ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN. Feny Marissa Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN. Feny Marissa Abstrak"

Transkripsi

1 ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Feny Marissa Abstrak Penelitian ini mendeskripsikan faktor-faktor penentu besarnya nilai ICOR kabupaten/kota di Sumatera Selatan serta hubungan efisiensi ekonomi yang dilihat dari perhitungan ICOR terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data panel pada periode 2005 sampai Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan PDRB, ICOR, pendapatan perkapita dan laju inflasi. Analisis data panel dalam penelitian ini menggunakan model Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Hasil yang didapat adalah bahwa variabel pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan laju inflasi masing-masing berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai ICOR dan efisiensi ekonomi yang diukur melalui perhitungan ICOR berpengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Kata kunci: Efisiensi Ekonomi, Efisiensi Investasi, ICOR, Pertumbuhan Ekonomi, Provinsi Sumatera Selatan I. PENDAHULUAN Kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara atau daerah dapat dilihat dari tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi di negara atau daerah tersebut. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah maka diharapkan pula pendapatan masyarakat di daerah tersebut akan ikut meningkat sehingga setiap negara atau daerah akan selalu berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal untuk membawa masyarakatnya kepada kehidupan yang lebih baik. Berdasarkan analisis faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi oleh para ekonom dapat disimpulkan bahwa tingkat dan laju pertumbuhan suatu perekonomian ditentukan oleh empat faktor yaitu: (i) luas tanah (termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya); (ii) jumlah dan perkembangan penduduk; (iii) jumlah stok modal dan perkembangannya dari tahun ke tahun; dan (iv) tingkat teknologi dan perbaikannya dari tahun ke tahun (Sukirno, 2006: 268). Dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di atas, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang luas dan kaya akan sumber alam baik kekayaan laut, hutan, tambang dan lain-lain. Kekayaan akan sumber daya alam itu tersebar luas di seluruh daerah-daerah provinsi di Indonesia, salah satunya yaitu Provinsi Sumatera Selatan. Selanjutnya di Provinsi Sumatera Selatan masih banyak terdapat kelebihan penawaran tenaga kerja. Hal ini disebabkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk tidak diikuti oleh besarnya penyerapan tenaga kerja sehingga banyak terdapat pengangguran di Provinsi Sumatera Selatan. Kondisi kelebihan tenaga kerja ini dapat memungkinkan wilayah tersebut mengembangkan industri-industri baru dan kegiatankegiatan ekonomi baru lainnya tanpa mengalami kekurangan tenaga kerja terdidik. Selain faktor-faktor diatas, kemajuan teknologi juga merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi akan meningkatkan efisiensi produksi. Dengan demikian kemajuan teknologi yang berlaku diberbagai kegiatan ekonomi akan mendorong lebih banyak investasi. Semakin besar biaya yang Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN

2 diperlukan untuk melakukan perombakan dalam teknologi yang digunakan, semakin banyak investasi yang diperlukan. Oleh karena itu, sejalan dengan kondisi di atas, untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Sumatera Selatan ini baik dengan cara meningkatkan teknologi guna untuk meningkatan produksi maupun membuka industriindustri baru sehingga dapat memacu terbukanya kesempatan kerja baru yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Provinsi Sumatera Selatan ini sendiri. Untuk itu, tentunya diperlukan tambahan modal (investasi) yang cukup untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang telah ditargetkan. Investasi ini berdasarkan sumbernya berasal dari investasi pemerintah dan swasta. Akantetapi, pembangunan ekonomi tanpa memperhatikan efisiensi dalam penggunaan investasi terhadap sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki hanya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tidak optimal. Untuk itu, dalam rangka mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi tertentu, sangat diperlukan adanya perkiraan kebutuhan investasi dengan benar. Model Harold Domar mengaitkan adanya pengaruh tambahan stok kapital terhadap output yang dikenal dengan ICOR ( Incremental Capital-Output Ratio). Perhitungan ICOR sangat dibutuhkan dalam menentukan seberapa besar kebutuhan investasi pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tumbuh dan dengan ICOR dapat dilihat seberapa efisien investasi yang ditanamkan pada periode tertentu. Semakin rendah rasio tersebut, semakin tinggi tingkat efisiensi investasi. Besarnya ICOR umumnya berkisar antara 2,0 sampai 5,0 dengan nilai median untuk lebih dari 70 negara sedang berkembang antara 3,0 sampai 3,5 (Arsyad, 2010: 186). Dalam perkembangannya, tinggi rendahnya rasio ICOR dapat pula mencerminkan efisien tidaknya perekonomian suatu negara. Semakin tinggi rasioicor semakin tidak efisien perekonomian tersebut, artinya penggunaan anggaranbelanja pemerintah tidak menghasilkan output yang optimal, produktivitasnya rendah (Mahmud, 2008: 27). Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi besaran ICOR dan bagaimana pengaruh efisiensi ekonomi yang diukur melalui perhitungan ICOR terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan. II. STUDI PUSTAKA 2.1 Teori Pertumbuhan Adam Smith Menurut Smith (dalam Arsyad, 2010: 75), unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga yaitu: 1. Sumber daya alam yang tersedia, yang dipresentasikan oleh ketersediaan tanah. Menurut Smith, sunber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber daya alam yang tersedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian. Maksudnya, jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada akan terus memacu pertumbuhan output. Namun, pertumbuhan output tersebut akan terhenti jika semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara optimal. 2. Sumber daya manusia, yang direpresentasikan oleh jumlah penduduk. Sumber daya manusia memegang peranan pasif dalam proses pertambahan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat. Dalam hal ini, Smith memandang tenaga kerja sebagai salah satu input dalam proses produksi dan pembagian kerja ( division of labor) dan spesialisasi merupakan salah satu faktor kunci bagi peningkatan produktivitas tenaga kerja. 3. Akumulasi modal yang dimiliki. Menurut Smith, stok modal memegang peranan paling penting dalam pembangunan ekonomi. Stok modal dapat diidentik sebagai Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN

3 dana pembangunan, cepat lambatnya pembangunan ekonomi tergantung pada ketersediaan dana pembangunan tersebut. Selain itu, stok modal merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan output. Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok modal yang sesuai dengan batas maksimum sumber daya alam. Dengan kata lain, pertumbuhan output akan melambat jika daya dukung sumber daya alam tidak mampu lagi mengimbangi laju kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat. Smith menekankan, modalharus dilakukan lebih dahulu daripada pembagian kerja. Smith menganggap pemupukan modal sebagai satu syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi, dengan demikian permasalahan pembangunan ekonomi secara luas adalah kemampuan manusia untuk lebih banyak menabung dan menanam modal. Modal suatu bangsa meningkat dengan cara yang sama seperti meningkatnya modal perorangan yaitu dengan jalan memupuk dan menambah secara terus menerus tabungan yang mereka sisihkan dari pendapatan. Maka dari itu, cara yang paling cepat ialah dengan menanamkan modal sedemikian rupa sehingga dapat memberikan penghasilan yang paling besar kepada seluruh penduduk agar mereka sanggup menabung sebanyak-banyaknya. Dengan demikian tingkat investasi akan ditentukan oleh tingkat tabungan dan tabungan yang sepenuhnya diinvestasikan (Jhingan, 2012: 82) Model Harrod-Domar Harrod dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan dan kedua ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Karena itu, selama investasi netto tetap berlangsung, pendapatan nyata dan output akan senantiasa membesar. Namun demikian, untuk mempertahankan tingkat ekuilbrium pendapatan pada pekerjaan penuh dari tahun ke tahun, baik pendapatan nyata dan output tersebut keduanya harus meningkat dalam laju yang sama pada saat kapasitas produktif modal meningkat. Kalau tidak, setiap perbedaan antara keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas atau ada kapasitas yang menganggur (idle). Hal ini memaksa para pengusaha membatasi pengeluaran investasinya sehingga akhirnya akan berpengaruh buruk pada perekonomian yaitu menurunkan pendapatan dan pekerjaan pada periode berikutnya dan menggeser perekonomian keluar jalur ekuilibrium pertumbuhan mantap. Jadi apabila pekerjaan hendak dipertahankan dalam jangka panjang, maka investasi harus senantiasa diperbesar(jhingan, 2012: 229) Teori Pertumbuhan Neoklasik Menurut teori Solow-Swan ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada ketersediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Arsyad (2010) menyatakan bahwa sifat teori pertumbuhan neoklasik nampak pada Gambar 2.1. Fungsi produksinya ditunjukkan oleh I 1 dan I 2 dan seterusnya. Dalam fungsi produksi yang demikian, suatu tingkat output tertentu dapat diciptakan dengan menggunakan berbagai kombinasi modal dan tenaga kerja. Misalnya untuk menciptakan output sebesar I 1, kombinasi modal dan tenaga kerja dapat digunakan antara lain (a) K 3 dengan L 3, (b) K 2 dengan L 2 dan (c) K 1 dengan L 1. Dengan demikian, meskipun jumlah modal berubah namun terdapat kemungkinan bahwa tingkat output tidak mengalami perubahan Efisiensi Ekonomi Kata efisiensi berasal dari kata efisien, yang arti efisien menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993 : 250) adalah tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghas ilkan) Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN

4 sesuatu (dengan tidak membuang -buang waktu, tenaga, dan biaya)mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna dan tepat guna. Sedangkan kata efisiensi berarti ketepatan cara (usaha kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membua ng-buang waktu, tenaga dan biaya), kedayagunaan, ketepatgunaan, kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya). Efisiensi dalam ilmu ekonomi digunakan untuk merujuk pada sejumlah konsep yang terkait pada kegunaan pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa (Wikipedia, 2013). Efisiensi ekonomi dilihat dari seberapa efisien penggunaan tambahan modal untuk menghasilkan output yang optimal. Efisiensi ekonomi dapat diukur secara langsung dengan menggunakan perhitungan ICOR (Jun, 2003: 19). Menurut Badan Pusat Statistik, Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output. Karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang (nominal). Konsep ICOR pada awalnya dikembangkan oleh Harrod dan Domar yang kemudian dikenal sebagai model Harrod-Domar. Model ini pada dasarnya menunjukkan keterkaitan antara output (pendapatan wilayah) suatu perekonomian dengan besarnya stok kapital yang dibutuhkan. Stok kapital adalah kondisi stok dari kapital (barang-barang modal) yang tersedia pada suatu waktu tertentu Pengaruh Inflasi pada Investasi Inflasi merupakan suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami kenaikan secara umum dan terus menerus pada suatu daerah dan periode tertentu. Inflasi berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain; konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dari definisi tersebut dipahami bahwa inflasi merupakan suatu keadaan yang mebahayakan bagi perekonomian suatu negara dan mampu menimbulkan efek yang sangat sulit untuk diatasi. Ketika konsep pertumbuhan ekonomi dirancang dan diaplikasikan, maka ini selalu berhubungan dengan inflasi. Hal ini dikarenakan selalu adanya trade-off antara inflasi di satu pihak dengan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di pihak lainnya. Tegasnya jika inflasi ditingkatkan, pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja akan turun, begitu juga sebaliknya (Fahmi, 2006: 80). Suatu efek yang akan dirasa jelas, jika target inflasi yang ditetapkan tidak tercapai adalah menurunnya minat berinvestasi di kalangan investor. Bagi kalangan investor sangat penting untuk menurunkan inflasi, dikarenakan peningkatan inflasi secara relative merupakan signal negatif bagi pemodal di pasar modal. Secara spesifik inflasi bisa meningkatkan pendapatan dan biaya bagi perusahaan, yaitu jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi daripada peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan turun (Fahmi, 2006: 83). Efek inflasi sangat luas dan beraneka ragam serta menurunkan tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Laju tingkat pertumbuhan inflasi yang tinggi akan merusak struktur ekonomi dan melemahkan kinerja perekonomian suatu negara. Menurut Nopirin (dalam Antonius, 2013) inflasi mempunyai efek sebagai berikut Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN

5 :a. Efek terhadap pendapatan ( Equity Effects) Efek inflasi terhadap pendapatan bersifat tidak merata, ada yang mengalami kerugian terutama mereka yang berpenghasilan tetap dan ada pula kelompok yang mengalami keuntungan dengan adanya inflasi. Inflasi menguntungkan masyarakat yang pendapatannya ikut naik dengan adanya kenaikan harga, tetapi merugikan golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan tetap. Hal ini disebabkan pada masa inflasi harga barang-barang dan jasa-jasa naik yang berarti turunnya nilai uang. Pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan persentase lebih besar dari laju inflasi. b. Efek terhadap efisiensi ( Efficiency Effects) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan merubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada. c. Efek terhadap output ( Output Effects ) Apabila laju inflasi sangat tinggi (hyper inflation) dapat menyebabkan penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang Kerangka Pemikiran Skema tersebut memperlihatkan adanya pengaruh pertumbuhan PDRB, pendapatan per kapita dan laju inflasi terhadap efisiensi ekonomi yang diukur melalui perhitungan ICOR dimana ICOR mempunyai korelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin tinggi nilai ICOR maka hal itu menunjukkan bahwa semakin tidak efisiennya ekonomi pada 15 kabupaten/kota di Sumatera Selatan karena penggunaan anggaran belanja pemerintah tidak menghasilkan output yang optimal sehingga produktivitasnya rendah dan selanjutnya akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan melambat. Pertumbuhan PDRB Pendapatan Perkapita Laju Inflasi Efisiensi Ekonomi (ICOR) Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Pertumbuhan Ekonomi 2.7. Hipotesis Dugaan sementara yang ditarik setelah melakukan analisa secara teoritis adalah bahwa pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan laju inflasi berpengaruh signifikan terhadap besarnya ICOR pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan baik secara simultan maupun parsial. Selanjutnya efisiensi ekonomi yang diukur melalui ICOR berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN

6 III. METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada masalah yang berhubungan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi besarnya ICOR serta efisiensi ekonomi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Variabel yang digunakan dalam model ini adalah efisiensi yang pada penelitian ini diukur dari perhitungan ICOR (Incremental Capital-Output Ratio), pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita dan laju inflasi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Periode pengamatan terhadap analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya ICORdan pengaruh efisiensi ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan adalah periode Metode Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data time series dan data cross section. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data jumlah pembentukan modal tetap bruto ( PMTB), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), laju pertumbuhan Provinsi Sumatera Selatan, pendapatan per kapita, dan tingkat inflasi di Provinsi Sumatera Selatan. Data tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan serta lite rature dan buku-buku penunjang lainnya Teknik Analisis Data Untuk mengetahui tujuan pertama dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi besarnya ICOR di Provinsi Sumatera Selatan pada periode penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan data panel.analisis data panel adalah gabungan antara data silang ( cross section) dengan data runtut waktu (time -series). Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sebagai berikut; variabel dependen adalah ICOR sedangkan variabel independen adalah pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan laju inflasi Provinsi Sumatera Selatan. Dimana model regresi linear berganda sebagaiberikut: ICOR = f( g, y, inf) Ln ICOR = β0 + β 1 Ln g it + β 2 Ln y it + β 3 Ln inf it + U it Untuk mengetahui tujuan kedua dalam penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh efisiensi ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi 15 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Efisiensi ekonomi dalam penelitian ini diukur melalui indikator ICOR. Penelitian ini menggunakan analisis penelitian data panel. Model persamaan dalam penelitian ini adalah: LnGit = β0i + β1lnicorit + Uit Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang ditawarkan, yaitu; Common Effect (Ordinary Least Square), Fixed Effect, Random Effect. Pendekatan Common Effect tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data cross section atau timeseries. Akan tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi harusmenggabungkan data cross-section dengan data time series (pool data). Kemudian datagabungan ini diperlakukan sebagai suatu kesatuan pengamatan untuk mengestimasimodel dengan metode OLS. Pendekatan fixed effect memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah omitted-variables yang mungkin membawa perubahan pada intercept time series atau cross-section.fixed effectjuga menambahkan variabel dummy untuk mengizinkan adanya perubahan intercept ini. Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN

7 Sementara itu, Random effect memperbaiki efisiensi proses least square dengan memperhutungkan error dari cross-section dan time series ( Dr. Endri, 2012). Teknik analisis kuantitatif deskriptif digunakan untuk mengukur hubungan antar variabel yang mana dapat dilihat, apakah variabel-variabel independen tersebut mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.pengujian secara ekonometrika dilakukan dengan beberapa cara yakniuji Asumsi Klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan, yaitu: uji multikolonieritas, uji autokorelitas Analisis Data Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besaran ICOR Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya ICOR di Provinsi Sumatera Selatan pada periode penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan data panel. Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sebagai berikut; variabel dependen adalah ICOR sedangkan variabel independen adalah pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan laju inflasi Provinsi Sumatera Selatan. Uji Chow Uji F atau uji Chow dilakukan untuk memilih model yang terbaik antara metode Common Effect dan Random Effect. Berikut adalah hasil pengujian uji F dalam penelitian ini: Tabel 1 Hasil Uji Chow Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besaran ICOR Effects Test Statistic d.f. Prob Cross-section F , Cross-Ssection Chisquare Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews6 Dari Tabel 1, nilai probabilitas (prob) untuk Cross -section F adalah sebesar 0,0000 yang nilainya < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model Fixed Effect lebih tepat dibandingkan dengan model Common Effect dalam penelitian ini. Uji Hausman Uji Hausman ini dilakukan untuk memilih model mana yang terbaik antara Fixed Effect dan Random Effect. Berikut adalah hasil uji Hausman dalam penelitian ini. Tabel 2 Hasil Uji HausmanFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Besaran ICOR Chi-square Statistic Chi-Sq.f.f Prob Cross-section random Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews6 Dari hasil Uji Hausman pada Tabel 2, nilai Probabilitas (Prob) Cross -section random sebesar 0,0048 yang nilainya < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang dipilih dalam penelitian ini adalah Fixed Effect.

8 Uji Autokorelasi Pengujian ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan metode Durbin- Watson. Berdasarkan tabel D-W pada tingkat signifikansi 0,05, k=3 dan n=135 maka diperoleh nilai DL= 1,693 dan DU= 1,774 sedangkan nilai 4-dU=2,226 dan 4-dL=2,307. Sementara itu nilai hitung Durbin-Watson (DW) sebesar 0,9399 maka model mengalami autokorelasi positif karena nilai DW < 4DL Oleh karena model dalam penelitian ini mengalami masalah autokorelasi positif maka untuk menyembuhkannya dapat menggunakan Metode AR dimana regresi yang baru perlu menambahkan AR(1) sebagai variabel bebas bersama-sama dengan variabel bebas lainnya. Berdasarkan tabel D-W dengan melakukan metode AR pada tingkat signifikansi 0,005, k=3 dan n=135 maka diperoleh nilai dl= 1,693 dan du= 1,774, sedangkan nilai 4-dU=2,226 dan 4-dL=2,307. Sementara itu nilai hitung Durbin- Watson (DW) sebesar Oleh karena DW-test terletak antara du dan 4-dU atau DW-test < 2,5 maka model ini tidak mengalami masalah autokorelasi. Uji Multikolonieritas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel-variabel independen. Dengan nilai tertinggi adalah 1 maka diperoleh nilai VIF sebesar 0 (1/1-1). Karena nilai VIF < 10 maka menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang digunakan tidak perlu dibuang. Tabel 3 Hasil Uji Multikolonieritas Correlation G Inf Y G Inf Y Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews6 Hasil Estimasi Regresi Dengan Metode Fixed Effect Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; Ln ICOR = β0 +β 1 Ln g it + β 2 Ln y it + β 3 Ln inf it + U it. Tabel 4 Hasil Estimate Equation Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besaran ICOR Variabel Coefficient Std.Error t-statistic Prob G Y INF C AR(1) Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews6 Dengan memilih Fixed Effects, maka hasil estimate equation pada Tabel 4.8 akan membentuk persamaan: LnICOR = -18,5702 0,5347Lng it + 1,6898Lny it -0,0260Lninf it

