BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
|
|
- Fanny Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Saraswanti Anugerah Makmur didirikan pada tahun 1998, merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang industri pupuk. Sejak awal didirikan, PT. Saraswanti Anugerah Makmur didesain untuk menghasilkan produk produk pupuk yang memiliki keunggulan dibanding produk pupuk yang lain. Telah lama disadari, terutama oleh perusahaan perkebunan besar, bahwa pola pemupukan yang diterapkan selama ini dirasa tidak efisien karena kurang mempertimbangkan keragaman wilayah dan keragaman komoditas pertanian atau perkebunan. Sejalan dengan pemikiran tersebut, PT. Saraswanti Anugerah Makmur membangun networking bersama para ahli pertanian atau perkebunan yang tersebar di sluruh nusantara dalam jejaring kerjasama PT. Saraswanti Anugerah Makmur dengan Pusat Pusat Penelitian Perkebunan di Indonesia. Guna memenuhi kebutuhan pasar yang lebih spesifik, maka PT. Saraswanti Anugerah Makmur sejak tahun 1999 mulai memproduksi pupuk yang bersifat khusus terhadap komoditas maupun lokasi berdasarkan analisis tanah dan kebutuhan tanaman dibawah kawalan riset dan teknologi para ahli perkebunan. Pada tahun 1999, PT. Saraswanti Anugerah Makmur bekerjasama dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), melahirkan produk baru yang diberi nama HALEI, pupuk khusus tebu. Satu tahun kemudian lahir poduk baru
2 dengan nama PUKALET, pupuk khusus karet, hasil kerjasama dengan Pusat Penelitian Karet (PPK). Pada tahun 2003, PT. Saraswanti Anugerah Makmur meluncurkan produk baru FERT TEA, pupuk khusus tanaman teh, hasil kerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung Bandung. Pada tahun yang sama dihasilkan produk pupuk PALMO, pupuk khusus kelapa sawit, hasil kerjasama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Pada tahun 2005, PT. Saraswanti Anugerah Makmur bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslikoka) melepas produk baru KOKA, yaitu pupuk yang diformulasi untuk kopi dan kakao (KOKA NP, KOKA NK dan KOKA NPK ). Di sektor tanaman pangan, PT. Saraswanti Anugerah Makmur sedang mengembangkan pupuk khusus untuk jagung, CORNALET bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur Ruang Lingkup Bidang Usaha PT. Saraswanti Anugerah Makmur merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pupuk, dimana PT. Saraswanti Anugerah Makmur terdiri dari: 1. Kantor pusat, yang merupakan bagian perusahaan yang mengontrol semua kegiatan, baik mengontrol proses produksi pupuk maupun penanaman investasi di usaha usaha jasa dan agribis dalam bentuk anak perusahaan.
3 2. Pabrik pupuk, merupakan tempat memproduksi pupuk yang bersifat khusus terhadap komoditas maupun lokasi berdasarkan analisis tanah dan kebutuhan tanaman dibawah kawalan riset dan teknologi para ahli perkebunan, dengan dua unit produksi yang terletak di Mojokerto dan Medan. 3. Cabang dan Distributor, merupakan aspek pendukung untuk mendorong manajemen dalam mendistribusikan produk-produk PT. Saraswanti Anugerah Makmur ke seluruh penjuru tanah air untuk berbagai komoditas di perkebunan milik BUMN, perkebunan swasta, dan KUD atau petani. Pembukaan atau penempatan kantor cabang atau distributor sebagai pelaksana proses pelayanan yang terdepan terhadap pengguna pupuk dilakukan secara representatif seperti di Medan, Pekanbaru, Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Makasar, Denpasar, Pontianak, dan Jayapura. Berikut ini merupakan jenis pupuk yang diproduksi PT. Saraswanti Anugerah Makmur dengan merek dagang sebagai berikut : PMLT PLANTTA Plus, NPK Plus TABLET MAKRO MIKRO, HALEI, PUKALET, PALMO, KOKA, CORNALET, dan FERT-TEA Lokasi Perusahaan Lokasi perusahaan sebagai lokasi penelitian dan pengambilan data, yaitu PT. Saraswanti Anugerah Makmur cabang Medan yang memiliki pabrik beralamat di Jalan Jl. Mandara 27, Mabar hilir, Kecamatan Medan Deli. Pabrik pengolahan PT. Saraswanti Anugerah Makmur menempati areal seluas m 2 dengan jumlah pekerja ± 130 orang.
