KEPUTUSAN DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) NOMOR : KEP.U/LL.003/XI/1/KA-2015 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TARIF ANGKUTAN KERETA API PENUMPANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPUTUSAN DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) NOMOR : KEP.U/LL.003/XI/1/KA-2015 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TARIF ANGKUTAN KERETA API PENUMPANG"

Transkripsi

1 -- KERETA API KEPUTUSAN DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) NOMOR : KEP.U/LL.003/XI/1/KA-2015 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TARIF ANGKUTAN KERETA API PENUMPANG DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO), MENIMBANG : a. bahwa syarat dan tarif angkutan kereta api penumpang telah diatur dalam Keputusan Direksi Nomor KEP.C/LL.003/X/17/KA-2013 tentang Syarat-Syarat dan Tarif Angkutan Kereta Api Penumpang (STP) Bagian 1 Edisi Tahun 2013; b. bahwa telah terbit Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api; c. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa angkutan kereta api serta penyesuaian terhadap standar pelayanan minimum, maka perlu dilakukan pembaharuan terhadap ketentuan yang mengatur mengenai syarat dan tarif angkutan kereta api penumpang; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, huruf b dan huruf c di atas, perlu menetapkan Keputusan Direksi tentang Syarat-Syarat dan Tarif Angkutan Kereta Api Penumpang; MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); PT. KERETAAPI INDONESIA (PERSERO) KANTOR PUSAT JL. Pennhs Kemerdekaan No.1 Bandung Telp. (022) , , Faes. (022) PO BOX 1163 Bandung

2 5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api; 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api; 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 8 Tahun 2001 tentang Angkutan Kereta Api; 9. Anggaran Dasar PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang telah diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia dan perubahan terakhirnya sebagaimana dinyatakan dalam Akta Nomor 139 tanggal 31 Desember 2012, yang laporannya telah dicatat dalamdatabase Sistem Administrasi Badan hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana suratnya Nomor AHU-AH tanggal 4 Februari 2013 dan Perubahan Susunan Pengurus terakhir sebagaimana dinyatakan dalam Akta Nomor 05 tanggal 03 September 2015, yang laporan pemberitahuannya telah diterima dan dicatat dalam database Sistem Administrasi Badan hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana dinyatakan dalam Suratnya Nomor AHU- AH tanggal 07 September Kedua Akta tesebut dibuat di hadapan Surjadi Jasin S.H., Notaris di Bandung; 10. Keputusan Direksi Nomor KEP.U/HK.215/XI/7/KA tanggal 29 November 2012 tentang Peraturan Dinas 22 (PD 22) Jilid 2 mengenai Administrasi Penjualan Jasa di Stasiun; MEMUTUSKAN : MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TARIF ANGKUTAN KERETA API PENUMPANG. Pasal 1 Menetapkan Syarat-Syarat dan Tarif Angkutan Kereta Api Penumpang sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. 2

3 Pasal 2 Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka : 1. Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.710/XI/6/KA-2008 tentang Pedoman dan Prosedur Angkutan Dinas dan Cuma-Cuma di Lingkungan PT Kereta Api (Persero); 2. Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.002/I/1/KA-2012 tentang Batas Kapasitas Yang Dizinkan Dalam Kereta Api; 3. Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.003/V/6/KA-2013 tentang Tarif Reduksi Angkutan Kereta api yang telah diubah dengan Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.003/VII/36/KA-2013; 4. Keputusan Direksi Nomor KEP.C/LL.003/X/16/KA-2013 tentang Mekanisme Pemberian Fasilitas Reduksi Angkutan Kereta Api Bagi Komisaris, Direksi dan Pegawai Anak Perusahaan dan Outsourcing serta Pihak Ketiga; 5. Keputusan Direksi Nomor KEP.C/LL.003/X/17/KA-2013 tentang Syarat- Syarat Dan Tarif Angkutan Kereta Api Penumpang (STP) Bagian 1 Edisi Tahun 2013; 6. Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.006/XI/4/KA-2013 tentang Standard Operating Procedure (SOP) Petugas Boarding Stasiun; 7. Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.006/V/11/KA-2014 tentang Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Sistem Boarding di Stasiun di Lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero); 8. Segala ketentuan yang bertentangan dengan keputusan ini; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 3 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dalam pelaksanaannya agar tetap memperhatikan ketentuan perundang-undangan. Ditetapkan di : B a n d u n g Pada tanggal : 11 November 2015 a.n. DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIREKTUR UTAMA, ttd EDI SUKMORO NIPP Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: 1. Dewan Komisaris PT Kereta Api Indonesia (Persero); 2. Para Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero); 3. Para Executive Vice President PT Kereta Api Indonesia (Persero); 4. Para Vice President/General Manager/Senior Manager PT Kereta Api Indonesia (Persero). 3

4 LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) NOMOR : KEP.U/LL.003/XI/1/KA-2015 TANGGAL : 11 November 2015 SYARAT-SYARAT DAN TARIF ANGKUTAN KERETA API PENUMPANG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan: a. Perusahaan adalah badan usaha yang menyelenggarakan perkeretaapian dalam hal ini PT Kereta Api Indonesia (Persero). b. Kereta adalah sarana perkeretaapian yang ditarik dan/atau didorong lokomotif atau mempunyai penggerak sendiri yang digunakan untuk mengangkut orang. c. Kereta Api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan Kereta Api. d. Angkutan Kereta Api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kereta Api. e. Kereta Api Komersial adalah Kereta Api angkutan penumpang dengan tarif yang diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan. f. Kereta Api Non Komersial adalah Kereta Api angkutan penumpang dengan tarif yang diatur Pemerintah dan ditetapkan melalui Keputusan Menteri. g. Standar Pelayanan Minimum yang selanjutnya disebut SPM adalah ukuran minimum pelayanan yang harus dipenuhi oleh Perusahan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa, yang harus dilengkapi dengan tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji Perusahaan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. h. Grafik Perjalanan Kereta Api yang selanjutnya disebut Gapeka adalah pedoman pengaturan pelaksanaan perjalanan Kereta Api yang digambarkan dalam bentuk garis yang menunjukkan stasiun, waktu, jarak, kecepatan, dan posisi perjalanan Kereta Api mulai dari berangkat,bersilang, bersusulan, dan berhenti yang digambarkan secara grafis untuk pengendalian perjalanan Kereta Api. i. Peraturan perjalanan Kereta Api adalah ketentuan yang mengatur tentang perjalanan Kereta Api, berupa Gapeka, maklumat perjalanan Kereta Api (malka), warta maklumat (wam) dan daftar waktu. j. Warta Pelayanan Angkutan adalah telegram dinas terkait angkutan penumpang. k. Tiket adalah dokumen angkutan yang sah dan merupakan tanda bukti terjadinya perjanjian angkutan, dimana Perusahaan wajib mengangkut, dan orang yang telah memiliki Tiket berhak memperoleh pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dipilih, dapat berupa Tiket komputer, Tiket tercetak atau halaman 1

5 bentuk lainnya yang ditetapkan Perusahaan sebagai Tiket, untuk Kereta Api yang bersangkutan. l. Pakaian Dinas selanjutnya disebut Pakaian Dinas R6 adalah pakaian kerja yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Perusahaan untuk dipergunakan/dipakai oleh Komisaris Perusahaan/Direksi Perusahaan/Pegawai Perusahaan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Perusahaan. m. Tiket komputer adalah dokumen angkutan yang sah berupa hasil print out aplikasi RTS pada blanko yang ditetapkan Perusahaan. n. Tiket tercetak adalah dokumen angkutan yang sah berupa kertas tercetak dengan nama, kelas pelayanan dan tarif. o. Tiket Pasepartu adalah dokumen angkutan dengan sistem buku tembusan dimana pengisiannya dilakukan secara manual oleh petugas loket. p. Tiket suplisi adalah dokumen angkutan dengan sistem buku tembusan dimana pengisiannya dilakukan secara manual oleh petugas kondektur di atas Kereta Api. q. Rail Ticket System selanjutnya disebut RTS adalah aplikasi penjualan Tiket Perusahaan. r. Kode Booking adalah kode yang terdiri atas 6 (enam) karakter kombinasi huruf dan angka yang dikeluarkan oleh aplikasi RTS atas setiap transaksi pemesanan berhasil. s. Kode Pembayaran adalah kode yang terdiri atas 13 (tiga belas) angka yang dikeluarkan oleh aplikasi RTS atas setiap transaksi pemesanan berhasil di web/mobile application/contact Center 121 untuk identifikasi pembayaran atas pemesanan dimaksud. t. Batal Petugas adalah proses pembatalan Tiket oleh petugas loket. u. Batal Pembeli adalah proses pembatalan Tiket atas permintaan penumpang. v. Check-in adalah proses kegiatan pelaporan diri perihal keberangkatan penumpang untuk melakukan perjalanan dengan Kereta Api melalui counter Check-in atau layanan Check-in mandiri dengan penerbitan Boarding Pass dan/atau pemeriksaan Tiket dan kesesuaian Bukti Identitas. w. Boarding Pass adalah dokumen yang diterbitkan oleh Perusahaan dan diberikan kepada penumpang yang telah melakukan Check-in sebagai dokumen pengganti Tiket, berisi data penumpang dan data perjalanan penumpang. x. Boarding adalah proses memberikan izin kepada penumpang untuk masuk stasiun atau naik Kereta Api dengan jadwal tertentu dengan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesesuaian Bukti Identitas dengan data Tiket. y. Sifat persambungan adalah rentang waktu kedatangan suatu Kereta Api tidak lebih dari 3 (tiga) jam dari waktu keberangkatan Kereta Api atau moda persambungan lainnya, sehingga penumpang Kereta Api dimaksud dapat meneruskan perjalanan dengan Kereta Api atau moda persambungan lainnya setelah transit di suatu stasiun. z. Award ticket adalah Tiket gratis atau dengan nilai nol rupiah yang diberikan kepada penumpang yang telah menukarkan Tiket lama atas nama dirinya dengan jumlah tertentu yang ditetapkan Perusahaan. aa. Bukti Identitas adalah dokumen identitas yang menunjukkan data dan foto diri pemiliknya dan dikeluarkan oleh Pemerintah, sekolah, organisasi atau instansi berwenang lainnya, contoh KTP, SIM, Paspor, Kartu Pelajar dan lain lain. halaman 2

6 bb. Mitra adalah Badan Usaha yang bekerjasama dengan Perusahaan. cc. Host To Host adalah sistem transaksi online (real-time approach) yang menghubungkan antara host Perusahaan dengan host Mitra secara langsung. dd. Tarif Angkutan adalah besaran biaya yang harus dibayar penumpang untuk mendapatkan layanan jasa angkutan Kereta Api. ee. Tarif Reduksi adalah besaran tarif angkutan Kereta Api yang telah mendapatkan potongan harga dengan nilai tertentu berdasarkan kebijakan Perusahaan atau berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara Perusahaan dengan suatu Instansi/Lembaga/Organisasi. ff. Kru KA adalah petugas yang berdinas di atas Kereta Api terdiri dari Masinis, Asisten Masinis, Kondektur, Petugas Teknisi KA, Petugas pengawal KA (Kamtib KA), Petugas Restorasi, Petugas Cleaning Service, Petugas CSOT, Petugas Running awak Kereta Api. gg. Luar Dinas (LD) adalah perjalanan setelah melakukan dinas sebagai Kru KA untuk kembali ke tempat kedudukannya semula atau perjalanan untuk memulai dinas sebagai Kru KA diluar tempat kedudukannya. hh. Infant adalah penumpang dengan usia dibawah 3 (tiga) tahun. ii. Legiun Veteran Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut LVRI adalah organisasi kemasyarakatan yang merupakan satu satunya wadah dan sarana perjuangan bagi segenap Veteran Republik Indonesia, yang dibentuk berdasarkan persamaan kehendak, bidang kegiatan, profesi, dan fungsinya untuk berperan serta dalam pewarisan nilai nilai juang 1945, pembangunan nasional, pertahanan dan keamanan nasional. jj. Veteran Republik Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bergabung dalam kesatuan bersenjata resmi yang diakui oleh Pemerintah yang berperan secara aktif dalam suatu peperangan menghadapi negara lain dan/atau gugur dalam pertempuran untuk membela dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau warga negara Indonesia yang ikut serta secara aktif dalam pasukan internasional di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melaksanakan misi perdamaian dunia, yang telah ditetapkan sebagai penerima Tanda Kehormatan Veteran Republik Indonesia. kk. Forum Komunikasi Dermawan Darah, yang selanjutnya disebut Fokuswanda adalah wadah komunikasi dan aspirasi para dermawan darah yang telah menyumbangkan darah bersih minimal 75 (tujuh puluh lima) kali yang bersifat independen dan tidak berafiliasi kepada partai politik. ll. Pegawai Perusahaan adalah Pekerja Perusahaan yang mempunyai hubungan kerja bersifat tetap dengan Perusahaan yang terikat dalam perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) dan ditetapkan dalam surat keputusan pengangkatan, Pekerja Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Pekerja Kontrak Magang (PKM) termasuk Pekerja Perusahaan yang diperbantukan di Anak Perusahaan. mm. Pekerja Outsourcing adalah tenaga alih daya dari suatu perusahaan penyedia jasa tenaga outsourcing yang bekerjasama dengan Perusahaan atau Anak Perusahaan. nn. Petugas adalah Pegawai Perusahaan, Pegawai Anak Perusahaan dan/atau Pekerja Outsourcing yang sedang menjalankan dinas termasuk siswa dan/atau calon petugas yang sedang menjalankan praktek dinas di atas Kereta Api. halaman 3

7 oo. Brand Awareness adalah kemampuan pembeli potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merk merupakan anggota dari kategori produk tertentu. pp. Voucher adalah dokumen berharga Tiket yang berfungsi sebagai bentuk diskon harga terhadap tarif reguler angkutan Kereta Api. qq. Rombongan yaitu sekelompok orang yang bepergian secara bersama sama, dengan menggunakan Kereta Api pada jadwal dan kelas pelayanan yang sama sekurang-kurangnya terdiri dari 20 (dua puluh) orang. rr. Force Majeure atau keadaan kahar adalah keadaan yang secara langsung mengakibatkan Perusahaan tidak dapat melaksanakan operasional angkutan Kereta Api sebagaimana mestinya diakibatkan keadaan-keadaan diluar kekuasaan Perusahaan dan tidak dapat dihindari, termasuk namun tidak terbatas pada gempa bumi, angin topan, banjir, kebakaran, tanah longsor, pemogokan umum, huru hara, perang, pemberontakan dan kebijakan Pemerintah dan/atau Peraturan Pemerintah. ss. Kereta Api luar biasa adalah Kereta Api yang perjalanannya tidak tergambar dalam Gapeka dan tidak tertulis dalam daftar waktu, tetapi yang ditetapkan menurut kebutuhan. tt. Bagasi adalah barang bawaan milik penumpang. uu. Kereta Bagasi adalah sarana Kereta Api yang khusus digunakan untuk mengangkut barang. vv. Berat hitung adalah berat yang menjadi dasar perhitungan tarif Bagasi. ww. Loyalty programs adalah program promosi yang dirancang untuk membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan antara Perusahaan dan pelanggan, untuk menciptakan pembelian yang terus menerus dari layanan jasa angkutan Kereta Api. xx. Zona l adalah wilayah di stasiun yang merupakan tempat untuk penumpang naik ke dalam Kereta Api berupa peron stasiun. yy. Zona 2 adalah wilayah di stasiun yang merupakan tempat penumpang menunggu sebelum masuk ke dalam zona 1 dapat berupa ruang tunggu, maksimal 1 jam sebelum Kereta Api berangkat atau sesuai arahan Petugas yang berdinas. zz. Zona 3 adalah wilayah bagian luar stasiun dimana terdapat loket penjualan, layanan pelanggan serta fasilitas umum dan sosial lainnya. Pasal 2 (1) Klasifikasi Angkutan Kereta Api penumpang berdasarkan jarak tempuhnya terdiri dari: a. Kereta Api jarak dekat; b. Kereta Api jarak menengah; c. Kereta Api jarak jauh. (2) Pengelompokan Kereta Api berdasarkan jarak untuk setiap nama Kereta Api ditetapkan dalam Keputusan Direksi. halaman 4

8 Pasal 3 (1) Kereta Api jarak dekat yaitu Kereta Api dengan jarak tempuh perjalanan maksimum sejauh 150 kilometer, kecuali ditetapkan lain oleh Perusahaan. (2) Kereta Api jarak dekat memiliki ciri-ciri pelayanan sebagai berikut: a. karakteristik pelayanan: 1. menghubungkan beberapa stasiun di wilayah Daop/Divre yang sama ataupun lintas Daop/Divre; 2. melayani penumpang berdiri; 3. memiliki sifat perjalanan ulang alik/komuter; 4. melayani kebutuhan angkutan penumpang dari daerah sub-urban menuju pusat kota atau sebaliknya. b. pengaturan batas kapasitas maksimum 1. Kereta Api yang menggunakan sarana Kereta dengan tempat duduk sejajar, kapasitas maksimum sesuai dengan jumlah tempat duduk masing-masing sarana Kereta ditambah penumpang berdiri sejumlah 50% dari jumlah tempat duduk; 2. Kereta Api yang menggunakan sarana Kereta dengan tempat duduk menyamping, kapasitas maksimum dibatasi 178 penumpang untuk setiap Kereta. c. kelas pelayanan terdiri atas: 1. kelas eksekutif; 2. kelas bisnis; 3. kelas ekonomi. Pasal 4 (1) Kereta Api jarak menengah yaitu Kereta Api dengan jarak tempuh perjalanan antara 151 kilometer sampai dengan 450 kilometer. (2) Kereta Api jarak jauh adalah angkutan Kereta Api dengan jarak tempuh perjalanan di atas 450 kilometer. (3) Kereta Api jarak menengah dan Kereta Api jarak jauh memiliki ciri-ciri pelayanan dijelaskan sebagai berikut: a. karakteristik pelayanan 1. menghubungkan beberapa stasiun antar kota; 2. tidak menyediakan layanan penumpang berdiri; 3. melayani kebutuhan angkutan penumpang antar kota. b. kapasitas maksimum sesuai dengan jumlah tempat duduk tersedia untuk masing masing sarana Kereta. c. kelas pelayanan terdiri atas : 1. kelas eksekutif; 2. kelas bisnis; 3. kelas ekonomi. halaman 5

9 BAB II PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PENUMPANG KERETA API Pasal 5 (1) Perusahaan mengumumkan jadwal perjalanan Kereta Api sebagaimana termuat dalam Peraturan Perjalanan Kereta Api kepada masyarakat. (2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui media cetak, elektronik atau dengan cara lainnya, termasuk jika ada perubahan terhadap jadwal dimaksud. (3) Dalam hal terjadi pembatalan atau perubahan jadwal Kereta Api maka Perusahaan wajib melakukan hal-hal berikut: a. mengumumkan dan mensosialisasikan pembatalan dan perubahan jadwal tersebut secara langsung, melalui telepon, pesan layanan singkat, ditempelkan pada papan informasi dan/atau melalui media yang memungkinkan; b. sedapat mungkin memberitahukan pembatalan atau perubahan jadwal tersebut kepada calon penumpang yang telah melakukan transaksi pembelian Tiket Kereta Api; c. menyediakan Angkutan Kereta Api dengan jadwal lainnya atau menyediakan moda transportasi lainnya sebagai angkutan pengganti dan sedapat mungkin dengan kelas pelayanan yang sama, memberikan kompensasi yang selanjutnya diatur dalam Keputusan Direksi tersendiri atau mengembalikan bea Tiket kepada penumpang. Pasal 6 (1) Pengangkutan orang dengan Kereta Api harus dilakukan dengan menggunakan sarana Kereta. (2) Dalam keadaan tertentu (bencana alam, perang, huru-hara), Perusahaan dapat melakukan pengangkutan orang dengan menggunakan gerbong dan/atau Kereta Bagasi yang bersifat sementara dengan ketentuan sebagai berikut: a. kereta pada jalur yang bersangkutan tidak tersedia atau tidak mencukupi; b. adanya permintaan angkutan yang mendesak atau keadaan darurat; c. gerbong dan/atau Kereta Bagasi harus tertutup dan memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan penumpang serta paling sedikit dilengkapi dengan fasilitas yang berupa: 1. pintu masuk/keluar; 2. ventilasi udara; 3. alas untuk duduk yang bersih; dan 4. penerangan. d. mendapatkan izin tertulis dari Direktur Keselamatan dan Keamanan. Pasal 7 (1) Perusahaan wajib mengangkut penumpang dan memberikan pelayanan sesuai dengan kelas pelayanan sebagaimana tercantum dalam Tiket. (2) Setiap orang yang tidak memiliki Tiket dilarang naik Kereta Api kecuali Kru KA dan pihak lain yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam Pasal 75. halaman 6

10 (3) Dalam hal penumpang terlambat datang di stasiun sehingga ketinggalan Kereta Api, maka Tiket yang telah dimiliki tidak dapat dibatalkan dan secara otomatis dianggap hangus serta tidak mendapatkan penggantian layanan angkutan dengan Kereta Api lainnya ataupun moda angkutan pengganti. (4) Dalam situasi tertentu termasuk namun tidak terbatas pada banjir dan demonstrasi di sekitar stasiun yang mengakibatkan penumpang terlambat atau tidak dapat datang di stasiun sehingga ketinggalan Kereta Api, maka Perusahaan dapat melakukan pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melalui suatu ketentuan tersendiri. Pasal 8 (1) Perusahaan dapat memberikan layanan tambahan di atas Kereta Api berupa penyediaan makanan, minuman atau barang dan jasa lainnya yang bersifat berbayar, masuk dalam komponen biaya Tiket sebagai tuslah ataupun terpisah, yang dikelola langsung oleh Perusahaan atau perusahaan lain yang bekerjasama dengan Perusahaan. (2) Pihak lain selain Perusahaan dan pihak yang bekerjasama dengan Perusahaan dilarang memberikan layanan tambahan di atas Kereta Api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). BAB III STANDAR PELAYANAN MINIMUM Pasal 9 (1) Pengoperasian Kereta Api harus memenuhi Standar Pelayanan Minimum baik di stasiun maupun di dalam perjalanan. (2) Standar Pelayanan Minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit mencakup : a. keselamatan; b. keamanan; c. kehandalan; d. kenyamanan; e. kemudahan; dan f. kesetaraan. (3) Standar Pelayanan Minimum sebagaimana dimaksud ayat (2) tercantum pada Lampiran 2 Keputusan ini. halaman 7

11 BAB IV TIKET KERETA API Pasal 10 (1) Setiap penumpang wajib memiliki Tiket. (2) Tiket hanya berlaku untuk pengangkutan dari stasiun keberangkatan ke stasiun kedatangan sebagaimana tercantum dalam Tiket kecuali ditetapkan lain oleh Perusahaan. (3) Satu Tiket hanya berlaku untuk satu nama penumpang, nama dan nomor Kereta Api, tanggal dan jam keberangkatan, kelas dan relasi perjalanan sebagaimana tercantum dalam Tiket. (4) Pada Kereta Api komersial, satu orang penumpang diperbolehkan membeli lebih dari satu Tiket atas nama dirinya, dalam hal penumpang memiliki hak atas tarif reduksi maka Tiket kedua dan seterusnya dikenakan tarif non reduksi (tarif reguler). (5) Pada Kereta Api non komersial satu orang penumpang hanya diperbolehkan membeli satu Tiket atas nama dirinya. (6) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat dilakukan pada kondisi tertentu dengan penetapan dilakukan oleh pejabat serendah-rendahnya Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan Daop/Divre. Pasal 11 (1) Tiket berupa print-out data diri, data perjalanan dan data transaksi penumpang yang dihasilkan oleh aplikasi penjualan RTS pada blanko yang telah ditetapkan Perusahaan. (2) Dalam hal terjadi gangguan yang mengakibatkan Tiket sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak dapat dicetak, maka pelayanan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. pada kereta api jarak jauh dan menengah menggunakan Tiket Pasepartu sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 atau bentuk lainnya yang ditetapkan Perusahaan; b. pada kereta api jarak dekat (komuter/lokal) menggunakan Tiket Tercetak. (3) Tata cara penjualan menggunakan Tiket pasepartu sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a diatur sebagai berikut: a. jumlah Tiket yang dijual maksimal 80% dari sisa tempat duduk; b. Ticketing Centre menginformasikan sisa tempat duduk yang dapat dijual kepada stasiun keberangkatan Kereta Api melalui Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan Penumpang Daop/Divre/Sub Divre; c. penjualan Tiket dilayani bagi penumpang di stasiun keberangkatan; d. Tiket dijual dengan nomor tempat duduk yang diinformasikan dari Ticketing Centre atau jika tidak memungkinkan Tiket dapat dijual tanpa nomor tempat duduk dan diinformasikan dengan jelas kepada penumpang tentang hal tersebut dan penumpang dapat menduduki tempat duduk yang masih kosong; halaman 8

12 e. stasiun keberangkatan segera melaporkan realisasi penjualannya kepada Ticketing Centre setelah Kereta Api yang bersangkutan berangkat dari stasiun keberangkatan dimaksud; f. Stasiun antara diperbolehkan menjual Tiket setelah Kereta Api dimaksud telah berangkat dari stasiun keberangkatan dengan alokasi penjualan yang diinformasikan Ticketing Centre. (4) Ketentuan Tiket Tercetak sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b diatur sebagai berikut : a. sekurang-kurangnya memuat informasi nama kereta api, tanggal perjalanan dan tarif kereta api; b. apabila pada kereta api yang bersangkutan terdapat lebih dari satu besaran tarif (terdapat tarif parsial) maka tarif yang dicetak adalah tarif terendah; c. dapat dipergunakan pada semua relasi kereta api yang bersangkutan; d. apabila tarif Kereta Api telah mengalami perubahan dan belum tersedia Tiket tercetak dengan besaran tarif baru, maka Tiket tercetak yang lama tetap dapat dipergunakan dengan dibubuhi stempel besaran tarif baru; e. atas penjualan yang menggunakan Tiket tercetak dengan tarif lama yang telah distempel dengan tarif baru, kepala stasiun menerbitkan Warta Pelayanan Angkutan mengenai hal tersebut. (5) Pada Kereta Api yang telah memberlakukan e-ticket, maka penumpang tidak mendapatkan blanko Tiket, namun data transaksi penumpang terekam dalam database RTS. (6) Tiket untuk penumpang pada Kereta Api wisata yang dikelola oleh pihak lain yang bekerjasama dengan perusahaan dan dirangkaikan dengan Kereta Api reguler, tetap dilayani menggunakan aplikasi RTS kecuali ditetapkan lain oleh Perusahaan. (7) Tarif pada Tiket Kereta Api wisata sebagaimana dimaksud ayat (6) di-setting dengan Tarif Rp 0,- (nol rupiah) atau tanpa bea. Pasal 12 (1) Setiap penumpang mendapatkan nomor tempat duduk, dengan pengecualian sebagai berikut: a. pada Kereta Api jarak dekat dapat dijual Tiket tanpa nomor tempat duduk. b. pada saat okupansi Kereta Api telah mencapai 100%, diperbolehkan dijual Tiket tanpa nomor tempat duduk, ketentuan ini berlaku khusus bagi penumpang dengan kriteria berikut: 1. penumpang berusia dibawah 10 (sepuluh) tahun yang bepergian bersama penumpang dewasa; dan 2. Pegawai Perusahaan yang mempergunakan Pakaian Dinas (R6). c. Tiket tanpa nomor tempat duduk dikenakan tarif reguler yang sama dengan Tiket yang mempunyai nomor tempat duduk, kecuali bagi infant pertama atas satu penumpang dengan tarif dewasa tidak dikenakan bea. (2) Tiket penumpang sekurang-kurangnya memuat informasi tentang : a. Kode Booking; b. nama penumpang; c. hari, tanggal dan jam keberangkatan serta kedatangan; d. nama dan nomor Kereta Api; halaman 9

