BAB I PENDAHULUAN. bertemu secara fisik, singkatnya transaksi saham scriptless atau tanpa warkat, maka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. bertemu secara fisik, singkatnya transaksi saham scriptless atau tanpa warkat, maka"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi di pasar modal sangat sederhana, di mana dewasa ini transaksi dilakukan dengan menggunakan media elektronik atau transaksi dilakukan secara online melalui internet. Dalam melakukan transaksi ini para investor tidak perlu bertemu secara fisik, singkatnya transaksi saham scriptless atau tanpa warkat, maka saat transaksi terjadi secara online. Saat ini hak kepemilikan saham sudah dikelola secara elektronik dan tidak lagi dibuktikan melalui warkat atau sertifikat saham. Pada saat investor membeli saham melalui broker, broker saham akan memesankan pesanan investor itu ke bursa saham. Terjadinya transaksi hanya berupa kata done di layar komputer 1. Kepemilikan saham dulunya melalui sertifikat saham/warkat. Dewasa ini transaksi efek dilakukan tidak secara fisik lagi karena dokumentasinya telah dilakukan secara elektronik. Dokumentasi elektronik ini dilakukan di tempat yang aman dan terpercaya sehingga tidak perlu khawatir kepemilikan saham akan terhapus atau hilang. Sistem transaksi yang cepat ini membuat perputaran di bursa sangat cepat dan besar. 2 Akibat dari semakin cepat dan besarnya pergerakan uang dalam pasar modal. Hal tersebut membuat banyak investor semakin bersemangat dalam 1 Benny Sinaga., Kitab Suci Pemain Saham. (Jakarta : Dua Jari Terangkat, 2009), hal Ibid, hal

2 2 menginvestasikan uangnya. Dapat dilihat dari volume transaksi di pasar modal yang luar biasa. Transaksi di pasar modal mencapai Rp. 6.6 Trilliun rupiah per hari cukup pesat dibanding tahun lalu sekitar Rp. 4,5 Trilliun rupiah per hari. 3 Gairah investor tersebut membuat para sekuritas pun berinovasi dengan memberikan fasilitas bagi para investor agar dapat bertransaksi lebih banyak lagi. Penjelasan Pasal 6 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, antara lain menyebutkan bahwa kegiatan bursa efek pada dasarnya adalah menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana perdagangan efek bagi anggotanya. 4 Dalam dunia pasar saham, terdapat banyak fasilitas yang ditawarkan oleh sekuritas. Antara lain margin trading dan short selling. Margin trading merupakan salah satu fasilitas yang diberikan perusahaan pialang saham kepada investor. Dikatakan fasilitas, karena memang perusahaan pialang saham memberikan semacam pinjaman kepada investor. Namun, pinjaman ini tidak harus dikembalikan secara terjadwal, sebagaimana pinjaman dari bank. Investor baru mengembalikan bila berhasil menjual saham yang dibelinya dengan harga yang lebih tinggi dari harga belinya. Atau sebaliknya, berhasil melikuidasi posisi jualnya, pada membeli dengan harga lebih rendah dari harga jual. Sebagai imbalan atas fasilitas yang disediakan perusahaan pialang berjangka itu, investor harus membayar bunga pinjaman dan fee. 3 diakses tanggal 29 november 2013) 4 Bunyi lengkap dari penjelasan atas Pasal 6 Undang Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah Kegiatan Bursa Efek pada dasarnya adalah menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana perdagangan Efek bagi para anggotanya. Mengingat perdagangan dimaksud menyangkut dana masyarakat yang diinvestasikan dalam Efek, perdagangan tersebut harus dilaksanakan secara teratur, wajar, dan efisien. Oleh karena itu, penyelenggaraan kegiatan Bursa Efek hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

3 3 Penggunaan margin dalam perdagangan saham semakin menghangat karena banyak kasus nasabah yang kena margin call 5 ataupun posisi di accountnya harus di cut karena melebihi modal yang ada. Banyak yang harus menjual karena melebihi modal yang ada. Banyak juga kasus yang nasabah bukan hanya habis dana, malah berhutang dan harus menjual aset kekayaannya. Dalam mengelola margin trading, sekuritas membebankan bunga terhadap dana yang terpakai. Biasanya lebih tinggi dari bunga deposito yakni sekitar 15% sampai 20% pertahun. Fasilitas ini memberikan keleluasan bagi investor untuk menangkap ikan yang lebih besar, dan perusahaan mendapatkan keuntungan komisi dan bunga dari setiap transaksi yang terjadi. Tanpa menggunakan jaminan berupa benda tidak bergerak. Jaminan yang dijaminkan kepada perusahaan sekuritas hanyalah saham yang dimiliki investor semata 6. Margin trading atau perdagangan marjin merupakan salah satu bentuk kegiatan transaksi efek yang menyerupai usaha bank yang dilakukan oleh perusahaan efek. Sebagaimana dapat disimpulkan dari namanya, maka dengan melakukan atau memberikan fasilitas perdagangan secara marjin (kepada nasabahnya), perusahaan efek pada dasarnya melakukan pembiayaan atas sebagian dana yang dibutuhkan oleh nasabah dalam melakukan kegiatan transaksi efeknya. Hal ini berarti investor dalam melakukan pembelian saham menggunakan pinjaman pihak ketiga untuk membayar pembeliannya. 5 Margin call adalah likuidasi atau penutupan secara paksa atas trading yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh broker karena margin di account investor tidak cukup untuk menutupi atau menahan posisi trading investor yang merugi. 6 Ibid hal 50.

