Tabel 14. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tabel 14. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008"

Transkripsi

1 49 V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Kualitas Lingkungan TPST Bantargebang Kualitas Air Pengujian kualitas air meliputi kualitas air sumur, kualitas air sungai, dan kualitas air lindi. Hasil analisis kualitas air sumur sampai pada periode tahun 2008 dilihat bahwa ke-6 sumur di sekitar TPST ini masih belum tercemar dari bahan organik (BOD dan COD), nitrogen (amoniak, nitrat, dan nitrit) padat, dan sebagian logam berat karena masih di bawah ambang batas baku mutu, kecuali mercury, mangan. Bahan pencemar logam berat ini adalah zat pencemar yang berbahaya, karena bersifat toksik. Dalam hal ini, bila bereaksi dengan S yang terdapat dalam enzim akan mengakibatkan enzim menjadi tidak mobile. Disamping itu juga bisa mengendapkan senyawa fosfat biologis dan mengkatalisis penguraiannya (Ahadis, 2005). Tetapi sumur-sumur tersebut masih aman dari bakteri coliform, di mana hasilnya negatif. Parameter-parameter penting ini, menunjukkan adanya perbaikan kualitas air sumur di sekitar TPST, hal ini dapat diakibatkan semakin baiknya sistem pengelolaan sanitary landfill yang dilakukan. Kualitas air sumur di sekitar TPST cenderung asam, hal ini dapat terjadi karena pengaruh mineral-mineral bebas pada sampah dan juga adanya padatan terlarut dan tersuspensi yang masih terintrusi ke sumur-sumur di sekitar TPST. Tabel 14. Kualitas Air Sumur di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 Sumur/Paramater ph BOD 5 COD E. Coliform Hg Mg I 5.9* * 0.45* II 5.2* < III 5.9* < IV 4.8* < * V 5.8* < * VI 4.7* * BML mg/l 50 mg/l 50 Apm/100 ml mg/l 0.1 mg/l *Tidak Memenuhi

2 50 Nilai BOD menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroba aerobik untuk mengoksidasikan bahan organik dalam waktu lima hari pada temperatur 20 o C. Kualitas air sungai di sekitar TPST, baik untuk BOD dan COD sudah di atas baku mutu yang ditetapkan (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa air sungai sudah tercemar dari TPST, dimana hasil pelarutan bahan organik di landfill dapat meningkatkan nilai BOD pada sungai, ditambah bahan organik yang diuraikan oleh bakteri di dalam air sungai ( Diana,1992). Sedangkan nilai COD tinggi diakibatkan terjadinya akumulasi bahanbahan organik leachete yang masuk ke aliran sungai sekitar TPST, akibatnya bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi pada aliran sungai tercemar oleh COD (Diana, 1992). Hal yang sama juga terjadi pada keempat IPAS di TPST Bantargebang (Tabel 16). Air lindi (leachete) adalah bahan terlarut baik sebagai pencemar maupun kontaminan yang dibawa oleh proses pencucian air dan terbawa oleh infilttrasi dan perkolasi air sampah. Keadaan kualitas masing-masing IPAS dapat dilihat bahwa konsentrasi BOD dan COD inlet pada ketiga IPAS sudah tercemar, kecuali untuk IPAS IV kualitas inletnya sudah baik. Sedangkan untuk air Outlet di IPAS, nilai BOD keempat IPAS masih di bawah baku mutu, kecuali nilai COD-nya yang sudah melampaui angka baku mutu, kecuali IPAS II. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas pengolahan air IPAS masih belum maksimal, sehingga seharusnya belum layak untuk dialirkan ke sungai yang ada di sekitar TPST Bantargebang. Tabel 15. Kualitas Air Sungai di Sekitar TPST Bantargebang Tahun 2008 Sungai/Parameter ph BOD 5 COD Ciketing Udik Hulu * 53.59* Ciketing Udik Hilir * 53.59* Cimuning Hulu * * Cimuning Hilir * * Sungai di Kali Asem Udik Hilir * * Sungai di Pangkalan BML mg/l 25 mg/l *Tidak Memenuhi

3 51 Tabel 16. Kualitas Air Lindi di Masing-masing IPAS Tahun 2008 IPAS/Paramater ph BOD 5 COD NH 3 IPAS I-inlet * * * IPAS I-outlet * * * IPAS II-inlet * * 47.63* IPAS II-outlet * * 62.74* IPAS III-inlet * * * IPAS III-outlet * * 90.62* IPAS IV-inlet * * * IPAS IV-outlet 5.9* * * BML mg/l 100 mg/l 1 mg/l *Tidak Memenuhi Untuk kesemua IPAS kandungan amoniak bebas semua di atas baku mutu, ini berarti kandungannya telah melampaui persyaratan yang telah ditetapkan. Kandungan amoniak bebas di dalam leachete dihasilkan dari proses dekomposisi protein atau organik yang terdapat dalam timbunan sampah seperti reaksi berikut ini (Sawyer dan Carty, 1978): Protein (Organik N) + Bakteri NH Kualitas Tanah Unsur-unsur terkait dengan dampak penurunan kualitas tanah adalah kehadiran unsur-unsur logam seperti Hg, Cd,, Cr, Cu, Pb, Fe, Se, Zn, Ni, dan Co, dan juga kehadiran unsur-unsur organik seperti Nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) yang berasal dari pembusukan sampah. Untuk keenam lokasi yang dilakukan pengujian kualitas tanah masih cukup baik dalam arti belum tercemar dari 9 (sembilan) jenis logam berat yang dianalisis serta senyawa nitrit NO 2 dan nitrat NO 3. (Lihat lampiran 69 74). Menurut Dinas LH Kota Bekasi 2008, kehadiran unsur-unsur logam ini dan kedua senyawa nitrit dan nitrat dibawah ambang batas standar baku mutu menunjukkan bahwa kehadiran unsur-unsur ini bukan merupakan penyebab dampak penting di TPST Kualitas Udara Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa pada keseluruhan lokasi pengamatan/pengambilan sampel, untuk kesemua parameter kualitas udara masih bagus (di bawah ambang batas). Baik pada zona pembuangan sampah maupun di

