BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gangguan skizofrenia sebagai dementia praecox. Istilah ini diambil dari bahasa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gangguan skizofrenia sebagai dementia praecox. Istilah ini diambil dari bahasa"

Transkripsi

1 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Skizofrenia Kraepelin ( ) salah seorang bapak psikiatri moderen, menyebutkan gangguan skizofrenia sebagai dementia praecox. Istilah ini diambil dari bahasa Latin dementis yang berarti di luar ( de- ) jiwa seseorang (mens), dan akae yang membentuk kata precocious, berarti sebelum atau tingkat atau kematangan dari seseorang. Kreplin meyakini bahwa dementia praecox adalah sebuah proses penyakit yang disebabkan oleh patologi yang spesifik, meskipun tidak diketahui di dalam tubuh. Sindrom ini dimulai pada masa awal kehidupan, dan proses yang terjadi sering sekali menghasilkan disintegrasi dari kepribadian yang menyeluruh (Krapelin, 1913). Deskripsi Kraepelin tentang dementia praecox meliputi bentukbentuk perilaku seperti waham, halusinasi dan perilaku motorik yang aneh. Pada tahun 1911, Psikiater Swiss Eugen Bleuler ( ) mengganti nama dementia praecox menjadi skizofrenia, yang berasal dari kata Yunani schistos yang berarti terpotong atau terpecah, dan phren berarti otak. Bleuler memfokuskan karakteristik utama dari sindrom yaitu terpisahnya fungsi otak yang memperngaruhi kognisi, respon perasaan atau respon afektif dan tingkah laku atau psikomotor. Meskipun akar bahasa Yunani dari skizofrenia berarti otak yang terbelah, skizofrenia tidak diartikan sebagai gangguan identitas atau gangguan kepribadian ganda oleh masyarakat awam. 7

2 16 Meskipun Bleuler menerima penjelasan Kraepelin tentang simtom skizofrenia namun terdapat perbedaan antara penjelasan Kraepelin dan Bleuler, dimana Kraepelin mengatakan bahwa skizofrenia harus bermula sejak masa kanak-kanak. Dalam kehidupan seseorang dan tanpa terelakkan menjadi semakin memburuk. Bleuler mengemukakan bahwa perkembangan skizofrenia lebih bervariasi dan belum tentu dimulai saat masih dalam masa kanak-kanak. Sementara menurut Nevid, dkk (2003), skizofrenia merupakan gangguan psikotik kronis yang ditandai oleh episode akut yang mencakup kondisi terputus dengan kenyataan sesungguhnya dan ditampilkan dengan ciri-ciri seperti waham, halusinasi, pikiran tidak logis, pembicaraan yang tidak koheren, dan perilaku yang aneh. Menurut Maslim (2013) dalam buku Panduan Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III skizofrenia merupakan sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya Penyebab Skizofrenia Hingga saat ini banyak orang beranggapan bahwa penyebab gangguan mental merupakan akibat dari dosa-dosa yang diperbuat manusia itu sendiri semasa hidupnya, karena itu jika masyarakat bertemu orang dengan gangguan mental mereka akan merasa takut dan akan langsung menjauhi orang tersebut serta keluarganya. Semakin banyak muncul prasangka, ketakutan, ketakhayulan dan anggapan misterius mengenai penyakit tersebut dari masyarakat.

3 17 Oleh sebab belum ditemukannya secara pasti penyebab dari skizofrenia maka para ahli berpendapat dan menemukan beberapa faktor penyebab skizofrenia. Adapun faktor-faktor penyebab skizofrenia sebagai berikut : 1. Faktor biologis yaitu faktor gen yang melibatkan skizofrenia, obat-obatan, anak keturunan dari ibu skizofrenia, anak kembar yang identik. 2. Faktor psikologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pikiran, keyakinan, pendapat yang salah, ketidakmampuan membina, mempertahankan hubungan sosial, adanya delusi dan halusinasi abnormal dan gangguan afektif. 3. Faktor lingkungan yaitu pola asuh yang cenderung memunculkan gejala skizofrenia, adopsi keluarga skizofrenia dan tuntutan hidup yang tinggi pada penderita skizofrenia. 4. Faktor organis yaitu adanya perubahan atau kerusakan pada sistem syaraf sentral dan juga terdapat gangguan-gangguan pada sistem syaraf sentral, terdapat gangguan-gangguan pada sistem kelenjar adrenalin dan piluitari yaitu kelenjar yang berada dibawah otak manusia. Semua gangguan tadi menyebabkan degenerasi pada energi fisik dan mentalnya. (Julianan & Nengah, 2013). Sedangkan Lumbantobing (2007) menyebutkan bahwa faktor penyebab skizofrenia bersifat multiple. Diantara faktor multiple tersebut antara lain : 1) Herediter atau genetik, dan 2) Gangguan anatomikdi otak.

