KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2000 TENTANG PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN YAYASAN SLAMET RIJADI. Pengurus Yayasan Slamet Rijadi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2000 TENTANG PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN YAYASAN SLAMET RIJADI. Pengurus Yayasan Slamet Rijadi"

Transkripsi

1 KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2000 TENTANG PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN YAYASAN SLAMET RIJADI Pengurus Yayasan Slamet Rijadi Menimbang : a. bahwa dalam usaha mencapai tujuan penyelenggaraan tugas pendidikan tinggi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) diperlukan adanya pegawai sebagai sumber daya manusia dan pelaku organisasi yang mengamalkan nilai-nilai kristiani, taat dan setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, berdedikasi tinggi, jujur, bertanggung jawab, penuh tenggang rasa dan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar/ajaran Katolik yang menjadi ciri khas pendidikan Katolik; b. bahwa untuk mewujudkan pegawai sebagaimana dimaksud butir a di atas, diperlukan suatu peraturan yang mengatur hubungan kerja, kedudukan, hak, kewajiban, dan manajemen pegawai untuk mendukung pelaksanaan sistem pengelolaan pegawai yang terarah; c. bahwa Peraturan YSR No. 3 Tahun 1988 tentang Peraturan Pokok Kepegawaian UAJY Yang Disempurnakan dan beberapa peraturan lainnya yang berhubungan dengan itu, dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan Yayasan Slamet Rijadi (YSR), maka oleh sebab itu perlu diperbaharui; Mengingat : a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974; b. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999; c. Pasal 4 ayat (1 s/d 4) Norma-Norma Umum Konstitusi Apostolik tentang Universitas Katolik; d. Anggaran Dasar Yayasan Slamet Rijadi; e. Pasal 5, 11, 73 s/d 78 Statuta UAJY 1993; f. Pasal 36 ayat (4) Peraturan YSR No. 3 Tahun Memperhatikan : Hasil pembicaraan dan Keputusan Rapat Pengurus YSR tanggal 23 Desember MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI TENTANG PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN YAYASAN SLAMET RIJADI BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Pengertian Pasal 1 Di dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : (1) Yayasan adalah Yayasan Slamet Rijadi selaku Badan Hukum penyelenggara pendidikan tinggi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. (2) Pengurus adalah pengurus Yayasan Slamet Rijadi. (3) Universitas adalah Universitas Atma Jaya Yogyakarta. (4) Rektor adalah Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta. (5) Pegawai adalah mereka yang setelah memenuhi persyaratan peraturan yang berlaku diangkat oleh Yayasan dengan suatu surat keputusan untuk bekerja dan mengabdikan diri di lingkungan Yayasan/Universitas dan digaji menurut peraturan perundangan dan peraturan yang berlaku. (6) Keluarga adalah isteri/suami dan anak pegawai yang sah menurut hukum negara dan gereja. 1

2 (7) Peraturan perundangan yang berlaku adalah keputusan yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. (8) Peraturan yang berlaku adalah keputusan yang ditetapkan Yayasan/ Universitas. Pasal 2 (1) Berdasarkan fungsinya pegawai terdiri dari: a. pegawai kependidikan: b. pegawai non kependidikan. (2) Berdasarkan statusnya pegawai terdiri dari: a. pegawai tetap; b. pegawai tidak tetap; (3) Di samping pegawai tersebut pada ayat (1) dan (2) pasal ini dapat diangkat karyawan berdasarkan kontrak. Bagian Kedua Kedudukan Pegawai Pasal 3 (1) Pegawai adalah unsur pelaku kegiatan organisasi/institusi Yayasan/Universitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai kristiani, Pancasila dan UUD (2) Pegawai sebagai unsur pelaku organisasi/institusi bersikap disiplin, netral dan tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan bagi komunitasnya dan masyarakat. (3) Untuk menjamin netralitas pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 di atas, pegawai tidak diizinkan menjabat dan bekerja secara tetap atau penuh waktu pada Badan Usaha/Lembaga lain atau menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PEGAWAI Bagian Pertama Hak Pegawai Pasal 4 (1) Setiap pegawai berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan sifat pekerjaan, prestasi dan beban pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya menurut peraturan yang berlaku. (2) Penggajian pegawai diatur sesuai dengan peraturan dan/atau peraturan perundangan yang berlaku. (1) Setiap pegawai berhak memperoleh cuti. (2) Cuti pegawai diatur dalam peraturan tersendiri. Pasal 5 Pasal 6 (1) Setiap pegawai yang mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugas, berhak memperoleh tunjangan kecelakaan kerja. (2) Tunjangan kecelakaan kerja diatur dalam peraturan tersendiri. Pasal 7 (1) Setiap pegawai yang meninggal dunia, keluarganya memperoleh uang duka. (2) Besarnya uang duka kematian ditetapkan dalam peraturan tersendiri. Pasal 8 (1) Setiap pegawai yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan peraturan yang berlaku, berhak atas pensiun. (2) Hak pensiun pegawai ditetapkan dalam peraturan tersendiri. 2