4 52 luar zona TPST udara belum tercemar, kondisi udara masih baik. Kondisi udara yang masih baik di zona pembuangan sampah menunjukkan bahwa pelaksanaan penutupan sampah dengan tanah merah (cover soil) masih efektif untuk mengurangi pencemaran udara oleh gas yang diuji seperti gas metan CH4, gas H2S, NO2, NH3, SO2, Co dan HC yang merupakan gas yang berbahaya yang dapat menurunkan derajat kesehatan manusia. Penyebab lain juga dapat diakibatkan dampak penurunan kualitas udara dan bau, bersifat tidak permanen (tidak terus menerus) karena pengaruh sifat udara yang bergerak bebas ke segala arah dan akibat pengenceran volume oleh udara sekitarnya ( Dinas LH, Bekasi. 2008) Komponen Biologi Berdasarkan hasil pengukuran tanggal 27 November 2008, diperoleh keberadaan populasi lalat di TPST Bantargebang 0.8 ekor pergrill di Zona I, sedangkan di Zona III C populasi lalat 1.2 ekor pergrill. Dari data yang disajaikan pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa populasi lalat di sekitar bantargebang masih dibawah standar baku mutu. Tabel 17. Hasil Uji Populasi Lalat di Zona I dan Zona IIIC No Titik Sampling Waktu Baku Mutu Jumlah *) Sampling **) Keterangan 1 Zona I WIB M 2 Zona IIIC WIB M 5.2. Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat penting untuk diperhatikan, karena berhasil tidaknya TPST terpadu tergantung juga dari dukungan masyarakat (Royadi, 2006). Untuk mengetahui persepsi masyarakat dan keinginan warga tentang keberadaan TPST dan kondisi kesejahteraan masyarakat di sekitar TPST Bantargebang dilakukan PRA. Hasil PRA disajikan sebagai berikut: 1. Alasan masyarakat membuka usaha/bekerja di lingkungan TPST Bantargebang yaitu (A) untuk memenuhi kebutuhan hidup; (B) keterbatasan pilihan hidup; (C) karena menguntungkan.

5 53 Tabel 18. Alasan Responden Membuka Usaha di TPST Alasan Persentase (%) 1. Memenuhi kebutuhan hidup Keterbatasan pilihan hidup Menguntungkan Tidak Memberi Respons Permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan usaha lingkungan TPST yaitu (A) keberadaan TPST mengancam kelangsungan usaha; (B) kesulitan mendapatkan modal untuk mengembangkan atau memulai usaha; (C) penegakan peraturan yaitu lokasi penempatan gerobak di TPST merugikan pemulung, kesulitan dalam mendapatkan tempat berjualan, dan kesulitan dalam menertibkan pemulung di lapangan oleh satuan keamanan TPST; (D) persaingan yaitu persaingan antar pemilik lapak dalam memperoleh plastik bekas, persaingan antar pemulung; (E) kesehatan akibat kualitas tempat berusaha dan tempat tinggal yang buruk; (F): sarana/prasarana kebersihan kurang memadai menyulitkan pemulung menunaikan ibadah. Tabel 19. Masalah Utama yang Dihadapi dalam Berusaha di TPST Masalah Utama Persentase (%) 1. Keberadaan TPST Permodalan Peraturan di TPST serta penegakannya Persaingan Kesehatan Sarana dan prasarana kebersihan Tidak Memberi Respons Berdasarkan jawaban responden, upaya yang diharapkan supaya masalah tersebut bisa diatasi dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok jawaban yaitu (A) penyediaan modal/koperasi; (B) meniadakan fasilitas conveyor daur ulang plastik (C) pengaturan lokasi memulung dan penempatan roda yang berpihak pada pemulung dan pemberian lokasi berjualan (D) peningkatan komunikasi antara pengelola dan pemulung/warga dengan mendirikan pos pengaduan.