9 Dari hasil estimasi di atas, pada variabel pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan laju inflasi masing-masing memiliki probabilitas < 0,05. Hal ini menandakan bahwa masing-masing variabel berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai perhitungan ICOR yang menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi pada suatu daerah. Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar - 18,5702 menunjukkan jika variabel independen (nil ai=0), maka besarnya ICOR tetap akan ada sebesar -18,5702%. Nilai koefisien regresi pertumbuhan PDRB (β 1 ) memiliki tanda negatif yaitu sebesar Hal ini menunjukkan perubahan pertumbuhan PDRB berpengaruh negatif terhadap besarnya ICOR, artinya semakin meningkatnya pertumbuhan PDRB maka investasi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Selatan juga semakin meningkat. Semakin meningkatnya efisiensi penggunaan investasi tersebut, maka semakin kecil nilai ICOR. Nilai koefisien ini mengidentifikasikan bahwa pada setiap peningkatan rasio pertumbuhan PDRB pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1% maka besarnya perhitungan ICOR akan berkurang sebesar %. Selanjutnya, nilai koefisien regresi pendapatan perkapita (β 2 ) memiliki tanda positif yaitu sebesar 1,6898. Hal ini menunjukkan perubahan pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap besarnya nilai ICOR, artinya semakin tinggi pendapatan perkapita masyarakat maka semakin besar nilai ICOR. Hal ini mengidentifikasikan bahwa setiap penambahan pendapatan per kapita pada masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1% maka besarnya perhitungan ICOR bertambah 1,6898%. Sementara itu, nilai koefisien regresi laju inflasi (β 3 ) memiliki tanda negatif yaitu sebesar -0,0260. Hal ini menunjukkan perubahan laju inflasi berpengaruh negatif terhadap besarnya nilai ICOR yang artinya semakin tinggi laju inflasi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan maka semakian kecil nilai ICORnya. Hal ini mengidentifikasikan bahwa setiap penambahan rasio laju inflasi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1% maka besarnya perhitungan ICOR akan menurun sebesar 0,0260%. Uji F Uji F ini bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan atau bersama-sama dalam penelitian ini. Hasil uji F dapat dilihat dari nilai probabilitas F yang bernilai 0,00 (lebih kecil dari 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan laju inflasi berpengaruh signifikan terhadap besarnya rasio perhitungan ICOR pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Secara umum, kinerja pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita serta laju inflasi pada akhirnya akan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan kesejahteraan hidup masyarakat. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Dalam perhitungan statistik penelitian ini nilai R 2 yang digunakan adalah adjusted R squared. Adjusted R Squared adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independen ke dalam suatu persamaan regresi. Nilai adjusted R 2 yang diperoleh dari hasil estimasi regresi adalah sebesar 0,8909 artinya perubahan variabel ICOR mampu dijelaskan oleh variabel pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan laju inflasi sebesar 89,09%. Sedangkan sisanya sebesar 10,91% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model persamaan ini.

10 Interpretasi Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besaran ICOR Sementara itu, efek individual masing-masing kabupaten dan kota tercermin dari nilai intersep akhir masing-masing kabupaten dan kota. Berikut ini tabel yang menunjukkan nilai konstanta masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 15 menunjukkan bahwa masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan memiliki tingkat koefisien fixed effect yang berbeda-beda antara satu sama lain.keadaan tersebut menjelaskan bahwa variabel pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan laju inflasi memiliki tingkat pengaruh yang berbeda terhadap besarnya rasio perhitungan ICOR di tiap-tiap kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 5 Efek Individual Terhadap Nilai ICOR Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Fixed Effect (Cross) Koefisien _OKU--C -1,29042 _OKI--C 1, _ME--C -1,23415 _LHT--C -0,55204 _MURA--C -0,70223 _MUBA--C -0,66693 _BYSN--C -1,17278 _OKUS--C 1, _OKUT--C 0, _OI--C 0, _EL--C 1, _PLG--C -1,20209 _PRB--C -0,42706 _PGA--C 1, _LL--C 0, Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil estimasi terlihat bahwa nilai koefisien intersep besarnya nilai perhitungan ICOR dari setiap kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai yang berbeda. Adanya perbedaan nilai intersep tersebut dimungkinkan karena daerah yang diteliti memiliki karakteristik nyang berbeda satu sama lain. Dari lima belas kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, ada 8 daerah yang memiliki intersep negatif dan sisanya sebanyak 7 daerah memiliki intersep positif. Adapun daerah yang memiliki intersep negatif yaitu Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kota Palembang dan Kota Prabumulih. Hal ini menunjukkan bahwa daerah-daerah yang memiliki intersep negatif memiliki nilai perhitungan ICOR yang rendah. Sedangkan untuk daerah-daerah yang memiliki intersep positif seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Ilir,

11 Kabupaten Empat Lawang, Kota Pagaralam, Kota Lubuk Linggau memiliki nilai perhitungan ICOR yang cukup tinggi. Pengaruh Efisiensi Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan Pengukuran efisiensi ekonomi dalam penelitian ini diukur melalui indikator ICOR. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data panel, oleh karena itu sebelum melakukan pengujian baik secara ekonometrika maupun pengujian statistik, analisis dalam penelitian ini terlebih dahulu harus memilih teknik estimasi model regresi mana yang sebaiknya digunakan untuk regresi data panel dalam penelitian ini. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel Uji Chow Uji F atau uji Chow dilakukan untuk memilih model yang terbaik antara metode Common Effect dan Random Effect. Berikut adalah hasil pengujian uji F dalam penelitian ini: Tabel 6 Hasil Uji FPengaruh Efisiensi Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Effects Test Statistic d.f. Prob Cross-section F , Cross-Ssection Chisquare Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews6 Dari tabel 6, nilai probabilitas (prob) untuk Cross -section F adalah sebesar 0,0000 yang nilainya < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model Fixed Effect lebih tepat dibandingkan dengan model Common Effect dalam penelitian ini. Uji Hausman Uji Hausman ini dilakukan untuk memilih model mana yang terbaik antara Fixed Effect dan Random Effect. Berikut adalah hasil uji Hausman dalam penelitian ini. Tabel 7 Hasil Uji HausmanPengaruh Efisiensi Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Chi-square Statistic Chi-Sq.f.f Prob Cross-section random Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews6 Dari hasil Uji Hausman pada tabel 7, nilai Probabilitas (Prob) Cross -section random sebesar 0,0190 yang nilainya < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang dipilih dalam penelitian ini adalah Fixed Effect. Uji Asumsi Klasik Uji Autokorelasi Pengujian ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan metode Durbin- Watson. Berdasarkan tabel D-W pada tingkat signifikansi 0,05, k=1 dan n=135 maka diperoleh nilai DL= 1,720 dan DU= 1,745. Sementara itu nilai hitung Durbin-Watson