3 Bagian Kedua Kewajiban Pegawai Pasal 9 (1) Setiap pegawai dengan beritikad baik wajib melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya dengan sepenuh kemampuannya. (2) Setiap pegawai dalam melakukan tugas pekerjaannya wajib setia dan taat sepenuhnya pada Pancasila, UUD 1945, semua peraturan perundangan dan peraturan yang berlaku. (3) Setiap pegawai wajib menyimpan rahasia jabatan yang dipercayakan kepadanya. (4) Setiap pegawai wajib menaati pimpinan atasan dengan memegang teguh nilai-nilai kebenaran. BAB III MANAJEMEN PEGAWAI Bagian Pertama Tujuan dan Sistem Manajemen Pasal 10 (1) Manajemen pegawai diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan pengelolaan Universitas secara efektif dan efisien. (2) Untuk melaksanakan penyelenggaraan Universitas/institusi sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas diperlukan pegawai yang berkualitas, bertanggung jawab, jujur dan adil dengan pembinaan berdasarkan pada sistem prestasi kerja dan karier. (3) Pelaksanaan manajemen pegawai diatur dalam peraturan tersendiri. Bagian Kedua Kebijaksanaan Manajemen Pasal 11 (1) Kebijaksanaan manajemen pegawai di lingkungan Universitas mencakup penetapan norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya pegawai, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan hukum. (2) Kebijaksanaan manajemen pegawai ditetapkan oleh Yayasan setelah mendengar saran atau pendapat Rektor. (3) Pelaksana kebijaksanaan manajemen pegawai di lingkungan Universitas adalah Rektor. Bagian Ketiga Formasi dan Pengadaan Pasal 12 Jumlah dan susunan pangkat pegawai yang diperlukan, ditetapkan dalam formasi pegawai untuk jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat dan beban kerja yang harus dilaksanakan. Formasi pegawai ditetapkan Yayasan. Pasal 13 (1) Pengadaan pegawai disesuaikan dengan kebutuhan dan untuk mengisi formasi. (2) Setiap warga negara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi pegawai. (3) Penerimaan pegawai dilakukan melalui seleksi. (4) Setiap pelamar yang dinyatakan diterima, diangkat oleh Yayasan menjadi calon pegawai dalam masa percobaan pegawai. (5) Calon pegawai dapat diangkat menjadi pegawai tetap setelah menjalani masa percobaan sekurangkurangnya 1 (satu) tahun dan selama-lamanya 2 (dua) tahun bila memenuhi persyaratan untuk pengangkatan pegawai tetap. (6) Calon pegawai yang tidak memenuhi persyaratan pengangkatan pegawai tetap diberhentikan sebagai calon pegawai oleh Yayasan. 3

4 (7) Tatacara dan pelaksanaan pengadaan dan penerimaan pegawai selanjutnya diatur dalam peraturan tersendiri. Bagian Keempat Kepangkatan, Jabatan, Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pasal 14 (1) Setiap pegawai diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu. (2) Pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan dilaksanakan dengan memperhatikan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan yang bersangkutan. Pasal 15 (1) Kenaikan pangkat pegawai yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, ditetapkan Yayasan. (2) Kenaikan pangkat bagi pegawai kependidikan ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. (3) Untuk lebih menjamin obyektivitas dalam mempertimbangkan dan menetapkan kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam jabatan diadakan penilaian prestasi kerja. (4) Ketentuan tentang pengangkatan dalam/kenaikan pangkat pegawai selanjutnya diatur dalam peraturan tersendiri. Pasal 16 (1) Pengangkatan dalam jabatan didasarkan atas kemampuan kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, kejujuran serta syarat-syarat obyektif lainnya; (2) Pengangkatan dalam jabatan struktural dilaksanakan menurut kebutuhan/mengisi formasi jabatan struktural dan diberikan kepada pegawai yang telah memenuhi syarat-syarat yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini. (3) Pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan struktural ditetapkan oleh Yayasan. (4) Ketentuan tentang pengangkatan pegawai dalam jabatan selanjutnya diatur dalam peraturan tersendiri. Pasal 17 Untuk kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan dan pembinaan pegawai dapat diadakan pemindahan jabatan. Pasal 18 (1) Pegawai diberhentikan dengan hormat karena : a. permintaan sendiri; b. telah mencapai usia pensiun; c. tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai pegawai; d. penyederhanaan organisasi Yayasan/Universitas. (2) Pegawai yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap diberhentikan dengan hormat. (3) Pegawai dapat diberhentikan tidak dengan hormat karena: a. melanggar tugas kedinasan dengan meninggalkan tugas tanpa keterangan selama lebih dari 1 (satu) bulan berturut-turut; b. menjalankan tugas kedinasan yang berakibat merugikan Yayasan/ Universitas; c. melakukan penyelewengan dengan mengatasnamakan Yayasan/ Universitas untuk kepentingan pribadi. (4) Pegawai diberhentikan tidak dengan hormat karena: a. melakukan tindak pidana yang berdasarkan keputusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap; b. melakukan penyelewengan terhadap nilai-nilai Kristiani, Pancasila dan UUD (5) Pemberhentian pegawai ditetapkan dengan Surat Keputusan Yayasan. (6) Ketentuan dan pelaksanaan pemberhentian pegawai diatur dalam peraturan tersendiri. 4

5 Bagian Kelima Disiplin, Kode Etik dan Janji/Sumpah Pasal 19 (1) Untuk menjamin ketertiban dan kelancaran tugas, perlu ditetapkan peraturan disiplin pegawai yang mencakup keharusan, larangan pelaksanaan tugas dan sanksi. (2) Untuk menjamin sikap, tingkah laku dan perbuatan pegawai di dalam dan di luar tugas kedinasan disusun kode etik pegawai yang diatur tersendiri dalam kode etik pegawai. Pasal 20 (1) Pegawai pada saat pengangkatannya wajib menandatangani pernyataan untuk mengikatkan diri sebagai karyawan dengan Yayasan. (2) Pegawai yang diangkat untuk memangku suatu jabatan struktural tertentu harus memenuhi ketentuan administratif kepegawaian yang telah ditetapkan dan wajib mengangkat janji/sumpah jabatan. (3) Ketentuan dan tatacara pelaksanaan prosedur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) pasal ini diatur dalam peraturan tersendiri. Bagian Keenam Pegawai sebagai pejabat di luar Yayasan Pasal 21 (1) Pegawai dapat diizinkan untuk melakukan tugas atau jabatan di luar Universitas, apabila diangkat menjadi: a. pejabat negara; b. pejabat dalam lingkungan Gereja; c. pejabat pada lembaga perguruan tinggi katolik; (2) Pegawai yang diangkat menjadi pejabat di luar Yayasan/Universitas, tetap memperoleh hak-hak kepegawaiannya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan setelah berakhir masa tugasnya dapat ditempatkan kembali. (3) Ketentuan dan tatacara pelaksanaan prosedur seperti tersebut pada ayat (1) dan (2) di atas diatur dalam peraturan tersendiri. Bagian Ketujuh Pendidikan dan Pelatihan Pasal 22 (1) Untuk meningkatkan kualitas, efisiensi dan produktivitas kerja dalam mencapai tujuan Yayasan/Universitas, diselenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai berupa studi lanjut, kursus dan pelatihan. (2) Ketentuan dan tatacara penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan diatur dalam peraturan tersendiri. Bagian Kedelapan Kesejahteraan Pegawai Pasal 23 Untuk meningkatkan kegairahan bekerja, diselenggarakan kesejahteraan pegawai yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Yayasan yang diatur dalam peraturan tersendiri. 5