4 2.4. Daerah Pemasaran PT. Saraswanti Anugerah Makmur melakukan pemasaran produknya ke seluruh wilayah Indonesia dengan konsentrasi pasar di Sumatera Utara dan NAD, Pekanbaru, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa, Kalimantan terutama Pontianak, Sulawesi, Denpasar, dan Jayapura. Gambar 2.1. Daerah Pemasaran PT. Saraswanti Anugerah Makmur 2.5. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian tertentu dari organisasi. Struktur organisasi ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan. Pendistribusian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada struktur organisasi perusahaan, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tugasnya dari mana ia mendapatkan perintah dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab.
5 Bentuk struktur organisasi yang digunakan pada PT. Saraswanti Anugerah Makmur adalah bentuk struktur organisasi lini dan fungsional karena adanya perintah langsung dari atasan dan juga spesialisasi atau beberapa tenaga yang ahli di bidangnya masing-masing sesuai dengan fungsinya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan lini antara pimpinan dengan manajer serta para karyawan pada masing-masing bidang. Struktur Organisasi PT. Saraswanti Anugerah Makmur ditunjukkan pada Gambar 2.2.
6
7 Pimpinan berperan sebagai penyalur wewenang kepada kepala bagian atau cabang kemudian kepala bagian atau cabang tersebut bertanggung jawab atas bidangnya masing-masing dan mempunyai wewenang untuk mengatur bawahannya sesuai dengan fungsinya Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Dalam menjalankan aktivitas kerja sehari-hari, diperlukan personil pemegang jabatan kerja yang sesuai dengan keahliannya, dimana tiap personil mempunyai tugas dan tanggung jawab yang jelas, dimengerti dan dijalankan dengan sebaik-baiknya. Adapun uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab personil pada organisasi di PT. Saraswanti Anugrah Makmur dapat dilihat pada lampiran Mekanisme Pelayanan Bagi seorang pemasar mekanisme pelayanan yang merupakan bagian dari sistem pemasaran langsung kepada pelanggan PT. Saraswanti Anugerah Makmur terhadap semua segmen pasar yang akan dan sudah terbentuk. Pelayanan sebagai kendali dalam operasi pemasaran (Basic Marketing Operational) semacam ini sebenarnya sudah menjadi kelaziman bagi perusahaan penyalur atau distribusi di bidangnya, hanya saja ada beberapa penekanan berupa program pendukung (support program) yang masih langka dilakukan oleh perusahaan sejenis di Indonesia. Konsep-konsep tersebut dirancang untuk mencari nilai kepuasan pelanggan (costumers satisfaction) secara berkelanjutan sebagai upaya
8 mempertahankan atau menumbuhkembangkan pasar tentunya dengan kawalan produk-produk yang berkualitas Sosialisasi dan Pengenalan Produk Pada tahap awal konsumen diperkenalkan dan diberikan pengetahuan dasar tentang budidaya suatu komoditas seperti bagaimana pemilihan bibit dan varietas, pengendalian gulma dan penyakit tanaman, sistem pengelolaan lahan dan sistem pengairan (drainase) serta yang tidak kalah pentingnnya yaitu tentang pemupukan. Diskusi sampai yang lebih luas seperti seminar teknis akan memaparkan hal tersebut diatas secara detail dan komunikatif antara penyaji sebagai narasumber dan peserta sebagai pemakai dan pemilik. Pupuk dan pemupukan merupakan salah satu konsep mendasar seperti yang telah disebutkan sebagai sesuatu yang harus tetap dilakukan dan tidak dapat ditawar didalam pengelolaan suatu budidaya karena tanaman yang berproduktif akan mengambil nutrisi yang ada didalam tanah dan tertransportasi keseluruh jaringan tanaman secara terus menerus. Keadaan seperti ini yang akan menghabiskan cadangan hara di dalam tanah, dengan kata lain harus ada tambahan hara yang bersumber dari luar untuk menggantikan cadangan nutrisi bagi tanaman yakni pupuk. Gambaran tentang pupuk adalah pendeskripsian kualitas, kuantitas, manfaat, dan bagaimana proses yang terjadi di dalam tanah serta penyerapan oleh akar tanaman. Pemilihan bahan baku dan bahan pendukung yang baik dan bermutu secara cermat yang diproduksi menggunakan mesin-mesin yang berteknologi serta pengawasan dan pengawalan yang teliti oleh institusi penelitian