6 54 Tabel 20. Upaya yang diharapkan untuk Mengatasi Masalah Utama Bentuk Upaya Persentase (%) 1. Penyediaan modal/koperasi Meniadakan fasilitas Konveyor Peninjauan ulang peraturan Peningkatan komunikasi Tidak Memberi Respons Harapan terkait adanya pembangunan pembangkit tenaga listrik bertenaga metan di TPST Bantargebang, jawaban yang dikemukakan responden secara lisan: a) Keempat Kelurahan di sekitar TPST Bantargebang mendapatkan fasilitas listrik gratis b) Warga keempat Kelurahan menerima dana kompensasi dari keuntungan yang diterima pengelola c) Pembanguan penerangan jalan-jalan di kelurahan d) Menyerap tenaga kerja lokal e) Sampah yang digunakan sebagai bahan baku adalah sampah lama Dari empat pertanyaan yang diajukan diperoleh kesimpulan bahwa keberadaan TPST di Bantargebang mendatangkan manfaat ekonomi, namun kegiatan ekonomi mereka terhambat akibat penegakan peraturan di TPST dan kekurangan modal, untuk itu maka diperlukan peningkatan komunikasi antar pengelola dan warga serta pendirian fasilitas permodalan bagi warga Skenario Pengelolaan TPST Bantargebang Penyusunan skenario pengelolaan sampah di TPST Bantargebang dilakukan melalui FGD (Focus Group Discussion) yang melibatkan para stakeholder. Hasil FGD dihasilkan skenario pengelolaan TPST Bantargebang. Dalam menyusun skenario tersebut dipertimbangkan berbagai aspek pengelolaan yakni sosial, ekologi, ekonomi, dan teknologi. Aspek sosial yang perlu diperhatikan adalah: rembuk bersama antara pemulung, lapak, dan pengelola untuk merumuskan mekanisme kerjasama dalam bentuk kelembagaan sehingga dapat mendukung pengembangan TPST; meninjau ulang penggunaan CSR tunai agar jangan sampai mengurangi pembangunan fisik;

7 55 pembangunan sarana di TPST benar-benar menyerap tenaga kerja lokal; membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi pengelola CD tidak berbentuk uang tunai, tetapi sharing modal dengan masyarakat agar risiko dan manfaat diemban bersama; menampung aspirasi dari masyarakat sekitar dan menindaklanjutinya; pelaksanaan pengembangan TPST sesuai dengan kontrak dan jadwal; meningkatkan penjagaan keamanan terhadap seluruh fasilitas TPST. Aspek ekologi yang perlu diperhatikan adalah: desain teknologi modern yang ramah lingkungan dengan benar, mengawasi pembangunannya, dan berkomitmen terhadap SOP; meningkatkan pelayanan sumur artesis bagi masyarakat sekitar; optimasi IPAS untuk mengendalikan pencemaran air; pemeliharaan dan pengembangan buffer zone dan greenbelt; penyemprotan landfill dengan insektisida; pembenahan perumahan penduduk sekitar; perluasan dan pemanfaatan lahan TPST; penataan pemulung-pemulung yang mengotori wilayah dengan tindakan tegas supaya sisa hasil pulungan yang tidak bernilai dikembalikan ke TPST oleh pemulung bersangkutan; tetap melakukan UKL-UPL. Aspek ekonomi yang perlu diperhatikan adalah: mengoptimalkan semua unit pengolahan yang dapat memberikan keuntungan; membuka lapangan kerja; menyediakan sarana permodalan bagi para pemulung dan lapak. Aspek teknologi yang perlu diperhatikan adalah: menerapkan teknologi yang ramah lingkungan, memanfaatkan sampah secara optimal dan bermanfaat secara ekonomi. Optimasi pengelolaan lingkungan TPST dikelompokkan menjadi 2 aspek optimal yakni: (1) optimasi pemanfaatan sampah yang masuk ke TPST Bantargebang, (2) optimasi penggunaan lahan TPST serta peruntukannya dimana parameter yang diamati adalah kombinasi jumlah sampah yang diolah pada setiap teknologi pengolahan yang digunakan, serta luas lahan ( ruang ) yang optimal untuk setiap unit pengolahan sampah. 1. Optimasi pemanfaatan sampah Setiap hari terdapat ton sampah masuk ke TPST Bantargebang. Saat ini sampah tersebut ditimbun pada lokasi yang telah ditentukan (sanitary landfill), kemudian pemulung melakukan pengambilan secara bebas. Dalam proses

8 56 penumpukan sampah, penataan sampah ditumpukan landfill dilakukan dengan bantuan alat berat seperti excavator (back hoe) dan bulldozer, sehingga dapat mengancam keselamatan pemulung di sekitarnya. Sebaliknya aktivitas pemulung di area landfill ini juga mengganggu kegiatan alat berat dalam menata sampah. Sampah yang masuk ke TPST dapat digolongkan menjadi dua macam yakni sampah plastik dan non-plastik. Kedua jenis sampah ini dapat diolah melalui proses pemilahan untuk sampah plastic dan sampah non plastic (organic) dapat juga diolah menjadi pupuk kompos. Sampah yang diolah melalui pemilahan dapat diolah menggunakan teknologi Galfad, daur ulang plastik, maupun landfill non-organik. Setiap teknik pengolahan ini membutuhkan tenaga kerja yang bervariasi dan keuntungan ekonomi yang juga bervariasi. Teknologi Galfad akan menghasilkan energi listrik yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk berbagai kebutuhan listrik. Teknik landfill untuk diambil gas metannya berkaitan dengan program CDM (Clean Development Mecahanism). Dalam upaya mencapai pemanfaatan sampah yang optimal, dilakukan simulasi berbagai pemanfaatan sampah tersebut ke dalam empat teknologi pemanfaatan. Hasil simulasi disajikan sebagai berikut: Tabel 21. Rangkuman skenario pemanfaatan sampah di TPST Bantargebang No Skenario Galfad Kompos Pemanfaatan Sampah (Ton/hari) Daur ulang Landfill Campuran Structure Landfill Keterangan 1 Saat ini Tanpa Pengolahan 2 Skenario I Tanpa MRF 3 Skenario II Dengan MRF 4 Skenario III Kontrak Investor dengan Pemprov DKI 5 Skenario IV Alternatif Ket: MRF= Municipal Waste Receiving Facility Dampak dari setiap skenario tersebut pada dasarnya saling terkait. Peningkatan atau penurunan satu parameter akan berdampak terhadap beberapa

