PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 39 TAHUN 2002 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 39 TAHUN 2002 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HILIR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 106 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan mengenai Desa yang kemudian disebut dengan Kepenghuluan dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Tahun1999 Nomor 3839); 2. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3902); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan lembaran Negara Nomor 3952); 4. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 1999 tentang penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau sebutan lain; 5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1999 tentang Pencabutan beberapa Peraturan Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Instruksi Menteri Dalam Negeri mengenai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pemerintah Desa; 6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang Petunjuk pelaksanaan dan penyesuan peristilahan dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Peraturan MengenaiDesa; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Peraturan mengenai Kelurahan; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Nomor 5 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pemilihan, pengangkatan dan atau pemberhentian perangkat kepenghuluan.

2 Dengan Persetujuan Bersama: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: a) Daerah adalah Daerah Kabupaten Rokan Hilir; b) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir; c) Kepala Daerah adalah Bupati Rokan Hilir; d) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Kabupaten Rokan Hilir; e) Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten f) Lurah adalah Kepala Kelurahan; g) Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dan / daerah kota di bawah Kecamatan; h) Penghulu/Pejabat Penghulu adalah seorang Pejabat yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang untuk melaksanakan hak wewenang dan kewajiban penghulu dalam kurun waktu tertentu; i) Kepenghuluan adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul atau adat setiadat setempat yang diakui dalam system Pemerintahan Nasional berada di daerah; j) Rukun Tetangga selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyarwarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintah dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Kepenghuluan dan Kelurahan; k) Rukun Warga selanjutnya disingkat RW adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Kepenghuluan dan Kelurahan. BAB II TUGAS DAN FUNGSI Pasal 2 Dikepenghuluan dan KElurahan dapat di bentuk RT dan RW sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ditetapkan oleh Penghulu dan Lurah. BAB III

3 RUKUN TETANGGA Pasal 3 RT mempunyai tugas : (1) Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggung jawab Pemerintah; (2) Memelihara Kerukunan hidup warga; (3) Menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni mayarakat. Pasal 4 Dalam melaksanakan tugasnya RT mempunyai fungsi : (1) Pengkoordinasian antar warga; (2) Pelaksanaan dalam menyembatani hubungan antar sesama anggota masyarakat dan pemerintah; (3) Penanganan masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi warga. RW mempunyai tugas : BAB IV RUKUN WARGA Pasal 5 (1) Menggerakkan swadaya gotong royong dan partisipai masyarakat di wilayahnya (2) Membantu kelancaran dalam bidang pembangunan di kepenghuluan dan kelurahan Pasal 6 (1) Pengkoordinasian pelaksanaan tugas RT di wilayahnya; (2) Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar RT dan antar masyarakat dengan pemerintah. BAB V KEANGGOTAAN Pasal 7 (1) Anggota Rukun Tetangga adalah penduduk setempat yang terdaftar pada kartu keluarga yang diwakili oleh Kepala Keluarga; (2) Anggota Rukun Warga adalah Rukun Tetangga yang diwakili oleh Pengurus Tetangga. Pasal 8 (1) Setiap Rukun Tetangga terdiri sekurang-kurangnya 30(tiga puluh) Kepala Keluarga untuk kepenghuluan dan 50 (lima puluh) Kepala Keluarga untuk kelurahan (2) Setiap Rukun Warga terdiri sekurangkurangnya 3 (tiga) Rukun Tetangga untuk Kepenghuluan dan 4 (empat) Rukun Tetangga untuk Kelurahan BAB VI PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

4 Pasal 9 (1) Pembentukan Rukun Tetangga dimusyawarahkan oleh Kepala Dusun/KEpala Lingkungan dengan Kepala Keluarga setempat; (2) Pembentukan Rukun Warga dimusyawarahkan oleh Penghulu/lurah dengan Rukun Tetangga setempat; (3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dikukuhkan dengan keputusan Penghulu / Lurah; (4) Keputusan Penghulu / lurah sebagaimana dimaksud ayat (3) baru berlaku setelah mendapat pengesahan dari Camat Pasal 10 (1) Anggota Rukun Tetangga dan Rukun Warga mempunyai hak sebagai berikut : a. Mengajukan usul dan pendapat dalam musyawarah Rukun Tetangga dan Rukun Warga; b. Memilih dan dipilih sebagai pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga kecuali yang berstatus warga Negara asing. (2) Anggota Rukun Tetangga dan Rukun Warga mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Turut serta secara aktif melaksanakan hal-hal yang menjadi tugas pokok Rukun Tetangga dan Rukun Warga; b. Turut serta secara aktif melaksanakan keputusan musyawarah Rukun Tetangga dan Rukun Warga. BAB VII KEPENGURUSAN Pasal 11 (1) Pengurus Rukun Tetangga terdiri dari : a. Ketua b. Sekretaris c. Bendahara d. Beberapa orang pembantu sesuai kebutuhan (2) Pengurus Rukun Warga terdiri dari : a. Ketua b. Sekretaris c. Bendahara d. Seksi-seksi e. Beberapa orang pembantu sesuai kebutuhan Pasal 12 Yang dapat dipilih menjadi PEngurus Tetangga atau Rukun Warga adalah penduduk setempat warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai berikut : (1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (2) Setia dan taat pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (3) Setia dan taat kepada Negara Kesatuan republic Indonesia dan Pemerintah yang sah (4) Berkelakuan baik, jujur, adil, cerdas dan bewibawa (5) Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan mengkhianati Negara KEsatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