4 4 Dengan adanya margin trading, memberikan keleluasaan bagi investor untuk melakukan transaksi tetapi juga menyebabkan para investor lebih berani untuk melakukan investasi. Dengan melakukan investasi itu maka sudah melekat risiko yang harus ditanggungnya. Bahkan dalam literatur investasi, margin trading merupakan salah satu strategi investasi yang cenderung mendekati spekulasi. Sehingga ini akan menjerat investor untuk melakukan investasi di perusahaan sekuritas tersebut. Meskipun dalam nilai tranksaksinya nasabah memperoleh kesempatan untuk bertransaksi lebih banyak, tetapi ini juga berarti menambah resiko yang harus dipikul oleh nasabah mengingat sifat transaksi efek yang sangat fluktuatif. Oleh karena sifatnya yang mengandung resiko atas kekayaan nasabah, maka perdagangan marjin ini mendapat perhatian khusus dari otoritas pasar modal yang salah satunya adalah Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep-019/BEJ/0897 tanggal 1 Agustus Keputusan ini mengatur tentang persyaratan dan perdagangan efek dalam transaksi marjin dan transaksi Short Selling bursa menetapkan efek yang dapat ditransaksikan dan atau dijaminkan dalam transaksi marjin dan atau transaksi short selling. Di samping margin trading di dunia pasar modal juga terdapat sebuah fasilitas kepada investor yang bertujuan untuk dapat memberikan keuntungan besar bagi para investor yakni short selling. Short Selling adalah transaksi jual beli saham yang bersifat khusus. Kekhususan dari transaksi ini adalah karena pada saat transaksi

5 5 dilakukan, investor jual tidak memiliki saham yang ditransaksikan. Resiko terjadinya gagal serah pada transaksi short selling lebih besar dibandingkan transaksi jual beli saham pada umumnya. 7 Pada skema short selling yang sederhana, penjual melakukan short selling dengan meminjam saham dari sekuritas dan kemudian mencari saham di bursa untuk mengembalikan saham yang dipinjam tersebut. Risiko terjadinya gagal serah pada transaksi short selling lebih besar dibandingkan transaksi jual beli saham pada umumnya. Risiko lainnya adalah penurunan harga yang signifikan 8. Penurunan harga efek ini terjadi karena dalam pelaksanaannya, pelaku short selling akan menambah persediaan saham yang dijual selain penjualan saham yang dilakukan oleh pemilik/pemegang saham sesungguhnya, dimana sesuai dengan hukum ekonomi bahwa dengan banyaknya persediaan saham yang dijual (supply) dan permintaan yang tetap (demand), maka akan menekan harga saham menjadi lebih rendah yang dapat berakibat menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan. Transaksi short selling pun tidak lepas dari efek negatif, antara lain membuka kemungkinan terjadinya pelanggaran di pasar modal, dalam bentuk penipuan, manipulasi pasar, dan insider trading. Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bapepam-LK) serta Bursa Efek telah membuat seperangkat aturan untuk melakukan transaksi short selling. Peraturan tersebut berisi batasan-batasan yang harus diperhatikan sebelum 7 Putu Suryastuti, Analisa Hukum terhadap Ttransaksi Short Selling diiindonesia dan Perlindungan Hukum bagi Pihak Lawan Transaksi dalamttransaksi Short Selling. (Jakarta:Perpustakaan UI, 2009) hal. 5 8 Teraoka Michio, First Step in Margin Trading. (Jakarta : Kompas Gramedia,2010) hal. 13.

6 6 melakukan transaksi short selling. Baik peraturan Bapepam dan LK maupun peraturan Bursa Efek telah memberikan kemudahan bagi investor untuk melakukan transaksi short selling dan telah memberikan perlindungan bagi pihak lain yang merupakan lawan transaksi dari pelaku short selling. Namun demikian, untuk mencegah efek negative yang dapat timbul dari transaksi short selling, peranan OJK serta Bursa Efek dalam mengawasi pasar modal perlu ditingkatkan sehingga akan tercipta pasar yang teratur, wajar, dan efisien. Sehingga para investor nyaman melakukan investasi di pasar modal Indonesia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumukan lah permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan transaksi margin trading dan short selling? 2. Bagaimanakah mekanisme transaksi margin trading dan short selling? 3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap nasabah/investor dalam transaksi margin trading dan short selling di pasar modal Indonesia? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan secara umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara analitis tentang perlindungan hukum dalam transaksi margin trading serta short seles di pasar modal sedangkan secara khusu tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan transaksi margin trading dan short selling

7 7 2. Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme transaksi margin trading dan short selling. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum terhadap nasabah/investor dalam transaksi margin trading dan short selling di pasar modal Indonesia. D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum Pasar Modal mengenai Proses serta tatacara yang terjadi dalam pelaksanaan margin trading dan short selling. 2. Kegunaan Praktis Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan yang berharga bagi para investor lebih selektif dalam melakukan investasi di pasar modal serta badan pengawas pasar modal yang saat ini berada di bawah OJK selaku otoritas pasar modal agar lebih ketat dalam melakukan pengawasan terhadap pasar modal dan sebagai dasar pemikiran dalam membuat regulasi-regulasi baru dalam pasar modal Indonesia. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara umumnya dan Kepustakaan, belum ada penelitian mengenai Margin Trading dan Short Selling. Belum pernah dilakukan oleh