9 57 paramater lainnya dan selanjutnya akan berdampak terhadap kondisi TPST Bantargebang secara umum. Perkiraan dampak dari setiap skenario diasumsikan linear karena keterbatasan data dan informasi yang dimiliki. Matriks dampak skenario terhadap kondisi ekologi, ekonomi, dan sosial disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Matriks dampak skenario terhadap kondisi ekologi, ekonomi, dan sosial Skenario Kualitas Lalat Pendapatan Pengusaha Tenaga Kerja Konflik air Masyarakat 1 Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi 2 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi 3 Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang 4 Rendah Rendah Tinggi Sedang Tinggi Rendah 5 Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah 2. Optimasi pemanfaatan lahan Lahan TPST yang saat ini dimanfaatkan untuk penimbunan sampah sampah dengan teknik sanitary landfill seluas ha. Keseluruhan luasan area landfill ini dibagi menjadi lima zona di mana kelima zona ini merupakan zona zona pemnimbunan sampah. Pembagian luasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Sejak Desember 2008 area landfill bertambah seluas 2.3 ha (lahan enclave) dan saat ini sedang dalam tahap pembangunan konstruksi sanitary landfill dan direncanakan selesai Oktober Di samping digunakan sebagai tempat penimbunan sampah, di lahan ini juga terdapat 4 unit IPAS yaitu IPAS I seluas 17,680 m 2, IPAS II seluas 10,998 m 2, IPAS seluas III m 2, dan IPAS IV seluas m 2 (dapat dilihat pada Tabel 13). Optimasi pemanfaatan lahan dilakukan berdasarkan skenario pemanfaatan sampah optimal yang telah terpilih yakni kompos 1000 ton/hari, Galfad 2000 ton/hari, daur ulang plastik 1000 ton/hari, dan structure landfill 1000 ton/hari. Untuk memenuhi kebutuhan lahan dari berbagai pemanfaatan tersebut dilakukan analisis kebutuhan lahan dan ketersediaan lahan yang memungkinkan dan sesuai dengan pertuntukannya. Optimasi pemanfaatan lahan dilakukan melalui pembagian lahan berdasarkan kebutuhan setiap instalasi pengolahan disajikan pada Tabel 23.

10 58 Tabel 23. Kebutuhan Lahan untuk Setiap Fasilitas Pengolahan di TPST No Fasilitas Luas Lahan (m 2 ) Area Penerimaan Sampah Fasilitas Pemilahan Structured Landfill Cells Thermal Process 7 MW Fasilitas Daur Ulang Plastik Gas Engine 5 MW Bahan Baku untuk Thermal Process Unit Pencacah Unit Pengering Timbunan Sampah Tidak Dapat Didaur Ulang Timbunan Sampah Organik Fasilitas Pengomposan Container dan Gas Engine 2 x 7 MW Gudang Bengkel Area Penerimaan Sampah untuk Kompos Kolam Ikan 5, , , , , , , , , , , , , Luas Total 79, Total kebutuhan lahan yang diperlukan untuk fasilitas pengolahan sampah adalah seluas 79,861 m 2. Mengingat lahan yang tersedia di areal TPST Bantargebang terbatas, maka lahan seluas ini sudah optimal karena dapat menampung seluruh fasilitas pengolahan sampah yang akan dibangun. Pembagian lahan TPST dapat dilihat pada Gambar 19.

11 59

12 Strategi Implementasi Berdasarkan hasil FGD, analisis terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan TPST Bantargebang, analisis kualitas lingkungan, analisis kualitas sosial ekonomi, diperoleh alternatif dalam melakukan optimasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan di TPST sampah Bantargebang dengan memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhinya. Strategi implementasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan dilakukan dengan langkah-langkah strategis sebagai berikut: 1. Melakukan pemberdayaan masyarakat Kemandirian dan keberdayaan masyarakat merupakan prasyarat untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku dalam pengelolaan lingkungan hidup bersama dengan pemerintah dan pelaku pembangunan lainnya (Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997). Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Program pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan programprogram (1) dana beasiswa bagi siswa disekitar TPST; (2) dana perbaikan sarana umum seperti jalan lingkungan, drainase, dan lain lain; (3) perbaikan sarana sosial; (4) pengadaan prasarana umum; (5) bantuan modal usaha bagi usaha kecil; (6) koperasi di mana masyarakat sekitar dimungkinkan mendapat saham dalam koperasi untuk ikut serta dalam pengelolaan TPST. 2. Penanganan pemulung TPA liar dibuat oleh masyarakat secara ilegal di sekitar TPST utama, dengan sistem open dumping. TPA liar ditujukan untuk menguasai sampah secara pribadi untuk diambil bahan yang laku dijual, antara lain potongan besi, botol plastik, plastik, kayu, botol kaleng, karton, dan sebagainya. Sisa sampah umumnya dimusnahkan dengan cara dibakar. Sistem open dumping menimbulkan dampak pencemaran yang disebakan air lindi masuk ke dalam air tanah, asap, lalat dan bau.