6 Bagian kesembilan Penghargaan Pasal 24 Kepada pegawai yang telah menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa dan berjasa terhadap Yayasan/Universitas, dapat diberikan penghargaan berupa tanda jasa atau bentuk penghargaan lainnya yang diatur dalam peraturan tersendiri. Bagian Kesepuluh Penyelesaian Sengketa Pegawai Pasal 25 Penyelesaian sengketa kepegawaian dilakukan melalui suatu komisi khusus yang pembentukan dan pelaksanaannya diatur dalam peraturan tersendiri. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 26 Dengan berlakunya Peraturan ini, Yayasan dan Universitas menyesuaikan ketentuan/ peraturan kepegawaian yang berlaku dengan ketentuan Peraturan ini, selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya Peraturan ini. Pasal 27 Dengan ditetapkannya Peraturan ini semua ketentuan di bidang kepegawaian yang ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan ini dan sebelum diubah berdasarkan Peraturan ini. BAB V PENUTUP Pasal 28 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan ini akan diatur tersendiri oleh Yayasan. Pasal 29 (1) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. (2) Segala sesuatunya dapat ditinjau dan ditetapkan kembali sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan di dalam penetapan ini. Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 31 Maret 2000 Sekretaris, ttd Drs. AJ. Liem Sioe Siet Ketua, ttd Prof. Dr. F. Sugeng Istanto, SH 6

7 PENJELASAN ATAS KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2000 TENTANG PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN YAYASAN SLAMET RIJADI PENJELASAN UMUM Pegawai Yayasan Slamet Rijadi (YSR) sebagai unsur pelaku organisasi pendidikan tinggi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) mempunyai peranan penting dan menentukan untuk mewujudkan tujuan Universitas dalam mengemban tugas pendidikan tinggi. UAJY sebagai pendidikan tinggi yang berciri katolik dalam melaksanakan misi pendidikan di Indonesia diilhami oleh nilai-nilai dan semangat kristiani, sehingga untuk itu diperlukan adanya pegawai yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945, menjunjung tinggi nilai dan keyakinan religius, mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal, menghargai martabat sesama, bermental baik, berkualitas tinggi, berdaya guna, disiplin, adil dan jujur baik terhadap diri sendiri maupun sesama, menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, mengembangkan kebebasan ilmiah dan cinta kasih dalam pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan secara utuh, serta menggunakan dialog berdasarkan iman dan akal. Manajemen pegawai perlu diatur secara menyeluruh, dengan menerapkan norma, standar dan prosedur yang sama dalam penetapan formasi, pengangkatan, pemberhentian, pengembangan, penetapan gaji dan program kesejahteraan. Diharapkan dengan penetapan yang sama di samping memudahkan manajemen pegawai dapat pula untuk mewujudkan perlakuan yang sama dan jaminan kepastian hukum bagi seluruh pegawai. Sebagai bagian dari manajemen pegawai, pembinaan pegawai perlu dilakukan sebaik-baiknya dengan berdasarkan pada sistem karier dan prestasi kerja, serta perpaduan antara sistem karier dan prestasi kerja secara serasi. Pembinaan pegawai juga dilihat dan diperlukan berdasarkan hubungan kerja yang baik dan serasi, agar dalam pelaksanaan tugas lebih merupakan partner kerja. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan pembinaan pegawai hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai sebagai perorangan dengan ketentuan, bahwa apabila ada perbedaan antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang diutamakan. Dalam usaha mencapai tujuan Yayasan/Universitas dan melaksanakan manajemen pegawai yang diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan Yayasan/Universitas yang efektif dan efisien berdasarkan pemikiran tersebut, perlu mengubah Peraturan YSR No. 3 Tahun 1988 tentang Peraturan Pokok Kepegawaian Yang Disempurnakan dan beberapa peraturan kepegawaian lainnya yang berhubungan dengan itu. Peraturan ini disebut Peraturan Pokok Kepegawaian Yayasan Slamet Rijadi karena hanya mengatur pokok-pokok mengenai hubungan kerja, kedudukan, hak, kewajiban dan manajemen pegawai YSR. Amanat isi peraturan ini merupakan landasan hukum hubungan kerja antara pegawai dengan YSR yang pelaksanaannya perlu diatur dengan peraturan pelaksana. 7