13 e. stasiun keberangkatan dan kedatangan; f. kelas pelayanan dan nomor tempat duduk; g. harga Tiket. (3) Khusus untuk Tiket Kereta Api jarak dekat yang bersifat komuter, minimal memuat informasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (4) huruf a. Pasal 13 (1) Dalam hal penumpang bermaksud melanjutkan perjalanan melebihi relasi perjalanan sebagaimana tercantum dalam Tiket, maka penumpang tersebut harus membeli Tiket untuk relasi selanjutnya atau Tiket persambungan yang ditetapkan oleh Perusahaan. (2) Perusahaan dapat menetapkan Tiket persambungan yaitu Tiket yang terdiri dari 2 (dua) atau lebih perjalanan Kereta Api atau Kereta Api dengan moda transportasi lainnya yang berbeda dan memiliki sifat persambungan yang dicetak pada satu Tiket. (3) Setiap penumpang yang memiliki Tiket persambungan sebagaimana dimaksud ayat (1), wajib melakukan Check-in pada stasiun keberangkatan masing-masing relasi modanya. (4) Dalam hal terjadi keterlambatan Kereta Api atau moda transportasi lain yang digunakan dalam layanan angkutan dengan Tiket persambungan sehingga mengakibatkan penumpang tertinggal dan tidak dapat menggunakan angkutan terusan, maka Perusahaan akan mengembalikan bea untuk angkutan terusannya. (5) Pengembalian bea angkutan oleh Perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (4), terbatas pada nilai pelayanan yang tidak dapat dinikmati oleh penumpang. (6) Dalam hal penumpang memiliki lebih dari satu Tiket Kereta Api yang memiliki sifat persambungan dengan Tiket terpisah, pada saat pemegang Tiket terlambat akibat Kereta Api atau moda lainnya yang dinaiki sebelumnya terlambat, sehingga tertinggal oleh Kereta Api yang seharusnya dinaiki, maka untuk Tiket Kereta Api tersebut dianggap hangus dan tidak ada pengembalian bea angkutan. Pasal 14 (1) Dalam hal Tiket yang dimiliki oleh penumpang rusak atau hilang maka: a. penumpang melapor kepada Petugas berwenang di stasiun; b. penumpang harus dapat menunjukkan Bukti Identitas asli; dan c. penumpang menyerahkan fotokopi Bukti Identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b. (2) Dalam hal penumpang tidak dapat menunjukkan Bukti Identitas asli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, maka selanjutnya dilakukan halhal berikut: a. dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh Petugas keamanan atau Petugas lainnya yang berwenang termasuk pemeriksaan Bukti Identitas lainnya yang dimiliki penumpang seperti kartu NPWP, kartu kredit, kartu ATM yang mencantumkan nama, kartu keluarga dll; b. Petugas dapat meminta dikirimkan foto Bukti Identitas Penumpang dari kerabat penumpang yang bersangkutan; halaman 10

14 c. penumpang membuat surat pernyataan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3, yang menyatakan bahwa yang bersangkutan benar memiliki nama sesuai dengan yang tertera pada database RTS dan bersedia dituntut secara hukum jika terbukti keterangan yang diberikan tidak benar, ditandatangani penumpang yang bersangkutan dan Petugas pemeriksa serta divalidasi dengan stempel unit pemeriksa atau stasiun; d. lembar asli surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas dilampirkan dalam tembusan Tiket pengganti dan fotokopinya diberikan kepada penumpang yang bersangkutan untuk dapat dipergunakan sebagai Bukti Identitas pengganti untuk kepentingan pemeriksaan Boarding ataupun pemeriksaan di atas Kereta Api. (3) Petugas yang berwenang di stasiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memastikan kesesuaian data yang tertera pada database RTS dengan Bukti Identitas yang ditunjukkan dan/atau diserahkan oleh penumpang. (4) Dalam hal data yang tertera pada database RTS dengan Bukti Identitas yang ditunjukkan dan/atau diserahkan oleh penumpang telah sesuai, maka penumpang dapat dibuatkan Tiket pengganti. (5) Dalam hal data yang tertera pada database RTS dengan Bukti Identitas yang ditunjukkan dan/atau diserahkan oleh penumpang tidak sesuai, maka penumpang tidak dibuatkan Tiket pengganti. (6) Sebelum penumpang mendapatkan Tiket pengganti, Kode Booking atas Tiket penumpang tersebut wajib dibekukan pada aplikasi RTS. (7) Dalam hal Kode booking sebagaimana dimaksud pada ayat (5) terdiri atas lebih dari satu Tiket, maka pembekuan nomor Kode Booking akan mengakibatkan seluruh Tiket dengan nomor Kode Booking tersebut tidak dapat dibatalkan, jika kemudian Tiket lainnya akan dilakukan proses pembatalan maka Petugas loket yang menerima permohonan pembatalan Tiket harus terlebih dahulu menghubungi Ticketing Centre. (8) Pembatalan atas Tiket pengganti wajib menggunakan aplikasi RTS dengan terlebih dahulu melapor kepada Ticketing Centre. Pasal 15 (1) Tiket pengganti diberikan kepada penumpang dengan ketentuan sebagai berikut: a. menggunakan bentuk 245 B sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 atau bentuk lainnya yang ditetapkan Perusahaan; b. data identitas dan perjalanan penumpang yang dituliskan dalam Tiket pengganti harus sama dengan data yang tercantum pada database RTS; c. Tiket pengganti dibubuhi dengan keterangan "pengganti Tiket nomor seri xx_xxxx Kode Booking xxxxxx"; dan d. fisik Tiket yang rusak dan/atau fotokopi Bukti Identitas dilampirkan dalam tembusan bentuk 245 B atau bentuk lainnya yang ditetapkan Perusahaan sebagai Tiket pengganti. halaman 11

15 (2) Setelah Perusahaan memberikan Tiket pengganti kepada penumpang, maka secara otomatis Tiket sebelumnya menjadi tidak berlaku. (3) Tiket pengganti dapat diterbitkan di stasiun di mana penumpang melapor dan pada saat penumpang yang bersangkutan melaporkan kehilangan Tiket. (4) Dalam hal Tiket hilang di atas Kereta Api, maka pengaturannya sebagaimana tercantum dalam Pasal 103 ayat (3). Pasal 16 (1) Penggunaan Tiket dapat diganti dengan Boarding Pass. (2) Boarding Pass berupa print-out data diri dan data perjalanan penumpang yang dihasilkan oleh aplikasi penjualan RTS pada blanko yang ditetapkan Perusahaan. (3) Boarding Pass diterbitkan pada saat penumpang melakukan Check-in di counter Check-in atau pada layanan Check-in mandiri. (4) Dalam hal Boarding Pass penumpang hilang maka: a. penumpang melapor kepada petugas berwenang di stasiun; b. penumpang harus dapat menunjukkan Bukti Identitas asli yang sesuai dengan data yang tertera pada database RTS; c. penumpang menyerahkan fotokopi Bukti Identitas; d. Petugas memeriksa kesesuaian data pada database RTS dengan Bukti Identitas penumpang; e. apabila data telah sesuai, maka Boarding Pass dicetak ulang dan diberikan kepada penumpang, namun jika data tidak sesuai maka penumpang tidak berhak atas Boarding Pass pengganti; f. pada Boarding Pass pengganti diberi keterangan Pengganti ; g. dalam hal telah diterbitkan Boarding Pass pengganti, maka Boarding Pass yang asli menjadi tidak berlaku; h. fotokopi Bukti Identitas dilampirkan dalam laporan check-in. i. dalam hal Boarding Pass hilang di atas Kereta Api, maka pengaturannya sebagaimana dalam Pasal 103 ayat (3). (5) Dalam hal penumpang tidak dapat menunjukkan Bukti Identitas asli sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, maka berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (2). (6) Pemberlakuan Boarding Pass ditetapkan dalam suatu Keputusan Direksi Direksi. Pasal 17 (1) Ticketing Centre adalah Unit Kerja pada Direktorat Komersial dibawah EVP Passenger Transport Marketing and Sales yang bertanggungjawab dalam pengelolaan sistem penjualan Tiket Kereta Api dari proses pra penjualan sampai dengan purna penjualan. (2) Ticketing Centre bertindak sebagai koordinator untuk kegiatan-kegiatan berikut: a. pengaturan alokasi tempat duduk penjualan manual pada saat terjadi gangguan sistem dan atau jaringan; dan b. setting tarif, jadwal dan hal lainnya terkait penjualan Tiket Kereta Api termasuk informasi penjualan. halaman 12

16 (3) Segala bentuk koordinasi maupun kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (2) didokumentasikan dalam buku daftar penjagaan bernomor atas setiap kejadian termasuk atas setiap Warta Pelayanan Angkutan yang dikeluarkan oleh Ticketing Centre. BAB V TIKET KHUSUS PENGAWAL BARANG PADA KERETA BAGASI YANG TERANGKAI PADA KERETA API PENUMPANG Pasal 18 (1) Setiap pengawal barang pada Kereta Bagasi yang terangkai pada Kereta Api penumpang wajib memiliki Tiket khusus bentuk 17 B, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3. (2) Tiket khusus sebagaimana dimaksud ayat (1), sekurang-kurangnya memuat informasi berikut: a. nama pengawal; b. nama instansi/ekspeditur/penyewa Kereta Bagasi jika perorangan; c. nomor perjanjian angkutan barang hantaran ekspeditur bagi pengawal barang ekspeditur; d. nama Kereta Api; e. masa berlaku; dan f. tarif. (3) Jumlah pengawal dalam satu Kereta Bagasi maksimal 10 (sepuluh) orang. Pasal 19 (1) Tiket khusus hanya berlaku untuk pengawal barang pada Kereta Bagasi dan tidak diperbolehkan naik pada bagian lainnya termasuk Kereta penumpang atau Kereta makan. (2) Tiket khusus dapat dipergunakan pada lebih dari satu Kereta Api oleh pengawal yang sama dengan syarat perusahaan ekspeditur dari pengawal tersebut memiliki perjanjian kerja sama angkutan barang hantaran dengan Mitra pada Kereta Api dimaksud dan dicantumkan pada Tiket khusus. (3) Dalam hal tidak terselenggaranya angkutan, pemegang Tiket Khusus tidak dapat meminta ganti rugi kepada Perusahaan. Pasal 20 (1) Pelayanan Tiket khusus dilakukan di stasiun keberangkatan atau kedatangan Kereta Api. (2) Tiket khusus dapat diterbitkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. pembelian pertama wajib melampirkan dokumen sebagai berikut: 1. surat keterangan dari perusahaan ekspeditur bahwa yang bersangkutan adalah benar merupakan pegawai dari perusahaan tersebut; 2. fotokopi Bukti Identitas pemohon; dan 3. perjanjian angkutan barang hantaran antara perusahaan ekspeditur dan Perusahaan. halaman 13

17 b. dokumen sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a diarsipkan dan wajib diperbaharui dalam hal masa berlaku Bukti Identitas dan/atau perjanjian angkutan barang hantaran berakhir. c. pembelian selanjutnya disertai dengan penukaran/penyerahan Tiket khusus yang telah terpakai selambat-lambatnya tanggal 3 (tiga) dari bulan yang berjalan; dan d. dalam hal Tiket khusus hilang, maka tidak diberikan Tiket pengganti dan bea Tiket khusus tidak dikembalikan serta untuk mendapatkan Tiket khusus baru dianggap sebagai pembelian baru dan berlaku ketentuan ayat (2) huruf a. (3) Tiket khusus bagi pengawal barang pada Kereta Bagasi yang terangkai pada Kereta Api penumpang yang bersifat insidental dapat dilayani langsung pada saat pelayanan sewa Kereta Bagasi. (4) Tiket khusus berlaku selama 1 (satu) bulan kalender ditambah 3 (tiga) hari, khusus bagi pengawal barang pada Kereta Bagasi yang bersifat insidental maka masa berlakunya hanya satu kali perjalanan. Pasal 21 (1) Tarif Tiket khusus ditentukan dengan rincian sebagai berikut : a. Kereta Api kelas eksekutif Rp ,- b. Kereta Api kelas bisnis Rp ,- c. Kereta Api kelas ekonomi Rp ,- (2) Dalam hal Kereta Api terdiri lebih dari satu kelas, maka dikenakan tarif berdasarkan kelas pelayanan tertinggi. (3) Dalam hal Tiket khusus dipergunakan pada lebih dari satu Kereta Api, maka tarif mengacu pada Kereta Api dengan kelas pelayanan tertinggi. (4) Khusus pengawal angkutan pada Kereta Bagasi yang bersifat insidental, tarif per sekali jalan dikenakan sebesar 20% dari tarif subclass tertinggi pada Kereta Api dimaksud, dengan pembulatan ke atas pada kelipatan Rp 5.000,-. Pasal 22 Angkutan pada Kereta Bagasi yang bersifat insidental sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) adalah angkutan pada kereta Bagasi untuk 1 (satu) atau beberapa perjalanan saja termasuk tidak terbatas pada angkutan mobil khusus kepresidenan, angkutan jenazah dan angkutan barang penting Bank Indonesia. BAB VI BUKTI IDENTITAS PETUGAS Pasal 23 (1) Setiap Petugas wajib memiliki Bukti Identitas sebagai Petugas yang diterbitkan oleh Perusahaan. (2) Bukti Identitas Petugas yang merupakan Pegawai Perusahaan adalah Kartu Bukti Diri, dapat berupa kartu biasa atau kartu elektronik yang memiliki fungsi lain seperti alat pembayaran. halaman 14

18 (3) Bukti Identitas Petugas yang merupakan pekerja outsourcing dan/atau pekerja Anak Perusahaan adalah bentuk 304 sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3. Pasal 24 (1) Bentuk 304 sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (3) merupakan dokumen yang diberikan Perusahaan kepada pekerja outsourcing dan/atau pekerja Anak Perusahaan sebagai Bukti Identitas diri. (2) Bentuk 304 sekurang kurangnya memuat informasi sebagai berikut: a. nama; b. nama perusahaan; c. foto diri; d. masa berlaku; dan e. tandatangan pejabat penerbit. (3) Masa berlaku bentuk 304 adalah maksimal 1 (satu) tahun. Pasal 25 (1) Pelayanan permohonan bentuk 304 dilakukan di unit kerja yang bertanggungjawab terhadap pengawasan pelaksanaan pekerjaan dari pekerja outsourcing dan/atau pekerja anak Perusahaan sebagaimana dimaksud Pasal 24 ayat (1). (2) Tata cara penerbitan bentuk 304 diatur sebagai berikut: a. permohonan bentuk 304 dilakukan melalui surat tertulis yang ditandatangani pejabat berwenang dari perusahaan penyedia jasa outsourcing dan/atau Anak Perusahaan yang bekerjasama dengan Perusahaan di bidang pelayanan di atas Kereta Api dan ditujukan kepada kepala unit kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1); b. permohonan bentuk 304 dapat dilakukan secara kolektif; c. permohonan bentuk 304 dilampiri dengan: 1. pas foto; 2. fotokopi identitas diri; dan 3. fotokopi perjanjian kerjasama antara penyedia jasa outsourcing dan/atau Anak Perusahaan dengan Perusahaan. (3) Dalam hal bentuk 304 hilang, maka permohonan bentuk 304 pengganti wajib melampirkan surat keterangan kehilangan dari Kepolisian. (4) Dalam hal pemegang bentuk 304 tidak lagi bekerja pada penyedia jasa outsourcing dan/atau Anak Perusahaan yang bekerjasama dengan Perusahaan, maka bentuk 304 tersebut dinyatakan tidak berlaku dan penyedia jasa outsourcing dan/atau Anak Perusahaan wajib melaporkan kepada kepala unit kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1). halaman 15

19 BAB VII DOKUMEN BERHARGA TIKET Pasal 26 (1) Perusahaan dapat mengeluarkan dokumen berharga Tiket yang berfungsi sebagai potongan harga/diskon terhadap tarif reguler angkutan Kereta Api. (2) Dokumen berharga Tiket sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas: a. Voucher Registered; dan b. Voucher Unregistered. Pasal 27 (1) Voucher registered merupakan voucher dengan diskon tarif sebesar 100% dan memiliki nomor kode Booking, yang penerbitan dan penggunaannya harus melalui proses transaksi pada aplikasi RTS. (2) Bentuk Voucher registered sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3. (3) Voucher registered dapat diberikan kepada : a. Mitra ; dan/atau b. Pihak Lain berdasarkan pertimbangan EP/ EVP/VP Daop/Divre/Sub Divre. (4) Voucher registered tidak dapat dipindahtangankan. (5) Terhadap Tiket yang dicetak dengan Voucher registered tidak dapat dilakukan perubahan jadwal namun tetap dapat dilakukan pembatalan. (6) Ketentuan pembatalan Voucher registered sebagaimana diatur dalam Pasal 45. Pasal 28 (1) Otorisasi penerbitan Voucher registered diatur sebagai berikut: a. untuk lingkungan Kantor Pusat, ijin diberikan oleh EVP Passenger Transport Marketing and Sales (EP) berlaku untuk Kereta Api seluruh lintas; b. untuk lingkungan Daop/Divre/SubDivre, ijin diberikan oleh EVP/VP Daop/Divre/SubDivre atau Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan penumpang atas seijin EVP/VP Daop/Divre/SubDivre yang bersangkutan dan berlaku untuk Kereta Api keberangkatan di wilayahnya dan relasi sebaliknya jika perjalanan pergi pulang. (2) Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan penumpang di Daop/Divre atau Manager Group Customer and Support Service (EPSG) untuk lingkungan Kantor Pusat membuat loket khusus pelayanan Voucher registered. (3) Tata cara penerbitan Voucher registered diatur sebagai berikut : a. Voucher diberikan atas rekomendasi EVP/VP Daop/Divre/SubDivre atau EVP Passenger Transport Marketing and Sales; b. atas rekomendasi sebagaimana dimaksud huruf a, petugas yang ditunjuk oleh Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan penumpang melakukan transaksi pemesanan pada aplikasi RTS dengan memilih jenis Tarif Reduksi Voucher Registered dan dicetak pada kertas polos; c. transaksi dicetak pada kertas biasa kemudian disalin pada blanko voucher registered termasuk pada bagian bonggolnya; d. blanko voucher registered yang telah diisi diberikan kepada penerima; dan e. print-out pemesanan pada kertas biasa disimpan sebagai arsip. halaman 16

20 (4) Tata cara penukaran Voucher Registered diatur sebagai berikut : a. Voucher Registered ditukarkan di loket stasiun; b. Petugas loket melakukan cetak Tiket atas nomor Kode Booking yang tertera pada Voucher Registered menggunakan menu cetak Tiket offline, pada kolom alasan ditulis "mencetak Voucher registered "; c. data yang ditampilkan harus sama dengan data yang tertulis pada Voucher, jika data yang ditampilkan berbeda maka pencetakan Tiket ditolak; d. Tiket yang telah tercetak diberikan kepada pemilik Voucher; dan e. blanko Voucher registered dilampirkan pada laporan penjualan. (5) Proses tambah infant atas nomor Kode Booking pada Voucher Registered dapat dilakukan setelah Voucher dicetak menjadi Tiket. Pasal 29 (1) Voucher unregistered merupakan jenis Voucher dengan diskon tarif tertentu sampai dengan 100%, dimana penerbitannya tanpa melalui proses transaksi pada aplikasi RTS sehingga tidak memiliki nomor kode Booking. (2) Voucher unregistered dipergunakan sebagai sarana promosi dan diberikan kepada pihak lain dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggan serta meningkatkan Brand Awareness Kereta Api. (3) Penggunaan Voucher unregistered termasuk tidak terbatas diberikan pada acaraacara yang diselenggarakan Perusahaan, atau sponsorship terhadap acara-acara yang diselenggarakan pihak lain. (4) Bentuk Voucher unregistered sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3. (5) Terhadap Tiket yang dicetak dengan Voucher unregistered tidak dapat dilakukan perubahan jadwal namun tetap dapat dilakukan pembatalan. (6) Tata cara pembatalan Voucher unregistered sebagaimana diatur dalam Pasal 45. Pasal 30 (1) Otorisasi penerbitan Voucher unregistered, ijin diberikan oleh VP Passenger Marketing (EPM). (2) Dalam hal Daop/Divre/Sub Divre memerlukan Voucher unregistered untuk kepentingan marketing di wilayahnya, maka Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan penumpang dapat mengajukan permohonan disertai justifikasi kebutuhan kepada VP Passenger Marketing (EPM). Pasal 31 (1) Tata cara penukaran Voucher unregistered diatur sebagai berikut : a. Voucher unregistered wajib diisi datanya secara lengkap oleh pemilik Voucher; b. penukaran Voucher dilakukan di loket stasiun; c. Petugas loket melayani pencetakan Tiket sebagaimana transaksi penjualan biasa dengan memilih kode reduksi Voucher unregistered sesuai dengan nilai Tarif Reduksi yang tercantum pada Voucher unregistered; d. Tiket akan tercetak dengan tarif sebesar harga tarif reguler dikurangi besaran Tarif Reduksi yang tercantum pada Voucher; halaman 17

21 e. Tiket yang telah tercetak diberikan kepada pemilik Voucher; dan f. blanko Voucher unregistered diberi keterangan telah ditukar oleh Petugas loket dan dilampirkan pada laporan penjualan. (2) Penggunaan blanko Voucher unregistered dapat diganti dengan e-voucher yang ketentuannya diatur melalui keputusan direksi. BAB VIII PELAYANAN PENJUALAN TIKET KERETA API Pasal 32 (1) Pelayanan penjualan Tiket Kereta Api dapat dilakukan melalui : a. Channel internal yaitu titik penjualan Tiket Kereta Api yang dikelola oleh Perusahaan seperti loket stasiun, web korporat KAI, mobile application korporat dan Contact Center 121; b. Channel eksternal yaitu titik penjualan Tiket Kereta Api yang dikelola oleh Mitra, diantaranya loket agen, loket multi biller, minimarket, web dan mobile application yang dikelola oleh Mitra. (2) Semua transaksi penjualan Tiket Kereta Api wajib menggunakan aplikasi RTS. (3) Apabila penjualan Tiket Kereta Api dilakukan dengan menggunakan aplikasi Mitra, maka aplikasi Mitra tersebut wajib terhubung secara Host to Host dengan aplikasi RTS. (4) Penjualan secara manual di loket stasiun dengan menggunakan Tiket Pasepartu atau bentuk lainnya yang ditetapkan oleh Perusahaan, hanya diperbolehkan apabila terjadi kondisi tertentu sebagai berikut: a. RTS mengalami gangguan yang diteguhkan dengan pemberitahuan gangguan yang disampaikan oleh Ticketing Centre; b. jaringan mengalami gangguan; dan c. sebagai pengganti Tiket yang hilang atau rusak. (5) Penjualan Tiket yang dilakukan secara manual diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kepala Stasiun berkoordinasi dengan Senior Manager/Manager Angkutan Daop/Divre/Sub Divre setempat dan Ticketing Centre terkait alokasi tempat duduk untuk Kereta Api yang berangkat di stasiunnya; b. Senior Manager/Manager Angkutan mengatur alokasi tempat duduk untuk penjualan stasiun-stasiun di wilayah kerjanya; c. Kepala Stasiun segera menerbitkan Warta Pelayanan Angkutan tentang gangguan yang terjadi di stasiunnya serta pemberitahuan penjualan manual dan dilampirkan pada laporan penjualan transaksi manual; dan d. Petugas loket membuat laporan penjualan transaksi manual. halaman 18

22 Pasal 33 (1) Penjualan Tiket Kereta Api dapat dilakukan sejak 90 (sembilan puluh) hari sebelum keberangkatan sampai dengan keberangkatan Kereta Api yang bersangkutan, kecuali ditetapkan lain oleh Perusahaan. (2) Penjualan Tiket Kereta Api dilayani semua titik pelayanan penjualan untuk semua rute dan lintas pelayanan kecuali untuk Kereta Api tertentu, hanya dilakukan di loket stasiun. (3) Tiket Kereta Api yang penjualannya dilayani selain di loket stasiun, ditetapkan melalui suatu keputusan direksi. Pasal 34 (1) Perusahaan menyediakan formulir pemesanan untuk penjualan Tiket di loket stasiun. (2) Formulir pemesanan sebagaimana dimaksud ayat (1), berisi data pemesan, data penumpang dan data perjalanan penumpang sebagaimana tercantum pada Lampiran 3. (3) Dalam hal penjualan dilakukan di loket Mitra, maka formulir wajib disediakan oleh Mitra. (4) Pemesan mengisi formulir dengan lengkap serta membubuhkan tandatangan sebagai persetujuan atas persyaratan dan ketentuan angkutan penumpang Kereta Api serta telah memberikan informasi pada formulir dengan benar. (5) Dalam hal pemesanan dilakukan melalui web atau mobile application maka kolom-kolom pada halaman pemesanan wajib diisi dengan benar. Pasal 35 (1) Penulisan nama sesuai dengan yang tertera pada Bukti Identitas, tidak disingkat termasuk penulisan gelar/pangkat, kecuali dalam Bukti Identitas tertulis disingkat. (2) Jumlah huruf untuk penulisan nama termasuk gelar/pangkat maksimal 25 (dua puluh lima) huruf atau sampai batas maksimal penulisan yang dapat diakomodir pada aplikasi RTS. (3) Dalam hal nama penumpang terdiri lebih dari 25 (dua puluh lima) huruf, maka nama penumpang ditulis dengan lengkap, dimulai dari awal sampai batas maksimal penulisan. Contoh : Ir.Raden Agus Dwinanto Budiadji SH maka ditulis Ir.Raden Agus Dwinanto Bu (4) Ketentuan penulisan nomor identitas sebagai berikut: a. penumpang berusia 17 tahun atau lebih wajib mencantumkan nomor identitas sesuai dengan Bukti Identitas; b. penumpang berusia dibawah 17 tahun apabila belum memiliki Bukti Identitas, maka penulisan nomor identitas diisi dengan tanggal lahir yang bersangkutan dengan format " hhbbtttt " Contoh : Iman Lesmana kelahiran 7 Agustus 2010 maka kolom id ditulis ; halaman 19

23 c. penulisan nomor identitas penumpang harus ditulis sebagaimana contoh berikut: Jenis penumpang Bukti Identitas Nomor yang Dimasukan Contoh KTP Nomor KTP Penumpang Umum SIM Nomor SIM Pegawai/PKM/PKWT Pasport Nomor Pasport U KBD/KMF Nipp pegawai bersangkutan Keluarga Pegawai KBD Nomor KBD bersangkutan L 9035 Pensiunan Pegawai Pelajar LVRI / Veteran TNI/Polri Member Fokuswanda Pemilik Railcard Poin Pemilik Railcard Kartu Diskon KBD Kartu Pelajar Kartu LVRI KTA Railcard Kartu Fokuswanda Railcard Diomond / Gold Railcard Titanium / Bronze Nomor KBD bersangkutan Nomor induk siswa Nomor anggota LVRI Nomor NRP/NBI diawali TNI/Polri Nomor telepon genggam Nomor anggota Fokuswanda P atau NPV TNI POLRI /DKI/AB/54 Nomor Railcard Nomor Railcard Untuk lansia maka penulisan nomor identitas didahului lan contoh : lan Untuk wartawan maka penulisan nomor identitas didahului war contoh : war Khusus angkutan rombongan penulisan nomor identitas dapat diganti dengan nama rombongan disertai nomor urut peserta contoh : rombongan kemenhub1, rombongan kemenhub2 dst. Pasal 36 (1) Petugas loket wajib memastikan kepada pemesan bahwa nama dan nomor identitas yang ditulis dalam formulir pemesanan telah sama dan sesuai dengan Bukti Identitas yang dimiliki calon penumpang. (2) Pemesan tidak diwajibkan menyerahkan fotokopi Bukti Identitas calon penumpang pada saat pemesanan/penjualan Tiket Kereta Api. halaman 20

