SULISTIONO* ARBAIYAH PRANTIASIH** MOCH. YUHDI BATUBARA**

Transkripsi

1 1 Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran PKn di SMK Muhammadiyah 03 Singosari Kabupaten Malang. The Implementation of Numbered Head Together (NHT) Learning Model to Enhance Aktivities and Learning Outcome of The Class XI Students in Integrated Civic Education on SMK Muhammadiyah 03 Singosari Malang Regency. SULISTIONO* ARBAIYAH PRANTIASIH** MOCH. YUHDI BATUBARA** * Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Prodi S 1 PPKn, FIS UM. ** Dosen Pembimbing Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Prodi S 1 PPKn, FIS UM, Jalan Semarang 5 Malang Abstrak: Guru dalam pelajaran PKn sering menggunakan sistem pembelajaran tradisional dengan metode ceramah. Sistem pembelajaran tradisional tersebut berdampak pada aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Sehingga ini bisa mempengaruhi kekuntasan hasil belajar siswa yang memenuhi KKM (Kriteria ketuntasan Minimal) sebesar 75. Karena itu untuk mencapai hasil belajar siswa peneliti dalam penelitiannya dalam menyampaikan materi dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together. Penelitian ini di terapkan di kelas XI APk 2 SMK Muhammadiyah 03 Singosari bertujuan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Mengenai aktifitas siswa saat berlangsungnya pembelajaran dapat dilihat pada tabel observasi pengamatan aktifitas belajar siswa siklus I persentase aktifitasnya hanya sebesar 75,2%. Berdasarkan data observasi pengamatan aktifitas belajar siswa meningkat pada siklus II menjadi 86,23%. Mengenai hasil belajar siswa dapat dilihat di tabel daftar nilai Post Test kalau hasil belajar nilai rata-rata siswa setiap tahap penelitian nilainya mengalami peningkatan. Nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 62,1 naik menjadi 67,9 atau persentase nilai semula yang tuntas belajar hanya 16,7% meningkat menjadi 30%. Sedangkan pada siklus II kalau awalnya nilai rata-rata siswa 71,6 naik menjadi 84 atau nilai persentase yang awalnya mengenai ketuntasan belajar siswa 30% meningkat menjadi 86,7%. Kata Kunci: Numbered Head Together, Aktifitas Belajar, Hasil Belajar.

2 2 Abstract: In the Civics learning, teacher mostly uses traditional learning system with speech method. The traditional learning system gives impact to the student activity in following the learning. Thus, it can influence student learning result completeness that fulfill Minimal Completeness Criteria (KKM-Kriteria Ketuntasan Minimal), which is 75. Therefore in outcome student s, the researcher in his research in delivering the material uses Numbered Head Together learning model. This research implemented in the XI APk 2 SMK Muhammadiyah 03 Singosari that aimed to improve activity and student learning result. about the student activity in the learning, it can be seen in the observation table. Student learning activity in the cycle I has activity percentage only for 75.2%. Based the observation data of student learning activity, it improves in the cycle II and become 86.23%. About the student learning result, it can be seen in the list table of Posttest value. In the table, we can see that the learning result of student average value has improvement in each research step. Student average value in the cycle I for 62.1 improves to become 67.9 or it has initial value percentage for learning completeness for 16.7% and it is improve to become 30%. Whereas, in the cycle II, the initial student average value is 71.6 and it becomes 84 then the initial value percentage is 30% and it is improve to become 86.7%. Keywords: Numbered Head Together, Learning activity, Learning Outcome. Kesiapan suatu bangsa dalam menghadapi persaingan dan menjawab tantangan di era globalisasi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan sesuai dengan derap langkah kemajuan zaman, hal ini berarti diperlukan kualitas pendidikan yang semakin meningkat. Pendidikan ini terutama dalam pembentukan karakter dan nilai-nilai bangsa Indonesia yang bersumber pada falsafah Pancasila. Maka pelajaran yang sangat cocok dalam pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai Pancasila adalah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak pada rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat

3 3 memprihatinkan pada pra tindakan dan siklus I. Prestasi tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah peserta didik itu (belajar untuk belajar). Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku atau referensi lain. Semakin berkembang dunia pendidikan menuntut guru untuk menggunakan berbagai metode dan strategi yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa, keaktifan siswa serta meningkatkan interaksi antara siswa dengan guru. Dengan demikian pembelajaran yang terjadi dapat bergeser dari teacher centered ke student centered. Tetapi siswa tidak hanya menjadikan guru sebagai sumber informasi belajar. Karena siswa dapat menggunakan media lain sebagai sumber belajar, misalnya buku pelajaran, Lingkungan tempat tinggal, Lingkungan sekolah, dan rekan sejawat. Agar pembelajaran menjadi siswa yang aktif, inovatif, kreatif, mandiri maka guru harus menggunakan inovasi yang bisa diterapkannya model pembelajaran inovatif dan konstruktif yang dapat mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkret dan mandiri. Salah satu model pembelajarannya adalah model pembelajaran Numbered Head Together (kepala bernomor). Model pembelajaran ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mendorong inkuiri terbuka dan berfikir bebas, membantu untuk menjadi pembelajar mandiri yang dapat memecahkan masalah.

4 4 Penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together mampu meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa yang diperoleh siswa, karena model pembelajaran numbered head together merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang mengedepankan kerjasama dalam memecahkan permasalahan dan pemahaman setiap anggota kelompok sebagai konteks dan daya penggerak bagi siswa untuk belajar. Untuk itu pembelajaran numbered head together dapat membawa dampak positif pada hasil belajar siswa, Selain siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pelajaran juga untuk melatih siswa untuk bekerjasa sama dan mandiri belajar dengan serius untuk bisa memecahkan masalah. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif yang dikenal dengan nama kualitatif naturalistik atau yang bersifat naturalistik. Naturalistik menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, serta menekankan pada deskripsi secara alami (Arikunto, 2006:12). Pengambilan data dilakukan secara alami dan natural, sehingga proses pengambilan data tidak dapat diwakilkan seperti pada penelitian kuantitatif. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang berusaha mengkaji dan merefleksikan beberapa aspek dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu performance guru, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa untuk dapat menjawab permasalahan penelitian. Penelitian tindakan kelas ini menitikberatkan pada suatu problem dan

5 5 latar belakang yang spesifik, sehingga tidak terlalu menggunakan persyaratan metodologi yang ketat. Selain itu, penelitian ini tidak menekankan pada generalisasi hasil penelitian, tetapi lebih banyak menemukan pengetahuan tentang cara untuk meningkatkan dan memperbaiki suatu keadaan. Penelitian dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif Model Numbered Head Together (NHT). Berikut ini prosedur langkah-langkah penelitian yang digunakan: Rencana Tindakan I Refleksi I Pelaksanaan Tindakan I Siklus I Observasi I Rencana Tindakan II Refleksi II Siklus II Pelaksanaan Observasi II Laporan Tindakan II Penelitian Refleksi III Model PTK menurut Kemmis dan Mc Tanggart (Sumber : tim pelatihan proyek PGSM, 1999:21) Merujuk dari pendapat para ahli tersebut peneliti melakukan prosedur penelitian, yaitu: (1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan; (3) Pengamatan; (4) Refleksi. Secara rinci sebagai berikut: 1. Siklus I A. Perencanaan 1. Menyusun pokok bahasan. 2.Jadwal pelaksanaan tindakan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. 3.Mengidentifikasi masalah-masalah kontekstual yang berhubungan dengan materi dan akan dikonfrontasikan kepada siswa. 4.Menetapkan scenario pembelajaran. 5.Menyusun pedoman observasi

6 6 aktivitas siswa, pedoman observasi guru, catatan lapangan dan tes hasil belajar. 6.Penyusunan pre test untuk kepentingan pembetukan kelompok kooperatif. B. Pelaksanaan 1.Membagi siswa dalam kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. 2.Memberikan masalah kontekstual sesuai pokok bahasan. 3.Masingmasing kelompok menyusun konsep, prinsip dan cara-cara pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki dan dipersentasikan dalam diskusi kelas, 4.Siswa membuat kesimpulan sendiri berdasarkan hasil diskusi yang telah disepakati. C. Pengamatan. Pengamatan dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Yang diamati yaitu aktivitas guru sebagai obyek pemberi tindakan dan aktivitas siswa sebagai obyek penerima tindakan selama proses belajar mengajar berlangsung. D. Refleksi Setelah menyelesaikan satu siklus, peneliti bersama guru bidang study melakukan diskusi guna membahas hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan. Dengan refleksi peneliti dapat melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan. 2. Siklus II A. Perencanaan 1.Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penempatan alternative pemecahan masalah. 2.Menentukan indikator pencapaian hasil belajar. 3.Pengembangan program tindakan II

