja Sebulan (Rp) Sopir , ,00 Kenek , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Untuk biaya tenaga kerja langsung, perusahaan mempekerjakan sebanyak 2 orang sebagai bagian produksi yaitu ikut terlibat langsung pada saat produksi berlangsung dan kedua orang ini juga bertugas sebagai mandor produksi atau mengawasi jalannya kegiatan produksi. Hal ini dikarenakan bahwa pada saat proses produksi, pengolahan atau pembuatan dari input menjadi output lebih sering dilakukan oleh mesin bukan secara manual, sehingga ketika proses dilakukan oleh mesin, kedua orang ini mengawasi

62 62 jalan dan area produksi. Dengan jam kerja sehari yaitu dimulai pada pukul WIB sampai dengan pukul WIB dengan waktu istirahat satu jam pada pukul sampai pukul WIB. Dalam seminggu para pekerja hanya masuk 5 hari yaitu senin sampai dengan jumat. Untuk upah pekerja, perusahaan memberikan upah minimum regional (UMR) yang telah disepakati bersama pada saat itu yaitu sebesar Rp ,00 per orang setiap bulannya. Untuk rincian biaya tenaga kerja pada bulan Juli 2013 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.13 Biaya Tenaga Kerja per Juli 2013 Nama Bagian Jumlah Upah Total Pekerja per bulan (Rp) Upah Sebulan (Rp) Bag. Produksi , ,00 Sopir , ,00 Kenek , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total upah sebulan untuk total 4 orang pekerja produksi footis adalah sebesar Rp , Tube Tube adalah kemasan produk footis yang terbuat dari bahan plastik berbentuk tabung, yang berfungsi juga sebagai wadah atau tempat cream dari produk footis ini. Pada saat tahap pencampuran (blender) bahanbahan baku footis telah dilakukan, maka selanjutnya hasil yang berbentuk cream dari proses pencampuran (blender) tersebut dimasukkan kedalam tabung sebagai wadah cream yang dinamakan tube. Pada proses

63 63 pengisian cream ke tube ini dilakukan dengan bantuan mesin, yaitu menggunakan mesin pengisian tube. Dari data produksi perusahaan yang didapat, biaya/harga tube ini sebesar Rp 1.100,00 kepada penulis, informasi biaya tersebut diberikan perusahaan tanpa diberikan informasi bagaimana proses produksi tube ini dilakukan. Akan tetapi, perusahaan mengklaim bahwa biaya tube tersebut sesuai dengan biaya produksinya. Pada produksi footis ini, tube yang digunakan setiap bulannya adalah sebanyak 900 tube. Untuk lebih rincinya mengenai harga tube perbulannya, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.14 Biaya Penggunaan Tube per Juli 2013 Biaya per tube (Rp) Penggunaan Tube Sebulan Total Biaya (Rp) 1.100, ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total biaya tube yang digunakan selama sebulan adalah sebesar Rp , Dus Setelah footis dikemas dalam tube, selanjutnya footis dikemas kedalam dus yang terbuat dari bahan kertas. Pada dus ini diberikan informasi mengenai produk footis itu sendiri, misalnya komposisi yang digunakan oleh produk ini. Untuk pengemasan produk footis ini kedalam dus dilakukan secara manual atau dilakukan oleh pekerja tanpa bantuan mesin. Untuk biaya dus ini sebesar Rp 900,00 per dus-nya. Sama seperti penjelasan tube, biaya tube ini tidak diberikan informasi mengenai

64 64 produksi dus ini dilakukan. Namun biaya dus ini sesuai dengan biaya produksinya. Untuk penggunaan dus setiap bulannya, tentunya sama seperti tube yaitu 900 dus. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.15 Biaya Penggunaan Dus per Juli 2013 Biaya per dus (Rp) Penggunan Dus Sebulan Total Biaya (Rp) 900, ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total biaya penggunaan dus setiap bulannya adalah sebesar Rp , Bensin Biaya bensin digunakan untuk mobil operasional yaitu untuk mengambil bahan baku dan mendistribusikan produk yang dihasilkan ke pasaran. Karena waktu/hari kerja untuk operasional hanya 2 hari, maka dalam sebulan bensin yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp ,00 x 2 hari = Rp ,00 *Rp ,00 didapat dari biaya yang dianggarkan oleh perusahaan dalam sehari untuk operasional kendaraan (bensin). Lebih jelasnya, biaya penggunaan bensin dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.16 Biaya Penggunaan Bensin selama Satu bulan Pemakaian dalam sehari (Rp) Jumlah pemakaian dalam sebulan (hari) Total Biaya Sebulan (Rp) , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari PT. Borobudur Semarang (Juli)

65 65 6. Biaya Listrik Penggunaan listrik pada PT. Borobudur Semarang untuk menghidupkan mesin pada saat proses produksi berlangsung dan penerangan dalam pabrik. biaya listrik ini setiap bulannya adalah sebesar Rp ,00 namun perlu ditekankan bahwa PT. Borobudur memproduksi sekitar 50 macam produk setiap bulannya. Dengan demikian, untuk produk footis sendiri biaya listrik setiap bulannya bisa diambil kesimpulan yaitu Rp ,00 / 50 macam produk yang dihasilkan setiap bulannya = Rp ,00 per bulan. Untuk penggunaan biaya listrik pada produk footis ini secara rinci bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.17 Biaya Listrik per Juli 2013 Total Biaya Listrik (Rp) Total Produk Dihasilkan Biaya Listrik Footis (Rp) = ( 1 / 2 ) , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) 7. Biaya Telepon Telepon digunakan oleh perusahaan untuk melakukan komunikasi dengan pihak diluar perusahaan, misalnya dalam melakukan transaksi pemesanan bahan baku dan bisa juga digunakan untuk pelayanan customer-call. Biaya telepon PT. Borobudur Semarang sebesar Rp ,00 per Juli Namun perlu diperjelas, biaya tersebut mencakup keseluruhan bukan kepentingan per produknya. Sebagaimana yang telah dijelaskan, perusahaan memproduksi sekitar 50 macam produk setiap bulannya.

66 66 Dengan demikian, biaya telepon Rp ,00 harus dibagi rata untuk setiap produknya. Untuk rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.18 Biaya Telepon selama Satu bulan Biaya Telepon Sebulan (Rp) Jumlah Produk Dihasilkan Biaya per produk sebulan (Rp) , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) 8. Reparasi dan Pemeliharaan Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin dikeluarkan oleh perusahaan untuk perbaikan mesin apabila terjadi kerusakan dan untuk perawatan setiap bulannya agar mesin yang digunakan untuk produksi tetap awet dan tahan lama serta mesin dapat berfungsi dengan baik. Meskipun mesin tidak terjadi kerusakan pada tiap bulannya, akan tetapi pemeliharaan harus tetap dilakukan, misalnya dilakukan check-up dan servis setiap bulannya. Biaya yang dikeluarkan mungkin tidak banyak dalam hal pemeliharaan, namun biaya reparasi perlu dianggarkan pada setiap bulannya untuk antisipasi terjadinya kerusakan sewaktu-waktu. Dengan demikian, biaya reparasi dan pemeliharaan sebesar Rp ,00 untuk 2 mesin produksi footis pada Juli Kemudian untuk merawat kendaraan perusahaan yaitu untuk mengangkut bahan baku dan mendistribusikan produk ke pasaran. Untuk biaya servis mobil pada bulan Juli adalah sebesar Rp ,00 yang digunakan untuk mengganti pelumas atau terjadi kerusakan pada spare-part mobil.

