LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 3, TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

Transkripsi

1 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 3, TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa untuk memantapkan penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan secara berdaya guna dan berhasil guna perlu dibina dan dilestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan dalam meningkatkan pelayanan masyarakat dan kesejahteraan bersama; b. bahwa sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tentang Pedoman Pembentukan, Tata Cara Pemilihan Pengurus, Hak dan Kewajiban, Tugas dan Fungsi, Masa Bakti, Syarat-syarat Menjadi Pengurus, Musyawarah Anggota, Keuangan dan Kekayaan LKMD atau Sebutan Lain, RT atau Sebutan Lain dan RW atau Sebutan Lain diatur melalui Peraturan Daerah Kabupaten untuk dituangkan dalam Peraturan Desa, dan bagi LKMD atau sebutan lain, RT atau sebutan lain, dan RW atau sebutan lain di Kelurahan diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; c. bahwa sehubungan dengan maksud pada huruf a dan huruf b diatas ditetapkan Pedoman Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan dan Rukun Tetangga di Kelurahan dengan Peraturan Daerah Kota Dumai. 17

2 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia; 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999, tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan Bentuk Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 1999); 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Sebutan Lain; Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Dumai; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Dumai; 3. Walikota adalah Walikota Dumai; 18

3 4. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah Kota Dumai; 5. Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. 6. Camat adalah Kepala Kecamatan; 7. Lurah adalah Kepala Kelurahan; 8. Lembaga Kemasyarakatan adalah Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang merupakan mitra Pemerintah Kelurahan dalam mensukseskan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan, keamanan, dan ketertiban antara lain : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan dan Rukun Tetangga; 9. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, selanjutnya disebut LPMK adalah wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi masyarakat di bidang pembangunan; 10. Keputusan Kepala Kelurahan adalah semua keputusan yang merupakan pelaksanaan dari kebijakan pemerintah atasannya dan kebijakan kepala kelurahan yang menyangkut Pemerintahan dan pembangunan di kelurahan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan umum maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku; 11. Rukun Tetangga adalah organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotong royongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di kelurahan; 12. Penduduk adalah setiap orang baik warga Negara Republik Indonesia maupun orang asing yang bertempat tinggal tetap di dalam wilayah rukun tetangga yang bersangkutan yang tercatat pada Kartu Keluarga; 13. Kepala Keluarga adalah penanggung jawab anggota keluarga yang secara administratif terdaftar dalam kartu keluarga; 14. Swadaya masyarakat adalah kemampuan dari suatu kelompok masyarakat dengan kesadaran dan inisiatif sendiri mengadakan ikhtiar kearah pemenuhan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang yang dirasakan dalam kelompok masyarakat itu; 15. Gotong royong adalah bentuk kerja sama yang spontan dan sudah melembaga serta mengandung unsur-unsur timbal balik yang bersifat sukarela antara warga kelurahan dan atau antara warga kelurahan dengan pemerintah kelurahan untuk memenuhi kebutuhan kelurahan yang insidentil maupun kelangsungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bersama baik materil maupun sprituil. 19

4 BAB II NAMA LEMBAGA KEMASYARAKATAN Pasal 2 (1) Di tingkat Kelurahan dibentuk Lembaga-lembaga kamasyarakatan Kelurahan yaitu: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), dan Rukun Tetangga (RT) yang diarahkan untuk memberdayakan masyarakat. (2) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LKMD) dan Rukun Tetangga (RT) adalah organisasi masyarakat di Kelurahan yang diakui dan dibina oleh Pemerintah Daerah. (3) Selain dari lembaga sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2), dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. BAB III LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) Bagian Pertama Pembentukan Pasal 3 LPMK dibentuk oleh Masyarakat Kelurahan Setempat. Pasal 4 Pengangkatan anggota pengurus LPMK dipilih secara demokratis dari dan oleh anggota masyarakat yang terdiri dari tokoh masyarakat setempat antara lain Ketua RT, pemuka adat, agama, pendidik/cendikiawan, organisasi kepemudaan dan wanita serta unsur-unsur lain yang memiliki kemauan, kemampuan, dan kepedulian dalam memberdayakan masyarakat. Bagian Kedua Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 5 LPMK berkedudukan sebagai mitra kerja Pemerintahan Kelurahan di bidang perencanaan pembangunan, menggerakkan partisipasi masyarakat secara aktif dan positif untuk melaksanakan dan mengendalikan pembangunan secara terpadu baik yang berasal dari berbagai kegiatan Pemerintahan maupun swadaya gotongroyong masyarakat dan menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat dalam menciptakan keamanan dan ketertiban. 20

