BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konseling Konseling adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait pengobatan dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya (klien), secara lisan atau tertulis memberi arahan pengobatan yang tepat, informasi terhadap efek samping obat, pengaturan diet, dan modifikasi gaya hidup. Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dalam elemen kunci dari pelayanan kefarmasian, karena Apoteker sekarang ini tidak hanya melakukan kegiatan compounding dan dispensing aja, tetapi juga harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan dalam konsep Pharmaceutical Care (Rantucci, 2007). Pasien yang perlu untuk diberi konseling adalah pasien-pasien yang berkemungkinan untuk tidak patuh terhadap pengobatan seperti pasien dengan penyakit kronik tertentu seperti hipertensi, gagal jantung, pasien yang menerima terapi golongan obat tertentu, pasien geriatrik, pediatrik, pasien yang keluar dari rumah sakit, dan lain-lain (Hussar, 1995) Tujuan konseling Tujuan dilakukannya konseling terdiri dari dua kelompok, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus (Anonim, 2007) : a. tujuan umum i. meningkatkan keberhasilan terapi ii. memaksimalkan efek terapi iii. meminimalkan resiko efek samping

2 iv. meningkatkan cost effectiveness v. menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi b. tujuan khusus i. meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien ii. menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien iii. membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya iv. meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. v. mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem vi. meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam hal terapi vii. mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan viii. membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien Manfaat konseling a. manfaat konseling bagi pasien (Anonim, 2007): i. menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan ii. mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya iii. membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri iv. meningkatkan efektivitas & efisiensi biaya kesehatan v. menurunkan kesalahan penggunaan obat vi. meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi vii. menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan

3 b. manfaat konseling bagi Apoteker (Anonim, 2007): i. menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan ii. mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi apoteker iii. menghindarkan apoteker dari tuntutan karena kesalahan penggunaan obat (medication error) iv. suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi upaya dalam memasarkan jasa pelayanan 2.2 Farmakoekonomi Definisi farmakoekonomi Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan (Orion, 1997). Farmakoekonomi juga didefinisikan sebagai analisis dari biaya terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, tentang proses identifikasi, mengukur, membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu program pelayanan terapi (Vogenberg, 2001) Manfaat farmakoekonomi Farmakoekonomi diperlukan karena adanya sumber daya yang terbatas, misalnya pada rumah sakit-rumah sakit pemerintah dan swasta yang memiliki dana terbatas untuk suatu program pelayanan kesehatan. Maka hal yang terpenting adalah bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia, pengalokasian sumber daya yang tersedia secara efisien, kebutuhan pasien dimana dari sudut pandang pasien adalah biaya yang seminimal mungkin (Vogenberg, 2001).

4 2.2.3 Metode farmakoekonomi Metode-metode yang digunakan dalam evaluasi farmakoekonomi, yaitu: a. cost-effectiveness analysis (CEA) Cost effectiveness analysis merupakan salah satu cara untuk menilai dan memilih program terbaik bila terdapat beberapa program berbeda dengan tujuan yang sama untuk dipilih. Program yang paling cost-effective yang akan dipilih oleh para analis/pengambil keputusan (Tjiptoherijanto dan Soesatyo, 2008). Perbedaan CEA dengan analisis farmakoekonomi yang lain adalah pengukuran outcome dinilai dalam bentuk non moneter yaitu dalam unit alamiah, baik yang secara langsung menunjukkan efek suatu terapi atau obat (misalnya, penurunan kadar low density lipoprotein (LDL) mg/dl, penurunan tekanan darah diastolik dalam mmhg) maupun hasil selanjutnya dari efek terapi tersebut (misalnya, jumlah kematian atau serangan jantung yang dapat dicegah, radang tukak lambung yang tersembuhkan) (Andayani, 2013). Alat bantu yang dapat digunakan dalam CEA adalah diagram efektivitasbiaya. Suatu alternatif intervensi kesehatan, termasuk obat, harus dibandingkan dengan intervensi (obat) standar. Menurut diagram ini, jika suatu intervensi kesehatan memiliki efektivitas lebih tinggi tetapi juga membutuhkan biaya lebih tinggi dibanding intervensi standar, intervensi alternatif ini masuk ke Kuadran I (Tukaran, Trade-off). Pemilihan intervensi Kuadran I memerlukan pertimbangan sumberdaya (terutama dana) yang dimiliki, dan semestinya dipilih jika sumberdaya yang tersedia mencukupi (Kemenkes RI,2013). Suatu intervensi kesehatan yang menjanjikan efektivitas lebih rendah dengan biaya yang lebih rendah dibanding intervensi standar juga masuk kategori

5 Tukaran, tetapi di Kuadran III. Pemilihan intervensi alternatif yang berada di Kuadran III memerlukan pertimbangan sumberdaya pula, yaitu jika dana yang tersedia lebih terbatas (Kemenkes RI,2013). Jika suatu intervensi kesehatan memiliki efektivitas lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah dibanding intervensi standar, intervensi alternatif ini masuk ke Kuadran II (Dominan) dan menjadi pilihan utama. Sebaliknya, suatu intervensi kesehatan yang menawarkan efektivitas lebih rendah dengan biaya lebih tinggi dibanding intervensi standar, dengan sendirinya tak layak untuk dipilih (Kemenkes RI,2013). Gambar 2.1 Diagram efektivitas biaya b. cost-utility analysis (CUA) Cost utility analysis adalah suatu metode analisis untuk menilai efisiensi dari intervensi pelayanan kesehatan. Pada metode ini dilakukan perhitungan rasio antara biaya dan output. Outcome yang diharapkan adalah peningkatan kualitas hidup. Pengukuran CUA adalah cost per QALYs (Quality Adjusted Life Years).