24 (3) Dalam hal Tiket yang dicetak Petugas loket salah atau tidak sesuai dengan formulir pemesanan yang diisi oleh pemesan dan pemesan belum meninggalkan loket, maka Petugas dapat melakukan pembatalan Tiket dimaksud dengan pengaturan sebagaimana dimaksud pada Pasal 40, kemudian Petugas mencetak kembali Tiket baru dengan data yang sesuai. (4) Dalam hal Tiket yang dicetak petugas loket salah, dan pemesan telah meninggalkan loket, maka Petugas mencocokkan data yang tercetak pada Tiket dengan data yang tertulis pada formulir pemesanan, dengan ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal data yang tercetak pada Tiket sama dengan data yang tertulis pada formulir pemesanan (kesalahan penumpang mengisi data pada formulir pemesanan) maka hal tersebut menjadi tanggung jawab penumpang yang bersangkutan dan biaya yang timbul atas perubahan data Tiket menjadi tanggungjawab penumpang; b. dalam hal nama yang tercetak pada Tiket berbeda dengan yang tertulis pada formulir pemesanan (kesalahan Petugas melayani pemesanan) maka sedapat mungkin penumpang yang bersangkutan diberi Tiket baru sesuai dengan yang dipesan penumpang sebagaimana tertulis pada formulir pemesanan, dan biaya yang timbul menjadi tanggungjawab pribadi petugas yang bersangkutan; dan c. formulir pemesanan menjadi bukti otentik atas pemesanan yang dilakukan apabila di kemudian hari timbul permasalahan. Pasal 37 (1) Pemberitahuan terkait kewajiban pemesan untuk memeriksa kembali Tiket yang tercetak telah sesuai dengan yang dipesan, wajib dipasang di loket pelayanan penjualan Tiket. (2) Pembayaran Tiket dilakukan dengan menggunakan mata uang Rupiah secara tunai atau non tunai menggunakan kartu debit/kartu kredit/kartu prepaid sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 38 (1) Bukti transaksi pembelian Tiket Kereta Api pada Mitra dapat berupa: a. struk/resi pembayaran; b. notifikasi; c. SMS notifikasi; dan d. bentuk lainnya yang ditetapkan Perusahaan. (2) Bukti transaksi pembelian Tiket Kereta Api pada Mitra sekurang-kurangnya berisi data penumpang, data perjalanan dan Kode Booking. (3) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud ayat (2) tersebut tidak berlaku sebagai Tiket dan harus dicetak menjadi Tiket terlebih dahulu. halaman 21

25 Pasal 39 (1) Dalam hal pemesan telah menerima bukti pembayaran Tiket Kereta Api, maka tata cara pencetakan Tiket diatur sebagai berikut: a. pencetakan Tiket pada loket khusus penukaran Tiket diatur dengan ketentuan sebagai berikut: 1. calon penumpang menyerahkan atau menunjukkan bukti transaksi pembelian Tiket Kereta Api kepada Petugas loket stasiun; 2. Petugas loket memasukkan Kode Booking yang terdapat pada bukti transaksi pada aplikasi RTS kolom pencarian; 3. apabila data valid dan status telah dibayar maka pencetakan Tiket dapat dilakukan dan kemudian Tiket diberikan kepada calon penumpang; 4. dalam hal data tidak tercantum dalam aplikasi RTS/status belum bayar/ Tiket tidak dapat dicetak/ ditemukan permasalahan lainnya, maka diatur sebagai berikut: a) Petugas loket melakukan konfirmasi perihal permasalahan transaksi dimaksud kepada Ticketing Centre; b) Ticketing Centre menginformasikan keabsahan Kode Booking melalui terkait permasalahan transaksi dimaksud kepada stasiun yang bersangkutan; c) Petugas loket mencatat informasi sebagaimana dimaksud huruf b) dalam daftar penjagaan penerimaan surat dari Ticketing Centre; d) berdasarkan pemberitahuan informasi dari Ticketing Centre tersebut, dapat diterbitkan Tiket pengganti dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (1). 5. dalam hal muncul keterangan Tiket telah dicetak, maka penanganannya mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (4). b. pencetakan Tiket pada layanan Cetak Tiket Mandiri (CTM) dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. calon penumpang memasukan nomor Kode Booking atau Kode Pembayaran pada aplikasi CTM; 2. setelah memasukkan nomor Kode Booking atau Kode Pembayaran, data penumpang akan tampil pada layar monitor CTM; 3. apabila data telah benar, centang pada nama yang akan dicetak Tiket nya atau pilih semua jika akan dicetak semua; 4. Tiket dicetak oleh mesin CTM dan dapat langsung di ambil oleh pemesan. (2) Dalam hal bukti transaksi pembelian Tiket Kereta Api hilang/rusak maka diatur ketentuan berikut: a. penumpang melapor kepada Petugas berwenang di stasiun; b. Petugas sebagaimana dimaksud pada huruf a, melakukan penelusuran atas transaksi yang dilakukan penumpang tersebut pada database RTS; c. penumpang wajib menunjukkan Bukti Identitas asli yang sesuai dengan data yang tertera pada database RTS; d. apabila Kode Booking atas nama penumpang dimaksud valid, status telah dibayar, detail penumpang muncul dan sesuai dengan Bukti Identitas, maka Tiket dapat dicetak menggunakan menu cetak Tiket online; dan halaman 22

26 e. apabila data penumpang tidak ditemukan atau dengan status belum bayar, maka tidak diproses lebih lanjut. BAB IX PEMBATALAN TIKET DAN PERUBAHAN JADWAL Pasal 40 (1) Dalam hal Tiket yang tercetak salah atau tidak sesuai dengan formulir pemesanan yang diisi oleh pemesan, maka dapat dilakukan Batal Petugas. (2) Batal Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan dan ketentuan sebagai berikut : a. pemesan belum meninggalkan loket; b. proses Batal Petugas dilakukan segera setelah transaksi yang salah dimaksud tanpa diselingi oleh transaksi yang lain; c. dilakukan oleh Petugas yang sama dan dalam shift yang sama dengan Petugas yang melakukan transaksi yang salah tersebut; d. Tiket yang salah/rusak diberi keterangan dan dilampirkan pada laporan penjualan. (3) Khusus Batal Petugas pada transaksi Tiket thermal Kereta Api jarak dekat, pada laporan penjualan wajib dilampirkan berita acara pembatalan yang ditandatangani Petugas yang bersangkutan dan Kepala Stasiun atau Kepala Sub Urusan Komersial Stasiun. (4) Batal Petugas yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 41 (1) Dalam hal pencetakan Tiket gagal dilakukan/hasil cetakan Tiket tidak sempurna/blanko Tiket yang telah dicetak rusak yang diakibatkan oleh gangguan hardware ataupun software, maka atas Kode Booking Tiket tersebut dapat dicetak ulang menggunakan menu cetak Tiket offline. (2) Khusus Tiket thermal Kereta Api jarak dekat, tidak diperbolehkan dicetak ulang tetapi dapat dilakukan Batal Petugas dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 40 ayat (3). Pasal 42 (1) Dalam hal terjadi gangguan RTS, proses Batal Petugas dapat dilakukan secara manual. (2) Batal Petugas secara manual sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a. pembatalan dan pengembalian bea Tiket menggunakan bentuk 239 sebagaimana tercantum pada Lampiran 3; b. Tiket yang dibatalkan diberi keterangan Batal Petugas dan dilampirkan pada tembusan bentuk 239. halaman 23

27 Pasal 43 (1) Atas permintaan penumpang, Tiket yang telah dibeli dapat dilakukan perubahan jadwal, kecuali terhadap Tiket dengan kategori sebagai berikut: a. Award ticket; b. Tiket yang dicetak dari Voucher registered ataupun Voucher unregistered; dan c. Tiket yang dicetak menggunakan poin. (2) Perubahan jadwal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. jadwal keberangkatan dengan Kereta Api yang sama; b. jadwal keberangkatan dengan Kereta Api yang berbeda. (3) Syarat dan ketentuan perubahan jadwal diatur sebagai berikut: a. perubahan jadwal dilakukan selambat-lambatnya 60 menit sebelum jadwal keberangkatan Kereta Api sebagaimana tercantum pada Tiket yang telah dibeli; b. tempat duduk Kereta Api pengganti masih tersedia; c. penumpang mengisi dan menandatangani formulir pembatalan yang disediakan Perusahaan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 Keputusan ini; d. dikenakan bea administrasi sebesar 25% dari harga Tiket lama diluar bea pesan dengan pembulatan ke atas pada kelipatan Rp 1.000,-; e. jika Kereta Api jadwal baru tarifnya lebih tinggi maka penumpang membayar selisih tarif; f. jika Kereta Api jadwal baru tarifnya lebih rendah maka tidak ada pengembalian bea atas selisih tarif; g. Tiket lama dan/atau bukti transaksi perubahan jadwal wajib dilampirkan pada laporan penjualan loket. Pasal 44 (1) Dalam hal terjadi gangguan RTS, maka tidak dapat dilakukan perubahan jadwal. (2) Dalam hal penumpang mengajukan permohonan perubahan jadwal pada saat terjadi gangguan RTS maka diatur sebagai berikut: a. Tiket yang akan dirubah jadwal dibatalkan terlebih dahulu secara manual; b. bea Tiket yang dibatalkan setelah dikurangi bea pembatalan dikompensasikan untuk membeli Tiket baru; c. penumpang membayar selisih kurang harga Tiket baru dikurangi bea Tiket yang dikembalikan; d. pembelian Tiket baru menggunakan Tiket Pasepartu; e. Tiket lama wajib dilampirkan pada laporan penjualan loket. (3) Dalam hal kondisi tidak mendesak, pembelian Tiket baru dilayani setelah RTS normal. Pasal 45 (1) Atas permintaan penumpang, Tiket yang telah dibeli dapat dilakukan batal pembeli. (2) Pemohon pembatalan wajib mengisi formulir pembatalan Tiket sebagaimana tercantum pada Lampiran 3. (3) Formulir pembatalan terdiri dari rangkap 2 dengan ketentuan sebagai berikut : a. formulir pembatalan tembusan diberikan kepada pemohon pembatalan; dan halaman 24

28 b. formulir pembatalan asli dikirimkan kepada VP Revenue And Cost Comptroller (EKCR). (4) Syarat dan ketentuan Batal Pembeli sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur sebagai berikut: a. dilakukan di loket stasiun yang ditunjuk selambat lambatnya 30 (tiga puluh) menit sebelum jadwal keberangkatan Kereta Api sebagaimana tercantum dalam Tiket; b. pembatalan Tiket atas permintaan penumpang dikenakan bea pembatalan sebesar 25% dari harga Tiket diluar bea pesan dengan pembulatan ke atas pada kelipatan Rp 1.000,-; c. pemohon pembatalan Tiket harus penumpang yang namanya tercantum pada Tiket dan dapat menunjukkan Bukti Identitas asli yang sesuai dengan data yang tercantum pada Tiket serta menyerahkan fotokopi identitas; d. dalam hal pemohon pembatalan adalah turis asing maka wajib melampirkan fotokopi Paspor dengan nama yang sesuai dengan yang tertera pada Tiket; e. dalam hal pemohon pembatalan Tiket bukan pemilik Tiket yang bersangkutan maka wajib melampirkan surat kuasa bermeterai dari pemilik Tiket kepada yang dikuasakan untuk melakukan pembatalan Tiket dengan tetap menunjukkan Bukti Identitas asli pemilik Tiket dan menyerahkan fotokopi Bukti Identitas asli pemilik Tiket; f. dalam hal Tiket yang dibatalkan lebih dari satu penumpang namun dengan Kode Booking yang sama maka fotokopi Bukti Identitas dan atau surat kuasa pembatalan yang dilampirkan cukup salah satu dari penumpang dimaksud; g. bukti transaksi pembatalan Tiket dicetak pada formulir pembatalan atau dapat dicetak tersendiri; h. Tiket yang dibatalkan dan/atau bukti transaksi pembatalan dilampirkan pada laporan penjualan loket; dan i. Petugas loket membuat rekapan pembatalan sebagai arsip. (5) Dalam hal penumpang bermaksud membatalkan Tiket tetapi Tiket atau bukti transaksinya hilang maka berlaku ketentuan berikut: a. permohonan pembatalan hanya dapat dilakukan oleh penumpang yang bersangkutan dan tidak dapat diwakilkan dengan menunjukkan Bukti Identitas asli; b. penumpang membuat pernyataan tertulis tentang Tiket atau bukti transaksi yang hilang dan maksud pembatalan Tiket serta melampirkan fotokopi Bukti Identitas; c. Petugas loket melakukan tindakan sebagaimana diatur pada Pasal 14 ayat (3) dan ayat (4); d. Dalam hal penumpang telah memperoleh Tiket Pengganti, maka terhadap Tiket pengganti penumpang tersebut dilakukan Batal Pembeli dengan mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4); e. surat pernyataan dan fotokopi Bukti Identitas penumpang dilampirkan pada laporan penjualan. halaman 25

29 Pasal 46 (1) Dalam hal terjadi gangguan RTS, maka proses Batal Pembeli dapat dilakukan secara manual. (2) Tata cara Batal Pembeli secara manual diatur sebagai berikut : a. Petugas memeriksa keabsahan Tiket dan memastikan syarat dan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 45 ayat (4) telah terpenuhi. b. pada formulir pembatalan bagian belakang diberi keterangan : 1. nomor Kode Booking; 2. nomor Tiket; 3. nama kereta api; 4. relasi; 5. nama penumpang; 6. jumlah pengembalian bea; 7. tanggal pembatalan; 8. tanggal pengembalian bea; 9. skema pengembalian bea; 10. stasiun tempat pengembalian bea; 11. nama stasiun; dan 12. nama Petugas pembatalan. c. formulir pembatalan ditandatangani Petugas pembatalan dan diberi stempel stasiun; d. Petugas loket membuat rekapitulasi pembatalan manual sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 dalam 2 rangkap; e. lembar pertama rekapitulasi pembatalan manual dan Tiket yang dibatalkan diberi keterangan Batal Pembeli dan dilampirkan pada laporan penjualan. f. lembar kedua rekapitulasi pembatalan manual dikirimkan ke Junior Manager/Assisten Manager Pemasaran Angkutan penumpang Daop/Divre/Sub Divre setempat. (3) Junior Manager/Assisten Manager Pemasaran Angkutan penumpang Daop/Divre/Sub Divre merekapitulasi pembatalan manual seluruh stasiun di wilayahnya dengan format laporan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 dan melaporkannya dalam bentuk softcopy ke Manager Group Customer and Support Service setiap 4 (empat) harian. (4) Manager Group Customer and Support Service mengunggah rekapitulasi pembatalan manual setiap Daop/Divre/Sub Divre sebagaimana dimaksud ayat (3) ke aplikasi RTS. Pasal 47 (1) Pengembalian bea Tiket yang dibatalkan dapat dilakukan melalui transfer bank atau secara tunai dan diambil di stasiun yang telah ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (1). (2) Pengembalian bea melalui transfer bank berlaku ketentuan sebagai berikut: a. bea Tiket yang dibatalkan dapat ditransfer ke rekening penumpang melalui bank yang ditetapkan Perusahaan dengan bea transfer ditanggung oleh Perusahaan; b. bea Tiket yang dibatalkan ditransfer setelah hari kalender ke-30 (tigapuluh) sejak permohonan pembatalan; halaman 26

30 c. apabila proses transfer gagal, maka bea Tiket yang dibatalkan dapat diambil tunai di loket stasiun yang ditunjuk atau ditransfer ulang setelah ada koreksi nomor rekening dari pemohon pembatalan. Pasal 48 (1) Tata cara pengembalian bea Tiket yang dibatalkan secara tunai diatur sebagai berikut: a. penumpang menyerahkan formulir pembatalan yang dibubuhi keterangan pembatalan Tiket atau dilampiri bukti transaksi pembatalan, di loket stasiun yang ditunjuk sebagaimana tertulis pada formulir pembatalan atau tercetak pada bukti transaksi pembatalan; b. penumpang menunjukkan Bukti Identitas asli yang sesuai dengan data pada formulir pembatalan atau bukti transaksi pembatalan; c. Petugas loket melakukan proses pengembalian bea Tiket yang dibatalkan menggunakan uang tunai loket; d. penumpang membubuhkan nama dan tandatangan pada bagian belakang formulir pembatalan atau bukti transaksi pengembalian bea; e. formulir pembatalan atau bukti transaksi pengembalian bea yang telah ditandatangani dilampirkan dalam laporan penjualan. (2) Pengembalian bea Tiket yang dibatalkan menggunakan aplikasi RTS dengan menu Pengembalian Biaya. (3) Tiket yang dibatalkan secara manual diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. menggunakan menu Manual Refund ; b. Petugas mengembalikan bea Tiket yang dibatalkan menggunakan bentuk 239; dan c. formulir pembatalan yang telah ditandatangani penumpang dilampirkan dalam tembusan bentuk 239. (4) Bea Tiket yang dibatalkan dapat diambil di stasiun yang ditunjuk secara tunai setelah hari kalender ke-30 (tigapuluh) sejak permohonan pembatalan; (5) Khusus bagi turis asing, pengembalian bea Tiket yang dibatalkan diberikan secara tunai langsung di stasiun tempat pembatalan pada saat pembatalan Tiket. (6) Batas pengambilan bea Tiket yang dibatalkan adalah 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal yang ditentukan untuk pengembalian bea sebagaimana tercantum dalam formulir pembatalan. (7) Dalam hal sampai dengan 3 (tiga) tahun bea Tiket yang dibatalkan tidak diambil, maka bea Tiket yang dibatalkan menjadi milik Perusahaan. Pasal 49 (1) Dalam hal pengambilan bea Tiket yang dibatalkan telah melebihi batas waktu pengembalian bea yang dapat diakomodir aplikasi RTS namun belum melebihi batas waktu 3 (tiga) tahun, maka: a. Petugas loket yang menerima permintaan pengambilan bea Tiket yang dibatalkan melaporkan nomor kode Booking Tiket yang dibatalkan tersebut ke Ticketing Centre; b. Ticketing Centre melakukan pemeriksaan kode Booking dimaksud pada aplikasi RTS; halaman 27

31 c. apabila data tidak tercantum pada database RTS maka ditelusuri pada daftar penjagaan transaksi manual; d. apabila data sesuai dengan database RTS atau daftar penjagaan transaksi manual maka Ticketing Centre menginformasikan hal tersebut kepada petugas loket yang bersangkutan; e. Petugas loket mencatat keterangan tersebut dalam daftar penjagaan pengembalian bea manual yang meliputi waktu, petugas Ticketing Centre yang melayani dan keterangan kejadian; f. pengembalian bea Tiket yang dibatalkan dilakukan secara manual. (2) Dalam hal Tiket yang dibatalkan lebih dari satu tetapi dengan nomor kode Booking yang sama atau jika formulir pembatalan terdiri dari lebih dari satu nomor Tiket maka pengambilan bea dapat diwakilkan pada salah satu penumpang tersebut dan Bukti Identitas asli yang ditunjukan cukup salah satu dari penumpang dimaksud. (3) Dalam hal formulir pembatalan atau bukti transaksi pembatalan hilang maka penumpang harus dapat memberikan surat kehilangan dari Kepolisian dan menunjukkan Bukti Identitas asli yang sesuai dengan data Tiket yang dibatalkan yang terdapat pada database RTS. (4) Dalam hal pengambilan bea Tiket yang dibatalkan diwakilkan, maka selain membawa formulir pembatalan juga harus dapat menyertakan Surat Kuasa bermeterai dari yang namanya tercantum pada formulir pembatalan kepada pengambil untuk mengambil bea Tiket yang dibatalkan. Pasal 50 (1) Stasiun yang ditunjuk sebagai pelayanan pembatalan Tiket dan pengambilan bea Tiket yang dibatalkan meliputi: a. Divre I Sumatera Utara Medan, Tebingtinggi, Siantar, Tanjungbalai, Kisaran, Rantauprapat; b. Divre II Sumatera Barat Padang; c. Divre III Sumatera Selatan Kertapati, Prabumulih, Lubuklinggau, Baturaja, Kotabumi, Tanjungkarang; d. Daop 1 Jakarta Serang, Rangkasbitung, Jakartakota, Gambir, Pasar Senen, Bogor, Bekasi, Cikampek; e. Daop 2 Bandung Purwakarta, Bandung, Kiaracondong, Tasikmalaya, Banjar; f. Daop 3 Cirebon Cirebon, Cirebon Perujakan, Jatibarang, Brebes; g. Daop 4 Semarang Tegal, Pekalongan, Semarangponcol, Semarangtawang, Cepu, Bojonegoro; Ambarawa khusus untuk pembatalan dan pengembalian bea Tiket Kereta Api Wisata Ambarawa. h. Daop 5 Purwokerto Purwokerto, Kroya, Cilacap, Kutoarjo; i. Daop 6 Yogyakarta Yogyakarta, Lempuyangan, Solobalapan; halaman 28

32 j. Daop 7 Madiun Madiun, Kertosono, Kediri, Jombang; k. Daop 8 Surabaya Surabayagubeng, Surabaya Pasarturi, Sidoarjo, Malang, Mojokerto, Blitar; l. Daop 9 Jember Banyuwangi Baru, Kalibaru, Jember, Probolinggo, Pasuruan. (2) Jika pengambilan bea Tiket yang dibatalkan tidak pada stasiun sebagaimana tercantum pada formulir pembatalan, maka Petugas loket yang menerima permohonan pengambilan bea, terlebih dahulu menghubungi Ticketing Centre untuk dilakukan perubahan nama stasiun pengambilan. BAB X TARIF ANGKUTAN Pasal 51 (1) Tarif Angkutan yang ditetapkan sudah termasuk asuransi dan komponen biaya lainnya yang ditetapkan oleh Perusahaan. (2) Tarif Angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diumumkan oleh Perusahaan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum diberlakukan. (3) Besaran Tarif Angkutan Kereta Api Komersial bersifat dinamis, maka yang diumumkan adalah besaran Tarif Batas Bawah dan Tarif Batas Atas. (4) Pengumuman Tarif Angkutan dapat dilakukan di stasiun, media cetak/elektronik atau cara lainnya yang memungkinkan. (5) Tarif Batas Bawah dan Tarif Batas Atas sebagaimana dimaksud ayat (3) ditetapkan dalam suatu Keputusan Direksi. Pasal 52 (1) Berdasarkan kewenangan penetapannya, Tarif Angkutan dibedakan atas : a. Tarif Angkutan Kereta Api Non Komersial yaitu Tarif Angkutan Kereta Api yang merupakan penugasan dari Pemerintah untuk menyelenggarakan kewajiban pelayanan publik dan angkutan perintis kepada masyarakat, yang penetapan besaran Tarif Angkutannya dilakukan oleh Menteri Perhubungan; b. Tarif Angkutan Kereta Api Komersial yaitu Tarif Angkutan Kereta Api yang dioperasikan oleh Perusahaan untuk melayani masyarakat serta guna memberikan nilai tambah yang tinggi bagi kelangsungan bisnis Perusahaan dan penetapan besaran Tarif Angkutannya dilakukan oleh Direksi Perusahaan. (2) Tarif Angkutan Kereta Api Non Komersial sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, bersifat tetap dan perubahan atas besaran Tarif Angkutannya dilakukan melalui Keputusan Menteri Perhubungan. (3) Tarif Angkutan Kereta Api Komersial sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, dapat bersifat fluktuatif, dinamis seiring dengan tingkat permintaan pasar untuk mendapatkan pendapatan optimal dalam rentang Tarif Batas Bawah dan Tarif Batas Atas yang telah ditetapkan dalam Keputusan Direksi Perusahaan. (4) Tiket Kereta Api dapat dipersambungkan dengan Kereta Api atau moda angkutan lain dimana Tarif Angkutan Tiket dimaksud merupakan penjumlahan tarif masing-masing moda dan tercetak pada satu Tiket. halaman 29

33 BAB XI KERETA API LUAR BIASA Pasal 53 (1) Kereta Api Luar Biasa (KLB) dapat dijalankan atas permohonan tertulis dari pemohon yang ditujukan kepada: a. Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan Daop/Divre/Sub Divre; atau b. Manager Group Customer and Support Service. (2) Dalam hal KLB hanya berjalan di wilayah kerjanya, maka Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan Daop/Divre/Sub Divre setempat berkoordinasi dengan unit terkait di wilayah kerjanya perihal ketersediaan sarana dan Petugas Kru KLB serta pengaturan perjalanan KLB. (3) Dalam hal sarana tidak tersedia di Daop/Divre/Sub Divre wilayah kerjanya atau dalam hal KLB tersebut berjalan lintas Daop/Sub Divre, maka Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan Daop/Divre/Sub Divre melaporkan permintaan tersebut kepada Manager Group Customer and Support Service dan tindak lanjut penyiapan KLB dilakukan oleh Manager Group Customer and Support Service. Pasal 54 (1) Dalam hal permohonan perjalanan KLB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 telah disetujui, maka dibuatkan Berita Acara Kesepakatan (BAK) antara pemohon dan Perusahaan yang diwakili oleh: a. Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan Daop/Divre/Sub Divre; atau b. Manager Group Customer and Support Service. (2) BAK sebagaimana dimaksud ayat (1) memuat : a. tanggal keberangkatan KLB; b. sarana yang dipergunakan; c. relasi Perjalanan KLB; dan d. biaya KLB. (3) Tata cara pembayaran biaya KLB diatur sebagai berikut : a. Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan Daop/Divre/Sub Divre atau Manager Group Customer and Support Service mengajukan penerbitan tagihan/invoice kepada Junior Manager Penagihan Daop/Divre/Sub Divre setempat atau Kantor Pusat atas biaya KLB dimaksud dengan melampirkan BAK sebagaimana dimaksud ayat (2); b. Junior Manager Penagihan Daop/Divre/Sub Divre setempat atau Kantor Pusat mengeluarkan surat tagihan/invoice; c. pembayaran dilakukan segera setelah terbit tagihan/invoice; d. pemohon KLB menerima bukti pembayaran dan faktur pajak. Pasal 55 (1) Tarif KLB dihitung dengan mempertimbangkan jenis sarana yang dipergunakan dan jarak tempuh. (2) Jumlah kapasitas penumpang yang diizinkan dalam KLB mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4. (3) Atas penggunaan KLB dikenakan PPN sebesar 10%. halaman 30