5 Pasal 6 LMPK mempunyai tugas : a. Menyusun rencana pembangunan yang partisipatif, didasarkan azas musyawarah; b. Menggerakkan dan meningkatkan prakarsa dan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan secara terpadu, baik berasal dari Lembaga Kegiatan Pemerintah maupun swadaya gotong royong masyarakat; c. Melaksanakan dan mengendalikan pembangunan; d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pemerintah Kelurahan dan Pemerintah atasannya dalam rangka membantu Pemerintah Kelurahan untuk menciptakan Pemberdayaan Kelurahan yang mantap. Pasal 7 Dalam melaksanakan tugasnya LPMK mempunyai fungsi : a. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan serta keamanan dan ketertiban masyarakat Kelurahan; b. Pengkoordinasian perencanaan pembangunan; c. Pengkoordinasian perencanaan lembaga kemasyarakatan; d. Penggalian dan pemanfaatan sumber daya kelembagaan untuk pembangunan Kelurahan; e. Sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dan masyarakat serta antara warga masyarakat itu sendiri; f. Perencanaan kegiatan pembangunan secara partisipatif dan terpadu untuk menciptakan Pemberdayaan Kelurahan yang mantap; g. Melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh Pemerintah Kelurahan dan Pemerintah atasannya dalam rangka membantu Pemerintah Kelurahan. Bagian Ketiga Susunan Pengurus Pasal 8 (1) Susunan pengurus LPMK, terdiri dari : a. Pembina; b. Ketua; c. Wakil Ketua; d. Sekretaris; e. Bendahara; 21

6 f. Seksi-seksi : - Seksi Agama dan Adat; - Seksi Linmas dan Politik; - Seksi Pendidikan dan Pelatihan; - Seksi Ekonomi; - Seksi Kesehatan, Kependudukan, KB, dan Lingkungan Hidup; - Seksi Kesejahteraan Sosial, Sarana dan Prasarana; - Seksi Kesenian, Pemuda dan Olah Raga; (2) Jumlah seksi-seksi disesuaikan dengan kebutuhan dan dipimpin oleh seorang Ketua Seksi serta dibantu beberapa anggota. (3) Ketua LPMK tidak boleh dijabat oleh Lurah maupun Perangkat Kelurahan. (4) Susunan keanggotaan Pembina sebagaimana dimaksud Pasal (1) angka 1 terdiri dari Camat, Lurah, serta unsur-unsur lain yang dianggap perlu. Pasal 9 (1) Ketua mempunyai tugas : a. Sebagai pimpinan dan penanggung jawab LPMK; b. Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan LPMK; c. Secara khusus melaksanakan koordinasi terhadap seksi-seksi; d. Membina kader pembangunan kelurahan sebagai tenaga penggerak pembangunan yang dinamis. (2) Wakil Ketua mempunyai tugas : a. Membantu Ketua dalam memimpin dan mengendalikan LPMK; b. Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh Ketua; c. Melaksanakan tugas dan fungsi ketua apabila ketua berhalangan. (3) Sekretaris mempunyai tugas : a. Membantu Ketua dalam menyelenggarakan administrasi surat menyurat, kearsipan, pendataan, penyusunan laporan dan pelayanan; b. Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh ketua. (4) Bendahara mempunyai tugas : a. Menyelenggarakan administrasi keuangan termasuk benda-benda bergerak atau tidak bergerak dan penyimpanan uang; b. Menyelenggarakan pembukuan dan penyusunan laporan keuangan; c. Mengadakan pencatatan swadaya gotong-royong masyarakat dan pembangunan yang dinilai dengan uang. (5) Seksi-seksi mempunyai tugas : a. Memimpin dan mengendalikan seksi masing-masing; b. Menyusun rencana, menyelenggarakan kegiatan dan pengawasan terhadap kegiatan bidang masing-masing; 22