13 61 TPA liar dipengaruhi oleh faktor yang kompleks, antara lain kerjasama pemulung dan sopir truk sampah, kebutuhan pasar, tuntutan pemulung dan sebagainya. Untuk itu pengendalian TPA liar tidak semata-mata menyangkut faktor teknis, juga menyangkut aspek sosial ekonomi. Keterlibatan pemulung dalam pengelolaan sampah, dapat berperan ganda, secara langsung dapat mensejahterakan pemulung melalui penjualan sampah yang dipungut dari TPST, dan secara tidak langsung mereka telah melakukan daur ulang terhadap sampah anorganik yang sulit diuraikan oleh mikroba, misalnya plastik, logam, besi, alumunium, kaleng dan lain sebagainya. Pengumpulan sampah oleh pemulung menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan terutama aspek estetikanya, dan menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat sekitar lokasi TPST sampah. Penanganan pemulung dapat dilakukan dengan program-program: (1) membentuk forum pemulung; (2) memberikan pelayanan kesehatan bagi para pemulung; (3) memberikan pengetahuan tentang masalah-masalah sampah; (4) menempatkan pemulung pada lokasi yang aman dari alat berat dengan membagi mereka menjadi berapa kelompok dan menempatkannya pada zona-zona yang disediakan dan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengumpulkan sampah-sampah yang dianggap bermanfaat; (5) menata tempat tinggal pemulung. 3. Mendirikan dan membina koperasi untuk pemulung. Hasil PRA menunjukkkan bahwa alasan masyarakat membuka usaha ataupun bekerja di lingkungan TPST adalah alasan ekonomi di mana salah satu masalah utama yang dihadapi adalah masalah permodalan. Sedangkan hasil FGD menunjukkan bahwa salah satu langkah strategis yang diusulkan para stakeholder dalam pengelolaan TPST adalah membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi pengelola di mana CD tidak berbentuk uang tunai, tetapi sharing modal dengan masarakat agar risiko dan manfaat diemban bersama, maka untuk mencapai optimasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan di TPST Bantargebang perlu dibentuk usaha bersama dalam bentuk koperasi. Koperasi ini sebaiknya dibentuk dengan tujuan untuk diperolehnya pemecahan masalah yang saling menguntungkan atau win win solution. Tahapan

14 62 yang harus dilakukan adalah investor menyampaikan konsep pembentukan koperasi ini kepada para stakeholder untuk dapat diimplementasikan secara bersama-sama. Masalah yang peka dalam pembentukan koperasi ini adalah masalah peran dan share sehingga masalah ini harus menjadi perhatian utama. Dengan terbentuknya koperasi ini diharapkan pengelolaan TPST Batargebang akan dapat melibatkan peran serta masyarakat yang mengarah kepada konsep keberlanjutan. 4. Menjadikan TPST sebuah industri yang mengarah ke profit center TPST menjadi problem solver yang akan menghasilkan lapangan kerja dan produk-produk yang bermanfaat dan menguntungkan seperti pupuk organik/kompos, biji plastik dan produk-produk turunan plastik lainnya, gas, dan listrik. 5. Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana eksisting Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana eksisting dapat dilakukan dengan (1) optimasi zona-zona yang ada; (2) perbaikan dan peningkatan pengoperasian IPAS; (3) perbaikan jalan kerja; (4) perbaikan drainase; (5) perbaikan jembatan timbang; (6) perbaikan jaringan penerangan; (7) perbaikan pagar pengaman (sekeliling TPST); (8) pemeliharaan dan pengembangan buffer zone dan greenbelt; (9) Penyemprotan landfill dengan insektisida. 6. Pembangunan sarana dan prasarana yang baru Prasarana dan sarana baru yang akan dikembangkan dimaksudkan untuk memperpanjang usia pakai TPST dan meningkatkan pengelolaan sampah serta pengendalian dampak lingkungan dan sosial. Prasarana dan sarana tersebut dirancang secara terpadu dan saling mendukung untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Semua aktivitas pengelolaan ini dapat diikutkan dalam program Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) atau CDM (Clean Development Mechanism). Prasarana dan sarana baru yang akan dibangun adalah:

15 63 a. Fasilitas pengomposan Pengomposan yang beroperasi sejak tahun 2004 dan saat ini dapat mengolah sampah organik sebanyak 200 ton/hari dengan produksi kompos ratarata 40 ton/hari. Kapasitas pengomposan akan ditingkatkan menjadi 1000 ton/hari sampah kota atau 550 ton/hari sampah organik (terpilah) dengan kebutuhan lahan 10.5 Ha. Komponen utama yang akan dibangun terdiri dari tempat penerimaan sampah (waste receiving area), bangunan pencampuran (mixing pile), bangunan windrows, bangunan pencacahan dan pengayakan, bangunan penyimpanan sementara, peralatan pengemasan (packaging). SAMPAH KOTA 1000 TON/HARI Waste Receiving Area Pemilahan Non Organik Organik Pile Campuran (Bio Activator) Pemilahan Daur Ulang Plastik Proses Fermentasi (Aerobic) Pemilahan Daur Ulang Kayu Material Kasar Proses Pengeringan Kompos Pemilahan Daur Ulang Logam Pencacahan dan Halus Pengayakan Residu Material Halus Kompos Sanitary Landfill Gambar 20. Diagram Alir Pengomposan

16 64 Proses pengomposan yang dilakukan adalah dengan metode aerobic (open windrows) dengan mekanisme pemilahan, pencacahan, pembalikan, pengayakan, penyimpanan sementara dan pengemasan (packaging), dan sistem tersebut dikembangkan dengan cara menyuntikkan mikro organisme (bio activator). Kompos yang dihasilkan dari proses pengomposan tersebut berupa kompos serbuk (powder), granul, dan organic soil treatment (OST) dengan kualitas yang telah bersertifikat uji perlakuan dan efektivitas kompos. b. Fasilitas Daur Ulang Fasilitas daur ulang yang akan dibangun adalah fasilitas daur ulang plastik yang terdiri dari unit pencucian, pencacahan (crushing), dan pemrosesan biji plastik (pelet). Bahan daur ulang plastik berasal dari 3 unit bangunan pemilahan (sorting plant) yang akan dibangun. Perkiraan kapasitas daur ulang plastik adalah 100 ton plastik/hari. Gambar 21. Diagram Alir Proses Pemilahan

17 65 Sampah plastik hasil pemilahan diolah pada fasilitas daur ulang plastik. Plastik hasil pemilahan terlebih dahulu dibersihkan pada bak pencucian yang kemudian dikeringkan. Setelah plastik bersih dan kering kemudian dipilah sesuai dengan jenis-jenis plastik, palstik yang dapat diaur ulang dicacah dan dimasukkan kemesin pengolah plastik yang menghasilkan pelet plastik, sedangkan plastik yang tidak dapat didaur ulang dikemas untuk dijual Gambar 22. Diagram Alir Daur Ulang Plastik

18 66 c. Pembangunan Pembangkit Listrik (Power Plant) Pembangkit listrik (power plant) yang akan dibangun terdiri dari 2 jenis yang dihasilkan dari pemanfaatan gas methan dari sanitary landfill dan panas dari pirolysis. Power plant untuk pirolysis akan menghasilkan listrik sebesar 7 MW, yang komponen utamanya terdiri dari boiler, turbin dan generator set. Power Plant untuk gas metan menghasilkan listrik sebesar 19 MW, yang komponen utamanya terdiri dari fuel skid, gas engine, transformator. 7. GALFAD Metode pengolahan sampah GALFAD adalah pengolahan sampah yang dilaksanakan secara terpadu yang meliputi gasification (pyrolysis), land fill gas, anaerobic digestion. Jenis-jenis sampah yang dapat diolah pada fasilitas GALFAD adalah sampah rumah sakit, sampah kering, ban bekas, sampah pasar dan sampah kota. Proses kerja GALFAD adalah (1) Pemisahan sampah sesuai jenisnya; (2) Sampah daur ulang dipisahkan; (3) Sampah kering ke proses Pyrolysis/Gasification; (4) Sampah basah ke Structure Landfill Cell; (5) Kompos hasil Proses Structure Landfill Cell dikeringkan, dimanfaatkan sebagai pupuk sisanya dimasukan dalam Pyrolysis/Gasification; (6) Biogas dan Syn-gas menjadi listrik.

19 67 Gambar 23. Diagram Alir Proses GALFAD Fasilitas GALFAD yang akan dibangun terdiri atas: a. Bangunan Pemilahan Bangunan pemilahan akan dibangun untuk memilah sampah yang akan diproses lebih lanjut di instalasi pirolysis dan structure landfill cells. Kapasitas pemilahan adalah sebesar 1000 ton/hari. b. Gasification (Pirolysis) Gasification adalah proses konversi sampah non organik dan organik kering menjadi gas melalui suatu proses pemanasan tertutup (pirolysis). Gas yang diproduksi adalah karbon monoksida, methan dan hidrogen. Sebesar 85% energi yang didapat dari gas maupun energi panas dimanfaatkan menjadi listrik. Sisa limbah padat dari proses ini hanya 6% dari volume awal dapat digunakan untuk pembuatan bata. Kapasitas pengolahan pirolysis adalah sebesar 290 ton/hari sampah kering. Sampah yang dapat digunakan dalam proses gasification adalah sampah plastik, sampah kayu, sampah karton, kompos hasil proses anaerobik digestion, sampah organik kering.

20 68 Gambar 24. Diagram Alir Gasification (Pirolysis) c. Structure Landfill Cells Structure Landfill Cells adalah fasilitas pengolahan sampah organik yang terbuat dari bak beton besar, dimana terjadi proses biologi untuk merubah bahan organik menjadi gas yang bisa digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Sampah ditampung dalam bak sampah besar m 3 (20m x 58m x 12m), kemudian ditutup dengan membran dan diberi sirkulasi air sehingga terjadi proses fermentasi yang menghasilkan gas. Materi organik dipecah untuk menghasilkan metan dan karbon dioksida, berlangsung dilingkungan basah dan hampa udara. Volume sampah menyusut 40% setelah melalui proses ini dan merupakan Kompos. Sampah yang akan diproses di dalam structure landfill cells adalah sampah organik seperti sampah pasar, sampah buah dan sayur, sampah restauran, sampah kebun, sampah organik basah.

21 69 8. Mekanisme pembangunan bersih (CDM/Clean Development Mechanism) CDM Merupakan salah satu upaya dunia untuk mengurangi emisi yang dapat menyebabkan efek gas rumah kaca Proyek Waste to Energy dapat dikategorikan sebagai proyek yang memenuhi kriteria dan kualifikasi sebagai proyek CDM. Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses registrasi sebagai proyek CDM di UNFCCC adalah 12 bulan Harga dari CER (Certified Emission Reduction) berfluktuasi dari waktu ke waktu, namun memiliki kecenderungan untuk terus meningkat. Prosedur applikasi proyek CDM dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 25. Tahapan CDM (Clean Development Mechanism)