67 67 Secara rinci, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut: Tabel 4.19 Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Mesin per Juli 2013 Keterangan Total Biaya Sebulan (Rp) Mesin Mixer ,00 Mesin Pengisian Tube ,00 Servis Mobil Operasional ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Perhitungan Biaya Produksi Footis dengan Metode Full Costing Penentuan biaya produksi dapat dilakukan dengan menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk. Dengan demikian, dalam menentukan biaya produksi footis pada PT. Borobudur Semarang ini menggunakan metode full costing yang merupakan salah satu metode penentuan biaya produksi yang menghitung semua unsur biaya yang terlibat kedalam proses produksi, yang meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik biaya overhead pabrik tetap maupun variabel. 1. Biaya Bahan Baku Untuk produksi footis, bahan baku yang digunakan adalah 5 macam bahan baku sesuai takaran per tube-nya yaitu portulacae herba extract 2,1 gram; aloe vera gel 2,1 gram; centellae herba extract 1,5 gram; oleum simmodsia chinesis 1,5 gram; dan basis cream ad 60 gram. Kelima macam bahan baku ini dicampur (blender) dengan mesin mixer yang

68 68 nantinya menghasilkan cream (footis). Namun sebagaimana yang telah dijelaskan diawal pada bagian biaya bahan baku, dari kelima macam bahan baku tersebut terdapat tiga macam bahan baku yang langsung di import dari luar negeri. Ketiga macam bahan baku tersebut adalah portulacae herba extract, aloe vera gel, dan oleum simmodsia chinesis. Tentunya dengan ini, harga ketiga macam bahan baku tersebut dipengaruhi oleh faktor kurs rupiah terhadap dolar (USD). Diketahui bahwa nilai tukar rupiah (kurs) pada bulan Juli 2013 menurut kurs tengah Bank Indonesia adalah pada kisaran Rp ,00 Rp ,00 per dolar amerika dan ditutup pada level Rp ,00/10.220,00 per dolar amerika. Melemahnya rupiah terhadap dolar amerika disebabkan oleh tingginya permintaan valas oleh nasabah korporasi/retail, termasuk untuk repatriasi dividen dan hasil investasi. Untuk itu disini penulis mengambil kurs rupiah terhadap dolar amerika yaitu pada level Rp ,00 per dolar amerika sebagai kurs tengah dari kisaran kurs fluktuatif yang terjadi. Kuantitas bahan baku yang digunakan pada bulan Juli tidak berubah dari bulan Juni yang lalu karena dalam lingkup target yang sama yaitu 900 tube tiap bulan. Kuantitas bahan baku yang digunakan untuk produksi 900 tube per bulannya yaitu portulacae herba extract 1,89 kilogram; aloe vera gel 1,89 kilogram; centellae herba extract 1,35 kilogram; oleum simmodsia chinesis 1,35 kilogram; dan basis cream ad 54 kilogram.

69 69 Perhitungan biaya bahan baku pada bulan Juli 2013 dapat dilihat secara rinci pada tabel berikut ini : Tabel 4.20 Biaya Bahan Baku per Juli 2013 No Nama Bahan Baku Harga Kuantitas Total per kg (Rp) (Kg) Biaya (Rp) 1 Portulacae Herba Extract ,00 1, ,00 2 Aloe Vera Gel ,00 1, ,00 3 Centellae Herba Extract ,00 1, ,00 4 Oleum Simmodsia Chinesis ,00 1, ,00 5 Basis Cream Ad , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Berdasarkan Tabel 4.20, PT. Borobudur Semarang memproduksi footis selama bulan Juli 2013 sebanyak 900 tube dengan total biaya bahan baku sebesar Rp , Biaya Tenaga Kerja Langsung Dalam produksi footis ini, PT. Borobudur Semarang mempekerjakan 2 orang pekerja. Dengan jam kerja sehari yaitu dimulai pada pukul WIB sampai dengan pukul WIB dengan waktu istirahat satu jam pada pukul sampai pukul WIB. Dalam seminggu para pekerja hanya masuk 5 hari yaitu senin sampai dengan jumat. Untuk upah pekerja, perusahaan memberikan upah minimum regional (UMR) yang telah disepakati bersama pada saat itu yaitu sebesar Rp ,00 per orang setiap bulannya. Untuk rincian biaya tenaga kerja langsung pada bulan Juli 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:

70 70 Tabel 4.21 Biaya Tenaga Kerja (Langsung) per Juli 2013 Jumlah Pekerja Upah per bulan (Rp) Total Upah Sebulan (Rp) , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total upah sebulan untuk 2 orang pekerja produksi footis adalah sebesar Rp ,00 upah ini hanya termasuk upah tenaga kerja langsung yaitu pekerja yang terlibat langsung dalam proses produksi ini. 3. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang memengaruhi proses produksi tetapi tidak langsung. Biaya overhead pabrik juga bisa dikatakan sebagai biaya lain-lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead pabrik yang digunakan PT. Borobudur Semarang adalah sebagai berikut : 1. Biaya Bahan Penolong Bahan penolong adalah bahan yang mempunyai nilai relatif kecil dan melekat pada bagian produk jadi maupun tidak menjadi produk jadi. 1) Tube Tube adalah kemasan produk footis yang terbuat dari bahan plastik berbentuk tabung, yang berfungsi juga sebagai wadah atau tempat cream dari produk footis ini. Pada saat tahap pencampuran (blender) bahan-bahan baku footis telah dilakukan, maka selanjutnya hasil yang berbentuk gel dari proses pencampuran

71 71 (blender) tersebut dimasukkan kedalam tabung sebagai wadah cream yang dinamakan tube. Pada proses pengisian cream ke tube ini dilakukan dengan bantuan mesin, yaitu menggunakan mesin pengisian tube. Dari data produksi perusahaan yang didapat, biaya/harga tube ini sebesar Rp 1.100,00 kepada penulis, informasi biaya tersebut diberikan perusahaan tanpa diberikan informasi bagaimana proses produksi tube ini dilakukan. Akan tetapi, perusahaan mengklaim bahwa biaya tube tersebut sesuai dengan biaya produksinya. Pada produksi footis ini, tube yang digunakan setiap bulannya adalah sebanyak 900 tube. Untuk lebih rincinya mengenai harga tube perbulannya, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.22 Biaya Penggunaan Tube per Juli 2013 Biaya per tube (Rp) Penggunaan Tube Sebulan Total Biaya (Rp) 1.100, ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total biaya tube yang digunakan selama sebulan adalah sebesar Rp ,00. 2) Dus Setelah footis dikemas dalam tube, selanjutnya footis dikemas kedalam dus yang terbuat dari bahan kertas. Pada dus ini diberikan informasi mengenai produk footis itu sendiri, misalnya komposisi yang digunakan oleh produk ini. Untuk pengemasan

72 72 produk footis ini kedalam dus dilakukan secara manual atau dilakukan oleh pekerja tanpa bantuan mesin. Untuk biaya dus ini sebesar Rp 900,00 per dus-nya. Sama seperti penjelasan tube, biaya tube ini tidak diberikan informasi mengenai produksi dus ini dilakukan. Namun biaya dus ini sesuai dengan biaya produksinya. Untuk penggunaan dus setiap bulannya, tentunya sama seperti tube yaitu 900 dus. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.23 Biaya Penggunaan Dus per Juli 2013 Biaya per dus (Rp) Penggunan Dus Sebulan Total Biaya (Rp) 900, ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total biaya penggunaan dus setiap bulannya adalah sebesar Rp ,00. 3) Bensin Biaya bensin digunakan untuk mobil operasional yaitu untuk mengambil bahan baku dan mendistribusikan produk yang dihasilkan ke pasaran. Karena waktu/hari kerja untuk operasional hanya 2 hari, maka dalam sebulan bensin yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp ,00 x 2 hari = Rp ,00 *Rp ,00 didapat dari biaya yang dianggarkan oleh perusahaan dalam sehari untuk operasional kendaraan (bensin). Lebih jelasnya, biaya penggunaan bensin dapat dilihat pada tabel berikut:

73 73 Tabel 4.24 Biaya Penggunaan Bensin selama Satu bulan Pemakaian dalam sehari (Rp) Jumlah pemakaian dalam sebulan (hari) Total Biaya Sebulan (Rp) , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari PT. Borobudur Semarang (Juli) Jadi total keseluruhan biaya bahan penolong selama bulan Juli 2013, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.25 Biaya Bahan Penolong per Juli 2013 Bahan Penolong Total Biaya (Rp) Tube ,00 Dus ,00 Bensin ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa total biaya bahan penolong pada bulan Juli 2013 adalah sebesar Rp , Biaya Listrik Penggunaan listrik pada PT. Borobudur Semarang untuk menghidupkan mesin pada saat proses produksi berlangsung dan penerangan dalam pabrik. biaya listrik ini setiap bulannya adalah sebesar Rp ,00 namun perlu ditekankan bahwa PT. Borobudur memproduksi sekitar 50 macam produk setiap bulannya. Dengan demikian, untuk produk footis sendiri biaya listrik setiap bulannya bisa diambil kesimpulan yaitu Rp ,00 / 50 macam produk yang dihasilkan setiap bulannya = Rp ,00 per bulan.