6 Contohnya jika seorang pasien dinyatakan benar-benar sehat, nilai QALYs adalah 1 (satu) (Drummond, et al., 1997). Langlah-langkah yang perlu dilakukan dalam menghitung QALYs (Andayani, 2013), yaitu: i. deskripsi penyakit atau status kesehatan, deskripsi penyakit harus menggambarkan pengaruh kesehatan yang diharapkan dari suatu penyakit atau keadaan kesehatan dengan singkat. ii. metode penentuan utility, terdapat tiga metode yang sering digunakan untuk menentukan pilihan, atau mengukur skor utility, yaitu rating scale (RS), standard gamble (SG), dan time tradeoff (TTO). Setiap metode, keadaan atau kondisi beberapa penyakit diuraikan kepada subyek untuk membantu menentukan dimana keadaan penyakit atau kondisi kesehatan berada antara 0,0 (meninggal) dan 1,0 (kesehatan sempurna). iii. pemilihan subjek, subjek merupakan seseorang yang dijadikan sampel dalam penelitian yang akan ditentukan niali utility. Keunggulan assesment utility langsung dari pasien yang bersangkutan yaitu pasien lebih memahami apa yang dirasakan dibandingkan orang lain. iv. penentuan nilai QALYs, nilai QALYs diperoleh dengan mengalikan utility dengan lama hidup. Contoh perhitungan QALYs yaitu, secara random pasien dibagi menjadi 2 kelompok dan diberikan terapi awal pada tingkat status kesehatan yang sama. Luas daerah antara dua kurva yang menggambarkan awal terapi sampai pemberian terapi selama 12 bulan menunjukkan tambahan QALYs dari obat baru dapat dilihat pada Gambar 2.2.

7 1 status kesehatan 0,8 0,6 0,4 0,2 kontrol terapi 0 0 bulan 6 bulan 12 bulan waktu (bulan) Gambar 2.2 QALYs dari hipotesis intervensi terapi (Andayani, 2013) Luas daerah antara dua kurva pada akhir intervensi dapat dihitung sebagai berikut: QALYsc = [0,5(0,4+0,5)6 + 0,5(0,5+0,6)6)] /12 = 0,5 QALYst = [0,5(0,4+0,5)6 + 0,5(0,5+0,65)6)] /12 = 0,5125 Peningkatan QALYs = 0,5125 0,5 = 0,0125 c. cost-benefits analysis (CBA) Cost benefits analysis adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan. Analisis ini sangat bermanfaat pada kondisi antara manfaat dan biaya karena mudah dikonversi ke dalam bentuk rupiah. Dapat digunakan untuk membandingkan perlakuan yang berbeda untuk kondisi yang berbeda dan merupakan tipe penelitian farmakoekonomi yang kompreherensif (Andayani, 2013).

8 d. cost-minimization analysis (CMA) Cost minimization analysis adalah tipe analisis yang digunakan untuk membandingkan dua intervensi kesehatan yang telah dibuktikan memiliki efek yang sama, serupa, atau setara. Jika dua terapi atau dua (jenis, merek) obat setara secara klinis, yang perlu dibandingkan hanya biaya untuk melakukan intervensi. Sesuai prinsip efisiensi ekonomi, jenis atau merek obat yang menjanjikan nilai terbaik adalah yang membutuhkan biaya paling kecil per periode terapi yang harus dikeluarkan untuk mencapai efek yang diharapkan (Newby dan Hill, 2003). Contoh dari AMiB adalah terapi dengan menggunakan antibiotika generik dan paten yang hasil terapinya sama, maka pemilihan obat difokuskan pada obat yang biaya per harinya lebih murah (Vogenberg, 2001). e. tipe analisis yang lain Tipe analisis lain untuk mengukur biaya adalah jika hanya disajikan daftar biaya dan daftar beberapa outcome, tanpa dilakukan perhitungan dan perbandingan, disebut sebagai cost-consequence analysis (CCA) (Andayani, 2013). Tipe analisis ekonomi lain adalah analisis cost-of-illness (COI), digunakan untuk membandingkan pengaruh ekonomi dari suatu penyakit dibandingkan dengan penyakit lain. Dalam studi COI, peneliti menentukan total beban ekonomi dari suatu penyakit tertentu dalam masyarakat. Biaya yang dihitung dalam metode ini dibagi menjadi dua kategori, biaya langsung atau biaya yang terkait dengan terapi atau pencegahan dan biaya tidak langsung atau biaya hilangnya produktivitas karena penyakit pasien. Contoh COI misalnya membandingkan biaya untuk hipertensi dan biaya untuk asma (Andayani, 2013).