4 Ciri-ciri Skizofrenia Adapun ciri-ciri klinis utama skizofrenia yang diadaptasi dari SDM-IV-TR adalah sebagai berikut dimana dua atau lebih dari hal-hal berikut harus muncul dalam porsi yang signifikan selama munculnya penyakit dalam waktu 1 bulan : 1) Waham / delusi, 2) Halusinasi, 3) Pembicaraan yang tidak koheren, 4) Perilaku tidak terorganisasi atau katatonik, dan 5) afek datar. Fungsi pada hubungan sosial, pekerjaan atau perawatan diri selama perjalanan penyakit secara nyata berada di bawah tingkatan yang dapat dicapai sebelum munculnya gangguan. Apabila gangguan muncul pada masa kanak-kanak atau remaja, terdapat suatu kegagalan untuk mencapai tingkat perkembangan sosial yang diharapkan dimasa yang akan datang. Tanda-tanda gangguan dalam uraian diatas terjadi secara terus-menerus setidaknya 6 bulan. Masa 6 bulan ini harus mencakup fase aktif yang berlangsung setidaknya satu bulan dimana terjadi simtom psikotik seperti uraian diatas, yang merupakan karakteristik skizofrenia Gejala gejala Skizofrenia Berbagai gejala dari skizofrenia dapat ditemukan berdasarkan simtom Gejala Positif Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi khas yang terlihat pada penderita skizofrenia diantaranya :

5 19 1. Halusinasi auditoar ( pendengaran ) Mendengarkan suara, percakapan, bunyi asing dan aneh, atau mendengarkan musik yang sebenarnya tidak ada, merupakan gejala positif yang paling sering dialami penderita skizofrenia. Pasien dapat mendengar satu atau lebih suara yang menyapa dia langsung, berbagai suara yang didengarkan biasanya mengomentari atau mengejek apa yang dipikiran penderita atau tingkah lakunya. Pada beberapa kasus suara-suara ini melekat pada identitas tertentu dan pasien dapat berkata-kata dan mengucapkan kata-kata seperti berikut : situkang ejek datang, ngapain datang menemuiku lagi, atau gak usah urusin urusanku, dan sebagainya. Hal ini sebagai bukti bahwa mereka mendengarkan suara-suara tersebut. Bentuk halusinasi lain dapat pula dijumpai, misalnya bau tidak sedap (olfaktoar), pengecapan (gustatoar), rasa nyeri konstan (somatik) atau gangguan visual (halusinasi visual). Namun bentuk halusinasi- halusinasi ini jarang dialami pada pasien skizofrenia. 2. Delusi (Waham) Bentuk delusi yang paling sering dijumpai pada penderita skizofrenia adalah penyelipan pikiran, menarik pikiran dan penyiaran isi atau buah pikiran. Pasien percaya bahwa ada pemikiran yang dimasukkan, diinsersi ke dalam pikirannya, mengakibatkan terjadi kebingungan, kekacauan dan disorientasi. Ada buah pikiran yang ditarik mengakibatkan pikirannya

6 20 menjadi kosong atau ada pula kuasa dari luar yang mengakibatkan isi pikirannya didengar orang lain yang berada disekitarnya atau disiarkan. 3. Gangguan pikiran dan gangguan bicara pada penderita skizofrenia Gangguan pikiran sering berbentuk asosiasi kata-kata yang tidak berkaitan, tidak berhubungan dan kata-kata yang sulit dipahami oleh pendengarnya. Pada gejala skizofrenia dapat dijumpai delusi (waham), pasivitas (dikendalikan oleh kekuatan dari luar), dan gejala psikotik lainnya seperti halusinasi auditoar dan waham Gejala Negatif Gejala-gejala berikut disebut gejala negatif karena merupakan ciri tambahan dari ciri khas yang menandakan seseorang telah kehilangan fungsi normal dirinya. Termasuk tanda kurang atau ketidakmampuan menampakkan atau mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatankegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan berbicara (alogia). Nancy Andreas dari University of LOWA menggolongkan gejala negatif atas 5 kelompok, antara lain : 1. Afek yang tumpul, datar atau emosi menumpul Pada keadaan ini didapatkan gangguan kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara verbal atau non-verbal. Orang yang normal bila mengekspresikan emosinya, digabungkan dengan berbagai cara, misalnya mimik wajah, tersenyum, mengerutkan dahi, melakukan gerakangerakantangan, gerakan badan, volume suara dan lain sebagainya. Pada