7 c. Melakukan koordinasi dengan seksi-seksi lain demi terwujudnya keserasian pelaksanaan pembangunan; d. Mengadakan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan dengan menyusun laporan secara berkala; Bagian Keempat Syarat-syarat Anggota Pengurus Pasal 10 Syarat-syarat sebagai pengurus LPMK adalah sebagai berikut : a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-undand Dasar1945; c. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian kepada masyarakat; d. Sebagai penduduk Kelurahan dan bertempat tinggal tetap; e. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerja dan membangun; f. Tidak pernah dihukum dengan ancaman pidana maksimal 5 (lima) tahun penjara; g. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Putusan Pengadilan yang mempunyai Kekuatan Hukum Tetap; h. Sehat jasmani dan rohani. Bagian Kelima Tata Cara Pembentukan dan Pemberhentian Pengurus Pasal 11 (1) Calon Anggota pengurus diajukan melalui musyawarah oleh dan dari masingmasing anggota masyarakat; (2) Pemilihan anggota pengurus LPMK dilakukan secara musyawarah dalam rapat yang diselenggarakan khusus untuk itu, apabila jalan musyawarah tidak membuahkan hasil, dilakukan pemungutan suara; (3) Nama-nama calon pengurus terpilih diajukan kepada Lurah untuk diterbitkan Keputusan Camat yang tembusannya disampaikan kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk; (4) Kelurahan ditetapkan selama 4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali. Pasal 12 Anggota pengurus berhenti/diberhentikan karena : a. Meninggal dunia; b. Mengundurkan diri; c. Pindah tempat tinggal dan menjadi penduduk desa/kelurahan lain; d. Berakhirnya masa baktinya; e. Tidak memenuhi syarat-syarat sebagai anggota pengurus; f. Melanggar peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. 23

8 Bagian Keenam Hak, Wewenang dan Kewajiban Pasal 13 (1) Hak dan wewenang LPMK : a. Turut berperan serta dalam merencanakan program pembangunan di Kelurahan; b. Turut berperan serta dalam melaksanakan kegiatan program pembangunan di Kelurahan; c. Turut berperan serta dalam pengawasan kegiatan program pembangunan di Kelurahan; d. Turut berperan serta dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. (2) Kewajiban LPMK adalah : a. Bersama-sama dengan Pemerintah Kelurahan menyelenggarakan Musyawarah Pembangunan (Musbang) Kelurahan; b. Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Pemerintah Kelurahan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun; c. Kepengurusan LPMK bertanggung jawab kepada Pemerintah Kelurahan. Bagian Ketujuh Tata Kerja Pasal 14 Dalam melaksanakan tugasnya setiap LPMK wajib melaksanakan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkup lembaga yang bersangkutan maupun dengan lembaga lainnya di Kelurahan. BAB IV RUKUN TETANGGA Bagian Pertama Pembentukan Pasal 15 Di Kelurahan dapat dibentuk Lembaga Rukun Tetangga sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ditetapkan oleh Kelurahan. Pasal 16 (1) Pembentukan dari lembaga Rukun Tetangga dimusyawarahkan/dimufakatkan oleh Kepala Kelurahan dengan masyarakat setempat dengan memperhatikan aspek. 24

9 (2) Hasil musyawarah/mufakat sebagaimana dimaksud ayat (1) dikukuhkan dengan Keputusan Kepala Kelurahan. (3) Keputusan sebagaimana dimaksud ayat (2) baru berlaku setelah mendapat pengesahan dari Camat atas nama Walikota. Pasal 17 Maksud Pembentukan Rukun Tetangga : a. Memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotong royongan dan kekeluargaan; b. Meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pasal 18 Tujuan Pembentukan Rukun Tetangga : Menghimpun seluruh potensi swadaya masyarakat dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagian Kedua Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 19 Lembaga Rukun tetangga adalah lembaga masyarakat yang diakui serta mendapat pembinaan dari Pemeritah. Pasal 20 (1) Rukun Tetangga berkedudukan sebagai wadah masyarakat dalam lingkup Kelurahan yang diakui dan dibina oleh pemerintah dan dipimpin oleh seorang Ketua; (2) Ketua Rukun Tetangga bertanggung jawab kepada anggota masyarakat dilingkungannya. Pasal 21 Rukun Tetangga dibentuk dengan memperhatikan: a. Jumlah Kepala Keluarga b. Luas Lingkungan Kerja c. Jangkauan Pelayanan d. Jangkauan Pengawasan 25