74 74 Untuk penggunaan biaya listrik pada produk footis ini secara rinci bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.26 Biaya Listrik per Juli 2013 Total Biaya Listrik (Rp) Total Produk Dihasilkan Biaya Listrik Footis (Rp) = ( 1 / 2 ) , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) 3. Biaya Telepon Telepon digunakan oleh perusahaan untuk melakukan komunikasi dengan pihak diluar perusahaan, misalnya dalam melakukan transaksi pemesanan bahan baku dan bisa juga digunakan untuk pelayanan customer-call. Biaya telepon PT. Borobudur Semarang sebesar Rp ,00 per Juli Namun perlu diperjelas, biaya tersebut mencakup keseluruhan bukan kepentingan per produknya. Sebagaimana yang telah dijelaskan, perusahaan memproduksi sekitar 50 macam produk setiap bulannya. Dengan demikian, biaya telepon Rp ,00 harus dibagi rata untuk setiap produknya. Untuk rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.27 Biaya Telepon selama Satu bulan Biaya Telepon Sebulan (Rp) Jumlah Produk Dihasilkan Biaya per produk sebulan (Rp) , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli)

75 75 4. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Untuk biaya tenaga kerja tidak langsung, khusus untuk produk footis itu sendiri, perusahaan memakai tenaga kerja tidak langsung yaitu sopir dan kenek. Sopir dan kenek ini masing-masing 1 orang yang bertugas sebagai mengambil/mengangkut bahan baku dan mendistribusikan produk ke pasaran. Menurut perusahaan, tugas tersebut dilakukan selama 2 hari dalam sebulan atau sekali periode produksi. Sehingga bayaran atau upah untuk sopir dan kenek dihitung per hari sebagai pekerja panggilan jika dibutuhkan saja. Untuk upah itu sendiri yaitu sopir sebesar Rp ,00 dan kenek sebesar Rp ,00 per harinya. Dengan demikian, total biaya tenaga kerja tidak langsung pada produk footis selama sebulan adalah : Tabel 4.28 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung (Footis) selama sebulan Keterangan Upah Jumlah Upah per hari (Rp) Hari Kerja Sebulan (Rp) Sopir , ,00 Kenek , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) 5. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin dikeluarkan oleh perusahaan untuk perbaikan mesin apabila terjadi kerusakan dan untuk perawatan setiap bulannya agar mesin yang digunakan untuk produksi tetap awet dan tahan lama serta mesin dapat berfungsi dengan baik. Meskipun mesin tidak terjadi kerusakan pada tiap bulannya, akan tetapi

76 76 pemeliharaan harus tetap dilakukan, misalnya dilakukan check-up dan servis setiap bulannya. Biaya yang dikeluarkan mungkin tidak banyak dalam hal pemeliharaan, namun biaya reparasi perlu dianggarkan pada setiap bulannya untuk antisipasi terjadinya kerusakan sewaktuwaktu. Dengan demikian, biaya reparasi dan pemeliharaan sebesar Rp ,00 untuk 2 mesin produksi footis per Juli Kemudian untuk merawat kendaraan perusahaan yaitu untuk mengangkut bahan baku dan mendistribusikan produk ke pasaran. Untuk biaya servis mobil pada bulan Juli adalah sebesar Rp ,00 yang digunakan untuk mengganti pelumas atau terjadi kerusakan pada spare-part mobil. Secara rinci, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin dapat dilihat pada Tabel 4.29 berikut: Tabel 4.29 Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Mesin per Juli 2013 Keterangan Total Biaya Sebulan (Rp) Mesin Mixer ,00 Mesin Pengisian Tube ,00 Servis Mobil Operasional ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) 6. Biaya Penyusutan Mesin, Kendaraan, dan Bangunan Biaya penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memberikan nilai estimasi dari alat-alat produksi dengan memperhitungkan umur ekonomis dari peralatan tersebut. Dalam hal ini, penggunaan atau pemakaian mesin, kendaraan operasional dan bangunan menyebabkan penyusutan nilai dari mesin dan bangunan itu

77 77 sendiri. Ketika penyusutan terjadi, maka akan menyebabkan menurunnya atau berkurangnya nilai mesin dan bangunan tersebut. PT. Borobudur Semarang sendiri tidak memberikan informasi secara rinci bagaimana proses penghitungan biaya penyusutan pada alat-alat produksi yang digunakan atau aset perusahaan yang ada, khususnya untuk produk footis ini. Hal ini mungkin dikarenakan perusahaan memproduksi berbagai macam produk dengan peralatan produksi yang berbeda-beda pula untuk setiap produknya. Akan tetapi dari pihak perusahaan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, perusahaan memberikan nilai taksiran atau nilai perkiraan untuk harga perolehan peralatan produksi pada saat pembelian, khususnya untuk footis yaitu harga perolehan mesin mixer dan mesin pengisian tube, harga perolehan kendaraan operasional, begitu juga dengan harga/nilai bangunan yang digunakan sejak perusahaan mulai beroperasi dulu. Untuk menghitung penyusutan mesin, kendaraan dan bangunan akan mengguakan metode garis lurus. Metode ini membagi rata jumlah biaya yang dikurangkan dengan nilai residu (sisa) yang telah di estimasi dengan perkiraan masa manfaat yang diperkirakan sehingga jumlah alokasian setiap periode akan selalu sama. Metode garis lurus digunakan karena secara konsep dipandang tepat yang setiap periode besarnya penyusutan selalu tetap (konstan) dan sederhana. Adapun

78 78 rumus untuk menghitung besarnya biaya penyustan menurut Rollin Niswonger, Philip E. Fess, dan Carl S. Warren (2009) yaitu : Beban Penyusutan = Harga Perolehan taksiran nilai residu Estimasi Umur Manfaat No Untuk lebih jelasnya mengenai biaya penyusutan mesin dan bangunan, perhitungannya secara rinci dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini : Keterangan Tabel 4.30 Biaya Penyusutan Mesin per tahun Harga Perolehan (Rp) Taksiran Nilai Residu (Rp) Estimasi Umur Manfaat Beban Penyusutan per tahun (Rp) 1 Mesin Mixer , , ,00 2 Mesin Pengisian Tube , , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Tabel 4.31 Biaya Penyusutan Bangunan per tahun Keterangan Harga Taksiran Nilai Estimasi Beban Penyusutan Perolehan (Rp) Residu (Rp) Umur Manfaat per tahun (Rp) Bangunan , , ,00 Mobil operasional , , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Berdasarkan kedua tabel biaya penyusutan diatas, total biaya penyusutan mesin dan bangunan secara rinci akan disajikan pada tabel berikut ini :

79 79 Tabel 4.32 Biaya Penyusutan Mesin dan Bangunan per bulan Keterangan Penyusutan Penyusutan per tahun (Rp) per bulan (Rp) Penyusutan Mesin , ,00 Penyusutan Bangunan dan Kendaraan , ,00 Total ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Tabel diatas menunjukkan bahwa total biaya penyusutan adalah sebesar Rp ,00 per bulannya. Setelah perhitungan biaya penyusutan selesai, maka total keseluruhan biaya overhead pabrik yang dikeluarkan PT. Borobudur Semarang yang meliputi biaya bahan penolong, biaya listrik, biaya telpon, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya reparasi dan pemeliharaan, serta biaya penyusutan mesin, kendaraan, dan bangunan secara rinci akan disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.33 Biaya Overhead Pabrik (Footis) selama Satu Bulan Keterangan Total Biaya (Rp) Biaya Bahan Penolong ,00 Biaya Listrik ,00 Biaya Telepon ,00 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung ,00 Biaya Reparasi dan Pemeliharaan ,00 Biaya Penyusutan Mesin, Kendaraan dan Bangunan ,00 Jumlah ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Setelah perhitungan biaya produksi untuk produk footis telah dilakukan seperti perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik, makan selanjutnya adalah menghitung berapa besarnya harga pokok produksi untuk footis tersebut. Pada