9 2.3 Biaya Pelayanan Kesehatan Biaya pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi enam kategori (Vogenberg, 2001), yaitu : a. biaya langsung medis (direct medical cost) Biaya langsung medis adalah biaya yang digunakan untuk jasa pelayanan medis, termasuk mencegah atau mendeteksi suatu penyakit seperti kunjungan pasien, obat-obat yang diresepkan, dan biaya rawat inap. b. biaya langsung non-medis (direct non-medical cost) Biaya langsung non-medis adalah biaya yang dikeluarkan pasien tidak terkait langsung dengan pelayanan medis, seperti transportasi pasien ke rumah sakit, makanan, jasa pelayanan lainnya yang diberikan pihak rumah sakit. c. biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang dapat mengurangi produktivitas pasien, atau biaya yang hilang akibat waktu produktif yang hilang. Sebagai contoh pasien kehilangan pendapatan karena sakit yang berkepanjangan sehingga tidak dapat memberikan nafkah pada keluarganya, pendapatan berkurang karena kematian yang cepat. d. biaya tidak teraba (intangible cost) Biaya tidak teraba merupakan biaya yang dikeluarkan bukan hasil tindakan medis dan tidak dapat diukur dalam mata uang. Biaya yang sulit diukur seperti rasa nyeri/cacat, kehilangan kebebasan,efek samping. Sifatnya psikologis sehingga sukar dikonversikan dalam nilai mata uang.

10 e. opportunity cost Opportunity cost adalah biaya yang mewakili manfaat ekonomi bila menggunakan suatu terapi pengganti dibandingkan dengan terapi terbaik berikutnya. Oleh karena itu, jika sumber daya telah digunakan untuk membeli program atau alternatif pengobatan, maka opportunity cost menunjukkan hilangnya kesempatan untuk menggunakannya pada tujuan yang lain. Dengan kata lain, opportunity cost adalah nilai yang dikorbankan. Misalnya, hilangnya kesempatan ataupun dikorbankannya penghasilan/pendapatan. f. incremental cost Incremental cost disebut juga biaya tambahan, merupakan biaya tambahan atas alternatif atau perawatan kesehatan dibandingkan dengan pertambahan manfaat, efek ataupun hasil (outcome) yang ditawarkan. Incremental cost adalah biaya tambahan yang diperlukan untuk mendapatkan efek tambahan dari suatu alternatif dan menyediakan cara lain untuk menilai dampak farmakoekonomi dari layanan kesehatan ataupun pilihan pengobatan dalam suatu populasi. 2.4 Dislipidemia Definisi dislipidemia Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Gordon, 2003). Profil lipid saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP ATP

11 III) pada tahun 2001 telah membuat suatu batasan profil lipid seseorang secara umum. Klasifikasi rentang profil lipid dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Klasifikasi rentang profil lipid menurut National Choleteroslemia Education Programme Adult Therapy Programme (NCEP ATP III) Kadar Kolesterol Total (mg/ dl) Kategori Kolesterol Total < 200 Yang diinginkan Batas tinggi 240 Tinggi Kadar LDL (mg/ dl) Kategori LDL < 100 Optimal Mendekati optimal Batas tinggi Tinggi 190 Sangat tinggi Kadar HDL (mg/ dl) Kategori HDL < 40 Rendah 60 Tinggi Kadar Trigliserida (mg/ dl) Kategori Trigliserida < 150 Normal Batas tinggi Tinggi 500 Sangat tinggi Epidemiologi Kenaikan kadar kolesterol total atau hiperkolesterolemia merupakan salah satu bentuk dari dislipidemia. Berdasarkan catatan WHO, pada tahun 2008 sekitar 39% dari populasi dunia menderita hiperkolesterolemia. Prevalensi tertinggi ada di regional Eropa, sedangkan di regional Asia Tenggara sendiri angkanya mencapai 29% dari populasi. Prevalensi di Indonesia dari tahun ke tahun diketahui meningkat. Pada tahun 2008 tercatat prevalensinya sebesar 35,1%. Kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 35,9% (Depkes RI, 2013). Dislipidemia merupakan faktor risiko beberapa penyakit kardiovaskuler seperti aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Rendahnya kadar HDL dan

12 meningkatnya kadar LDL pada kondisi dislipidemia akan meningkatkan risiko timbulnya timbunan lemak pada pembuluh darah. Bila kondisi berlanjut pembuluh darah akan mengalami aterosklerosis. Timbunan lemak juga dapat menyumbat aliran darah koroner ke jantung, sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner (Murray, et al., 2003) Kolesterol Kolesterol merupakan senyawa yang mempunyai fungsi penting dalam tubuh kita. Kolesterol ditemukan di seluruh sel tubuh kita, dimana berfungsi sebagai komonen penyusun membran sel. Kolesterol juga digunakan oleh tubuh untuk pembuatan berbagai hormon, terutama hormon estrogen dan testosteron, namun juga digunakan untuk hormon adrenal sepertil kortisol dan aldosteron. Tubuh juga menggunakan kolesterol untuk membuat vitamin D. Kadar kolesterol dalam darah yang direkomendasikan adalah dibawah 200 mg/dl. Berbeda dengan fungsinya pada saat kadar kolesterol normal, semakin tinggi kadar kolesterol dalam darah, semakin besar pula resiko terjadinya aterosklerosis (Murray, et al., 2003) Sintesis kolesterol Kolesterol dapat disintesis oleh semua jaringan yang mengandung sel sel berinti. Prekursor untuk sintesis kolesterol adalah asetil-koa sitosol. Asetil-KoA ini dihasilkan dari prekursor utamanya, yaitu glukosa dan asam lemak serta dapat juga dibentuk dari katabolisme asam amino. Pertama, 2 molekul asetil-koa berkondensasi membentuk asetoasetil-koa. Kemudian asetoasetil-koa berkondensasi dengan asetil-koa lainnya yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintetase untuk membentuk HMG-KoA. HMG KoA akan diubah oleh enzim

13 HMG-KoA reduktase menjadi mevalonat. Mevalonat yang terbentuk akan difosforilasi oleh ATP menjadi isoprenoid. Selanjutnya, dari enam unit isoprenoid akan dibentuk skualen. Skualen akan mengalami siklisasi membentuk lanosterol. Lanosterol ini yang selanjutnya akan dikonversi menjadi kolesterol (Murray, et al., 2003). Proses sintesis ini dikendalikan oleh enzim HMG-KoA reduktase. Terdapat mekanisme umpan-balik, yaitu HMG-KoA reduktase di hati dihambat oleh mevalonat yang merupakan intermediate, dan oleh kolesterol yang merupakan produk utama lintasan tersebut. Aktivitas HMG-KoA reduktase dapat ditingkatkan dengan pemberian hormon insulin atau hormon tiroid, sedangkan hormon glukagon atau glukokortikoid akan menurunkannya (Murray, et al., 2003) Absorpsi kolesterol Absorpsi kolesterol terjadi terutama pada duodenum dan jejunum bagian proksimal dengan tingkat yang bervariasi pada tiap individunya. Proses absorpsi ini sebagian besar spesifik untuk kolesterol saja, karena senyawa sterol yang berasal tumbuhan meskipun memliki struktur yang mirip dengan kolesterol tapi sangat jarang atau tidak diabsorpsi sama sekali. Terdapat dua fase utama dalam absorpsi kolesterol. Fase pertama bertempat di lumen usus halus dan melibatkan penghancuran dan hidrolisis lipid makanan. Kolesterol ester diubah oleh enzim kolesterol ester hidrolase menjadi kolesterol dan asam lemaknya. Kemudian terjadi emulsifikasi oleh asam empedu membentuk misel. Pada fase kedua, terjadi perpindahan kolesterol melintasi mukosa membran sel usus halus dengan cara difusi sederhana. Di dalam sel usus

14 halus, kolesterol mengalami esterifikasi kembali menjadi kolesterol ester dan akan berikatan dengan protein membentuk lipoprotein. Lipoprotein pada proses ini adalah kilomikron, kilomikron kemudian akan disekresi melalui pembuluh limfe (Murray, et al., 2003) Transport dan ekskresi kolesterol Kolesterol tidak larut air, maka untuk dapat beredar di dalam darah kolesterol berikatan dengan partikel-partikel lipoprotein. Lipoprotein adalah senyawa kompleks antara lemak dan protein. Empat kelompok utama lipoprotein yang penting secara fisiologis dan penting dalam diagnosis klinis (Murray, et al., 2003), yaitu: a. kilomikron, berasal dari penyerapan trigliserida dan lipid lain di usus halus. Mengandung 86,2% trigliserida, 2% protein, 4% kolesterol, dan 7,8% fosfolipida. Kilomikron berperan dalam pengangkutan lemak dari usus halus ke bagian tubuh yang membutuhkan. b. lipoprotein berdensitas sangat rendah (Very Low Density Lipoprotein, VLDL), berasal dari hati dan berfungsi sebagai pengangkut trigliserida endogen dari tempat pembentukannya ke tempat yang membutuhkan VLDL memiliki komposisi lipid paling banyak dan sedikit protein, tetapi lipid yang tersebut adalah lemak netral, bukan kolesterol. Trigliserida adalah lipid utama pada kilomikron dan VLDL. VLDL mengandung 10% protein, 50,4% trigliserida, 20,7% kolesterol, dan 18% fosfolipida, dan 0,9% asam lemak bebas. c. lipoprotein berdensitas rendah (Low Density Lipoprotein, LDL), merupakan tahap akhir metabolisme VLDL. LDL memiliki komposisi protein lebih sedikit dan kolesterol lebih banyak. LDL mengangkut kolesterol dari hati ke sel,

15 termasuk sel sel endotel pembuluh darah. LDL mengandung 21% protein, 10,3% trigliserida, 45,8% kolesterol, 22% fosfolipida, dan 0,9% asam lemak bebas. d. lipoprotein berdensitas tinggi (High Density Lipoprotein, HDL), merupakan lipoprotein yang berperan dalam transpor kolesterol serta pada metabolisme VLDL dan kilomikron. HDL memiliki komposisi sedikit kolesterol dan banyak sekali protein. HDL berperan dalam mengangkut kolesterol dari sel dan membawanya ke hati untuk dieliminasi secara parsial dari tubuh. HDL mengandung 57% protein, 5,6% trigliserida, 15% kolesterol, 19,8% fosfolipid, dan 2,6% asam lemak bebas Terapi dislipidemia Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya non farmakologi perubahan gaya hidup yang meliputi modifikasi diet, pengurangan berat badan serta aktivitas fisik. Tujuan utama terapi diet disini adalah menurunkan resiko CVD dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta mengembalikan keseimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta pembatasan asupan kalori Terapi non farmakologi a. terapi diet Terapi diet bertujuan untuk mengoptimalkan kadar lipid dengan cara menjaga keseimbangan diet. Terapi diet dapat menurunkan kolesterol total sebesar 10-15%. Asupan makanan yang tinggi kandungan kolesterol harus diturunkan. Asupan lemak jenuh dan asam lemak trans mening katkan kadar LDL, sementara

16 asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak jenuh ganda mempunyai LDL rendah. b. pengurangan berat badan Pengurangan berat badan dikhususkan pada pasien kelebihan berat badan dan obesitas dengan sindrom metabolik. Penurunan berat badanmembantu menurunkan trigliserida dan meningkat HDL. c. aktivitas fisik Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya serta merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran, termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Mereka yang aktif kemungkinan memiliki resiko yang rendah untuk terkena penyakit kardiovaskuler termasuk diantaranya dislipidemia (Lim, 2014) Terapi farmakologi Pada saat ini dikenal sedikitnya 5 jenis obat yang dapat memperbaiki profil lipid serum, yaitu statin ( HMG - CoA reductase inhibitor), resin, derivat asam fibrat, asam nikotinat (Niasin) dan ezetimib (Mahley dan Bersot, 2012). a. statin (HMG - CoA Reductase Inhibitor) Statin merupakan senyawa yang paling efektif dan paling baik toleransinya untuk mengobati dislipidemia. Ada enam jenis statin dipasarkan, yaitu lovastatin, simvastatin, pravastatin, fluvastatin, atrovastatindan rosuvastatin. Obat ini bekerja menghambat enzim HMG-CoA reductase,yaitu suatu enzim di hati yang berperan dalam sintesis kolesterol. Sintesis kolesterol di hati akan menurun, sehingga Sterol Regulatory Element Binding Protein (SREBP) yang terdapat pada membran terurai oleh

17 protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar lagi. Selain VLDL, IDL dan LDL menurun serta HDL meningkat. b. resin Terdapat tiga golongan resin, yaitu cholestyramin, colestipol dan colesevelam. Resin merupakan obat hipolipidemia yang paling aman karena tidak diabsorpsi saluran cerna. Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam empedu dalam saluran cerna di usus halus dan akan dieksresi melalui feses, asam empedu yang kembali ke hati akan menurun, hal ini akan memacu hati memecahkan kolesterol lebih banyak untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan ke usus. Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak ditarik ke hati, sehingga kolesterol serum menurun. c. derivat asam fibrat Terdapat empat jenis, yaitu gemfibrozil, bezafibrat, ciprofibrat dan fenofibrat. Obat ini bekerja dengan cara berinteraksi dengan reseptor peroxysome proliferator- activated receptors (PPARs). Fibrat menurunkan trigliserida melalui stimulasi oksidasi asam lemak yang diperantarai oleh PPARα, meningkatkan sintesis LPL dan menurunkan apoc-iii di hati yang berfungsi sebagai inhibitor proses lipolisis sehingga dapat meningkatkan bersihan VLDL. Peningkatan HDL oleh fibrat terjadi karena stimulasi peningkatan apoa-1 dan apoa-ii oleh PPARα. d. asam nikotinat (Niasin) Asam nikotinat merupakan obat penurun lipid yang pertama kali diperkenalkan, untuk mengobati dislipidemia. Obat ini bekerja menghambat

18 hidrolisis trigliserida oleh enzim hormon sensitive lipase di jaringan adiposa, dengan demikian akan mengurangi jumlah asam lemak bebas ke hati. A sam lemak bebas dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber pembentukan VLDL, dengan menurunnya sintesis VLDL di hati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliseridadan juga kolesterol -LDL di plasma. Pemberian asam nikotinat ternyata juga meningkatkan kolesterol-hdl. e. ezetimib Ezetimib tergolong obat penurun lipid yang terbaru dan bekerja sebagai penghambat selektif penyerapan kolesterol baik yang berasal dari makanan maupun dari asam empedu di usus halus. Obat ini efektif menurunkan LDL dan kolesterol total. Obat ini pada umumnya tidak digunakan secara tunggal, tetapi dikombinasikan dengan obat penurun lipid lain, misalnya HMG-CoA reductase Inhibitor. 2.5 Kepatuhan Definisi Kepatuhan pasien didefinisikan secara luas sebagai tindakan pasien untuk mengikuti instruksi yang diberikann untuk perawatan yang ditentukan. Pengukuran kepatuhan pada dasarnya merepresentasikan perbandingan antara dua rangkaian kejadian, yaitu bagaimana nyatanya obat diminum dengan bagaimana obat seharusnya diminum sesuai resep (Osterberg dan Terrence, 2005; Sabate, 2001; Rainer, et al., 2001).

19 2.5.2 Faktor-faktor yang berkaitan dengan kepatuhan Kepatuhan pasien terhadap pengobatannya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor (Osterberg dan Terrence, 2005; Delamater, 2006; Kocurek, 2009), meliputi: a. faktor demografi Faktor demografi, seperti suku, status sosio-ekonomi yang rendah, dan tingkat pendidikan yang rendah dikaitkan dengan kepatuhan yang rendah terhadap regimen pengobatan. b. faktor psikologi Faktor psikologi juga dikaitkan dengan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Kepercayaan terhadap pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan sedangkan faktor psikologi, seperti depresi, cemas, dan gangguan makanan yang dialami pasien dikaitkan dengan ketidakpatuhan. c. faktor sosial Hubungan antara anggota keluarga dan masyarakat juga berperan penting dalam pengelolaan terapi suatu penyakit. Penelitian menunjukan bahwa pasien dengan tingkat masalah atau konflik yang rendah dan pasien yang mendapat dukungan dan memiliki komunikasi yang baik antara anggota keluarga atau masyarakatnya cenderung memiliki tingkat kepatuhan yang lebih baik. Dukungan sosial juga dapat menurunan rasa depresi atau stres penderita terhadap pengelolaan terapi suatu penyakit. d. faktor yang berhubungan dengan penyakit dan medikasi Penyakit kronik yang dideriita pasien, regimen obat yang kompleks, dan efek samping obat yang terjadi pada pasien dapat meningkatkan ketidakpatuhan

20 pada pasien. Penelitian menunjuan kepatuhan yang lebih tinggi pada pasien dengan regimen obat yang sederhana dibandingkan dengan regimen pengobatan yang kompleks. e. faktor yang berhubungan dengan tenaga kesehatan Komunikasi yang rendah dan kurangnya waktu yang dimiliki tenaga kesehatan, seperti dokter menyebabkan penyampaian informasi menjadi kurang sehingga pasien tidak cukup mengerti dan paham akan pentingnya pengobatan. Keterbatasan tenaga kesehatan lain, seperti apoteker, waktu dan keahlian yang dimiliki oleh apoteker berpengaruh terhadap pemahaman pasien mengenai penggunaan obat sehingga cenderung meningkatkan kepatuhan pasien Metode pengukuran tingkat kepatuhan Tingkat kepatuhan terhadap pengobatan dapat diukur melalui dua metode (Osterberg dan Terrence, 2005), yaitu: a. metode langsung Pengukuran kepatuhan melalui metode langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti mengukur konsentrasi obat atau metabolit obat di dalam darah atau urin, mengukur atau mendeteksi petanda biologi di dalam. Metode ini umumnya mahal, memberatkan tenaga kesehatan, dan rentan terhadap penolakan pasien. b. metode tidak langsung Pengukuran kepatuhan melalui metode tidak langsung dapat dilakukan dengan bertanya kepada pasien tentang penggunaan obat, menggunakan kuisioner, menilai respon klinik pasien, menghitung jumlah pil obat, dan menghitung tingkat pengambilan kembali resep obat.

21 2.5.4 Metode meningkatkan kepatuhan Metode meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan dapat dilakukan dengan cara (Osterberg dan Terrence, 2005), yaitu: a. pemberian edukasi kepada pasien, anggota keluarga atau keduanya mengenai penyakit dan pengobatannya. Edukasi dapat diberikan secara individu maupun kelompo, dan dapat diberian melalui tulisan, telepon, atau datang ke rumah. b. mengefektifkan jadwal pendosisan melalui penyederhanaan regimen dosis harian. c. meningkatkan komunikasi antara pasien dan petugas kesehatan. 2.6 Short Form-36 Health Survey (SF-36) SF-36 adalah sebuah kuesioner survei kesehatan untuk menilai kualitas hidup, yang terdiri dari 36 butir pertanyaan. Kuesioner ini menghasilkan 8 skala fungsional profil kesehatan dan skor kesejahteraan berbasis psikometri kesehatan fisik dan psikis, serta merupakan kumpulan dari langkah-langkah dan preferensi kesehatan berbasis indeks.oleh karena itu, SF-36 telah terbukti berguna dalam survei umum dan populasi khusus, membandingkan relatif beban penyakit serta dalam membedakan manfaat kesehatan yang dihasilkan oleh berbagai intervensi yang berbeda (Ware, 2000). SF-36 adalah sebuah kuesioner survei yang mengukur 8 kriteria kesehatan yaitu fungsi fisik, keterbatasan peran karena kesehatan fisik, tubuh sakit, persepsi kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, peran keterbatasan karena masalah emosional, dan kesehatan psikis. Pengukuran ini menghasilkan nilai skala untuk masing-masing delapan kriteria kesehatan dan dua ukuran ringkasan

22 kesehatan fisik dan psikis. Nilai skor kualitas hidup rata-rata adalah 60, dibawah skor tersebut kualitas hidup dinilai kurang baik. Nilai skor 100 merupakan tingkat kualitas hidup yang sangat baik. Berdasarkan waktu penggunaannya, SF-36 dapat digunakan pada 2 periode pengukuran (2-type recall), yaitu pengukuran standar (> 4 minggu) dan akut (< 1 minggu) (Ware, 2000) Metode skoring SF-36 Metode untuk menentukan skoring dari setiap pertanyaan di dalam kuesioner SF-36 adalah berdasarkan tabel referensi berikut ini (Ware, 2000): a. menentukan skor dari jawaban setiap pertanyaan sesuai dengan nomor ditunjukkan pada Tabel 2.2. Pengukuran ini menghasilkan nilai skala untuk masing-masing delapan kriteria kesehatan dan dua ukuran ringkasan kesehatan fisik dan mental. Tabel 2.2 Penentuan skor jawaban setiap pertanyaan berdasarkan nomor pertanyaan Nomor Pertanyaan Kategori perubahan Skor yang diperoleh 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 respon , 2, 20, 22, 34, , 14, 15, 16, 17, 18, , 23, 26, 27,

23 Tabel 2.2 (Lanjutan), Penentuan skor jawaban setiap pertanyaan berdasarkan nomor pertanyaan 24, 25, 28, 29, yang telah ditentukan pada Tabel 2.3. Nilai skor kualitas hidup rata-rata adalah 60, dibawah skor tersebut maka kualitas hidup pasien dinilai kurang baik. Nilai skor 100 merupakan tingkat kualitas hidup yang sangat baik , 33, b. menentukan skor rata-rata dari jawaban setiap pertanyaan berdasarkan skala Tabel 2.3 Penentuan skor rata-rata setiap pertanyaan berdasarkan skala Skala Jumlah pertanyaan berdasarkan skala Penilaian rata-rata kelompok pertanyaan Fungsi fisik 10 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 Keterbatasan akibat 4 13, 14, 15, 16 masalah fisik Keterbatasan akibat 3 17, 18, 19 masalah emosional Energi/Fatique 4 23, 27, 29, 31 Kesejahteraan/kesehatan 5 24, 25, 26, 28, 30 mental Fungsi sosial 2 20, 32 Perasaan sakit/nyeri 2 21, 22 Persepsi kesehatan umum 5 1, 33, 34, 35, 36 Peralihan kesehatan 1 2

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Pendahuluan Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid merupakan lipid utama di tubuh Trigliserida didistribusikan ke dalam otot sebagai sumber energi,

Lebih terperinci

Marianne, S.Si., M.Si., Apt.

Marianne, S.Si., M.Si., Apt. Marianne, S.Si., M.Si., Apt. HMG Co-A Reduktase Inhibitor (statin) Resin Pengikat Asam Empedu Derivat Asam Fibrat Penghambat Absorpsi Kolesterol Niasin Penggolongan Obat Simvastatin, Pravastatin, Lovastatin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Dislipidemia terbagi atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Dislipidemia terbagi atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia 2.1.1 Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Dislipidemia terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperlipidemia merupakan keadaan yang terjadi akibat kadar kolesterol dan/atau trigliserida meningkat melebihi batas normal (Price & Wilson, 2006). Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung

Lebih terperinci

Dislipidemia. Ema Rachmawati

Dislipidemia. Ema Rachmawati Dislipidemia Ema Rachmawati Kolesterol dan metabolisme lipoprotein Kolesterol Merupakan prekursor garam empedu dan hormon Dapat diperoleh dari makanan (eksogen) maupun sintesis de novo di hati (endogen)

Lebih terperinci

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat 1.1 Pengertian Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yaitu kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kolesterol tidak hanya menjadi masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Kolesterol merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, farmasis dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna menyampaikan edukasi ke pasien

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Kolesterol merupakan produk met.hewan, oleh karena itu terdapat pada semua makanan yg berasal dari jaringan hewan seperti: kuning telur, daging, hati dan otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan penyebab utama kematian, menurut estimasi para ahli badan kesehatan dunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

Lebih terperinci

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen)

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME LIPID Metabolisme lipid secara garis besar ASAM LEMAK KOLESTEROL Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperlipidemia merupakan penyebab utama aterosklerosis dan penyakit yang berkaitan dengan aterosklerosis, penyakit serebrovaskular iskemia, dan penyakit pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi, klasifikasi, dan fungsi lipid. dan dipergunakan dalam metabolisme tubuh 12.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi, klasifikasi, dan fungsi lipid. dan dipergunakan dalam metabolisme tubuh 12. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Definisi, klasifikasi, dan fungsi lipid Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen, meliputi lemak, minyak, steroid, malam (wax), dan senyawa-senyawa lain yang terkait.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, saat ini paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan yang berorientasi pada obat (drug oriented)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir, Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi epidemik dalam dunia kesehatan. Cara hidup modern memicu faktor risiko PJK. PJK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI Diproduksi Oleh: PJ. Sinar Sehat, Tasikmalaya Dibawah pengawasan Puslit Bioteknologi-LIPI Dipasarkan oleh: PT. Trubus Mitra Swadaya MONASTEROL Monascus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Sifat Fisikokimia Simvastatin Rumus Bangun : Rumus molekul Sinonim : C 25 H 38 O 5 : butanoic acid, 2,2-dimethyl-,1,2,3,7,8,8a-hexahydro-3,7 Berat Molekul

Lebih terperinci

BAB 2. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Fauci, et al. (2009) menyatakan obesitas sebagai kondisi dimana massa sel lemak berlebihan dan tidak hanya didefinisikan dengan berat badan saja karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aerobik Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen sebanyakbanyaknya. Senam Aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kelebihan kolesterol menjadi yang ditakuti sebagai penyebab penyempitan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis yaitu proses pengapuran dan pengerasan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit penyebab kematian dan kesakitan pada masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penyakit infeksi (penyakit menular) menjadi penyakit metabolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan dan kualitas hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh umur, konsumsi makanan berkalori tinggi dan lemak, serta pola hidup sedentary. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini sangat ditakuti oleh seluruh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Fast food BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi fast food Fast food atau dalam bahasa Indonesia disebut makanan cepat saji merupakan makanan yang pertama sekali diciptakan di Amerika. 12 Menurut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi

PENDAHULUAN. kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah kelebihan kolesterol di dalam darah. Kolesterol yang berlebihan akan tertimbun di dalam dinding pembuluh darah dan akan menimbulkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan sekumpulan penyakit jantung dan pembuluh darah arteri pada jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat saat ini sangat erat hubungannya dengan berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyebabnya antara lain adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi lipoprotein berlebih maupun defisiensi lipoprotein. Dislipidemia bermanifestasi klinis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan evaluasi ekonomi kesehatan yang bersifat eksperimen kuasi dengan rancangan penelitian pretest - posttest. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok Pisang adalah salah satu tanaman buah yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipid dalam tubuh umumnya berasal dari makanan yang kita konsumsi. Makanan yang enak dan lezat identik dengan makanan yang mengandung lipid. Dislipidemia lekat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini perhatian masyarakat terhadap lemak pangan sangat besar terutama setelah diketahui bahwa mengonsumsi lemak berlebihan akan mempengaruhi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas fisik yang teratur mempunyai banyak manfaat kesehatan dan merupakan salah satu bagian penting dari gaya hidup sehat. Karakteristik individu, lingkungan sosial,

Lebih terperinci

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) Lipogenesis adalah pembentukan asam lemak yang terjadi di dalam hati. Glukosa atau protein yang tidak segera digunakan tubuh sebagian besar tersimpan sebagai trigliserida.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,

Lebih terperinci

METABOLISME LIPID. Ani Retno Prijanti. FKUI 3 September 2008

METABOLISME LIPID. Ani Retno Prijanti. FKUI 3 September 2008 METABOLISME LIPID Ani Retno Prijanti Kuliah Modul Metabolik Endokrin FKUI 3 September 2008 Overview metabolisme lipid Oksidasi asam lemak Sintesis asam lemak Sintesis kolesterol Transportasi lipid OKSIDASI-ß

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan Metabolisme lemak Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila Pendahuluan Manusia memiliki kebutuhan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi kadar kolesterol di dalam darah melebihi batas normal ( 200 mg/dl). Tingginya kadar koleseterol ini dapat memicu beberapa penyakit

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Data umum Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada perempuan, laki-laki sebanyak 53,3%, perempuan 46,7% dengan rerata usia lakilaki 55,38 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total (hiperkolesterolemia), peningkatan kadar trigliserida

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolesterol adalah alkohol steroid di jaringan tubuh yang menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolesterol adalah alkohol steroid di jaringan tubuh yang menjalankan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah alkohol steroid di jaringan tubuh yang menjalankan fungsi penting, diantaranya adalah sebagai komponen struktural semua sel membran, prekursor dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suplai darah ke seluruh tubuh sangat penting bagi kehidupan karena di dalam darah terkandung oksigen yang sangat dibutuhkan sebagai pengangkut bahan makanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan bahwa 30% kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dengan jumlah 17 juta kematian pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu keabnormalan kadar lipid darah ditandai meningkatnya kadar trigliserida, kolesterol LDL, kolesterol total dan penurunan kolesterol HDL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol serum (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi utama hiperkolesterolemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Penelitian Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan sejumlah ketidaknormalan pada profil lipid, yaitu: peningkatan asam lemak bebas, peningkatan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mengumumkan 4 penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit kardiovaskular (48%), kanker (21%), pernapasan kronis

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Protein Hati Itik Cihateup Rata-rata kadar protein hati pada itik Cihateup yang diberi minyak buah makasar (MBM) pada kondisi

Lebih terperinci

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol Metabolisme lipid Transport lipid dalam plasma dan penyimpanan lemak Biosintesis lipid Lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup Metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi lemak dan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Dislipidemia Dislipidemia adalah suatu keadaan terganggunya metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolesterol adalah sebuah elemen yang terstruktur didalam membran sel. Kolesterol dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolesterol adalah sebuah elemen yang terstruktur didalam membran sel. Kolesterol dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hiperkolesterolemia Definisi Kolesterol adalah sebuah elemen yang terstruktur didalam membran sel. Kolesterol dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi tetatp sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang sebenarnya memerlukan sejumlah lemak bagi tubuhnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian pada tahun 2012. Angka mortalitas ini mengalami peningkatan apabila

Lebih terperinci

LIPOPROTEIN. Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR. Ana Andriana 1

LIPOPROTEIN. Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR. Ana Andriana 1 LIPOPROTEIN Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR Ana Andriana 1 PENDAHULUAN Lipoprotein menjadi alat transport Trigliserida dan kolesterol diantara organ dan jaringan. Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci