BAB I PENDAHULUAN. memutuskan sesuatu (zoon politicon). Dalam pengambilan keputusan ini, manusia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. memutuskan sesuatu (zoon politicon). Dalam pengambilan keputusan ini, manusia"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan pikiran, perasaan dan juga kehendak, yang memungkinkan manusia untuk memilih dan memutuskan sesuatu (zoon politicon). Dalam pengambilan keputusan ini, manusia menghadapi seribu satu kemungkinan yang tidak dapat diprediksi oleh manusia itu sendiri, sehingga manusia dengan segala upaya mencari cara untuk menghadapi ketidak pastian yang dihadapinya, yaitu dengan cara mengurangi, mengalihkan, atau bahkan menghilangkan resiko kerugian yang timbul dari keputusan yang dia ambil. Resiko yang ada tidak hanya berasal dari manusia itu sendiri, namun resiko timbul dapat bersumber dari bencana alam, kecelakaan, penyakit, kelalaian, ketidakmampuan, kesalahan, kegagalan, ataupun dari sebab sebab lainnya yang tidak dapat diduga sebelumnya termasuk tindakan kerusuhan, sabotase, dan terorisme. Masing masing resiko mungkin memerlukan bentuk penanganan yang berbeda. 1 Risiko-risiko tersebut bersifat tidak pasti, tidak diketahui apakah akan terjadi dalam waktu dekat atau dikemudian hari, apabila risiko tersebut betul-betul terjadi, tidak diketahui berapa kerugiannya secara ekonomis. Resiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah 1 Ganie,Junaedy.A.,2011,Hukum Asuransi Indonesia,Sinar Grafika,Jakarta, h. 2 1

2 2 menunjukan adanya ketidakpastian. Katidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya resiko. 2 Timbulnya risiko tersebut membuat manusia dalam menjalani kegiatan dan aktifitasnya diliputi oleh perasaan yang tidak nyaman dan aman. Berdasarkan obyeknya, resiko dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu resiko perorangan atau pribadi (Personal Risk), resiko harta kekayaan (Property Risk), resiko tanggung jawab (Liability Risk). Resiko perorangan atau pribadi, berhubungan dengan kematian atau ketidakmampuan dari seseorang. Kematian merupakan suatu hal yang sudah pasti terjadi, akan tetapi mengenai kapan matinya seseorang itu tidak dapat dipastikan. 3 Manusia menggunakan kehendak, perasaan, dan pikirannya mencari upaya agar ketidakpastian dalam hidupnya berubah menjadi suatu kepastian. Salah satu cara untuk mengatasi risiko tersebut adalah dengan cara mengalihkan risiko (transfer of risk) kepada pihak lain di luar diri manusia. Pada saat ini pihak lain penerima risiko dan mampu mengelola risiko tersebut adalah perusahaan asuransi. Asuransi merupakan salah satu bentuk pengalihan resiko. Pertimbangan yang timbul dalam pengambilan keputusan terhadap bentuk penanganan resiko didasarkan pada apakah resiko yang berhasil diidentifikasi karena ketidak pastian tersebut dapat dicegah, dihindari, ditanggung sendiri atau harus dialihkan kepada 2 Darmawi, Herman, 1996, Manajemen Resiko, Bumi Aksara, Jakarta, h Sastrawidjaja, H. Man Suparman,2004, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian, P.T. ALUMNI, Bandung, h. 50

3 3 pihak lain. 4 Asuransi bukanlah satu satunya peralatan dasar manejemen resiko. Meskipun begitu, ia merupakan sarana yang paling penting dari pada teknik transfer resiko dan merupakan dasar dari kebanyakan program manajemen resiko. Ciri khusus asuransi sebagai sarana transfer resiko adalah bahwa ia memerlukan penyatuan (pooling) resiko; yaitu insurer atau penanggung menggabungkan resiko resiko dari banyak tertanggung. Melalui gabungan / kombinasi ini insurer atau tertanggung meningkat kemampuannya untuk meramalkan kerugian kerugian harapan (expected loss). 5 Asuransi menurut Pasal 246 KUHDagang adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti. Perusahaan Asuransi adalah perusahaan yang bertindak sebagai penanngung resiko yang dalam menjalankan usahanya berhubungan langsung dengan tertanggung atau melalui pialang asuransi. 6 Pengalihan risiko kepada perusahan asuransi timbul karena para pihak yang mengadakan perjanjian berbuat sebagai pembentuk undang undang, ia 4 Ganie,Junaedy.A, Loc.cit. 5 Darmawi, Herman, Op.cit, h Ganie,Junaedy.A, Op.cit, h. 44

4 4 membentuk suatu peraturan. 7 Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian yang mereka buat kemudian menjadi undang undang atau hukum bagi mereka yang membuatnya (pacta sunt servada). Dalam perjanjian asuransi terlibat dua pihak yaitu yang sanggup menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan mendapatkan pergantian suatu kerugian, yang mungkin akan dia derita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat akan terjadinya. 8 Perjanjian ini menghasilkan hak dan kewajiban kepada para pihak, dimana pihak yang satu adalah pihak yang mengalihkan resiko yang disebut sebagai Tertanggung, dan pihak yang menerima pengalihan resiko disebut sebagai Penanggung. Dalam pasal 3 Undang - undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian menjelaskan ada beberapa jenis usaha perasuransian yaitu: 1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti; 2. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan; 7 Apeldoorn, L.J. van,1986, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita,Jakarta, h Prodjodokoro, Wirjono,1994, Hukum Asuransi di Indonesia, PT. Intermasa, Jakarta,h. 1

5 5 3. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa. Asuransi ganti kerugian (schade-verzekering) dan asuransi sejumlah uang (sommen-verzekering) adalah merupakan dua macam asuransi. Perbedaan pokok antara kedua asuransi ini ialah bahwa dalam asuransi ganti kerugian si penjamin berjanji akan mengganti kerugian tertentu yang diderita oleh terjamin, sedang dalam asuransi sejumlah uang si penjamin berjanji akan membayar uang yang jumlahnya sudah ditentukan sebelumnya tanpa disandarkan pada suatu kerugian tertentu. 9 Usaha asuransi kerugian dalam KUHDagang yaitu; asuransi kebakaran, asuransi bancana hasil hasil pertanian, asuransi laut, dan asuransi pengangkutan darat dan sungai. 10 Selain itu jenis asuransi jiwa yang dikenal di Indonesia antara lain, asuransi jiwa biasa, asuransi dwiguna, asuransi pensiun, asuransi kolektif, asuransi bea siswa dan asuransi rakyat. Kebutuhan atas perlindungan terhadap harta kekayaan maupun jiwa manusia tersebut di atas menimbulkan adanya asuransi campuran yang merupakan penggabungan sifat antara asuransi kerugian dengan asuransi sejumlah uang. Asuransi campuran yang salah satu produknya adalah asuransi kecelakaan diri, 9 Prodjodokoro, Wirjono, Op.cit. h Prodjodokoro, Wirjono, Op.cit. h. 148

6 6 termasuk ke dalam golongan asuransi varia. Sehingga penulis ingin membatasi pembahasan hanya mengenai asuransi sejumlah uang. Asuransi kecelakaan diri (Personal Accident Insurance) merupakan salah satu bidang dalam asuransi kerugian (schade-verzekering) yang juga dapat di golongkan sebagai asuransi sejumlah uang (sommen-verzekering). Asuransi kecelakaan diri dianggap termasuk dalam bentuk asuransi sejumlah uang karena yang akan dibayarkan untuk mengganti kerugian apabila terjadi suatu kecelakaan, adalah sejumlah uang yang sebelumnya sudah ditentukan dalam perjanjian atau polis. Asuransi sejumlah uang adalah penggantian kerugian yang diberikan oleh pihak penanggung sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai ganti rugi oleh karena orang yang menerima ganti rugi tersebut tidak menerima ganti rugi yang sungguh sungguh sesuai dengan kerugian yang dideritanya. Ganti rugi yang diterimanya itu sebenarnya adalah hasil penentuan sejumlah uang tertentu yang telah disepakati oleh pihak pihak. Jadi dengan demikian perbedaan pokok antara kedua golongan asuransi itu adalah bahwa dalam asuransi kerugian itu ganti rugi diseimbangkan dengan kerugian yang sungguh sungguh diderita, sedangkan dalam asuransi sejumlah uang tidak tepat dikatakan sebagai ganti rugi, karena uang asuransi itu sudah ditetapkan sebelumnya.hal ini berarti dalam memberikan sejumlah uang tidak diseimbangkan dengan kerugian yang sungguh sungguh diderita. Polis dalam asuransi sejumlah uang belum memiliki suatu standar polis yang ditetapkan oleh Dewan Asuransi Indonesia, mengenai tarif preminya, ini

7 7 karena banyaknya jenis kecelakaan yang masing masing jenis kecelakaan tersebut memiliki ciri ciri dan resiko yang berbeda beda. Polis yang dipakai saat ini adalah polis yang dibuat oleh perusaan asuransi itu sendiri, yang mempunyai ketentuan ketentuan yang berbeda dengan perusahaan asuransi lainnya. Dengan ini, masyarakat diberikan kebebasan untuk memilih perusahaan asuransi yang sesuai dengan kebutuhannya dan kapasitasnya. Masyarakat awam yang belum mengerti mengenai asuransi, ataupun mengenai perjanjian wajib mendapatkan informasi yang pasti mengenai hal yang berkaitan dengan perlindungan terhadap diri mereka dan hak hak yang wajib mereka terima. Namun karena belum ada pengaturan yang pasti atau pengaturan standar mengenai polis ini menyebabkan seakan akan belum adanya perlindungan yang pasti mengenai hak tertanggung. PT. Jasa Raharja Putera adalah salah satu Perusahaan Asuransi yang bekerja sama dengan objek wisata, yang menawarkan perlindungan kepada pengunjung objek wisata. PT. Jasa Raharja Putera bertindak sebagai penanggung yang memberikan perlindungan kepada Pengelola objek wisata atau Operator yang menanggungkan tanggung jawabnya terhadap resiko resiko yang mungkin terjadi dalam objek wisatanya terutama kecelakaan terhadap wisatawan atau pengunjung. Perjanjian asuransi antara PT. Jasa Raharja Putera dan Operator ini merupakan jenis pertanggungan sejumlah uang. Operator bertindak sebagai tertanggung yang membayar premi kepada PT. Jasa Raharja Putera, namun Pengelola disini tidak bertindak sebagai penikmat namun sebagai penutup atau pengambil asuransi. Penutup asuransi, yakni orang yang menutup atau mengambil

8 8 asuransi, berkewajiban membayar uang premi dan akibatnya berhak menerima polis. Sedangkan Penikmat, yaitu orang yang ditunjuk oleh penutup asuransi untuk menerima prestasi pengangung, yang berwujud sejumlah uang yang besarnya telah direntukan pada saat ditutupnya pertanggungan. 11 Penyerahan santunan oleh PT. Jasa Raharja Putera kepada korban atau penikmat melalui dua jalur, yaitu memberikan kepada Operator yang kemudian akan diteruskan kepada korban, atau korban sendiri yang datang ke PT. Jasa Raharja Putera yang kemudian mengurus sendiri pengajuan klaim dengan membawa syarat syarat yang ditentukn oleh PT. Jasa Raharja Putera. Pengalihan resiko atau transfer risk, yang terjadi antara tertanggung dan penanggung adalah akibat dari kesadaran seseorang yang menyadari bahwa hidupnya memiliki masalah atau resiko resiko tersendiri yang membahayakan harta bendanya atau bahkan jiwanya. Masalah atau resiko yang ada mengikuti semua manusia, dari sejak lahir sampai ia meninggal, begitu juga terhadap wisatawan yang tujuannya untuk menikmati keindahan dunia atau berlibur. Ketika berlibur, seorang wisatawan akan melakukan segala cara untuk menikmati keindahan alam, ataupun melakukan hal yang baru dan mengeksplorasi tempat tempat baru yang belum pernah didatangi sebelumnya. Untuk hidup dengan pengalaman pengalaman baru dan pada waktu yang sama ingin merasa aman, hal ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan tersebut akan terasa 11 Purwosutjipto, H.M.N.,1986, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6 Hukum Pertanggungan, Djambatan, Jakarta, h. 15.

9 9 sekali apabila seorang sedang berpergian terutama jika berpergian keluar negeri, jika dibandingkan kalau berwisata di dalam negeri. 12 Seseorang yang tinggal dirumah sadar akan bahaya disana dan mereka tetap tinggal nyaman dirumah. Tetapi orang yang sama, jika menjadi wisatawan, tidak ingin menanggung resiko yang timbul dan tidak diduga sebelumnya selama berlibur. Semua ini terjadi, karena bahasa di sana asing, lingkup sekitarnya tidak terbiasa, dan prosedur resmi agak sulit diuraikan. Dengan demikian dia akan pergi berwisata ketempat tempat dimana resiko yang akan dihadapinya minimal. Oleh karena itu pembina pariwisata harus belajar bagaimana mengatasi gejalah gejalah persepsi wisatawan itu. 13 Untuk merencanakan keselamatan dan keamanan perlu dipertimbangkan 4 kemungkinan resiko resiko yang mungkin timbul, yaitu : 14 Terhadap lingkungan hidup manusia dan lembaga lembaga non pariwisata. Pada sektor pariwisata dan sektor sektor usaha jasa (commercial). Terhadap pelaku perjalanan mandiri (resiko pribadi). Resiko resiko yang timbul terhadap lingkungan alam (misal : secara alamiah iklim, adanya wabah penyakit). 12 World Tourism Organization, 2002, Tuntunan Keselamatan dan Keamanann Wisatawan Pegangan Praktis Bagi Daerah Tujuan Wisata, terjemahan Frans Gromang, Pradnya Paramita,Jakarta, h World Tourism Organization, Op.cit, h World Tourism Organization, Op.cit, h.3.

10 10 United Nations World Tourism Organiation (UNWTO) adalah organisasi internasional yang berdiri di bawah United Nations, yang bertanggung jawab mendorong pelaksanaan Kode Etik Pariwisata, dengan maksud untuk memastikan bahwa negara negara anggota, negara tujuan wisata dan bisnis memaksimalkan dampak ekonomi, sosial dan budaya positif dari pariwisata dan sepenuhnya untuk mendapatkan keuntungan dan meminimalkan dampak negatif sosial dan lingkungan. UNWTO senantiasa bekerja sama dengan organisasi organisasi internasional lainnya seperti dengan The World Health Organization (WHO), dan baru baru ini bekerja sama dengan The World Meteorological Organization (WMO) dan The International Police Organization (ICPO Interpol), yang semua upaya ini diarahkan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan kepariwisataan tetapi dalam konteks bidang bidang tertentu yang khusus. 15 Dalam hasil rapatnya yang dilaksanakan di Madrid, Spanyol pada tanggal April 1994, UNWTO menyatakan bahwa kemampuan setiap orang dari setiap negara untuk berpergian dalam keadaan selamat, adalah hak asasi manusia. Tahun 1991 UNWTO merekomendasikan upaya upaya yang perlu diambil untuk keamanan pariwisata sebagai berikut ; yaitu tiap tiap negara hendaknya mengembangkan suatu kebijakan nasional bidang keselamatan pariwisata yang diselaraskan dengan upaya pencegahan resiko resiko bagi wisatawan yang salah satunya itu adalah dengan asuransi. 15 World Tourism Organization, Op.cit, h. vii

11 11 Wisatawan asing atau domestik yang memanfaatkan objek wisata selalu menghadapi resiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri, keluarga atau orang lain yang mempunyai kepentingan atas dirinya, seperti banyaknya kecelakaan yang menimpa wisatawan yang dapat berubah menjadi kematian. Sebagian masyarakat masih mempertahankan apa yang telah ada dalam menanggulanginya dan tidak mau menerima perubahan serta perkembangan yang telah terjadi disekitarnya. Sebagian masyarakat lagi ada yang mengambil jalan dengan mengadakan hubungan dengan pihak asuransi untuk mengatasinya dalam hal ini adalah penanggulangan kecelakaan diri bagi wisatawan. Sebagian masyarakat berfikir bahwa dengan mengikatkan dirinya dengan pihak asuransi lebih bermanfaat dan menolong untuk menghadapi malapetaka yang kemungkinan sewaktu - waktu terjadi. Untuk ltu haruslah diketahui dan dipahami kedudukan hukum dan prosedur serta manfaat di dalam mengikatkan diri dengan pihak asuransi dalam hal ini adalah PT. Jasa Raharja Putera. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam dan membahas lebih lanjut, tentang PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA PENGUNJUNG YANG MENGALAMI KECELAKAAN DI OBJEK WISATA OLEH PT. JASA RAHARJA PUTERA 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian sebagaimana dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan pokok bahasan dalam skripsi ini. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

12 12 1. Bagaimana proses pelaksanaan pemberian santunan kepada korban kecelakaan di objek wisata? 2. Apakah pemberian santunan terhadap pengunjung objek wisata sudah sesuai dengan yang termuat dalam polis perjanjian antara Pengelola Objek wisata dengan PT. Jasa Raharja Putera? 1.3.Ruang Lingkup Masalah 1. Dalam karya ilmiah ini materi yang diuraikan yaitu mengenai perlindungan terhadap pengunjung objek wisata, bagaimana pelaksanaan dilapangan apakah sudah sesuai dengan yang termuat dalam perjanjian antara Operator dengan PT. Jasa Raharja Putera. 2. Penulisan karya ilmiah ini juga akan membahas mengenai pelaksanaan pemberian santunan kepada pengunjung objek wisata yang mengalami kecelakaan di objek wisata. Apakah pemberian santunan yang diberikan sudah memberikan kepuasan kepada korban kecelakaan. Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis juga ingin membatasi peraturan yang dipakai untuk menjawab masalah diatas yaitu dengan menggunakan Kitab Undang undang Hukum Dagang, Kitab Undang undang Hukum Perdata, Undang undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. 1.4.Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini ada 2 (dua) tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

13 13 a. Tujuan umum. 1. Sebagai usaha untuk melatih diri dalam menyatakan buah pikiran secara tertulis sistematis dan ilmiah guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan untuk dapat menempuh ujian sarjana. 2. Sebagai pelaksana Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya dalam bidang Penelitian. 3. Untuk mengembangkan diri pribadi mahasiswa dalam kehidupan masyarakat. 4. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pembulatan studi dalam bidang hukum. b. Tujuan khusus. 1. Untuk mengetahui lebih terperinci mengenai pertanggungan Asuransi Kecelakaan Diri pada PT. Jasa Raharja Putera dalam memberikan pertanggungan apabila terjadi kecelakaan di objek wisata. 2. Untuk mempelajari lebih mendetail bagaimana pelaksanaan pemberian santunan kepada pengunjung yang mengalami kecelakaan di objek wisata Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan penulis mengenai perlindungan terhadap

14 14 pengunjung objek wisata, apakah sudah sesuai dengan yang termuat dalam polis perjanjian antara Operator dengan PT. Jasa Raharja Putera. 2. Dari penulisan karya ilmiah ini penulis berharap memperoleh sedikit pencerahan tentang pelaksanaan pemberian santunan kepada pengunjung yang mengalami kecelakaan di objek wisata b. Manfaat Praktis. Sebagai bentuk nyata kegiatan penelitian yang penulis lakukan untuk mendapat bahan informasi dalam menganalisa serta sebagai suatu pemecahan masalah - masalah terhadap permasalahan - permasalahan hukum yang penulis hadapi, khususnya mengenai Pelaksanaa Pemberian Santunan Kepada Pengunjung Objek Wisata yang mengalami kecelakaan oleh PT. Jasa Raharja Putera sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan oleh masyarakat dan sebagai masukan kepada: PT. Jasa Raharja Putera, untuk mengkoreksi atau memperbaiki kekurangan yang ditemukan, baik itu dalam proses klaim ataupun dalam proses penetapan batas maksimal pemberian santuna kepada korban. Untuk Operator untuk memperbaiki atau menyempurnakan kekurangan dalam pelayanan mereka dalam menjamin keselamatan pengunjung objek wisata sehingga tidak perlu terjadinya kecelakaan. Dan kepada pengunjung objek wisata baik itu wisatawan luar negeri atau domestik yaitu menambah informasi mengenai

15 15 asuransi yang disediakan oleh objek wisata, agar kenyamanan dan keamanan pengunjung tetap terjaga Kerangka Teori Sesuai dengan teori Rechtstaat yang mengakui adanya hak hak seorang manusia untuk dilindungi, maka usaha perasuransian ini merupakan alat yang terbaik untuk menuju kepada tujuan negara hukum itu. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda adalah verzekering atau assurantie, dalam bahasa Prancis disebut juga Assurantie. Dalam bahasa Inggris asuransi disebut Insurance kadang juga disebut Assurance yang artinya jaminan atau asuransi. 16 Soekardono dan Wirjono Prodjodikoro (Mantan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia) menggunakan istilah asuransi sebagai serapan dari assurantie (Belanda), menjamin untuk menanggung dan terjamin untuk tertanggung. 17 Asuransi kecelakaan diri (Personal Accident Insurance) adalah termasuk dalam bidang asuransi kerugian (schads verzekering) atau General Insurance atau kadang-kadang juga dapat digolongkan pada asuransi sejumlah uang (sommen verzekering). Asuransi kecelakaan diri dianggap termasuk dalam bentuk asuransi sejumlah uang karena yang akan dibayarkan sebagaimana h Suhawan dan Juhana, S. Mariadinata, 1999, Pengetahuan Asuransi, CV. Armico, Bandung Muhammad, Abdul Kadir, 2002, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya, Bandung. h.

16 16 pengganti kerugian terjadi suatu kecelakaan (khususnya kalau meninggal) adalah sejumlah uang yang telah diperjanjikan. Asuransi atau Pertanggungan menurut pasal Pasal 1 ayat 1 Undang undang No. 2 tahun 1992, adalah: Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Santoso Poedjosoebroto, mengatakan, Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik, dimana pihak penanggung dengan menerima premi mengikatkan diri untuk memberikan pembayaran pada pengambil asuransi atau orang yang ditunjuk karena terjadinya suatu peristiwa yang belum pasti, yang disebut di dalam perjanjian, baik karena pengambilan asuransi atau tertunjuk menderita kerugian yang disebabkan oleh peristiwa tadi, maupun karena peristiwa tadi mengenai hidup kesehatan atau validituit seorang tertanggung. 18 Terdapat 3 (tiga) unsur mutlak yang perlu diperhatikan dalam Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang, yaitu : Adanya Kepentingan. Kepentingan adalah obyek pertanggungan dan merupakan hak subyektif yang mungkin akan lenyap atau berkurang 18 Poedjosoebroto, Santoso,1976, Beberapa Aspek Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, cet. II, Alumni, Bandung, hal. 82.

17 17 karena terjadinya suatu peristiwa tak tentu atau pasti. Unsur kepentingan adalah unsur yang mutlak harus ada pada tiap-tiap pertanggungan, baik pada saat ditutupnya pertanggungan maupun pada saat terjadinya evenemen. Adanya Peristiwa Tak Tentu. Unsur peristiwa tak tentu dalam pertanggungan jiwa, yaitu kematian adalah suatu peristiwa yang pasti akan terjadi, dimana yang tidak tertentu adalah kapan kematian itu akan menjadi kenyataan. Peristiwa tak tentu dalam pertanggungan jiwa baru ada apabila si penanggung mengikatkan diri untuk membayar, kalau kematian datang lebih pendek daripada jangka waktu dan kemungkinan berlangsungnya hidup orang yang bersangkutan. Lain halnya dengan pertanggungan kerugian sebab disana peristiwa itu adalah suatu kejadian yang menurut pengalaman manusia tidak dapat diharapkan akan terjadi. Adanya Kerugian. Penggantian kerugian diberikan penanggung sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai suatu ganti rugi, oleh karena orang yang menerima ganti rugi tidak menerima ganti rugi yang sungguhsungguh sesuai dengan kerugian yang dideritanya. Ganti rugi yang diterimanya sebenarnya adalah hasil penentuan sejumlah uang tertentu yang telah disepakati pihak-pihak.dideritanya. Sesuai dengan pasal 1320 KUHPerdata mengenai sahnya suatu perjanjian, maka perjanjian asuransi atau polis juga sesuai dan tunduk kepada pasal 1320 KUHPerdata dimana adanya suatu kata sepakat dari orang yang sudah cakap atau dewasa, untuk sesuatu hal yang halal. Selain pasal 1320 KUHPerdata, untuk

18 18 perjanjian asuransi perlu ditambahkan dengan pasal 251 KUHD dalam menentukan sahnya suatu perjanjian asuransi, khususnya mengenai syarat dalam sub c dari pasal 1320 KUHPerdata mengenai objek tertentu dalam perjanjian asuransi adalah kepentingan yang diasuransikan. Kepentingan dalam perjanjian asuransi mutlak harus ada. Apabila tidak ada maka perjanjian asuransi itu batal (pasal 250 KUHD). Kepentingan yang dapat diasuransikan asalkan memenuhi syarat yang ditentukan dalam pasal 268 KUHD yaitu ; dapat dinilai dengan uang, dapat diancam dengan suatu bahaya, tidak dikecualikan oleh undang undang. Pasal 268 KUHD ini hanya berlaku terhadap asuransi kerugian, tidak kepada asuransi sejumlah uang, karena asuransi tidak dapat menggantikan kepentingan seseorang yang berkaitan dengan jiwa ata kesehatan seseorang. Perjanjian asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis (pasal 255 KUHD). Polis ini merupakan satu - satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi. Untuk mengatasi kesulitan jika terjadi sesuatu setelah perjanjian namun belum sempat dibuatkan polisnya atau walaupun sudah dibuatkan atau belum ditandatangi atau sudah di tandatangi tetapi belum diserahkan kepada tertanggung kemudian terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian tertanggung. Bila bukti tertulis sudah ada barulah dapat digunakan alat bukti biasa yang diatur dalam Hukum Acara Perdata. Ketentuan ini yang dimaksud oleh pasal 258 ayat (1) KUHD. Syarat - syarat khusus yang dimaksud dalam pasal 258 KUHD adalah mengenai esensi inti isi perjanjian yang telah dibuat itu, terutama mengenai realisasi hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung seperti: penyebab timbul kerugian (evenemen); sifat

19 19 kerugian yang menjadi beban penanggung; pembayaran premi oleh tertanggung; dan klausula-klausula tertentu. Fungsi Umum Polis, adalah : a. Perjanjian pertanggungan (Contract Of Indonesia) b. Sebagai bukti jaminan dri penanggung kepada tertanggung untuk mengganti krugian yang mungkin dialami oleh tergugat akibat peristiwa yang tidak diduga sebelumnya dengan prinsip : Untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula sebelum mengalami kerugian; atau Untuk mengindarkan tertanggung dari kebangkrutan (Toial Collapse) c. Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung sebagai balas jasa atas jaminan penanggung. Isi polis pada Umumnya dalam ditentukan dalam pasal 256 KUHD, namun tidak untuk asuransi jiwa : 19 a. Hari pembentukan asuransi b. Nama orang yang menutup pertanggungan, atas namanya sendiri atau atas tanggungan orang ketiga. c. Uraian yang jelas mengenai benda pertangungan atau obyek yang dijamin. d. Jumlah pertanggungan, untuk mana diadakan jaminan (uang asuransi) 19 Prodjodokoro, Wirjono, Op.cit,h. 21

20 20 e. Bahaya - bahaya yang ditanggung oleh penanggung f. Saat mulai dan akhir tenggang waktu, dalam mana didakan jaminan oleh penjamin. g. Jumlah uang Premi yang harus dibayar oleh si terjamin h. Keterangan tambahan yang perlu diketahui oleh penjamin dan janji - janji khusus yang diadakan oleh kedua belah pihak. Dalam perjanjian asuransi antara tertanggung dengan penanggung, perlu ditegaskan mengenai prinsip tanggung jawab yang di gunakan, apakah akan digunakan prinsip Presumption of Liability, prinsip Limitation of Liability, ataukah menggunakan prinsip Absolute Liability (Strict Liability). 20 Prinsip Presumption of Liability (Presumpsion of Fault), berdasarkan prinsip ini, penanggung dianggap bertanggung jawab atas kerugian kerugian yang diderita oleh seorang tertanggung, (baik itu penutup asuransi atau penikmat asuransi) sehingga tertanggung tidak perlu membuktikan kesalahan kesalahan atau kealpaan dari penanggung untuk mendapatkan haknya atau ganti rugi. Prinsip Limitation of Liability, menyatakan bahwa tanggung jawab penanggung dibatasi sampai batas tertentu saja sesuai dengan apa yang sudah disepakati bersama. Sehingga ganti kerugian oleh penanggung terhadap tertangung ada batas maksimalnya. Tidak lebih dari yang sudah disepakati. 20 Suherman. E., 1983, Hukum Udara Indonesia dan Internasional (Kumpulan Karangan), Penerbit Alumni, Bandung, h. 120.

21 21 Prinsip Absolute Liability atau Strict Liability mengkehendaki penanggung tidak hanya dianggap bertanggung jawab terhadap beberapa hal, namun terhadap segala hal yang terjadi tanpa ada kemungkinan membebaskan diri, membatasi ganti rugi atau alasan alasan laian yang dapat digunakan untuk membebaskan dirinya dari memberikan ganti kerugian, kecuali tertanggung benar benar terbukti ikut serta dalam menimbulkan kerugian yang terjadi pada dirinya. Wisatawan asing maupun domestik yang memanfaatkan objek wisata sebagai wisatawan selalu menghadapi resiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri, keluarga atau orang lain yang mempunyai kepentingan atas dirinya, seperti banyaknya kecelakaan yang menimpa wisatawan yang dapat berubah menjadi kematian. Sebagian masyarakat masih mempertahankan apa yang telah ada dalam menanggulanginya dan tidak mau menerima perubahan serta perkembangan yang telah terjadi disekitarnya. Sebagian masyarakat lagi ada yang mengambil jalan dengan mengadakan hubungan dengan pihak asuransi untuk mengatasinya dalam hal ini adalah penanggulangan kecelakaan diri bagi wisatawan. Sebagian masyarakat berfikir bahwa dengan mengikatkan dirinya dengan pihak asuransi lebih bermanfaat dan menolong untuk menghadapi malapetaka yang kemungkinan sewaktu - waktu terjadi. Untuk ltu haruslah diketahui dan dipahami kedudukan hukum dan prosedur serta manfaat di dalam mengikatkan diri dengan pihak asuransi dalam hal ini adalah PT. Jasa Raharja Putera.

22 Metode Penelitian Untuk memperoleh, mengumpulkan, serta menganalisa setiap data maupun informasi yang sifatnya ilmiah, diperlukan metode agar karya tulis ilmiah mempunyai susunan yang sistematis dan konsisten, yaitu : 21 a. Jenis penelitian. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan empiris, yakni hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati dalam kehidupan nyata. Yang mana dalam hal ini hukum dikonsepkan sebagai gejala sosial empirik yang dapat menimbulkan efek - efek pada kehidupan sosial. Dalam penelitian empiris ini, permasalahan dikaji dengan melakukan pendekatan langsung pada ketentuan perundang - undangan yang berlaku. b. Sifat penelitian. Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan secara menyeluruh dan sistematis obyek dari pokok permasalahan. Dengan penelitian deskriptif digambarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku yang dikaitkan dengan teori - teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan yang diangkat. Deskriptif yaitu melukiskan atau memberi gambaran mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek penelitian berdasarkan kenyataan - kenyataan yang ada, dilaksanakan secara sistematis, kronologis dan berdasarkan 21 H.Abdulrahman Soejono, 2003, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 56.

23 23 kaidah ilmiah. Dengan menggunakan sifat - sifat dan hukum yang berkembang didalam masyarakat sehingga dapat diharapkan ditemukan sebab dari permasalahan itu. c. Data dan sumber data. Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer adalah data yang bersumber dari suatu penelitian lapangan, yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber di lapangan yaitu baik dari responden maupun informan. Data primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan melakukan wawancara langsung, baik itu dengan pihak Jasa Raharja Putera atau dengan pihak Operator. 2. Data sekunder, yaitu suatu data yang bersumber dari penelitian kepustakaan, yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumenkan. Bahan hukum Primer yang digunakan yaitu; peraturan perundang undangan yaitu Kitab Undang undang Hukum Perdata, Kitab Undang undang Hukum Dagang, Undang undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Sedangkan Bahan Hukum Sekunder yaitu buku buku yang berkaitan dengan Hukum Asuransi dan buku, bacaan, atau karya

24 24 ilmiah yang dapat dijadikan bahan untuk membantu dalam penulisan penelitian ini. Bahan hukum Tersier yang digunakan adalah Kamus Hukum. d. Teknik pengumpulan data Teknik digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Teknik Studi Dokumentasi dan Teknik Wawancara (Interview). Mengenai Teknik Studi Dokumentasi dilakukan atas bahan - bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian serta sampel yang berkaitan dengan objek wisata. Sedangkan Teknik Wawancara (Interview) dilakukan dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan kepada responden maupun informan yang dirancang atau yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk memperoleh jawaban - jawaban yang relevan dan mendukung permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Dan dari jawaban ini diadakan pencatatan sederhana yang kemudian diolah dan dianalisa. e. Teknik Penentuan Sampel Penelitian. Teknik Penentuan Sampel yang akan di pakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Teknik Non Probability dengan bentuk Purposive Sampling yang menunjuk beberapa objek wisata yang bekerja sama dengan PT. Jasa Raharja Putera di daerah Denpasar. Penunjukan dan pemilihan sampel ini didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat sifat atau karakteristik tertentu. f. Pengolahan dan Analisis Data. Pengolahan dan Analisis Data dalam penelitian ini adalah dengan Analisis Kulaitatif dimana data yang diperoleh tersebut diolah menjadi rangkaian kata-kata

25 25 yang bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus tidak disusun kedalam struktur klasifikasi sehingga sampel lebih kepada non probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan observasi ke lapangan. Data primer dan skunder disusun secara sistematis.

I. PENDAHULUAN. rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat

I. PENDAHULUAN. rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan yang tidak kekal merupakan sifat yang alamiah, mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak dapat diramalkan lebih dulu secara tepat. Dengan demikian keadaan termaksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD 17 BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD A. Pengertian Asuransi Dalam ketentuan Pasal 1774 KUHPerdata yang sudah dikemukakan

Lebih terperinci

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17 Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI 2.1 Asas Subrogasi 2.1.1 Pengertian asas subrogasi Subrogasi ini terkandung dalam ketentuan Pasal 284 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Menurut

Lebih terperinci

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR) PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR) Oleh Anak Agung Gede Agung Ngakan Ketut Dunia I Ketut Markeling Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas beragam suku bangsa dan terdiri dari beribu ribu pulau. Untuk memudahkan hubungan atau interaksi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada saat ini diperlukan adanya perlindungan, salah satu nya dengan adanya perlindungan asuransi. Hal itu terjadi karena dampak dari adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA 2.1 Asuransi Jiwa 2.1.1 Pengertian asuransi jiwa Manusia sepanjang hidupnya selalu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN Asuransi atau pertanggungan timbul karena adanya kebutuhan manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini manusia selalu dihadapan kepada suatu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan diikuti oleh majunya pemikiran masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan

Lebih terperinci

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014 Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI. Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI. Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti 26 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI 2.1. Pengertian dan Unsur unsur Asuransi 2.1.1. Pengertian Asuransi. Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti pertanggungan. Dalam pasal 246

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Pasal 1 sub (1) UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, dinyatakan bahwa pengertian asuransi atau pertanggungan adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat terlepas dari resiko yang sewaktu-waktu datang. Resiko tersebut dapat berupa cacat tubuh atau mungkin juga karena kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia. Bagi orang yang berkepentingan, dia merasa perlu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1945 hingga sekarang, banyak hal telah terjadi dan berubah seiring dengan perkembangan zaman. Bangsa Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini tak ada seorangpun yang dapat memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan baik dan sempurna. Meskipun telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila terjadi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi

BAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi 1 BAB III TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya a. Pengertian Asuransi Dalam kamus Hukum kata Asuransi berasal dari Assurantie yang berarti asuransi,

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8 MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : ------- Disusun oleh : Kelompok 8 Dickxie Audiyanto (125020305111001) Gatra Bagus Sanubari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN ASURANSI

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN ASURANSI BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN ASURANSI A. Defenisi Perjanjian Asuransi dan Tujuan Asuransi 1. Defenisi Perjanjian Asuransi Terdapat beberapa batasan dan perbedaan dari pengertian asuransi hal ini disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi massal saat ini menjadi sangat penting karena letak Indonesia yang begitu luas serta dikelilingi lautan. Transportasi tersebut akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat mulai khawatir akan adanya suatu risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat mulai khawatir akan adanya suatu risiko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini masyarakat mulai khawatir akan adanya suatu risiko yang mungkin dapat menimpanya pada saat-saat tertentu. Sehingga banyak beredar di masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemakaian kedua istilah ini mengikuti istilah dalam bahasa Belanda, yaitu assurantie

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemakaian kedua istilah ini mengikuti istilah dalam bahasa Belanda, yaitu assurantie BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Pengertian Asuransi Di Indonesia, selain istilah asuransi digunakan juga istilah pertanggungan. Pemakaian kedua istilah ini mengikuti istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan bagian dari masyarakat. Dalam kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, kehidupan

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP HUKUM ASURANSI Oleh : SURAJIMAN

BAB II RUANG LINGKUP HUKUM ASURANSI Oleh : SURAJIMAN BAB II RUANG LINGKUP HUKUM ASURANSI Oleh : SURAJIMAN A. PENGERTIAN ASURANSI Asuransi atau dalam bahasa Indonesianya disebut pertanggungan, dalam bahasa inggris disebut insurance,sedangkan dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk mendapatkan derajat kesehatan pada masyarakat yang tinggi dewasa ini diupayakan oleh pemerintah maupun swasta. Salah satu langkah yang ditempuh adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat menjamin secara mutlak dan memberi kebahagiaan bagi manusia namun

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat menjamin secara mutlak dan memberi kebahagiaan bagi manusia namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman era globalisasi ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat,kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih dan modern tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa macam bahaya yang mengancam kehidupan manusia disebabkan oleh peristiwa yang timbul secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah seiring dengan munculnya pemikiran dalam masyarakat mengenai suatu ketidakpastian mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi di Indonesia Kata asuransi dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Insurance yang artinya jaminan atau pertanggungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia dalam suatu masyarakat, sering menderita kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya dicuri,

Lebih terperinci

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan meningkat setiap harinya, masyarakat pun menganggap kebutuhan yang ada baik diri maupun hubungan dengan orang lain tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR ABSTRAKSI Oleh: Kadek Hita Kartika Sari I Gusti Nyoman Agung I Ketut Markeling Hukum Bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi 1. Pengertian Asuransi Apabila seseorang menginginkan supaya sebuah resiko tidak terjadi, maka seharusnyalah orang tersebut mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risiko merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia. Kemungkinan manusia menghadapi kehilangan atau kerugian itu merupakan suatu risiko.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Asuransi di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangatlah pesat setelah pemerintah mengeluarkan regulasi pada tahun 1980 diperkuat keluarnya Undang-Undang

Lebih terperinci

WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN PREMI ASURANSI DIHUBUNGKAN DENGAN TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG ASURANSI JIWA

WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN PREMI ASURANSI DIHUBUNGKAN DENGAN TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG ASURANSI JIWA WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN PREMI ASURANSI DIHUBUNGKAN DENGAN TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG ASURANSI JIWA Oleh : Dewa Ayu Widiastuti Meranggi A.A. Sagung Ari Atu Dewi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM TANGGUNG JAWAB PO. CV. SUMBER REZEKI TERHADAP PENGIRIM DALAM PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG DI KOTA JAMBI SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti 17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN 2.1 Pengertian Perjanjian Pengangkutan Istilah pengangkutan belum didefinisikan dalam peraturan perundangundangan, namun banyak sarjana yang mengemukakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan

I. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/ PERUSAHAAN ASURANSI 1. PENGERTIAN USAHA DAN KARAKTERISTIK ASURANSI Definisi (UU no. 2 tahun 1992) Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1.URAIAN TEORI Di dalam pembahasan penulisan skripsi ini tentunya dibutuhkan suatu kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi perjanjian asuransi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi adalah serapan dari istilah bahasa Belanda assurantie, dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi adalah serapan dari istilah bahasa Belanda assurantie, dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian dan Pengaturan Asuransi Istilah asuransi adalah serapan dari istilah bahasa Belanda assurantie, dalam bahasa Inggris assurance. Istilah lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan ketepatan, maka jasa angkutan udara sangatlah tepat karena ia merupakan salah satu transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap keputusan yang diambil manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia meliputi berbagai bidang kehidupan diantaranya idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti pertanggungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti pertanggungan BAB II KAJIAN PUSTAKA Landasan Teori 2.1 Pengertian Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti pertanggungan atau asuransi dan dalam bahasa Inggris disebut Insurance 20. Ada 2 (dua)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifat hakiki yang di maksud disini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya resiko yang harus dihadapi. Resiko semakin dekat dengan hidup manusia, baik resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG Oleh: Gusti Ayu Putu Damayanti I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI SISTEM INFORMASI ASURANSI Materi 1 PENGENALAN ASURANSI Dr. Kartika Sari U niversitas G unadarma Materi 1-1 Pengertian Asuransi Asuransi adalah: Suatu mekanisme pemindahan risiko dari tertanggung (nasabah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan

I. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya manusia selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI 2.1 Tanggung Jawab Tanggung jawab pelaku usaha atas produk barang yang merugikan konsumen merupakan perihal yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential Ratna Syamsiar Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung Abstrak PT Prudential Life Assurance memberikan perlindungan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami beberapa peristiwa yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan mempunyai akibat hukum.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ASURANSI DI INDONESIA. Asuransi dalam bahasa Belanda disebut verzekering

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ASURANSI DI INDONESIA. Asuransi dalam bahasa Belanda disebut verzekering BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ASURANSI DI INDONESIA A. Pengertian Asuransi Asuransi dalam bahasa Belanda disebut verzekering yang berarti pertanggungan. Ada 2 (dua) pihak yang terlibat dalam asuransi, yaitu

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada sektor transportasi dan informasi dewasa ini menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi perdagangan luar negeri atau yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional Dengan kemajuan teknik pada masa kini, kecelakaan-kecelakaan pesawat udara relatif jarang terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. risiko yang mungkin dapat menggangu kesinambungan usahanya. 1. kelancaran aktifitas dalam dunia perdagangan pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. risiko yang mungkin dapat menggangu kesinambungan usahanya. 1. kelancaran aktifitas dalam dunia perdagangan pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan jasa asuransi makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga,

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM. sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai

BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM. sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM A. Pengertian Asuransi Jiwa Dalam KUHDagang yang mengatur tentang asuransi jiwa, pengaturannya sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asuransi dan Jenis-Jenis Asuransi 1. Pengertian Asuransi Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh R Sukardono diterjemahkan dengan pertanggungan,

Lebih terperinci

Dokumen Perjanjian Asuransi

Dokumen Perjanjian Asuransi 1 Dokumen Perjanjian Asuransi Pada prinsipnya setiap perbuatan hukum yang dilakukan para pihak dalam perjanjian asuransi perlu dilandasi dokumen perjanjian. Dari dokumen tersebut akan dapat diketahui berbagai

Lebih terperinci

DIMAS WILANTORO NIM: C.

DIMAS WILANTORO NIM: C. TINJAUAN TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN PADA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN BERDASAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

THIRD LEGAL LIABILITY INSURANCE OLEH ADVOKAT SEBAGAI BENTUK TANGGUNG JAWAB DALAM MENJALANKAN PROFESINYA Oleh: Hengki M. Sibuea *

THIRD LEGAL LIABILITY INSURANCE OLEH ADVOKAT SEBAGAI BENTUK TANGGUNG JAWAB DALAM MENJALANKAN PROFESINYA Oleh: Hengki M. Sibuea * THIRD LEGAL LIABILITY INSURANCE OLEH ADVOKAT SEBAGAI BENTUK TANGGUNG JAWAB DALAM MENJALANKAN PROFESINYA Oleh: Hengki M. Sibuea * Tak ada yang menduga sebelumnya jika seorang Advokat dan/atau Kantor Hukum

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. Tinjauan umum tentang asuransi

BAB II. Tinjauan Pustaka. Tinjauan umum tentang asuransi BAB II Tinjauan Pustaka Tinjauan umum tentang asuransi A. Pengertian Asuransi Istilah asuransi atau pertanggungan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu dari kata verzekering. Di indonesia, para

Lebih terperinci

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo ASURANSI Prepared by Ari Raharjo Email: ariraharjo2013@gmail.com Definisi Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Verzekering (bahasa Belanda) berarti pertanggungan dalam suatu asuransi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Verzekering (bahasa Belanda) berarti pertanggungan dalam suatu asuransi 29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis Asuransi Verzekering (bahasa Belanda) berarti pertanggungan dalam suatu asuransi terlibat dua pihak, yaitu orang yang satu sanggup menanggung atau menjamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi rasa cemas yang timbul sebagai akibat dari kecelakaan tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi rasa cemas yang timbul sebagai akibat dari kecelakaan tersebut maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti saat ini manusia dituntut untuk selalu beraktivitas untuk mencari nafkah untuk menjalani kehidupan, setiap aktivitas yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI

BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI 15 BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI A. Perjanjian Asuransi Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan timbul karna kebutuhan manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, manusia selalu dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa BAB I PENDAHULUAN Salah satu perwujudan dari adanya hubungan antar manusia adalah dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa saling percaya satu dengan lainnya. Perjanjian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Umum Asuransi Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari kata Assurandeur yang berarti penanggung dan Geassurreerde

Lebih terperinci

BAB II ASURANSI PADA UMUMNYA. Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti

BAB II ASURANSI PADA UMUMNYA. Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti BAB II ASURANSI PADA UMUMNYA A. Pengertian Asuransi Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti pertanggungan atau asuransi dan dalam bahasa Inggris disebut Insurance 20. Ada 2 (dua)

Lebih terperinci

Keywords : protection, Insurance, compensation

Keywords : protection, Insurance, compensation PERLINDUNGAN HUKUM DARI PT ASURANSI KERUGIAN JASARAHARJA PUTERA TERHADAP WISATAWAN YANG MENGALAMI KECELAKAAN DI BALI Oleh : A.A Sg Istri Cahya Sri Widari I Ketut Markeling I Made Dedy Priyanto Bagian Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifatsifat hakiki yang dimaksud di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting. Demikian juga halnya dalam dunia perdagangan, bahkan pengangkutan memegang peranan yang mutlak,

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak terduga, misalnya mendapat kecelakaan dalam perjalanan di darat, di laut atau di udara. Jika

Lebih terperinci

BAB X ASURANSI A. DEFINISI ASURANSI

BAB X ASURANSI A. DEFINISI ASURANSI BAB X ASURANSI Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada saat ini sangat memberikan manfaat dan kemudahan bagi kehidupan manusia, dampak positif yang ada sangat mendukung manusia modern

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi 142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan

Lebih terperinci