8 PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Dalam pasal ini ditentukan mengenai istilah dan pengertian yang dipergunakan dalam peraturan ini dengan maksud agar terdapat pemahaman yang sama tentang pengertian beberapa istilah yang penting. Pasal 2 a. Pegawai kependidikan: 1. Dosen adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat oleh Yayasan dengan tugas utama mengajar di UAJY sesuai dengan peraturan dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Dosen dapat merupakan dosen biasa, dosen luar biasa, dosen tamu. 2. Tenaga penunjang akademik adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat oleh Yayasan sebagai peneliti, pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, pranata komputer dan teknisi sumber belajar. b. Pegawai non kependidikan adalah seseorang yang berdasarkan pendidikannya diangkat oleh Yayasan dengan tugas utama sebagai pelaksana administratif. a. Pegawai Tetap adalah pegawai kependidikan dan non kependidikan yang diangkat oleh Yayasan untuk bekerja di Yayasan/Universitas secara tetap dengan waktu kerja minimal 36 jam per minggu dan tidak terikat hubungan kerja sebagai pegawai tetap pada instansi/lembaga lain. b. Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang diangkat oleh Yayasan dalam jangka waktu tertentu menurut peraturan yang berlaku. Pegawai tidak tetap terdiri dari : - Dosen luar biasa, dosen tamu yang diangkat oleh Yayasan dengan suatu surat keputusan. Pengangkatan dapat dilakukan setiap tahun menurut kebutuhan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. - Pegawai dalam masa percobaan/calon pegawai baik kependidikan maupun non kependidikan sebagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (4) dan (5) peraturan ini beserta dengan penjelasannya. - Pegawai pensiunan Yayasan yang dipekerjakan kembali yaitu pegawai yang telah memasuki usia pensiun, namun karena tenaganya masih dibutuhkan, pegawai tersebut diangkat kembali sebagai pegawai dengan status sebagai pegawai tidak tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku. Karyawan berdasarkan kontrak yaitu tenaga kerja yang dipekerjakan oleh Yayasan untuk menjalankan tugas-tugas dalam waktu tertentu sesuai dengan kepentingan universitas/institusi berdasarkan perjanjian kontrak kerja antara Yayasan dengan tenaga kerja yang bersangkutan. Prosedur dan penerimaan karyawan berdasarkan kontrak dilakukan sebagaimana ketentuan penerimaan pegawai yang berlaku, namun demikian status mereka bukan sebagai pegawai. Pasal 3 Pada dasarnya Yayasan adalah organisasi yang berciri khas Katolik, maka dalam melaksanakan tugas pendidikan tinggi, pegawai diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas kedinasan agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, jujur, penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab yang dijiwai nilai-nilai dan semangat kristiani. Di sisi yang lain sebagai warga negara yang baik, maka setiap pegawai wajib setia dan taat kepada Pancasila dan UUD

9 Pasal 4 Pada dasarnya setiap pegawai beserta keluarganya harus dapat hidup layak dari gaji yang diterimanya sehingga pegawai dapat memusatkan perhatian dan kegiatannya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Dalam menentukan besarnya gaji pegawai pada prinsipnya Yayasan mendasarkan pada kemampuan keuangan Yayasan dengan tetap memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. Cukup jelas Pasal 5 Yang dimaksud dengan cuti adalah tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu guna menjamin kesegaran jasmani dan rohani serta untuk kepentingan pegawai. Cuti pegawai terdiri dari cuti tahunan, cuti sakit, cuti karena alasan penting, cuti bersalin, cuti besar dan cuti di luar tanggungan Yayasan. Cukup jelas Pasal 6 Dalam menjalankan tugas kewajibannya, pegawai selalu dimungkinkan menghadapi resiko. Apabila seorang pegawai mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugas kewajibannya, maka Yayasan memberikan tunjangan kecelakaan kerja kepada pegawai tersebut. Pasal 7 Maksud meninggal dunia adalah : a. meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya; b. meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinasnya, sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya; c. meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat jasmani/rohani yang didapat dalam dan karena menjalankan tugasnya; d. meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu. Kepada isteri/suami dan anak pegawai yang meninggal dunia diberikan uang duka yang diterimakan sekaligus, oleh karena itu perlu diatur perolehan uang duka. Pemberian uang duka yang dimaksud tidak mengurangi pensiun dan hak-hak lainnya yang berhak diterimanya berdasarkan peraturan yang berlaku. Cukup jelas Pasal 8 Pensiun adalah jaminan hari tua bagi pegawai sekaligus sebagai balas jasa kepada pegawai yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Yayasan. Karena pensiun merupakan jaminan hari tua, maka sudah menjadi kewajiban Yayasan untuk membantu setiap pegawai dalam mempersiapkan dan memperoleh jaminan hari tuanya. Untuk itu Yayasan mewajibkan setiap pegawai yang telah diangkat sebagai pegawai tetap untuk menjadi peserta dari suatu badan/yayasan dana pensiun yang telah ditunjuk Yayasan. Pegawai secara rutin menyetor iuran pensiun kepada badan/yayasan dana pensiun yang telah ditunjuk Yayasan tersebut dan Yayasan akan memberi sejumlah subsidi untuk membantu iuran pensiun pegawai menurut peraturan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 9