34 Pasal 56 (1) Jumlah Kereta yang digunakan dalam satu perjalanan KLB sekurang-kurangnya terdiri dari 6 (enam) Kereta dengan jenis Kereta yang disesuaikan dengan permintaan pemohon dan/atau ketersediaan. (2) Dalam hal jumlah Kereta yang digunakan kurang dari 6 (enam) Kereta, maka dihitung 6 (enam) Kereta dan apabila terdiri dari kelas pelayanan yang berbeda, maka perhitungan tarif mengacu pada kelas pelayanan tertinggi. contoh : KLB terdiri dari 1 K3 + 3K2 + 1K1 jumlah 5 Kereta maka untuk perhitungan tarif KLB dihitung 6 Kereta dengan rincian sebagai berikut : 1 K3 tetap dihitung 1 K3 3 K2 tetap dihitung 3 K2 1 K1 dihitung 2 K1 untuk perhitungan tarif, jumlah kereta dihitung 6 Pasal 57 (1) Jumlah tempat duduk dihitung berdasarkan realisasi tempat duduk yang tersedia, khusus KD1 jumlah tempat duduk dihitung minimal 60 setiap Kereta. (2) Dalam hal jumlah penumpang lebih sedikit dari jumlah tempat duduk tersedia, maka perhitungan tarif tetap mengacu pada jumlah tempat duduk tersedia. (3) Dalam hal jumlah penumpang lebih banyak dari jumlah tempat duduk tersedia maka perhitungan tarif mengacu pada jumlah realisasi penumpang. Pasal 58 (1) Penggunaan lokomotif, Kereta makan, Kereta pembangkit dan aling-aling pada KLB dikenakan tarif sebesar Rp ,- per km. (2) Kombinasi jenis sarana sebagaimana dimaksud ayat (1) disesuaikan dengan ketersediaan sarana. (3) Dalam hal KLB berhenti disuatu stasiun atas permintaan penumpang maka dikenakan bea sebesar Rp ,- untuk setiap kelipatan 1 (satu) jam. (4) Bea per tempat duduk dihitung berdasarkan bea per km pada masing-masing jenis sarana yang dipergunakan sebagai berikut : a. eksekutif Rp 400,- ; b. bisnis Rp 350,- ; c. ekonomi AC Rp 310,- ; d. ekonomi AC split Rp 285,- ; e. KRD Rp 400,- ; f. KD1 Rp 750,- ; contoh 1 PT Bekri mengajukan permohonan perjalanan KLB untuk 380 penumpang dari Karawang ke Surabaya menggunakan 3 K1 dan 2K2 dan 1 K3AC Split. PT Bekri meminta KLB berhenti di Cirebon selama 3 jam. Jarak Karawang-Surabaya Pasarturi 662 km, maka : halaman 31

35 A. Bea penggunaan lokomotif, kereta makan, kereta pembangkit dan alingaling = 662 x = Rp ,- (1) B. Bea penggunaan K1 = 662 x 50 x 3 x 400 = Rp ,- (2) C. Bea penggunaan K2 = 662 x 64 x 2 x 350 = Rp ,- (3) D. Bea penggunaan K3 AC split = 662 x 106 x 1 x 285 = Rp ,- (4) E. Bea berhenti = 3 x = Rp ,- (5) F. Bea KLB = (1)+(2)+(3)+(4)+(5) = Rp ,- (6) G. PPN = 10% x (6) = Rp ,- (7) H. Bea Total KLB = (6)+(7) = Rp ,- Contoh 2 DPRD Tanjungkarang mengajukan permohonan perjalanan KLB menggunakan KD1 dari tanjungkarang ke baturaja PP. Menunggu di baturaja sebelum kembali ke tanjungkarang selama 6 jam. Jarak Tanjungkarang-Baturaja 216 km, maka : A. Bea penggunaan KD1 = (216 x 60 x 1 x 750) x 2 = Rp ,- B. PPN = 10% x = Rp ,- C. Bea KLB = Rp ,- Bea tunggu di Baturaja tidak dihitung karena stasiun tujuan. Sarana bertenaga penggerak sendiri tidak dikenakan bea lokomotif dan jumlah sarana kereta dihitung berdasarkan realisasi. Pasal 59 (1) Tarif hasil perhitungan adalah tarif minimum, untuk optimalisasi pendapatan dapat ditetapkan tarif lebih tinggi dari hasil perhitungan. (2) Pemberian diskon atas KLB mengacu pada ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 86. halaman 32

36 Pasal 60 (1) Tiket untuk penumpang KLB tetap dicetak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 11 dengan tarif Rp 0,- (2) Dalam hal terjadi perubahan nama penumpang, maka Tiket atas nama penumpang yang tidak jadi berangkat dibatalkan, kemudian untuk penumpang pengganti dicetakkan Tiket baru dengan nama yang sesuai dengan identitas penumpang baru tersebut. Pasal 61 Ketentuan pembayaran tarif KLB yang dilakukan menggunakan aplikasi RTS diatur lebih lanjut dalam Keputusan Direksi. BAB XII TARIF REDUKSI Pasal 62 (1) Tarif reduksi dapat diberikan kepada pihak yang ditetapkan oleh Perusahaan atau berdasarkan perjanjian kerjasama Perusahaan dengan instansi/organisasi tertentu. (2) Pemberian Tarif Reduksi yang diberikan berdasarkan perjanjian kerjasama tidak bersifat tetap dapat dihentikan pada saat masa perjanjian kerjasama berakhir. (3) Pembelian Tiket dengan Tarif Reduksi hanya dilayani pada loket stasiun kecuali ditetapkan lain oleh Perusahaan. (4) Tarif Reduksi merupakan perkalian dari tarif reguler dan besaran persentase potongan harga dengan pembulatan ke atas pada kelipatan Rp 1.000,- (5) Tarif Reduksi tidak dapat digabung dengan reduksi ataupun diskon lainnya dan tidak berlaku pada Kereta Api jarak dekat kecuali ditetapkan lain oleh Perusahaan. Pasal 63 (1) Pemberian Tarif Reduksi harus dilampiri dengan fotokopi Bukti Identitas yang menunjukan bahwa penumpang yangbersangkutan berhak atas Tarif Reduksi sesuai dengan jenis reduksi yang akan diberikan. (2) Khusus bagi pegawai Perusahaan cukup menunjukkan Kartu Bukti Diri atas nama pegawai yang bersangkutan atau menyampaikan nomor induk pegawainya. (3) Pada Kereta Api yang sama, satu penumpang hanya berhak atas satu Tiket dengan Tarif Reduksi. (4) Pelayanan transaksi penjualan Tiket dengan Tarif Reduksi menggunakan tipe reduksi yang sesuai dengan jenis reduksi yang akan diberikan. (5) Fotokopi Bukti Identitas sebagaimana dimaksud ayat (1) dilampirkan dalam laporan penjualan loket. (6) Pada saat Check-in/Boarding dan pemeriksaan diatas Kereta Api, pemegang Tiket dengan Tarif Reduksi wajib menunjukkan Bukti Identitas yang menunjukan bahwa yang bersangkutan berhak atas Tarif Reduksi sesuai dengan reduksi yang diterimanya. halaman 33

37 Pasal 64 (1) Reduksi infant adalah potongan harga Tiket yang diberikan kepada infant pertama dan tidak mengambil tempat duduk sendiri dari satu penumpang dengan tarif dewasa. (2) Besaran reduksi infant sebesar 100%. (3) Reduksi infant berlaku pada semua kelas pelayanan. (4) Pada saat pembelian Tiket reduksi infant, harus disertai dengan Tiket tarif dewasa yang mengikat kepadanya. (5) Infant selain yang dimaksud pada ayat (1) dikenakan tarif dewasa. Pasal 65 (1) Reduksi lansia adalah potongan harga Tiket yang diberikan kepada penumpang berusia 60 tahun atau lebih. (2) Besaran reduksi lansia sebesar 20%. (3) Reduksi lansia berlaku pada semua kelas pelayanan. (4) Pada saat pembelian Tiket reduksi lansia, wajib memberikan fotokopi kartu identitas yang menunjukkan bahwa penumpang yang bersangkutan telah berusia berusia 60 tahun atau lebih. (5) Kode reduksi yang digunakan adalah LANSIA. Pasal 66 (1) Reduksi LVRI adalah potongan harga Tiket yang diberikan kepada anggota Legiun Veteran Republik Indonesia. (2) Besaran reduksi LVRI diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. 50% dari tarif reguler, berlaku pada hari Selasa sampai Kamis kecuali hari besar/hari libur nasional lainnya dan hari-hari ramai yang ditetapkan oleh Perusahaan; dan b. 30% dari tarif reguler berlaku pada hari Jumat sampai Senin dan hari besar/hari libur nasional lainnya dan hari-hari ramai yang ditetapkan oleh Perusahaan. (3) Reduksi LVRI berlaku pada semua kelas pelayanan. (4) Pemberian Reduksi LVRI berakhir pada saat Perjanjian Kerjasama Perusahaan dengan LVRI berakhir. (5) Pada saat pembelian Tiket, wajib memberikan fotokopi kartu anggota LVRI yang bersangkutan. (6) Kode reduksi yang dipergunakan adalah LVRI 30% atau LVRI 50%. Pasal 67 (1) Reduksi TNI adalah potongan harga Tiket yang diberikan kepada anggota TNI yang masih aktif termasuk siswa pendidikan TNI, tidak termasuk keluarganya ataupun pegawai negeri sipil yang bekerja di lingkungan TNI. (2) Besaran reduksi TNI diatur dengan ketentuan sebagai berikut : a. pada kelas eksekutif sebesar 25%; dan b. pada kelas bisnis dan ekonomi sebesar 50%. (3) Pemberian Reduksi TNI berakhir pada saat Perjanjian Kerjasama Perusahaan dengan TNI berakhir. halaman 34

38 (4) Pada saat pembelian Tiket reduksi TNI, wajib memberikan fotokopi kartu tanda prajurit TNI yang bersangkutan atau Kartu Tanda Siswa/surat keterangan yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah siswa pendidikan TNI. (5) Kode reduksi yang dipergunakan adalah TNI. Pasal 68 (1) Reduksi Polri adalah potongan harga Tiket yang diberikan kepada anggota Polri yang masih aktif termasuk yang masih berstatus siswa pendidikan Polri, tidak termasuk keluarganya ataupun pegawai negeri sipil yang bekerja di lingkungan Polri. (2) Besaran reduksi Polri diatur dengan ketentuan sebagai berikut : a. pada kelas eksekutif sebesar 25 %; dan b. pada kelas bisnis dan ekonomi sebesar 50%. (3) Pemberian Reduksi Polri berakhir pada saat Perjanjian Kerjasama Perusahaan dengan Polri berakhir. (4) Pada saat pembelian Tiket reduksi Polri, wajib memberikan fotokopi kartu tanda anggota Polri yang bersangkutan atau Kartu Tanda Siswa/surat keterangan yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah siswa pendidikan Polri. (5) Kode reduksi yang dipergunakan adalah POLRI. Pasal 69 (1) Reduksi Fokuswanda adalah potongan harga Tiket yang diberikan kepada anggota Forum Komunikasi Dermawan Darah. (2) Besaran reduksi Fokuswanda sebesar 10%. (3) Reduksi Fokuswanda berlaku pada semua kelas pelayanan. (4) Pemberian Reduksi Fokuswanda berakhir pada saat Perjanjian Kerjasama Perusahaan dengan Fokuswanda berakhir. (5) Pada saat pembelian Tiket reduksi Fokuswanda, wajib memberikan fotokopi kartu anggota Fokuswanda yang bersangkutan. (6) Kode reduksi yang dipergunakan adalah FOKUSWANDA. Pasal 70 (1) Reduksi Wartawan adalah potongan harga Tiket yang diberikan kepada Wartawan yang memiliki surat tugas peliputan dari perusahaan tempat yang bersangkutan bernaung. (2) Besaran reduksi Wartawan sebesar 20%. (3) Reduksi Wartawan berlaku pada kelas bisnis dan ekonomi. (4) Pada saat pembelian Tiket reduksi Wartawan, penumpang wajib memberikan fotokopi surat tugas peliputan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (5) Kode reduksi yang dipergunakan pada adalah WARTAWAN. Pasal 71 (1) Reduksi Keluarga adalah potongan harga Tiket yang diberikan kepada keluarga dari Pegawai Perusahaan. (2) Reduksi sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat pula diberikan kepada orang tua/mertua Pegawai Perusahaan sepanjang yang bersangkutan telah memiliki Kartu Bukti Diri Keluarga. halaman 35

39 (3) Besaran reduksi Keluarga sebesar 50%. (4) Reduksi Keluarga berlaku pada semua kelas pelayanan. (5) Pada saat pembelian Tiket reduksi keluarga, penumpang wajib memberikan fotokopi Kartu Bukti Diri Keluarga. (6) Kode reduksi yang dipergunakan adalah KELUARGA. Pasal 72 (1) Reduksi Pensiunan adalah potongan harga Tiket yang diberikan kepada Pegawai Perusahaan yang telah memasuki masa pensiun dan telah diterbitkan Surat Keputusan Pensiun atas pegawai tersebut. (2) Reduksi Pensiunan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan juga kepada suami/istri pensiunan, tidak termasuk keluarga lainnya. (3) Besaran reduksi Pensiunan sebesar 50% (4) Reduksi Pensiunan berlaku pada semua kelas pelayanan. (5) Pada saat pembelian Tiket Reduksi Pensiunan, penumpang wajib memberikan fotokopi Kartu Bukti Diri Pensiunan. (6) Kode reduksi yang dipergunakan adalah PENSIUNAN. Pasal 73 (1) Reduksi pegawai adalah potongan harga Tiket yang diberikan kepada pegawai Perusahaan. (2) Pemberian Tarif Reduksi Pegawai pada Kereta Api jarak dekat diatur sebagai berikut : a. tidak dikenakan bea perjalanan, kecuali pada Kereta Api yang dioperasikan oleh Anak Perusahaan maka mengacu pada ketentuan yang dikeluarkan oleh Anak Perusahaan; b. tidak diberikan Tiket dan nomor tempat duduk; c. wajib menggunakan seragam dinas R6; d. Pekerja outsourcing diperbolehkan naik pada Kereta Api jarak dekat tanpa dikenakan bea perjalanan dengan ketentuan menggunakan seragam dinas sesuai dengan ketentuan unit kerjanya yang tidak tertutup pakaian lainnya serta dapat memperlihatkan bentuk 304 atas nama dirinya. (3) Pemberian Tarif Reduksi Pegawai pada Kereta Api jarak jauh dan menengah diatur sebagai berikut : a. reduksi sebesar 75% diberikan kepada Pegawai Perusahaan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. menggunakan seragam dinas R6 bagi pegawai Perusahaan dan khusus bagi pegawai Perusahaan yang diperbantukan di anak Perusahaan menggunakan seragam dinas anak Perusahaan; 2. Reduksi Pegawai 75% berlaku pada semua kelas pelayanan; 3. pada saat pembelian Tiket, Pegawai Perusahaan wajib menunjukkan kartu bukti diri pegawai yang bersangkutan atau menyebutkan nomor induk Pegawai Perusahaan; 4. kode reduksi yang dipergunakan adalah PEGAWAI 75%. b. reduksi sebesar 50% diberikan kepada Pegawai Perusahaan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pegawai Perusahaan tidak menggunakan Pakaian Dinas R6; halaman 36

40 2. Reduksi Pegawai 50% berlaku pada semua kelas pelayanan; 3. pada saat pembelian Tiket, Pegawai Perusahaan wajib menunjukkan kartu bukti diri pegawai yang bersangkutan atau menyebutkan nomor induk Pegawai Perusahaan; 4. kode reduksi yang dipergunakan adalah PEGAWAI 50%. (4) Pada saat menggunakan Kereta Api, pakaian dinas R6 yang dipergunakan oleh Pegawai Perusahaan dan seragam dinas yang dipergunakan oleh pegawai Perusahaan yang diperbantukan di anak Perusahaan tidak boleh tertutup pakaian lainnya, kecuali pakaian lainnya yang telah ditetapkan spesifikasinya oleh Perusahaan. Pasal 74 (1) Reduksi Kru KA LD adalah potongan harga Tiket yang diberikan kepada Kru KA yang menjalani LD. (2) Reduksi Kru KA LD sebagaimana dimaksud ayat (1), diberikan dengan ketentuan sebagai berikut: a. wajib menggunakan Pakaian Dinas R6; b. besaran reduksi Kru KA LD sebesar 100%; c. reduksi Kru KA LD berlaku pada semua kelas pelayanan; d. pada saat pembelian Tiket reduksi kru KA LD, wajib memberikan fotokopi Surat Perintah Perjalanan Dinas; e. berhak atas tempat duduk sepanjang masih tersedia; f. kode reduksi yang dipergunakan adalah KRU KA LD. Pasal 75 (1) Pegawai Perusahaan yang merupakan Kru KA yang berdinas tidak dikenakan bea perjalanan dan wajib tercatat pada LKDR. (2) Pegawai Perusahaan yang merupakan Kru KA LD diperbolehkan naik Kereta Api tanpa dikenakan bea dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 74. (3) Pegawai Perusahaan yang karena tugas dan tanggungjawabnya harus berdinas diatas Kereta Api seperti Petugas PS, Petugas Lokrit, Petugas Bordes Rit, Petugas Pemeriksa Kebersihan diatas Kereta Api, tidak dikenakan bea perjalanan dengan ketentuan : a. wajib menggunakan Pakaian Dinas R6; b. lapor kepada kondektur dengan menunjukkan Surat Tugas yang ditandatangani oleh atasan serendah-rendahnya Manager untuk dicatat pada LKDR; c. kepada yang bersangkutan tidak diberikan Tiket. (4) Pegawai Perusahaan dengan kedudukan di wilayah Daop/Divre diperbolehkan naik pada Kereta Api di wilayah Daop/Divre kedudukannya tanpa dikenakan bea dengan ketentuan: a. wajib menggunakan Pakaian Dinas R6; b. atribut yang dikenakan pada pakaian dinas R6 menunjukkan berkedudukan di Daop/Divre sesuai dengan wilayah perjalanannya; c. lapor kepada kondektur untuk dicatat pada LKDR; d. wajib membantu tugas kondektur, TKA, Kebersihan atau Kamtib; e. kepada yang bersangkutan tidak diberikan Tiket. halaman 37

41 (5) Pegawai Perusahaan dengan kedudukan Kantor pusat yang menjalankan dinas di suatu Daop/Divre diperbolehkan naik pada Kereta Api di wilayah Daop/Divre tersebut tanpa dikenakan bea dengan ketentuan : a. menggunakan Pakaian Dinas R6; b. lapor kepada kondektur dengan menunjukkan Surat Tugas yang ditandatangani pimpinannya serendah-rendahnya Vice President atau warta dinas untuk dicatat pada LKDR; c. wajib membantu tugas kondektur, TKA, Kebersihan atau Kamtib d. kepada yang bersangkutan tidak diberikan Tiket. (6) Siswa Diklat kedinasan Perusahaan, untuk kepentingan perjalanan praktek kerja lapangan diperbolehkan naik Kereta Api tanpa dikenakan bea dan berhak atas nomor tempat duduk sepanjang masih tersedia. BAB XIII FASILITAS REDUKSI BAGI PEKERJA ANAK PERUSAHAAN PEKERJA OUTSOURCING SERTA PIHAK KETIGA Pasal 76 (1) Fasilitas reduksi bagi pekerja Anak Perusahaan dan pekerja outsourcing diberikan dalam bentuk diskon tarif yang pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan Railcard Diskon dengan bentuk sebagaimana Lampiran 3. (2) Railcard Diskon berfungsi sebagai kartu diskon dimana pemiliknya berhak atas potongan tarif Tiket Kereta Api dengan nilai yang tercantum pada Railcard sesuai jenis Railcard diskon yang telah ditetapkan oleh Perusahaan. (3) Fasilitas reduksi bagi pihak ketiga (pihak diluar Perusahaan/Anak Perusahaan) diberikan dalam bentuk poin yang pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan Railcard poin dengan bentuk sebagaimana pada Lampiran 3. (4) Railcard poin merupakan jenis Railcard yang berisi sejumlah poin yang pada jumlah tertentu dapat ditukarkan dengan Tiket Kereta Api. (5) Penjualan Tiket dengan menggunakan Railcard diskon dan Railcard poin hanya dilayani di loket stasiun kecuali ditetapkan lain oleh Perusahaan. (6) Pada saat pembelian Tiket dan/atau pemeriksaan Tiket, pemilik Railcard wajib menunjukkan fisik Railcard diskon atau Railcard poin asli. (7) Penerbitan Railcard diskon dan Railcard poin merupakan kewenangan Direktur Komersial. Pasal 77 (1) Jenis Railcard diskon terdiri atas : a. Railcard diskon Titanium, terhadap jenis Railcard diskon ini berlaku ketentuan berikut: 1. diberikan kepada Komisaris dan Direksi Anak Perusahaan; 2. berhak atas potongan tarif sebesar 75%; 3. kode reduksi yang digunakan SUBSIDIARY 75%. b. Railcard diskon Bronze, terhadap jenis Railcard diskon ini berlaku ketentuan berikut: 1. diberikan kepada pekerja Anak Perusahaan; 2. berhak atas potongan tarif sebesar 50%; halaman 38

42 3. kode reduksi yang digunakan SUBSIDIARY 50%; 4. wajib menggunakan pakaian dinas. c. Railcard diskon Blue, terhadap jenis Railcard diskon ini berlaku ketentuan berikut: 1. diberikan kepada pekerja outsourcing; 2. berhak atas potongan tarif sebesar 20%; 3. kode reduksi yang digunakan OUTSOURCING. (2) Railcard diskon berlaku untuk jangka waktu1 (satu) tahun. Pasal 78 (1) Permohonan Railcard diskon ditujukan kepada Direktur Komersial melalui surat tertulis yang ditandatangani oleh: a. Direksi Anak Perusahaan untuk permohonan bagi Komisaris, Direksi dan pekerja anak perusahaan; b. EVP/VP unit kerja Perusahaan untuk permohonan bagi pekerja outsourcing di unit kerjanya masing-masing. (2) VP Passenger Marketing menerbitkan Railcard diskon atas permohonan yang disetujui Direktur komersial. Pasal 79 (1) Jenis Railcard Poin terdiri atas: a. Railcard Diamond, terhadap jenis Railcard poin ini berlaku ketentuan berikut: 1. Railcard Diamond dapat diberikan kepada: i. Anggota DPR; ii. Gubernur/Wakil gubernur; iii. Menteri/Wakil Menteri; iv. Pejabat Eselon I dan II Kementerian; v. Mantan Komisaris/Direksi Perusahaan; atau vi. Pihak lain berdasarkan kebijakan Direksi. 2. Berisi poin sejumlah b. Railcard Gold 1. Railcard Gold dapat diberikan kepada: i. Anggota DPRD I/II; ii. Bupati/Wakil Bupati; iii. Hakim dan Jaksa; iv. Pejabat Eselon III, IV dan staf tertentu Kementerian; v. Mantan Komisaris/Direksi Perusahaan; dan vi. Pihak lain berdasarkan kebijakan Direksi. 2. berisi poin sejumlah (2) Railcard poin berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun kalender, poin yang tidak terpakai menjadi hangus serta tidak dapat diuangkan maupun diakumulasikan pada tahun berikutnya. (3) EVP/VP unit kantor pusat atau Daop/Divre yang akan mengusulkan pemberian Railcard Poin bagi pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat surat permohonan tertulis kepada Direktur Komersial. halaman 39

43 Pasal 80 Jumlah poin yang dibutuhkan untuk ditukarkan dengan Tiket diatur dengan ketentuan sebagai berikut: NO NAMA KA RELASI PP KELAS POIN 1 ARGO BROMO ANGGREK SBI GMR EKSEKUTIF ARGO WILIS SGU BD EKSEKUTIF ARGO LAWU SLO GMR EKSEKUTIF ARGO DWIPANGGA GMR SLO EKSEKUTIF ARGO SINDORO GMR SMT EKSEKUTIF ARGO MURIA GMR SMT EKSEKUTIF ARGO JATI GMR-CN EKSEKUTIF GAJAYANA GMR- ML EKSEKUTIF BIMA GMR ML EKSEKUTIF SEMBRANI SBI JAK EKSEKUTIF TURANGGA BD-SGU EKSEKUTIF TAKSAKA GMR YK EKSEKUTIF BANGUNKARTA SGU-SMT-GMR EKSEKUTIF MUTIARA SELATAN SGU BD BISNIS SENJA UTAMA SOLO SLO PSE BISNIS FAJAR UTAMA YOGYA YK PSE BISNIS SENJA UTAMA YOGYA YK PSE BISNIS TEGAL EKSPRES TG-PSE EKONOMI JAKA TINGKIR PWS TPK EKONOMI KAMANDAKA PWT-TG-SMT EKONOMI MAHARANI EKSPRES SBI SMC EKONOMI MAJAPAHIT ML-PSE EKONOMI MENOREH SMT-PSE EKONOMI BOGOWONTO LPN-PSE EKONOMI GAJAHWONG LPN-PSE EKONOMI KRAKATAU KD-MER EKONOMI 480 halaman 40

44 NO NAMA KA RELASI PP KELAS POIN 1 ARGO PARAHYANGAN BD GMR EKSEKUTIF 210 BISNIS 180 EKONOMI LODAYA SLO-BD EKSEKUTIF 520 BISNIS 495 EKONOMI CIREBON EKSPRES CN-GMR EKSEKUTIF 300 BISNIS 260 EKONOMI PURWOJAYA CP-KYA-GMR EKSEKUTIF 510 BISNIS 460 EKONOMI SANCAKA SGU-YK EKSEKUTIF 420 BISNIS 380 EKONOMI MUTIARA TIMUR SGU-BW EKSEKUTIF 440 BISNIS 410 EKONOMI SRI BILAH RAP-MDN EKSEKUTIF 210 BISNIS 170 EKONOMI SRIWIJAYA KPT-TNK EKSEKUTIF 340 BISNIS 325 EKONOMI 290 SINDANG MARGA KPT-LLG EKSEKUTIF BISNIS 325 EKONOMI CIREMAI CN-BD EKSEKUTIF 290 BISNIS 260 EKONOMI TEGAL BAHARI TG-GMR EKSEKUTIF 330 BISNIS 280 EKONOMI MALABAR BD ML EKSEKUTIF 830 BISNIS 800 EKONOMI GUMARANG SBI-GMR EKSEKUTIF 900 BISNIS 820 EKONOMI HARINA SBI-BD EKSEKUTIF 900 BISNIS 820 EKONOMI MALIOBORO EKSPRES ML-YK EKSEKUTIF 460 BISNIS 410 EKONOMI SAWUNGGALIH KTA PSE EKSEKUTIF 485 BISNIS 455 EKONOMI 420 halaman 41

45 BAB XIV DISKON TARIF Pasal 81 (1) Perusahaan dapat memberikan diskon atau potongan harga dari tarif yang berlaku sebesar persentase tertentu sebagai bentuk kampanye pemasaran. (2) Pemberian diskon harus memperhatikan hal-hal berikut ini : a. selektif, yaitu pemberian diskon didasarkan pada pertimbanganpertimbangan tertentu yang sekiranya dapat memberikan rangsangan bagi masyarakat dalam menggunakan moda angkutan Kereta Api; b. tingkat permintaan, yaitu diskon diberikan dengan tetap memperhatikan tingkat permintaan dan okupansi Kereta Api; c. meningkatkan daya saing dengan moda transportasi lain. (3) Kampanye pemasaran berupa pemberian diskon dapat diberikan dalam bentuk termasuk namun tidak terbatas pada : a. diskon paket yaitu besaran diskon yang diberikan kepada sejumlah tertentu pengguna jasa yang bepergian secara bersama sama. Contoh : Program diskon 25% untuk pembelian 4 Tiket. b. diskon channel yaitu besaran diskon yang diberikan kepada pengguna jasa yang melakukan transaksi pembelian Tiket melalui channel penjualan Tiket Kereta Api tertentu. Contoh : Untuk pembelian Tiket melalui minimarket mendapatkan diskon 10%. c. diskon progressive yaitu besaran diskon yang diberikan kepada sejumlah penumpang dimana besarannya semakin meningkat dari penumpang pertama ke penumpang berikutnya. Contoh : Untuk setiap pembelian 5 Tiket maka penumpang ketiga mendapatkan diskon 10%, penumpang keempat 20% dan penumpang kelima 30%. d. diskon rombongan yaitu diskon yang diberikan kepada orang-orang yang bepergian secara bersama-sama, sekurang-kurangnya terdiri dari 20 (dua puluh) orang pada perjalanan Kereta Api yang sama. Pasal 82 (1) Pengelolaan pelayanan angkutan rombongan dilakukan dengan ketentuan berikut: a. untuk wilayah Daop/Divre dilakukan oleh Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan; b. untuk wilayah Kantor Pusat dilakukan oleh VP Passenger Ticketing Sales/Manager Group Customer and Support Service; c. Anak Perusahaan atau pihak lain yang ditetapkan Perusahaan. halaman 42