10 Pasal 22 Rukun Tetangga mempunyai tugas : a. Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggung jawab Pemerintah; b. Memelihara kerukunan hidup warga; c. Menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; d. Turut serta menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban di lingkungannya; e. Menggerakkan swadaya, gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya; f. Membantu meyebarluaskan dan mengamankan setiap program pemerintah; g. Membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan di bidang pembangunan kelurahan; h. Membuat laporan tertulis mengenai program kerja Rukun Tetangga sekurangkurangnya 1 (satu) tahun sekali yang disampaikan dalam rapat anggota; i. Melaporkan hal-hal yang terjadi dalam masyarakat yang dianggap perlu mendapat penyelesaian oleh pemerintah kepada Kepala Kelurahan. Pasal 23 Dalam melaksanakan tugasnya, Rukun tetangga mempunyai fungsi: a. Pengkoordinasian antar warga b. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar sesama anggota masyarakat dengan Pemerintah; c. Penanganan masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapai warga; d. Penanaman dan pemupukan rasa persaudaraan dan kebersamaan antar sesama warga. Bagian Ketiga Kelembagaan/Wadah Pasal 24 Rukun Tetangga dipimpin oleh seorang Ketua dan bila dipandang perlu Ketua dapat menunjuk anggota untuk membantu pelaksanaan tugas. Pasal 25 (1) Rukun Tetangga sesuai dimaksud Pasal 24 dipilih dari dan oleh anggota dalam musyawarah anggota yang diselenggarakan khusus untuk itu. (2) Ketua Tukun Tetangga terpilih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan berdasarkan hasil notulen musyawarah anggota dan disahkan oleh Kepala Kelurahan. 26

11 (3) Periode masa bakti Ketua Rukun Tetangga ditetapkan selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal pengesahan oleh Lurah. (4) Dalam hal Ketua Rukun Tetangga telah habis masa periodenya atau berhenti sebelum masa periodenya, Kepala Kelurahan meminta Ketua LPMK selaku ketua panitia segera melaksanakan pemilihan kembali. Pasal 26 Untuk dapat dipilih menjadi Ketua Rukun Tetangga sesuai dimaksud Pasal 24 adalah penduduk Warga Negara Indonesia yang menjadi anggota Rukun Tetangga yang memenuhi syarat sebagai berikut: a. Warga Negara Indonesia; b. Telah berusia 17 tahun ke atas atau pernah kawin; c. Yang bertakwa kepadatuhan Yang Maha Esa; d. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945; e. Setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah; f. Berkelakuan baik, jujur, adil, cerdas dan berwibawa; g. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam suatu kegiatan yang menghianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, seperti G 30 S/PKI, dan atau kegiatan-kegiatan organisasi terlarang lainnya; h. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan pasti; i. Sehat jasmani dan rohani; j. Dapat membaca dan menulis aksara latin; k. Telah bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dengan tidak terputus-putus dan terdaftar di Kartu Keluarga. Pasal 27 Pemilihan Ketua Rukun Tetangga dilaksanakan oleh suatu panitia yang terdiri dari : a. Ketua LPMK sebagai ketua; b. Anggota masyarakat sebagai sekretaris; c. Beberapa orang anggota yang ditentukan oleh Ketua bila dipandang perlu. Pasal 28 (1) Periode kepemimpinan Ketua Rukun Tetangga adalah 3 (tiga) tahun terhitung penetapan hasil pemilihan dan dapat dipilih kembali untuk masa bakti berikutnya. (2) Dalam hal Ketua Rukun Tetangga berhenti sebelum habis masa periode sebagaimana dimaksud ayat (1) maka dilakukan pemilihan kembali dalam musyawarah anggota dan Ketua terpilih menjalankan sisa masa periode tersebut. 27