7 21 penderita skizofrenia dengan gejala negatif hal ini sangat jarang pada diri penderita. 2. Alogia Alogia adalah Pembicaraan yang sedikit, dimana penderita sedikit saja berbicara dan jarang memulai percakapan, pembicaraan. Kadang isi pembicaraan hanya mengandung sedikit makna atau bahkan tidak terkandung makna apapun didalamnya. Ada pula pasien yang memulai berbicara dengan baik dan nyambung namun tiba-tiba saat pembicaraan berlangsung ia berhenti bicara dan akan berbicara kembali setelah beberapa menit. Pasien mengalami bloking saat sedang berbicara dengan lawan bicaranya. 3. Avolisi Avolisi merupakan keadaan dimana pasien hampir tidak bergerak atau gerakannya sangat sedikit. Jika seseorang yang memiliki gejala ini dan dibiarkan duduk seorang diri, ia tidak akan melakukan pergerakan sama sekali. 4. Anhedonia Kondisi dimana seseorang tidak mampu menikmati kesenangan atau kehilangan minat untuk merasakan kebahagiaan. Pada keadaan ini pasien juga menghindari pertemanan dengan orang lain (asociality). Pasien yang asosial tidak mempunyai teman sama sekali, namun ia tidak memperdulikannya.

8 22 5. Katatonia Pasien yang menderita katatonia dapat mengambil posisi sikap seperti mematung, posisi badan dan tubuh yang aneh dengan posisi yang sulit selama beberapa waktu, misalnya membengkokkan lengan, tangan atau badan. Gejala negatif mencakup hilangnya ekspresi yang normal pada wajah dan gestur badannya. Gerakan gestur tubuh berkurang, kurang dalam hal berbicara, dan buah pikiran yang tidak koheren berhubungan dengan orang lain dan anggota keluarga serta aktifitas sosial yang ikut menurun. Para pakar ada yang mengemukakan beberapa gejala untuk menegakkan diagnosis penyakit skizofrenia yaitu gejala khas. Sekurangnya dua atau lebih gejala seperti uraian di atas terdapat pada penderita dimana gejala-gejala tersebut tampak jelas selama lebih dari 1 bulan terakhir, atau selama 6 bulan berlangsung terus-menerus Klasifikasi Skizofrenia Adapun pengelompokan tipe skizofrenia adalah sebagai berikut : Tipe skizofrenia Paranoid Gejala - gejala Umum 1. Gangguan psikomotor, seperti adanya stupor, negativisme, rigiditas, postur aneh, agitasi dan mutisme (bisu) 2. Cenderung mengalami waham kebesaran 3. Ansietas, marah dan

9 23 Paranoid Katatonik agumentatif 4. Hubungan interpersonal menguat 5. Berpotensi berperilaku agresif pada diri sendiri atau orang lain 6. Keterampilan kognitif dan afektif tetap utuh. 7. Gangguan psikomotor, seperti adanya stupor, negativisme, rigiditas, postur aneh, agitasi dan mutisme (bisu) 8. Cenderung mengalami waham kebesaran 9. Ansietas, marah dan agumentatif 10. Hubungan interpersonal menguat 11. Berpotensi berperilaku agresif pada diri sendiri atau orang lain 12. Keterampilan kognitif dan afektif tetap utuh. 1. Gangguan psikomotor, seperti adanya stupor, negativisme, rigiditas, postur aneh, agitasi dan mutisme (bisu) 2. Respon motorik tidak lazim dalam bentuk diam dan pada posisi di tempat (waxy

10 24 Tidak terbeban Disorganisasi Residual flexibility) atau pada posisi kegiatan eksesif. 3. Tingkah laku ganjil dengan tubuh dan wajah yang menyeringai (grimering) 4. Sering mengulang atau meniru kata-kata orang lain 5. Catatan immobility, yaitu gangguan perilaku motorik dimana orang itu tetap diam tanpa bergerak dalam kurun waktu lama dengan postur tubuh yang ganjil. 1. Waham dan halusinasi 2. Inkoheren 3. Perilaku tidak terorganisasi yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu tipe. 1. Perilaku kacau balau, bingung ataupun ganjil yang menyebabkan gangguan berat dalam aktivitas sehari-hari. 2. Kurang memiliki hubungan 3. Kehilangan asosiasi 4. Bicara tidak teratur 5. Afek datar dan tidak sesuai 6. Gangguan kognitif 1. Minimal pernah mengalami satu episode skizofrenik dengan gejala psikotik yang menonjol

11 25 diikuti oleh episode lain tanpa gejala psiotik 2. Emosi tumpul 3. Menarik diri dari dunia realita 4. Pengalaman persepsi tidak biasa 5. Perilaku eksentrik 6. Pemikiran tidak logis 7. Kehilangan asosiasi 8. Adanya delusi dan halusinasi yang aneh-aneh dan salah, ideide yang tidak wajar, pemalas dan memiliki afek yang datar. Sumber : Narkoba, Psikotropika, dan Gangguan Jiwa Tinjauan Kesehatan 2.6. Penatalaksanaan Skizofrenia Penatalaksanaan skizofrenia membutuhkan pendekatan yang melibatkan banyak hal dalam mengatasinya, meskipun demikian psikofarmakoterapi tetap merupakan pengobatan utama pada skizofrenia. Susunan tindakan penanganan skizofrenia hendaknya meliputi perawatan pasien, apakah rawat jalan atau rawat inap di rumah sakit, pemberian farmakoterapi, pelayanan psiko-edukasi, intervensi keluarga (pendidikan, konseling keluarga, pertemuan keluarga, supportif terus-menerus, dll), rehabilitasi dan program pendidikan khusus Psikofarmakoterapi Medikasi antipsikotik di indikasikan untuk hampir semua episode psikosis akut dari skizofrenia. Terapi harus segera dilakukan karena penderita skizofrenia mempunyai resiko mencelakai diri sendiri (bunuh diri)

12 26 atau orang disekitarnya. Pada kondisi gawat darurat dimana pasien tidak kooperatif untuk pemeriksaan, medikasi antipsikotik dapat diberikan mendahului evalusi medis. Obat antipsikotik bersifat relatif aman sehingga umumnya medikasi psikotik dapat dilakukan dengan terapi clozapine Obat Antipskiotik Saat ini obat antipsikotik menjadi antipsikotik tipikal (antipsikotik konvensional/antipsikotik klasik) dan antipsikotik atpikal. Tabel dibawah ini membagi klasifikasi antipsikotik yang umum dipergunakan beserta dosis pemakaiannya. Antipsikotik Group Kimia Kisaran dosis ( mg/ hari per oral ) Typical Chlorpromazine (Largactictil) Thioridazine (Melleril) Trifluoperazine (Stelazine) Haloperidol (Serenace) Pimozide (Orap Forte) Phenothiazine (Aliphatic) Phenothiazine (Piperidine) Phenothiazine (Piperazine) Butyrophenone Dilphenilbutylpiperidine

13 27 Atypical Clozapine (Clozaril) Olazapine (Zyprexa) Quetiapine (Seroquel) Risperidone (Risperdal) Dibenzodiazepine Dibenzodiazepine Dibenzothiazepine Benzisoxazole Sulpiride (Dogmantil Benzamide Forte) Sumber : Skizofrenia Gila Psikoterapi dan Rehabilitasi Psikoterapi suportif merupakan cara yang dapat membantu penderita untuk kembali ke masyarakat. Dimana penderita akan dibimbing agar mampu untuk berkontribusi kembali di lingkungan masyarakat. Terapi kerja sangat baik dilakukan untuk mendorong penderita bergaul kembali dengan orang lain, terkhusus keluarga. Maksud tindakan ini agar penderita tidak mengasingkan diri lagi, karena bila penderita terus menerus menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Meskipun demikian, kesenian bebas dalam bentuk melukis atau bermain musik tidak dianjurkan karena akan membuat penderita stress saat tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Namun jika tetap ingin dilakukan maka harus ada orang lain yang memimpin namun bersifat netral tidak membuat penderita skizofrenia kembali rendah diri. Perlu diperhatikan juga lingkungan sekitar penderita, agar diatur sedemikian rupa sehingga penderita tidak mengalami stress. Jika

14 28 memungkinkan penderita dapat diberikan tanggung jawab dalam pekerjaan tertentu namun tetap perlu pengawasan dari keluarga. (Febry, 2013) Konsep Pengalaman Definisi Pengalaman Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia (2008) Pengalaman berasal dari kata alami yang artinya mengalami. Pengalaman merupakan serangkaian peristiwa yang pernah dijalani, dirasai, dan ditanggung dalam hidup seseorang. Pengalaman adalah pelajaran yang akan menghasilkan perubahan ke arah kematangan tingkah laku, pertambahan pengertian serta pengayaan informasi (Surachmad, 1982). Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari hari. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada orang lain untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran kepada orang lain Konsep Caregiver Pengertian Caregiver Definisi caregiver merupakan individu yang secara umum merawat dan mendukung individu lain (pasien) dalam kehidupannya (Awad & Voruganti, 2008). Sementara definisi caregiver dalam Merriam-Webster Dictionary (2013) adalah orang yang memberikan perawatan langsung pada anak atau orang dewasa yang menderita penyakit kronis.

15 29 Menurut Elsevier (2009) menyatakan caregiver sebagai seseorang yang memberikan bantuan medis, sosial, ekonomi, atau sumber daya lingkungan kepada seseorang individu yang mengalami ketergantungan baik sebagian atau sepenuhnya karena kondisi sakit yang dihadapi individu tersebut. Caregiver mempunyai tugas sebagai emotional support, merawat pasien (memandikan, memakaikan baju, menyiapkan makan, mempersiapkanobat), mengatur keuangan, membuat keputusan tentang perawatan danberkomunikasi dengan pelayanan kesehatan formal. Caregiver adalah individu yang memberikan bantuan informal dan tidak dibayar kepada orang lain yang membutuhkan bantuan fisik dan emosional. Cheng (2005) menyatakan bahwa caregiver adalah orang yang memberikan cinta, kasih sayang berupa bantuan, dukungan sosial, dan pengetahuan profesional kepada orang yang dirawatnya. Definisi caregiver dari literatur bahasa Indonesia, dikemukakan oleh Subroto (2012) sebagai seseorang yang bertugas untuk membantu orangorang yang ada hambatan untuk melakukan kegiatan fisik sehari-hari baik yang bersifat kegiatan harian personal (personal activity daily living) seperti makan, minum, berjalan, atau kegiatan harian yang bersifat instrumental seperti memakai pakaian, mandi, menelpon atau belanja. Caregiver dapat ditunjukkan pada orang yang dibayar atau tidak dibayar yang melakukan perawatan pada orang yang mengalami keterbatasan, sakit atau mengalami gangguan mental (Caregiver, 2016). Caregiver dan carer adalah istilah yang sering digunakan untuk

16 30 mengambarkan orang yang melakukan perawatan pada orang yang mengalami keterbatasan. Berdasarkan uraian diatas, caregiver adalah individu baik anggota keluarga, teman, kerabat ataupun tetangga yang memberikan bantuan, dukungan sosial tanpa pamrih kepada orang yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari Jenis Caregiver Caregiver terbagi menjadi dua, yaitu formal dan informal. Caregiver formal merupakan perawat yang dibayar atau sukarela yang berasal dari sistem pemberian layanan, seperti rumah perawatan kesehatan atau karyawan rumah perawatan. (Mc Connell & Riggs dalam Sheets & Gleason, 2010 dalam Fadilla 2014). Caregiver formal juga memberikan jenis perawatan yang tidak diperoleh penderita dari anggota keluarganya seperti pelayanan secara medis. (Houde, dalam Sun, Kosberg, Kaufman, Leeper & Burgin, 2007). Sedangkan caregiver informal merupakan caregiver yang tidak dibayar atau bukan dilatih oleh badan badan hukum, seperti pasangan, anak, menantu atau teman dekat bagi seseorang yang memerlukan perawatan (Hung, et al., 2012). Koh & McDonald menyatakan bahwa caregiver informal merupakan orang yang menyediakan perawatan dan dukungan bagi kesehatan, finansial, sosial, emosional terhadap individu yang lemah atau menderita penyakit kronis (Lai & Thomson, 2011). Timonen (2009) menyebutkan terdapat dua jenis caregiver, yaitu formal dan informal. Caregiverformal atau disebut juga penyedia layanan

17 31 kesehatan adalah anggota suatu organisasi yang dibayar dan dapat menjelaskan norma praktik, profesional, perawat atau relawan. Sementara informal caregiver bukanlah anggota organisasi, tidak memiliki pelatihan formal dan tidak bertanggung jawab terhadap standar praktik, dapat berupa anggota keluarga ataupun teman. Dengan demikian caregiver keluarga merupakan bagian dari informal caregiver. Berdasarkan penjelasan di atas, maka caregiver dibagi ke dalam dua jenis, yaitu caregiverinformal merupakan kerabat yang tidak dibayar atau sukarela dalam memberikan perawatan terhadap penderita skizofrenia. Sementara formal merupakan tenaga ahli dan terlatih yang dibayar dalam memberikan perawatan terhadap penderita skizofrenia Family Caregiver Familycaregiver atau caregiver keluarga menurut Wenberg (2007) adalah pasangan, anak dewasa, kenalan pasangan atau teman yang memiliki hubungan pribadi dengan pasien, dan memberikan berbagai bantuan yang tidak dibayar untuk orang dewasa yang lebih tua dengan kondisi kronis atau lemah ataupun yang menderita penyakit serius. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa caregiver keluarga adalah anggota keluarga pasien, yang bersedia dan bertanggung jawab dalam merawat, memberikan dukungan secara fisik, sosial, emosional serta menyediakan waktunya untuk pasien yang menderita skizofrenia ataupun mencegah kekambuhan kembali pada pasien.