80 80 Tabel 4.34 berikut ini akan disajikan rincian perhitungan harga pokok produksi untuk produk footis, adalah : Tabel 4.34 Perhitungan Biaya Produksi (Footis) per Juli 2013 Keterangan Total Biaya (Rp) Biaya Bahan Baku ,00 Biaya Tenaga Kerja Langsung ,00 Biaya Overhead Pabrik ,00 Jumlah ,00 Jumlah Produksi (Tube) 900 Biaya per Tube ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang (Juli) Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa biaya produksi footis per tube-nya adalah sebesar Rp ,00 biaya produksi tersebut didapat dari jumlah total biaya dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang kemudian dibagi 900 tube sebagai jumlah produksi yang dihasilkan selama satu bulan (periode produksi). 4.4 Analisis Varians Biaya Produksi Footis Varians adalah selisih yang terjadi antara biaya produksi standar dengan biaya produksi aktual (sesungguhnya). Ketika biaya standar lebih besar dari biaya aktual maka variansnya menguntungkan (favorable), sedangkan ketika biaya standar lebih kecil dari biaya aktual maka variansnya tidak menguntungkan (unfavorable). Dalam menganalisis varians (selisih) pada PT. Borobudur Semarang (footis), dilakukan dengan cara membandingkan antara besarnya

81 81 jumlah biaya produksi standar pada bulan Juni 2013 dengan biaya produksi aktual pada bulan Juli Varians Biaya Bahan Baku bahan baku. Untuk varians bahan baku terdiri dari selisih harga dan selisih kuantitas 1. Selisih Harga Bahan Baku Selisih harga bahan baku disajikan pada Tabel Nama Bahan Baku Tabel 4.35 Selisih Harga Bahan Baku (Footis) Harga Standar (HSt) Harga Sesungguhnya (HS) Kuantitas Sesungguhnya (KS) Selisih = (1-2) x 3 Portulacae Herba Extract , ,00 1,89 (24.570,00) R Aloe Vera Gel , ,00 1,89 (7.938,00) R Centellae Herba Extract , ,00 1,35 0,00 - Oleum Simmodsia Chinesis , ,00 1,35 (43.200,00) R Basis Cream Ad , , ,00 - Total (75.708,00) R Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang 2. Selisih Kuantitas Bahan Baku Selisih kuantitas bahan baku disajikan pada Tabel Nama Bahan Baku Tabel 4.36 Selisih Kuantitas Bahan Baku (Footis) Kuantitas Standar (KSt) Kuantitas Sesungguhnya (KS) Harga Standar (HSt) Selisih = (1-2) x 3 Portulacae Herba Extract 1,89 1, ,00 0,00 - Aloe Vera Gel 1,89 1, ,00 0,00 - Centellae Herba Extract 1,35 1, ,00 0,00 - Oleum Simmodsia Chinesis 1,35 1, ,00 0,00 - Basis Cream Ad ,00 0,00 - Total 0,00 - Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang L / R L / R

82 82 Tabel 4.37 Rekapitulasi Selisih Biaya Bahan Baku (Footis) Nama Bahan Baku Selisih Harga Bahan Baku (Rp) Selisih Kuantitas Bahan Baku (Rp) Total Selisih (Rp) Portulacae Herba Extract (24.570,00) 0,00 (24.570,00) Aloe Vera Gel (7.938,00) 0,00 (7.938,00) Centellae Herba Extract 0,00 0,00 0,00 Oleum Simmodsia Chinesis (43.200,00) 0,00 (43.200,00) Basis Cream Ad 0,00 0,00 0,00 Total (75.708,00) Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Varians Biaya Tenaga Kerja Langsung Selisih biaya tenaga kerja langsung terdiri dari selisih tarif upah dan selisih efisiensi upah tenaga kerja langsung. 1. Selisih Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Selisih tarif upah tenaga kerja langsung disajikan pada Tabel Tarif Upah Standar per jam (TUSt) Tebel 4.38 Selisih Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung (Footis) Tarif Upah Sesungguhnya per jam (TUS) Jam Kerja Sesungguhnya (JKS) Selisih = (1-2) x , , ,00 - Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang 2. Selisih Efisiensi Upah Tenaga Kerja Langsung Selisih efisiensi upah tenaga kerja langsung disajikan pada Tabel 4.39 Jam Kerja Standar (JKSt) Tabel 4.39 Selisih Efisiensi Upah Tenaga Kerja Langsung (Footis) Jam Kerja Sesungguhnya (JKS) Tarif Upah Standar (TUSt) Selisih = (1-2)x , ,00 L Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang L / R L / R

83 83 Tabel 4.40 Rekapitulasi Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung (Footis) Jam Tenaga Kerja Tarif Upah per jam Selisih Selisih Total Standar Sesungguhny Standar Sesungguhnya Efisiensi Tarif Tenaga Selisih a Tenaga Kerja Kerja Tenaga Kerja , , , ,00 Sumber: Diolah dari data primer PT. Borobudur Semarang Varians Biaya Overhead Pabrik Perhitungan selisih biaya overhead pabrik akan menggunakan biaya metode dua selisih yaitu selisih terkendali dan selisih volume. Adapun informasi dalam perhitungan ini adalah untuk kapasitas produksi bulan Juli 2013 sebanyak 330 jam tenaga kerja dan jam kerja standar bulan Juni 2013 sebanyak 352 jam tenaga kerja. Pada bulan Juli, jam kerja yang dipakai adalah 7,5 jam yang dari standar bulan Juni adalah 8 jam. Pengurangan jam kerja ini dikarenakan pada bulan Juli bertepatan dengan puasa puasa sehingga perusahaan memberikan kelonggaran setengah jam kerja tiap harinya. Maka dalam sebulan akan didapat 330 jam (2 pekerja x 22 hari x 7,5 jam kerja). 1. Selisih Terkendali Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp ,00 Biaya overhead pabrik tetap pada kapasitas normal (330 jam x Rp ,00) ,00 Biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya Rp ,00 Biaya overhead pabrik variabel pada jam standar (352 jam x Rp 9.030,00) ,00 Selisih terkendalikan Rp ,00 L

84 84 2. Selisih Volume Jam tenaga kerja pada kapasitas normal 330 jam Jam tenaga kerja standar 352 jam Selisih volume 22 jam Tarif biaya overhead pabrik tetap Rp ,00 x Selisih volume Rp ,00 L 4.5 Hasil Analisis Berdasarkan hasil perhitungan varians atau selisih biaya produksi yang meliputi varians biaya bahan baku, varians biaya tenaga kerja langsung, dan varians biaya overhead pabrik dalam proses produksi footis PT. Borobudur Semarang, berikut ringkasan hasil perhitungan (analisis) varians pada Tabel Tabel 4.41 Ringkasan Hasil Analisis Biaya Produksi Footis Biaya Poduksi (Rp) Analisis Selisih Keterangan Standar Aktual (Juni 2013) (Juli 2013) (Rp) L/R BBBL : Portulacae Herba Extract , ,00 (24.570,00) R Aloe Vera Gel , ,00 (7.938,00) R Centellae Herba Extract , ,00 0,00 - Oleum Simmodsia Chinesis , ,00 (43.200,00) R Basis Cream Ad , ,00 0,00 - Total (75.708,00) R BTKL : Bagian Produksi , ,00 0,00 - Total 0,00 - BOP : Bahan Penolong , ,00 (30.000,00) R Listrik , , ,00 L Telepon , , ,00 L Tenaga Kerja Tidak Langsung , , ,00 L

85 85 Reparasi dan Pemeliharaan , ,00 0,00 - Penyusutan Mesin, Kendaraan , ,00 0,00 - dan Bangunan Total ,00 L Berdasarkan tabel diatas, terjadi selisih yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan. Selisih yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan hasil selisih tersebut. Faktor atau penyimpangan pada biaya produksi diatas antara lain : 1. Biaya bahan baku mengalami selisih merugikan (unfavorable) sebesar Rp ,00 yang disebabkan biaya aktual lebih besar daripada biaya standar yang telah ditetapkan yaitu pada bulan Juni sebagai patokan standar biaya produksinya. Selisih yang merugikan tersebut dipengaruhi oleh harga bahan baku yang naik pada bulan Juli. Dimana kenaikan harga disebabkan oleh lemahnya nilai rupiah terhadap dolar amerika, karena dari kelima macam bahan baku, tiga diantaranya di import dari luar negeri yang mengakibatkan harga bergantung pada kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika. Selisih yang merugikan tersebut akan mengakibatkan kenaikan biaya bahan baku itu sendiri maupun biaya produksi secara keseluruhan nantinya. Ketika terjadi kenaikan, sebaiknya dilakukan analisis atau evaluasi agar kenaikan yang terjadi tidak berdampak buruk untuk periode-periode selanjutnya. Cara untuk menekan kenaikan atau selisih yang merugikan tersebut, bisa dilakukan dengan cara pembelian bahan baku dengan cermat dan tepat. Artinya ketika harga bergantung pada nilai kurs, manajemen atau divisi

86 86 pembelian harus teliti dalam menganalisa nilai kurs yang terjadi. Ketika nilai kurs dapat diprediksi, maka pembelian yang tepat adalah melakukan pembelian pada saat nilai rupiah menguat terhadap dollar. Pada saat itu, pembelian harus lebih banyak (tidak hanya untuk satu periode akuntansi), akan tetapi pembelian juga difungsikan sebagai persediaan bahan baku untuk periode-periode akuntansi selanjutnya. Dengan demikian, ketika terjadi nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar, tidak harus melakukan pembelian bahan baku dikarenakan persediaan atau stok bahan baku masih tersedia. Sebagai tambahan informasi, perusaahaan masih bergantung pada bahan baku yang di import langsung dari luar negeri. Hal ini dikarenakan ketersediaan bahan baku belum tersedia di negara Indonesia. 2. Biaya tenaga kerja langsung tidak mengalami selisih menguntungkan maupun merugikan. Hal ini disebabkan biaya tenaga kerja atau upah para pekerja tetap atau sama seperti pada bulan Juni (standar). Meskipun jam kerja terjadi pengurangan pada bulan Juli dari 8 jam menjadi 7,5 jam per harinya karena bertepatan dengan bulan puasa, namun untuk upah para pekerja tidak terjadi potongan. Hal ini wajar karena pengurangan jam kerja tersebut sesuai dari kebijakan perusahaan. 3. Biaya overhead pabrik mengalami selisih meguntungkan dan ada juga yang tidak menguntungkan. Selisih merugikan terjadi pada bahan penolong sebesar Rp ,00 yang disebabkan oleh kenaikan harga bensin sebagai bahan bakar untuk mobil operasional perusahaan. Kenaikan terjadi dari Rp

87 ,00 menjadi Rp 6.500,00 sesuai peraturan pemerintah yang diberlakukan pada 1 Juli Untuk itu, terjadi kenaikan biaya bensin sebesar 30% yang dikeluarkan perusahaan pada bulan Juli Kenaikan atau selisih merugikan tersebut hampir tidak dapat ditekan atau diantisipasi, karena harga bensin bergantung pada harga sesuai peraturan pemerintah yang sewaktu-waktu dapat terjadi kenaikan kembali. Kemudian pada biaya listrik terjadi selisih menguntungkan (favorable) sebesar Rp ,00 yang disebabkan oleh pemakaian yang efisien pada bulan Juli. Pada bulan tersebut, perusahaan tidak memproduksi semua produk atau dengan kata lain perusahaan tidak menentukan target produksi untuk sebagian produk. Dengan produksi yang minim dari periode sebelumnya, maka pemakaian listrik untuk mesin-mesin produksi pun berhenti sementara. Kemudian pada biaya telepon terjadi selisih menguntungkan (favorable) sebesar Rp ,00 yang disebabkan karena pemakaian telepon yang efisien. Seperti disebutkan pada biaya listrik bahwa perusahaan tidak memproduksi semua produk pada bulan Juli yang berimbas pula pada biaya telepon yang lebih kecil dibanding pada bulan Juni. Kemudian pada tenaga kerja tidak langsung terjadi selisih menguntungkan (favorable) sebesar Rp ,00 yang disebabkan oleh pemakaian tenaga kerja yang lebih sedikit dibanding bulan Juni lalu. Pada periode sebelumnya, perusahaan mempekerjakan 2 orang sopir dan orang kenek dengan sistem 2 shift. Namun pada bulan Juli, pemakaian tenaga kerja tersebut menjadi 1

88 88 sopir dan 1 orang kenek. Kebijakan tersebut dilakukan karena bulan Juli bertepatan dengan bulan puasa sehingga perusahaan memilih sistem kerja hanya 1 shift saja. Dengan demikian, terjadi pengurangan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar 50% dari periode produksi sebelumnya. Dari analisis yang dilakukan diatas, selisih-selisih yang terjadi tentunya berdampak pada laba atau rugi yang akan didapat oleh perusahaan. Pada selisih biaya bahan baku, tentunya perusahaan merugi dengan kenaikan yang terjadi pada biaya bahan baku. Namun, kenaikan biaya bahan baku dari periode sebelumnya masih dalam batas kewajaran karena kenaikan harga tidak terlalu signifikan yaitu sebesar Rp ,00 beda halnya dengan biaya overhead pabrik secara keseluruhan yang menguntungkan dengan nominal yang signifikan yaitu sebesar Rp ,00 dengan hasil demikian, perusahaan mengalami biaya produksi yang efektif dan efisien pada bulan Juni dibanding pada bulan Juni Yang pada akhirnya, ketika biaya produksi dapat ditekan atau tidak melebihi standar, maka laba yang dihasilkan akan lebih optimal.

89 89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada PT. Borobudur Semarang mengenai biaya standar dan penerapannya sebagai alat pengendalian biaya produksi, maka penulis dapat menarik kesimpulan : 1. Perusahaan tidak terlalu terperinci dalam perhitungan biaya produksi dikarenakan produk yang dihasilkan dalam setiap periodenya bermacammacam yaitu sekitar 50 macam produk. Meskipun tidak ada penggunaan bahan baku yang sama dalam proses produksi untuk semua produk, hal tersebut memungkinkan perhitungan biaya produksinya kurang begitu akurat. 2. PT. Borobudur Semarang merupakan perusahaan manufaktur yang berproduksi secara garis besar berdasarkan pesanan atau sesuai permintaan pasar yang cenderung meningkat untuk sebagian produk sehingga apabila pesanan meningkat akan cenderung mengakibatkan meningkatnya anggaran biaya produksi dan biaya standar, begitu juga sebaliknya jika pesanan menurun. 3. Penetapan biaya standar pada PT. Borobudur Semarang (Footis), melalui perhitungan yang berdasarkan pengalaman yang dimiliki pada periode produksi sebelumnya, yaitu penetapan biaya standar menjadikan biaya produksi bulan Juni sebagai biaya standar untuk periode produksi selanjutnya yaitu bulan Juli.

90 90 4. Peranan biaya standar ternyata sangat membantu sekali bagi manajemen dalam usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya produksi agar lebih efektif dan efisien, terbukti penetapan biaya standar (bulan Juni) pada periode produksi bulan Juli mengalami efisiensi biaya pada biaya overhead pabrik meskipun terjadi selisih yang tidak menguntungkan pada biaya bahan baku, namun secara keseluruhan laba yang didapat lebih optimal dari periode produksi yang lalu. sebaiknya biaya standar dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya produksi tetap diteruskan. 5. Selisih yang terjadi pada biaya bahan baku (selisih merugikan), disebabkan oleh fluktuasi kurs pada pembelian bahan baku, yang mana pihak manajemen (bagian pembelian) kurang teliti dalam menganalisis fluktuasi kurs pada saat pembelian berlangsung sehingga biaya bahan baku naik dari periode sebelumnya. Kemudian selisih yang terjadi pada biaya overhead pabrik (selisih menguntungkan), disebabkan oleh pemakaian biaya-biaya yang efisien, misalnya biaya pemakaian listrik dan telepon yang terjadi efisiensi biaya pada periode bulan Juli. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran yang nantinya dapat bermanfaat bagi perkembangan produksi footis untuk periode-periode produksi selanjutnya, yaitu :

91 91 1. Anggaran biaya produksi yang dikeluarkan oleh PT. Borobudur Semarang pada produk footis, setiap periodenya mengalami fluktuasi biaya seperti biaya bahan baku yang dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika. Perusahaan sebaiknya melakukan pembelian atau menyediakan stok persediaan yang lebih banyak pada saat nilai rupiah menguat terhadap nilai dolar amerika, sehingga antisipasi kenaikan harga untuk periode yang akan datang dapat ditekan. 2. Melakukan pembentukan manajemen khusus yang bertujuan menyusun biaya standar yang lebih akurat lagi untuk periode-periode berikutnya, agar memperoleh perhitungan yang lebih sesuai dan lebih akurat. Mengingat produk yang dihasilkan setiap periodenya sekitar 50 macam produk yang akan menyebabkan perhitungan biaya overhead pabrik kurang begitu akurat misalnya seberapa besar biaya listrik yang harus dibebankan atau dikeluarkan perusahaan pada setiap produknya. 3. Biaya yang telah distandarkan atau yang menjadi biaya standar ini, sebaiknya dievaluasi kembali dalam jangka waktu tertentu, mengingat harga bahan baku dan biaya overhead pabrik yang dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan dan kondisi pasar sehingga ketika terjadi penyimpangan atau selisih yang tidak menguntungkan bisa ditindak lanjuti secepatnya sebagai upaya perbaikan sehingga tingkat keakuratan penetapan biaya standar dapat meningkat.