7 7 B. Tindakan Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui: 1.Guru melakukan appersepsi. 2.Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. 3.Siswa bertanya jawab tentang materi. 4.Siswa mengumpulkan Bacaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi. 5.Pengamatan hasil diskusi. C. Pengamatan (Observasi) 1. Melakukan observasi sesuai dengan tindakan yang sudah dilakukan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang menjadi alasan pelaksanaan. 2.Menilai hasil tindakan sesuai dengan evaluasi yang sudah dikembangkan. D. Refleksi 1.Melakukan evaluasi tindakan pada siklus II berdasarkan data yang telah terkumpul. 2.Melakukan hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran siklus II. 3.Evaluasi tindakan II HASIL A. Aktifitas Belajar Pada siklus I waktu penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together, pengamat I memberi skor total 77, pengamat II memberi 74 dan pengamat III memberi skor 84 dari skor maksimal 96. Jadi jumlah skor total yang diperoleh ketiga observer adalah 235 dengan total skor maksimal 288, persentase keberhasilan tindakan 235/288 x 100%= 81,6%. Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I masuk dalam kategori A dengan kualifikasi Baik sekali.

8 8 Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together pada siklus II pengamat I memperoleh skor total 83, pengamat II peroleh 86 dan pengamat III peroleh skor 87 dari skor maksimalnya yaitu 96. jumlah skor total dari ketiga pengamat adalah 256 dari 288, jadi persentase keberhasilan tindakan adalah 256/288 x 100%= 88,9%. Hasil observasi aktifitas siklus II termasuk kategori A dengan kualifikasi Baik sekali. Maka observasi aktifitas terdiri dari keaktifan, partisipasi dan kepatuhan siswa dengan menggunakan model pembelajaran numbered head together di siklus I dan II diperoleh data rata-rata aktifitas siswa sebagai berikut: Skor Rata-Rata Total Siklus I = x 100% = 68,5% Skor Rata-Rata Total Siklus II = x 100% = 82,6% B. Hasil Belajar Temuan dari penerapan model pembelajaran Numbered Head Together hasil belajar terjadi peningkatan pada siklus I nilai pre test 1863 dengan nilai ratarata 62,1 dan siswa yang memenuhi (>) KKM cuma ada 5 dan persentasenya sebesar 16,7%. Namun setelah menggunakan model pembelajaran terjadi peningkatan. Rincian nilai post test siklus I adalah 2037, dengan rata-rata nilai kelas 67,9 sementara itu siswa yang tuntas (>) KKM ada 9 siswa dan persentase nilai pada siklus I adalah 30%. Pada siklus II guru telah memperbaiki tindakan yang belum maksimal. Oleh karena itu dari 30 siswa saat pre test jumlah nilainya 2148, rata-rata kelas 71,6, tapi siswa yang tuntas (>) KKM cuma 9 siswa dan persentasenya 30% sama dengan persentase post test siklus I. Tapi nilai post test siklus II berjumlah 2520, rata-rata kelas 84, sedangkan untuk siswa yang tuntas (>) KKM ada 26 siswa dan

9 9 persentase nilai di siklus II mendapatkan 86,7%. Di siklus II ini masih ada 4 siswa yang belum tuntas KKM (75) karena mereka hanya mendapatkan nilai 74. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan: a) Dalam pembuatan rancangan penerapan model pembelajaran Numbered Head Together ini. Guru sebelumnya harus mencari informasi tentang kendalakendala yang dihadapi oleh siswa selama mengikuti pembelajaran selama ini. Selain itu harus membuat strategi agar pembelajran bisa mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga pembelajaran tidak membuat siswa merasa jenuh dan bosan. b) Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together pada pelajaran PKn kelas XI SMK muhammadiyah 03 Singosari berhasil dilaksanakan yang bertujuan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa untuk standar kompetensi budaya demokrasi untuk menuju masyarakat madani. Hal ini dapat dilihat kalau keberhasilan tindakan pada siklus I ini memperoleh persentase sebesar 78,3% dan dalam kategori B yang berarti Baik karena presentase yang diperoleh berada dalam rentang 66 79%, Pada siklus II taraf keberhasilan diperoleh presentase sebesar 97,62% dan dalam kategori A yang berarti Sangat Baik. c) Aktifitas belajar siswa Pada siklus I, pengamat I memberi skor total 77, pengamat II memberi 74 dan pengamat III memberi skor 84 dari skor maksimal 96. Jadi jumlah skor totalnya adalah 235 dari total skor maksimal 288, dapat dihitung persentasenya adalah 235/288 x 100%= 81,6%. Jadi

10 10 aktivitas belajar siswa pada siklus I ini termasuk dalam kategori A dengan kualifikasi Baik sekali. Pada siklus II pengamat I mendapatkan skor total 83, pengamat II mendapatkan 86 dan pengamat III dapat skor 87 dari skor maksimal 96. Maka jumlah skor total 256 dari skor maksimal 288, persentasenya adalah 256/288 x 100%= 88,9%. Dengan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II ini termasuk dalam kategori A dengan kualifikasi Baik sekali. d) Hasil belajar siswa setelah guru dalam pembelajaran menggunakan penerapan model pembelajaran Numbered Head Together pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat jika pada siklus I dari 30 siswa nilai post test setelah penerapan model pembelajaran siklus I adalah jumlah nilainya 2037, nilai rata-rata kelas memperoleh 67,9 untuk siswa yang memenuhi (>) KKM ada 9 siswa dan persentasenya post test siklus I adalah 30%. pada siklus II, nilai post test siswa terus meningkat. Nilai post test siklus II berjumlah 2520, nilai rata-rata kelas 84, untuk siswa yang memenuhi (>) KKM ada 26 siswa tapi masih ada 4 siswa belum memenuhi KKM tersebut karena mereka hanya mendapatkan nilai dibawah 75 yaitu nilainya 74, persentase nilai di siklus II mendapatkan 86,7%. Saran : 1. Bagi guru PKn SMK Muhammadiyah 03 Singosari. a. Untuk guru PKn kalau materi budaya demokrasi untuk menuju masyarakat madani mengajarnya guru bisa menerapkan model Numbered Head Together ini bisa sebagai alternatif pembelajaran agar siswa tidak hanya menerima pelajaran dari guru saja dan siswa tidak merasa bosan dalam

11 11 pembelajaran. Karena bisa menggali potensinya dengan bertanya, menjawab serta menyalurkan pendapatnya. b. Sebaiknya guru untuk mata pelajaran PKn bekerja sama dengan pihak sekolah untuk menyediakan literature bahan materi dan fasilitas yang memadai agar kegiatan belajar mengajar lebih baik lagi. c. Seharusnya pihak sekolah berusaha mengoptimalkan peran perpustakaan yang didukung oleh fasilitas lain yang dimiliki oleh sekolah karena siswa di SMK Muhammadiyah 03 Singosari kurang membaca serta kurang mendapatkan referensi dari materi sehingga siswa dalam pembelajaran kurang mempersiapkan diri. 2. Bagi seluruh siswa kelas XI terutama kelas XI APK (Administrasi Perkantoran) 2 agar selalu banyak membaca, belajar dan selalu berfikir positif. Karena semua ilmu itu terutama ilmu yang berhubungan dengan pelajaran PKn suatu saat pasti akan bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Untuk siswa kelas XI APK 2 supaya meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran PKn dengan lebih sering belajar lagi supaya suasana kelas lebih hidup, menyenangkan, kondusif dan tidak membosankan saat proses belajaran mengajar berlangsung. 4. Untuk peneliti selanjutnya: a) Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan model pembelajaran Numbered Head Together yang lebih bervariasi, kreatif dan inovatif dalam penerapan pembelajaran model ini pada standar kompetensi yang sama atau yang berbeda, dengan tetap harus

12 12 mempertimbangkan materi terutama pokok bahasan, fasilitas media yang tersedia, kondisi siswa dan kondisi guru. Agar pembelajaran model ini berlaku lebih luas dan dijadikan alternatife pembelajaran yang berpusat dari guru. b) Supaya selalu mengatur waktu dalam pengajaran karena pada siklus I guru dalam penggunaan waktu belum sesuai dengan RPP yang dibuatnya. Karena siswa belum paham dan belum terbiasa dengan model pembelajaran Numbered Head Together. Sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa sulit mengikuti pembelajarannya. Untuk mengatasi itu guru harus menambah dalam memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Daftar Rujukan Ari kunto, S. dkk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Dimyati & Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dekdikbud bekerja sama dengan PT Rineka Cipta. Hasibuan, J.J., & Moedjio Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kaelan. & Zubaidi, Achmad Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta; Paradigma. Kunandar Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Moleong, J, L Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung; PT Remaja Rosdakarya. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suprijono, Agus Cooperative Learning : Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Surakhmand, Winarno. Interaksi Mengajar Belajar, Penerbit TARSITO,1982. Trianto Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.