12 Pasal 29 Ketua Rukun Tetangga dapat diganti atau berhenti sebelum habis masa baktinya dalam hal : a. Meninggal dunia; b. Atas permintaan sendiri; c. Melakukan tindakan yang menghilangkan kepercayaan penduduk Kelurahan terhadap kepemimpinannya sebagai ketua Lingkungan; d. Tidak lagi memenuhi salah satu syarat yang ditentukan dalam Pasal 26; e. Pindah tempat tinggal dari lingkungan yang bersangkutan; f. Sebab-sebab lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan atau norma-norma kehidupan masyarakat. Pasal 30 Setiap berakhirnya masa baktinya Ketua Rukun Tetangga atau pemberhentian/ penggantian sebelum habis masa baktinya, Ketua Rukun Tetangga berkewajiban memberitahukan kepada anggota tentang pemberhentian/penggantiannya dan melaporkannya kepada Kepala Kelurahan. Bagian Keempat Kepengurusan Pasal 31 (1) Bila dipandang perlu Ketua Rukun Tetangga dapat menujuk anggota untuk membantu pelaksanaan tugas, dengan memperhatikan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26. (2) Anggota dipilih dan diangkat oleh Ketua dengan surat Keputusan Ketua Rukun Tetangga. (3) Masa bakti anggota sama dengan masa bakti ketua. BAB V MUSYAWARAH ANGGOTA Pasal 32 (1) Musyawarah Rukun Tetangga merupakan wadah permusyawaratan dan pemufakatan anggota dalam lingkungannya. (2) Musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1) berfungsi untuk : a. Memilih Ketua Rukun Tetangga; b. Menentukan dan merumuskan program kerja; 28

13 c. Menerima dan mengesahkan pertanggungjawaban Ketua Rukun Tetangga; d. Menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam Rukun Tetangga tersebut. (1) Musyawarah Rukun Tetangga untuk menentukan dan merumuskan program diadakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun. (2) Musyawarah Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud ayat (1) dinyatakan sah dan dapat menentukan suatu keputusan apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah anggota atau kepala Keluarga. (3) Apabila tidak tercapai jumlah anggota sebagaimana dimaksud ayat (4) selama 2 (dua) kali berturut-turut maka musyawarah berikutnya dianggap sah dan dapat menetapkan suatu keputusan setelah mendengar pertimbagan Lurah. (4) Keputusan musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan berdasarkan musyawarah/mufakat. (5) Keputusan musyawarah anggota dituangkan notulen rapat anggota. BAB VI KEUANGAN Pasal 33 (1) Keuangan Rukun Tetangga dapat diperolah dari sumbangan yang tidak mengikat, usaha-usaha lain yang sah dan bantuan lainnya yang sah. (2) Pengelolaan keuangan yang dapat diperolah dari sumber sebagaimana dimaksud ayat (1) diadministrasikan secara tertib dan teratur serta membuat laporan tertulis sebagaimana dimaksud Pasal 22 huruf h. BAB VII PEMBINAAN Pasal 34 Instansi terkait, Camat dan Kepala Kelurahan melaksanakan pembinaan terhadap Rukun Tetangga untuk mencapai daya guna yang sebesar-besarnya. 29

14 BAB VIII HUBUNGAN KERJA Pasal 35 (1)Hubungan LPMK dengan Pemerintah Kelurahan adalah bentuk kerjasama menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat guna melaksanakan pembangunan partisipatif dan berkelanjutan. (2)Hubungan LPMK dengan lembaga atau organisasi kemasyarakatan lainnya, d a n Rukun Tetangga bersifat konsultatif dan kerjasama yang saling mendukung. (3)Hubungan LPMK antar Kelurahan bersifat kerjasama dan saling membantu setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah Kelurahan. BAB IX SUMBER DANA Pasal 36 Sumber dana LPMK, dan Rukun Tetangga dapat diperoleh dari : a. Bantuan Pemerintah Kota Dumai; b. Bantuan Pemerintah Propinsi Riau; c. Bantuan Pemerintah, dan; d. Bantuan lainnya yang sah. BAB X FASILITAS Pasal 37 Pemerintah, Pemerintah Propinsi Riau, dan Pemerintah Daerah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya LPMK dan Rukun Tetangga melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supersi. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 38 (1)Lembaga kemasyarakatan di Kelurahan yang sudah ada dan berperan pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini seperti LKMD, RW dan RT tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana mestinya sampai dengan dibentuknya LPMK dan Rukun Tetangga baru atau melebur menurut Peraturan Daerah ini. 30