10 Cukup jelas Pasal 9 Peraturan pegawai merupakan landasan hukum hubungan kerja untuk menjamin pelaksanaan hak dan kewajiban pegawai beserta sanksinya, oleh karena itu pegawai wajib menaati peraturan yang berlaku. Pemberian tugas kedinasan merupakan kepercayaan dari Yayasan, dengan harapan bahwa tugas itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sesuai bidang tugasnya untuk mewujudkan tujuan Yayasan/Universitas dengan sepenuh kemampuan, pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab. Dosen diberi tugas utama untuk melakukan pendidikan/ pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, dengan cara meningkatkan profesionalitas diri dan berusaha meletakkan diri, sasaran, metoda dan hasil penelitian dalam disiplin ilmu tertentu, dalam kerangka wawasan koheren/tepadu tentang dunia. Dosen dipanggil untuk menjadi saksi-saksi dan pendidik integrasi antara iman dan hidup, dan integrasi antara kompetensi profesional dan kebijaksanaan Kristiani. Dalam pelaksanaan tugas perlu disemangati oleh ideal-ideal akademik dan prinsip-prinsip manusia otentik. Peneliti diberi tugas utama untuk melakukan penelitian masalah-masalah aktual yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi perkembangan Yayasan/Universitas. Masalah-masalah aktual yang berhubungan dengan pendidikan, martabat hidup manusia, keadilan untuk setiap orang, kualitas hidup pribadi dan keluarga, pelindungan alam, usaha perdamaian dan stabilitas politik, tatanan ekonomi dan politik yang lebih baik, melayani komunitas manusia pada tingkat nasional dan internasional. Peneliti perlu mencari akar penyebab masalah penting masa kini, dengan memperhatikan secara khusus matra etis dan religius. Peneliti wajib untuk mengatakan kebenaran yang tidak mengenakkan dan yang tidak menyenangkan, jika hal itu perlu demi mengamankan kepentingan umum. Tenaga nonkependidikan diberi tugas utama untuk melaksanakan tugas administratif dalam rangka menunjang pelayanan Yayasan/Universitas kepada Gereja dan masyarakat. Yang dimaksud dengan setia dan taat adalah tekad dan kesanggupan untuk melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang disetiai dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Agar pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka ia harus mempunyai kesetiaan dan ketaatan penuh terhadap Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai dasar hukum tertinggi, peraturan perundangan yaitu keputusan yang ditetapkan pemerintah dan peraturan yang berlaku yaitu keputusan yang ditetapkan Yayasan/Universitas, sehingga dengan demikian pegawai dapat memusatkan segala perhatian dan pikiran serta mengarahkan segala daya dan tenaganya untuk melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Pada umumnya yang disebut rahasia adalah rencana, kegiatan atau tindakan yang akan, sedang atau telah dilakukan, yang dapat mengakibatkan kerugian yang besar atau dapat menimbulkan resiko tinggi apabila diberitahukan kepada atau diketahui oleh orang yang tidak berhak. Rahasia jabatan adalah rahasia mengenai atau yang ada hubungannya dengan Jabatan. Pada umumnya rahasia jabatan dapat berupa dokumen tertulis, meliputi: surat, notulen rapat, rekaman suara, perintah atau keputusan lisan dari pimpinan. Ditinjau dari sudut pentingnya maka rahasia jabatan itu ditentukan tingkat klasifikasinya, yaitu sangat rahasia, rahasia dan konfidensial atau terbatas. Ditinjau dari sudut sifatnya, maka ada rahasia jabatan yang sifat kerahasiaannya terbatas pada waktu tertentu, tetapi ada rahasia jabatan yang sifatnya terus menerus. Kegiatan atau tindakan yang bersifat rahasia jabatan dan tingkat klasifikasinya, harus ditetapkan dengan tegas oleh pimpinan yang bersangkutan. Pada umumnya karena jabatannya atau karena jenis pekerjaannya, pegawai dengan sendirinya dapat mengetahui rahasia itu, oleh karenanya ia wajib menyimpan rahasia tersebut. Bocornya suatu rahasia jabatan selalu menimbulkan kerugian terhadap Universitas dan atau Yayasan. Pada umumnya bocornya suatu rahasia jabatan, disebabkan oleh beberapa hal, yaitu sengaja dibocorkan kepada pihak lain atau karena kelalaian, atau karena tidak hati-hati, atau karena kurang hati-hati pejabat yang bersangkutan. 10

11 Ayat (4) Dalam melakukan tugas kedinasan setiap pegawai hendaknya menaati perintah pimpinannya dan berani menyampaikan pendapat dan gagasan secara konstruktif, benar, jujur dan bertanggung jawab. Pasal 10 Agar pegawai dapat melaksanakan tugas pekerjaannya dengan baik dalam rangka menghasilkan pengelolaan Universitas yang efektif dan efisien, maka perlu diatur manajemen pegawai. Selain itu perlu dilaksanakan usaha pembinaan pegawai yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, maupun sarana dan fasilitas kerja sehingga pegawai mampu menjalankan tugas di bidang masingmasing dan mengabdikan diri dalam tugas pelayanan pendidikan tinggi di Universitas. Dalam usaha meningkatkan kualitas dan kegairahan bekerja, maka sistem pembinaan pegawai dilaksanakan atas dasar sistem prestasi kerja dan karier. Dengan demikian akan diperoleh penilaian yang obyektif terhadap kompetensi pegawai. Cukup jelas Cukup jelas Pasal 11 Yayasan dalam manajemen pegawai adalah penentu kebijaksanaan pegawai. Di dalam menentukan kebijaksanaan pegawai, Yayasan terlebih dahulu mendengarkan saran atau pendapat Rektor, karena Rektor adalah pembina dan pelaksana kebijaksanaan pegawai di lingkungan Universitas. Pasal 12 Formasi adalah penentuan jumlah dan susunan pangkat pegawai yang diperlukan untuk mampu melaksanakan tugas pokok yang ditetapkan oleh Yayasan/Universitas. Jumlah pegawai yang diperlukan didasarkan pada beban kerja yang dipikul oleh Yayasan/Universitas dan disesuaikan menurut kebutuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan formasi adalah jenis, sifat dan beban kerja, jenjang dan jumlah pangkat, serta jabatan yang tersedia di Yayasan/Universitas. Formasi tersebut perlu ditinjau sekali dalam 5 (lima) tahun. Pasal 13 Pengadaan pegawai pada umumnya untuk mengisi formasi yang lowong yang disebabkan oleh adanya pegawai yang berhenti atau perkembangan organisasi, maka pengadaan pegawai didasarkan pada kebutuhan. Pengadaan pegawai didasarkan atas syarat-syarat obyektif yang ditentukan dan tidak didasarkan atas golongan atau kelompok tertentu.. Penerimaan pegawai dilakukan melalui seleksi yang pelaksanaannya dilakukan oleh Universitas. Ayat (4) Setiap pelamar yang diterima harus melalui masa percobaan. Selama masa percobaan ia disebut sebagai calon pegawai dan kepadanya diberikan gaji pokok dan penghasilan lain yang sah menurut peraturan yang berlaku. 11

12 Ayat (5) Lamanya masa percobaan ditentukan sebagai berikut : a. pegawai kependidikan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan selama masa percobaan ini terhadap calon pegawai dilakukan evaluasi kerja. b. pegawai non kependidikan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun. Selama masa percobaan ini kepada calon pegawai dilakukan evaluasi kerja berturut-turut mulai setelah 3 (tiga) bulan, 1 (satu) tahun dan 2 (dua) tahun bekerja. Apabila dalam masa percobaan itu calon pegawai dipandang tidak cakap, maka ia dapat diberhentikan dan apabila ia cakap maka dapat diangkat menjadi pegawai tetap sesuai ketentuan yang berlaku. Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Pasal 14 Yang dimaksud dengan pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang pegawai dalam rangkaian susunan kepegawaian yang digunakan sebagai dasar penggajian. Yang dimaksud dengan jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang pegawai dalam suatu susunan organisasi Yayasan/Universitas. Pengertian jabatan dapat ditinjau dari 2 (dua) sudut yaitu struktural dan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi Yayasan/Universitas seperti Rektor, Ketua Lembaga, Dekan, Kepala Bagian dan lain-lain. Dalam pengangkatan jabatan struktural, pegawai yang berpangkat lebih rendah tidak dapat membawahi langsung pegawai yang berpangkat lebih tinggi. Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi Yayasan/Universitas, tetapi dari sudut fungsinya diperlukan oleh institusi seperti dosen dan tenaga penunjang akademik yang terdiri dari peneliti, pengembang bidang pendidikan, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar. Pegawai diangkat dalam suatu pangkat dan suatu jabatan tertentu sesuai kecakapan, pengabdian dan prestasi kerjanya menurut peraturan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka pelaksanaan sistim karier dan prestasi kerja maka harus ada pengkaitan yang erat antara kepangkatan dan jabatan. Seorang pegawai yang ditunjuk menduduki jabatan haruslah mempunyai pangkat yang sesuai untuk jabatan itu. Pasal 15 Yang dimaksud dengan kenaikan pangkat reguler adalah kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi bagi seorang pegawai yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan tanpa melihat jabatan dan terbatas sampai jenjang kepangkatan berdasarkan ijazah yang bersangkutan menurut peraturan yang berlaku. Kenaikan pangkat reguler merupakan hak dari pegawai, jadi apabila seorang pegawai telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan pada dasarnya harus dinaikkan pangkatnya, kecuali ada alasan yang sah untuk menundanya. Dalam memberikan kenaikan pangkat dipertimbangkan syarat-syarat kenaikan pangkat yang dirangkum dalam suatu Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) meliputi antara lain: prestasi kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, pengalaman, jabatan, latihan jabatan dan syarat-syarat obyektif lainnya. Ayat (4) 12

13 Pasal 16 Prinsip pokok dalam pengangkatan dalam jabatan adalah menempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat. Agar dapat mengangkat dalam jabatan yang tepat diperlukan beberapa bahan pertimbangan antara lain dilihat dari kemampuan kerja, disiplin, kesetiaan, pengabdian, kejujuran dan syarat obyektif lainnya yang dinilai dalam satuan angka tertentu sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Ayat (4) Pasal 17 Permindahan jabatan dapat diartikan promosi atau mutasi. Pemindahan jabatan ini diadakan untuk kepentingan kedinasan dan sebagai salah satu usaha untuk memperluas pengalaman, wawasan atau mengembangkan bakat. Pasal 18 a. Pegawai yang meminta berhenti dengan kemauan sendiri pada prinsipnya harus diberhentikan dengan hormat. Permintaan berhenti atas kemauan diri sendiri ini diajukan terlebih dahulu 3 (tiga) bulan sebelumnya kepada Yayasan/Pengurus melalui Rektor. b. c. Pegawai yang tidak cakap jasmani dan rohani berdasarkan keterangan dokter penguji, diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak menurut peraturan yang berlaku. d. Apabila terjadi penyederhanaan organisasi, pegawai dapat diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak-haknya sesuai peraturan yang berlaku. a. b. Pegawai yang lalai menjalankan tugas dan berakibat merugikan Yayasan/Universitas dan menurut pertimbangan Rektor perbuatannya jelas-jelas terbukti merugikan Yayasan/Universitas, maka yang bersangkutan dapat diberhentikan tidak dengan hormat. c. Pegawai yang melakukan penyelewengan dengan mengatasnamakan Yayasan/Universitas untuk kepentingan pribadi dan perbuatannya jelas-jelas terbukti merugikan Yayasan/Universitas baik secara moril maupun materiil, maka pegawai yang bersangkutan dapat diberhentikan tidak dengan hormat. Ayat (4) a. Pada dasarnya pegawai yang telah diputus pengadilan dan berkekuatan hukum tetap melakukan tindak pidana dengan sanksi hukuman berat yang berhubungan dengan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang berhubungan dengan jabatan dan pekerjaannya atau tindak kejahatan lainnya, ia harus diberhentikan tidak dengan hormat. b. Pegawai yang terbukti melakukan penyelewengan terhadap nilai-nilai kristiani, Pancasila dan UUD 1945 atau terlibat kegiatan yang menentang negara/pemerintah, tidak wajar lagi dipertahankan sebagai pegawai karena telah mengingkari sendiri kedudukan dan kewajibannya sebagai pegawai. Ayat (5) 13

14 Ayat (6) Pasal 19 Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan pegawai dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari yang pada prinsipnya menghargai dan menghormati nilai-nilai kristiani dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat sesama, memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, penuh kesadaran, pengabdian, jujur dan tanggung jawab serta taat pada peraturan dan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 20 Setiap calon pegawai yang telah memenuhi ketentuan peraturan ini dapat diangkat sebagai pegawai, maka pada saat pengangkatannya wajib menandatangani pernyataan bahwa dirinya mengikatkan diri bekerja di Yayasan. Pengikatan diri pegawai ini merupakan suatu ketentuan yang mengatur hubungan kerja antara pegawai dengan Yayasan. Pengangkatan seorang pegawai untuk memangku sesuatu jabatan terutama jabatan yang penting adalah merupakan kepercayaan dari Yayasan/Universitas. Dalam melaksanakan tugas itu diperlukan pengabdian, kejujuran, kerelaan dan tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu pegawai yang diangkat untuk memangku jabatan tertentu pada saat pengangkatannya wajib mengangkat sumpah/janji dihadapan Pengurus atau Rektor atau pejabat lain yang ditunjuk dengan harapan agar tidak terjadi penyalahgunaan kepercayaan yang telah diberikan. Pasal 21 Dalam rangka menjalin kerja sama dengan instansi/lembaga lain terutama tugas pendidikan tinggi dan untuk mewujudkan visi-misi Yayasan/Universitas dalam upaya menjadikan setiap anggota komunitas Yayasan/Universitas menjadi agen perubahan sosial, pada prinsipnya Yayasan memberi izin kepada pegawai yang dibutuhkan tenaganya untuk menjadi pejabat di luar Yayasan/Universitas. Pasal 22 Pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (jabatan) bagi pegawai dimaksudkan agar terjamin keserasian antara kebutuhan Yayasan/Universitas dengan pembinaan pegawai dalam rangka mencapai tujuan Yayasan/Univesitas. Tujuan pendidikan dan pelatihan antara lain adalah untuk: a. meningkatkan kualitas, efektivitas, efisiensi dan produktivitas kerja pegawai; b. memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengembangkan kariernya; c. menciptakan/mengembangkan metode kerja yang lebih baik; 14

15 Pasal 23 Peningkatan kesejahteraan pegawai diusahakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan Yayasan sehingga pegawai dapat memusatkan perhatian untuk melaksanakan tugasnya. Usaha kesejahteraan yang dimaksud meliputi kesejahteraan materiil dan spirituil seperti jaminan hari tua, bantuan perawatan kesehatan bagi pegawai/keluarganya, bantuan kematian, rekoleksi dan bentuk lainnya yang dapat dikategorikan sebagai usaha untuk menyejahterakan pegawai. Pasal 24 Penghargaan yang dimaksud dapat berupa tanda jasa, kenaikan pangkat istimewa atau bentuk penghargaan lainnya seperti surat pujian, penghargaan yang berupa materiil dan lain-lain, yang syaratsyarat, bentuk dan jumlah pemberian diatur dalam peraturan pemberian penghargaan. Pasal 25 Sengketa kepegawaian merupakan masalah kompleks yang memerlukan penanganan khusus, sehingga perlu dibentuk suatu komisi guna menyelesaikan masalah sengketa kepegawaian yang mungkin akan terjadi, oleh karena itu perlu diatur tentang penyelesaian sengketa pegawai. Pasal 26 Peraturan ini dibuat untuk menjamin kepastian hukum, maka di dalamnya harus ada rumusan yang mampu memberikan kepastian hukum serta dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pemakai peraturan ini, termasuk di antaranya adalah memberikan tenggang waktu secara tegas kepada Yayasan dan Universitas untuk sesegera mungkin menyesuaikan segala peraturan yang telah ada melalui kewenangan yang diberikan kepadanya agar fungsi kepastian dan pelayanan dapat dilaksanakan dengan baik. Jangan sampai terjadi kondisi bahwa peraturan yang mengatur hal-hal pokok sudah ada, namun tidak segera ditetapkan peraturan pelaksananya. Dengan pertimbangan kinerja dan peraturan yang sudah ada di Yayasan/Universitas, maka waktu 1 (satu) tahun dipandang cukup untuk melakukan penyesuaian. Cukup jelas Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Yogyakarta, 31 Maret 2000 Yayasan Slamet Rijadi Sekretaris ttd Drs. AJ. Liem Sioe Siet Ketua ttd Prof. Dr. F. Sugeng Istanto, S.H 15

16 SISTEMATIKA RANCANGAN PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN (5 BAB 29 PASAL) BAB I : KETENTUAN UMUM a. Bagian Pertama : Pengertian b. Bagian Kedua : Kedudukan Pegawai BAB II : KEWAJIBAN DAN HAK PEGAWAI a. Bagian Pertama : Kewajiban Pegawai b. Bagian Kedua : Hak pegawai BAB III : PEMBINAAN PEGAWAI a. Bagian Pertama : Tujuan dan Sistim Pembinaan Pegawai b. Bagian Kedua : Kebijaksanaan Pembinaan Pegawai c. Bagian Ketiga : Formasi dan Pengadaan Pegawai d. Bagian Keempat : Kepangkatan, Jabatan, Pengangkatan Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai e. Bagian Kelima : Kode etik, Disiplin, Janji/Sumpah f. Bagian Keenam : Pegawai sebagai Pejabat di luar YSR g. Bagian Ketujuh : Pendidikan dan Pelatihan h. Bagian Kedelapan : Kesejahteraan Pegawai i. Bagian Kesembilan : Penghargaan j. Bagian Kesepuluh : Penyelesaian Sengketa Pegawai BAB IV : KETENTUAN PERALIHAN BAB V : PENUTUP 16

17 17

18 18

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2004 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI. Pengurus Yayasan Slamet Rijadi

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2004 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI. Pengurus Yayasan Slamet Rijadi KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2004 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI Pengurus Yayasan Slamet Rijadi Menimbang : bahwa dengan ditetapkannya Keputusan Pengurus Yayasan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA) Sumber: LN 1974/55; TLN NO. 3041 Tentang: POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN Indeks: ADMINISTRASI.

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM KEPEGAWAIAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN Menimbang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 Menimbang LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 TENTANG KETENTUAN POKOK PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ATAU UNIT KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan Tenaga Harian

Lebih terperinci

Diatur mengenai Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Dan Kode

Diatur mengenai Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik Dan Dan Kode MATRIKS PERBANDINGAN SUBSTANSI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 1999 TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 35 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUDUS

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 120 TAHUN

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 120 TAHUN SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 120 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN, PEMBINAAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR KEPEGAWAIAN BADAN USAHA KREDIT PEDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB III. POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil

BAB III. POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil BAB III POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN 1990 1. Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1990 mengatur tentang perubahan atas PP No. 10 Tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR : 13A/YSR/2005 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR : 13A/YSR/2005 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR : 13A/YSR/2005 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI YAYASAN SLAMET RIJADI PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI Menimbang : Mengingat : Menetapkan : bahwa dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR TAHUN 0 TENTANG TENAGA KEPENDIDIKAN TETAP NON PNS UNIVERSITAS BRAWIJAYA REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SATUAN KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 98 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) NON PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI

PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI PERATURAN YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 01/YSR/2007 Tentang SISTEM DAN TATACARA PEMILIHAN CALON REKTOR UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2007-2011 PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 47 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 47 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 47 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA/PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA FINAL HARMONISASI RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang. PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UMUM 1. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 1. Karyawan adalah setiap pegawai IKIP Veteran Semarang baik sebagai tenaga administrasi maupun tenaga penunjang.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 43 TAHUN 1999 (43/1999) TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID KEPUTUSAN KETUA STT NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO NOMOR : NJ-T06/0204/A.1.1/08-2011 TENTANG PEDOMAN ETIKA DOSEN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN KETENTUAN UMUM KEPEGAWAIAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Pengertian Manajemen PNS Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave (1991) yang mengklasifikasikan karakteristik sumber daya manusia yang terkait dengan perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL. kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL. kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Di dalam masyarakat yang selalu berkembang, manusia senantiasa mempunyai kedudukan yang makin penting, meskipun negara

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 17/I3/KP/2011 Tentang PENGELOLAAN PEGAWAI BERSTATUS BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 17/I3/KP/2011 Tentang PENGELOLAAN PEGAWAI BERSTATUS BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI Menimbang Mengingat SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 17/I3/KP/2011 Tentang PENGELOLAAN PEGAWAI BERSTATUS BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017 MODUL KEPEGAWAIAN Jakarta, 18 Juli 2017 PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN MATERI 1. Konsep-konsep dan Istilah-istilah Kepegawaian, Kedudukan, Kewajiban dan Hak PNS 2. Pengadaan PNS 3. Pembinaan dan Kesejahteraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 511 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN HAK CUTI DAN PERATURAN DISIPLIN BAGI PEGAWAI TIDAK TETAP DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom. *) ABSTRAK Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL SURAT KEPUTUSAN Nomor : W13-A/0200/HM.00/ SK/I/2009 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA tukangteori.com I. PENDAHULUAN Untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 08 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 1986 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEPEGAWAIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEPEGAWAIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEPEGAWAIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Dr.Ir. Sudarminto Setyo Yuwono, MAppSc

Dr.Ir. Sudarminto Setyo Yuwono, MAppSc Dr.Ir. Sudarminto Setyo Yuwono, MAppSc pengelolaan Universitas Brawijaya memerlukan perencanaan, pengembangan, dan pembinaan karier pegawai yang tertib secara administrasi dan memberikan kepastian bagi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2006 SERI : D NOMOR : 7 Menimbang : Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HONORER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran Komisi Kejaksaan Republik Indonesia, perlu

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Negeri Makassar Dokumen

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) DI KABUPATEN MAJALENGKA

PEDOMAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) DI KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 35 TAHUN 2005 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 35 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 92 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 92 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 92 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGANGKATAN TENAGA MEDIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP DAERAH DI KABUPATEN TANGERANG Menimbang DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEGAWAI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 329/F/ UNBRAH/VI/2013. Tentang

KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 329/F/ UNBRAH/VI/2013. Tentang KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 329/F/ UNBRAH/VI/2013 Tentang PERATURAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH KETUA SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Menimbang : a. Bahwa Universitas Baiturrahmah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA,

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA, PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan Universitas Brawijaya memerlukan

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Negeri Makassar Dokumen

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Biro Umum Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Nopember 2017

Biro Umum Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Nopember 2017 Biro Umum Institut Teknologi Sepuluh Nopember Nopember 2017 Status ITS sebagai PTN Badan Hukum, ITS memiliki otonomi dalam pengelolaan sumber daya manusia. Pelaksanaan dari ketentuan dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 403/F/Unbrah/VIII/2013 PERATURAN DISIPLIN TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 403/F/Unbrah/VIII/2013 PERATURAN DISIPLIN TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 403/F/Unbrah/VIII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Menimbang : a. bahwa Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015 Menimbang Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN Nomor: 395/A.51.01/Unwidha/VII/2014 tentang PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN Nomor: 395/A.51.01/Unwidha/VII/2014 tentang PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN Nomor: 395/A.51.01/Unwidha/VII/2014 tentang PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI Rektor Universitas Widya Dharma Klaten, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 2 Tahun

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA,

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, B U P A T I B I M A PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENEMPATAN, PEMBERHENTIAN, PENGEMBANGAN KARIER, DAN DISIPLIN TENAGA HONORER DAERAH LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN APARATUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN APARATUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN APARATUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGANGKATAN PEGAWAI TIDAK TETAP DAERAH KABUPATEN TANGERANG UNTUK TENAGA MEDIS DAN PARA MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1992 TENTANG TENAGA PENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1992 TENTANG TENAGA PENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1992 TENTANG TENAGA PENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang

Lebih terperinci