BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Faktor penyebab remaja menjadi pelaku begal terbagi dua yaitu dari

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Faktor penyebab remaja menjadi pelaku begal terbagi dua yaitu dari lingkungan keluarga dan dari lingkungan di luar keluarga. Faktor penyebab dari lingkungan keluarga adalah ketiadaan kontrol maupun kontrol yang berlebihan dalam keluarga, konflik emosi dalam keluarga, serta lingkungan keluarga yang koersif. Faktor dari luar keluarga berasal dari lingkungan pergaulan yang delinkuen dengan teman sebaya yang delinkuen maupun orang dewasa pelaku kriminal, serta pemasalahan di sekolah seperti guru yang tidak kompeten dan sistem sekolah yang tidak siap menghadapi siswa delinkuen. 2. Remaja pelaku begal dapat berasal dari latar belakang keluarga dengan perpaduan kemiskinan, permasalahan keluarga dengan konflik pernikahan orang tua yang kompleks. Remaja pelaku begal juga dapat berasal dari latar belakang keluarga utuh, dimana orang tua masih tinggal bersama, tidak ada permasalahan ekonomi, dan tidak memiliki riwayat delinkuensi/ kriminalitas dalam keluarga. 3. Remaja pelaku begal yang berasal dari keluarga utuh terlibat delinkuensi lebih lambat (pada usia 16 tahun) dibandingkan remaja yang berasal dari keluarga dengan permasalahan keluarga yang melibatkan konflik pernikahan orang tua dan perpisahan. Remaja yang berasal dari keluarga bermasalah memulai delinkuensi pada usia yang sangat muda (sekitar usia 7 tahun atau kelas 1/ kelas 2 Sekolah Dasar).

2 4. Sekolah sebagai lingkungan positif yang dapat menjadi penyanggah remaja dari perilaku delinkuen tidak memberi dukungan dalam pembinaan siswa delinkuen. Sekolah tidak dilengkapi dengan sistem pembinaan yang sesuai untuk siswa dengan kecenderungan delinkuen, selain itu guru-guru di sekolah tidak memilki cukup keterampilan yang dibutuhkan dalam menghadapi siswa delinkuen. Penanganan sekolah terhadap siswa bermasalah masih konvensional, sehingga tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap perubahan perilaku siswa. 5. Dukungan keluarga memegang peranan penting bagi masa depan remaja pelaku begal yang ditahan di LAPAS. Remaja yang memiliki dukungan dari orang tua dan/atau keluarga besar memiliki gambaran yang lebih jelas tentang peluang untuk keluar dari lingkaran delinkuensi setelah keluar dari LAPAS, sedang remaja yang tidak memiliki dukungan keluarga cenderung bingung dan tidak punya gambaran yang jelas tentang masa depannya. B. Saran Bagi Orang Tua: Pencegahan: 1. Memberikan pengawasan yang memadai (tidak mengontrol berlebihan dan juga tidak menghilangkan kontrol sama sekali) dan mengutamakan pada melatih anak mempertimbangkan setiap langkah yang akan diambil serta bertanggung jawab terhadap setiap konsekuensinya. 2. Mengamati perubahan perilaku pada anak/ remaja dan waspada saat ada perubahan sekecil apapun.

3 3. Menjalin komunikasi yang baik dan kedekatan emosi dengan anak/ remaja, sehingga anak dapat terbuka pada orang tua terkait aktivitasnya sehari-hari dan juga terkait lingkungan pergaulannya. Intervensi: 1. Memberikan dukungan bagi anak/ remaja yang delinkuen dalam merencanakan masa depan yang jauh dari delinkuensi. 2. Mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor. 3. Mengarahkan anak pada kegiatan yang positif dan menjauhkan dari lingkungan delinkuen. Bagi Lembaga Pemasyarakatan: 1. Pembinaan tahanan anak/ remaja mempertimbangkan latar belakang keluarga, riwayat penahanan, dan karakteristik pribadi masing-masing anak/ remaja. Terkait riwayat penahanan, penting untuk memberikan perlakuan yang berbeda bagi pelaku kejahatan yang baru ditahan pertama kali dengan mereka yang telah menjadi residivis. Pelaku kejahatan (utamanya yang masih berusia remaja) yang baru pertama kali ditahan di LAPAS dapat melakukan modelling atau mempelajari teknik-teknik melakukan tindakan kejahatan melalui interaksi dengan residivis yang memiliki pengalaman dalam melakukan kejahatan. 2. Pembinaan di LAPAS perlu melibatkan kerjasama dari berbagai instansi dan praktisi dari berbagai bidang seperti psikolog, agamawan, pendidik, dan praktisi lain yang terkait.

4 Bagi Pemerintah dan Masyarakat secara umum: Pencegahan: 1. Penguatan peran sekolah melalui peningkatan kualitas guru dan sekolah dilengkapi dengan praktisi yang kompeten dalam menangani remaja dengan kecenderungan atau riwayat delinkuensi. Untuk jangka panjang, yang terbaik adalah peningkatan kualitas yang merata bagu semua sekolah dan guru sehingga tidak ada lagi sekolah yang menjadi sekolah pembuangan sehingga siswa bermasalah tidak berkumpul di satu sekolah karena tidak diterima di sekolah yang termasuk daftar sekolah unggulan. 2. Pendampingan bagi pasangan muda terkait keterampilan menjadi orang tua melalui kursus atau pembentukan komunitas parenting yang massif di masyarakat yang dilakukan pada tingkat RT atau RW dengan melibatkan organisasi non-pemerintah maupun organisasi pemerintah terkait. 3. Pendataan dan pendampingan bagi siswa miskin sejak dini untuk melawan dampak sertaan dari kemiskinan terhadap perkembangan anak yang berpotensi mengarahkan anak pada delinkuensi atau kriminalitas di masa depan. Intervensi: 1. Menyediakan (misal: rumah singgah) yang dilengkapi dengan berbagai sumber daya yang mendukung bagi pembinaan remaja pelaku begal atau pelaku delinkuensi lainnya setelah bebas dari LAPAS, utamanya bagi mereka yang tidak memiliki rumah atau keluarga yang dapat menerima dan mengarahkan menuju masa depan yang lebih baik.

5 2. Pemerintah menyediakan kursus atau pelatihan untuk pengembangan keterampilan yang sesuai untuk remaja delinkuen atau yang berpotensi delinkuen. 3. Penguatan peran masyarakat dalam pembinaan remaja delinkuen seperti program orang tua pendamping atau melibatkan masyarakat dalam pembinaan remaja delinkuen melalui berbagai lembaga yang dikelola oleh masyarakat dengan memadukan aspek-aspek seperti aspek keagamaan, pendidikan, keterampilan, kesenian. Bagi Peneliti Selanjutnya: 1. Penelitian lebih lanjut tentang bagaimana harapan, gambaran, serta potensi masa depan bagi remaja yang pernah terlibat perilaku delinkuensi atau kriminal. 2. Penelitian tentang remaja dari latar belakang keluarga utuh/harmonis namun terlibat dalam perilaku delinkuensi atau kriminal. 3. Penelitian tentang bagaimana lembaga terkait bersinergi dalam pembinaan anak/ remaja delinkuen.