9 yang profesional untuk masing-masing komoditas sebagai formulator, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Balai Penelitian Karet Sungai Putih, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Inonesia (P3GI) Pasuruan, Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) di Jawa barat, serta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember menghasilkan produk bermutu yang sangat diharapkan oleh pelanggan. Pupuk majemuk dengan bentuk briket yang merupakan produk handal dari PT. Saraswanti Anugerah Makmur umumnya sudah sangat dipahami oleh para aplikan atau pengguna pupuk di tanah air khususnya di wilayah pemasaran Sumatera Utara dan NAD adalah alternatif yang tepat menggantikan pemakaian pupuk konvensional yang ada dan beredar di pasar. Pengguna selalu diberikan pemahaman yang lebih inovatif dan objektif dalam menentukan jenis pupuk seperti apa yang akan diaplikasikan di kebunnya, beberapa hal yang harus dijabarkan kepada pelanggan mengenai dasar pemupukan dalam ilmu pertanian antara lain tepat waktu, tepat takaran, tepat guna atau sasaran, serta tepat cara yang keseluruhannya didapat dari pemakaian pupuk NPK briket seperi PALMO untuk tanaman kelapa sawit, PUKALET untuk tanaman karet, KOKA untuk tanaman kopi dan kakao, HALEI untuk tanaman tebu, PERT-TEA untuk tanaman Teh, dan MAKRO-MIKRO untuk tanaman hortikultura dan lainnya. Harapan dan kepuasan pelanggan yang sering didapatkan dengan pemakaian produk ini sebagai berikut : Mendapatkan pupuk dengan kandungan hara yang lengkap, seimbang, dan berkualitas dengan pelepasan hara yang terkontrol serta terekomendasi.
10 Fasilitas kawalan aplikasi, pantauan (monitoring), dan evaluasi dari Perusahaan dan Institusi pemberi rekomendasi. Dengan aplikasi yang benar sesuai petunjuk memberikan pengaruh yang nyata dan efektif dan meminimalisir kehilangan hara akibat iklim sehingga meninggatkan produktivitas. Meningkatkan efisiensi dalam hal pembiayaan seperti pembelian, transportasi, dan aplikasi pupuk. Sebagai produsen dan distribusi langsung, sangat kecil kemungkinan bagi pelanggan memperoleh pupuk yang palsu dan terhindar dari spekulasi harga di pasaran Perlakuan Percobaan Perlakuan seperti ini pada umumnya disebut demontration plotting yakni percobaan penggunaan produk PT. Saraswanti Anugerah Makmur dalam skala kecil sampai sedang di kebun yang dapat mewakili keragaman usia dan varietas tanaman, jenis, serta struktur tanah. Teknik rancangan percobaan ini dilakukan dengan berbagai perlakuan menggunakan pupuk sejenis dan sebagai pembanding digunakan pupuk konvensional, pengamatan ini terus menerus dalam sebuah tabulasi perkembangan dan produksi yang memakan waktu cukup lama mencapai satu tahun atau lebih dan perbedaan yang nyata dari perlakuan tersebut menunjukan keunggulan suatu produk yang diuji. Hasil seperti ini bagi petani dan pengguna di tingkat perusahaan perkebunan merupakan hal yang obyektif dan terbuka dimana kebenaran dan hal-hal yang dijanjikan seorang atau tim pemasaran perusahaan produsen pupuk terbukti dan menjadi titik awal keyakinan
11 dan kepuasan. Hasil percobaan yang disimpulkan menjadi laporan yang nantinya diulas kembali sebagai bahan pendukung dalam presentasi atau diskusi lanjutan dalam mengkreasikan suatu permintaan pupuk oleh pelanggan Analisis Tanah dan Daun Formulasi yang spesifik dari pupuk briket dapat diubah sesuai pesanan hanya diperoleh dari analisis tanah dan daun yang diambil di lokasi kebun secara random dan refresentatif agar jenis dan jumlah kebutuhan hara yang dibutuhkan oleh tanaman sangat efektif dilakukan oleh Pusat Penelitian terkait di dampingi agronomis yang juga sebagai pemasar serta pengguna sebagai penunjuk wilayah. Setiap daerah penanaman atau kebun memperlihatkan perbedaan jenis, struktur, dan tekstur dengan kandungan hara yang berbeda pula di dalam tanah begitu juga dengan jumlah nutrisi yang ada di dalam jaringan daun menunjukan perbedaan untuk setiap umur tanaman. Kesimpulan yang dapat diambil dari perlakuan ini bahwa di dalam areal perkebunan tersebut akan memperlihatkan perbedaan formulasi dan dosis di tiap-tiap kebun dan hal ini yang disebut inovasi pemupukkan dan bagi pengguna mendapat kemudahan dalam pengaplikasiannya di lapangan Proses Produksi Proses produksi adalah serangkaian kegiatan berupa cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau meningkatkan nilai tambah suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber daya berupa tenaga kerja, mesin, bahan baku dan modal yang ada.
12 Pada PT. Saraswanti Anugerah Makmur, jenis proses produksinya adalah proses produksi yang terus menerus (continuous process). Hal ini dapat dilihat dari variasi produk yang sangat sedikit, mesin yang dipakai adalah mesin khusus untuk mengolah pupuk Standar Mutu Bahan dan Produk Mutu merupakan faktor penting yang diterapkan di perusahaan ini karena banyak perusahaan pesaing yang bergerak dalam bidang yang sama. Pada PT. Saraswanti Anugerah Makmur, terdapat penetapan standar mutu pada bahanbahannya yaitu pada Urea, TSP, KCl, Kieserite, Slow Release Agent (SRA), dan bahan pendukung lainnya. Untuk penyimpanan yang dikemas dalam karung berlapis (inner bag). Semua bahan pada umumnya berbentuk tepung sampai butiran Bahan yang Digunakan Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk. Bahan baku yang digunakan PT. Saraswanti Anugerah Makmur dalam memproduksi pupuk adalah: 1. Urea 2. TSP 3. KCl 4. Kieserite
13 Bahan Penolong Defenisi bahan penolong adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, berupa tepung yang sangat halus sebagai pengikat bahan-bahan lainnya, di dalam tanah sangat berfungsi untuk mengendalikan pelepasan hara N, P, K, dan lain-lain secara bertahap dan berkesinambungan. Bahan penolong yang digunakan PT. Saraswanti Anugerah Makmur adalah Slow Release Agent (SRA) Bahan Tambahan Defenisi bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah: 1. Karung berlapis (double inner), merupakan kemasan yang dipakai untuk packing produk pupuk ini. 2. Benang, merupakan bahan untuk mengikat dan menutup karung yang telah diisi dengan pupuk dengan menggunakan alat penjahit karung Uraian Proses Proses produksi pupuk pada PT. Saraswanti Anugerah Makmur dibagi menjadi lima tahap produksi, yaitu: 1. Proses Pemilihan Bahan Baku 2. Proses Pencampuran (mixing process) 3. Proses Pencetakan 4. Proses Pengayakan (Screen Process) 5. Proses Penjahitan Karung (Packing)
14 Proses Pemilihan Bahan Baku Proses pemilihan bahan baku merupakan tahap awal yang dilakukan dalam produksi pupuk. Pada proses ini, bahan baku dipilih dengan sangat cermat dan tepat dengan takaran yang sesuai dengan spesifikasi teknis Proses Pencampuran (Mixing Process) Proses pencampuran (Mixing Process) merupakan tahap kedua yang dilakukan dalam proses produksi pupuk. Pada proses ini, selain homogenitas yang menjadi tujuan, urutan input bahan baku dalam proses juga menjadi kunci kemudian proses penyelimutan (coating) oleh bahan penolong diharapkan menjadikan bahan baku setengah jadi akan memperlihatkan performa yang sempurna. Selain tahap-tahap yang sudah dijelaskan di atas, waktu proses juga sangat menentukan dengan kata lain proses pencampuran (Mixing Process) tersebut pada umumnya mengikuti sifat atau karakteristik bahan baku tersebut. Misalnya, urea yang memiliki sifat higruskopik (mudah mencair bila bereaksi dengan udara luar) Proses Pencetakan Proses ini dimulai dengan memilah mesin-mesin pencetak (moulding machine) yang masing-masing juga memiliki spesifikasi yang berbeda dengan tingkat kemampuan produksi yang juga berbeda. Biasanya pada proses ini dibutuhkan 2-3 operator untuk setiap unit. Proses pencetakan dimulai setelah bahan setengah jadi yang dihasilkan dari mixing process masuk ke dalam cyclone dengan satu atau dua pintu pembuka (hoper) ditampung ke dalam karung dengan volume kurang lebih 1/3 karung
15 tersebut agar proses pemindahan secara manual yang dilakukan oleh operator dapat dikendalikan Proses Pengayakan (Screen Process) Pada proses pengayakan ini merupakan pemisahan berbagai campuran partikel padatan yang mempunyai berbagai ukuran bahan dengan menggunakan ayakan. Proses pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah kontaminan yang ukurannya berbeda. Pengayakan juga memudahkan untuk mendapatkan pupuk dengan ukuran yang seragam. Sehingga produk yang cacat akan didaur ulang menggunakan mesin pencetak (mixer) Proses Penjahitan Karung Proses ini merupakan proses akhir kegiatan rangkaian proses produksi. Pada bagian ini seorang operator dengan menggunakan mesin jahit karung, menutup dengan menjahit karung-karung yang telah diisi dengan pupuk yang siap untuk dipasarkan.
TEKNOLOGI PUPUK MAJEMUK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PUPUK MAJEMUK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT Oleh : Dias Gustomo, Mohamad Mulyadi, Edi Premono PT. Saraswanti Utama PENDAHULUAN Pupuk, variabel penting budidaya tanaman Kemampuan meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UKM Gunung Jati merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan paving block dan Riol. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1980an oleh bapak
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN
ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati
Lebih terperinciINOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT
INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Teknologi kompos dari tandan kosong sawit INOVASI TEKNOLOGI Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah pada pabrik
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan
TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa peranan pupuk
Lebih terperinciAnalisis Penawaran dan Permintaan Pupuk di Indonesia
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Penawaran dan Permintaan Pupuk di Indonesia 2007-2012 Oleh : Prajogo U. Hadi Dewa K. Swástica Frans Betsí M. D. Nur Khoeriyah Agustin Masdjidin Siregar Deri Hidayat
Lebih terperinciBUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014
BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN KUANTAN
Lebih terperinciPRODUK PUPUK NPK UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP
PRODUK PUPUK NPK UNTUK KELAPA SAWIT Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP PERKENALAN SARASWANTI GROUP HEAD OFFICE: AMG Tower Lt.19-21 Jl. Dukuh Menanggal 1A Surabaya, Jawa Timur
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN. HIDUP. Sumber Daya Alam. Perkebunan. Pengembangan. Pengolahan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V-26 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Florindo Makmur merupakan perusahaan manufaktur yang mengolah singkong menjadi tepung tapioka.perusahaan ini berlokasi di Jl. Besar Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. R.S. Bridger dalam bukunya yang berjudul Introducton to Ergonomics,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem kerja merupakan serangkaian dari beberapa pekerjaan yang berbeda kemudian dipadukan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa, yang menghasilkan keuntungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian
Lebih terperinciPENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA
PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENDAHULUAN Petani pakai pupuk kimia Tekstur & struktur tanah ( sulit diolah & asam) Mobilisasi unsur hara Suplai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Putra Tunas Megah pada awalnya didirikan oleh perusahaan asing yang berdomisili di Singapura (Asysmec, Co.). PT. Putra Tunas Megah didirikan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO MOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 2010 WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang
Lebih terperincipercobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis
PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,
Lebih terperinciBAB III PENGUMPULAN DATA
BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN
WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. Analisis sifat kimia tanah dan analisis jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011 DI KABUPATEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SAMPANG
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI KOTA BANJAR TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA BANJAR Menimbang : bahwa
Lebih terperinciV. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM
V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar
Lebih terperinciTUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Disusun oleh : SHEILA SELVIONA
PEMETAAN DAN EVALUASI KEPUASAN PELANGGAN MENGGUNAKAN METODE KANO BERDASARKAN DIMENSI SERVQUAL DALAM UPAYA MENDUKUNG KUALITAS PRODUK DI PT. SARASWANTI ANUGERAH MAKMUR TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG
1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciSALINAN NOMOR 5/E, 2010
SALINAN NOMOR 5/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2010 WALIKOTA MALANG, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSUSI PADA SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010 BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO. Oleh. Ir. Azri, MSi.
TEKNOLOGI PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO Oleh Ir. Azri, MSi. Faktor pemupukan telah terbukti meningkatkan produksi tanaman. Namun demikian masih banyak masalah tentang pemupukan terutama dosis pemupukan, sebab
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. industri pakan ikan di Medan, Sumatera Utara, Indonesia.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Mabar Feed Indonesia merupakan salah satu perseroan dalam bidang industri pakan ikan di Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Lokasi pabrik dan kantor
Lebih terperinciKEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,
PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Teh merupakan komoditas perkebunan unggulan di Indonesia, apalagi pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor enam di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perkembangan pada sektor industri pertanian dan perkebunan ditandai dengan terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang berasal
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG
/ WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERT 1NGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DIKOTA BANJARMASIN TAHUN ANGGARAN 2013
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI PADA SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN KABUPATEN TANGERANG
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG
1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KEBUTUHAN, PENYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 115 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN GUBERNUR JAWA BARAT;
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 115 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN GUBERNUR JAWA BARAT; Menimbang Mengingat : a. bahwa pupuk
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V-31 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT XYZ merupakan perusahaan yang menghasilkan produk tepung tapioka. Perusahaan ini berlokasi di salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan
Lebih terperinciKEDAULATAN PANGAN INDONESIA
Bersama E-PLUS 101 menuju KEDAULATAN PANGAN INDONESIA Solusi praktis peningkatan produktivitas hasil pertanian dan perkebunan Kondisi sektor pertanian Indonesia masih jauh dari sasaran untuk menjadikannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN MADIUN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciI. Pendahuluan. II. Permasalahan
A. PENJELASAN UMUM I. Pendahuluan (1) Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga terkait
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA PROBOLINGGO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan didalam perekonomian di Indonesia memiliki perananan yang cukup strategis, antara lain sebagai penyerapan tenaga kerja, pengadaan bahan baku untuk
Lebih terperinciMenanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai
Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,
WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU Jl. Let. Jend. S. Pa[ PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA BENGKULU
Lebih terperinciKELAPA. (Cocos nucifera L.)
KELAPA (Cocos nucifera L.) Produksi tanaman kelapa selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, juga diekspor sebagai sumber devisa negara. Tenaga kerja yang diserap pada agribisnis kelapa tidak sedikit,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 PT. Perkebunan Nusantara IV 4.1.1 Riwayat Singkat Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 09 tahun 1996 tentang penggabungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk itu untuk memenuhi sebagian kebutuhannya. Produsen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan didirikan dan dikelola untuk menghasilkan sesuatu atau sekelompok produk baik berupa barang maupun jasa. Produk itu dipasarkan dan dijual kepada pihak lain,
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN TENTANG
WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 1 TAHUN201S TENTANG KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DIKOTA BANJARMASIN TAHUN ANGGARAN 2016 w DENGAN
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI TENGAH
BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA BOGOR TAHUN
Lebih terperinciWALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA BLITAR
Lebih terperinciPOLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM
POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada
Lebih terperinciBUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fosfat adalah salah satu unsur hara makro yang essensial dalam budidaya tanaman. Tujuan dari pemupukan adalah menambah ketersediaan unsur hara dalam tanah atau untuk
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI, REALOKASI DAN RENCANA KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KAPUAS
Lebih terperinciGUBERNUR BALI, TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG KEBUTUHAN DANHARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR
Lebih terperinciCUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG
CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2009
Lebih terperinciDINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA
DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA Illia Seldon Magfiroh, Ahmad Zainuddin, Rudi Wibowo Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jember Abstrak
Lebih terperinciBUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI SERUYAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa ke masa agar dapat diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari masa ke masa agar dapat diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran serta dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan Unit Usaha Sawit Langkat (disingkat SAL) mulai berdiri pada tanggal 01 Agustus 1974 sebagai salah satu Unit Usaha dari PTP.VIII yang bergerak
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang
Lebih terperinciBUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2
BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas
Lebih terperinciProduktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.
IMPLEMENTASI BEST MANAGEMENT PRACTICES (BMP) MELALUI PEMELIHARAAN KESEHATAN TANAH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN Oleh: Lambok Siahaan PT PADASA ENAM UTAMA PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan yang semakin tinggi. Persaingan tersebut menjadikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan suatu usaha berbanding lurus dengan persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi. Persaingan tersebut menjadikan perusahaan harus mampu
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.
PENDAHULUAN Latar Belakang Kekayaan Negara Indonesia merupakan sebuah anugerah yang tidak ternilai. Seluruh potensi alam yang terkandung baik di dalam perut bumi Indonesia maupun di daratan dan lautan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA PROBOLINGGO TAHUN
Lebih terperinci