12 (DW) sebesar 0,9833. Oleh karena nilai hitung DW < DL maka model mengalami autokorelasi positif. Oleh karena model ini mengalami masalah autokorelasi, maka penyembuhannya dapat dilakukan dengan metode AR. Metode ini digunakan jika model mengalami masalah autokorelasi positif maupun negatif. Metode ini dapat diterapkan jika koefisien autokorelasi cukup tinggi atau jika nilai DW sangat rendah (Asngari, 2014: 44). Berdasarkan tabel D-W dengan melakukan metode AR pada tingkat signifikansi 0,05, k=1 dan n=135 maka diperoleh nilai dl= 1,720 dan du= 1,745, sedangkan nilai 4-dU=2,255 dan 4-dL=2,280. Sementara itu nilai hitung Durbin- Watson (DW) sebesar Oleh karena DW-test terletak antara du dan 4-dU atau DW-test < 2,5 maka model ini tidak mengalami masalah autokorelasi. Hasil Estimasi Regresi dengan Metode Fixed Effect Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; LnGit = β0i + β1lnicorit + Uit. Berdasarkan Tabel 8, maka hasil uji t adalah variabel ICOR diperoleh nilai t- hitung -10,28109 dengan probabilitas 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa ICOR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Oleh karena didalam penelitian ini telah dilakukan penyembuhan masalah autokorelasi dengan menggunakan metode AR maka untuk hasil estimasi dengan menggunakan teknik Fixed Effect yaitu:lngit = 2,8693 0,7326LnICORit Tabel 18 Hasil Estimasi Pengaruh Efisiensi Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Variabel Coefficient Std.Error t-statistic Prob C (ICOR) Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews6 Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien regresi ICOR (β 1 ) memiliki tanda negatif yaitu sebesar -0,7326. Hal ini menunjukkan perubahan ICOR berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi artinya semakin efisiennya ekonomi yang ditandai dengan semakin menurunnya perhitungan ICOR maka semakin meningkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota pada Provinsi Sumatera Selatan. Angka koefisien sebesar -0,73 mempunyai arti apabila efisiensi meningkat lewat penurunan ICOR sebesar 1% makan akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 0,73%. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Dalam perhitungan statistik penelitian ini nilai R 2 yang digunakan adalah adjusted R squared. Adjusted R Squared adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independen ke dalam suatu persamaan regresi. Nilai adjusted R 2 yang diperoleh dari hasil estimasi regresi adalah sebesar 0, artinya perubahan variabel G (growth) atau pertumbuhan ekonomi mampu dijelaskan oleh variabel ICOR sebesar 83,20%. Sedangkan sisanya sebesar 17,80% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model persamaan ini.

13 Interpretasi Hasil Analisis Pengaruh ICOR terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Efek individual masing-masing kabupaten dan kota tercermin dari nilai intersep akhir masing-masing kabupaten dan kota. Berikut ini tabel yang menunjukkan nilai konstanta masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 9 menunjukkan bahwa masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan memiliki tingkat koefisien fixed effect yang berbeda-beda antara satu sama lain. Keadaan tersebut menjelaskan bahwa variabel efisiensi ekonomi yang diukur melalui perhitungan ICOR berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di tiaptiap kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 9 Efek Individual Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Fixed Effect (Cross) Koefisien _OKU C -0, _OKI C 0, _ME C -0, _LHT C -0, _MURA C -0, _MUBA C -0, _BYSN C -0, _OKUS C 0, _OKUT C 0, _OI C -0, _EL C 0, _PLG C 0, _PRB C -0,01299 _PGA C 0, _LL C 0, Sumber : Data Diolah Berdasarkan hasil estimasi terlihat bahwa nilai koefisien intersep pertumbuhan ekonomi dari setiap kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai yang berbeda. Adanya perbedaan nilai intersep tersebut dimungkinkan karena daerah yang diteliti memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Dari lima belas kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, ada 8 daerah yang memiliki intersep negatif dan sisanya sebanyak 7 daerah memiliki intersep positif. Adapun daerah yang memiliki intersep negatif yaitu Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir dan Kota Prabumulih. Hal ini menunjukkan bahwa daerah-daerah yang memiliki intersep negatif memiliki pertumbuhan ekonomi yang rendah apabila variabel efisiensi ekonomi adalah nol. Sedangkan untuk daerah-daerah yang memiliki intersep positif seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan

14 Komering Ulu Timur, Kota Palembang, Kabupaten Empat Lawang, Kota Pagaralam, Kota Lubuk Linggau memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi apabila variabel efisiensi ekonomi yang diukur melalui perhitungan ICOR adalah nol. Dari hasil estimasi menunjukkan bahwa Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan mempunyai intersep paling tinggi (0,169094) dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya yang ada pada Provinsi Sumatera Selatan. Artinya bahwa heterogenitas antara Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dengan kabupaten dan kota lainnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. IV. Pembahasan 4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besaran ICOR Berdasarkan hasil analisis data, penelitian ini terbebas dari penyakit asumsi klasik dan uji statistik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya perhitungan nilai ICOR seperti pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan laju inflasi masing-masing berpengaruh signifikan terhadap besarnya perhitungan nilai ICOR yang menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan Pengaruh Pertumbuhan PDRB terhadap Besaran ICOR Hasil uji t menunjukan bahwa pertumbuhan PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap besarnya nilai ICOR pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Dengan arah hubungan yang negatif mengindikasikan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin rendah nilai ICOR pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini juga dapat mengindikasikan bahwa dengan adanya pertumbuhan PDRB pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan menyebabkan menurunnya nilai ICOR pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Adanya pertumbuhan PDRB dapat mendorong meningkatnya tambahan modal yang dapat digunakan untuk meningkatkan teknologi dan memperbaiki alat-alat produksi serta menambah faktorfaktor produksi lainnya sehingga dapat meningkatkan nilai tambah yang tinggi serta output yang optimal sehingga penggunaan tambahan modal tersebut akan lebih efisien. Efisiensi ekonomi dapat diukur secara langsung dengan menggunakan perhitungan ICOR. Karena ICOR merupakan besaran dari dampak penambahan kapital (PMTB) terhadap output (PDRB) sehingga semakin banyak output yang dihasilkan pada tingkat investasi tertentu maka semakin kecil nilai ICOR yang menunjukkan semakin efisiennya perekonomian pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan Pengaruh Pendapatan Perkapita terhadap Besaran ICOR Hasil uji t menunjukan bahwa pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya nilai ICOR pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Dengan arah hubungan yang positif, hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendapatan perkapita maka semakin tinggi pula besarnya nilai ICORpada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Hasil regresi pada model pengaruh pendapatan perkapita terhadap besaran ICOR pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan sesuai dengan pendekatan teori serta hasil penelitian Taguchi dan Lowhachai bahwa pendapatan perkapita berpengaruh positf dan signifikan terhadap besarnya ICOR. Menurut Kuznet dan Sato (dalam Taguchi dan Lowhachai) nilai perhitungan ICOR cenderung lebih rendah pada kelompok negara yang berpenghasilan rendah dan nilai perhitungan ICOR lebih tinggi