5 (6) Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan PEngadilan yang mempunyai kekuatan hokum tetap (7) Sehat Jasmani dan Rohani (8) Dapat MEmbaca dan menulis aksara latin (9) Mengenal lingkungannya dan dikenal oleh masyarakat di lingkungan (10) Telah berusia 25 tahun atau sudah menikah dan pernah kawin (11) Tidak Pernahdihukum penjara karena melakukan tindak pidana (12) BErsedia dicalonkan menjadi kepengurusan RUkun Tetangga dan Rukun Warga Pasal 13 Masa bakti kepengurusan Rukun Tetangga dan Rukun Warga untuk 1 (satu) periode adalah 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal disyahkan oleh Camat dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) nperiode berikutnya. Pasal 14 Pengurus Rukun TEtangga dan Rukun Warga berhenti sebelum habis masa baktinya dalam hal : a. Meninggal dunia b. Atas permintaan sendiri c. MElalkukan tindakan yang menghilangkan kepercayaan masyarakat kepenghuluan/kelurahan terhadap kepemimpinannya sebagai pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga d. Tidak lagi memenuhi salah satu syarat yang dicantumkan pada Pasal 12 PEraturan Daerah ini e. Pindah tempat tinggal dari lingkungan Rukun Tetangga atau Rukun Warga yang bersangkutan f. Tidak berdomisili di lingkungan Rukun TEtangga dan RUkun Warga yang bersangkutan g. MEninggalkan lingkungan RUkun Tetangga dan Rukun Warga yang bersangkutan selama 3 (tiga) bulan secara berturut-turut tanpa ada yang jelas h. Sebab-sebab lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan atau norma-norma kehidupan masyarakat setempat Pasal 15 (1) Sebelum berakhir masa bakti atau pemberhentian / penggantian RUkun Tetangga, KEpala Dusun / Kepala lingkungan berkewajiban memberitahukan kepada anggota tentang pemberhentian / penggantian pengurus dan melaporkannya Penghulu/Lurah; (2) Sebelum berakhir masa bakti atu pemberhentian/penggantian Rukun Warga,penghulu / lurah berkewajiban memberitahukan kepada anggota tentang pemberhentian / penggantian pengurus dan melaporkannya kepada Camat BAB VIII MUSYAWARAH ANGGOTA

6 Pasal 16 (1) Musyawarah Rukun Tetangga dan Rukun Warga merupakan wadah permusyawaratan anggota dalam menentukan dan memutuskan program diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali (2) Musyawarah dimaksud berfungsi untuk : a. Memilih pengurus b. Menentukan dan memutuskan program kerja c. Menerima dan mengesahkan pertanggungjawaban pengurus (3) Musyawarah Rukun Tetangga dan Rukun Warga dinyatakan sah dan dapat menetapkan suatu keputusan apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah anggota (4) Apabila tidak tercapai jumlah anggota sebagaimana dimaksud ayat (3) selama dua kali berturut-turut, maka musyawarah berikutnya dianggap sah dan dapat menetapkan suatu Keputusan setelah mendengar pertimbangan dari PEnghul/Lurah BAB IX KEUANGAN Pasal 17 (1) Keuangan Rukun Tetangga dan Rukun Warga dapat diperoleh dari : a. Bantuan Pemerintah Desa b. Bantuan Pemerintah Kabupaten/Kota c. Bantuan Pemerintah Propinsi d. Bantuan Pemerintah e. Bantuan dan sumbangan yang tidak mengikat dan usah-usaha lain yang sah (2) Pengelolaan keuangan yang diperoleh dari sumber dimaksud ayat (1) dibukukan secara tertib dan teratur serta dilaporkan setiap tahun dalam musyawarah anggota BAB X PEMBINAAN Pasal 18 Camat Penghulu/LUrah melaksanakan pembinaan terhadap organisasi Rukun Tetangga dan Rukun Warga untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 Pengurus Rukun Tetangga dan PEngurus Rukun Warga yang sudah ada pada saat berlakunya PEraturan Daerah ini, tetap melaksanaakan tugas dan fungsinya sebagaimana mestinya sampai dengan dibentuknya Rukun Tetangga dan Rukun Warga Peraturan Daerah ini. Pasal 20 Dengan berlakunya PEraturan Daerah ini, maka semua PEraturan Perundangundangan yang mengatur mengenai pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun Warga dan ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku. BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 21

7 Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah Pasal 22 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Rokan Hilir. Ditetapkan di Bagansiapiapi pada tanggal 26 Desember 2002 BUPATI ROKAN HILIR, Diundangkan di Bagansiapiapi pada tanggal 27 Desember 2002 SEKRETARIS DAERAH, dto H.THAMRIN HASYIM dto H.ASRUL M. NOOR Pembina Utama Muda Nip LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2002 SERI D NOMOR 05

8 PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 39 TAHUN 2002 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA I. U M U M Dengan semangat demokrasi, pemberdayaan masyarakat dan otonomi daerah sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah berupaya melakukan perbaikan dan penataan kelembagaan masyarakat. Salah satu perbaikan mendasar yang terkait langsung dengan pemberdayaan masyarakat adalah ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 1999 tentang Penataan lembaga ketahanan masyarakat desa atau sebutan lain. Rukun Tetangga (RT) yang merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat ditempat dan Rukun Warga (RW) dibentuk melalui musyawarah. pengurus RT di wilayah kerjanya yang menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat baik dibidang pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ayat (3) Mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat baik berupa moril (pemikiran gagasan usul dan saran)maupun materil (dana, barang dan tenaga) Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11

9 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22