15 (2) LPMK dan Rukun Tetangga pada masing-masing Kelurahan harus sudah terbentuk dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak ditetapkannya Peraturan Daerah ini. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 39 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka ketentuan yang mengatur mengenai LKMD, Rukun Tetangga, Rukun Warga dan ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku. (2) Rukun Tetangga dan Rukun Warga dan kepengurusannya yang sudah ada pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan dibentuk kembali menurut Peraturan Daerah ini. Pasal 40 Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaan, akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota. Pasal 41 Peraturan Darah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Dumai. Ditetapkan di Dumai pada tanggal 7 Februari 2004 WALIKOTA DUMAI, Cap/dto Diundangkan di Dumai pada tanggal 9 Februari 2004 Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI, H. WAN SYAMSIR YUS Cap/dto Drs. H. ZULKIFLI, AS PEMBINA TK. I NIP LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2004 NOMOR 1 SERI D 31

16 I. PENJELASAN UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN LPMK, Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagai suatu Lembaga Kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang di Kelurahan sangatlah penting dan vital untuk membantu tugas-tugas Lurah, Kecamatan dan Pemerintah Kota di bidang sosial kemasyarakatan dan pembanguan, karena dengan keberadaan lembaga ini dapat menyelesaikan banyak persoalan-persoalan yang terjadi di tengah masyarakat, disebabkan segala aktifitas masyarakat dan pembangunan Kelurahan berpangkal dan bertitik tolak dari pada LPMK, Rukun Tetangga dan Rukun Warga. Gambaran sebagaimana diatas akan semakin kompleks bila dikaitkan dengan tugas-tugas titipan Pemerintah Kota baik dengan bidang Pembangunan Kemasyarakatan seperti turut merencanakan dan melaksanakan pembangunan ditiap-tiap lingkungan, sarana ibadah maupun fasilitas umum, dan dalam bidang Kependudukan seperti pencatatan penduduk komposisi jenis kelamin, usia penduduk yang keluar masuk dalam wilayah serta bantuan dukungan ketentraman dan ketertiban. Hal ini memberi kesan betapa pentingnya peran lembaga ini sebagai lembaga masyarakat di satu sisi dan pembantu Pemerintah dengan melaksanakan tugas-tugas titpan dari Pemerintah Kota yang dilaksanakan oleh mereka. Hal tersebut sejalan dan diatur dalam Pasal 3,4, 5, 6 dan 7 Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001, dimana terhadap Lembaga Kemasyarakatan dalam menjalankan tugasnya dalam bidang pembangunan kemasyarakatan dalam menjalankan tugasnya dalam bidang pembangunan kemasyarakatan dan kependudukan dipertegas dan diperjelas dengan Peraturan Daerah, karena Pemerintah Kota berkeinginan agar keberadaan Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan tetap wujud. Sejalan dengan keinginan tersebut maka dilakukan pengkajian, dirumuskan dan disusun pedoman sebagai dasar pembentukan sebuah lembaga yang selanjutnya disebut Lingkungan sebagai peleburan dari Lembaga Rukun Tetangga dan Rukun Warga. 32

17 Tujuan peleburan dimaksud adalah sebagai upaya untuk lebih memberdayakan dan memperankan lembaga tersebut sebagai Lembaga kemasyarakatan yang mampu memberi warna dan norma bagi masyarakat kota dalam hidup bermasyarakat yang sadar dan taat hukum, paham dan dapat mengembangkan hak serta kewajibannya dengan baik sehingga keberadaannya ditengah-tengah masyarakat dapat lebih berarti dan dirasakan keberadaannya. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 33

18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Agar dapat berperan secara optimal setiap Rukun Tetangga diupayakan beranggotakan sekurang-kurangnya terdiri dari : a. Sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) Kepala Keluarga untuk wilayah Kelurahan dengan penduduk jarang; b. Sekurang-kurangnya 100 (seratus) Kepala Keluarga untuk wilayah Kelurahan berpenduduk padat. Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Ketua Rukun Tetangga ditetapkan berdasarkan hasil notulen rapat pemilihan yang diadakan khusus untuk itu dan disahkan oleh Lurah dan dapat dipilih kembali untuk periode seterusnya sepanjang memenuhi syarat untuk dipilih sebagai Ketua Rukun Tetangga. Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Ayat (1) Ayat (2) Periode kepemimpinan Ketua Rukun Tetangga ditetapkan 3 (tiga) tahun dan dalam hal terjadi penggantian Ketua Rukun Tetangga dalam masa periode tersebut, pejabat pengganti melanjutkan sisa waktu dari periode dimaksud, sisa periode tersebut sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun. Apabila kurang dari masa itu Lurah dapat menunjuk pelaksanaan tugas. Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 34

19 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 35