18 Keluarga sebagai Caregiver Orem menganggap individu (klien) sebagai penerima perawatan, sedangkan keluarga dianggap sebagai syarat dasar bagi anggota keluarga. Orem (1938) dalam Friedmen, 1998 mengatakan keluarga sebagai pemberi perawatan bagi anggota keluarga yang tidak mandiri (anggota keluarga dewasa yang merawat individu yang tidak mandiri) dan dalam melaksanakan tugas ini, mereka dianggap sebagai individu dalam sebuah keluarga atau subsistem keluarga. Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk mencapai kesejahteraan yang optimal dan memungkinkan individu serta keluarga mereka dapat mempertahankan kontrol atas kesehatan diri mereka sendiri. Friedman (1988) menyebutkan tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan anggota keluarga. Tugas keluarga ini sejalan dengan lima tahap perilaku sakit individu yang telah dijabarkan oleh Potter & Perry (2005). Tugas pertama anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan anggota keluarganya adalah mengenali gangguan perkembangan kesehatan seluruh anggota keluarga. Skizofrenia sendiri menyerang individu dengan gejala yang khas, sehingga peran keluarga sangat dibutuhkan dalam menggenali gangguan kesehatan yang dirasakan oleh salah seorang anggota keluarga. Peran keluarga yang kedua adalah peran dalam mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat, dimana keluarga harus dapat memutuskan tindakan yang paling tepat untuk diberikan kepada anggota keluarga mereka yang mengalami sakit dan mengambil alih sementara kewajiban yang ada pada diri klien.

19 33 Peran ketiga adalah memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri entah disebabkan karena kecacatan atau karena faktor usia yang muda sehingga belum mampu melakukannya secara mandiri. Peran keempat yaitu keluarga berperan serta untuk mempertahankan atau memodifikasi lingkungan rumah agar tetap dalam kondisi kondusif sehingga tidak membuat anggota keluarga yang menderita skizofrenia tidak terancam keberadaannya ataupun timbul depresi berulang. Peran kelima yaitu keluarga pasien skizofrenia membawa anggota keluargnya ke pusat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klien Masalah yang dihadapi keluarga sebagai caregiver Berbagai macam masalah yang dihadapi caregiver selama merawat ODS, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan ada banyak masalah yang dirasakan oleh caregiver antara lain caregiver mendapat perlakuan dan sikap negatif dari lingkungan, di mana hal ini adalah wujud reaksi lingkungan atas adanya ODS di tengah mereka. Caregiver harus menanggung beban finansial akibat tingginya biaya pengobatan ODS, biaya pengobatan yang tidak murah menjadi salah satu masalah bagi caregiver, terlebih apabila caregiver dari keluarga berlatar belakang ekonomi tingkat bawah. Caregiver juga mendapat perlakuan negatif dari lingkungan saat mereka merawat ODS sebagai wujud penolakan lingkungan atas adanya ODS.

20 Penanganan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dirumah Psikoedukasi keluarga merupakan salah satu bentuk dari intervensi keluarga yang merupakan bagian dari terapi psikososial. Pada psikoedukasi keluarga terdapat kolaborasi dari klinis dengan anggota keluarga pasien yang menderita skizofrenia. Tujuan dari program psikoedukasi adalah memberikan atau menambahkan pengetahuan keluarga untuk merawat pasien skizofrenia sehingga dapat mencegah kekambuhan pasien skizofrenia dan keluarga mampu mengatasinya. Komponen terapi psikososial antara lain : 1. Psikoedukasi keluarga dan pasien : pasien, keluarga dan orang di sekitar pasien pasien perlu belajar sebanyak mungkin tentang apa itu skizofrenia 2. Kolaborasi membuat keputusan : penting bagi pasien, keluarga, dan klinisi untuk memutuskan bersama tentang terapi dan tujuan terapi. Apabila pesien sudah mulai membaik kondisi mentalnya, dia dapat menjadi bagian dalam pembuatan keputusan. 3. Monitoring gejala dan pengobatan : monitoring secara hati-hati untuk meyakinkan pasien minum obat dan mengidentifikasi secara dini tandatanda timbulnya relaps sehingga pencegahan dapat dilakukan. 4. Asistensi dalam mencari pelayanan kesehatan, asuransi, dll : pasien kadang kala membutuhkan bantuan dalam mencari pelayanan kesehatan yang lain seperti medis, gigi, atau mencari asuransi kesehatan. Pasien dan keluarga harus berusaha mengeksplorasi sumber-sumber apa saja yang dapat diperoleh atau disediakan. Termasuk di dalamnya apabila pasien

21 35 sudah mulai ingin bekerja, dicarikan tempat pekerjaan yang sesuai dengan kondisi pasien. 5. Terapi suportif : termasuk dukungan emosi dan meyakinkan serta mendorong perilaku sehat pada diri pasien dan membantu pesien menerima keadaannya. 6. Peer support/ self help group : adanya sebuah kelompok yang memiliki jadwal bertemu yang reguler tergantung pada kebutuhan dan perhatian dari kelompok tersebut. Pembicara dapat diundang untuk memberikan pengetahuan yang dimiliki beliau sehingga terjadi juga diskusi dan sharing yang dapat saling menguatkan. Marvin dkk, (2000) menyebutkan bentuk pelayanan lain yang juga dapat diberikan pada pasien antara lain : 1. Mengatur jadwal pertemuan kembali dengan dokter 2. Assertive community treatment 3. Rehabilitasi terdiri atas : a. Rehabilitasi psikososial : membantu pasien melatih keterampilan dengan tujuan mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan b. Rehabilitasi psikiatri : mengajarkan pasien keterampilan yang membuatnya dapat meraih tujuan dalam pekerjaan, pendidikan, sosialisasi, dan tempat tinggal c. Rehabilitasi pekerjaan : latihan bekerja dan program training yang dapat membantu pasien untuk menjadi pekerja penuh waktu d. Intensive partial hospitalization

22 36 e. Aftercare day treatment Menurut Nurhaeni dkk (2000) dalam hal ini keluarga berfokus pada pencegahan kekambuhan klien dengan skizofrenia antara lain : 1. Mengenal adanya penyimpangan awal sedini mungkin, mampu mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan kesehatan sedini mungkin 2. Memberi perawatan bagi anggota keluarga yang sakit atau memerlukan bantuan dan menanggulangi keadaan darurat yang mengancam kesehatan 3. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat 4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan yang ada di masyarakat 5. Memanfaatkan program rekreasi misalnya : mengajak klien nonton bersama, jalan santai, pergi ketempat rekreasi 6. Melakukan kegiatan sosial dan keagamaan misalnya : mengajak klien ikut saat arisan keluarga, mengajak pergi ke pengajian, dll 7. Mencegah stigma di masyarakat tentang gangguan jiwa seperti : pendekatan pada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa. 8. Saling terbuka dan tidak ada diskriminasi 9. Saling menghargai dan mempercayai 10. Menghadapi ketegangan dengan tenang dan menyelesaikan masalah kritis/darurat secara tuntas dan wajar.

23 Konsep Studi Fenomenologi Husserl (1938) dalam Moleong 2016, menyebutkan fenomenologi sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal dan suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjukkan pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisipliner tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang. Sebagai sesuatu disiplin ilmu, hal itu dikemukakan oleh Edmund Husserl ( ) seorang filsuf berkebangsaan Jerman. Desain fenomenologi merupakan cara terbaik untuk menggambarkan dan memahami perasaan manusia (Streubrt & Carpenter, 2003). Penelitian kualitatif fenomenologi merupakan penelitian yang digunakan untuk menggali sesuatu hal yang ingin diketahui dengan cara menginterpretasikan sesuatu untuk mendapatkan gambaran mengenai suatu peristiwa yang sedang diteliti. Menurut Creswell (1994) dalam moleong 2016 menyebutkan penelitian kualitatif fenomenologi menghasilkan interpretasi, membangun suatu esensi, mengurung dan menginduksi intuisi dalam menganalisa data. Penelitian kualitatif fenomenologi menggambarkan riwayat hidup seseorang dengan cara menguraikan dan makna hidup serta pengalaman mengenai suatu peristiwa yang dialami. Streubrt & Carpenter (2003) mengemukakan ada tiga tahapan dalam studi fenomenologi deskriptif, yaitu intuiting, tahap analyzing dan tahap describing.

24 38 Tahap intuiting adalah tahapan dimana peneliti mengumpulkan data dengan cara mengeksplorasi pengalaman partisipan tentang fenomena yang diteliti (Streubrt & Carpenter, 2003). Creswall pada tahun 1994 dalam Moleong, 2016 Peneliti menggali data lebih dalam dengan menerapkan batas-batas penelitian, mengumpulkan informasi lebih dalam melalui pengamatan, wawancara mendalam. Tahap kedua yaitu analyzing, pada tahap ini peneliti akan mengidentifikasi pengalaman yang akan diteliti. Dimana Streubert & Carpenter (2003) membagi langkah-langkah dalam analisis penelitian kualitatif dalam beberapa tahap yaitu 1) menggambarkan fenomena yang akan diteliti, 2) mengumpulkan data tentang fenomena dari partisipan, 3) membaca semua gambaran fenomena yang telah didapatkan dari partisipan, 4) membuat transkrip wawancara, 5) membaca ulang transkrip wawancara, dan mengidentifikasi data, 6) mengelompokkan data yang teridentifikasi kedalam grup lalu menentukan tema, 7) melakukan analisis data kembali untuk memastikan tema yang sudah ada sesuai, 8) setelah selesai akan dilanjutkan dengan wawancara pada pastisipan selanjutnya. Tahap ketiga yaitu tahap describing, dimana peneliti menuliskan laporan data yang digunakan. Penulisan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil penelitian fenomenologi deskriptif kepada pembaca (Creswall, 1988). Peneliti mengkomunikasikan dan memberikan gambaran tertulis dari elemen kritikal yang didasarkan pada pengklarifikasian dan pengelompokkan fenomena. (Moleong, 2016).

Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia

Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia Posted by Lahargo Kembaren ABSTRAK Skizofrenia merupakan gangguan kronik yang sering menimbulkan relaps. Kejadian relaps yang terjadi pada pasien skizofrenia

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Skizofrenia Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SCHIZOPHRENIA Apakah Skizofrenia Itu? SCHIZOS + PHREN Gangguan jiwa dimana penderita

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006). 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain, pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masing-masing dari kita mungkin pernah menyaksikan di jalan-jalan, orang yang berpakaian compang-camping bahkan terkadang telanjang sama sekali, berkulit dekil, rambut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya serta bidangbidang yang lain telah membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku pantas dan adaptif.organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan sebagai

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Konsep Skizofrenia Paranoid 1.1 Pengertian Skizofrenia Paranoid Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan menyimpan banyak tanda tanya (teka-teki). Kadangkala

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Gangguan psikologis ini adalah salah satu jenis gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Penyakit ini

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi, gejalanya ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang parah, serta ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Definisi Gangguan Jiwa Gangguan jiwa dalam (DSM- IV) adalah konsep sindrom perilaku atau psikologis klinis yang signifikan atau pola yang terjadi pada individu

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

Gangguan Waham Menetap (Paranoid)

Gangguan Waham Menetap (Paranoid) Gangguan Waham Menetap (Paranoid) Disusun oleh: Ajeng Destara W G1A209076 Diajukan kepada Yth.: dr. Hj. Tri Rini B. S., Sp.KJ Pengertian Gangguan waham adalah gangguan isi pikir, wahamnya biasanya bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Strauss et al (2006) skizofrenia merupakan gangguan mental yang berat, gangguan ini ditandai dengan gejala gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penderita gangguan mental saat ini mengalami peningkatan, terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dialami seperti kondisi perekonomian yang memburuk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun 2012(RUU KESWA,2012) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan spiritual

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita kesulitan membedakan hal nyata dengan yang tidak, umumnya

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan unsur terpenting dalam kesejahteraan perorangan, kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar hidup seperti

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS TUJUAN KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS R. NETY RUSTIKAYANTI, M.KEP 2017 Mengidentifikasi faktor individu dan lingkungan yang mempengaruhi komunikasi Mendiskusikan perbedaan komunikasi verbal dan non verbal,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penderita skizofrenia sekitar 1% dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat, dengan jumlah keseluruhan lebih dari 2 juta orang (Nevid et al.,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut UU No.36 tahun 2009 adalah "Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini

Lebih terperinci

tuntutan orang tua. Hal ini dapat menyebabkan anak mulai mengalami pengurangan minat dalam aktivitas sosial dan meningkatnya kesulitan dalam memenuhi

tuntutan orang tua. Hal ini dapat menyebabkan anak mulai mengalami pengurangan minat dalam aktivitas sosial dan meningkatnya kesulitan dalam memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan orang-orang yang memiliki gangguan komunikasi, halusinasi dan delusi yang berlebihan, salah satu diantaranya

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasuh Skizofrenia Selama 50 tahun terakhir, munculnya perawatan berbasis komunitas, penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa dukungan yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan salah satu gangguan mental yang menimbulkan efek merusak pada kehidupan penderita maupun anggota-anggota keluarga. Sebagai lingkungan yang terdekat, maka keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh orang lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin, 2001). Gangguan jiwa erat hubungannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab satu, telah dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan dan tujuan dari penelitian ini. Oleh karena itu, pada bab dua akan diberikan penjelasan mengenai definisi dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan skizofrenia sebagai suatu sindrom klinis dengan variasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan skizofrenia sebagai suatu sindrom klinis dengan variasi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Skizofrenia 1.1 Pengertian Skizofrenia Luana (2007) dalam Simposium Sehari Kesehatan Jiwa IDI Jakarta Barat, menjelaskan skizofrenia sebagai suatu sindrom klinis dengan variasi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal penting bagi setiap individu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Empati, secara harfiah, dalam bahasa Yunani, yaitu empatheia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Empati, secara harfiah, dalam bahasa Yunani, yaitu empatheia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Empati, secara harfiah, dalam bahasa Yunani, yaitu empatheia, dapat diartikan sebagai kekuatan untuk memahami hal di luar diri kita atau juga memiliki makna tersirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diagnosa Keperawatan 2.1.1 Pengertian Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jiwa sampai saat ini memang masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan, menjadi aib bagi si penderita dan keluarganya sendiri. Masyarakat kita menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius.

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. kehidupan individu selalu dan tidak lepas dari masalah yang ada sehingga kadangkala

BABI PENDAHULUAN. kehidupan individu selalu dan tidak lepas dari masalah yang ada sehingga kadangkala BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Stres adalah fakta dalam hidup dan bagian dari kehidupan. Sepanjang kehidupan individu selalu dan tidak lepas dari masalah yang ada sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern, industri dan termasuk Indonesia. Meskipun gangguan

Lebih terperinci