8 8 penelitian sebelumnya. Memang pernah ada penelitian mengenai pasar modal yang sebelumnya dilakukan oleh : 1. Indra Sani Harahap, NIM , Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul Analisis Hukum Prinsip-prinsip Syariah dalam Pasar Modal Syariah di Indonesia. Dan permasalahan yang diteliti adalah: a. Apa saja Pertimbangan dalam pembentukan pasar modal syariah di indonesia? b. Bagaimana prinsip dasar ketentuan hukum dalam pasar modal syariah? c. Bagaimana pelaksanaan prinsip-prinsip syariah tersebut dalam kegiatan investasi? 2. Alkamra, NIM: , Magister Kenotariatan Universitas Sumatra Utara, dengan judul Perlindungan Hukum Bagi Investor dalam Perdagangan Saham Setelah Listing di Pasar Modal. Dan permasalahan yang diteliti adalah : a. Bagaimana perlindungan hukum bagi investor dalam perdagangan saham setelah listing di pasar modal. b. Apa saja praktek dan kegiatan yang dilarang dalam perdagangan saham di pasar sekunder? c. Bagaimana pengawasan lembaga pasar modal untuk memberikan perlindungan hukum bagi investor dalam perdagangan saham di pasar sekunder?

9 9 Apabila dilihat pada permasalahan yang diteliti sebelumnya sebagaimana disebutkan di atas maka penelitian ni adalah berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan. Penulis bertanggung jawab sepenuhnya apabila ternyata dikemudian hari terbukti bahwa penelitian ini merupakan duplikasi atau plagiat dari penelitian yang telah ada sebelumnya. F. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, atau teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis. Fungsi teori dalam suatu penelitian adalah untuk memberikan arahan/petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati 9. Karena penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Dalam penelitian ini teori digunakan untuk memecahkan masalah, adapun teori yang dipergunakan adalah teori hukum jaminan, teori hukum perjanjian dan teori perlindungan hukum yang berhubungan satu dengan yang lain. Baik margin trading maupun Short Selling adalah transaksi yang wajar di pasar saham tapi kadang investor melakukannya cukup nekat dengan mengambil risiko yang sangat besar. Akibat transaksi yang terbatas itu, Indeks Harga Saham 9 M.Solly Lubis, Filsafat dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hal.80.

10 10 Gabungan (IHSG) pernah anjlok 7,7% dalam satu hari pada 22 Januari Sehingga OJK melakukan penyempurnaan peraturan dalam rangka meningkatkn efisiensi dan efektivitas penerapan dan pengawasan margin trading dan short selling agar meningkatkan likuiditas transaksi efek dan kualitas pembiayaan penyelesaian transaksi efek oleh perusahaan efek bagi nasabah serta meningkatkan kepastian hukum atas transaksi efek. 11 Nilai jaminan pembiayaan yang wajib dipelihara oleh nasabah minimal 135% dari nilai pasar wajar efek yang ditransaksikan secara short selling (posisi short). Jika nilai jaminan tersebut mengalami penurunan sehingga kurang dari 135%, maka nasabah wajib menambah jaminan dalam waktu 3 hari bursa sehingga nilai jaminan minimal 135%. Agunan atau jaminan merupakan suatu hal yang sangat erat hubungannya dengan Perusahaan Sekuritas, dalam pelaksanaan teknis transaksi margin trading dan short selling. Dana yang diberikan oleh perusahan sekuritas perlu diamankan. Tanpa adanya pengamanan, perusahaan sekuritas sulit menghindarkan risiko yang akan datang. Sebagai akibat tidak berprestasinya seorang investor. Untuk mendapatkan kepastian dan keamanan dari kreditnya, perusahaan sekuritas melakukan tindakantindakan pengamanan dan meminta kepada calon investor agar mengikatkan sesuatu barang tertentu sebagai jaminan di dalam pemberian kredit dan diatur dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata online internet 28 Januari online internet 28 januari Endi Budiawan,Perlindungan Hukum Terhadap Perusahaan Securitas dalam Transaksi atas Fasilitas Margin Tranding, (Semarang, Tesis Universitas Diponegoro, 2010), hal. 116.

11 11 Pada transaksi margin trading dan short selling jaminan yang diberikan oleh investor kepada sekuritas adalah saham. Proses nya adalah nasabah meminjam uang dari sekuritas, saham-saham yang terbeli melalui uang tersebut dijadikan jaminan kepada sekuritas. Oleh karena itu dapat dikatakan segala hak yang melekat dari pada saham-saham yang diperoleh dari transaksi yang mempergunakan fasilitas merupakan millik nasabah margin trading dan short selling namun dikendalikan oleh sekuritas. 13 Investor margin trading dan short selling dinyatakan wanprestasi jika tidak memenuhi, terlambat memenuhi atau memenuhi namun hanya sebagian, paling tidak melanggar salah satu dari syarat-syarat tersebut. Maka sekuritas berhak memaksa investor untuk menjual atau sekuritas berhak langsung menjual saham yang ada pada rekening efek marjin dan short selling investror jika tidak dipatuhi untuk melunasi kewajibannya 14. Secara umum, kata jaminan dapat diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung kembali pembayaran suatu hutang. Dengan demikian, jaminan mengandung suatu kekayaan (materiliil) ataupun suatu pernyataan kesanggupan (immateriil) yang dapat dijadikan sebagai sumber pelunasan hutang. Berdasarkan kebendaannya, jaminan dikelompokkan menjadi: 1. Jaminan Perorangan (persoonlijk) Jaminan perorangan adalah orang ketiga (borg) yang akan menanggung pengembalian uang pinjaman, apabila pihak peminjam tidak sanggup mengembalikan pinjamannya tersebut. 13 Perjanjian fasilitas pembiayaan penyelesaian transaksi efek pasal 9 hal 6 14 Ibid pasal 14 hal 8

