BUPATI MERAUKE PERATURAN BUPATI MERAUKE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

Transkripsi

1 BUPATI MERAUKE PERATURAN BUPATI MERAUKE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : Mengingat : a. b. c bahwa bahan mineral bukan logam dan batuan adalah Kekayan alam yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki nilai ekonomis sehingga pemanfaatannya diharapkan memberikan Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat; bahwa pengeloaan usaha Pertambangan Mineral Bukan Logam Dan Batuan perlu dilakukan seoptimal mungkin, efisien transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta berkeadilan agar memberikan manfaat bagi masyarakat; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a dan huruf b diatas, perlu menetapkan Peraturan Bupati Merauke tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan; Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 47; Tambahan Lembaran Negara Nomor 2907); Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 135 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4884); Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4381); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 5. Undang../2

2 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4959); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059); Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5110); Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5111); Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5142); Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Merauke (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11); Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 9); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Merauke; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Merauke dan perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Merauke; 3. Bupati adalah Bupati Merauke; 4. Dinas Pertambangan dan Energi adalah Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Merauke; 5. Kepala Dinas./3

3 Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Merauke; 6. Usaha Pertambangan Mineral bukan logam dan batuan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral bukan logam dan batuan yang meliputi kegiatan tahapan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang; 7. Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut IUP adalah Izin untuk melaksanakan Usaha Pertambangan; 8. Izin Usaha Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan Investasi terbatas; 9. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut dengan RKL adalah upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan; 10. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut dengan RPL adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan; 11. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut dengan UKL adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan dari rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan; 12. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut dengan UPL adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat dari rencana dan/atau kegiatan pertambangan; 13. Peruntukan Lahan Pasca Tambang adalah peruntukan lahan yang dinyatakan dan disetujui dalam Izin Usaha Pertambangan dan/atau Perjanjian Usaha Pertambangan pada saat dikeluarkan atau setelah modifikasi selanjutnya dan disetujui oleh pemberi Izin Usaha Pertambangan dan/atau Perjanjian Usaha Pertambangan; 14. Pengembangan Wilayah dan Masyarakat adalah suatu kegiatan untuk mempercepat pengembangan wilayah dan mendorong kegiatan ekonomi masyarakat sekitar tambang yang merupakan tanggungjawab Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; 15. Kawasan Tertutup Untuk Pertambangan adalah semua tempat/lahan yang dilarang atau dilindungi berdasarkan Undang-undang yang berlaku seperti tempat pemakaman, tempat yang dianggap suci, bangunan bersejarah, pemukiman, sarana umum, hutan lindung dan tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati. BAB II WILAYAH PERTAMBANGAN Pasal 2 (1) Usaha pertambangan dapat dilakukan diseluruh wilayah daerah, kecuali pada tempat pemakaman, tempat yang dianggap sakral, bangunan bersejarah, pemukiman, sarana umum, kawasan yang dilarang dan dilindungi berdasarkan Peraturan Perundang-undangn yang berlaku; (2) Usaha.../4

4 - 4 - (2) Usaha pertambangan pada wilayah-wilayah yang dilarang sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dapat dilaksanakan dengan persetujuan dari yang berwenang atau yang berhak dan biaya yang ditimbulkan nya menjadi tanggung jawab pihak pemenang IUP,IUPR dan/atau Kontraktor Perjanjian Usaha Pertambangan; (3) Keseluruhan wilayah pertambangan umum sebagaimana dimaksud ayat(1) mencakup wilayah daratan dan lautan sedangkan pertambangan rakyat hanya mencakup wilayah daratan. BAB III IZIN USAHA PERTAMBANGAN Bagian Kesatu Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan Pasal 3 (1) Setiap usaha Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat IUP atau IPR Mineral Bukan Logam dan Batuan dari Bupati. (2) Bupati dapat melimpahkan kewenangan pelaksanan pemberian IPR kepada Distrik yang diatur dengan Keputusan Bupati. (3) IUP atau IPR dapat diberikan kepada : a. Badan Usaha Milik Negara; b. Perusahaan Daerah; c. Koperasi; d. Badan atau Perseorangan Swasta yang memenuhi syarat - syarat sesuai dengan peraturan yang berlaku. (4) Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Mineral bukan Logam meliputi ; intan, korondum, grafit, arsen, pasir kwarsa, flouspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, flourit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gypsum, dolomite, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen; b. Batuan meliputi ; pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatomea, tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, Kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorite, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan Pasir yang tidak mengandung unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Bagian Kedua Izin Usaha Pertambangan Umum Pasal 4 (1) IUP Mineral Bukan Logam dan Batuan meliputi : a. IUP /5

5 - 5 - a. IUP Eksploitasi; b. IUP Pengangkutan dan Penjualan. (2) IUP hanya diberikan kepada Badan Usaha/Koperasi dengan luas wilayah maksimal 5 Hektar untuk setiap satu IUP. (3) Peralatan yang dapat digunakan pada IUP adalah Peralatan Mekanis dan alat Manual. Bagian Ketiga Izin Usaha Pertambangan Rakyat Pasal 5 (1) IPR Mineral Bukan Logam dan Batuan meliputi : a. IPR Eksploitasi; b. IPR Pengangkutan dan Penjualan. (2) IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dibuat dalam 1 (satu) lembar surat dan dicetak bolak-balik. (3) Luas wilayah untuk IPR adalah : a. Untuk perorangan maksimal 1 hektar; b. Untuk koperasi/kelompok usaha maksimal 3 hektar. (4) Peralatan yang dapat digunakan pada IPR adalah Peralatan manual. BAB IV SYARAT SYARAT PERIZINAN Pasal 6 Persyaratan memperoleh IUP Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagai berikut : a. Surat permohonan ditujukan kepada Bupati dengan tembusannya disampaikan kepada Kepala Dinas Pertambangan dan Energi; b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Foto Copy KTP Pemohon; d. Rekomendasi Kepala Kampung/Lurah; e. Rekomendasi Kepala Distrik; f. Dokumen UKL/UPL/Amdal yang telah di setujui oleh instansi yang berwenang; g. Peta Situasi Wilayah Pertambangan yang dimohon dengan skala 1 : 1000 sampai dengan 1 : yang diikat pada titik tetap dan batas-batas koordinat yang jelas. Pasal 7 Persyaratan memperoleh IPR Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagai berikut : a. Surat permohonan ditujukan kepada Bupati dengan tembusannya disampaikan kepada Kepala Dinas Pertambangan dan Energi; b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Foto Copy /6

6 - 6 - c. Foto Copy KTP Pemohon; d. Rekomendasi Kepala Kampun/Lurah; e. Rekomendasi Kepala Distrik; f. Menandatangani Pernyataan Melaksanakan Upaya Penataan Lingkungan yang sesuai dengan Dokumen UKL/UPL yang telah di setujui oleh Instansi yang berwenang; g. Peta Situasi Wilayah Pertambangan yang dimohon dengan skala 1 : 1000 sampai dengan 1 : yang diikat pada titik tetap dan batas-batas koordinat yang jelas. BAB V TATA CARA PEROLEHAN IZIN Pasal 8 Tata cara memperoleh IUP Mineral Bukan Logam dan Batuan ; a. Permohonan ditujukan kepada Bupati melalui Dinas Pertambangan dan Energi, dibuat rangkap 2 (dua); b. Permohonan yang telah memenuhi syarat diberi tanda terima oleh Dinas Pertambangan dan Energi, Permohonan yang tidak memenuhi syarat dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi; c. Dinas Pertambangan dan Energi melakukan penelitian administrasi terhadap persyaratan permohonan; d. Sebelum diterbitkan IUP, Tim Dinas Pertambangan dan Energi melakukan Pemeriksaan pada Lokasi yang dimaksud; e. Proses IUP Mineral bukan logam dan batuan yang telah memenuhi persyaratan diselesaikan dalam waktu selambat-lambatnya selama 14 (empat belas) hari terhitung sejak diterimanya surat permohonan. Pasal 9 (1) Pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat (5) dilaksanakan oleh petugas Dinas Pertambangan dan Energi dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan Lapangan. (2) Laporan pemeriksaan lapangan disertai berita acara pemeriksaan disampaikan kepada Bupati tembusannya disampaikan kepada kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada Bagian Hukum Setda dalam rangka Pengawas Represif Yustisil. BAB VI BERAKHIRNYA IZIN Pasal 10 (1) Masa berlaku IUP atau IPR selama 1 Tahun dan dapat di perpanjang 1 kali. (2) Masa berlaku ijin adalah 1 tahun terhitung sejak tanggal dikeluarkannya ijin dan dapat di perpanjang satu kali pada Tahun berikutnya. BAB VII /7

7 - 7 - Pemegang Izin mempunyai hak yaitu : BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 11 a. melakukan aktifitas Penambangan sesuai dengan lokasi yang telah diizinkan; b. mendapatkan bimbingan teknis dan Pelayanan dari Instansi yang berwenang dalam Pertambangan dan Energi; c. mendapatkan Bimbingan dan Bantuan Modal untuk menunjang kegiatan Usaha Pertambangan sesuai dengan Peraturan daerah. Pasal 12 Pemegang Izin mempunyai kewajiban yaitu : a. melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan; b. melaksanakan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada lokasi Penambangannya; c. membayar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai Peraturan Daerah tentang Pajak dan retribusi Daerah; d. Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan secara berkala kepada pemberi IUP atau IPR; e. melaksanakan Reklamasi Tambang setelah Purna Tambang. BAB VIII PEMETAAN, PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 13 (1) Dinas Pertambangan Dan Energi melaksanakan inventarisasi/pemetaan Bahan Galian Mineral bukan logam dan batuan serta potensi yang belum dimanfaatkan. (2) Inventarisasi data dan pengukuran potensi atas usaha Bahan Galian Mineral bukan logam dan batuan dilakukan terhadap orang/badan usaha yang sudah memiliki IUP maupun terhadap wilayah pertambangan yang belum diusahakan. Pasal 14 (1) Pembinaan dan Pengendalian IUP dan IPR bahan galian Mineral Bukan Logam dan Batuan dilaksanakan oleh Dinas Pertambangan dan Energi. (2) Pengawasan terhadap IUP dan IPR dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dan Dinas Pertambangan secara terkoordinasi. (3) Pejabat Fungsional Inspektur Tambang Daerah adalah Pejabat yang melaksanakan Pengamanan Teknis pada Kegiatan usaha Pertambangan di Daerah. (4) Tugas dan Fungsi Inspektur Tambang Daerah di tetapkan dalam Keputusan Bupati. Pasal 15 /8

8 - 8 - Pasal 15 (1) Pejabat Fungsional Inspektur Tambang Daerah diangkat oleh Bupati. (2) Kepala Inspeksi Tambang dibantu oleh Pelaksana Inspeksi Tambang dan Para asisten Pelaksana Inspeksi Tambang. (3) Persyaratan dan tata cara pengangkatan Kepala Inspeksi Tambang Daerah, Para Pelaksana Inspeksi Tambang dan para Asisten Pelaksana Inspeksi tambang ditetapkan oleh Bupati. Pasal 16 (1) Untuk menunjang kegiatan Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan IUP dan IPR Mineral Bukan Logam Dan Batuan, Pejabat Fungsional Inspektur Tambang Daerah dapat diberikan tunjangan apabila telah memenuhi kriteria sebagai pejabat fungsional. (2) Besarnya tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XXI KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 18 Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Merauke. Diundangkan di Merauke Pada tanggal 25 Agustus 2011 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MERAUKE CAP/TTD Drs. DANIEL PAUTA Diundangkan di Merauke Pada tanggal 25 Agustus 2011 BUPATI MERAUKE, CAP/TTD ROMANUS MBARAKA BERITA DAERAH KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2011 NOMOR 14 Untuk salinan yang sah sesuai dengan aslinya a.n.sekretaris DAERAH KABUPATEN MERAUKE Plt. KEPALA BAGIAN HUKUM S.M.SILUBUN, SH PEMBINA NIP Salinan.../9

9 - 9 - Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Gubenur Provinsi Papua di Jayapura; 2. Inspektur Provinsi Papua di Jayapura; 3. Ketua DPRD Kabupaten Merauke; 4. Para Asisten Sekda Kabupaten Merauke; 5. Inspektur Kabupaten Merauke; 6. Kadin. Pertambangan dan Energi Kab. Merauke; 7. Kadin. Pendapatan Daerah Kab. Merauke; 8. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kab.Merauke; 9. Kabag.Keuangan Setda Kab. Merauke. 10. Para Kepala Distrik se-kab.merauke; 11. Para Lurah se-kab.merauke; 12. Para Kepala Kampung se-kab.merauke.