22 70 9. Pembangunan prasarana pendukung seperti pencucian armada angkutan sampah dan kantin Fasilitas pencucian armada angkutan sampah perlu diadakan untuk menjamin faktor kebersihan fasilitas jalan yang dilalui oleh armada. Armada harus dicuci setiap kali meninggalkan TPST. Oleh karena itu perlu dibuat suatu peraturan bagi pengelola armada angkutan untuk mewajibkan setiap armada mencuci armada sebelum meniggalkan TPST untuk dapat dibuat sanksi bagi yang melanggarnya. Fasilitas kantin yang bersih dan higienis perlu dibangun sebagai pelengkap fasilitas di TPST Bantargebang untuk menjamin ketersedian makanan yang higienis bagi para karyawan dan para pekerja yang terlibat di dalam pengelolaan TPST Bantargebang termasuk para sopir, kenek, dan kru armda angkutan sampah. 10. Pengoperasian sanitary landfill sesuai dengan standard operation procedure Pengoperasian sanitary landfill harus dilaksanakan mengikuti standard operation procedure (SOP) yang telah ditetapkan, dengan kegiatan sebagai berikut penimbangan sampah, pembongkaran sampah, penyebaran sampah, pemadatan sampah, penutupan tanah (cover soil), pemasangan ventilasi, pengolahan air lindi, penghijauan kawasan green belt di seluruh kawasan TPST. 11. Pembangun Integrated Zone Dalam kawasan pabrik pengolahan sampah organik menjadi kompos akan dibangun pusat percobaan pembibitan dan perbanyakan tanaman, perikanan, peternakan, arena bermain anak-anak seperti outbond, dan pusat pendidikan pengolahan sampah terpadu.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota dapat menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Salah satu efek negatif tersebut adalah masalah lingkungan hidup yang disebabkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di TPST Sampah Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, yang meliputi tiga kelurahan,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perusahaan Nama Perusahaan : PT. GODANG TUA JAYA. Alamat Perusahaan - Kantor Pusat : Jl.Berlian no.35, RT 001/011 Cawang Atas, Kel. Bidara Cina, Jakarta Timur. Telp : (021)

Lebih terperinci

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK 6.1. Pewadahan Sampah Pewadahan individual Perumahan Cipinang Elok pada umumnya dibagi menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK TUGAS SANITASI MASYARAKAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK Disusun Oleh : KELOMPOK Andre Barudi Hasbi Pradana Sahid Akbar Adi Gadang Giolding Hotma L L2J008005 L2J008014 L2J008053 L2J008078

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SAMPAH MENJADI TENAGA LISTRIK

PEMANFAATAN SAMPAH MENJADI TENAGA LISTRIK PEMANFAATAN SAMPAH MENJADI TENAGA LISTRIK Sebuah Study pada Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Bantar Gebang, Bekasi-Jawa Barat Oleh : Ahmad Khulaemi *) ABSTRAK Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bantar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang mempunyai areal seluas 108 ha. Luas areal kerja efektif kurang lebih 69 ha yang dibagi dalam lima zona, masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 27 Ha di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Administrasi Daerah studi adalah TPST Bantar Gebang yang berada 4 km dari pusat kota Jakarta, dan 2 km dari perbatasan kota Jakarta-Bekasi serta 2 km dari

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sebagai sebuah kota besar yang juga berfungsi sebagai Ibukota Negara dan berbagai pusat kegiatan lainnya Jakarta sudah seharusnya menyediakan segala sarana dan

Lebih terperinci

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan TPST Piyungan Bantul I. Pendahuluan A. Latar belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dan kemegahan zaman mempengaruhi gaya hidup manusia ke dalam gaya hidup yang konsumtif dan serba instan. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sekarang ini sudah menjadi penarik tersendiri bagi penduduk luar Kota Yogyakarta dengan adanya segala perkembangan di dalamnya. Keadaan tersebut memberikan

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK 7.1. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah Total timbulan sampah yang diangkut dari Perumahan Cipinang Elok memiliki volume rata-rata

Lebih terperinci

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR 6.1. Pengelolaan Sampah Pasar Aktivitas ekonomi pasar secara umum merupakan bertemunya penjual dan pembeli yang terlibat dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR OLEH ELGA MARDIA BP. 07174025 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG Pengolahan Sampah Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember 2017 PENDAHULUAN Latar Belakang: Penanganan sampah/problem tentang sampah khususnya di daerah perkotaan belum bisa teratasi

Lebih terperinci

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT SONNY SAPUTRA 3305100076 PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT Latar Belakang Kecamatan Gedangan yang berlokasi di Sidoarjo Jawa Timur merupakan kecamatan yang padat penduduknya. dengan penduduk lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Masalah sampah sebagai hasil aktivitas manusia di daerah perkotaan memberikan tekanan yang besar terhadap lingkungan, terutama

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi

Lebih terperinci

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI Spectra Nomor 18 Volume IX Juli 2011: 26-35 PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI Filosovia Titis Sari Hardianto Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November

Lebih terperinci

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian Mulai Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Analisis Kondisi Aktual Menentukan stakeholder sistem Kondisi Saat Ini Menentukan kebutuhan stakeholder sistem Ya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP 36 PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP 37 EKSPOSE P1 ADIPURA TAHUN 2017 / 2018 21 38 39 KOORDINASI PENYAMBUTAN PENGHARGAAN TENTANG LINGKUNGAN HIDUP Merupakan kegiatan untuk memberikan apresiasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi Lay out TPST A A B ke TPA 1 2 3 B 14 10 11 12 13 4 Pipa Lindi 18 15 9 8 18 7 5 19 16 17 18 1) Area penerima 2) Area pemilahan 3) Area pemilahan plastik 4) Area pencacah s.basah 5) Area pengomposan 6) Area