12 12 2. Jaminan Kebendaan (zakelijk) Dalam hal ini berarti menyediakan bagian dari kekayaan seseorang guna memenuhi atau membayar kewajiban debitur. Fasilitas margin trading dan short selling sebenarnya tidak bedanya dengan pinjaman uang dari perbankan. Namun yang membedakan nya adalah pada fasilitas ini jaminan yang digunakan adalah saham yang hendak dibeli oleh para investor. Sehingga menurut penulis sangat penting dibahas teori hukum jaminan. Untuk dapat menggunakan fasilitas margin trading atau short selling maka para investor harus melakukan perikatan perjanjian terlebih dahulu dengan perusahaan sekuritas. Perjanjian ini sangat penting karena perjanjian dibuat secara tertulis akan memperoleh kekuatan hukum sehingga tujuan kepastian hukum dapat tercapai. Pengaturan mengenai transaksi Margin Trading dan Short selling masih menggunakan aturan dalam Buku III KUHPerdata khususnya pengaturan mengenai masalah perjanjian yang terjadi dalam transaksi Margin Trading dan Short Selling. Perjanjian dalam transaksi ini terjadi antara kedua belah pihak yang mana salah satu pihak berjanji kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu. Hal ini sesuai dengan Pasal 1313 KUHPerdata, Menurut pasal ini perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih Subekti. dan R.Tjitrosubidio. kitab undang-undang hukum perdata. (PT.Pradnya Paramita: Jakarta, 1996). Hal 338.

13 13 Peristiwa ini menimbulkan suatu hubungan hukum antar dua orang tersebut dinamakan perikatan atau dengan kata lain perjanjian itu menimbulkan suatu perikatan antar dua orang yang membuatnya berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji atau kesanggupan atas apa yang diucapkan atau dituliskan oleh kedua belah pihak yaitu pihak yang berhak dan pihak yang berkewajiban. 16 Dalam pasar modal perjanjian hanya bersifat obligator artinya perjanjian jual beli baru meletakkan hak dan kewajiban yang timbul antara penjual dan pembeli, namun belum memindahkan hak milik. Hak milik baru terjadi setelah adanya penyerahan atau levering. Levering atau penyerahan adalah pemindahan hak milik atas suatu benda yang berasal dari seseorang yang berhak memindahkannya kepada orang lain, yang mengakibatkan orang lain menjadi pemilik benda tersebut. 17 Dalam pasar modal levering terjadi terdapat kesamaan, yakni levering pada pasar modal sederhananya efek berkurang dari rekening efek yang satu dan ditambahkan kepada rekening efek yang lain. Final dari levering itu sendiri adalah pada saat sudah masuknya efek ke rekening efek pembeli, sehingga pada saat itu secara yuridis hak atas kepemilikan saham telah beralih. 18 Teori perlindungan hukum mengandung teori yang berkaitan dengan perlindungan subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam pemberian 16 Hj.Djanius Djamin, Hukum Perdata,(Medan : Trikaya, 1994) hal Ibid., hal Megarita, Scriptless Trading dan Prinsip Keterbukaan Menciptakan Pasar yang Efisien dan Mengurangi Resiko Investasi. (USU:Medan, 2005). Halm 25.

14 14 pinjaman. Menurut Van Kan hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat. 19 Teori perlindungan hukum berhubungan dengan teori hak dan teori kewajiban. Menurut Satjipto Rahardjo. Hak adalah kekuasaaan yang diberikan oleh hukum kepada seseorang, dengan maksud untuk melindungi kepentingan seseorang tersebut. Hak tersebut merupakan pengalokasian kekuasaan tertentu kepada seseorang untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut 20. Van Apeldoorn menyatakan bahwa tiap tiap hubungan hukum mempunyai dua pihak, pada satu pihak ia merupakan hak dan pada pihak lain ia merupakan kewajiban. 21 Apabila subjek hukum tidak melaksanakan kewajiban hukum, maka akibatnya adalah dapat dimintakan pertanggungjawaban secara yuridis. Menurut teori ada 3 (tiga) macam pertanggungjawaban, yaitu pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (fault based liability) yang merupakan pertanggungjawaban yang terkait dengan perilaku subjek. Tanggung jawab berdasarkan wanprestasi yaitu tanggung jawab berdasarkan kontrak (contractual liability). Menurut teori ini apabila dalam sebuah kontrak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan maka yang pertama tama yang harus dilihat adalah isi dari kontrak atau perjanjian atau jaminan yang merupakan bagian dari kontrak, baik tertulis maupun lisan. 22 Pertanggungjawaban mutlak adalah pertanggungjawaban yang berkaitan dengan perbuatan yang menurut pembuat 19 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, (Jakarta : Toko Gunung Agung, Tbk, 2002) hal Ibid., hal, Ibid, hal Inosentius Samsul,Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Universitas Indonesia, Fakultas Hukum Pascasarjana, 2004) hal