15 pada kelompok negara yang berpenghasilan tinggi karena kebutuhan akan investasi tahunan tidak hanya ditentukan oleh volume tabungan yang tersedia, namun juga oleh lingkungan tempat pembentukan modal tersebut terjadi. Pada sebagian besar negara yang sedang berkembang dimana lebih mempertimbangkan jumlah faktor produksi tenaga kerja yang cenderung melimpah. Dalam keadaan seperti itu, suatu tambahan persediaan modal akan menghasilkan tambahan output yang lebih tinggi daripada negara-negara yang kegiatan produksinya lebih padat modal dan cenderung berbiaya tinggi. Selanjutnya, ketika terjadi kenaikan pendapatan per kapita maka masyarakat cenderung meningkatkan konsumsinya. Pendapatan yang mereka dapat justru semakin teralihkan pada kegiatan konsumsi. Sehingga ketika tingkat konsumsi meningkat maka kecenderungan untuk menabung menjadi berkurang yang pada akhirnya akan membuat tabungan juga ikut menurun sehingga tabungan yang tersalur dalam investasi pun menurun. Pada asumsi perekonomian Harrod, S (tabungan) sama dengan K. Jadi ketika pendapatan perkapita meningkat mengakibatkan hasrat atau kecenderungan masyarakatnya untuk menabung menurun, tambahan kapital (investasi) menurun sehingga hasil output yang dihasilkan dalam penggunaan tambahan modal yang menurun tersebut tidaklah optimal sehingga efisiensi ekonomi dalam penggunaan tambahan modal tersebut juga ikut menurun yang ditandai dengan meningkatnya ICOR. Selain itu, dampak pengganda yang diciptakan oleh peningkatan konsumsi akan memicu adanya peningkatan inflasi sehingga akan kurang menciptakan nilai tambah dan kurang efisien. Hal tersebut sejalan dengan kondisi di Provinsi Sumatera Selatan dimana pada Kabupaten Musi Banyuasin yang merupakan daerah yang memiliki tingkat pendapatan perkapita paling tinggi diantara kabupaten dan kota lainnya yang ada di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar rupiah dengan ICOR mencapai 7,21 pada tahun Artinya, penggunaan tambahan kapital pada Kabupaten Musi Banyuasin tidak efisien, hal itu mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi pada kabupaten ini hanya sebesar 4,21 persen atau paling rendah jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Hal itu menandakan bahwa tingginya pendapatan perkapita pada suatu daerah belum mampu meningkatkan efisiensi daerah tersebut dalam menggunakan tambahan kapital Pengaruh Laju Inflasi terhadap Besaran ICOR Hasil uji t menunjukan bahwa laju inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap besarnya nilai ICOR pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Dengan adanya arah hubungan yang negatif hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi laju inflasi maka semakin kecil besarnya nilai ICORpada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan dan sebaliknya. Berdasarkan pendekatan teori, meningkatnya laju inflasi dapat menyebabkan proses produksi dalam penggunaan faktor-faktor produksi menjadi tidak efisien karena dengan meningkatnya laju inflasi menyebabkan inflasi meningkat lebih besar dan mengakibatkan biaya produksi menjadi meningkat sehingga pada akhirnya hargaharga barang menjadi tinggi atau justru dapat menurunkan jumlah hasil produksi. Kenaikan laju inflasi ini harusnya memberikan dampak pada menurunnya efisiensi ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya besaran nilai ICOR. Pengaruh negatif antara laju inflasi terhadap besarnya ICOR pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan ini dapat disebabkan oleh penurunan laju inflasi yang sangat ekstrim pada tahun 2009 hingga Hal ini disebabkan oleh adanya dampak krisis global yang terjadi pada tahun Krisis global tersebut ikut

16 berimbas pada perekonomian Indonesia yang termasuk didalamnya Provinsi Sumatera Selatan sehingga salah satu dampaknya adalah meningkatnya laju inflasi yang mengakibatkan inflasi melonjak tinggi di seluruh kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan pada tahun Namun pada tahun 2009 hingga 2010, perekonomian dunia dan nasional mulai mengalami pemulihan sehingga laju inflasi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan ekstrim tetapi tidak diikuti oleh penurunan nilai ICOR. Hal ini disebabkan oleh masih terasanya iklim krisis global maka aliran dana investasi menurun karena para investor menarik dananya Pengaruh Efisiensi Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa ICOR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada 15 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini menandakan bahwa semakin efisiennya ekonomi yang ditandai dengan semakin menurunnya perhitungan ICOR maka semakin meningkat pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi nilai perhitungan ICOR hal ini menandakan semakin berkurangnya tingkat efisiensi ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang selanjutnya akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan melambat karena investasi yang dilakukan kurang efisien. Hasil regresi pada model pengaruh ICOR terhadap pertumbuhan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan sesuai dengan hipotesis awal dan hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Taguchi dan Lowhachai serta penelitian Situmorang yang menyatakan bahwa ICOR dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang negatif. Penurunan angka ICOR akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal itu dikarenakan, berdasarkan konsep ICOR yang dikembangkan oleh Harrod dan Domar, model ICOR menunjukkan keterkaitan antara output (pendapatan wilayah) suatu perekonomian dengan besarnya tambahan modal yang dibutuhkan. Sehingga ketika penggunaan tambahan modal digunakan secara efisien untuk menghasilkan output yang lebih optimal maka besarnya perhitungan ICOR otomatis akan semakin rendah. Semakin efisien dalam penggunaan tambahan kapital, besarnya nilai ICOR akan semakin rendah. Selanjutnya, apabila efisiensi ekonomi dalam penggunaan tambahan kapital dapat menghasilkan output yang lebih optimal, hal ini tentu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan karena output yang optimal ini memberikan kontribusi yang lebih banyak terhadap PDRB kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Oleh karena itu, untuk mendukung terciptanya pembangunan yang berkualitas, pemerintah Provinsi Sumatera Selatan harus berupaya semaksimal mungkin untuk mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas investasi. Hal ini dibutuhkan karena semakin tinggi tingkat efisiensi dan produktivitas investasi yang ada, maka semakin tinggi pula tingkat output yang bisa diperoleh sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan. Meskipun variabel ICOR memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, pada tahun-tahun tertentu di beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan, variabel ICOR memiliki pola korelasi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Korelasi yang positif ini diduga disebabkan oleh investasi yang ditanamkan pada tahun tersebut