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR VISI DAN MISI VISI Meningkatkan Kebersihan dan Keindahan Kota Denpasar Yang Kreatif dan Berwawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tchobanoglous dkk. ( 1993) sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus mendapat penanganan dan pengolahan sehingga tidak menimbulkan dampak yang membahayakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN SISTEM SANITARY LANDFILL DI TPA PECUK KABUPATEN INDRAMAYU

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN SISTEM SANITARY LANDFILL DI TPA PECUK KABUPATEN INDRAMAYU PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN SISTEM SANITARY LANDFILL DI TPA PECUK KABUPATEN INDRAMAYU Oleh: Hamdani Abdulgani Sipil Fakultas Teknik Universitas Wiralodra Indramayu ABSTRAK Tempat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan kota. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang semakin meningkat secara

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan semakin meningkat akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia. Hal ini menyebabkan aktivitas manusia dari waktu ke waktu terus bertambah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah memicu berbagai pertumbuhan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 LAMPIRAN III UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Pasal 1 (1.1) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017 PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017 AKTIVITAS MANUSIA PRODUK SISA/SAMPAH/ LIMBAH PEMILAHAN LAIN-LAIN PLASTIK ORGANIK 3

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA Lampiran IV : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 01 Tahun 2009 Tanggal : 02 Februari 2009 KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA NILAI Sangat I PERMUKIMAN 1. Menengah

Lebih terperinci

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1) Pengelolaan Sampah Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1) perubahan populasi, 2) perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat WASTE-TO-ENERGY Usaha penanggulangan sampah, baik dari rumah tangga/penduduk, industri, rumah

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK Joko Widodo dan Yulinah Trihadiningrum Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP - ITS Surabaya ABSTRAK Pembuangan akhir sampah yang

Lebih terperinci

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang TUGAS AKHIR 108 Periode Agustus Desember 2009 Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang Oleh : PINGKAN DIAS L L2B00519O Dosen Pembimbing : Ir. Abdul Malik, MSA Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. Namun dalam pemanfaatannya, manusia cenderung melakukan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan TPA Bakung kota Bandar Lampung masih belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, karena belum adanya salahsatu komponen dari

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Sampah Dipilah. Dipilah kemudian dibuang (%)

Tabel 1.1. Sampah Dipilah. Dipilah kemudian dibuang (%) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Fenomena Sampah Di Indonesia Permasalahan sampah merupakan masalah yang berkepanjangan dan belum terselesaikan dengan baik di berbagai daerah di Indonesia. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK Karakteristik limbah ternak dipengaruhi : a. unit produksi: padat, semipadat, cair b. Kandang : Lantai keras : terakumulasi diatas lantai kelembaban

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK KARAKTERISTIK LIMBAH KARAKTERISTIK LIMBAH Karakteristik limbah ternak dipengaruhi : a. unit produksi: padat, semipadat, cair b. Kandang : Lantai keras : terakumulasi diatas lantai kelembaban dan konsistensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Di Indonesia saat ini sampah kota yang disebut sebagai municipal solid waste atau MSW masih belum diolah secara Terpadu. Standar

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA بسم هللا الرحمن الرحيم TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA Tugas Pengolahan Limbah dan Sampah David Aprilansyah Kurniawaty (1205015060) Siti Khodijah Fahrizal Teknik Pengolahan Limbah Cair

Lebih terperinci

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) Penempatan Pengolahan Air Limbah 1. Pengolahan sistem terpusat (off site) 2. Pengolahan sistem di tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik MAKALAH PROGRAM PPM Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP.19720202 200501 2 001 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena

Lebih terperinci

KPBU PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI ENERGI LISTRIK

KPBU PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI ENERGI LISTRIK KPBU PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI ENERGI LISTRIK 1 Pengelolaan Akhir Sampah untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan dan Menjadikan Sampah sebagai Sumber Energi Listrik Baru & Terbarukan

Lebih terperinci

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU ISSN 2085-0050 ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU Subardi Bali, Abu Hanifah Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau e-mail:

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 % BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang semakin meningkat pada setiap tahunnya.berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2015),

Lebih terperinci

BAB II PILOT PLANT IPAL LINDI TPA

BAB II PILOT PLANT IPAL LINDI TPA BAB II PILOT PLANT IPAL LINDI TPA 2.1. Latar Belakang Saat ini pengelolaan sampah di Indonesia khususnya sampah domestik sebagian besar menggunakan sistem Tempat Pembuangan Akhir (TPA) open dumping. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Selama ini sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Selama ini sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pengelolaan sampah di Indonesia masih mengalami berbagai kendala dikarenakan jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota metropolitan di beberapa negara berkembang telah menimbulkan permasalahan dalam hal pengelolaan sampah (Petrick, 1984). Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sampah di Kota Bandung merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Sebagai kota besar, jumlah penduduk Kota Bandung semakin bertambah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah persampahan kota hampir selalu timbul sebagai akibat dari tingkat kemampuan pengelolaan sampah yang lebih rendah dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung Cianjur merupakan satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat Oleh: Thia Zakiyah Oktiviarni (3308100026) Dosen Pembimbing IDAA Warmadewanthi, ST., MT., PhD Latar

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI Waste-to-energy (WTE) merupakan konsep pemanfaatan sampah menjadi sumber energi. Teknologi WTE itu sendiri sudah dikenal di dunia sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan

Lebih terperinci