15 15 undang undang telah membawa efek yang merugikan, jadi adanya hubungan antara perbuatan dan akibat. Prinsip utama dari pertanggungjawaban mutlak ini adalah tidak perlu adanya syarat kelalaian tergugat dan tidak dapat dikaitkan pula dengan adanya wanprestasi. 23 Dari ketiga macam pertanggung jawaban ini yang paling relevan dengan margin trading dan short selling adalah pertanggung jawab berdasarkan wanprestasi yaitu pertanggung jawab berdasarkan kontrak. Karena untuk melakukan transaksi margin trading dan short selling kedua belah pihak akan diikat dengan kontrak terlebih dahulu. Jadi baik perusahaan efek maupun investor melakukan transaksi sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam kontrak. Apabila terjadi kelalaian maka disebut wanprestasi dan salah satu pihak yang lalai akan bertanggung jawab berdasarkan kontrak. Dalam pasar modal sendiri terdapat dua perlindungan yakni perlindungan hukum preventif dan represif. Perlindungan hukum preventif adalah perlindungan umtuk mencengah ada nya sengketa antara pemegang saham minoritas dan mayoritas. Dalam hal ini penting nya badan-badan dalam Pasar Modal untuk menjaga kestabilan dan kepastian hukum baik oleh OJK, Bursa Efek, KSEI, KPEI dsb untuk menjaga keamanan dan kenyaman bagi para investor untuk melakukan transaksi di pasar modal Ibid Repowijoyo, Pemegang Saham Minoritas di akses (diaskses pada tanggal 03/01/2014)

16 16 Sedangkan perlindungan represif adalah perlindungan untuk menyelesaikan sengketa di masyarakat agar tercapai penyelesaian yang adil. Dalam hal ini peran perjanjian antar pihak sangat penting untuk dimengerti terlebih dahulu oleh para investor sebelum mengikatkan diri di dalam nya. Penting pula para investor belajar tentang seluk beluk pasar modal sebelum menanamkan modal nya. Sehingga dapat meminimalisir kemungkinan sengketa yang akan timbul. 25 Pasar modal sangatlah rentan dengan penipuan dan kejahatan sehingga sangat dibutuhkan suatu kepastian hukum yang melindungi para investor serta badan hukum sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan dalam menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal Indonesia. 2. Konsepsi Konsepsi berasal dari bahasa latin, conceptus yang memiliki arti sebagai suatu kegiatan atau proses berpikir, daya berpikir khususnya penalaran dan pertimbangan.konsepsi adalah salah satu bagian yang terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus yang disebut defenisi operasional. 26 Perumusan serangkaian defenisi operasional dalam rangka penelitian ini sebagai berikut: a. Transaksi marjin/margin Trading adalah transaksi pembelian efek untuk kepentingan nasabah yang dibiayai oleh perusahaan efek. 25 Ibid. 26 Samadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo Persada,1998, hal.3.

17 17 b. Transaksi Short/Short Selling adalah transaksi penjualan efek dimana efek dimaksud tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan. c. Nasabah adalah orang yang melakukan transaksi jual beli saham di pasar modal dengan memanfaatkan fasiltias margin trading dan short selling. d. Perlindungan Hukum adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh badan pengawas pasar modal baik OJK, Bursa Efek, KPEI, dan KSEI kepada para investor dalam melakukan transaksi di pasar modal khususnya margin trading dan short selling untuk memberikan rasa aman, baik secara fisik maupun mental. e. Perjanjian Pembiayaan adalah perjanjian antara perusahaan efek dengan nasabah yang memuat hak dan kewajiban terkait dengan pembiayaan penyelesaian transaksi efek nasabah oleh perusahaan efek yang dapat berupa pembiayaan dana dan atau pembiayaan efek. f. Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. g. Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. h. Margin Call adalah likuidasi atau penutupan secara paksa atas trading yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh broker karena margin di account

18 18 invesrotr tidak cukup untuk menutupi atau menahan posisi trading investor yang merugi. i. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. j. Jaminan adalah suatu yang diberikan kepada kreditor untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. k. Cut loss adalah tindakan menghindari kerugian dengan menjual saham pada posisi merugi. l. Capital Gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual beli dalam perdagangan saham. G. Metodologi Penelitian Metode yang diterapkan di dalam suatu penelitian adalah kunci utama untuk menilai baik buruknya suatu penetiaian. Metode penelitian itulah yang menetapkan alur kegiatannya, mulai dari pemburuan data sampai ke penyimpulan suatu kebenaran yang diperoleh dalam penelitian itu Jenis Dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian yuridis normatif yaitu dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau bahan data sekunder yang 27 Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum, (Medan : Multi Grafika, 2004) hal.15.

19 19 meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan perungan-undangan, putusan pengadilan dan bahan hukum lainnya 28. Penelitian ini memberikan gambaran secara rinci, sistematis, dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan transaksi margin trading dan short selling dalam pasar modal. Dengan menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan dalam transaksi margin trading dan short selling. 29 Penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum normatif dapat disebut juga penelitian hukum doktrinal. Penelitian hukum doktrinal dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang undangan (law in the books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. 30 Johnny Ibrahim menuliskan bahwa: oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundangundangan (statue approach). Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian. Selain itu juga dilakukan pendekatan lain yang diperlukan guna memperjelas analisis ilmiah yang diperlukan dalam penelitian normatif Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Hal Ibid hal Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, (Malang : UMM Press, 2009), hal Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : Bayumedia, 2007) hal. 295.

20 20 Dalam penelitian ini, akan ditempuh cara penelitian kepustakaan (library research), atau biasa dikenal dengan sebutan studi kepustakaan. 32 Walaupun penelitian dimaksud tidak lepas pula sumber lain selain kepustakaan, yakni penelitian terhadap bahan artikel dan karya tulis di berbagai media massa ataupun laman dunia maya. Penelitian kepustakaan yang normatif adalah penelitian dengan mengolah dan menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder serta bahan hukum tertier yang berkaitan dengan pokok bahasan di dalam penelitian ini. Sumber data pada penelitian ini berupa bahan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan (library research), peraturan perundang-undangan, buku-buku, jurnal-jurnal hukum, yurisprudensi, kamus hukum, ensiclopedia, yang diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga disajikan dalam penulisan yang sistematis. Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 33 Alasan penggunaan penelitian hukum normatif-kualitatif ini adalah pertama, didasarkan pada paradigma hubungan yang dinamis antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep 32 Soerjono Soekanto, Op Cit. hal 53, dikatakan karena titik berat penelitian tertuju pada penelitian kepustakaan, yang berarti akan lebih banyak menelaah dan mengkaji data primer dan sekunder yang diperoleh dari perpustakaan dan tidak diperlukan penyusunan atau perumusan hipotesis. 33 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 248.

21 21 yang didasarkan pada data yang dikumpulkan; kedua, data yang dianalisis beranek ragam, memiliki sifat dasar yang berbeda antara satu dengan lainnya, serta tidak mudah untuk dikuantifisir; ketiga, sifat dasar dari data yang dianalisis bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral (holistic), dimana hal itu menunjukkan adanya keanekaragaman data serta memerlukan informasi yang mendalam (indepth infromation) Jenis Data dan Bahan Hukum Data yang di pergunakan di dalan penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari: 35 a. Bahan hukum primer yang terdiri dari: 1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun ) Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 3) Kitab Undang-undang Hukum Perdata 4) Peraturan Bapeppam mengenai Transaksi Margin dan Short Sell. Peraturan Nomor V.D.6 lampiran keputusan ketua Bapepam-LK Nomor Kep-258/BL/2008 tanggal 30 juni 2008 b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer, dan dapat digunakan untuk menganalisa, mengkaji dan memahami bahan hukum primer yang ada. 34 Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah, disampaikan pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, Tanggal 18 Februari 2003, hal. 1, penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial process. Penelitian hukum normatif ini bersifat kualitatif. 35 Soerjono Soekanto, Op Cit. hal 38.

22 22 Semua dokumen yang bersifat informatif atau hasil kajian mengenai pasar modal pada umumnya, dan khususnya yang dalam kaitannya dengan perlindungan hukum terhadap investor dalam pasar modal yang dapat berupa hasil seminar atau makalah, surat kabar, majalah, dan juga sumber dari laman dunia maya yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian c. Bahan Hukum Tersier/penunjang, yang digunakan untuk memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang mencakup kamus hukum dan terutama adalah kamus bahasa, untuk pembenahan tata bahasa indonesia dan istilah-istilah hukum yang lebih baik, dan juga sebagai alat bantu pengalibahasaan beberapa artikel atau sumber literatur asing. Dalam kaitan dengan penelitian ini, yakni penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan melakukan studi pustaka, maka terhadap materi penelitian tesis (baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tertier) akan dikaji lebih lanjut guna mencari hal yang berhubungan dengan permasalahaan yang diteliti. Dengan demikian, studi terhadap bahan atau dokumen dalam bentuk tertulis menjadi instrumen yang sifatnya utama di dalam rangka pengumpulan data untuk melakukan kajian di dalam penelitian ini. 3. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara melakukan penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pemikiran konseptual dan penelitian yang

23 23 dilakukan oleh pihak lain yang relevan dengan penelitian ini dengan cara menelaah dan menginveritarisasi pemikiran atau pendapat juga sejarah atau latar belakang pemikiran tentang Margin Trading dan Short Selling di Pasar Modal 36. Pemikiran dan gagasan serta konsepsi tersebut dapat diperoleh melalui peraturan perundang-undagan yang berlaku, literature dari para pakar yang relevan dengan objek penelitian ini, artikel yang termuat dalam bentuk jurnal, majalah ilmiah, ataupun yang termuat dalam data elektronik seperti pada website dan sebagainya maupun dalam bentuk dokumen atau putusan berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. 4. Analisis Data Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier yang sebelumnya telah disusun secara sistematis kemudian akan dianalisa dengan menggunakan prosedur logika ilmiah, yang sifatnya kualitatif. Kualitatif berarti akan dilakukan analisa data yang bertitik tolak dari penelitian terhadap asas atau prinsip sebagaimana yang diatur di dalam bahan hukum primer, dan kemudia akan dibahas lebih lanjut menggunakan bahan hukum sekunder, yang tentunya akan diupayakan pengayaan sejauh mungkin dengan didukung oleh bahan hukum tersier/tertier. Adapun tahapan untuk menganalisa bahan-bahan hukum yang telah ada tersebut, secara sederhana dapat diuraikan dalam beberapa tahapan sebagaimana diterapkan sebagai berikut. 1. Tahapan pengumpulan data, misalnya ketentuan peraturan perundangundangan yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang sedang diteliti, 36 Ibid hal. 39