46 (2) Kesepakatan pemberian diskon rombongan dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan (BAK) yang ditandatangani pengelola angkutan rombongan dan pemohon angkutan rombongan untuk kemudian dilaporkan kepada Manager Group Customer and Support Service tembusan Manager Ticketing Centre yang memuat data-data berikut: a. jumlah dan daftar peserta rombongan (daftar nama peserta rombongan dapat menyusul, diperlukan untuk pencetakan Tiket ); b. nama dan Nomor Kereta Api; c. relasi; d. hari, tanggal keberangkatan dan kembali jika perjalanannya pergi-pulang; e. tarif yang disepakati; dan f. jumlah bea yang dibayar. (3) Ticketing Centre mengalokasikan tempat duduk Kereta Api dimaksud beserta setting tarifnya sesuai dengan jumlah dan tarif yang disepakati dengan menggunakan kode sub kelas rombongan. (4) Pemohon wajib memberikan uang muka angkutan rombongan serendahrendahnya 25% dari total tarif angkutan rombongan yang harus dibayar pada saat penandatanganan BAK dan disetorkan ke kas Perusahaan serta pembayaran pelunasan sisa tarif angkutan dan pencetakan Tiket selambatlambatnya dilakukan 7 (tujuh) hari sebelum keberangkatan Kereta Api. Pasal 83 (1) Tarif Angkutan rombongan mengacu pada tarif batas atas dan tarif batas bawah angkutan Kereta Api yang telah ditetapkan Direksi Perusahaan dengan mempertimbangkan tingkat permintaan pada hari dimaksud. (2) Dalam hal angkutan rombongan menggunakan KLB atau Kereta Api non reguler maka bea tarif mengacu pada ketentuan sebagaimana diatur dalam bab XI. (3) Tarif Angkutan rombongan dituangkan dalam BAK angkutan rombongan sebagaimana dimaksud Pasal 82 ayat (2), dalam hal pengelola angkutan rombongan adalah pihak di luar Perusahaan maka harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari VP Passenger Ticketing Sales/Manager Group Customer and Support Service. Pasal 84 (1) Pencetakan Tiket rombongan sedapat mungkin dilakukan pada loket khusus, agar tidak mengganggu pelayanan umum. (2) Dalam hal terjadi pembatalan angkutan rombongan, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. apabila Tiket belum dicetak maka uang muka tidak dapat dikembalikan dan menjadi milik Perusahaan dengan dibukukan sebagai pendapatan lain-lain; b. apabila Tiket telah dicetak maka berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 45; c. setiap pembatalan atas Tiket rombongan seluruhnya maupun sebagian, wajib dilaporkan kepada Ticketing Centre. halaman 43

47 Pasal 85 (1) Angkutan rombongan pada Kereta Api Komersial dapat dilayani sepanjang tempat duduk masih tersedia dan memungkinkan. (2) Pelayanan angkutan rombongan pada Kereta Api non komersial diatur dengan ketentuan sebagai berikut : a. hanya diperuntukkan bagi siswa atau santri setingkat SLTA ke bawah; b. permohonan rombongan yang ditandatangani pejabat berwenang dari sekolah atau pesantren diajukan paling lambat 3 bulan sebelum keberangkatan Kereta Api; dan c. tidak diberikan diskon tarif. Pasal 86 (1) Kewenangan pemberian diskon rombongan diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. EVP/VP Daop/Divre dapat memberikan diskon tarif rombongan untuk Kereta Api keberangkatan di wilayahnya dan sebaliknya (apabila perjalanan pergipulang) maksimal sebesar 10% dari tarif yang disepakati pada BAK; b. EVP Passenger Transport Marketing and Sales dapat memberikan diskon tarif rombongan maksimal sebesar 20% dari tarif yang disepakati pada BAK untuk seluruh Kereta Api. (2) Pemberian Diskon diatas 20% harus mendapatkan persetujuan tertulis Direktur Komersial. BAB XV BAGASI Pasal 87 (1) Semua stasiun yang melayani angkutan penumpang wajib melakukan pemeriksaan Bagasi penumpang. (2) Setiap penumpang diperbolehkan membawa Bagasi kedalam Kereta Api dengan berat maksimum untuk tiap penumpang 20 kg dan dengan volume maksimum 100 dm 3 (dengan dimensi maksimal 70 cm x 48 cm x 30 cm), serta sebanyakbanyaknya terdiri dari 4 koli (item Bagasi) tanpa dikenakan bea tambahan. (3) Bagasi yang melebihi berat dan/atau ukuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sampai dengan setinggi-tingginya 40 kg atau dengan volume 200 dm 3 (dengan dimensi maksimal 70 cm x 48 cm x 60 cm), diperbolehkan dibawa kedalam kereta penumpang dengan dikenakan bea kelebihan Bagasi atau membeli tempat duduk ekstra. (4) Bagasi yang melebihi berat dan/atau ukuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak diperbolehkan dibawa ke dalam kabin Kereta kecuali Bagasi sebagaimana diatur dalam Pasal 89 ayat (1) huruf d dan e. (5) Bagasi ditempatkan pada rak Bagasi diatas tempat duduk penumpang atau ditempatkan di tempat lain sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau membahayakan penumpang lain dan tidak akan menimbulkan kerusakan pada Kereta. (6) Perusahaan tidak bertanggung jawab terhadap kerusakan dan/atau kehilangan Bagasi yang dibawa penumpang. halaman 44

48 (7) Kerusakan pada kereta yang diakibatkan oleh Bagasi penumpang menjadi tanggung jawab penumpang dan diwajibkan membayar ganti rugi sebesar kerugian nyata atas kerusakan dimaksud. Pasal 88 (1) Alat kelengkapan pemeriksaan Bagasi meliputi: a. alat ukur berat berupa timbangan yang telah dikalibrasi oleh instansi yang berwenang dan terintegrasi dengan alat ukur volume; b. alat ukur volume terbuat dari rangka besi dengan dimensi ukuran 70 cm x 48 cm x 30 cm sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3. (2) Terhadap Bagasi dengan berat dan volume sebagaimana dimaksud Pasal 87 ayat (3) diberikan surat Bagasi. (3) Dalam hal aplikasi RTS tidak dapat menerbitkan surat Bagasi, maka menggunakan Surat Bagasi umum (formulir 329) sebagaimana pada Lampiran 3 yang sekurang-kurangnya memuat informasi berikut: a. lembar pertama diberikan kepada penumpang; b. lembar kedua berupa tembusan, dilampirkan pada laporan harian pendapatan Bagasi (bentuk 326 a); c. tempelan pada lembar yang bersangkutan untuk dilekatkan pada barang milik penumpang; d. pada surat Bagasi tidak diperbolehkan ada coretan dan perubahan. Surat Bagasi yang pengisiannya salah harus dibatalkan dengan dibubuhi keterangan "dibatalkan ; e. terhadap surat Bagasi yang dibatalkan, maka lembar pertama dan lembar kedua Bagasi dikirim ke VP Revenue And Cost Comptroller setiap masa pembukuan sebagai Lampiran daftar harian pendapatan Bagasi (formulir 326a). (4) Petugas penerima pembayaran bea Bagasi wajib membuat laporan daftar harian pendapatan Bagasi (formulir 326a) atau print out laporan pendapatan Bagasi jika menggunakan aplikasi Bagasi dan menyetorkan seluruh uang pendapatan Bagasi kepada Junior Supervisor Pendapatan menggunakan bukti setoran pendapatan harian perdinasan (formulir 501). Pasal 89 (1) Pemeriksaan Bagasi dilakukan pada saat Check-in dengan tata cara sebagai berikut: a. pemeriksaan Bagasi menggunakan metal detector untuk memastikan tidak terdapat benda berbahaya; b. Bagasi penumpang dimasukkan ke dalam alat ukur Bagasi, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. jika muat dalam alat ukur volume dan beratnya tidak melebihi 20 kg, maka Bagasi diperbolehkan dibawa kedalam Kereta Api tanpa dikenakan bea kelebihan Bagasi; 2. jika muat dalam alat ukur volume namun beratnya melebihi 20 kg sampai setinggi-tingginya 40 kg, maka dikenakan bea kelebihan Bagasi sebesar jumlah kelebihan berat dalam kelipatan 1 kg dikalikan tarif; halaman 45

49 3. jika tidak muat dalam alat ukur volume dan ukurannya tidak lebih besar dari 200 dm 3 (dengan dimensi maksimal 70 cm x 48 cm x 60 cm ), maka berat Bagasi dihitung 1,5 dikalikan berat Bagasi tersebut dengan pembulatan ke atas pada kelipatan 1 kg; 4. jika berat hitung sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas, telah melebihi 20 kg maka atas kelebihannya tersebut dikenakan bea kelebihan Bagasi sebesar jumlah kelebihan berat dalam kelipatan 1 kg dikalikan tarif Contoh : Bagasi penumpang beratnya 15 kg, tetapi ukurannya sudah tidak muat kedalam alat ukur volume. Maka berat Bagasi dihitung 15 kg x 1,5 = 22,5 kg atau terdapat kelebihan berat sebesar 3 kg (pembulatan keatas dalam kelipatan 1 kg); 5. jika berat hitung Bagasi lebih dari 40 kg, maka Bagasi tersebut tidak diperbolehkan dibawa ke dalam Kereta Api; 6. jika volume Bagasi lebih besar dari 200 dm 3 (dengan dimensi maksimal 70 cm x 48 cm x 60 cm) maka barang tersebut tidak diperbolehkan dibawa kedalam Kereta Api. c. Tarif atas kelebihan berat Bagasi diatur sebagai berikut : 1. Kereta Api Kelas Eksekutif Rp ,-/kg; 2. Kereta Api Kelas Bisnis/Ekonomi Komersial Rp 6.000,-/kg; 3. Kereta Api Kelas Ekonomi non Komersial Rp 2.000,-/kg. d. Bagasi yang dapat langsung dibawa kedalam Kereta Api tanpa dikenakan bea tambahan adalah : 1. barang pribadi penumpang seperti tas tangan, tas laptop, tas ransel dengan ukuran tidak lebih dari 50cm x 35cm x 25cm; 2. sepeda lipat atau sepeda biasa yang dikemas sedemikian rupa dalam keadaan komponen-komponennya tidak dirakit menjadi sepeda utuh; 3. kursi roda manual, kereta bayi, tongkat alat bantu jalan. e. Khusus peralatan olahraga, peralatan musik dan peralatan elektronik tertentu yang dianggap pantas dibawa kedalam kereta dengan ukuran melebihi ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 87 ayat (3), dapat dibawa ke dalam kereta dengan membeli tempat duduk tambahan untuk menyimpan barang dimaksud dengan jumlah tempat duduk disesuaikan, dalam hal tidak ada tempat duduk tambahan maka barang tidak diperbolehkan dibawa ke dalam kabin Kereta. Pasal 90 (1) Pada saat pemeriksaan diatas Kereta Api, Kondektur melakukan pemeriksaan terhadap Bagasi yang patut diduga melebihi berat dan/atau ukuran yang diizinkan untuk dibawa ke dalam Kereta Api. (2) Terhadap Bagasi penumpang yang berat atau ukurannya melebihi ketentuan dan belum memiliki surat Bagasi, maka dikenakan suplisi dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kereta Api Kelas Eksekutif sebesar Rp ,-/5kg; b. Kereta Api Kelas Bisnis/Ekonomi Komersial sebesar Rp ,-/5kg; c. Kereta Api Kelas Ekonomi non Komersial sebesar Rp ,-/5kg; halaman 46

50 d. perhitungan berat Bagasi dibulatkan keatas pada kelipatan 5 kg. (3) Surat suplisi Bagasi menggunakan suplisi bentuk 240. (4) Tata cara pemeriksaan kelebihan Bagasi dan pengenaan suplisinya diatur lebih lanjut dalam Keputusan Direksi tersendiri. Pasal 91 (1) Dalam hal terjadi Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH) yang mengakibatkan kerusakan pada Bagasi penumpang yang dikenakan bea Bagasi, Perusahaan mengganti kerugian atas Bagasi penumpang sebesar nilai Bagasi. (2) Ketentuan mengenai penentuan nilai Bagasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan prosedur pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut dalam Keputusan Direksi tersendiri. Pasal 92 Barang-barang yang tidak diperbolehkan dibawa sebagai Bagasi, meliputi: 1. binatang; 2. narkotika Psikotoprika dan zat adiktif lainnya; 3. senjata api dan senjata tajam; 4. semua barang-barang yang mudah terbakar/meledak; 5. semua barang-barang berbau busuk, amis atau karena sifatnya dapat mengganggu/merusak kesehatan dan mengganggu kenyamanan penumpang lainnya; 6. barang-barang yang menurut pertimbangan petugas Boarding atau pemeriksa Bagasi, karena keadaan dan besarnya tidak pantas diangkut sebagai Bagasi; 7. barang yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan. BAB XVI CHECK-IN DAN BOARDING Pasal 93 (1) Semua stasiun yang melayani angkutan penumpang wajib menjalankan kegiatan Check-in dan Boarding. (2) Penanggung jawab atas kegiatan Check-in dan Boarding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah EVP/VP Daop/Divre/Sub Divre untuk masing-masing wilayah kerjanya. (3) Penumpang yang tidak memiliki Boarding Pass atau Tiketnya belum divalidasi, tidak diperbolehkan memasuki Zona 2 atau Zona 1. (4) Pihak yang diperbolehkan masuk Zona 2 atau Zona 1 selain penumpang yang telah memiliki Boarding Pass atau Tiket yang telah divalidasi adalah sebagai berikut: a. Pegawai Perusahaan yang menggunakan pakaian dinas R6 atau menunjukkan Bukti Identitas Pegawai; b. Mitra, Tamu Perusahaan, Penjemput atau Pengantar yang mendampingi penumpang berkebutuhan khusus termasuk tidak terbatas pada penyandang disabilitas, penumpang yang sakit, ibu hamil, lansia yang dilengkapi dengan Kartu Pass stasiun dengan bentuk sebagaimana pada Lampiran 3. halaman 47

51 Pasal 94 (1) Kartu Pass yang diperuntukkan bagi tamu Perusahaan dan penjemput atau pengantar yang mendampingi penumpang berkebutuhan khusus, tidak dikenakan bea. (2) Kartu Pass yang diperuntukkan bagi Mitra, dikenakan bea sebesar Rp ,- per tahun. (3) Kartu Pass sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun dan tidak melebihi jangka waktu perjanjian kerja sama antara Perusahaan dengan Mitra. (4) Pelayanan Kartu Pass sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan. (5) Pelayanan Kartu Pass sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh VP Passenger Marketing. Pasal 95 (1) Alat kelengkapan Check-in dan Boarding yang harus tersedia adalah : a. perangkat komputer yang terhubung dengan aplikasi RTS; b. barcode reader/scanner; c. alat ukur volume dan alat ukur berat Bagasi. (2) Setiap mengawali dan/atau mengakhiri dinasan, Petugas Check-in dan Boarding wajib mengisi buku serah terima dinasan Check-in dan Boarding serta mencatat kejadian khusus apabila ada. Pasal 96 (1) Setiap penumpang wajib melakukan Check-in. (2) Proses Check-in dapat dilakukan di Check-in Counter atau Mesin Layanan Check-in Mandiri. (3) Check-in dapat dilakukan 3 (tiga) jam sampai dengan 10 (sepuluh) menit sebelum jadwal keberangkatan Kereta Api atau ditetapkan tersendiri oleh pejabat serendah-rendahnya Kepala Stasiun berdasarkan pertimbangaan frekuensi dan jarak keberangkatan antar Kereta Api di suatu stasiun, dengan ketentuan batas maksimal Check-in tidak diperbolehkan lebih dari 10 (sepuluh) menit. (4) Pada saat Check-in, penumpang memberikan bukti transaksi pembelian Tiket kepada petugas atau setidak-tidaknya dapat menyebutkan nomor Kode Booking atau Kode Pembayaran yang bersangkutan. (5) Dalam hal penumpang melakukan Check-in melalui layanan Check-in Mandiri, maka Bagasi penumpang tetap diperiksa oleh Petugas. (6) Penumpang yang telah melakukan Check-in akan mendapatkan Boarding Pass. (7) Dalam hal penggunaan Boarding Pass belum diberlakukan, maka kegiatan Check-in dilakukan dengan cara memeriksa kesesuaian data yang tercetak pada Tiket dengan Bukti Identitas yang dimiliki penumpang, memeriksa nama atau nomor dan tanggal Kereta Api telah benar dan melakukan validasi Tiket dengan membubuhkan stempel pada bagian Tiket yang kosong. halaman 48

52 (8) Ketentuan stempel sebagaimana dimaksud ayat (7) diatur sebagai berikut : a. tulisan pada baris pertama TELAH DIPERIKSA ; b. tulisan pada baris kedua singkatan dan kode stasiun, contoh BD 1430 ; c. jenis huruf yang yang dipergunakan Arial regular dengan ukuran huruf 14; d. diberi garis tepi dengan ukuran 1,5 cm x 5,5 cm; dan e. warna tinta biru tua. Pasal 97 (1) Kegiatan Boarding merupakan proses pemberian izin kepada penumpang untuk masuk Zona 2 atau Zona 1 atau naik Kereta Api dengan jadwal tertentu setelah dilakukan pemeriksaan kesesuaian identitas yang tertera pada Tiket/Boarding Pass dengan Bukti Identitas penumpang, nama/nomor dan tanggal Kereta Api serta pemeriksaan Bagasi penumpang. (2) Pada stasiun yang telah memiliki e-gate maka penumpang melakukan tapping Boarding Pass pada reader e-gate untuk membuka lengan pintu e-gate. (3) Dalam hal lengan pintu e-gate tidak dapat terbuka maka petugas memeriksa keabsahan Boarding Pass menggunakan aplikasi RTS dengan tindak lanjut sebagai berikut: a. jika Boarding Pass valid maka dapat dibukakan lengan pintu e-gate menggunakan master key atau melalui pintu manual; b. jika Boarding Pass tidak valid maka tidak diperbolehkan masuk stasiun. Pasal 98 (1) Semua penumpang berusia 17 tahun atau lebih wajib dapat menunjukkan Bukti Identitas asli berupa KTP, SIM, Pasport, Kartu Pelajar atau Bukti Identitas lainnya yang menampilkan foto diri penumpang yang bersangkutan. (2) Penumpang berusia dibawah 17 tahun tidak wajib menunjukkan Bukti Identitas cukup dapat menyebutkan tanggal lahir yang sesuai dengan yang terdapat pada database RTS. (3) Dalam hal Tiket penumpang memiliki kode reduksi maka wajib menunjukkan Bukti Identitas asli yang menyatakan atas hak reduksi tersebut (KBD/Kartu Tanda Prajurit/Kartu LVRI, dll). (4) Dalam hal nama yang tercantum pada Tiket tidak sesuai dengan database RTS, maka penumpang yang bersangkutan tidak diperbolehkan masuk dan wajib segera dilaporkan kepada Junior Manager/Asisten Manager Pemasaran Angkutan penumpang Daop/Divre/Sub Divre setempat untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut. (5) Dalam hal nama yang tercantum pada Tiket tidak sesuai dengan yang tertera pada Bukti Identitas penumpang, maka penumpang yang bersangkutan tidak diperbolehkan masuk Zona 2 atau Zona 1 ataupun naik Kereta Api. (6) Dalam hal perbedaan nama dikarenakan kesalahan penulisan namun dengan ejaan bersifat homofon dan tidak menimbulkan kerancuan, penumpang yang bersangkutan diperbolehkan masuk ke Zona 2 atau Zona 1. halaman 49

53 Pasal 99 (1) Dalam hal penumpang bepergian sendirian dan tidak dapat menunjukkan Bukti Identitas yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (1) maka : a. dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh petugas keamanan atau petugas lainnya yang berwenang termasuk pemeriksaan Bukti Identitas lainnya yang dimiliki penumpang seperti kartu NPWP, kartu kredit, kartu ATM yang mencantumkan nama, kartu keluarga dll; b. Petugas dapat meminta dikirimkan foto Bukti Identitas penumpang dari kerabatnya melalui media elektronik; c. penumpang membuat surat pernyataan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3, yang menyatakan bahwa yang bersangkutan benar memiliki nama sesuai dengan yang tertera pada Tiket dan bersedia dituntut secara hukum jika keterangan yang diberikan tidak benar, ditandatangani penumpang yang bersangkutan dan petugas pemeriksa serta divalidasi dengan stempel unit pemeriksa atau stasiun; dan d. fotokopi surat pernyataan diberikan kepada penumpang yang bersangkutan dan dapat dipergunakan sebagai pengganti Bukti Identitas untuk kepentingan pemeriksaan Boarding ataupun pemeriksaan diatas Kereta Api, surat pernyataan asli disimpan sebagai arsip. (2) Dalam hal lebih dari satu penumpang bepergian secara bersama-sama dan memiliki Tiket/Boarding Pass dengan Kode Booking yang sama atau dengan nomor seri Tiket yang berurutan, jika salah satu penumpang tidak dapat menunjukkan Bukti Identitas maka tetap diperbolehkan masuk sepanjang penumpang lainnya dapat menunjukkan Bukti Identitas yang sah. (3) Penumpang yang tidak dapat menunjukkan Bukti Identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib membuat surat pernyataan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 dan melampirkan fotokopi Bukti Identitas dari penumpang lainnya dalam Kode Booking yang sama. BAB XVII PEMERIKSAAN DIATAS KERETA API Pasal 100 (1) Kondektur melakukan pemeriksaan Tiket kepada seluruh penumpang di atas Kereta Api. (2) Tiket berlaku dan sah apabila digunakan oleh penumpang yang namanya tercantum pada Tiket dan dibuktikan dengan Bukti Identitas penumpang yang bersangkutan. (3) Dalam hal terdapat penumpang dengan Tiket yang belum divalidasi maka wajib diperiksa daftar manifest penumpang dan melakukan pengecekan kesesuaian nama yang tertera pada Tiket dengan Bukti Identitas yang dimiliki penumpang. (4) Dalam hal terdapat penumpang tidak memiliki Tiket atau memiliki Tiket dengan nama yang tidak sesuai dengan Bukti Identitas yang dimiliki diturunkan pada kesempatan pertama. (5) Dalam hal terdapat penumpang dengan Bagasi yang melebihi berat dan atau ukuran yang ditentukan maka disuplisi dengan besaran sebagaimana diatur dalam Pasal 90 ayat (2). halaman 50

54 (6) Dalam hal terdapat salah naik Kereta Api sehingga Tiket yang dimiliki tidak sesuai dengan Kereta Api yang dinaiki maka penumpang yang bersangkutan diturunkan pada kesempatan pertama yang memungkinkan. (7) Dalam hal terdapat penumpang yang memiliki bukti transaksi namun tidak memiliki Tiket maka : a. Kondektur melakukan pemeriksaan kesesuaian data pada bukti transaksi dengan data yang tercantum pada manifest, jika tidak ada daftar manifest dapat dilihat melalui aplikasi Check Seat Passenger atau dilihat pada aplikasi RTS di stasiun pertama Kereta Api berhenti; b. dalam hal data telah sesuai maka kondektur dapat menerbitkan suplisi tanpa bea untuk penumpang yang bersangkutan, bukti transaksi diambil untuk kemudian dilampirkan pada tembusan suplisi kecuali bukti transaksi disajikan dalam bentuk elektronik maka cukup memberikan keterangan pada tembusan suplisi bahwa bukti transaksi disajikan dalam bentuk elektronik; c. dalam hal data tidak sesuai, maka penumpang yang bersangkutan diturunkan pada kesempatan pertama. Pasal 101 (1) Dalam hal terdapat lebih dari satu Tiket atas nomor tempat duduk dan Kereta Api yang sama maka : a. kondektur memeriksa kesesuaian data yang tercantum pada Tiket dengan data yang tercantum pada manifest, jika tidak ada daftar manifest dapat dilihat melalui aplikasi Check Seat Passenger atau data dilihat pada aplikasi RTS di stasiun pertama Kereta Api berhenti; b. penumpang yang sah adalah pemilik Tiket dengan data yang sesuai dengan data pada daftar manifest; c. penumpang yang datanya tidak sesuai dengan data pada manifest diturunkan pada stasiun pertama Kereta Api berhenti yang memungkinkan. (2) Dalam hal terdapat keraguan atau terindikasi bahwa Tiket penumpang tidak valid dikarenakan kesalahan Perusahaan, maka kondektur atau petugas stasiun tempat penumpang yang bersangkutan diturunkan segera berkoordinasi dengan Ticketing Centre. (3) Hasil klarifikasi Ticketing Centre diteguhkan dengan Warta Pelayanan Angkutan atau instruksi yang tercatat: a. jika hasil klarifikasi menyatakan bahwa Tiket tidak valid bukan dikarenakan kesalahan Perusahaan, maka penumpang tidak diperkenankan naik Kereta Api; b. jika hasil klarifikasi menyatakan bahwa Tiket tidak valid dikarenakan kesalahan Perusahaan, maka berdasarkan Warta Pelayanan Angkutan atau instruksi yang tercatat dari Ticketing Centre, Kondektur atau Kepala Stasiun menerbitkan surat keterangan Tiket bentuk 241 b sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 untuk Tiket dimaksud; c. penumpang bersangkutan tetap dapat naik Kereta Api dengan ditempatkan pada tempat duduk lain yang belum terisi kecuali jika tidak memungkinkan dapat disertakan pada Kereta Api lain atau sesuai dengan permintaan penumpang. halaman 51

55 Pasal 102 (1) Dalam hal penumpang sakit di tengah perjalanan yang mengakibatkan penumpang bersangkutan harus menunda perjalanan untuk melakukan pengobatan di suatu stasiun maka : a. apabila penumpang tidak akan melanjutkan perjalanan dengan Kereta Api maka tidak ada pengembalian bea; b. apabila penumpang dimaksud telah dinyatakan sehat dan akan melanjutkan perjalanannya selambat-lambatnya 2 hari setelah kejadian dapat menggunakan Kereta Api yang sama atau kereta api lainnya yang memungkinkan tanpa dikenakan bea sepanjang tempat duduk masih tersedia; c. ketentuan huruf a dan b ayat ini juga berlaku bagi pendamping penumpang yang sakit maksimal 2 (dua) orang. (2) Kepala Stasiun dapat menerbitkan surat keterangan Tiket bentuk 241 b untuk dilampirkan pada Tiket penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mendapatkan izin dari Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan Daop/Divre setempat yang diteguhkan dalam Warta Pelayanan Angkutan. (3) Penanganan lebih lanjut tentang penumpang sakit, kecelakaaan dan/atau meninggal dunia diatur dalam Keputusan Direksi tersendiri. Pasal 103 (1) Dalam hal kedapatan penumpang berusia di bawah 10 (sepuluh) tahun yang tidak bertiket dan berpergian dengan penumpang dewasa, maka: a. Apabila penumpang dimaksud merupakan Infant pertama dari satu penumpang dengan tarif dewasa, maka dikenakan suplisi tanpa bea dan tidak berhak atas tempat duduk; b. Apabila penumpang dimaksud merupakan Infant kedua dari satu penumpang dengan tarif dewasa dikenakan suplisi sebesar 100% dari tarif dewasa dan tidak berhak atas tempat duduk; c. Apabila penumpang dimaksud merupakan anak usia 3 tahun sampai dengan 10 tahun dikenakan suplisi sebesar 100% dari tarif dewasa dan tidak berhak atas tempat duduk. (2) Dalam hal Tiket yang dimiliki penumpang adalah Tiket dengan tarif reduksi, penumpang wajib menunjukkan Bukti Identitas yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan berhak atas reduksi apabila tidak dapat menunjukkan Bukti Identitas dimaksud maka dikenakan suplisi sebesar 100% dari tarif umum atau diturunkan pada kesempatan pertama. (3) Dalam hal Tiket/Boarding Pass penumpang hilang di atas Kereta Api, maka : a. kondektur memeriksa kesesuaian Bukti Identitas penumpang dengan data yang tercantum pada manifest, jika tidak ada daftar manifest dapat dilihat melalui aplikasi Check Seat Passenger atau dilihat pada aplikasi RTS di stasiun pertama Kereta Api berhenti; b. apabila nama penumpang dimaksud tercantum dalam manifest Kereta Api dan sesuai dengan Bukti Identitas penumpang yang bersangkutan, tidak ada penumpang lain pada tempat duduk dimaksud dengan nama penumpang yang sama, maka : 1. kondektur melapor pada stasiun pertama Kereta Api tersebut berhenti; halaman 52

56 2. Petugas yang berwenang di stasiun tempat Kondektur melapor, setelah meyakini data penumpang telah benar menerbitkan Warta Pelayanan Angkutan Tiket hilang, yang menyatakan Tiket asli yang hilang tersebut tidak berlaku serta perintah suplisi tanpa bea bagi penumpang dimaksud; 3. berdasarkan Warta Pelayanan Angkutan tersebut kondektur memberikan suplisi tanpa bea kepada penumpang dimaksud sebagai pengganti Tiket yang hilang dengan ditulis nama penumpang dan diberi keterangan pengganti Tiket hilang nomor seri xx_xxxx dan nomor Warta Pelayanan Angkutan kehilangan Tiket; dan c. apabila nama penumpang dimaksud tercantum dalam manifest Kereta Api tetapi ada penumpang lain pada tempat duduk dimaksud dengan nama yang sama maka diperiksa kesesuaian nomor identitas pada Bukti Identitas penumpang dengan daftar manifest Kereta Api; d. apabila nama penumpang dimaksud tidak terdapat pada manifest maka penumpang tersebut diturunkan pada kesempatan pertama. Pasal 104 (1) Semua Perjalanan Kereta Api adalah perjalanan Tanpa Asap Rokok, tidak diperbolehkan merokok di seluruh rangkaian Kereta Api, termasuk tidak terbatas didalam kereta makan, toilet maupun di bordess Kereta Api kecuali ditetapkan lain oleh Perusahaan. (2) Pihak yang kedapatan melanggar atas larangan merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diperingatkan dan apabila tidak mengindahkan peringatan diturunkan pada kesempatan pertama. BAB XVIII GANGGUAN PELAYANAN Pasal 105 (1) Keberangkatan Kereta Api dari stasiun dapat ditunda dalam hal terjadi kondisi berikut: a. terjadi kerusakan sarana Kereta Api; dan/atau b. alasan teknis operasional. (2) Perusahaan harus mengumumkan penundaan keberangkatan Kereta Api kepada pengguna jasa. (3) Dalam hal terjadi penundaan keberangkatan Kereta Api di stasiun keberangkatan penumpang yang diperkirakan akan berlangsung 1 (satu) jam atau lebih dan penumpang bermaksud membatalkan perjalanannya maka Perusahaan mengembalikan bea Tiket sebesar 100% diluar bea pesan. (4) Dalam hal terjadi penundaan keberangkatan Kereta Api di stasiun lain dengan jarak lebih dari 50 km dari stasiun tujuan akhir penumpang yang diperkirakan akan berlangsung 3 (tiga) jam atau lebih dan penumpang bermaksud membatalkan perjalanannya maka Perusahaan mengembalikan bea Tiket sebesar 100% di luar bea pesan. (5) Dalam hal terjadi penundaan keberangkatan Kereta Api di stasiun yang berjarak sampai dengan 50 km dari stasiun tujuan akhir penumpang yang diperkirakan halaman 53

57 akan berlangsung 3 (tiga) jam atau lebih dan penumpang bermaksud membatalkan perjalanannya maka Perusahaan mengembalikan bea Tiket sebesar 50% diluar bea pesan dengan pembulatan keatas pada kelipatan Rp 5.000,- (6) Dalam hal terjadi penundaan keberangkatan Kereta Api di stasiun keberangkatan penumpang, Perusahaan harus mengumumkan alasan penundaan keberangkatan kepada calon penumpang melalui media pengumuman yang memungkinkan pada setiap stasiun keberangkatan selambat-lambatnya 45 menit sebelum jadwal keberangkatan Kereta Api atau sejak pertama kali diketahui adanya keterlambatan. Pasal 106 (1) Perusahaan memberikan kompensasi dalam hal terjadi penundaan keberangkatan atau keterlambatan Kereta Api penumpang. (2) Teknis Pelaksanaan pemberian dan besaran kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam suatu Keputusan Direksi tersendiri. Pasal 107 (1) Pembatalan perjalanan Kereta Api dapat dilakukan apabila: a. tidak ada angkutan; b. alasan teknis operasional; atau c. terjadi Force Majeure. (2) Pembatalan perjalanan Kereta Api dapat terjadi di stasiun keberangkatan atau di tengah perjalanan. (3) Perusahaan harus mengumumkan pembatalan perjalanan Kereta Api kepada pengguna jasa. (4) Dalam hal terjadi pembatalan perjalanan Kereta Api penumpang yang memiliki waktu tempuh lebih dari 3 (tiga) jam, Perusahaan sedapat mungkin menyediakan Kereta Api atau moda angkutan darat lainnya sebagai pengganti dengan kelas pelayanan yang sama. Pasal 108 (1) Dalam hal dilakukan pembatalan perjalanan Kereta Api di stasiun keberangkatan dan Perusahaan tidak dapat menyediakan moda pengganti maka bea Tiket dikembalikan 100% di luar bea pesan secara tunai langsung. (2) Dalam hal dilakukan pembatalan perjalanan Kereta Api di stasiun keberangkatan dan Perusahaan menyediakan moda transportasi lain sebagai pengganti maka : a. jika penumpang menolak untuk menggunakan moda angkutan penggganti lain, bea Tiket dikembalikan 100% diluar bea pesan; b. jika tarif yang berlaku untuk moda angkutan penggantinya tersebut sama atau lebih tinggi dari tarif Kereta Api, tidak ada penambahan bea; c. jika tarif yang berlaku umum untuk moda angkutan penggantinya tersebut lebih rendah dari tarif Kereta Api, maka bea Tiket dikembalikan kepada penumpang di stasiun keberangkatan sebesar tarif Tiket Kereta Api di luar bea pesan dikurangi tarif moda pengganti dengan pembulatan ke atas pada kelipatan Rp 5.000,- dengan ketentuan sebagai berikut: halaman 54

58 1. sebagai dasar perhitungan maka tarif moda pengganti lain dihitung sebagai berikut : bus AC kapasitas sampai dengan 44 tempat duduk Rp 160,-/km; bus AC kapasitas diatas 44 tempat duduk Rp Rp 140,-/km; bus Non AC Rp 100,-/km; angkutan lainnya Rp 80,-/km. 2. perhitungan tarif moda pengganti berdasarkan jarak tempuh Kereta Api contoh : KA Ciremai relasi bd cn jarak 224 km, tarif Rp ,- dibatalkan (tarif acuan adalah tarif yang tercetak pada Tiket). Disediakan Bis AC 44 tempat duduk sebagai pengganti, maka : tarif bis = 224 x 160 = Rp ,- Pengembalian Bea = = Rp ,- Pasal 109 (1) Dalam hal dilakukan pembatalan perjalanan Kereta Api di tengah perjalanan dan Perusahaan tidak menyediakan transportasi pengganti maka bea Tiket dikembalikan 100%. (2) Dalam hal dilakukan pembatalan perjalanan Kereta Api di tengah perjalanan dan Perusahaan menyediakan moda transportasi pengganti maka : a. apabila penumpang menolak untuk menggunakan moda transportasi pengganti : 1. jika jarak dari tempat Kereta Api dibatalkan sampai dengan tujuan akhir penumpang lebih dari 50 km maka Perusahaan mengembalikan bea Tiket sebesar 100% di luar bea pesan; 2. jika jarak dari tempat Kereta Api dibatalkan sampai dengan tujuan akhir penumpang 50 km atau kurang, maka Perusahaan mengembalikan bea Tiket sebesar 50% diluar bea pesan dengan pembulatan ke atas pada kelipatan Rp 5.000,- b. dalam hal penumpang menggunakan moda transportasi pengganti : 1. jika tarif yang berlaku umum untuk moda transportasi pengganti sama atau lebih tinggi maka tidak ada penambahan bea; 2. jika tarif yang berlaku umum untuk moda transportasi pengganti lebih rendah maka Perusahaan mengembalikan bea Tiket kepada penumpang sebesar tarif Tiket diluar bea pesan dikurangi tarif yang berlaku umum pada moda penggantinya tersebut. a) Tarif Kereta Api yang dianggap berlaku umum untuk lintas yang belum dijalani adalah tarif relasi sisa sebesar jarak sisa dibagi jarak seluruhnya dikalikan tarif Kereta Api yang bersangkutan dengan pembulatan keatas pada kelipatan Rp 5.000,- b) Tarif angkutan selain Kereta Api adalah sebagaimana dimaksud Pasal 108 ayat (2). halaman 55

59 contoh : penumpang memiliki Tiket Argo Wilis relasi bd-sgu, jarak 696 km, tarif Rp ,- perjalanan hanya sampai dengan madiun berhubung rinja di petak jalan mn-bbd. Jarak sisa relasi perjalanan mn-sgu 154 km jika penumpang menolak menggunakan transportasi pengganti bea dikembalikan Rp ,- jika penumpang dialihkan pada Kereta Api lain lintas bbd-sgu dimana mn-bbd diantar moda lain, maka perhitungan tarif relasi sisa sebagai berikut: = 154/696 x = Rp ,- jika Kereta Api pengganti menggunakan sarana K1 maka tidak ada pengembalian bea jika Kereta Api pengganti menggunakan sarana K2 maka bea Tiket dikembalikan sebesar = x 50% (lihat tabel Pasal 111 ayat (4)) = Rp ,- jika penumpang dialihkan pada bis maka bea Tiket dikembalikan sebesar : Tarif bis lintas mn-sgu = 154 x 160 (lihat Pasal 108 ayat (2)) = Rp ,- bea dikembalikan sebesar = = Rp ,- 3. Pengembalian bea dilakukan di stasiun tempat Kereta Api dibatalkan atau stasiun lain yang memungkinkan. Pasal 110 (1) Perjalanan Kereta Api dapat dialihkan melalui lintas lain apabila terjadi rintang jalan pada lintas Kereta Api yang seharusnya dilalui. (2) Pengalihan lintas perjalanan dilakukan pada saat waktu perjalanan sesuai dengan peraturan perjalanan ditambah taksiran lama rintang jalan lebih besar dibandingkan dengan waktu perjalanan jika dialihkan pada lintas lain. (3) Perusahaan harus mengumumkan pengalihan lintas perjalanan Kereta Api kepada pengguna jasa. (4) Dalam hal penumpang bermaksud membatalkan perjalanannya dikarenakan menolak untuk menggunakan Kereta Api dengan rute lain/memutar maka : a. jika pembatalan Tiket dilakukan di stasiun keberangkatan penumpang, maka Perusahaan mengembalikan bea Tiket sebesar 100% diluar bea pesan; b. jika pembatalan Tiket dilakukan di tengah perjalanan maka Perusahaan mengembalikan bea Tiket sebesar 50% di luar bea pesan. (5) Dalam hal stasiun tujuan penumpang menjadi tidak terlewati oleh Kereta Api dengan rute memutar maka : a. Perusahaan sedapat mungkin menyediakan moda angkutan terusan; halaman 56

60 b. jika tidak disediakan moda terusannya maka bea Tiket dikembalikan 100% di luar bea pesan; c. jika moda terusan menggunakan selain Kereta Api maka bea Tiket dikembalikan dengan perhitungan sebagaimana ketentuan pada Pasal 109 ayat (2). Pasal 111 (1) Pada saat Kereta Api menggunakan sarana pengganti yang sesuai dengan Tiket yang telah dibeli oleh penumpang, maka Perusahaan wajib memberitahukan kondisi tersebut kepada penumpang. (2) Dalam hal penumpang bermaksud membatalkan perjalanannya di stasiun keberangkatan penumpang ataupun di tengah perjalanan karena menolak untuk menggunakan sarana kereta penggganti, maka Perusahaan mengembalikan bea Tiket sebesar 100% diluar bea pesan. (3) Dalam hal penumpang menggunakan kereta pengganti dengan kelas pelayanan sama atau lebih tinggi maka tidak ada penambahan bea. (4) Dalam hal penumpang menggunakan kereta pengganti dengan kelas pelayanan lebih rendah, sejak stasiun keberangkatan ataupun di tengah perjalanan maka Perusahaan mengembalikan bea Tiket di stasiun kedatangan penumpang, dengan ketentuan sebagai berikut: Tiket yang dimiliki Sarana kereta pengganti Pengembalian bea Eksekutif Bisnis 50% Ekonomi AC 60% Ekonomi AC split 70% Bisnis Ekonomi AC 50% Ekonomi AC split 60% Ekonomi AC Ekonomi AC split 50% Pasal 112 (1) Dalam hal terjadi gangguan yang mengakibatkan fungsi-fungsi kereta tidak dapat berjalan normal antara lain: a. AC panas yaitu suhu kabin di atas 27 derajat celcius dan berlangsung lebih dari 20 menit; b. kursi rusak atau tidak dapat dipergunakan sesuai fungsinya; c. reclining seat tidak berfungsi; d. revolving seat tidak berfungsi; e. bocor dari atap kereta ataupun dari lis jendela; f. kaca pecah yang mengakibatkan udara masuk dan tidak ditutup dengan lapisan pelindung. maka sedapat mungkin penumpang dialihkan ke tempat duduk lain dengan kelas pelayanan yang sama. (2) Dalam hal penumpang bermaksud membatalkan perjalanannya di stasiun keberangkatan penumpang ataupun di tengah perjalanan, dikarenakan tidak berkenan menggunakan sarana kereta yang tidak berfungsi normal atau pindah ke tempat duduk pengganti, maka Perusahaan mengembalikan bea Tiket sebesar 100% di luar bea pesan. halaman 57

61 (3) Dalam hal penumpang dialihkan pada tempat duduk dengan kelas pelayanan sama atau lebih tinggi maka tidak ada penambahan bea angkutan. (4) Dalam hal penumpang dialihkan pada tempat duduk dengan kelas pelayanan lebih rendah maka maka penumpang diberikan pengembalian bea dengan pengaturan sebagaimana pada Pasal 111 ayat (4). (5) Dalam hal tempat duduk pengganti tidak dapat disediakan, dan penumpang tetap menggunakan sarana yang tidak berjalan normal tersebut, bea angkutan dikembalikan di stasiun kedatangan penumpang sebesar 50% dari bea Tiket diluar bea pesan. (6) Atas Tiket penumpang sebagaimana dimaksud ayat (4) dan (5), Kondektur menerbitkan surat keterangan Tiket bentuk 241 b dan dilampirkan pada Tiket penumpang atau pada Tiket dimaksud diberi keterangan gangguan dan ditandatangani kondektur berserta nama jelas dan NIPP. (7) Dalam hal pengembalian bea dilakukan di stasiun keberangkatan penumpang maka penumpang diberikan Tiket pengganti sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (1). Pasal 113 Perusahaan bertanggung jawab terhadap penumpang yang mengalami kerugian, luka-luka, atau meninggal dunia yang disebabkan oleh pengoperasian Angkutan Kereta Api dan diatur melalui Keputusan Direksi. BAB XIX PENGEMBALIAN BEA Pasal 114 (1) Pengembalian bea wajib menggunakan aplikasi RTS. (2) Tata cara pengembalian bea menggunakan aplikasi RTS diatur dalam petunjuk pelaksanaan RTS. Pasal 115 (1) Pengembalian bea Tiket dapat dilakukan secara manual menggunakan bentuk 239, apabila : a. aplikasi RTS mengalami gangguan yang diteguhkan melalui surat keterangan gangguan dari Ticketing Centre; b. telah melebihi batas waktu pengembalian bea yang dapat diakomodir aplikasi RTS namun belum melebihi batas waktu 3 tahun; c. aplikasi RTS tidak dapat mengakomodir secara langsung. (2) Setiap pengembalian bea secara manual, petugas loket tetap melakukan eksekusi pengembalian bea atas Tiket dimaksud pada aplikasi RTS menu manual refund dan mencatat pada daftar penjagaan pengembalian bea manual. (3) Tiket, Formulir pembatalan dan/atau dokumen pendukung lainnya termasuk tidak terbatas pada surat keterangan gangguan dan surat keterangan kehilangan kepolisian dilampirkan dalam tembusan bentuk 239. halaman 58

62 Pasal 116 (1) Setiap pengembalian bea Tiket yang diakibatkan oleh terganggunya pelayanan dan/atau kesalahan Perusahaan, dilakukan secara tunai langsung. (2) Tiket yang dibatalkan sebagaimana dimaksud ayat (1), termasuk Tiket kembalinya (return) dan/atau Tiket lainnya yang dimiliki oleh penumpang yang bersangkutan. BAB XX LARANGAN PENGANGKUTAN Pasal 117 (1) Setiap orang yang naik atau berada di dalam Kereta Api dilarang untuk: a. mabuk; b. merokok; c. berjudi; d. melakukan perbuatan asusila; e. membawa barang berbahaya; f. membawa barang terlarang; g. berperilaku yang dapat membahayakan keselamatan dan atau mengganggu penumpang lain; h. membahayakan perjalanan Kereta Api. (2) Orang yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperbolehkan naik atau harus diturunkan pada kesempatan pertama. (3) Orang yang terjangkit penyakit menular yang menurut Undang-undang dapat dikenakan peraturan pengasingan untuk kesehatannya, maka tidak diperbolehkan naik Kereta Api kecuali pengangkutan itu dilakukan dengan kereta tersendiri atau di dalam bagian kereta penumpang terpisah dari penumpang lainnya dengan mengindahkan peraturan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang. (4) Dalam hal kedapatan penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) maka penumpang tersebut harus diasingkan dari penumpang-penumpang lainnya dan diturunkan dari Kereta Api di stasiun pertama yang memungkinkan dengan tidak atau sedikit mungkin merugikan penumpang tersebut. BAB XXI LOYALTY PROGRAMS Pasal 118 (1) Perusahaan menyelenggarakan suatu Loyalty Programs dengan tujuan : a. membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan antara Perusahaan dan pelanggan; b. agar pelanggan tetap setia dan melakukan pembelian berulang akan Jasa Layanan angkutan Kereta Api, sehingga Perusahaan akan mendapatkan keuntungan; c. sebagai suatu bentuk penghargaan kepada Pelanggan yang telah setia mempergunakan Jasa Layanan angkutan Kereta Api. (2) Pelaksanaan Loyalty Programs diatur dalam Keputusan Direksi tersendiri. halaman 59

63 Pasal 119 (1) Dalam hal Loyalty Programs sebagaimana diatur dalam Keputusan Direksi belum diimplementasikan dalam RTS, maka berlaku penukaran Tiket yang telah dipakai dengan Tiket reduksi 100% (Tiket gratis). (2) Tiket yang akan ditukarkan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Tiket adalah Tiket Kereta Api Komersial; b. Tiket atas nama penumpang yang sama; c. Tiket dengan Relasi Perjalanan OD dan/atau parsial, searah maupun sebaliknya; d. jumlah Tiket yang dibutuhkan untuk mendapatkan Tiket gratis adalah : Tiket dengan rentang waktu 12 bulan; Tiket dengan rentang waktu 6 bulan; 3. rentang waktu sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan 2 dihitung mundur dari tanggal penukaran Tiket. (3) Pemberian Tiket Gratis harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. nama Kereta Api sama dengan nama Kereta Api pada Tiket yang telah dikumpulkan, jika Tiket yang dikumpulkan terdiri dari beberapa nama kereta yang berbeda maka Tiket gratis diberikan pada Kereta Api dengan relasi terpendek; b. kelas pelayanan Kereta Api sama dengan kelas pelayanan Kereta Api pada Tiket yang telah dikumpulkan, jika Tiket terdiri dari beberapa kelas pelayanan yang berbeda maka Tiket gratis diberikan dengan kelas pelayanan terendah dari Tiket yang dikumpulkan; c. Relasi Kereta Api sama dengan relasi Tiket Kereta Api yang telah dikumpulkan, jika Tiket yang dikumpulkan terdiri dari beberapa relasi yang berbeda maka Tiket gratis diberikan dengan relasi terpendek dari Tiket yang dikumpulkan; d. Tiket gratis tidak dapat dilakukan perubahan data ataupun perubahan jadwal. (4) Tata cara Penukaran Tiket gratis adalah: a. penumpang memberikan Tiket dimaksud kepada petugas loket; b. Petugas loket memeriksa keabsahan Tiket; c. apabila Tiket sudah benar dan jumlahnya memenuhi syarat maka Tiket gratis dicetakan bagi penumpang bersangkutan; d. pencetakan Tiket menggunakan kode reduksi Award Ticket ; pada kolom nomor id ditambahkan kode at sebelum nomor identitas penumpang; e. semua Tiket lama dilampirkan dalam laporan penjualan. BAB XXII LAIN LAIN Pasal 120 (1) Tiket yang telah divalidasi dan di stempel Boarding atau Boarding Pass yang telah diterbitkan termasuk telah diperiksa oleh kondektur, masih tetap dapat dilakukan perubahan jadwal atau batal pembeli dengan tetap mengacu pada ketentuan sebagaimana diatur Pasal 43 dan Pasal 45. halaman 60

64 (2) Perubahan jadwal atau batal pembeli atas Tiket sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib disertai surat keterangan latar belakang perubahan atau batal pembeli tersebut yang ditandatangani oleh Kepala Stasiun atau Kasubur Komersial Stasiun. a.n. DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIREKTUR UTAMA ttd EDI SUKMORO NIPP halaman 61

65 Lampiran 2 SK Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor : KEP.U/LL.003/XI/1/KA-2105 Tanggal : 11 November 2015 STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETA API DI STASIUN sebagaimana menjadi lampiran PM. 48 TAHUN 2015 NO JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR NILAI UKURAN/JUMLAH StasiunBesar StasiunSedang Stasiun Kecil KETERANGAN 1. Keselamatan a. Informasi dan fasilitas keselamatan Informasi ketersediaan dan peralatan penyesuaian darurat dalam bahaya (kebakaran, kecelakaan, atau bencana alam) Kondisi Informasi dan fasilitas keselamatan mudah terlihat dan terjangkau, antara lain : Alat pemadam kebakaran Petunjuk jalur dan prosedur evakuasi Titik kumpul evakuasi Nomor-nomor telepon darurat (emergency call) Informasi dan fasilitas keselamatan mudah terlihat dan terjangkau, antara lain: Alat pemadam kebakaran Petunjuk jalur evakuasi Titik kumpul evakuasi Nomor-nomor telepon darurat (emergency call) Informasi dan fasilitas keselamatan mudah terlihat dan terjangkau, antara lain: Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Nomor nomor telepon darurat b. Informasi dan fasilitas kesehatan Informasi ketersediaan dan fasilitas kesehatan untuk penanganan keadaan darurat Kondisi Informasi dan fasilitas kesehatan mudah terlihat dan terjangkau, antara lain: Perlengkapan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) Kursi roda tandu Informasi dan fasilitas kesehatan mudah terlihat dan terjangkau, antara lain: Perlengkapan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) Kursi roda tandu Informasi dan fasilitas kesehatan mudah terlihat dan terjangkau, antara lain: Perlengkapan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) Kursi roda Tandu c. Lampu penerangan Berfungsi sebagai sumber cahaya di wesel untuk mencegah potensi tindakan kriminal Intensitas cahaya lux Dilokasi wesel ujung 2. Keamanan a. Fasilitas keamanan Peralatan pencegah tindak criminal Ketersediaan Tersedia CCTV Tersedia CCTV -. b. Petugas keamanan Orang yang bertugas menjaga ketertiban dan kelancaran sirkulasi pengguna jasa di stasiun Ketersediaan Tersedia petugas berseragam dan mudah terlihat Tersedia petugas berseragam dan mudah terlihat Tersedia petugas berseragam dan mudah terlihat halaman 127

66 NO JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR NILAI UKURAN/JUMLAH StasiunBesar StasiunSedang Stasiun Kecil KETERANGAN c. Lampu penerangan Berfungsi sebagai sumber cahaya di stasiun untuk memberikan rasa aman Intensitas cahaya lux lux lux 3. Kehandalan/Keteraturan Layanan penjualan tiket Penjualan dan penukaran tiket kereta api (jumlah loket yang beroperasi disesuaikan dengan calon penumpang dan waktu rata rata perorang Waktu Ketersediaa n Maksimum 180 detik pernama penumpang Tersedia informasi ada/tidak adanya tempat duduk untuk seluruh kelas KA Maksimum 180 detik pernama penumpang Tersedia informasi ada/tidak adanya tempat duduk untuk seluruh kelas KA Maksimum 180 detik pernama penumpang Tersedia informasi ada/tidak adanya tempat duduk untuk seluruh kelas KA Untuk kerta perkotaan, tidak perlu informasi ada/tidaknya tempat duduk 4. Kenyamanan a. Ruang tunggu Ruangan/ tempat yang disediakan untuk penumpang dan calon penumpang sebelum melakuan chek in ruangan tertutup dan/ atau ruangan terbuka Luas Kondisi Untuk 1 (satu) orang minimum 0,6 m 2 Area bersih 100% terawat dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun Untuk 1 (satu) orang minimum 0,6 m 2 Area bersih 100% terawat dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun Untuk 1 (satu) orang minimum 0,6 m 2 Area bersih 100% terawat dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun Ketersediaan dipastikan sepanjang lahan memungkinkan Dapat disediakan di luar bangunan stasiun kereta api Khusus untuk stasiun kereta api antar kota b. Ruang boarding Ruang/tempat yang disediakan untuk orang melakukan verifikasi sesuai dengan identifikasi diri Luas Kondisi Untuk 1 (satu) orang minimum 0,6 m 2 dan dilengkapi tempat duduk Area bersih 100% terawat dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun Untuk 1 (satu) orang minimum 0,6 m 2 dan dilengkapi tempat duduk Area bersih 100% terawat dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun Untuk 1 (satu) orang minimum 0,6 m 2 dan dilengkapi tempat duduk Area bersih 100% terawat dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun c. Toilet Tersedianya Toilet Jumlah Kondisi Pria (4 urinoir, 3 WC, 2 wastafel) Wanita (6 WC, 2 wastafel) Tersedia 1 (satu) toilet untuk penumpang disable Area bersih terawat dan sirkulasi udara berfungsi baik Pria (2 urinoir, 3 WC, 2 wastafel) Wanita (4 WC, 1 wastafel) Tersedia 1 (satu) toilet untuk penumpang disable Area bersih terawat dan sirkulasi udara berfungsi baik. Pria (1 WC, 1 wastafel) Wanita (1 WC, 1 wastafel) Tersedia 1 (satu) toilet untuk penumpang disable Area bersih terawat dan sirkulasi udara berfungsi baik. Ketersediaan disesuaikan sepanjang lahan memungkinkan dan kondisi lingkungan d. Mushola Fasilitas untuk melakukan Ibadah yang terpadu dengan tempat wudhu Jumlah Kondisi Pria (11 normal dan 2 penyandang distabilitas) Wanita (9 normal dan 2 penyandang distabilitas) Area bersih 100% terawat dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun Pria 7 orang Wanita 5 orang Area bersih 100% terawat dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun 3 orang (laki-laki atau perempuan) Area bersih 100% terawat dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun Disediakan tempat duduk bagi penyandnag distabilitas untuk melakukan ibadah halaman 128