92 92 DAFTAR PUSTAKA Ade Nasa, Lim Penerapan Biaya Standar terhadap Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus pada CV. Sejahtera Bandung). Jurnal Ilmiah Akuntansi. No.07. ISSN: Carter, William k Akuntansi Biaya. Buku Satu Edisi Keempatbelas. Diterjemahkan Oleh Krista. Salemba Empat, Jakarta. Carter, William k Akuntansi Biaya. Buku Dua Edisi Keempatbelas. Diterjemahkan Oleh Krista. Salemba Empat, Jakarta. Edison dan Untung Sapta Pengaruh Biaya Standar terhadap Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus pada PT. ITP, Tbk). Jurnal Ilmiah Ranggagading. Vol.10, No.2. Handoko, Hani T Pengantar Manajemen. Buku Dua. BEFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Horngren & George Foster Akuntansi Biaya: Suatu Pendekatan Manajerial. Jilid Satu Edisi Keenam. Diterjemahkan Oleh Marianus Sinaga. Erlangga, Jakarta. Jennie, Marsiana Evaluasi Biaya Standar dalam Pengendalian Biaya Prouksi (Studi Kasus pada PT. PG. RAJAWALI SUBANG). Jurnal Bisnis, Manajemen & Ekonomi.Vol. 9, No.11. ISSN: Matz & Usry Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian. Jilid Dua Edisi Kedelapan. Diterjemahkan Oleh Herman Wibowo. Erlangga, Jakarta. Matz, Usry, Hammer Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian. Jilid Dua Edisi Kesembilan. Diterjemahkan Oleh Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo. Erlangga, Jakarta.

93 93 Mulyadi Akutansi Biaya. Edisi Kelima. Aditya Media, Yogyakarta. Tri Wahyuni, Ersa, dkk Pengantar Akuntansi-Adaptasi Indonesia. Buku Satu. Diterjemahkan Oleh Damayanti Dian. Salemba Empat, Jakarta. Usry & Hammer Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian. Jilid Satu Edisi Kesepuluh. Diterjemahkan Oleh Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo. Erlangga, Jakarta. Welsch, Glenn A., dkk Budgeting: Planning and Profit Control. Buku Satu. Diterjemahkan Oleh Purwatiningsih dan Maudy Warouw. Salemba Empat, Jakarta. Witjaksono, Armanto Akuntansi Biaya. Edisi Kesatu. Graha Ilmu, Yogyakarta.

94 LAMPIRAN 94

95 Lampiran 1. Surat Keterangan Survei Penelitian di PT. Borobudur Semarang 95

96 96 SURAT KETERANGAN SURVEI Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Jabatan Alamat : Ibu Nancy : Accounting PT. Borobudur Semarang : Jl. Hasanudin No.1 Tanah Mas, Semarang Dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa yang beridentitas : Nama NIM Fakultas : Ipul Saepurohman : B : Ekonomi dan Bisnis Akuntansi S1 Universitas Dian Nuswantoro Semarang Telah selesei melakukan survei penelitian pada PT. Borobudur Semarang selama 2 bulan, yaitu pada bulan Juni dan Juli 2013 untuk memperoleh data dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul Biaya Standar dan Penerapannya sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi footis (Studi Kasus pada PT. Borobudur Semarang). Semarang, 25 September 2013 PT. Borobudur Semarang Nancy

97 Lampiran 2. Peralatan (Mesin) Produksi Footis PT. Borobudur Semarang 97

98 98 1. Mesin Mixer 2. Proses pencampuran bahan-bahan yang akan dimasukkan kedalam mesin mixer

99 99 3. Mesin pengisian tube berfungsi sebagai alat untuk memasukkan cream (hasil dari pencampuran bahan-bahan) ke dalam tube (wadah cream) 4. Produk yang dihasilkan dalam kemasan tube

100 100 Keterangan : Produk diatas adalah footis namun bukan untuk footis Indonesia. Perusahaan memberikan informasi bahwa pada saat foto diambil tidak ada produksi footis yang diproduksi seperti biasanya tetapi footis yang dipesan oleh negara Filipina (nama dan kemasan pun berbeda sesuai permintaan konsumen negara Filipina tetapi bahan baku serta isi dalam produk atau cream tetap sama). 5. Kemasan produk footis berupa tube dan dus yang siap digunakan untuk masyarakat indonesia

BIAYA STANDAR DAN PENERAPANNYA SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI FOOTIS (STUDI KASUS PADA PT. BOROBUDUR SEMARANG) IPUL SAEPUROHMAN

BIAYA STANDAR DAN PENERAPANNYA SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI FOOTIS (STUDI KASUS PADA PT. BOROBUDUR SEMARANG) IPUL SAEPUROHMAN BIAYA STANDAR DAN PENERAPANNYA SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI FOOTIS (STUDI KASUS PADA PT. BOROBUDUR SEMARANG) IPUL SAEPUROHMAN Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 7 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Definisi Biaya Menurut Bustami dan Nurlela (2007:4) biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, teknologi, industri, kesehatan, dan bidang lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Fajril dan Syafitri (2014) meneliti tentang Analisis Biaya Standar Dalam Rangka Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Pusri Palembang. Semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Informasi biaya dapat dijadikan sebagai ukuran manajemen dalam menilai apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai yang lebih rendah dari pada nilai keluarannya, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Maher Deakin (1996:6) pengertian akuntansi biaya adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Maher Deakin (1996:6) pengertian akuntansi biaya adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Menurut Maher Deakin (1996:6) pengertian akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mencatat, mengukur, dan melaporkan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Biaya 1. Pengertian Biaya Segala tindakan yang telah dipikirkan secara matang akan meminta pertimbangan antara manfaat dan pengorbanan. Begitu juga dalam sektor produksi,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALI BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Gadang Rejo Sentosa Malang)

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALI BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Gadang Rejo Sentosa Malang) ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALI BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Gadang Rejo Sentosa Malang) Ariesta Rossanda Maharani Darminto Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010

ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010 http://www.karyailmiah.polnes.ac.id ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010 E. Retno Maninggarjati (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda)

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING

ACTIVITY BASED COSTING Modul ke: Akuntansi Biaya ACTIVITY BASED COSTING Fakultas FEB Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE.,M.S.,Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Manufacturing Costs Direct Direct Materials

Lebih terperinci

BIAYA STANDAR DAN PENERAPANNYA DALAM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus : UKM Tempe Bu Mundakir Semarang) ELLIZA MELASARI

BIAYA STANDAR DAN PENERAPANNYA DALAM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus : UKM Tempe Bu Mundakir Semarang) ELLIZA MELASARI BIAYA STANDAR DAN PENERAPANNYA DALAM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus : UKM Tempe Bu Mundakir Semarang) ELLIZA MELASARI Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Biaya Informasi biaya dapat dijadikan sebagai ukuran oleh manajement untuk mengetahui apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai yang lebih rendah daripada nilai keluarannya,

Lebih terperinci

ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR DENGAN BIAYA SESUNGGUHNYA UNTUK PENGENDALIAN BIAYA PADA HOME INDUSTRI DI S COOKIE SELAMA BULAN JANUARI 2015

ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR DENGAN BIAYA SESUNGGUHNYA UNTUK PENGENDALIAN BIAYA PADA HOME INDUSTRI DI S COOKIE SELAMA BULAN JANUARI 2015 ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR DENGAN BIAYA SESUNGGUHNYA UNTUK PENGENDALIAN BIAYA PADA HOME INDUSTRI DI S COOKIE SELAMA BULAN JANUARI 2015 Disusun oleh : Nama : Rizky Aulia NPM : 26212597 Jurusan : Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA. Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan. dengan jumlah biaya yang dikorbankannya.

BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA. Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan. dengan jumlah biaya yang dikorbankannya. 10 BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA 2.1. Biaya Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Setiap perusahaan tidak akan dapat menghindari berbagai biaya yang harus

Lebih terperinci

PENERAPAN BIAYA STANDAR DALAM PENGENDALIAN BIAYA. PRODUKSI (Studi Kasus: UKM Lumpia Gang Lombok Semarang)

PENERAPAN BIAYA STANDAR DALAM PENGENDALIAN BIAYA. PRODUKSI (Studi Kasus: UKM Lumpia Gang Lombok Semarang) PENERAPAN BIAYA STANDAR DALAM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus: UKM Lumpia Gang Lombok Semarang) ARDI WAHYU PRATAMA UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO ABSTRACT UKM Lumpia Gang Lombok Semarang is industrial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam dunia usaha terutama suatu perusahaan akan dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Didalam dunia usaha terutama suatu perusahaan akan dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam dunia usaha terutama suatu perusahaan akan dihadapkan pada suatu masalah bagaimana perusahaan tersebut dapat terus beroperasi dan berhasil didalam persaingan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA KEDAI RESEP NYAI

ANALISIS EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA KEDAI RESEP NYAI Dosen Pembimbing : Dr. Syntha Noviyana, SE., MMSI. ANALISIS EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA KEDAI RESEP NYAI AUDRY AUDITHA ANJANI 21213492 LATAR BELAKANG Perusahaan manufaktur mempunyai kegiatan pokok mengolah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Dan Jenis-Jenis Biaya Standar Setiap badan usaha yang bergerak pada bidang produksi akan mengeluarkan biaya produksi yang akan menunjang jalannya produksi. Perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STANDAR DALAM RANGKA PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PUSRI PALEMBANG

ANALISIS BIAYA STANDAR DALAM RANGKA PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PUSRI PALEMBANG ANALISIS BIAYA STANDAR DALAM RANGKA PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PUSRI PALEMBANG Nur Fitri Fajril (f3_fajril@yahoo.co.id) Lili Syafitri (lili.syafitri@rocketmail.com) Jurusan Akuntansi S1 STIE

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

Prosedur Penentuan Biaya Bahan Baku Standar

Prosedur Penentuan Biaya Bahan Baku Standar Definisi Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif. Metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

Penerapan Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada Pabrik Kerupuk Kresna. Chriselda Destio 3EB

Penerapan Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada Pabrik Kerupuk Kresna. Chriselda Destio 3EB Penerapan Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada Pabrik Kerupuk Kresna Chriselda Destio 3EB18 27211786 PENDAHUUAN atar Belakang 1. Faktor terbesar yang mempengaruhi kegiatan produksi

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA Nama ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA HOME INDUSTRI HENDRI BAG NPM : 25209876 : Eka Rahmawati Sunistiani Fakultas / Jurusan Dosen Pembimbing : Ekonomi/Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI SEBAGAI DASAR UNTUK MENYUSUN ANGGARAN FLEKSIBEL PADA PR. SEMANGGIMAS AGUNG TULUNGAGUNG

ANALISIS BIAYA PRODUKSI SEBAGAI DASAR UNTUK MENYUSUN ANGGARAN FLEKSIBEL PADA PR. SEMANGGIMAS AGUNG TULUNGAGUNG ANALISIS BIAYA PRODUKSI SEBAGAI DASAR UNTUK MENYUSUN ANGGARAN FLEKSIBEL PADA PR. SEMANGGIMAS AGUNG TULUNGAGUNG Alfonsus Verdian Widiarsane Siti Sunrowiyati STIE Kesuma Negara Blitar Abstrak: Setiap perusahaan

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN BIAYA STANDAR DALAM MENETAPKAN PRODUKSI

SUATU TINJAUAN BIAYA STANDAR DALAM MENETAPKAN PRODUKSI SUATU TINJAUAN BIAYA STANDAR DALAM MENETAPKAN PRODUKSI Oleh: Daulat Freddy Dosen FE-Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta daulat.freddy@indonusa.ac.id ABSTRACT Standard cost is the predetermined cost

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi dapat dipandang dari dua tipe akuntansi yang ada yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Sebagai salah satu tipe informasi akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti ini, rintangan dalam dunia bisnis semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti ini, rintangan dalam dunia bisnis semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti ini, rintangan dalam dunia bisnis semakin besar dan persaingan bisnis semakin ketat. Disamping itu, krisis perokonomian di negara

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STANDAR GAJI DAN UPAH SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. HALIM TECHNIC RUBBER DI SIDOARJO

ANALISIS BIAYA STANDAR GAJI DAN UPAH SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. HALIM TECHNIC RUBBER DI SIDOARJO ANALISIS BIAYA STANDAR GAJI DAN UPAH SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. HALIM TECHNIC RUBBER DI SIDOARJO Siti Nur Aisyah, Widya Susanti, Tri Lestari Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

SISTEM HARGA POKOK STANDAR

SISTEM HARGA POKOK STANDAR SISTEM HARGA POKOK STANDAR I. BIAYA STANDAR UNTUK BAHAN BAKU DAN TENAGA KERJA LANGSUNG Biaya Standar untuk Bahan Baku dan Tenaga Kerja Langsung mencakup beberapa hal seperti dibawah ini : a. BIAYA STANDAR

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi

BAB II URAIAN TEORITIS. Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung Terhadap Rasio Profit Margin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengambil tindakan yang tepat agar dapat. mempertahankan eksistensinya sesuai dengan konsep going concern.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengambil tindakan yang tepat agar dapat. mempertahankan eksistensinya sesuai dengan konsep going concern. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia bisnis yang makin ketat, mengharuskan perusahaan untuk mengambil tindakan yang tepat agar dapat mempertahankan eksistensinya sesuai

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA BOLU RASA

ANALISIS PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA BOLU RASA ANALISIS PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA BOLU RASA Nama : LU LUATUL MA SUMAH NPM : 26214165 Jurusan : S-1 Akuntansi Pembimbing : Risa Septiani, SE., MM LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA STANDAR DAN BIAYA AKTUAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. SURYA GEMILANG JAYA AVRY DUMA KUSUMA

PERBANDINGAN BIAYA STANDAR DAN BIAYA AKTUAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. SURYA GEMILANG JAYA AVRY DUMA KUSUMA PERBANDINGAN BIAYA STANDAR DAN BIAYA AKTUAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. SURYA GEMILANG JAYA AVRY DUMA KUSUMA Program Studi Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

Analisis Selisih Biaya Standar Dengan Biaya Sesungguhnya Untuk Pengendalian Biaya Pada Ranti Toko Roti dan Kue Selama Bulan Februari 2016

Analisis Selisih Biaya Standar Dengan Biaya Sesungguhnya Untuk Pengendalian Biaya Pada Ranti Toko Roti dan Kue Selama Bulan Februari 2016 Analisis Selisih Biaya Standar Dengan Biaya Sesungguhnya Untuk Pengendalian Biaya Pada Ranti Toko Roti dan Kue Selama Bulan Februari 2016 Nama : HANA RIZKI APRILIANI NPM : 23213866 Jurusan : S-1 Akuntansi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STANDAR UNTUK MENGENDALIKAN BIAYA PRODUKSI PADA UMKM PRIMA DONUTS KEDIRI

ANALISIS BIAYA STANDAR UNTUK MENGENDALIKAN BIAYA PRODUKSI PADA UMKM PRIMA DONUTS KEDIRI ANALISIS BIAYA STANDAR UNTUK MENGENDALIKAN BIAYA PRODUKSI PADA UMKM PRIMA DONUTS KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi

Lebih terperinci

Manfaat Harga Pokok Standar untuk:

Manfaat Harga Pokok Standar untuk: STANDARD COSTING Biaya Standar (Standard Cost) adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dengan biaya yang lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dengan biaya yang lebih efisien. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah industri manufaktur

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Malang Indah Genteng Rajawali)

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Malang Indah Genteng Rajawali) ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Malang Indah Genteng Rajawali) Diah Aulia Iswanty Suhadak Achmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI BAKERY. Nama : Dalila Rahmawati Ester Kelas : 3 EB 19 NPM :

PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI BAKERY. Nama : Dalila Rahmawati Ester Kelas : 3 EB 19 NPM : PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA NIE NIE BAKERY Nama : Dalila Rahmawati Ester Kelas : 3 EB 19 NPM : 212 10 647 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Mulatsih SE., MM. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

langsung dan biaya overhead pabrik.

langsung dan biaya overhead pabrik. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1.Pengertian Biaya Menurut Supriyono ( 2000 : 16 ) Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 56 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang mengalami krisis, Indonesia sedang giat memperbaiki perekonomian nasional. Salah satu tujuan perbaikan itu adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membutuhkan informasi lengkap tentang perusahaannya, diantara informasi

BAB II LANDASAN TEORI. membutuhkan informasi lengkap tentang perusahaannya, diantara informasi 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, pimpinan perusahaan tentunya membutuhkan informasi lengkap tentang perusahaannya, diantara informasi tersebut adalah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipercaya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipercaya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Sejalan dengan 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kelancaran dan keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen didalam mengambil keputusan. Agar suatu operasi perusahaan dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Konsep peranan yang dikemukakan oleh Soejono Soekanto (2000;268) adalah sebagai berikut: 1. Aspek dinamis dari kedudukan 2. Perangkat hak-hak dari kewajiban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN. 1. Sistem Pengendalian Biaya Produksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN. 1. Sistem Pengendalian Biaya Produksi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Sistem Pengendalian Biaya Produksi Dalam memperoleh laba yang maksimal perusahaan harus dapat melakukan pengendalian terhadap biaya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatam perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALIAN BIAYA PADA SILFIANA BAKERY & CAKE

ANALISIS PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALIAN BIAYA PADA SILFIANA BAKERY & CAKE ANALISIS PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALIAN BIAYA PADA SILFIANA BAKERY & CAKE Nama : NURFITA HANDAYANI NPM : 26213658 Jurusan : S-1 Akuntansi Pembimbing : Cicilia Erly Istia, SE. MMSI LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Analisis Selisih Biaya Produksi sebagai Alat Pengendalian Biaya Pada Usaha Rumahan Kerupuk Barokah

Analisis Selisih Biaya Produksi sebagai Alat Pengendalian Biaya Pada Usaha Rumahan Kerupuk Barokah Analisis Selisih Biaya Produksi sebagai Alat Pengendalian Biaya Pada Usaha Rumahan Kerupuk Barokah Penulis : Eka Safitri NPM : 22211357 Pembimbing : Ani Hidayati, SE. MMSI. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap

BAB II LANDASAN TEORI. adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perusahaan Industri Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 1982, Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci.

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Biaya dan Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan cabang akuntansi, yang berasal dari pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:310) yang ditulis oleh Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan Nasional, diperoleh pengertian mengenai kata evaluasi berikut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman membuat tingkat persaingan semakin ketat. Persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman membuat tingkat persaingan semakin ketat. Persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman membuat tingkat persaingan semakin ketat. Persaingan terjadi hampir di semua sektor, tidak terkecuali sektor ekonomi yang melibatkan banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

Standar Costing PENDAHULUAN

Standar Costing PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN Secara umum harga pokok dibagi 2 kategori : 1. Harga Pokok Historis : Harga pokok yang dihitung pada saat produksi selesai (Historical Cost) atau dalam suatu periode dan bermanfaat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Biaya Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga perolehan yang identik dengan cost dalam literatur akuntansi berbahasa Inggris. Harga perolehan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Pengertian biaya menurut Supriyono (1999:252) adalah pengorbanan sumbersumber ekonomi yang sudah terjadi atau akan terjadi yang dinyatakan

Lebih terperinci

PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PD. MEBEL JEPARA PUTRA. Nama : Lely Yunita Sari NPM :

PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PD. MEBEL JEPARA PUTRA. Nama : Lely Yunita Sari NPM : PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PD. MEBEL JEPARA PUTRA Nama : Lely Yunita Sari NPM : 24209199 BAB PENDAHULUAN Latar Belakang Faktor yang berpengaruh besar terhadap

Lebih terperinci

METODE BIAYA STANDAR SEBAGAI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus : UKM Gula Jawa Masin Kudus)

METODE BIAYA STANDAR SEBAGAI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus : UKM Gula Jawa Masin Kudus) METODE BIAYA STANDAR SEBAGAI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus : UKM Gula Jawa Masin Kudus) Nanik Widayani Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT SMEs Gula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi perekonomian pada umumnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi perekonomian pada umumnya menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan globalisasi perekonomian pada umumnya menyebabkan persaingan yang ketat dalam berbagai sektor perekonomian, antara lain bidang industri. Bidang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi secara terperinci mengenai biaya dan dapat digunakan sebagai alat pengawasan manajemen. Informasi biaya tersebut juga bermanfaat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI PENERAPAN BIAYA STANDAR DALAM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA UD GTT (GUDANGE TAHU TAKWA) KEDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (procurement), produksi (production), penyimpanan produk selesai

BAB I PENDAHULUAN. (procurement), produksi (production), penyimpanan produk selesai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perusahaan manufaktur mempunyai kegiatan pokok mengolah bahan mentah menjadi bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Kegiatan tersebut biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan sektor industri di Indonesia dewasa ini semakin pesat. Hal ini ditandai dengan semakin maraknya industri-industri yang didirikan baik oleh

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk BAB II BAHAN RUJUKAN 2.2 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

EVALUASI METODE BIAYA STANDAR DALAM PENGENDALIAN SUATU BIAYA PRODUKSI (STUDI KASUS PADA CV. RAHMA ABADI BOJA)

EVALUASI METODE BIAYA STANDAR DALAM PENGENDALIAN SUATU BIAYA PRODUKSI (STUDI KASUS PADA CV. RAHMA ABADI BOJA) EVALUASI METODE BIAYA STANDAR DALAM PENGENDALIAN SUATU BIAYA PRODUKSI (STUDI KASUS PADA CV. RAHMA ABADI BOJA) TRI ISTANTO Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi global menuntut perusahaan menata manajemennya, mengingat ketatnya persaingan dan segala bentuk perubahan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang mengalami krisis Global, Indonesia sedang giat memperbaiki perekonomian nasional. Salah satu tujuan perbaikan itu adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pendahuluan Biaya Produksi Perusahaan manufaktur mempunyai kegiatan pokok mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Dalam kegiatan produksi diperlukan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan bersaing tidak hanya pada perusahaan domestik saja, tetapi juga pada perusahaan internasional. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini persaingan yang dihadapi oleh perusahaan semakin berat. Hal ini seiring makin berkembangnya teknologi dan informasi sehingga setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka memasuki era pasar bebas, bangsa Indonesia sebagai salah satu warga dunia harus selalu siap mengikuti alur perkembangan dan tuntutannya. Tuntutan

Lebih terperinci

AKUNTANSI MANAJERIAL AGRI BISNIS [AMA]

AKUNTANSI MANAJERIAL AGRI BISNIS [AMA] AKUNTANSI MANAJERIAL AGRI BISNIS [AMA] Instruktur Djoni Tanopruwito Pengendalian Biaya Produksi BIAYA STANDAR [Standard cost] Biaya standar adalah sebuah benchmark atau norma yang dipergunakan untuk pengukuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

Standard Costing. 1

Standard Costing.  1 Standard Costing Harga Pokok Standar http://www.deden08m.com 1 STANDARD COSTING Biaya Standar (Standard Cost) adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya untuk membuat

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI SHANIA

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI SHANIA ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI SHANIA Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik itu perusahaan dagang maupun jasa selalu mengadakan stock persediaan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Pengertian Biaya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Pengertian Biaya 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya 2.1.1. Pengertian Biaya Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya digunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Pembagian tugas dan tanggung jawab dari jabatan pada struktur organisasi perusahaan, yaitu : 1. Direktur Adapun kewajiban Direktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Biaya 1. Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2005:40), biaya merupakan kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Pengertian Biaya Jenis-jenis Biaya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Pengertian Biaya Jenis-jenis Biaya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Bustami dan Nurlela (2006), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan

Lebih terperinci

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek? Nama : Bagian : A. Analisis Sasaran Perusahaan Analisis Dukungan Fungsi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan No. Kategori Pertanyaan Y T 1. Rencana Jangka Panjang (Strategis) 1. Apakah selama ini fungsi

Lebih terperinci