24 24 artikel atau jurnal atau karya tulis dalam bentuk lainnya akan dikumpulkan sedemikian rupa sebagai bahan refrensi. 2. tahapan pemilahan data, dimana dalam tahapan ini seluruh data yang telah dikumpulkan sebelumnya akan dipilah-pilah dengan mempedomani konteks yang sedang diteliti, sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan kajian lebih lanjut terhadap permasalahan di dalam penelitian tesis ini. 3. tahapan analisa dan penulisan hasil penelitian, sebagai tahapan klimaks dimana seluruh data yang telah diperoleh dan dipilah tersebut akan dianalisa dengan seksama dengan melakukan interpretasi atau penafsiran yang diperlukan, sejauh mungkin diupayakan untuk berpedoman terhadap konsep, asa dan kaidah hukum yang dianggap relevan dan sesuai dengan tujuan utama dari penelitian ini. Hasil penelitian kemudian akan dituangkan dalam bentuk tertulis yang diharapkan akan dapat menjawab permaslahan yang ada, sehingga hasil penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai refrensi disamping literatur yang telah ada. Dengan demikian, diharapkan dari hasil analisa yang sistematis tersebut akan dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat menjelaskan hubungan antara berbagai jenis bahan yang ada, guna penyusunan jawaban dan saran masukan atas permasalahan penelitian yang dijabarkan secara deskriptif, yang terutama menjelaskan bagaimana dan sejauh mana perlindungan hukum terhadap investor dalam transaksi margin trading dan short sales di pasar modal.

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM TRANSAKSI MARGIN TRADING DAN SHORT SALES DI PASAR MODAL FERRY KIANDI

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM TRANSAKSI MARGIN TRADING DAN SHORT SALES DI PASAR MODAL FERRY KIANDI Ferry Kiandi 1 PERLINDUNGAN HUKUM DALAM TRANSAKSI MARGIN TRADING DAN SHORT SALES DI PASAR MODAL FERRY KIANDI ABSTRACT Dalam dunia pasar modal terdapat banyak fasilitas yang ditawarkan oleh sekuritas. Antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan para pelaku ekonomi yang secara terus menerus dari waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui mengenai peranan bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Banyak perusahaan lokal dan internasional mencari berbagai kegiatan dalam rangka menanamkan modalnya

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK-PIHAK YANG MELAKUKAN TRANSAKSI SHORT SELLING

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK-PIHAK YANG MELAKUKAN TRANSAKSI SHORT SELLING 66 BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK-PIHAK YANG MELAKUKAN TRANSAKSI SHORT SELLING 1. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Beli dan Investor Jual Dalam Transaksi Short Selling Sebagaimana diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering dijumpai perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara memerlukan pembiayaan baik dari pemerintah dan masyarakat. Penerimaan pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan, untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara Pemberi utang (kreditur)

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM TRANSAKSI SAHAM TANPA WARKAT (SCRIPTLESS TRADING) DI PASAR MODAL HENDRY

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM TRANSAKSI SAHAM TANPA WARKAT (SCRIPTLESS TRADING) DI PASAR MODAL HENDRY 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM TRANSAKSI SAHAM TANPA WARKAT (SCRIPTLESS TRADING) DI PASAR MODAL HENDRY ABSTRACT Trade system without documents (scriptless trading) constitutes a new trade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana investasi atau sarana pembiayaan bagi perusahaanperusahaan yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat melalui proses penawaran umum (go

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia diberikan

Lebih terperinci

Peraturan KSEI No. I-C Tentang Sub Rekening Efek (Lampiran Surat Keputusan Direksi KSEI No. KEP- 0029/DIR/KSEI/1217 tanggal 22 Desember 2017)

Peraturan KSEI No. I-C Tentang Sub Rekening Efek (Lampiran Surat Keputusan Direksi KSEI No. KEP- 0029/DIR/KSEI/1217 tanggal 22 Desember 2017) Peraturan KSEI No. I-C Tentang Sub Rekening Efek (Lampiran Surat Keputusan Direksi KSEI No. KEP- 0029/DIR/KSEI/1217 tanggal 22 Desember 2017) PERATURAN KSEI NOMOR I-C TENTANG SUB REKENING EFEK 1. DEFINISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, setiap manusia hingga perusahaan pada setiap harinya selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama bank dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi dana masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada penggunaan atau investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan adalah keinginan manusia untuk memiliki dan menikmati kegunaan barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi jasmani dan rohani demi kelangsungan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang keseluruhan bagiannya meliputi aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari interaksi antar

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) i TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit merupakan suatu istilah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar dari bank berasal dari sektor kredit baik dalam bentuk bunga, provisi, ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan mempunyai utang. Perusahaan yang mempunyai utang bukanlah merupakan suatu hal yang buruk, asalkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAGAIMANA SEKURITAS DIPERDAGANGKAN