67 NO JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR NILAI UKURAN/JUMLAH StasiunBesar StasiunSedang Stasiun Kecil KETERANGAN e. Lampu penerangan Berfungsi sebagai sumber cahaya di stasiun untuk memberikan rasa nyaman bagi pengguna jasa Intensitas cahaya lux lux lux f. Fasilitas pengatur sirkulasi udara di ruang tunggu tertutup Fasilitas untuk sirkulasi udara dapat menggunakan AC (Air Conditioner), kipas angin (fan) dari/atau ventilasi udara Suhu Suhu dalam ruangan maksimal 27 C Suhu dalam ruangan maksimal 27 C 5. Kemudahan a. Informasi pelayanan Informasi yang disampaikan di stasiun kepaa pengguna jasa yang terbaca dan terdengar, sekurang-kurangnya memuat : Denah/layout stasiun Nomor KA, nama KA, dan kelas pelayanannya Nama stasiun keberangkatan, stasiun KA pemberhentian dan stasiun KA tujuan beserta jadwal waktunya Tarif KA Peta jaringan KA Ketersedian informasi tempat duduk KA antar kota untuk stasiun yang melayani rute penjualan tiket Tempat Kondisi Informasi dalam bentuk visua diletakkan di tempat strategis anatara laian di dekat loket pintu masuk dan di ruang tunggu umum yang mudah terlihat dan jelas terbaca Informasi dalam bentuk audio harus jelas terdengar dengan intensitas suara 20 db lebih besar dari kebisingan yang ada Informasi dalam bentuk visua diletakkan di tempat strategis anatara laian di dekat loket pintu masuk dan di ruang tunggu umum yang mudah terlihat dan jelas terbaca Informasi dalam bentuk audio harus jelas terdengar dengan intensitas suara 20 db lebih besar dari kebisingan yang ada Informasi dalam bentuk visua diletakkan di tempat strategis anatara laian di dekat loket pintu masuk dan di ruang tunggu umum yang mudah terlihat dan jelas terbaca Informasi dalam bentuk audio harus jelas terdengar dengan intensitas suara 20 db lebih besar dari kebisingan yang ada b. Informasi gangguan perjalanan kerta api Pemberian informasi jika terjadi gangguan perjalanan kereta api Waktu Informasi diumumkan maksimal 30 menit setelah trjadi gangguan Informasi diumumkan maksimal 30 menit setelah trjadi gangguan Informasi diumumkan maksimal 30 menit setelah trjadi gangguan c. Informasi angkutan lanjutan Informasi yang disampaikan di dalam stasiun kepead pengguna jasa yang terbaca, sekurang-kurangnya memuat: Lokasi dan petunjuk arah angkutan Tempat kondisi Penempatan mudah terlihat dan jelas terbaca Penempatan mudah terlihat dan jelas terbaca Penempatan mudah terlihat dan jelas terbaca Sesuai dengan ketersediaan informasi dari angkutan lanjutan d. fasilitas layanan penumpang Fasilitas yang disediakan untuk memberikan informasi perjalanan kerta api dan layanan menerima pengaduan Jumlah Mempunyai tempat dan 1 (satu) meja kerja 1 (satu) orang petugas dan memiliki kecakapan Bahasa Inggris Mempunyai tempat dan 1 (satu) meja kerja Mempunyai tempat dan 1 (satu) meja kerja Petugas yang memiliki kecakapan bahasa inggris hanya unuk stasiun-stasiun berpenumpang internasional halaman 129

68 NO JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR NILAI UKURAN/JUMLAH StasiunBesar StasiunSedang Stasiun Kecil KETERANGAN e. Fasilitas kemudahan naik/turun penumpang Memberikan kemudahan penumpang untuk naik ke kereta atau turun dari kereta Aksesbilitas Selisih tinggi peron dengan lantai kereta tidak lebih dari 20 cm Selisih tinggi peron dengan lantai kereta tidak lebih dari 20 cm Selisih tinggi peron dengan lantai kereta tidak lebih dari 20 cm Untuk stasiun yang tinggi peronnya di bawah lantai kereta yang dilayanani haru disediakan bancik atau peron tidak permanen f. Tempat parkir Tempat untuk parkir kendaraan baik roda 4 (empat) dan roda 2 (dua) Luas Sirkulasi Luas tempat parkir disesuaikan dengan lahan yang tersedia Sirkulasi kendaaan masuk, keluar dan parkir lancar Luas tempat parkir disesuaikan dengan lahan yang tersedia Sirkulasi kendaaan masuk, keluar dan parkir lancar Luas tempat parkir disesuaikan dengan lahan yang tersedia Sirkulasi kendaaan masuk, keluar dan parkir lancar Prioritas bagi stasiun antar kota Untuk stasiun besar akses dari dan menuju stasiun dilengkapi dengan kanopi/atap 6. Kesetaraan a. Fasilitas bagi penumpang difabel Fasilitas yang disediakan untuk penyandang disabilitas Aksesibility Ketersediaa n Terdapat ramp dengan kemiringan maksimal 10 dan akses jalan penyambung antar peron Terdapat ramp dengan kemiringan maksimal 10 dan akses jalan penyambung antar peron Terdapat ramp dengan kemiringan maksimal 10 dan akses jalan penyambung antar peron Lift dan/ atau eskalator harus disediakan untuk stasiun yang jumlah lantainya lebih dari 1 lantai b. Ruang ibu menyusui Ruangan/tempat yang disediakan khusus bagi ibu menysui dan bayi Ketersediaan Tersedia ruang khusus beserta fasilitas lengkap untuk ibu menyusui dan bayi Tersedia ruang khusus beserta fasilitas lengkap untuk ibu menyusui dan bayi halaman 130

69 STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETA API DALAM PERJALANAN sebagaimana menjadi lampiran PM. 48 TAHUN 2015 NO. JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR KA ANTAR KOTA NILAI UKURAN/JUMLAH KA PERKOTAAN KETERANGAN 1. Keselamatan a. Informasi dan fasilitas keselamatan Informasi ketersediaan dan peralatan penyesuaian darurat dalam bahaya (kebakaran, kecelakaan atau bencana alam) Kondisi Informasi dan fasilitas keselamatan mudah terlihat dan terjangkau, antara lain : 1 (satu) APAR per kereta dengan ukuran minimal 3kg Rem darurat Alat pemecah kaca yang sudah terlihat dan dijangkau Petunjuk jalur evakuasi Informasi dan fasilitas keselamatan mudah terlihat dan terjangkau, antara lain : 1 (satu) APAR per kereta dengan ukuran minimal 3kg Rem darurat Alat pemecah kaca yang sudah terlihat dan dijangkau Petunjuk jalur evakuasi Alat pemecah kaca disediakan untuk jendela darurat yang tidak bisa dibuka b. Informasi dan fasilitas kesehatan Informasi ketersediaan dan fasilitas kesehatan untuk penanganan keadaan darurat kondisi Informasi dan fasilitas kesehatan beruoa perlengkapan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) mudah terlihat dan terjangkau 1 (satu) set ditempatkan di setiap kereta, kereta makan (restorasi) dan petugas pengamanan/kondektur Perlengakapan P3K dibawa oleh petugas pengamanan/ dan di masing-masing kabin analisis juga tersedia perlengkapan P3K 2. Keamanan a. Fasilitas pendudkung Peralatan untuk memonitor kejadian di dalam kereta Jumlah Minimal 1 (satu) CCTV dalam 1 (satu) rangkaian kereta Minimal 1 (satu) CCTV dalam 1 (satu) rangkaian kereta b. Petugas keamanan Orang yang bertugas menjaga ketertiban dan kelancaran sirkulasi pengguna jasa di stasiun Jumlah Minimal 2 (dua) orang petugas dalam 1 (satu) rangkaian KA Minimal 2 (dua) orang petugas dalam 1 (satu) rangkaian KA c. Lampu penerangan Lampu penerangan di kereta berfungsi sebagai sumber cahaya untuk membaca dan berkomunikasi Intensitas cahaya Pukul : lux Pukul : lux lux 3. Kehandalan/Keteraturan Ketepatan jadwal kereta api Memberikan ketepatan/kepastian waktu keberangkatan dan kedatangan KA Waktu Keterlambatan 10% dari total waktu perjalanan yang dijadwalkan Keterlambatan 20% dari total waktu perjalanan yang dijadwalkan Keterlambatan tidak termasuk akibat gangguan selama perjalanan (cuaca dan teknis operasional/kecelakaa n) Kompensasi keterlambatan diberikan kepada penumpang sesuai prosedur Informasi keterlambatan disampaikan di stasiun antara dan stasiun tujuan halaman 131

70 NO. JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR KA ANTAR KOTA NILAI UKURAN/JUMLAH KA PERKOTAAN KETERANGAN 4. Kenyamanan a. Tempat duduk dengan konstruksi tetap yang mempunyai sandaran Tempat duduk merupakan fasilitas untuk pengguna jasa angkutan kereta api untuk duduk di dalam kereta selama dalam perjalanan Jumlah maksimum kapasitas Memiliki nomor tempat duduk Tempat duduk minimal 20% dari spesifikasi teknis kereta Ruang untuk mengangkut penumpang berdiri maksimum 1 m² untuk 6 orang b. Toilet dilengkapi dengan air sesuai kebutuhan Toilet berfungsi sebagai tempat untuk buang air dengan ketersediaan air yang cukup selama di dalam perjalanan Kondisi Berfungsi sesuai dengan standar teknis dan operasi Area bersih 100% dan tidak berbau yang berasal dari dalam toilet Dilengkapi dengan wastafel dan peralatan washer Limbah toilet tidak mencemari pelestarian fungsi lingkungan hidup c. Lampu penerangan Lampu penerangan di dalam kereta berfungsi sebagai sumber cahaya di dalam kereta untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna jasa angkutan kereta api Intensitas cahaya Pukul : lux Pukul : lux lux Titik lampu disesuaikan dengan kebutuhan d. Fasilitas pengatur sirkulasi udara Fasilitas untuk sirkulasi udara dapat menggunakan AC (Air Conditioner), kipas angin (fan) dari/atau ventilasi udara Suhu Suhu dalam kereta maksimal 27ºC Suhu dalam kereta maksimal 27ºC Dilengkapi dengan alat pengukur suhu ruangan pada setiap kereta e. Restorasi Fasilitas untuk menunjang kebutuhan pengguna jasa yang hendak makan dan minum Ketersediaan Harus tersedia Fasilitas memasak berupa pemanas listrik f. Fasilitas pegangan penumpang berdiri Fasilitas ini diperuntukan bagi penumpang berdiri pada KA perkotaan Kondisi Jumlah Mudah digapai, kuat dan tersedia minimal 90 buah pada setiap kereta g. Rak bagasi Fasilitas ini diperuntukan bagi pengguna jasa angkutan kereta api untuk dapat menempatkan barang bawaan di dalam kereta dan tidak mengganggu penumpang Jumlah yang berfungsi Tersedia rak bagasi di atas tempat duduk Tersedia rak bagasi di atas tempat duduk 5. Kemudahan a. Informasi stasiun yang akan disinggahi/di lewati secara berurutan Informasi yang disampaikan untuk mempermudah penumpang yang akan turun di suatu stasiun kereta api (sedang dan akan disinggahi/dilewati) Bentuk Tempat Intensitas suara Informasi dalam bentuk visual, harus di tempat yang strategis, mudah terlihat dan jelas terbaca Informasi dalam bentuk audio harus jelas terdengar dengan intensitas suara 20dB lebih besar dari kebisingan yang ada Informasi dalam bentuk visual, harus di tempat yang strategis, mudah terlihat dan jelas terbaca Informasi dalam bentuk audio harus jelas terdengar dengan intensitas suara 20dB lebih besar dari kebisingan yang ada halaman 132

71 NO. JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR KA ANTAR KOTA NILAI UKURAN/JUMLAH KA PERKOTAAN KETERANGAN a. Informasi gangguan perjalanan kereta api Isi informasi yang terkait dengan hambatan hambatan selama dalam perjalanan mengenai: Gangguan operasional sarana perkeretaapian Gangguan operasional prasarana perkeretaapian Gangguan tidak langsung akibat keruwetan Gangguan alam Waktu Intensitas suara Informasi diumumkan maksimal 30 menit setelah terjadi gangguan dan jelas terdengar dengan intensitas suara 20 db lebih besar dari kebisingan yang ada Informasi diumumkan maksimal 30 menit setelah terjadi gangguan dan jelas terdengar dengan intensitas suara 20 db lebih besar dari kebisingan yang ada b. Nama / relasi kereta api dan nomor urut kereta Ketersediaan nama/relasi kereta api dan nomor urut kereta, untuk mempermudah penumpang mengetahui nama/relasi kereta api dan nomor urut kereta Jumlah Tempat Kondisi 2(dua) buah nama/ relasi kereta api di setiap kereta api pada bagian luar sisi kiri dan kanan 1(satu) buah nomor urut kereta dipasang pada setiap samping pintu naik/turun penumpang 1 (satu) buah nomor urut dipasang pada setiap ujung kereta bagian dalam Penempatan mudah terlihat dan jelas terbaca 6. Kesetaraan Fasilitas bagi penumpang difable Fasilitas ini berfungsi untuk mempermudah para penumpang difable, yang meliputi penyandang disabilitas, wanita hamil, orang sakit, dan lansiauntuk menggunakan angkutan kereta api Jumlah Minimal 4 (empat) tempat duduk dalam sat kereta Minimal 12 (dua belas) tempat duduk dalam satu kereta Fasilitas ditempatkan pada ujung kereta dan terdpat informasi untuk mempermudah penumpang a.n. DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIREKTUR UTAMA ttd EDI SUKMORO NIPP halaman 133

72 Lampiran 3 SK Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor : KEP.U/LL.003/XI/1/KA-2015 Tanggal : 11 November A. Tiket manual Dipergunakan pada saat RTS mengalami gangguan. (Pasal 11) 1. Pada Kereta Api Jarak Jauh dan Menengah menggunakan Tiket Pasepartu - darurat ---- KE RETA API ~ TIKET PASEPARTU Nama Penumpang Nama KA No.KA Lewat Ke las Eksa I Bis I Eko*) Jenis Pnp :Umum/Reduksi... **) No. Kereta Nomor Tempat Duduk : Berangkat liba Tanggal Penjualan : Stasiun Tanggal Jam Stasiun Tanggal Jam HARGA: gambar 1 Tiket Pasepartu 2. Pada Kereta Api Jarak dekat menggunakan Tiket Tercetak Tiket tercetak berlaku pada semua lintas pelayanan Kereta api dari nama Kereta Api sebagaimana tercantum dalam tiketnya. Jika Kereta Api terdiri dari beberapa tarif atau terdapat tarif parsial maka yang dicantumkan adalah tarif terendah. KA. EKONOMI BANDUNG RAYA Rp. 4000,- gambar 2 contoh Tiket tercetak halaman 134

73 B. Surat Pernyataan Dipergunakan pada saat penumpang melapor kehilangan tiket dan tidak dapat menunjukan bukti identitas asli. ( Pasal 14 ayat (2), Pasal 99) Surat Pernyataan Yang bertandatangan dibawah ini : nama :... tempat tanggal lahir :... jenis kelamin :... alamat : nomor telpon :... dengan ini menyatakan : tidak dapat menunjukan bukti identitas asli dikarenakan Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ternyata pernyataan saya terbukti tidak benar, maka saya bersedia dituntut dimuka pengadilan sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku. Mengetahui, Ttd dan stempel..., Yang membuat pernyataan ttd nama : nipp * (petugas keamanan atau petugas berwenang stasiun lainnya) nama : keterangan : dapat dipergunakan sebagai Bukti Identitas pengganti untuk kepentingan pemeriksaan Boarding ataupun pemeriksaan di atas Kereta Api. gambar 3 Surat pernyataan penumpang halaman 135

74 C. Tiket Pengganti Tiket pengganti dipergunakan sebagai pengganti atas tiket yang hilang atau rusak. (Pasal 15) - ~ ~.~.!~ E_! ~~.~!'! Tiket Pengganti Diberikan kepada : a. Nama b. Nomor ldentitas Sebagai tiket pengganti alas tiket yang hilang/rusak dengan data : a. Nomor kodebooking b. Nama KA c. Kelas Pelayanan d. Relasi e. Tanggal An. Kepala Stasiun Nama:. Nipp : ----=== Benluk 2458 gambar 4 Tiket Pengganti D. Boarding Pass Boarding Pass diterbitkan pada saat penumpang melakukan Check-in di counter Check-in atau pada layanan Check-in mandiri berupa print-out data diri dan data perjalanan penumpang yang dihasilkan oleh RTS pada blanko yang ditetapkan Perusahaan. (Pasal 16) Pemberlakuan Boarding Pass ditetapkan dalam suatu Keputusan Direksi Direksi. nama I name ANIS AGUSTINE nomor identitas I id number kodebooking I bookingcode 7BG55A tipe pnp I pax type WARTAWAN BOARDING PASS kereta api I train MUTIARA SELATAN no td I seat number EKSA 2; 11A berangkat I depart SURABAYA GUBENG; 05 SEPT 2015; 19:15 WIB Wajib menunjukkan bukti identitas asli pada saat boarding dan pemeriksaan di atas kereta api. ID card must be shown in the boarding gate and for verification on the train tiba I arrive PASARSENEN ; 06 SEPT 2015 ; 08:00 WIB check in at self check-in 2 sgu 05 sept :00 W/8 gambar 5 Tiket Pengganti halaman 136

75 E. Tiket Khusus Khusus diperuntukan bagi pengawal bagasi pada Kereta Bagasi. Dapat dipergunakan pada beberapa kereta api dengan syarat ekspeditur dari pengawal bersangkutan memiliki kontrak kerjasama angkutan dengan Perusahaan. ( Pasal 18) -.:;;p K.ERETA API Nama Pengawal TIKET KHUSUS Pengawal Bagasi masa berlaku Nama Ekspeditur I Penyewa Bagasi Berlaku pada Kereta Api Nomor Kontrak Angkutan i,~[ ---IL-I ~ tarif Bentuk 17 B gambar 6 Tiket Khusus tampak depan Persyaratan dan Ketentuan 1. Setiap pengawal barang pada kereta bagasi yang terangkai pada Kereta Api penumpang wajib memiliki Tiket khusus. 2. Tiket khusus hanya berlaku untuk pengawal bagasi pada Kereta Bagasi dan tidak diperbolehkan naik pada Kereta Penumpang atau Kereta Makan. 3. Tiket khusus dapat dipergunakan pada lebih dari satu Kereta Api oleh pengawal yang sama dengan syarat perusahaan ekspeditur dari pengawal tersebut memiliki kontrak kerja sama angkutan bagasi hantaran dengan Perusahaan pada Kereta Api dimaksud dan dicantumkan pada Tiket khusus. 4. Tiket khusus berlaku selama 1 (satu) bulan kalender ditambah 3 (tiga) hari, khusus bagi pengawal bagasi yang bersifat insidental maka masa berlakunya hanya satu kali perjalanan. 5. Pembelian tiket khusus untuk bulan selanjutnya dilakukan dengan cara menyerahkan Tiket khusus yang telah terpakai selambat-lambatnya tanggal 3 (tiga) dari bulan yang berjalan; 6. Dalam hal tidak terselenggaranya angkutan, pemegang Tiket Khusus tidak dapat meminta ganti rugi kepada perusahaan. 7. Tiket khusus yang hilang tidak diberikan Tiket pengganti dan bea Tiket khusus tidak dikembalikan; untuk mendapatkan Tiket khusus baru dianggap sebagai pembelian baru. gambar 7 Tiket Khusus tampak belakang halaman 137

76 F. Bukti Identitas petugas yang merupakan pekerja outsourcing dan/atau pekerja anak perusahaan Bukti Identitas ini wajib dapat ditunjukan pada saat bertugas diatas Kereta Api. (Pasal 23) ~ KfllfTA, APf PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) TANDA PENGENAL Nomor :... Nama :... Pangkat/Jabatan :... Tanggal Lahir :... Tempat kedudukan :... Bandung, tgl... Pas Photo 2 x 3 tanda tangan pemegang... gambar 8 Tanda pengenal tampak depan A No Berlaku... s.d... Ketentuan Penggunaan 1. Tanda Pengenal ini tidak berlaku sebagai tanda tempat duduk di dalam Kereta Api dan hanya berlaku pada KA dimana ia bertugas 2. Harus ditunjukan kepada Kdr Pemeriksa/Pejabat PT KAI yang berwenang 3. Bila terjadi pelanggaran, Tanda Pengenal akan disita dan 4. Pemilik/Pemegang dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku Bentuk No 304 gambar 9 Tanda pengenal tampak belakang halaman 138

77 G. Voucher Registered Voucher dengan diskon tarif sebesar 100% dan memiliki nomor kode booking, yang penerbitan dan penggunaannya harus melalui proses transaksi pada aplikasi RTS. (Pasal 27) ~KERETAAPI ~... TIKET KERETA API IC.ELAS EKSEKUTIF'I BISNIS/ EICONOMI ) i co,trui,.. 1, Kodebooking Nama No ldenlitas No Telpon Nama Kereta Api Asal Tujuan Tanggal-jam KA MOUCr.iEie Syarat & Ketentuan: 'IOI..ICMIUdala.dlipat~~nkan.l\any t!iipiii dtpvgu.,_.n CNh NINI MMgaimana *1era pada \IOUd'lef ~ 1>61,k betllku Ubl~ llht. Nrvsektuk~an 1~ dahufu deng.,, Ullel di atatiun kebelangkatan 1-.mbllt-lambaln)'I NIU.. m MbeMn kllberangkatan KwN Pl Perubel\an,.OWal dan I\J\e l\anya dmi>9t dllalkukan d1temp11i 0!.IChM It'll dlkeluarutl Voucher int d1keluarkan oleh :::~==:... lj Kanto, Pusat/Oaop/Otvre NIPP.,I! I, gambar 10 Voucher Registered H. Voucher Unregistered Voucher dengan diskon tarif tertentu sampai dengan 100%, dimana penerbitannya tanpa melalui proses transaksi pada aplikasi RTS sehingga tidak memiliki nomor kode booking. (Pasal 29) Diisi dengan data penumpang yang akan mempergunakan voucher fill m with passenger data Nama/name No ldenutas I idenbty number No Telpon I pt,one number Emall/ emafl Nama Kereta Api I name ol train Keiss / class Asal longm TuJuan I deslmat,on Tanggal Jaffi I date-time ~ ~ Telah dnukarkan rneruadi tiket dengan Kode Booking. d1 Stasiun. gambar 11 Voucher Unregistered Kelas Eksekutif halaman 139

78 VOUC~I;R Nomor Voucher /Voucher Number:. Tanggal dikeluarkanl/ssued on Masa berlaku/valid until Syarat & Ketentuan I Tenn & Condition Hanya ber1aku untuk sekalt penggunaan di kelas eksekut1f Va/Ki for one usage only on executive class Voucher harus drtukar dengan hket d1 loket stasum dan terganlung ketersediaan tempat duduk, d1sarankan untuk melakukan penukaran lebth awal dari hari keberangkatan Voucher must be exchanged for tickets and sut,ject to ava1lobllfty, early reservat,on,s r&cotnmended voucher lldak dapat d1tukartc.an dengan uang atau petayanan lamnya This Voucher cannot be exchanged with cash or any other semces Doisl dengan data penumpang yang akan mempergunakan voucher fill,n with psss8ntj8f data ~ a Te1ah d1tukarkan menjad1 tiket dengan Kode Booking d Stasum gambar 12 Voucher Unregistered Kelas Bisnis VOUC~I;R ~el ~ ~konom1 / eeonomy Cl~~, Nornor Voucher /Voucher Number:. Tanggal dikeluarkan/lssued on Masa ber1aku/valid until Syarat & Ketentuan J Term & Condition Hanya beriaku untuk sekal1 penggunaan d1 kelas eksekutff Valtd tor one usage only on executrve class Voucher harus d1tukar dengan bkat d1 k>ket stas,un dan tergantung ketersediaan tempat duduk, d1sarankan untuk mefakukan penukaran leb.h ewal dan han kebe<angkatan Voucher musl be exchanged for t,ckers and $UbJect to 8VltllabH1ty. earl)' reservatiott,s recommended voucher bdak dapat d1tukarkan clengan uang atau pelayanan La1nnya This Voucher cannot be exchanged 'Mth cash or any other services Diisl dengan data penumpang yang akan mempergunakan voucher fill m with passenger data Nama/name No ldenbtas I Klenflly number No Telpon I phone,,.,,,_ Emad/"'""" Nama KenolO Apt/ name ol tram K-/~u Asal I ong,n Tu,uan I dttstmabon Ta~m I clale-bme Tetah ditukattuln men)&d1 tiket... _ CAPSTASIUN gambar 13 Voucher Unregistered Kelas Ekonomi halaman 140

79 I. Formulir Pemesanan (Pasal 34) FORMULIR PEMESANAN TIKET KERETA API ticket-reservation form DATA PEMESAN I contact details NAMA/name ALAMAT I address TELEPON I telephone DATA PENUMPANG I passenger details PENUMPANG 1 I passenger 1 NAMA/name PENUMPANG 3 / passenger 3 DEWASA (adult) I Bayi (infant) non seat PENUMPANG 2 I passenger 2 DEWASA (adult) I Bayi (infant) non seat PENUMPANG 4 / passenger 4 NAMA/name NO IDENTITAS I ID TIPE PNP I type Tlpe penumpang bayi ya,tu usla d1bawah tlga tahun. dewasa yaitu usla tiga tahun atau leblh Nama dan nomor ldentltat harus sesual dengan yang tertera pada Kartu ldenntas yang dimihki Penumpang (KTP/SlMIPaspor/Railcard dll), apabila usla penumpang dibawah 17 tahun dapat diisi dengan tanggal lahir penumpang bersangkutan dengan format ddmmyyyy DATA PERJALANAN I booking details -- PERGI I depart NAMA KE RETA API KELAS/class eksekutif I bisnis I ekonomi I eko AC ASAL I origin DEWASA (adult) I Bayi (infant) non seat DEWASA (adult) I Bayi (infant) non seat P ssenr,er type passenger under three years okj is categorlzed as an mfant, aged three years old or more are adutt Ensure your Nam and ID num,,.,. match your identity card (KTP I SIM I Psssoon I Railcard etc), For passengers under 17 years old, ID column may be filled by the,r date of birth with format ddmmyyyy PULANG I retum eksekutif I bisnis I ekonomi I eko AC TUJUAN I destination JADW/U. BERANGl<AT deparluro Tangga1 keberangkatan mengacu pada waktu setempat di mana penumpang akan berangkat. Contoh : Tanggal 1 Agustus 2012, KA Turangga, rute Bandung ke Surabaya, berangkat dari Bandung pukul 19:00 WIB. tiba di Jogja Jam 02:12 WIS dan berangkat kembah jam 02:17 WIB dan tiba di Surabaya di 06:52 WIS. Formulir harus ditulis: a. Berangkat dari Bandung. tanggal kolom diisi dengan 1 Agustus 2012; b. Berangkat dari Jogja, tanggal kolom diisi dengan 2 Agustus Departure date refers to the Jocsl time where the passengers will depart: Exampk,; Date 1 August Turangga Train. route Bandung to Surabaya, departing from Bandung at 19:00 W1B, armtmg in JogJa al 02:12 WIB then departing from Jog/a at 02: 17 WIB and arriving in Surabaya at 06:52 WIB Then the form must be written : a. Departing from Bandung, date column filled w,th 1 August 2012; b. Departing from Jogja, date column filled wfth 2 August Dengan ini menyatakan bahwa keterangan yang tetah diberikan pada formulir ini tetah benar, dan mengerti S9lla menerima persyaratan dan ketentuan angkutan penumpang kereta api sebagaimana tertera di bagian belakang formulir ini. I hereby certify that infonnation filled in this fonn are conect, and I have understood and accepted all terms and conditions defined on the back of this fonn. tanggal/date. Nikmat Kemudahan Reservasi : ap,co.id Contact Center 121 / Mobile Application (Blackberry. Android. IOS, Windows Phone) Agen dan Channel Resm, KAI tandatangan I signature gambar 14 Formulir pemesanan bagian depan halaman 141

80 PERSYARATAN DAN KETENTUAN 1. Setiap penumpang wajib memiliki tiket, kedapatan tidak memiliki tiket yang sah diatas KA diturunkan dari kereta api pada kesempatan pertama. 2. Tiket berlaku dan sah apabila : a. Dipergunakan oleh penumpang yang namanya tercantum pada tiket dibuktikan dengan kartu identitas penumpang yang bersangkutan b. Nama dan nomor kereta api, tanggal dan jam keberangkatan, kelas dan relasi yang tercantum dalam tiket telah sesuai dengan Kereta Api yang dinaiki 3. Tarif sudah termasuk asuransi. 4. Semua penumpang dikenakan tarif dewasa. Khusus penumpang anak berusia dibawah 3 tahun (infant) kesatu dari satu penumpang dengan tarif dewasa jika tidak mengambil tempat duduk sendiri tidak dikenakan bea. infant lainnya dikenakan tarif dewasa. 5. Pada saat boarding, semua penumpang berusia diatas 17 tahun wajib menunjukan bukti identitas diri yang resmi (KTP/SIM/Pasport/ID Lainnya) dengan nama yang sesuai dengan yang tertera pada tiket 6. Tata cara pembatalan tiket : a. pembatalan tiket dilakukan di loket stasiun oleh pemilik tiket, mengisi formulir pembatalan, menunjukan bukti identitas asli yang sesuai dengan data yang tercantum pada tiket serta menyerahkan fotokopinya. b. Apabila tidak dilakukan oleh pemilik tiket (nama yang tertera pada tiket) maka wajib menyertakan surat kuasa bermeterai. c. Dilakukan maksimal 30 menit sebelum jadwal keberangkatan KA sebagaimana tercetak pada tiket d. Pembatalan kurang dari 30 menit sebelum keberangkatan maka tiket hangus, tidak ada pengembalian bea. e. Dikenakan biaya pembatalan sebesar 25% dari harga tiket. f. Bea pengembalian tiket dapat diambil setelah hari ke-30 sejak permohonan pembatalan secara tunai atau transfer. 7. Merubah tanggal, jam keberangkatan, nomor tempat duduk atau berganti KA dapat dilakukan paling lambat 1 jam sebelum jadwal keberangkatan kereta api yang telah dipesan sepanjang masih tersedia dengan dikenakan bea administrasi sebesar maksimal 25% dari harga tiket diluar bea pesan. 8. Perhitungan biaya pembatalan, perubahan jadwal dan reduksi tarif dilakukan pembulatan ke atas pada kelipatan Rp 1.000,- 9. Tidak dapat dilakukan perubahan nama penumpang pada tiket. 10. Dalam hal penumpang memiliki lebih dari satu Tiket Kereta Api yang memiliki sifat persambungan dengan Tiket terpisah, pada saat pemegang Tiket terlambat akibat Kereta Api atau moda lainnya yang dinaiki sebelumnya terlambat, sehingga tertinggal oleh Kereta Api yang seharusnya ia dapat naiki maka untuk Tiket Kereta Api selanjutnya hangus, tidak ada pengembalian bea. 11. Berat bagasi tangan yang boleh dibawa ke dalam kabin kereta untuk tiap penumpang maksimum 20 Kg dengan volume maksimum 100 dm3, tidak dikenakan bea. 12. Barang yang tidak diperbolehkan diangkut sebagai bagasi tangan adalah binatang, narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya, senjata api dan senjata tajam, semua barang yang mudah menyala/meledak, barang-barang yang karena sifatnya dapat mengganggu/merusak kesehatan, berbau busuk, barang-barang yang menurut pertimbangan pegawai karena keadaan dan besarnya tidak pantas diangkut sebagai bagasi tangan, barang-barang yang dilarang undangundang. 13. Semua Perjalanan Kereta Api adalah perjalanan Bebas Rokok, tidak diperkenankan merokok didalam kereta, kereta makan, toilet maupun di bordess KA. gambar 15 Formulir pemesanan bagian belakang halaman 142

81 J. Formulir pembatalan tiket FORMULIR PEMBATALAN TIKET NAMA ALAMAT NO TELEPON wajibdiisi ::===========================================~ :============================================~ wajibdiisi wajibdiisi ::===========================================~ c,wajibdiisi Dengan ini mengajukan Pembatalan Ubah Jadwal {p,hh satah satu). -Noser1t1ket -- nomor kodebookmg yang d,batalkan -- KERETAAPI NAMAKA DARI KE LAS JADWAL PENGGANTI (diisijika akan merubahjadwal) O eksekutif tanggal O bisnis ~ KE jam~i--~ O ekonomi Bea pengembalian tiket agar dilakukan dengan cara (p,hh satah satu) D TRANSFER BANK , Nama Bank Nomor Rekening Pemilik Rekening D TUNA( Stasiun tempat mengambil Tanggal Pengambilan JUMLAH BEA YANG DIKEMBALIKAN (diisi o/eh petugas) Persyaratan dan Ketentuan 1. Pembatalan tiket dilakukan selambat lambatnya 30 menit sebelum jadwal keberangkatan KA. 2. Pemohon pembatalan tiket harus pemilik tiket yang bersangkutan dan dapat menunjukan bukti identitas asli yang sesuai dengan data yang tercantum pada tiket serta menyerahkan fotokopinya. 3. Dalam hal pemohon pembatalan tiket bukan pemilik tiket, maka wajib melampirkan surat kuasa bermaterai dari pemilik tiket kepada yang dikuasakan untuk melakukan pembatalan tiket dengan tetap menunjukan bukti identitas asli pemilik tiket dan menyerahkan fotokopinya. 4. Perubahan jadwal dapat dilakukan selambat-lambatnya 1 jam sebelum jadwal keberangkatan KA yang tercetak pad a tiket. 5. Pembatalan tiket dan perubahan jadwal dikenakan bea sebesar 25% dari harga tiket diluar bea pesan. 6. Tiket yang akan dibatalkan atau dirubah jadwal dan fotocopy kartu identitas serta surat kuasa (jika pembatalan diwakilkan) dilampirkan dalam formulir pembatalan. 7. Pengambilan bea tiket dilakukan di stasiun yang ditunjuk dengan membawa formulir pembatalan yang telah divalidasi dengan tetap menunjukan identitas asli atau akan ditransfer setelah hari ke-30. Jika formulir pembatalan hilang maka wajib membawa surat kehilangan dari kepolisian. 8 Jika s.d hari ke-45, untuk pengembalian bea melalui transfer, bea tiket belum masuk ke rekening pemohon, agar segera menghubungi contact center 121 ( dari ponsel) atau customer service stasiun terdekat. 9. Jika s.d 3 tahun bea tiket tidak diambil atau tidak melapor gaga! transfer maka bea tiket menjadi milik KAI. Pemohon Pembatalan Nama:. Tanda Tangan Petugas Loket nama:. Tanda Tangan Denaan In/ menaertl dan menerlma persyaratan dan ketentuan pembatalan tfkel. nipp gambar 16 Formulir pembatalan halaman 143

82 ICEIIET,t, K. Bentuk 239 Permintaan pembayaran kembali bea penumpang/bagasi (Pasal 42) API PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) PERMINTAAN PEMBAYARAN KEMBALI BEA PENUMPANG/BEGASI (PD 22 JILID 2 BAB II Pasal 33) Yang bertandatangan dibawah ini... Nama... Alamat lengkap... meminta kepada Keapala Stasiun di... supaya dibayarkan kembali bea penumpang/begasi yang bersangkutan dengan tiket terlampir nomor-nomor... nama KA... dari sta... ke sta... tgl... jam......tanggal... peminta... PERHITUNGANNYA Telah dibayar untuk tiket tersebut Rp... Bea Penumpang menurut jarak yang sudah dijalani Rp... Bea Administrasi Rp... Rp... Selisih Rp... Ditambah dengan kelebihan bea begasi yang diturunkan disini (lihat surat begasi No...) terlampir Rp... Jumlah pembayaran kembali Rp... KS/Petugas Loket di Terima dari KS/Petugas Loket uang sejumlah Rp... (...) untuk pembayaran kembali bea menurut perhitungan disamping ini tanggal Jumlah tersebut diatas dikurangkan dari pendapatan penumpang tanggal... gambar 17 Bentuk 239 halaman 144

83 L. Rekapitulasi Pembatalan Manual Setiap Pembatalan tiket yang dilakukan secara manual atau tidak mempergunakan aplikasi pembatalan tiket maka wajib dibuatkan rekapitulasinya (Pasal 46) REKAPITULASI PEMBATALAN MANUAL Stasiun :... Loket :... Tanggal :... No Kode Booking No Tiket Rute Nama Penumpang Jumlah pengembalian Tanggal Batal Tanggal pengembalian Stasiun pengembalian Nama bank Nomor rekening Petugas Loket Nama :... Nipp :... gambar 18 rekapitulasi pembatalan manual halaman 145

84 M. Railcard Diskon Kartu diskon dimana pemiliknya berhak atas potongan tarif Tiket Kereta Api sebesar sesuai jenis Railcard diskonnya. (Pasal 76) RAII,GARD Kartu Diskon gambar 19 Railcard Diskon Titanium (75%) gambar 20 Railcard Diskon Titanium (50%) halaman 146

85 gambar 21 Railcard Diskon Blue (25%) Kartu ini adalah Kartu Diskon untuk pembelian tiket Kereta Api (bukan tiket) 2. Pemilik kartu ini berhak mendapatkan diskon pembelian tiket Kereta Api sebesar 75% selama tempat duduk tersedia. 3. Pembelian tiket dilakukan di loket stasiun dengan menunjukan Railcard Diskon dan Bukti Identitas lainnya yang sah 4. Kartu ini hanya hanya berlaku bagi orang yang namanya tercetak pada kartu 5. Wajib menunjukan railcard Diskon dan Bukti Identitas Lainnya yang sah pada saat pemeriksaan Boarding atau diatas Kereta Api 6. Kartu ini milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero), apabila ditemukan harap dikembalikan ke kantor PT. KAI (Persero) atau Stasiun terdekat. I an Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero) Direktur Komersial A. Herlianto Nipp gambar 22 Bagian belakang Railcard Diskon Besaran diskon yang ditampilkan pada bagian belakang Railcard Diskon tergantung besaran diskon dari jenis kartu tersebut. halaman 147

86 N. Railcard Poin Fasilitas reduksi bagi pihak ketiga (pihak diluar Perusahaan/anak Perusahaan) diberikan dalam bentuk poin 1. Railcard Diamond Berisi poin sejumlah gambar 23 Railcard Poin Diamond 2. Railcard Gold Berisi Poin sejumlah gambar 24 Railcard Poin Gold halaman 148

87 O. Alat Ukur Volume Bagasi Alat ukur dibuat dari rangka besi. (Pasal 88) 30cm 60cm 70cm gambar 25 Alat Ukur Volume Bagasi P. Surat Bagasi Umum Dipergunakan sebagai surat bagasi manual pada saat surat bagasi tidak dapat diterbitkan oleh aplikasi RTS. (Pasal 88) SURAT BAGA.51 TANGGAL ;.20_. KANOMQR JNanaKA----- ~ PENGHmTAA~ ~ (PO 22 Jilid 2 Bab - Pasal -) KE ~1 (dengil,lw) Tandaa,-.,at Macarn Tari! BEARp KAt-o.m: _ Merek/seri Banyaknya kilo 21 Berat hit!lng Kelas barang 11 Rp An!juian KA Asuransi I.. Nornor Dari ~KA: <l _.-----, i Ke 1) Se9.a bagasi (loora9j< ia1cl'.r.m) 2)_..,_,,_lq;j_~ PERHATIAN: Sall,.,a bagasi tutya dperg-a<al LIU 1 (sal.j) pcmg 5'ja. B,r...-g mrm y.rg ~ kmm- pega,wi '9'"ii- Pen.&nm Rp ( )~kl>g3111:n.t>. Fam.i"329 gambar 26 Surat Bagasi Umum bentuk 329 halaman 149

88 Q. Daftar Harian Pendapatan Bagasi Dipergunakan untuk membukukan pendapatan bagasi (Pasal 88) ~ -;;:: PT. KERETA API INOONESIA (PERSERO) DAFTAR HARIAN PENDAPATAN BAGASI MASA PEMBUKUAN TGL. s.d. TGL.. LOKET /AGf.N :,., HAIAMAH :,,. z STAllUN ASAL STAllUN TUJUAN NOMOR NAMA MA(.ftM NO MOR BERAT PENOAPATAN TANGGAL ~ z PEMIUK BARANG KA SINOOT SINGKAT (Kg) jrp) 0 BUKU SURAT kooe kooe AN AN I l J I lo II u ll 14 ' JUMIAH PIN DAHAN TOTAL MENGETAHUI KSlb),,TGL... PEGAWN YANG MENGf.RJAkAN...,-,, NIPP "-,. NIPP a gambar 27 Daftar harian pendapatan begasi halaman 150

89 R. Kartu Pass Dipergunakan oleh Mitra, Tamu Perusahaan, Penjemput atau Pengantar yang mendampingi penumpang berkebutuhan khusus termasuk tidak terbatas pada penyandang disabilitas, sakit, ibu hamil, lansia yang akan masuk zona 2 stasiun. (Pasal 94) 1. Kartu Pass yang diperuntukkan bagi tamu Perusahaan dan penjemput atau pengantar yang mendampingi penumpang berkebutuhan khusus, tidak dikenakan bea. -- KERETA API gambar 28 Kartu Pass Stasiun Bagi Tamu Perusahaan dan penjemput atau pengantar penumpang berkebutuhan khusus KARTU PASS STASIUN Khusus Tamu Perusahaan dan Penjemput I Pengentar penumpang betl<ebutuhan khusus Kartu Pass yang diperuntukkan bagi Mitra, dikenakan bea sebesar Rp ,- per tahun. - KERETA API KARTU PASS STASIUN BANDUNG gambar 29 Kartu Pass Stasiun Bagi Mitra Perusahaan Nama : Heru Hartanto Perusahaan : PT. Betamaret 001 halaman 151

90 S. Surat Keterangan Tiket Dipergunakan sebagai surat keterangan yang dilampirkan pada tiket pada saat : 1. tiket tidak valid yang disebabkan oleh kesalahan Perusahaan (Pasal 101) 2. penumpang sakit ditengah perjalanan dan melanjutkan perjalanan dengan KA lain (Pasal 102) 3. terjadi gangguan yang mengakibatkan fungsi-fungsi kereta tidak dapat berjalan normal (Pasal 112) Surat Keterangan Tiket Nomor Kodebooking Alas Nama Nomor Id 1. Berdasarkan telegram nomor dapat dipergunakan pada a. Nama dan nomor kereta api :. b. Relasi. c. Sehubungan. 2. Fungsi sarana KA ybs mengalami gangguan berupa penumpang tetap menggunakan sarana yang mengalami gangguan, bea dikembalikan sebesar 50% di stasiun. 3. Fungsi sarana KA ybs mengalami gangguan berupa penumpang dialihkan ke kelas. bea tiket dikembalikan sebesar di stasiun. Bentuk 241 B Ungkari angka dari kaimat yang akan dipergunakan Keterangan pada angka 1 hanya dapat diisi oleh Kepala Stasiun alas telegram dari Manager Angkutan nomor kereta yang mengatami gangguan... td no stempel stasiun I KS/Kdr Nama:. Nipp gambar 30 Surat Keterangan Tiket T. Suplisi Bentuk 240 Dokumen angkutan dengan sistem buku tembusan dimana pengisiannya dilakukan secara manual oleh petugas kondektur di atas Kereta Api. diberikan pada saat : 1. bagasi penumpang yang berat atau ukurannya melebihi ketentuan dan belum memiliki surat bagasi (Pasal 90) 2. penumpang hanya membawa bukti transaksi yang valid, diberikan suplisi tanpa bea (Pasal 100 ayat (7)) 3. penumpang berusia dibawah 10 (sepuluh tahun) bepergian dengan penumpang dewasa tidak memiliki tiket : a. Infant pertama dari satu penumpang dengan tarif dewasa, maka dikenakan suplisi tanpa bea dan tidak berhak atas tempat duduk; b. Infant kedua dari satu penumpang dengan tarif dewasa dikenakan suplisi sebesar 100% dari tarif dewasa dan tidak berhak atas tempat duduk; c. berusia 3 tahun sampai dengan 10 tahun dikenakan suplisi sebesar 100% dari tarif dewasa dan tidak berhak atas tempat duduk. Pasal 103 ayat (1) halaman 152

91 4. Penumpang dengan tiket reduksi tidak dapat menunjukan bukti identitas yang menunjukan hak reduksi suplisi 100%. (Pasal 101 ayat (2)) 5. Tiket penumpang hilang diatas Kereta api, sesuai dengan manifest dan telah terbit warta pelayanan angkutan tentang tiket hilang, diberikan suplisi tanpa bea. Pasal 103 ayat (3) 6 N ~ - KE RETA TIKET SUPLISl tanggal 20. Nama I nomor KA.. Kelas Pelayanan. dari Sta ke Sta melalui Sta. Penumpang mempunyai. id k. 2) Tiket 11 a mempunyai o kl. dari Sta ke Sta melalui Sta. Bea Rp. Keterangan Tuslah Rp. p memberitahu dulu Tambahan Rp. enumpang tidak memberitahu 2) Jumlah Rp 4) berat bagasi kg 3) (Terbilang.. I) Harus segera dibubuhi cap stasiun (tempat kedudukan Kdr.) 2) Corel yang tidak perlu 3) Isi berat sebenamya 4) Pendapatan suplisi 240 API PT. KERETA API INDONESIA I) (PERSERO) 7 gambar 31 Tiket Suplisi bentuk 240 a.n. DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIREKTUR UTAMA ttd EDI SUKMORO NIPP halaman 153

KEPUTUSANDIREKSI PT KERETAAPI INDONESIA (PERSERO) NOMOR: KEP. U/KB. 207/XII/1/KA-2016

KEPUTUSANDIREKSI PT KERETAAPI INDONESIA (PERSERO) NOMOR: KEP. U/KB. 207/XII/1/KA-2016 Nilai - Utama =..... P~anPrm;a --KERETA API KEPUTUSANDIREKSI PT KERETAAPI INDONESIA (PERSERO) NOMOR: KEP. U/KB. 207/XII/1/KA-2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN SERVICE RECOVERY ANGKUTANPENUMPANGKERETAAPI DIREKSI

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KERETA API PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor: HK.223A/II/1/KA-2015 Nomor: B/26A/II/2015 TENTANG PEMBERIAN TARIF REDUKSI TIKET

Lebih terperinci

2 2015, No.322 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publi

2 2015, No.322 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.322, 2015 KEMENHUB. Angkutan Orang. Kereta Api. Pelayanan Minimum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 48 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

Panduan Booking Tiket Kereta

Panduan Booking Tiket Kereta Panduan Booking Tiket Kereta 1. Login ke sistem https://transaksi.klikmbc.co.id/ 2. Klik submenu Kereta yang terletak di Homepage 3. Silahkan isi data: kota asal, kota tujuan, tanggal pergi dan jumlah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2015 KEMENHUB. Angkutan Udara Niaga. Keterlambatan Penerbangan. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 No.396, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. PNBP Ditjen AHU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 XXXX TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat No.57, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Lalu Lintas Kereta Api. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 Tahun 2017 TENTANG LALU LINTAS KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1571, 2014 KEMENHUB. Kereta Api. Angkutan Umum. Standar Pelayanan Minimum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 47 TAHUN 2014 TENTANG2

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.209, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahar

2016, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahar No.1937, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. PNBP. Pelayanan Jasa Hukum Ditjen AHU. Tata Cara. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 110 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 110 TAHUN 2017 TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 110 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API, PERJALANAN KERETA API

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

2012, No.118. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : PM.8 TAHUN 2012 Tanggal : 26 JANUARI Contoh 1. Nomor : Jakarta.

2012, No.118. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : PM.8 TAHUN 2012 Tanggal : 26 JANUARI Contoh 1. Nomor : Jakarta. 23 2012, No.118 Contoh 1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : PM.8 TAHUN 2012 Tanggal : 26 JANUARI 2012 --------------------------------------------------- Nomor : Jakarta Lampiran : Perihal

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN TAKSI DAN ANGKUTAN SEWA KHUSUS MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.337, 2014 KEMENHUB. Jaringan Pelayanan. Lintas Pelayanan. Perkeretaapian. Tata Cara. Penetapan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 9 TAHUN 2014

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 211, 2017 KEMENHUB. Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 9 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2 No.1052, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Visa Tinggal Terbatas. Permohonan dan Pemberian. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.315, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 276, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkatan Laut. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 4 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa penilai mempunyai

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 292, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkutan Udara. Dalam Negeri. Standar Pelayanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi sangat penting dan sangat diperlukan dalam kehidupan yang serba modern ini. Berdasarkan kepemilikan transportasi, transportasi dapat dibagi menjadi dua

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Menimbang : a. Bahwa pelayanan angkutan

Lebih terperinci

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.494, 2016 KEMENHUB. Angkutan Bermotor. Pencabutan. Orang. Kendaraan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 32 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.123, 2015 KEMENAKER. Izin Usaha. Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh. Pelayanan Satu Pintu. BKPM. Penerbitan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6

Lebih terperinci

, No.2007 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tamb

, No.2007 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2007, 2015 KEMENHUB. Tarif. Angkutan. Orang dengan Kereta Api. Perhitungan. Penetapan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 196 TAHUN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan (dibuat diatas kertas kop perusahaan) FORMULIR NOMOR III.PRO.24.A Nomor :, Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan Kepada Yth, sebagai Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif. Kepala Badan Pengawas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 210, 2017 KEMENHUB. Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 8 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PASPOR

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM No.288, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Notaris. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6156) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.04/2016 PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI MANAJER INVESTASI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.04/2016 PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI MANAJER INVESTASI Yth. 1. Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi; 2. Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia; dan 3. Asosiasi Manajer Investasi Indonesia, di tempat. SALINAN SURAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN. PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN. PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT mandiri PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT NOMOR : PJ. 02 TAHUN 2017 NOMOR : DIR.PKS/021/2016 Pada

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.05/2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.05/2015 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.05/2015 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN TUNJANGAN VETERAN, DANA KEHORMATAN VETERAN, DAN UANG DUKA VETERAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1135, 2017 KEMENKEU. Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PASPOR

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA PERDAGANGAN DENGAN SISTEM PENJUALAN LANGSUNG DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan telah mengatur

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN. PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN. PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG FASILITAS PEMBAYARAN PENGHASILAN PEGAWAI NOMOR: HK.201/1/4 BPSDMP-17

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

: PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG.

: PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13/M-DAG/PER/3/2006 T E N T A N G KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan iklim

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/M-DAG/PER/7/2017 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/M-DAG/PER/7/2017 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/M-DAG/PER/7/2017 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK 1 SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENDAFTARAN, PERIZINAN, DAN KELEMBAGAAN PENYELENGGARA LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2016 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5896). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR LELANG KOMODITAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PASAR LELANG TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan No.1213, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kegiatan Angkutan Udara Perintis dan Subsidi Angkutan Udara Kargo. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 79 TAHUN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1939, 2016 KEMENKUMHAM. PNBP Ditjen AHU. Sistem Pembayaran. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Pengesahan Badan Hukum. Perubahan Anggaran Dasar. Data. Perseroan Terbatas. Pengajuan. Tata Cara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Pengesahan Badan Hukum. Perubahan Anggaran Dasar. Data. Perseroan Terbatas. Pengajuan. Tata Cara. No.392, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Pengesahan Badan Hukum. Perubahan Anggaran Dasar. Data. Perseroan Terbatas. Pengajuan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.314, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 16 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lemb

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2016 KEMENKUMHAM. Badan Hukum. Pengajuan. Persetujuan Perubahan. Anggaran Dasar Perkumpulan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1955, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Dari Dan Ke Kapal. Bongkar Muat. Penyelenggaraan dan Pengusahaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 152 TAHUN

Lebih terperinci

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (Lembaran Ne

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (Lembaran Ne BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.114, 2016 KEMENKUMHAM. Yayasan. Pengajuan. Perubahan. Anggaran Dasar. Penyampaian Perubahan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERBITAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (Lembaran Negara Republik Indon

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (Lembaran Negara Republik Indon BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.106, 2016 KEMENHUB. Tarif. Angkutan Udara Niaga. Pelayanan Kelas Ekonomi. Batas Atas. Batas Bawah Penumpang. Formulasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO

BUKU PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO BUKU PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO Edisi Januari 2009 1 PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO Pendaftaran Uji Kompetensi Manajemen Risiko dapat dilakukan secara kolektif dari

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In No.1817, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bongkar Muat. Barang. Kapal. Penyelenggaraan. Pengusahaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ.01.10 TAHUN 1995 TENTANG TATACARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN, PENOLAKAN DAN GUGURNYA IZIN KEIMIGRASIAN I. PENDAHULUAN a. Maksud dan Tujuan.

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, T

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, T No.280, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Tunjangan. Dana Kehormatan. Uang Duka.Veteran. Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.05/2015 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta No.516, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek. Penyelenggaraan Angkutan Orang. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /POJK.04/2016 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2016 KEMHAN. Veteran. Tanda Kehormatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TANDA KEHORMATAN VETERAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.396, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Penjual. Agen. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5653) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega No.671, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelayanan Publik Kapal Perintis Milik Negara. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2017

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.AH.01.01 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM DAN PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN. PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN. PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG mand1r1 PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT NOMOR: HK.201/1/5 BPSDMP-17 NOMOR :

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1125, 2014 PPATK. Informasi Publik. Layanan. Standar. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.03/PPATK/07/14 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.6, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Angkutan Udara. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 5 TAHUN 2015 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN RANCANGAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang ; a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

2015, No terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 84/M-DAG/PER/12/2012 dan mengatur kembali ketentuan Angka Pengenal Importir; d. b

2015, No terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 84/M-DAG/PER/12/2012 dan mengatur kembali ketentuan Angka Pengenal Importir; d. b No.1516, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Importir. Angka Pengenal. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/M-DAG/PER/9/2015 TENTANG ANGKA PENGENAL IMPORTIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, KONSULTASI PUBLIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN PERUBAHAN DATA PERIZINAN, BIAYA IZIN, SISTEM STASIUN JARINGAN, DAN DAERAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

PERSYARATAN DAN KETENTUAN ANGKUTAN PENUMPANG KERETA API. Ketentuan Umum

PERSYARATAN DAN KETENTUAN ANGKUTAN PENUMPANG KERETA API. Ketentuan Umum PERSYARATAN DAN KETENTUAN ANGKUTAN PENUMPANG KERETA API Ketentuan Umum 6. Setiap penumpang wajib memiliki tiket yaitu dokumen angkutan yang sah berupa tiket komputer, tiket tercetak atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.116 /SEOJK.04/ TENTANG PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI WAKIL MANAJER INVESTASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.116 /SEOJK.04/ TENTANG PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI WAKIL MANAJER INVESTASI -1- Yth. Wakil Manajer Investasi di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.116 /SEOJK.04/2016.. TENTANG PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI WAKIL MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /SEOJK.04/2017 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.AH.01.01 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN BADAN HUKUM DAN PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA BLOKIR

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN CILACAP BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :a.bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan,

Lebih terperinci