17 merupakan investasi jangka panjang sehingga efeknya dalam pertumbuhan ekonomi belum dirasakan pada periode pengamatan. Kondisi tersebut dapat dilihat dalam Lampiran. 3. V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efisiensi ekonomi yang ditunjukan dalam perhitungan ICOR terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besaran ICOR. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil regresi, variabel Pertumbuhan PDRB, Pendapatan per Kapita dan Laju Inflasi berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai ICOR. Pertumbuhan PDRB berpengaruh negatif terhadap besarnya nilai ICOR pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Artinya, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin rendah nilai ICOR pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap besarnya nilai ICOR pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Artinya semakin tinggi pendapatan perkapita maka semakin tinggi pula besarnya nilai ICOR pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Laju inflasi berpengaruh negatif terhadap besarnya nilai ICOR pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan hal ini diduga disebabkan oleh karena adanya dampak dari krisis global yang berimbas pada efisiensi ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Ketiga variabel ini memberikan kontribusi sebesar 89,09 persen dalam mempengaruhi besarnya nilai ICOR pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, sedangkan sisanya sebesar 10,91 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti dalam penelitian ini. 2. Berdasarkan hasil regresi, variabel ICOR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan. Variabel efisiensi ekonomi yang diukur melalui perhitungan ICOR ini juga memberikan kontribusi sebesar 52,13 persen sedangkan sisanya sebesar 47,87 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. ICOR memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan. ICOR yang rendah menandakan penggunaan modal menjadi lebih efisien sehingga diharapkan peran pemerintah dalam meningkatkan kemajuan teknologi untuk lebih meningkatkan lagi efisiensi penggunaan tambahan modal 2. Investasi berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi sehingga sangat diharapkan peran pemerintah dalam meningkatkan jumlah investor untuk berinvestasi di Provinsi Sumatera Selatan. 3. Laju inflasi memiliki pengaruh dalam besarnya ICOR sehingga sangat diharapkan peran pemerintah dalam pembuatan kebijakan seperti mengatur jumlah uang beredar, kebijakan dalam penentuan harga dan sebagainya agar dapat menekan laju inflasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan analisis mengenai pengaruh jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap retribusi daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam model yang baik tidak

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam model yang baik tidak BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Kualitas Data A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Heterokedastisitas Heteroskedastisitas memberikan arti bahwa dalam suatu model terdapat perbedaan dari varian residual

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran

3. METODE. Kerangka Pemikiran 25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik Estimasi model pertumbuhan ekonomi negara ASEAN untuk mengetahui pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah perusahaan yang masuk kedalam Jakarta Islamic Index pada tahun 2015. Jakarta Islamic Index melakukan penyaringan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta). BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara kerja atau prosedur mengenai bagaimana kegiatan yang akan dilakukan untuk mengumpulkan dan memahami objek-objek yang menjadi sasaran dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah data PDRB, jumlah penduduk dan PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun 2000-2014 yang meliputi kabupaten

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD Cross-section F Pemilihan model estimasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan 49 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi dan kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat pengangguran

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random 67 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Estimasi Model Data Panel Estimasi model yang digunakan adalah regresi data panel yang dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas. 81 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Penelitian ini menggunakan analisis model GLS (General Least Square). Metode GLS sudah memperhitungkan heteroskedastisitas pada variabel independen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan data yang berupa laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

HASIL ANALISA DATA ROE LDA DA SDA SG SIZE

HASIL ANALISA DATA ROE LDA DA SDA SG SIZE HASIL ANALISA DATA STATISTIK DESKRIPTIF Date: 06/15/16 Time: 11:07 Sample: 2005 2754 ROE LDA DA SDA SG SIZE Mean 17.63677 0.106643 0.265135 0.357526 0.257541 21.15267 Median 11.00000 0.059216 0.251129

Lebih terperinci

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB Sementara itu, Kabupaten Supiori dan Kabupaten Teluk Wondama tercatat sebagai daerah dengan rata-rata angka kesempatan kerja terendah selama periode 2008-2010. Kabupaten Supiori hanya memiliki rata-rata

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh kemiskinan, pengeluran pemerintah bidang pendidikan dan pengeluaran pemerintah bidang kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, BAB III METODELOGI PENELTIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian dilakukan di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Dengan pertimbangan di setiap wilayah mempunyai sumber daya dan potensi dalam peningkatan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam proses pembangunan ekonomi, manusia berperan cukup penting

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam proses pembangunan ekonomi, manusia berperan cukup penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu negara maupun suatu daerah terdiri dari berbagai faktor-faktor yang saling berinteraksi antara lain, sumber daya manusia (SDM), sumber

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

Abstrak. Abstract. Pendahuluan Ryan Z., Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Angkatan Kerja dan... 187 Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Angkatan Kerja dan Upah Minimum Regional Terhadap Pengangguran Terdidik di

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data Uji kualitas data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan BAB III METODE PENELITIAN A. Obejek Penelitian Obyek kajian pada penelitian ini adalah realisasi PAD (Pendapatan Asli Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan yang terdiri dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data panel, yaitu model data yang menggabungkan data time series dengan crosssection.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data panel, yaitu model data yang menggabungkan data time series dengan crosssection. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan model data panel, yaitu model data yang menggabungkan data time series dengan crosssection.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%.

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%. A. Uji Kualitas Data 1. Uji Heteroskedastisitas BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidakstabilan varians dari residual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Banten. Pemilihan lokasi di Kabupaten/Kota disebabkan karena berdasarkan hasil evaluasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Regresi 1. Uji Asumsi Klasik. Pengujian ini hanya akan menguji dua uji asumsi klasik karena menggunakan metode data panel, yaitu uji multikolinieritas dan uji heterokedastisitas.

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis pengaruh PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, dan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume xx, No. x (tahun), hal xx xx. ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Heteroskedastisitas BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Heteroskedastisitas memberikan arti bahwa dalam suatu model terdapat perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaatnya. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain

BAB I PENDAHULUAN. manfaatnya. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya sehingga tercapainya kehidupan yang makmur dan berkeadilan. Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross 36 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan data panel sebagai acuan sumber data yang digunakan. Dimana penelitian ini berfokus pada bagaimana peforma perusahaan ritel di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Karesidenan adalah sebuah pembagian administratif dalam sebuah provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut : 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio (DER), price to earning ratio (PER), dan earning pershare (EPS) terhadap return

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian dalam menyusun penelitian ini adalah pada 29 kabupaten dan 9 kota di Provinsi Jawa Timur, dengan pertimbangan bahwa Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Pada lokasi penelitian ini diambil pada Kabupaten/Kota yang terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota di Provinsi Jawa tengah dengan variabel penelitian pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dimana peneliti mengambil di daerah tersebut karena peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari BPS dengan

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari BPS dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1.Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah Kemiskinan sebagai variabel dependen, sedangkan untuk variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan gambaran dan analisis terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini juga menjelaskan pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kelayakan Data 4.1.1 Uji Stasioner Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series stasioner (tidak ada akar akar unit) atau tidak

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data merupakan variabel yang diukur dan diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel atau populasi. Data menurut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia tahun 2010-2014. Alat analisis yang digunakan adalah data panel dengan model

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22 kabupaten tertinggal dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22 kabupaten tertinggal dengan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tahap Evaluasi Model 5.1.1. Tahap Evaluasi Pemilihan Model Estimasi model, untuk mengetahui pengaruh belanja pemerintah daerah per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian 34 BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis penelitian ini menggunakan data yang bersifat kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berwujud dalam kumpulan angka-angka. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Bruto, Indek Pembangunan Manusia, Upah Minimum Provinsi daninflasi

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Bruto, Indek Pembangunan Manusia, Upah Minimum Provinsi daninflasi BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Indek Pembangunan Manusia, Upah Minimum Provinsi daninflasi terhadap Jumlah Penduduk Miskin

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE 2009-2011 Gomgom Arthur Simamora / 26209168 Pembimbing: Dr.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. UJI Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi imi terjadi heterokedastisitas atau tidak, untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh derajat desentralisasi fiskal penerimaan, variabel desentralisasi pengeluaran yaitu belanja tak langsung dan belanja langsung, Inflasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun , peneliti mengambil

BAB III METODE PENELITIAN. Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun , peneliti mengambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah seluruh pemerintah Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun 2011 2015,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan menggunakan data Tingkat Pengangguran Terbuka, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum dan Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data sekunder

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh UMK (Upah Minimum Kabupaten), TPT

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh UMK (Upah Minimum Kabupaten), TPT BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh UMK (Upah Minimum Kabupaten), TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) dan AMH (Angka Melek Huruf) pada kabupaten/ kota di Provinsi Jawa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari 54 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil dari estimasi faktor-faktor yang memengaruhi migrasi ke Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari investasi sumber daya manusia. Adapun variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan, rasio gini dan upah minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan suatu negara diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia sebagai negara berkembang yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan pendekatan umum untuk membangun topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode penelitian merupakan sistem atas peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kota Malang. Pemilihan obyek penelitian di Kota Malang adalah dengan pertimbangan bahwa Kota Malang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan atau referensi untuk melakukan penelitian ini. Dengan adanya penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang BAB III METODOLOGI 3.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang bersumber dari BPS adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Heterokedastisitas Pada uji Heterokedastisitas atau Uji Park, nilai probabilitas semua variable independend tidak signifikan pada tingkat 5%,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2001-2010 mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Pemilihan Provinsi Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Pemilihan Provinsi Jawa BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Pemilihan Provinsi Jawa Barat ini didasarkan pada data realisai anggaran menunjukkan bahwa Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabelnya dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif.

BAB III METODE PENELITIAN. Variabelnya dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Variabelnya dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif. Data penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tentang laporan APBD tahunan. Sampel yang di ambil. dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota provinsi Sumatera Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN. tentang laporan APBD tahunan. Sampel yang di ambil. dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota provinsi Sumatera Selatan. 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada kebupaten/kota provinsi Sumatera Selatan tahun 2011-2013 yang seluruh data APBD telah di terbitkan dan dilaporkan kepada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Gambaran Umum Perbankan Indonesia Dilihat dari segi kepemilikannya, Bank di Indonesia dibedakan menjadi enam kategori bank, diantaranya adalah Bank

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengguji hipotesis sehingga termasuk dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengguji hipotesis sehingga termasuk dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengguji hipotesis sehingga termasuk dalam metode eksplanasi ilmu, menyatakan hubungan satu variabel menyebabkan perubahan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelian BAB III METODE PENELITIAN Objek penelian yang digunakan pada penelian ini adalah seluruh kabupaten dan kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terdiri dari 4 kabupaten dan 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek penelitian Penelitian yang digunakan ini mengunakan obyek penelitian dari seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Jawa Timur yang totalnya ada 38 Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji. Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji. Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data Uji kualitas data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi di 5 pulau

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA Mita Pangestika 1 *Jurusan Statistika FIMIPA Universitas Islam Indonesia *mitapanges@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data sekunder

Lebih terperinci

SENSITIVITAS PERTUMBUHAN EKONOMI SUMSEL TERHADAP HARGA KOMODITAS PRIMER; PENDEKATAN PANEL DATA

SENSITIVITAS PERTUMBUHAN EKONOMI SUMSEL TERHADAP HARGA KOMODITAS PRIMER; PENDEKATAN PANEL DATA SUPLEMEN I SENSITIVITAS PERTUMBUHAN EKONOMI SUMSEL TERHADAP HARGA KOMODITAS PRIMER; PENDEKATAN PANEL DATA Perekonomian Sumatera Selatan (Sumsel) berbasis pada sektor-sektor primer. Sektor primer inilah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. ekonomi, variabel pertumbuhan ekonomi yaitu pendapatan asli daerah, investasi

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. ekonomi, variabel pertumbuhan ekonomi yaitu pendapatan asli daerah, investasi 63 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, variabel pertumbuhan ekonomi yaitu pendapatan asli daerah, investasi dan pengangguran. Alat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Penghitungan kesenjangan pendapatan regional antar kabupaten/kota di Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Profil Responden Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu peneliti dapat memperoleh data secara tidak langsung dari perusahaan. Data dalam penelitian ini diperoleh

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional III. METODELOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengarhi prosiklikalitas sektor perbankan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel. Kriteria pengambilan keputusan 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel. Kriteria pengambilan keputusan 52 69 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Statistik 1. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel a. Uji Chow Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Common Effect (OLS) atau Fixed Effect yang

Lebih terperinci

BAB V PERBANDINGAN REGIONAL

BAB V PERBANDINGAN REGIONAL BAB V PERBANDINGAN REGIONAL 47 Analisis perbandingan PDRB Kabupaten Empat Lawang dengan kabupaten/ kota lain yang ada di wilayah Sumatera Selatan ini difokuskan dengan menggunakan teknik analisis Tipologi

Lebih terperinci