BAGAIMANA SEKURITAS DIPERDAGANGKAN BAGAIMANA SEKURITAS DIPERDAGANGKAN 1. Transaksi Broker Broker atau Pialang adalah salah satu pelaku yang terkait di Pasar Modal yang berperan Membeli/Menjual efek atas nama Investor. Pemodal yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk yang diberikan oleh bank dalam membantu kelancaran usaha debiturnya, adalah pemberian kredit dimana hal ini merupakan salah satu fungsi bank yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan ekspor sangat penting bagi Indonesia karena menghasilkan devisa dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda bergerak maupun yang tidak berwujud. Pesatnya perkembangan masyarakat dewasa ini, kebutuhan akan sarana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan

METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan III. METODE PENELITIAN A. Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologi, sistematis, dan konsisten. Metodologi berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis yuridis..., Sintya Liana Sofyan, FH UI, 2010

BAB I PENDAHULUAN. Analisis yuridis..., Sintya Liana Sofyan, FH UI, 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar Modal 1 sebagai instrumen ekonomi menjadi pilar penting bagi masyarakat untuk melakukan investasi dan sekaligus menjadi sumber pembiayaan bagi perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP-258/BL/2008 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSAKSI

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai negara agraris telah memberikan peluang bagi penduduknya untuk berusaha di bidang pertanian. Kegiatan di bidang usaha pertanian tidak terbatas

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terkadang mengalami kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia saling membutuhkan dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam-meminjam uang atau istilah yang lebih dikenal sebagai utang-piutang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan bermasyarakat yang telah mengenal

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program studi Strata I pada Jurusan Hukum Perdata Fakultas hukum Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Dengan menghadapi adanya kebutuhankebutuhan tersebut, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini tak ada seorangpun yang dapat memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan baik dan sempurna. Meskipun telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan secara jangka panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber pembiayaan saja, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini memaksa setiap orang untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing. Dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan

Lebih terperinci

Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan. dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga

Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan. dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga keuangan tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi, juga terjadi dalam dunia perekonomian, bahkan perkembangan kebutuhan masyarakat semakin tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Setiap interaksi antar individu maupun kelompok memiliki akibat hukum. Oleh karena itu, untuk mengatasi semua akibat hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat ini sangat cepat dan dinamis. Koperasi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan salah satu elemen penting dan tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri maju maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang berkelanjutan dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman negara Indonesia telah banyak perkembangan yang begitu pesat, salah satunya adalah dalam bidang pembangunan ekonomi yang dimana sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun pihak yang berwenang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang semua kegiatan manusia tidak lepas dari yang namanya uang. Mulai dari hal yang sederhana, sampai yang kompleks sekalipun kita tidak dapat lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan pembangunan merupakan dua variabel yang selalu sering mempengaruhi antara satu sama lain. Hukum berfungsi sebagai stabilisator yang mempunyai peranan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank Pembangunan Daerah dengan fungsinya meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah, sebagai perantara pihakpihak yang memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal agar suatu kegiatan usaha atau bisnis tersebut dapat terwujud terlaksana. Dalam suatu kegiatan

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi saat sekarang mengalamin peningkatan yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik simpati masyarakat dalam menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada investor dalam melakukan analisis sesuai kebutuhannya. Alternatif

BAB I PENDAHULUAN. kepada investor dalam melakukan analisis sesuai kebutuhannya. Alternatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi memberikan dampak positif terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia, diantaranya mampu melakukan perhitungan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang mencakup pembangunan ekonomi, hukum, sosial, politik, dan budaya memiliki tujuan utama, yaitu untuk mensejahterakan kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal yang dimiliki oleh perusahaan biasanya akan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal yang dimiliki oleh perusahaan biasanya akan digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modal yang dimiliki oleh perusahaan biasanya akan digunakan untuk membiayai kelangsungan perusahaan itu sendiri, misalnya dengan melakukan pembelian aktiva tetap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat dilakukan secara sendiri tanpa orang lain. Setiap orang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persetujuan yang menimbulkan perikatan di antara pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu persetujuan yang menimbulkan perikatan di antara pihak-pihak yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua subjek hukum baik manusia atau badan hukum dapat membuat suatu persetujuan yang menimbulkan perikatan di antara pihak-pihak yang mengikat bagi para pihak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-552/BL/2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN Oleh : Dewa Made Sukma Diputra Gede Marhaendra Wija Atmadja Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis waralaba atau franchise sedang berkembang sangat pesat di Indonesia dan sangat diminati oleh para pengusaha karena prosedur yang mudah, tidak berbelit-belit

Lebih terperinci

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C. PROSES PELAKSANAAN SITA PENYESUAIAN TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIAGUNKAN ATAU DIJAMINKAN DI BANK SWASTA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat dewasa ini semakin luas, dimana kebutuhan tersebut tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan yang lain seirng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 176/BL/2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adalah seperangkat aturan yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia yang bertujuan untuk melindungi kepentingankepentingan, maka penggunaan hak dengan tiada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama, masyarakat mengenal uang sebagai alat pembiayaan yang sah. Dapat kita ketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembang pesatnya bisnis Perbankan di Indonesia, yang mana perkembangan bisnis perbankan tersebut telah diantisipasi oleh pemerintah dengan dilahirkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini oleh Pemerintah Indonesia merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK (Studi kasus Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Solo) S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sekarang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan ekonomi guna mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci